• Tidak ada hasil yang ditemukan

No Indikator Hasil Penelitian

1. Tangible a. Kondisi dan fasilitas stasiun sudah cukup memadai.

b. Kurangnya perawatan terhadap kereta api Prameks.

c. Kurangnya jumlah armada kereta api Prameks yang beroperasi.

d. KA Prameks merupakan jenis kereta bisnis, namun pada kenyataannya kereta yang dioperasikan adalah kereta jenis ekonomi.

e. Tidak tersedianya toilet maupun ruang ibu menyusui di dalam gerbong khusus wanita, serta tangga yang mudah dijangkau oleh lansia.

2. Responsiveness a. PT. KAI berusaha menanggapi keluhan penumpang dengan menyediakan kotak saran atau siap menerima dan mendengar keluhan.

b. Keberadaan Gerbong Khusus Wanita merupakan sikap responsif dari PT.KAI dalam menanggapi keluhan soal pelecehan dari kaum perempuan.

c. Keluhan dari para wanita tentang pelayanan di atas Gerbong Khusus Wanita masih rendah.

commit to user

petugas kepada penumpang sudah cukup baik.

3. Responsibility a. Pelanggaran yang terjadi di atas gerbong khusus wanita masih dapat di atasi.

b. Petugas / satpam berjaga di depan pintu gerbong khusus wanita untuk mengingatkan penumpang pria yang masuk ke gerbong khusus wanita.

c. Penumpang laki-laki saat ini sudah mengerti dan mematuhi aturan untuk tidak masuk ke gerbong khusus wanita.

4. Accountability a. Para penumpang tidak merasa keberatan dengan harga tiket KA Prameks yang telah ditetapkan.

b. Pertanggungjawaban dilakukan secara berkala setiap bulan dari setiap bagian kepada Kadaop dan kantor pusat.

c. Daop VI Yogyakarta memberikan pertanggungjawaban kepada Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan. d. Pertanggungjawaban kepada masyarakat

secara moral disampaikan lewat media cetak, media elektronik dan kelompok Pramekers.

commit to user BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi yang cukup banyak diminati oleh masyarakat Indonesia untuk melakukan perjalanan, juga merupakan sarana transportasi tertua karena sudah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan transportasi publik dalam bidang perkeretaapian. Dalam beberapa dekade, perkeretaapian menjadi bisnis yang berkembang pesat.

Peningkatan jumlah penduduk dan mobilitas masyarakat baik dari kota Solo maupun Yogyakarta yang semakin lama semakin meningkat drastis otomatis membuat mobilitas antara kedua kota tersebut juga semakin tinggi. Untuk itu PT. KAI (Persero) menyediakan kereta komuter yang menghubungkan kedua kota tersebut yang bernama KA Prambanan Ekspress atau KA Prameks. PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasional (Daop) VI Yogyakarta melengkapi rangkaian Kereta Api Prameks tujuan Solo-Yogyakarta-Kutoarjo dengan satu gerbong khusus untuk penumpang perempuan.

Hal ini sebagai suatu bentuk penghormatan dan penghargaan dari PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta kepada kaum wanita untuk memberikan kenyamanan khususnya pada penumpang yang membutuhkan

commit to user

perhatian khusus seperti para wanita atau ibu yang menyusui serta lansia, untuk menghindari adanya tindak pelecehan dari penumpang lainnya khususnya kaum laki-laki.

Pengukuran Kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) ini dikonsentrasikan pada beberapa indikator yaitu tangible (ketampakan fisik), responsiveness (responsivitas), responsibility (responsibilitas), dan accountability (akuntabilitas).

1. Tangible (Ketampakan Fisik)

Tangible atau wujud fisik digunakan sebagai tolak ukur yang penting untuk menentukan kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta Dalam Pelayanan Gerbong Khusus Wanita Kereta Api Prambanan Ekspres. Tangible atau wujud fisik ini dapat dilihat dari adanya sarana dan prasarana yang mendukung. Namun pada cakupan Daop VI Yogyakarta jumlah sarana dan prasarana yang ada sangat kurang memadai. Kurangnya jumlah armada kereta api Prameks yang beroperasi saat ini jauh dari cukup, karena hanya terdapat tiga set kereta api untuk beroperasi selama 28 kali trip setiap harinya. Selain itu juga, kereta api Prameks umurnya sudah tua dan seharusnya diganti. Namun karena terbatasnya dana, PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta belum dapat menambah armada lagi. Sehingga hal ini mengakibatkan kurang optimalnya

commit to user

pelayanan misalnya sering terjadi keterlambatan maupun kemogokan kereta api.

2. Responsiveness

Responsivitas dalam hal ini berarti kemampuan dari PT. KAI dalam merespon dan menanggapi apa yang menjadi permasalahan dan keinginan dari penumpang, artinya indikator ini menekankan pada seberapa besar daya tanggap pegawai atau petugas pada stasiun Solo Balapan dalam menanggapi dan membantu penumpang atau calon penumpang yang mengalami kesulitan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa penumpang, daya tanggap atau responsivitas pegawai di PT. KAI Daop VI Yogyakarta dan Stasiun Solo Balapan sudah cukup baik dalam melayani penumpang di Gerbong Khusus Wanita. Terdapat satpam yang berjaga di depan pintu Gerbong Khusus Wanita untuk memastikan bahwa tidak ada laki-laki yang masuk ke dalam gerbong yang dikhususkan untuk kaum hawa tersebut.

Keberadaan Gerbong Khusus Wanita juga merupakan salah satu bentuk sikap responsif dari PT. KAI Daop VI Yogyakarta kepada para wanita sebagai sebuah penghargaan dan penghormatan dimana para wanita tidak perlu bersaing dengan laki-laki untuk mendapatkan tempat duduk, terutama bagi para lansia dan ibu hamil.

commit to user 3. Responsibility

Responsibilitas yang dimiliki pegawai PT. KAI (Persero) Stasiun Solo Balapan dalam memberikan pelayanan kepada penumpang sudah cukup baik. Pelanggaran yang muncul dari penumpang masih dapat diatasi oleh pegawai.

4. Accountability

Akuntabilitas yang dimiliki oleh PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta dalam memberikan laporan pertanggungjawaban secara vertikal kepada Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan telah dilakukan secara berkala. Sementara pertanggungjawaban kepada masyarakat dilakukan dalam bentuk pertanggungjawaban moral yang disampaikan melalui media massa, media elektronik, maupun kelompok-kelompok Pramekers.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bagaimana kinerja PT Kereta Api (PERSERO) Daop VI Yogyakarta dalam pelayanan gerbong khusus wanita Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Studi Kasus Pada Stasiun Balapan Solo. Dalam beberapa aspek, kinerja PT. KAI (Persero) Daop VI Yogyakarta memang sudah cukup baik, namun masih banyak pula hal-hal yang masih jauh dari harapan yang diinginkan oleh penumpang, terutama di Gerbong Khusus Wanita, sehingga pelayanan yang diberikan masih belum optimal. Untuk itu ada beberapa saran yang

commit to user

bisa diperhatikan dan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi, yaitu antara lain adalah sebagai berikut :

1. Kondisi sarana dan prasarana yang masih belum maksimal, dan cenderung memprihatinkan, misalnya saja kurangnya jumlah armada kereta api yang beroperasi. Hal ini sudah selayaknya mendapatkan perhatian yang lebih, diperlukan adanya kerja sama yang baik dari pihak pemerintah dan PT. KAI (Persero) sendiri untuk melakukan penambahan jumlah armada dan pemberian perawatan yang cukup pada armada kereta api yang sudah ada. 2. KA Prameks yang seharusnya beroperasi adalah jenis kereta api

kelas bisnis, yang mana pada kereta kelas bisnis semua penumpang dijamin mendapatkan tempat duduk, namun pada kenyataanya yang dioperasikan selama ini adalah kereta kelas ekonomi. Hal ini tentunya tidak sesuai, oleh karena itu sudah seharusnya PT. KAI mematuhi peraturan yang ada dengan memberikan pelayanan dengan jenis kereta yang semestinya.

3. Seharusnya disediakan fasilitas toilet di dalam KA Prameks termasuk gerbong khusus wanita, agar para penumpang yang ingin buang air tidak perlu turun di stasiun untuk mencari toilet.

4. Tidak tersedianya ruang tertutup bagi ibu menyusui di gerbong khusus wanita, mengingat di gerbong tersebut masih banyak petugas atau satpam laki-laki, sehingga para ibu enggan menyusui anaknya meskipun sudah berada di gerbong khusus wanita.

commit to user

5. Tangga khusus untuk para lansia seharusnya disediakan, karena sering kali para lansia tidak dapat mencapai tangga yang cukup tinggi jika ingin naik ataupun turun dari kereta.

6. Keterlambatan kereta api seharusnya dapat diminimalisir dengan melakukan pengecekan setelah kereta api selesai beroperasi, maka jika terdapat kerusakan segera dapat ditangani. Sehingga tidak perlu terjadi keterlambatan akibat kerusakan yang terjadi pada kereta api.

7. Bagi penumpang laki-laki sebaiknya mematuhi peraturan yang ada dengan tidak duduk di Gerbong Khusus Wanita tanpa disuruh atau diperingatkan oleh satpam yang bertugas. Jika semuanya sudah mematuhi aturan yang ada maka akan tercipta kenyamanan bagi semua penumpang.

8. Menurut salah satu penumpang yang penulis wawancarai, ia menginginkan agar semua jenis kereta api penumpang yang beroperasi di Indonesia diberikan Gerbong Khusus Wanita untuk menambahkan kenyamanan bagi kaum wanita. Karena menurutnya, keberadaan Gerbong Khusus Wanita sangat memberikan rasa nyaman dan aman dalam bertransportasi menggunakan jasa angkutan kereta api.

Dokumen terkait