• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA PT. KAI (PERSERO) DAOP VI YOGYAKARTA DALAM PELAYANAN GERBONG KHUSUS WANITA KERETA API PRAMBANAN EKSPRES (PRAMEKS) (Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA PT. KAI (PERSERO) DAOP VI YOGYAKARTA DALAM PELAYANAN GERBONG KHUSUS WANITA KERETA API PRAMBANAN EKSPRES (PRAMEKS) (Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan)"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

KINERJA PT. KAI (PERSERO) DAOP VI YOGYAKARTA DALAM PELAYANAN GERBONG KHUSUS WANITA KERETA API PRAMBANAN

EKSPRES (PRAMEKS)

(Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan)

Oleh :

YUNITA KURNIA SARI D 0107110

Skripsi

Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)

commit to user iv

MOTTO

Afraid to be fail is the beginning of failure. Willing to be success

is the feeling that have to exist to empower your efforts. This is

your life.

(Mario Teguh)

Whatever you are, be a good one

(Abraham Lincoln)

Obstacles are those frightening things that become visible when

we take our eyes off our goals.

(Henry Ford)

Live as if you were to die tomorrow, learn as if you were live

forever.

(Mahatma Gandhi)

The biggest adventure that u can ever take is to live the life of

your dreams.

(5)

commit to user v

PERSEMBAHAN

I’m here to thank the people whom I’ve learned so much from, and the birth of this mini thesis are in large part due to the hard work and great supports of the followings:

© My Lord, my Savior, Allah SWT for every blessing, may the talent that You have bestowed upon me will never go to waste.

© My number one supporters, beloved mom and dad, for support me in everything I do, for being the greatest parent eventhough not perfect.

© My lil’ sistah Anik and Dyah for being sweet sistahood, be good girls! Mbak love u two.

© My baby boo Nur Hendra Setyawan for love and affection that u gave to me, thanks for being beside me in both happy and sorrow. Love you like there’s no tomorrow.

© My besties Adya, Ria, Lisa,Farisa, Utik, Amel, and Kiki for every single cry and laugh, for a zillion silly things we did that put a big smile on my face.

© All of my friends in AN 2007 for the warm friendship and togetherness which is irreplaceable. Love ya’ll.

(6)

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati senantiasa penulis panjatkan puji syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih

karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “KINERJA PT. KAI (PERSERO) DAOP VI YOGYAKARTA DALAM PELAYANAN GERBONG KHUSUS WANITA KERETA API PRAMBANAN EKSPRES (Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan)”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan memenuhi

persyaratan akademik dalam menyelesaikan program studi pada Universitas Sebelas

Maret Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Sejak dari awal hingga akhir selesainya

penyusunan skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dari semua pihak

sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Hj Lestariningsih, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat bermanfaat.

2. Rina Herlina, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan

akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Drs. Sudarto, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik Unversitas Negeri Sebelas Maret.

4. Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

5. Pegawai PT. KAI (Persero) baik yang berada di Daop VI Yogyakarta maupun di

Stasiun Solo Balapan, yang telah membantu dalam memberikan data dan

informasi demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

6. Informan yang telah membantu memberikan tanggapan dan informasi dalam

(7)

commit to user vii

7. Keluargaku atas segala curahan kasih sayang, dukungan, semangat, dan dorongan

baik material dan spiritual.

8. Nur Hendra Setyawan yang selalu setia menemani dan membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Adya, Ria, Amel, Farisa, Lisa, Utik, dan Kiki yang selalu

memberikan suntikan semangat dan optimisme dalam penyusunan skripsi ini.

10.Teman-temanku, Titi, Lusy, Febri, Intan, Ike, Wulan, Ripi, Miftah dan segenap

teman-teman AN ‘07 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas persahabatan

dan kekompakannya selama ini.

11.Semua pihak yang telah membantu dan menemani penulis yang karena

keterbatasan hal ini tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penyusunan skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mohon maaf apabila masih ada kesalahan dan kekurangan dalam

skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima sebagaimana

adanya dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan.

Surakarta, April 2011

(8)

commit to user viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Perumusan Masalah ………. 12

C. Tujuan Penelitian……….. 13

D. Manfaat Penelitian……….... 13

BAB IITINJAUAN PUSTAKA……… A. Kinerja……… 15

B. Pelayanan……… 32

(9)

commit to user ix

D. Kinerja PT. KAI Daop VI Yogyakarta………. 38

E. Kerangka Berfikir………..………... 42

BAB III METODE PENELITIAN………...…… 46

A. Jenis Penelitian………..……….. 46

B. Lokasi Penelitian………. 47

C. Teknik Pengambilan Sampel……… 47

D. Teknik Pengumpulan Data……….. 49

E. Validitas Data………. 50

F. Teknik Analisis Data……… 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 55

A. Hasil Penelitian………. 55

B. Pembahasan……….. 93

1. Tangible……… 96

2. Responsivitas……… 119

3. Responsibilitas……….. 130

4. Akuntabilitas………. 137

BAB V PENUTUP……….. 153

A. Kesimpulan……….. 153

B. Saran……… 156

(10)

commit to user x

DAFTAR TABEL

Daftar Tabel: Halaman

Tabel 1.1 Laporan Jumlah Penumpang KA Tahun 2005-2009…….. . 6

Tabel 1.2 Jadwal Perjalanan KA Prameks………. ... 10

Tabel 4.1 Kepegawaian Stasiun Solo Balapan Berdasar Struktur

Organisasi... 84

Tabel 4.2 Kepegawaian Stasiun Solo Balapan Berdasar Tingkat

Golongan Pegawai……… 84

Tabel 4.3 Volume Penumpang Prameks Tahun2006-2010…. ... 144

Tabel 4.4 Target dan Realisasi Penumpang KA Prameks Tahun 2011 145

Tabel 4.5 Target dan Realisasi Pendapatan KA Prameks Tahun 2011 . 145

(11)

commit to user xi

DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar: Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir………... 43

Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif……… 54

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. KAI………... 74

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Stasiun Solo Balapan……….. 87

Gambar 4.3 Cakupan Sarana dan Prasarana PT. KAI…...……… 99

(12)

commit to user xii ABSTRAK

Yunita Kurnia Sari, D 0107110, “Kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan) ”. Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Perkembangan dan persaingan transportasi massal khususnya di jalur darat telah menampakkan hasilnya, terutama di kawasan Solo-Yogyakarta. Hal ini sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat kedua kota yang semakin lama semakin meningkat drastis. Diharapkan dengan adanya KA Prameks ini mobilisasi masyarakat sekitar Solo-Yogyakarta akan lebih meningkat dan masyarakat dapat merasakan pelayanan yang lebih baik dan nyaman. KA Prameks dilengkapi pula dengan sebuah gerbong khusus wanita untuk menghargai kaum wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta dalam pelayanan gerbong khusus wanita KA Prameks.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Ratminto dan Atik. Indikator-indikator yang dipilih adalah tangible, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas. Indikator-indikator tersebut digunakan dengan alasan ingin mengetahui sejauh mana proses pelayanan diberikan, artinya indikator tersebut lebih menekankan pada proses.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk menjamin validitas data yang digunakan penulis menggunakan teknik trianggulasi data dan analisa pemikiran yang digunakan adalah analisa model interaktif yaitu reduksi data, pengumpulan data dan penarikan kesimpulan.

(13)

commit to user xiii ABSTRACT

Yunita Kurnia Sari, D 0107110, “The Performance of PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta in Ladies Railway Service of Prambanan Exspress (Case Study at Solo Balapan Station)”. A thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta.

Development and competition, especially in mass transportation has appeared landline results, especially in the Yogyakarta-Solo region. This is as a result of the increased mobility of the population and the urban society increasingly improved dramatically. Hopefully with this Prameks railway, community mobilization around Solo-Yogyakarta will be increased and the public can feel better service and comfort. Prameks railway also completed with one ladies railway to give achievement for ladies. This research aim to find out how the performance of PT. KAI Daop VI Yogyakarta in Ladies Railway Service of Prambanan Exspress was.

The theory that used in this research is by Ratminto and Atik. Indicators that chosen in this research are tangible, responsiveness, responsibility, and accountibility. Those indicators have been used because the author wants to find out how the service has been given to the customer, it means those indicators are process oriented.

This research can be classified as descriptive qualitative research. Data colecting method was using interview, observation, and documentation. To guarantee the validity of the data used in this research, the writer used data triangulation method and the thought analysis used was Interactive Model Analysis, those was: data reduction, data colection, and taking conclusion.

(14)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari segala sesuatu

yang berhubungan dengan sektor jasa, salah satunya adalah transportasi, baik

transportasi umum maupun transportasi pribadi. Transportasi sudah menjadi

suatu kebutuhan yang sudah tidak dapat dihindari lagi, mulai dari desa hingga

kota semua membutuhkannya. Manusia berpergian dari satu tempat ke tempat

yang lain tentunya membutuhkan alat transportasi, baik itu melalui jalur

darat, laut, maupun udara. Angkutan umum merupakan salah satu penggerak

roda ekonomi baik secara langsung maupun tak langsung, karena berkaitan

dengan banyak unsur ekonomi. Angkutan umum yang lancar akan membuat

roda ekonomi berputar lebih cepat juga secara langsung berpengaruh pada

mutu penikmat jasanya. Buruknya pelayanan angkutan umum bisa

mempengaruhi tingkat produktivitas manusia yang sedang menjalani proses

produksi di berbagai bidang profesi.

Transportasi merupakan sarana perkembangan yang penting dan

strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan

dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan. Pentingnya

transportasi tersebut tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan akan

jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang sebagai akibat meningkatnya

(15)

commit to user

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka perlu

adanya penyediaan jasa transportasi yang makin meningkat baik jumlah

maupun kualitas yang mencakup keamanan, kenyamanan, tepat waktu dan

efisien. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa transportasi

maka semakin banyak perusahaan yang bergerak di bidang tranportasi

sehingga akan meningkatkan pula persaingan dalam bidang transportasi. Oleh

karena itu setiap perusahaan yang bergerak di dalamnya harus memiliki

strategi yang efektif untuk memenangkan persaingan.

Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi yang cukup

banyak diminati oleh masyarakat Indonesia untuk melakukan perjalanan, juga

merupakan sarana transportasi tertua karena sudah ada sejak zaman

pemerintahan Hindia Belanda. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan

perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan transportasi publik dalam

bidang perkeretaapian. Dalam beberapa dekade, perkeretaapian menjadi

bisnis yang berkembang pesat. Karena memiliki beberapa kelebihan seperti

yang tercantum pada UU No 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian, antara

lain menimbang:

a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka

mewujudkan Wawasan Nusantara, serta memperkukuh ketahanan

nasional dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila

(16)

commit to user

b. bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam

sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik

pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak

dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan

potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah,

baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong,

dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan

kesejahteraan rakyat;

c. bahwa Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3479) tidak

sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan hukum dalam

masyarakat, perkembangan zaman, serta ilmu pengetahuan dan

teknologi;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

a, huruf b, dan huruf c perlu dibentuk Undang-Undang tentang

Perkeretaapian.

Dengan keunggulan dan karakteristik perkeretaapian tersebut, peran

perkeretaapian perlu lebih ditingkatkan dalam upaya pengembangan sistem

transportasi nasional secara terpadu. Untuk itu, penyelenggaraan

perkeretaapian yang dimulai dari pengadaan, pengoperasian, perawatan, dan

pengusahaan perlu diatur dengan sebaik-baiknya sehingga dapat terselenggara

(17)

commit to user

tertib, efisien, serta terpadu dengan moda transportasi lain. Dengan demikian,

terdapat keserasian dan keseimbangan beban antarmoda transportasi yang

mampu meningkatkan penyediaan jasa angkutan bagi mobilitas angkutan

orang dan barang. Penyelenggaraan perkeretaapian telah menunjukkan

peningkatan peran yang penting dalam menunjang dan mendorong kegiatan

perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan, memperlancar

kegiatan pemerintahan, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta

meningkatkan hubungan antar bangsa.

Dengan adanya perkembangan teknologi perkeretaapian dan perubahan

lingkungan strategis yang semakin kompetitif dan tidak terpisahkan dari

sistem perekonomian internasional yang menitikberatkan pada asas keadilan,

keterbukaan, dan tidak diskriminatif, dipandang perlu melibatkan peran

pemerintah daerah dan swasta guna mendorong kemajuan penyelenggaraan

perkeretaapian nasional.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang

Perkeretaapian, kondisi perkeretaapian nasional yang masih bersifat monopoli

dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain kontribusi perkeretaapian

terhadap transportasi nasional masih rendah, prasarana dan sarana belum

memadai, jaringan masih terbatas, kemampuan pembiayaan terbatas, tingkat

kecelakaan masih tinggi, dan tingkat pelayanan masih jauh dari harapan.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, peran pemerintah dalam

(18)

commit to user

meliputi penentuan kebijakan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan

dengan mengikutsertakan peran masyarakat sehingga penyelenggaraan

perkeretaapian dapat terlaksana secara efisien, efektif, transparan, dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dengan tetap berpijak pada makna dan hakikat yang

terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 serta dengan memperhatikan perkembangan

lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional, terutama di bidang

perkeretaapian, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang

Perkeretaapian perlu diganti.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian,

mengamanahkan perubahan fungsi pemerintah baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah sebagai pembina penyelenggaraan perkeretaapian semakin

menonjol. Pembinaan perkeretaapian bertujuan untuk menunjang pemerataan,

pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.

Kementerian Perhubungan yang mempunyai kewenangan dalam

meregulasi kegiatan transportasi kereta api harus melakukan standar

pelayanan minimal (SPM) yang baku sehingga menguntungkan bagi semua

pihak (pemerintah,operator dan pemakai jasa). Selain itu kemajuan teknologi

perkeretaapian dan tuntutan globalisasi yang mengarah pada persaingan yang

makin ketat menuntut peningkatan kualitas maupun kuantitas pelayanan.

Berdasarkan uraian diatas, studi mengenai standar pelayanan di bidang

(19)

commit to user

Pelanggan memang harus dipuaskan agar tidak meninggalkan

perusahaan atau beralih menjadi pelanggan perusahaan lain yang dapat

menyediakan produk atau jasa bermutu dan pelayanan lebih baik. Kondisi

ketidakpuasan pelanggan akan menurunkan penjualan dan pada gilirannya

akan menurunkan keuntungan perusahaan. Dalam hal ini sering terjadi

ketidaksesuaian (bias) antara apa yang sebetulnya diinginkan dan dibutuhkan

pengguna jasa dengan kinerja yang dimiliki oleh produk/jasa itu sendiri.

Kinerja yang diberikan perusahaan melalui produk adalah pemenuhan

keinginan dan kebutuhan pelanggan. Namun, disisi lain pelanggan memiliki

harapan (expectation) sendiri dan selalu berpengaruh terhadap penilaian

apakah kinerja yang diterima dan dirasakan sudah sesuai dengan keinginana

dan kebutuhannya. Sampai saat ini kereta api masih dianggap sebagai tulang

punggung sistem transportasi darat di berbagai wilayah di belahan dunia, baik

untuk angkutan barang ataupun penumpang. Berikut adalah tabel laporan

volume penumpang Daop VI Yogyakarta selama lima tahun terakhir :

Tabel 1.1

Volume Penumpang Kereta Api Tahun 2005-2009

(orang)

No Tahun

Macam

2005 2006 2007 2008 2009

1 Eksekutif 489.086 489.086 570.562 694.467 699.129

2 Bisnis 563.009 563.009 571.562 697.727 757.246

3 Ekonomi 960.769 1.183.297 1.134.975 1.423.932 1.714.998

(20)

commit to user Lanjutan

4 Lokal Bisnis 1.005.756 1.131.524 1.258.974 2.083.086 2.753.248

5 Lokal Ekonomi 6.343 10.982 9.562 26.466 51.625

Jumlah 3.024.963 3.423.855 3.545.608 4.925.678 5.976.246

Sumber: Daop VI Yogyakarta.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penumpang kereta api

semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kereta

api merupakan moda transportasi yang masih banyak diminati oleh

masyarakat. Namun, peningkatan yang cukup signifikan tersebut sering kali

tidak diikuti pula dengan kualitas pelayanan yang prima kepada penumpang.

Pelayanan jasa PT. KAI (Persero) yang masih minim ini seringkali

menjadi masalah bagi pengguna jasa kereta api baik pengguna jasa kereta

kelas eksekutif, bisnis maupun ekonomi. Aspek operasional dan keselamatan

angkutan kereta api juga mengundang keprihatinan. Frekuensi gangguan

lokomotif mogok, gangguan persinyalan serta telekomunikasi, tabrakan

kereta api juga keterlambatan tiba maupun berangkat cenderung meningkat.

Dhal tersebutlah yang mengakibatkan kinerja PT. KAI (Persero) juga masih

memprihatinkan.

Dalam aspek pelayanan, selalu mengundang keluhan masyarakat

pengguna jasa angkutan kereta api. Keluhan-keluhan mulai dari kondisi toilet

(21)

commit to user

tidak aman masyarakat dalam menggunakan jasa angkutan kereta api

ekselutif, bisnis dan khususnya pada kereta api ekonomi karena pada hari-hari

sibuk jumlah penumpang seringkali melebihi batas maksimal yang dapat

ditampung gerbong kereta api, akibatnya penumpang penuh sesak dan saling

berdesakan.

Kemudian sistem penjualan tiket yang masih menghadapi berbagai

kendala diantaranya masalah percaloan dapat menjadi salah satu faktor yang

merugikan bagi PT. KAI (Persero), yaitu dapat berupa menurunnya tingkat

pengguna jasa kereta api. Dan tentu saja hal ini akan memberikan efek negatif

bagi PT. KAI (Persero) untuk dapat bersaing dengan perusahaan transportasi

lainnya, seperti bus, pesawat terbang, dan sebagainya. Sebagai BUMN yang

berbentuk Persero, PT. KAI (Persero) memang berhak mencari keuntungan

(profit oriented) dalam penyelenggaraan pengangkutan melalui kereta api

komersial (eksekutif dan bisnis). Tetapi sebagai badan hukum publik, PT.

KAI (Persero) juga berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat luas termasuk penumpang kelas ekonomi.

Para penumpang kereta api banyak mengeluhkan buruknya pelayanan

kereta api mulai dari pembelian tiket sampai diatas gerbong dalam perjalanan.

Hal ini dapat dilihat banyaknya keluhan dari para penumpang ataupun calon

penumpang tentang buruknya pelayanan para pegawai kereta api. Setiap

perusahaan menginginkan konsumen merasa puas terhadap pelayanan atau

barang dan jasa yang telah dibelinya. Kepuasan adalah tingkat perasaan

(22)

commit to user

dengan harapannya. Apabila kinerja di bawah harapan, maka konsumen akan

kecewa, bila kinerja sesuai dengan harapan, maka konsumen akan merasa

puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, konsumen akan merasa sangat

puas.

Harapan konsumen dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau,

komentar dari kerabatnya, serta janji dan informasi pemasar dan saingannya.

Konsumen yang merasa puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap

harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan. Perusahaan

harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh konsumen

yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan konsumennya.

Peranan kereta api sebagai sarana transportasi menjadi semakin penting untuk

memenuhi kebutuhan manusia dalam gerak laju bisnis, mendorong pariwisata

dan lain sebagainya. Visi kereta api adalah penyedia jasa kereta api sebagai

pilihan utama dari jasa transportasi, yang artinya di masa depan kereta api

menjadi peran utama dalam dinamika penyediaan jasa transportasi di negara

ini.

Perkembangan dan persaingan transportasi massal khususnya di jalur

darat telah menampakkan hasilnya, terutama di kawasan Yogyakarta - Solo.

Hal ini sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan mobilitas

masyarakat kedua kota yang semakin lama semakin meningkat drastis. Hal

ini yang menjadi salah satu faktor utama penyebab kemacetan dan kecelakaan

lalu lintas yang semakin meningkat pula sehingga mengakibatkan

(23)

commit to user

berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak yang berwenang khususnya

Kementerian Perhubungan dalam melakukan pembenahan dan pembaharuan

sistem pelayanan jasa transportasi angkutan umum sebagai alternatif

transportasi massal tambahan yang diharapkan mampu menangani arus

mobilitas penduduk dua kota tersebut.

Sementara itu PT. KAI (Persero) memiliki Kereta api Rel Diesel

Elektrik (KRDE) yang bernama KA Prambanan Ekspres (Prameks) yang

melayani jalur Solo-Yogyakarta-Kutoarjo. Kereta ini merupakan karya anak

bangsa di PT INKA, dengan menggunakan KRDE, selain relatif lebih murah,

juga lebih cepat, aman dan nyaman terutama untuk melayani angkutan

perkotaan. Berikut adalah tabel jadwal perjalanan kereta api Prameks dari

Solo menuju Yogyakarta:

Tabel 1.2

Jadwal perjalanan KA Prameks relasi Solo-Yogyakarta-Kutoarjo per 1 Maret 2010 Berangkat Dari Stasiun Solo Balapan:

No Prameks Jam Berangkat

1 Prameks 1 05.35

2 Prameks 3 06.50

3 Prameks 5 08.45

4 Prameks 7 10.35

5 Prameks 9 11.45

6 Prameks 11 12.35

7 Prameks 13 15.15

8 Prameks 15 16.15

9 Prameks 17 17.54

10 Prameks 19 18.53

(24)

commit to user

Dari jadwal perjalanan kereta api Prameks tersebut diatas dapat dilihat

bahwa kereta api Prameks melakukan perjalanan sebanyak 10 (sepuluh) kali

dari Solo menuju Yogyakarta maupun sebaliknya. Tingginya intensitas

perjalanan ini menunjukkan bahwa masyarakat masih berminat melakukan

perjalanan dengan kereta api Prameks untuk bepergian antara Solo dan

Yogyakarta, selain harga tiket yang cukup terjangkau baik bagi kalangan

pelajar yang kebanyakan adalah mahasiswa dan pekerja baik dosen maupu

akademisi yang menglajo, perjalanan yang ditempuh juga relatif lebih cepat

dibandingkan dengan naik kendaraan umum lainnya seperti bus.

Diharapkan dengan adanya KA Prameks ini mobilisasi masyarakat

sekitar Solo-Yogyakarta akan lebih meningkat dan masyarakat dapat

merasakan pelayanan yang lebih baik dan nyaman. Dan juga mampu

mengurangi kepadatan lalu lintas jalan raya Solo-Yogyakarta. Selain itu

diharapkan dapat mendukung pariwisata alam dan budaya Solo dan

Yogyakarta sehingga dapat berfungsi meningkatkan peran transportasi kereta

api secara nasional.

PT. KAI (Persero) Daerah Operasional (Daop) VI Yogyakarta

melengkapi rangkaian Kereta Api Prameks tujuan Solo-Yogyakarta-Kutoarjo

dengan satu gerbong khusus untuk penumpang perempuan. Gerbong tersebut

resmi diluncurkan mulai Sabtu 4 September 2010. Gerbong tersebut

berkapasitas sekitar 106 penumpang. Penambahan gerbong tersebut

dimaksudkan untuk meningkatkan kenyamanan konsumen dalam

(25)

commit to user

Kereta Api Indonesia serius dalam penerapan gerbong khusus wanita

dan Daop VI Yogyakarta menyediakan khusus untuk tujuan Solo serta

Yogyakarta. Anggota DPD GKR Hemas sekaligus Ratu Keraton Yogyakarta

datang dalam acara peluncuran kereta Prameks dengan gerbong khusus untuk

wanita dan didampingi Walikota Yogyakarta Herry Zudianto di stasiun Tugu

Yogyakarta dan GKR Hemas menilai, setelah peluncuran ini PT. KAI

(Persero) Daop VI Yogyakarta harus memiliki tanggung jawab untuk

melayani konsumen dengan lebih baik.

Tujuan disediakan Gerbong khusus wanita sebagai bentuk pelayanan,

keamanan dan kenyaman bagi penumpang yang membutuhkan perhatian

khusus seperti para wanita atau ibu yang menyusui serta lansia, dan juga

untuk menghindari adanya tindak pelecehan dari penumpang lainnya. Namun

dalam prakteknya tentunya tidak semudah yang dibayangkan, dibutuhkan

sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi dari pihak

provider serta komunikasi yang baik kepada konsumen, karena masih banyak

hal-hal yang perlu diperbaiki untuk memberikan pelayanan yang prima

kepada konsumen.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis menentukan

judul penelitian ini sebagai berikut : “Kinerja PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita

Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Studi Kasus Pada Stasiun Solo

(26)

commit to user

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

” Bagaimana Kinerja PT Kereta Api (Persero) Daop VI Yogyakarta

Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres

(Studi Kasus Pada Stasiun Solo Balapan)?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui bagaimanakah kinerja PT Kereta Api

(Persero) Daop VI Yogyakarta dalam pelayanan gerbong khusus

wanita kereta api Prambanan Ekspres (Prameks) studi kasus pada

Stasiun Solo Balapan.

2. Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak, sebagai bahan pemikiran dalam meningkatkan kinerja PT

Kereta Api (Persero) Daop VI Yogyakarta dan Daop-daop lainnya

secara umum, dan di Stasiun Solo Balapan secara khusus.

(27)

commit to user

Untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) berguna untuk

memberi bahan pertimbangan secara ilmiah yang dapat dimanfaatkan

untuk mengukur kinerja dan untuk meningkatkan eksistensi PT.

Kereta Api Indonesia (Persero), khususnya Daop VI Yogyakarta.

2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi instansi-instansi terkait PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) Daop VI Yogyakarta.

3. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menerapkan teori yang

diperoleh ke dalam praktek nyata. Sehingga dapat melatih cara

berfikir sistematis di samping belajar mengembangkan kemampuan

(28)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KINERJA

1. Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja menurut Bernardin dan Russel (1993 : 379) dalam

Yeremias T. Keban mendefinisikan “performance isdefined as the record of

outcomes produced on a specified job function or activity during specified

time period” kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu

tertentu. (Yeremias T. Keban, hal 192 ).

Menurut kamus Illustracted Oxford Dictionary (1998 : 606) dalam

Yeremias T. Keban, istilah ini menunjukkan “the execution or fulfilment of a

duty” (pelaksanaan atau pencapaian dari suatu tugas), atau “a person’s

achievement under test condition etc” (pencapaian hasil seseorang ketika

diuji, dsb)

Menurut International Journal of Public Sector Management Vol. 22

No. 6, 2009 adalah sebagai berikut:

(29)

commit to user

pengukuran kinerja-yaitu suatu kegiatan monitoring atau pemantauan atas perubahan yang telah ditetapkan dalam menghasilkan hal-hal yang dapat meningkatkan kinerja. Pengukuran kinerja adalah menghitung baik secara kuantitaif maupun kualitatif, dari input maupun output dari tingkatan aktifitas kegiatan atau proses. Manajemen kinerja adalah kegiatan, berdasarkan pengukuran kinerja dan laporan dimana hasilnya akan meningkatkan sikap, motivasi, proses dan mengembangkan inovasi. (Karen Fryer, Antony, Susan Ogden www.emeraldinsight.com International Journal of Public Sector Management Vol. 22 No. 6, 2009).

Pengertian kinerja menurut Joko Widodo pada hakekatnya berkaitan

dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang

menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja

adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan

tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. (Joko Widodo,

2005: 79)

Sedangkan John Withmore dalam Lijan Poltak Sinambela

mengemukakan bahwa kinerja merupakan ekspresi potensi seseorang dalam

memenuhi tanggung jawabnya dengan menetapkan standar tertentu. Untuk

memberikan kinerja yang optimal perlu ditetapkan standar kinerja yang jelas,

yang dapat menjadi acuan bagi seluruh pegawai. Kinerja pegawai akan

tercipta jika pegawai dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.

(Lijan Poltak Sinambela, 2006 : 138)

Menurut Bastian dalam Hessel Nogi Tangkisilan mengemukakan

bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian hasil

(30)

commit to user

tujuan, visi dan misi organisasi tersebut. (Hessel Nogi Tangkilisan, 2005 :

25).

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Ruky dalam Tangkilisan mengidentifikasikan faktor-faktor yang

berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai

berikut :

a. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang

digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh

organisasi. Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan

semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

c. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan

ruangan, dan kebersihan.

d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada

dalam organisasi yang bersangkutan.

e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi

agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,

imbalan, promosi, dan lain-lain. (Tangkilisan , 2007 : 180).

Soesilo dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja suatu

(31)

commit to user

a. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan

fungsi yang menjalankan aktivitas organisasi.

b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.

c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk

bekerja dan berkarya secara optimal.

d. Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan

data base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.

e. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan

penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiap

aktivitas organisasi. (Tangkilisan, 2007 : 180-181)

Atmosoeprapto dalam Tangkilisan mengemukakan bahwa kinerja suatu

organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor

eksternal berikut ini :

a. Faktor eksternal yang terdiri dari :

1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan

keseimbangan kekuasaan Negara yang berpengaruh pada

keamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenangan

organisasi untuk berkarya secara maksimal.

2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang

berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya

beli untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu

(32)

commit to user

3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah

masyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap

etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor internal yang terdiri dari :

1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang

ingin diproduksi oleh suatu organisasi.

2) Struktur organisasi, sebagai desain antara fungsi yang akan

dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.

3) Sumber daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota

organisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secara

keseluruhan.

4) Budaya organisasi, yaitu gaya identitas suatu organisasi dalam

pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang

bersangkutan.

(Tangkilisan, 2007 : 181-182)

Menurut Mahmudi, kinerja merupakan suatu konstruksi

multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

a. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill),

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki

(33)

commit to user

b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer terhadap team

leader.

c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,

kekompakan dan keeratan anggota tim.

d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur

yang diberikan oleh organisasi, dan kultur kerja dalam organisasi.

e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.

(Mahmudi, 2005 : 21)

3. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja

Tanggung jawab utama manajer sektor publik adalah untuk mengelola

kinerja organisasi. Pengelolaan kinerja meliputi perencanaan, manajemen

sumber daya organisasi, penyediaan pelayanan publik, penilaian kinerja serta

pelaporan kinerja. Indikator kinerja memiliki peran kunci di dalam mengelola

kinerja disemua level organisasi, baik dilevel strategis maupun operasional

atau teknis.

Menurut Broadnax et al, dalam Arie Halachmi mengenai pengukuran

kinerja adalah sebagai berikut:

(34)

commit to user

dan pengukuran kinerja sebenarnya tidak masalah. Namun, jangan sia-siakan pengungkit besar untuk perubahan. (Broadnax et al, dalam Arie Halachmi www.emeraldinsight.com International Journal of Productivity and Performance ManagementVol. 60 No. 1, 2011).

Pengukuran kinerja menjadi suatu keharusan bagi setiap unit

organisasi instansi pemerintah, karena:

a. Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara

keberhasilan dan kegagalan.

b. Jika suatu keberhasilan tidak diidentifikasi, maka kita tidak dapat

menghargainya.

c. Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malahan

menghargai kegagalan.

d. Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti juga tidak akan bisa belajar

dari kegagalan.

(Widodo 2007:94)

Menurut Widodo (2007:95) pengukuran kinerja dapat dilakukan

dengan cara:

a.Membandingkan antara rencana dengan realisasi

b.Realisasi tahun ini dengan tahun lalu

c.Membandingkan organisasi lain yang sejenis

d.Membandingkan antara realisasi dengan standarnya

(Widodo 2007:95)

Pengertian indikator kinerja menurut Mahmudi adalah suatu saran

atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses,

(35)

commit to user

Menurut BPKP (2000) dalam Mahsun indikator kinerja adalah ukuran

kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu

sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Joko Widodo (2007:95) pengukuran kinerja merupakan

aktivitas menilai kinerja yang dapat dicapai organisasi, dalam melaksanakan

kegiatan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Inti aktivitas

pengukuran kinerja yakni melakukan penilaian dan untuk melakukan

penilaian tentunya dibutuhkan standar penilaian. Dan menurutnya

pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan cara:

a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi

b. Realisasi tahun ini dengan tahun lalu

c. Membandingkan organisasi lain yang sejenis

d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya

(Widodo 2007:95).

Menurut Lohman dalam Mahsun pengukuran kinerja merupakan suatu

aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari

tujuan strategis organisasi. (Mahsun, 2009 : 25).

Whittaker dalam Mahsun menjelaskan bahwa pengukuran kinerja

merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. (Mahsun, 2009 : 25-26).

Robertson (2002) dalam Mahsun menjelaskan bahwa pengukuran

kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan

(36)

commit to user

penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas

barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan

dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan), hasil kegiatan dibandingkan

dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas tindakan dalam mencapai

tujuan. (Mahsun, 2009 : 25-26).

Pengukuran kinerja mempunyai beberapa manfaat. Simon dalam

Mahsun menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer dalam

memonitor implementasi stategi bisnis dengan cara membandingkan antara

hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Dari manfaat ini dapat

disimpulkan bahwa pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang

digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan

berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan

organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan

akuntabilitas. (Mahsun, 2009 : 26).

Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa elemen yang bersifat

pokok. Elemen pokok pengukuran kinerja organisasi/instansi menurut

Mahsun adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi

Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang

apa yang ingin dicapai organisasi, sasaran merupakan tujuan organisasi

yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu

(37)

commit to user

untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut

ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi.

b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja

Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung

yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.

Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung.

Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai

ketercapaian tujuan, sasaran, strategi. Indikator kinerja dapat berbentuk

faktor-faktor keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci, faktor

keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan

kinerja unit kerja organisasi. Area ini menggambarkan preferensi

manajerial dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan

non finansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini

harus segera konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam

organisasi. Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan

indikator yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang

bersifat finansial maupun non finansial untuk melaksanakan operasi dan

kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk

mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

(38)

commit to user

Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi

adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja

yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan

ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan positif, penyimpangan

negatif, atau penyimpangan nol. Penyimpangan positif berarti

pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampau indikator

dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti

pelaksanaan kegiatan belum mencapai indikator dan ukuran kinerja yang

ditetapkan. Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah

berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang

ditetapkan.

d. Evaluasi kinerja

Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi

mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian kinerja

organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi

capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment,

penilaian kemajuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas

pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

(Mahsun, 2009 : 26-28)

Menurut Dwiyanto dkk. Pengertian kinerja organisasi publik secara

lengkap dapat dilihat dari dari beberapa indikator, yaitu sebagai berikut :

(39)

commit to user

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga

efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai

rasio antara input dengan output.

b. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam

menjelaskan kinerja organisasi publik. Banyak pandangan negatif yang

terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan

masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi

publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat

dijadikan inidikator kinerja organisasi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini

menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan

sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung

menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi

dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara

pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas

(40)

commit to user

organisasi organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas

yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit

maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu

ketika berbenturan dengan responsivitas.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih

oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena

dipilih oleh rakyat dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan

kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat

digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan

organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak.

Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal

yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti

pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal,

seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu

kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau

kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang

(41)

commit to user

Zeithaml, Parasuraman & Berry (1990) dalam Ratminto & Atik juga

mengungkapkan beberapa indikator kinerja, yaitu : tangibles, reliability,

responsiveness, assurance, empathy.

1) Tangibles atau ketampakan fisik, artinya petampakan fisik dari gedung,

peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh

provider.

2) Reliability atau reliabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan

pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

3) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong

customers dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.

4) Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para

pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan

kepada customers.

(Ratminto & Atik, 2007: 177)

Sementara itu Lenvine dalam review literatur yang diketemukan oleh

Ratminto dan Atik dalam buku “Manajemen Pelayanan” mengemukakan tiga

konsep yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kinerja organisasi publik,

yakni responsivitas (responsiveness), responsibilitas (responsibility) dan

akuntabilitas (accountability).

1) Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers

terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.

2) Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang

(42)

commit to user

dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan.

3) Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan

pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan

dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di

masyarakat.

(Ratminto & Atik, 2007 : 177)

Menurut Ratminto dan Atik, indikator kinerja dapat dikelompokkan

menjadi dua macam, yaitu indikator kinerja yang berorientasi pada proses dan

indikator kinerja yang berorientasi pada hasil. Indikator-indikator tersebut

dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Ukuran yang berorientasi pada hasil

1) Efektivitas

Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu

dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.

Akan tetapi pencapaian tujuan ini harus juga mengacu pada visi

organisasi.

2) Produktivitas

Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan

(43)

commit to user 3) Efisiensi

Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran dan masukan.

Idealnya Pemerintah Daerah harus dapat menyelenggarakan suatu

jenis pelayanan tertentu dengan masukan (biaya dan waktu) yang

sesedikit mungkin. Dengan demikian, kinerja Pemerintah Daerah

akan menjadi semakin tinggi apabila tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan

dengan biaya yang semurah-murahnya.

4) Kepuasan

Kepuasan, artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah dapat

memenuhi kebutuhan karyawan dan masyarakat.

5) Keadilan

Keadilan yang merata, artinya cakupan atau jangkauan kegiatan dan

pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah harus diusahakan

seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan

secara adil.

b. Ukuran yang berorientasi pada proses

1) Responsivitas

Adalah kemampuan provider untuk mengenali kebutuhan

masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta

mengembangkan program-program pelayanan sesuai dengan

(44)

commit to user

bahwa responsivitas ini mengukur daya tanggap provider terhadap

harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan customers.

2) Responsibilitas

Ini adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat

kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan hukum

atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.

3) Akuntabilitas

Ini adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat

kesesuaian antara penyelenggaraan pemerintahan dengan

ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh

stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di

masyarakat.

4) Keadaptasian

Keadaptasian adalah ukuran yang menunjukkan daya tanggap

organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi di

lingkungannya.

5) Kelangsungan hidup

Kelangsungan hidup artinya seberapa jauh Pemerintah Daerah atau

(45)

commit to user

berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan daerah

atau program lain.

6) Keterbukaan/transparansi

Adalah bahwa prosedur/tata cara, penyelenggaraan pemerintahan

dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum

wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan

dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.

7) Empati

Empati adalah perlakuan atau perhatian Pemerintah Daerah atau

penyelenggara jasa pelayanan atau providers terhadap isu-isu aktual

yang sedang berkembang di masyarakat. (Ratminto & Atik, 2007:

179)

Menurut Siagian (1999) dalam Keban, sistem evaluasi kinerja yang

baik akan sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti mendorong

peningkatan prestasi kerja, bahan pengambilan keputusan dalam pemberian

imbalan, kepentingan mutasi pegawai, penyusunan program pendidikan dan

pelatihan, dan membantu pegawai dalam menentukan rencana kariernya.

(Keban, 2004: 197).

Evaluasi kinerja dalam Widodo merupakan kegiatan untuk menilai

atau melihat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi atau unit kerja,

(46)

commit to user

evaluasi kinerja merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan dan

kegagalan pencapaian kinerja (Widodo 2007:94).

Berdasarkan pengertian di atas jelas bahwa indikator kinerja

merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian

tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.

B. PELAYANAN

1.Pengertian pelayanan

Menurut Sampara dalam Sinambela pelayanan adalah suatu kegiatan

atau serangkaian kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara

seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan

kepuasan pelanggan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan

adalah usaha menyediakan kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah

membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.

Gronroos (1990:27) dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih

mendefinisikan pelayanan sebagai suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas

yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat

adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal yang

disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk

memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.

Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan Crosby (1997:448) dalam Ratminto

(47)

commit to user

tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia

dan menggunakan peralatan.

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa ciri pokok pelayanan

adalah tidak kasat mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan upaya manusia

(karyawan) atau peralatan lain yang disediakan oleh perusahaan

penyelenggara pelayanan.

2. Pelayanan Publik

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81

Tahun 1993 yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 mendefinisikan

pelayanan publik sebagai segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh

Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha

Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam bentuk barang atau jasa,

baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam

rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Keputusan

MENPAN Nomor 63/2003).

Mengikuti definisi di atas, pelayanan publik atau pelayanan umum

dapat didefinisikan sebagai gejala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk

barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung

jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di

lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah

(48)

commit to user

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Inu Kencana (1999:17) dalam Sinambela mendefinisikan pelayanan

publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat

yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok

dan tata cara yang telah ditetapkan.

Sedangkan Mahmudi (2010: 223) mengartikan pelayanan publik

adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Gerbong Khusus Wanita

1. Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks)

Kereta api Prambanan Ekspres (Prameks) merupakan nama bagi

layanan transportasi kereta api yang menghubungkan Kutoarjo, Yogyakarta,

dan Surakarta. Saat ini beroperasi dua belas kali pulang pergi dan dikelola

oleh PT Kereta Api Daerah Operasional VI Yogyakarta. Cikal bakal kereta

komuter yang melayani rute Yogyakarta-Solo berawal sejak tahun 1960-an

hingga akhir 1970-an. Kereta tersebut bernama "Kuda Putih" (karena ada

logo bergambar kuda di bagian atas jendela masinisnya) dan merupakan KRD

pertama di Indonesia. Setelah Kuda Putih tidak aktif (dihentikan pada tahun

1980-an), tidak ada lagi kereta api komuter yang menghubungkan kedua kota

(49)

commit to user

KA Prameks Solo–Yogyakarta pergi pulang (PP) kali pertama

diluncurkan tanggal 20 Mei 1994, dengan hanya menggunakan empat

rangkaian kereta kelas bisnis lokal yang ditarik oleh lokomotif diesel dengan

tarif Rp 2000,00. Rangkaian ini memakai kereta milik KA Senja Utama Solo

yang beroperasi hanya pada malam hari. Awalnya KA itu berjalan hanya dua

kali sehari pergi-pulang. Dalam kurun pengoperasiannya, KA Prameks telah

mengalami beberapa kali perubahan jadwal pemberangkatan maupun sarana

yang dipergunakan. Bahkan untuk periode yang singkat, ke dalam rangkaian

ini pernah pula ditambahkan satu gerbong KA eksekutif dengan tarif Rp

5000,00.

Setelah pola keberangkatannya diubah sesuai dengan keinginan

pelanggan menjadi lima kali PP sehari, maka pada masa angkutan lebaran

1998, manajemen PT KAI (Persero) mengganti rangkaian kereta yang ditarik

oleh lokomotif menjadi tiga set rangkaian KRD (Kereta Rel Diesel). KRD

Prameks, beroperasi sejak 1998. Sekarang rangkaian ini dipakai untuk KRD

Bumi Geulis Bogor-Sukabumi.

Namun karena rangkaian KRD ini dianggap uzur (buatan tahun

1980-an), KA Prameks sering mengalami kerusakan yang mengakibatkan

keterlambatan. Akhirnya Ditjen KA Dephub (sekarang Kementerian

Perhubungan) bersama manajemen PT KA menambah satu set armada

Prameks berupa KRDE prototipe pertama dari PT INKA Madiun pada 1

Maret 2006. Rangkaian ini adalah yang pertama kali dioperasikan di

(50)

commit to user

("Belgien-Nederland-Holland Electric", perusahaan KA Belanda-Belgia),

Belgia, yang dimodifikasi oleh PT INKA dengan mengganti sumber daya

menggunakan satu mesin diesel.

Kereta Api Prameks per rangkaian KRDE tersebut terdiri atas satu

unit kereta mesin (engine, KDE) diesel, satu unit kereta co-trailer, dua unit

kabin trailer dan satu unit trailer ditambah kabin masinis. KRDE ini diberi

kode KDE-3, yang berarti KRDE kelas ekonomi. Sejak 13 Maret 2006,

ditambahlah dua perjalanan KA Prameks ini menjadi tujuh kali PP. Seiring

dengan dioperasikannya jalur rel ganda Yogyakarta-Kutoarjo pada 29

September 2007 dan sekaligus untuk memenuhi permintaan masyarakat

Kulonprogo dan Kutoarjo, PT KA Daop VI Yogyakarta sejak 15 Oktober

2007 mulai melakukan uji coba perjalanan KA Prameks

Yogyakarta-Kutoarjo-Solo Balapan PP dengan pola operasi dua kali perjalanan sehari.

Dengan bertambahnya dua set KRDE yang diluncurkan oleh Menteri

Perhubungan di Stasiun Solo Balapan, 16 Februari 2008, pola operasi KA

Prameks Solo-Yogyakarta mengalami peningkatan dari tujuh kali menjadi

dua belas kali PP Solo - Yogyakarta - Kutoarjo. Kereta api ini juga sekarang

berhenti di Stasiun Maguwo (Bandara Adisucipto), sebagai bagian dari sistem

terpadu transportasi Yogyakarta yang menghubungkan sarana transportasi

umum darat (bus Trans Jogja dan taksi), kereta api, dan pesawat terbang.

(51)

commit to user

Kereta Api Indonesia serius dalam penerapan gerbong khusus wanita

dan Daop VI Yogyakarta menyediakan khusus untuk tujuan Solo serta

Kutoarjo dalam hal ini kereta Prameks, dan tujuan disediakannya gerbong

khusus wanita ini sebagai bentuk pelayanan, keamanan dan kenyaman bagi

penumpang yang membutuhkan perhatian khusus seperti para wanita atau ibu

yang menyusui serta lansia, untuk menghindari adanya tindak pelecehan dari

penumpang lainnya.

Gerbong khusus wanita akan ditempatkan di rangkaian paling depan

atau belakang. Tidak ada tarif khusus bagi penumpang perempuan yang akan

menaiki gerbong itu. Harga tiket sama yakni Rp 9.000 per orang. Gerbong

khusus wanita didesain dengan warna-warna yang lembut, selain itu juga

diberi beberapa ornamen yang menimbulkan kesan feminim. Kereta yang

dipergunakan sebagai gerbong khusus wanita hanya satu unit pada

masing-masing set KRDE Prameks, yaitu kereta paling belakang. Namun sayangnya,

fasilitas yang ada di gerbong khusus wanita ini tidak ada bedanya dengan

gerbong biasa, artinya gerbong ini tidak dilengkapi dengan apa yang menjadi

kebutuhan para wanita, misalnya saja toilet, yang tentu akan menyulitkan

penumpang yang ingin buang air atau sekedar mengganti pembalut wanita.

Kemudian tidak tersedia pula ruang tertutup untuk ibu menyusui, dan tangga

yang dapat dijangkau oleh para lansia.

Kereta khusus wanita ini diluncurkan langsung oleh Gusti Kanjeng

Ratu Hemas dan Walikota Yogyakarta Herry Zudianto di stasiun Tugu

(52)

commit to user

wanita ini merupakan wujud apresiasi penghargaan kepada kaum wanita.

Terlebih pada tahun 2009 lalu, Daop VI Yogyakarta memperoleh piagam

penghargaan sebagai pembina terbaik tenaga kerja perempuan, mewakili

propinsi DIY dan mendapatkan penghargaan dari presiden RI.

D. KINERJA PT. KAI (PERSERO) DAOP VI YOGYAKARTA

DALAM PELAYANAN GERBONG KHUSUS WANITA KERETA

API PRAMBANAN EKSPRES (PRAMEKS).

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja

merupakan capaian atau hasil kerja dari suatu organisasi atau instansi dalam

jangka waktu tertentu. Yang dinilai dari kinerja ini adalah sejauh mana

organisasi atau instansi melaksanakan tugasnya sesuai dengan target atau

sasaran yang telah ditentukan sebelumnya atau kesesuaian pelaksanaan tugas

dengan visi misi yang diemban oleh organisasi atau instansi tersebut.

Sedangkan pelayanan disefinisikan sebagai suatu aktivitas atau

serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang

terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan

atau hal-hal yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang

dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen.

Gerbong khusus wanita merupakan gerbong khusus pada kereta api

Prambanan Ekspres (Prameks) sebagai bentuk pelayanan, kenyaman dan

penghargaan bagi penumpang wanita Berdasarkan pengertian tersebut maka

(53)

commit to user

Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres adalah

kemampuan PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta dalam melakukan

serangkaian kegiatan dalam rangka memberikan pelayanan kepada

penumpang wanita untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai perusahaan

pemberi layanan.

Sebagai alat pengukur kinerja PT. KAI Daop VI Yogyakarta Dalam

Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres ini

digunakan beberapa indikator, yaitu:

a. Tangible atau ketampakan fisik, artinya penampakan fisik dari gedung,

peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh

provider.

Tangible atau ketampakan fisik digunakan sebagai tolok ukur yang

penting untuk menentukan kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI

Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api

Prambanan Ekspres. Tangible ini dapat dilihat dari adanya sarana dan

prasarana yang mendukung, seperti misalnya lokasi stasiun yang

memadai dan memenuhi kebutuhan calon penumpang, ketersediaan

toilet pada kereta api, kenyamanan tempat duduk, kenyamanan kereta

api dan sebagainya.

b. Responsiveness (Responsivitas)

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

Gambar

Tabel 1.1    Laporan Jumlah Penumpang KA Tahun 2005-2009…….. .
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir…………………………............
Tabel 1.1
Tabel 1.2 Jadwal perjalanan KA Prameks relasi  Solo-Yogyakarta-Kutoarjo per
+7

Referensi

Dokumen terkait