DAMPAK PERISTIWA PENGESAHAN UU NO 25 TAHUN 2007
TENTANG PENANAMAN MODAL PADA HARGA SAHAM DI
BURSA EFEK INDONESIA
(studi kasus pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Imdonesia)
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas
–
Tugas dan Memenuhi
Syarat
–
Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Diajukan Oleh :
Krisna Dwipayana Purnomo
NIM F0204089
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
DAMPAK PERISTIWA PENGESAHAN UU NO 25 TAHUN 2007 TENTANG
PENANAMAN MODAL PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK
INDONESIA
(studi kasus pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Krisna Dwipayana Purnomo NIM F0204089
Abstrak
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang disahkan pada tanggal 26 April 2007 pada harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan tiga hipotesis untuk
mengkonstruksi model dalam studi ini. Hipotesis tersebut adalah adanya abnormal return
yang diperoleh para investor dengan adanya peristiwa pengesahan UU no 25 Tahun 2007
(HA1), adanya perbedaan abnormal return mean sebelum dan sesudah peristiwa (HA2), dan
adanya perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa (HA3).
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode peristiwa. Pengembilan sampel menggunakan teknik purposive sampling agar ukuran sampel yang diambil dapat mewakili seluruh populasi. Selanjutnya dilakukan uji normalitas untuk memastikan bahwa data layak untuk pengujian hipotesis. Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dilakukan pengujian paired sampel T-test
Hasil pengujian yang dilakukan menjelaskan bahwa para investor tidak memperoleh
abnormal return dengan adanya peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 baik dihitung berdasarkan perusahaan atau dihitung berdasarkan hari. Hasil ini tidak mendukung HA1. Dalam penghitungan berikutnya, ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara
abnormal return mean 5 hari sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari setelah peristiwa. Hasil ini mendukung HA2. Hasil pengujian ketiga yang dilakukan menjelaskan
sebelum dan sesudah peristiwa, sehingga HA3 tidak didukung. Hasil pengujian ini memberikan pemahaman tentang upaya yang dapat dilakukan oleh investor untuk
memperoleh abnormal return yaitu dengan menjual saham 30 perusahaan yang mengalami
keanikan abnormal return pada hari kedua sampai hari keempat setelah peristiwa
pengesahan UU no 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal tanggal 26 April 2007.
Kata kunci : abnormal return, trading volume activity, event study, dan pengesahan UU no
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pasar modal adalah tempat untuk berinvestasi para investor. Pasar modal yang ada
di Indonesia mempunyai kecenderungan semakin efisien. Pasar modal dikatakan efisien jika
pasar modal tersebut bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga
keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia
(Jogiyanto,2003). Informasi mempunyai pengaruh terhadap pasar modal dibedakan
menjadi dua, yaitu informasi tentang kondisi makro dan mikro. Lingkungan mikro meliputi:
kinerja perusahaan, pembagian deviden dsb. Sedangkan lingkungan makro meliputi :
keadaan politik, kondisi ekonomi, kebijakan moneter, arah kebijakan politik dll.
Di dalam lingkungan makro, arah kebijakan politik mempunyai pengaruh yang besar
kepada investor untuk berinvestasi. Arah kebijakan politik biasanya terepresentasikan
dalam produk-produk politik yang dihasilkan oleh pemerintah. Produk-produk politik
tersebut antara lain Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), keputusan presiden
(kepres) dll. Produk-produk politik tersebut biasanya sangat berkaitan erat dengan
perubahan yang fundamental dalam perjalanan Negara ini. Pasca reformasi tahun 1998
yang mengakhiri pemerintahan presiden Soeharto dengan Rezim orde barunya, muncul
tatanan baru yang berusaha mengatur ulang Negara ini. tatanan baru ini berusaha untuk
menjadi antitesa dari rezim orde baru terutama dalam masalah kepemimpinan dan
kebebasan. Sudah menjadi perbincangan umum bahwa pola kepemimpinan yang
dikembangkan rezim orde baru bersifat otoriter dan kebebasan masyarakat sangat dibatasi
terutama kebebasan berpolitik.
Periode reformasi berusaha mencitakan sebuah kepemimpinan yang terbuka bagi
siapapun. Dengan adanya konsep kepemimpinan yang terbuka, maka kesempatan atau hak
berpolitik bagi setiap anak bangsa akan terlaksana. Harapan dari konsep tersebut akan lahir
pemimpin yang benar diinginkan oleh masyarakat sehingga sang pemimpin
benar-benar mengetahui permasalahan masyarakat dan bisa menyelesaikan problem-problem
yang ada di masyarakat. Konsep inilah yang kelak akan melahirkan pemilihan langsung
Presiden dan Wakil Presiden, Dewan perwakilan Daerah (DPD), dan pemilihan langsung
kepala daerah yang terdiri dari Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota,
Bupati dan Wakil Bupati.
Konsep demokrasi yang baru ini banyak mengambil inspirasi dari demokrasi yang
dipraktekkan di Negara Amerika Serikat (AS) yang sering mendapat julukan nenek
moyangnya demokrasi. Dalam perjalanannya demokrasi yang diharapkan membawa
kepada kemakmuran belum terwujud, demokrasi yang berkembang di Indonesia cenderung
demokrasi kita lebih liberal dari Amerika Serikat(AS). Selain sistem pemerintahan yang
dibangun dengan fondasi demokrasi liberal yang cenderung kapitalis, produk-produk
pemerintahanpun banyak yang mendukung agenda-agenda liberalisasi di segala bidang.
Rekam jejak tentang agenda liberalisasi itu diawali dengan disahkannya UU no 10 tahun
te ta g per a ka . Dala a u u dari pe jelasa dise utka ah a upaya
liberalisasi di bidang perbankan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat sekaligus
meningkatkan kinerja perbankan nasional. Oleh karena itu, perlu diberikan kesempatan
yang lebih besar kepada pihak asing untuk berperan serta dalam memiliki bank nasional
sehi gga tetap terjadi ke itraa de ga pihak asio al . Da pak dari atura terse ut
sektor perbankan menjadi ajang persaingan terbuka antara pemodal dalam negeri dan
pemodal asing.
Rekam jejak berikutnya adalah terbitnya UU no 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Dalam pasal 76 disebutkan yang dimaksud dengan industri/sektor
usaha kompetitif adalah yang pada dasarnya dapat diusahakan oleh siapa saja, baik BUMN
ataupun swasta. Dengan dasar tersebut maka semua BUMN bisa diprivatisasi. Hal inilah
yang menjadikan dasar penjualan BUMN seperti Indosat, Telkom dll. penjualan asset-aset
strategis tersebut membawa permasalahan baru di masyarakat karena banyak masyarakat
yang menentang penjualan aset-aset strategis tersebut. Rekam jejak selanjutnya adalah
terbitnya UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Kalau sebelumnya
undang-undang yang ada hanya mengatur satu sektor, maka berlakunya undang-undang-undang-undang ini akan
berdampak pada semua sektor kecuali sektor yang dilarang seperti produksi senjata, mesiu,
Modal). Pengecualian tentang sektor yang tertutup bagi para pemodal juga dijelaskan dalam
peraturan presiden no 36 tahun 2010.
Rencana pengesahan Undang-undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
mengundang pro dan kontra di masyarakat. Pihak yang kontra rata-rata berasal dari
ekonom anti neoliberlis, elemen masyarakat yang diwakili gerakan mahasiswa atau
organisasi kemasyarakatan (ormas) yang sering mendengungkan isu kemandirian bangsa
atau tentang nasionalisme. Pihak yang kontra berpendapat bahwa pengesahan
Undang-undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah agenda lanjutan dari
liberalisasi seluruh sektor yang ada di negeri ini.
Beberapa pasal yang menjadi bukti selain pasal 12 yang menjelaskan luasnya
wilayah investasi swasta adalah pasal 18-24 yang menjelaskan fasilitas yang diterima pihak
penanam modal. Dalam pasal 22 ayat 1a dikatakan bahwa hak guna usaha dapat diberikan
dengan jumlah 95(sembilan puluh lima) tahun, dalam pasal 22 ayat 1b dikatakan bahwa hak
guna bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun, dalam pasal 22
ayat 1c dikatakan bahwa hak pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun.
Menurut pihak yang menolak, penerapan pasal 22 akan menjadikan pihak-pihak swasta
terutama asing lebih mudah untuk menguasai dan menguras kekayaan yang ada di
Indonesia dalam waktu yang lama. Kekhawatiran ini sangat beralasan karena dalam
perjanjian kontrak karya yang pernah ada di Indonesia sering kali pemerintah kecolongan,
maksud dari kecolongan adalah perusahaan rekanan mendapat keuntungan yang banyak
Ketika pemerintah menyadari kekeliruan yang dibuat, maka pemerintah tidak bisa
berbuat apa-apa karena rata-rata kontrak tersebut berdurasi lama. Pemerintah hanya
berusaha melakukan negosiasi kontrak yang biasanya tidak disetujui perusahaan rekanan
atau berharap kontrak bisa segera selesai dan pemerintah bisa melakukan perjanjian baru
dengan posisi tawar yang lebih baik. Contoh yang sering mewakili kondisi ini adalah kontrak
Freeport di Papua dan kontrak Exxon Mobil di blok Cepu, Jawa Tengah. Pihak yang
mendukung adalah pelaku pasaratau investor atau lebih sering kita sebut penanam modal.
Pihak penanam modal sanagt mendukung segera disahkannya Undang-undang no 25 tahun
2007 tentang Penanaman modal karena selain banyak poin-poin yang menguntungkan,
penanam modal juga membutuhkan sebuah aturan yang kuat yang bisa melindungi
kegiatan-kegiatan mereka. Dengan adanya peraturan yang kuat, maka pihak penanam
modal akan lebih nyaman dalam menyelenggarakan usahanya. Kondisi yang diinginkan
pelaku pasar tentunya akan menjadi sinyal positif bagi pasar. Sinyal positif ini akan direspon
positif pula oleh pasar saham.
Event Study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu
peristiwa. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu
peristiwa. Jika peristiwa mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada
waktu berita tentang peristiwa tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga menggunakan return dari sekuritas bersangkutan. Reaksi
ini dapat diukur dengan abnormal return kepada investor. Sebaliknya, peristiwa yang tidak
mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada investor (Jogiyanto,
Penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai reaksi
pasar modal pada saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat terhadap event
pelarangan terbang (grounding) pesawat-pesawat DC-10. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan event period selama 30 hari bursa dengan event date pada tanggal 6 Juni
1979 (tanggal pengumuman grounding). Hasilnya adalah saham-saham perusahaan
penerbangan yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock Exchange
dengan cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik saham menjadi turun
akibat event tersebut).
Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut, peneliti berupaya melakukan penelitian
event study mengenai “Da pak peristiwa pe gesahan UU no 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal pada harga saham di Bursa Efek Indonesia . Pe elitia i i e o a
menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa politik terhadap aktivitas di pasar modal,
khususnya di Bursa Efek, atau dengan kata lain hendak mengamati reaksi pasar modal
terhadap event politik berskala nasional.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah :
2.
Apakah ada perbedaan antara
abnormal return mean
di Bursa Efek Indonesia
sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal tanggal 26 April 2007 ?
3.
Apakah ada perbedaan antara rata-rata aktivitas volume perdagangan di Bursa
Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007
tentang penanaman modal tanggal 26 April 2007?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui ada tidaknya
abnormal return
yang diperoleh para investor
dengan adanya peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman
modal tanggal 26 April 2007?
2.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
abnormal return mean
di Bursa Efek
Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007
tentang penanaman modal tanggal 26 April 2007?
3.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan
di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25
tahun 2007 tentang penanaman modal tanggal 26 April 2007?
D. MANFAAT PENELITIAN
1.
Kalangan akademis dan dunia penelitian.
Menambah referensi dan meningkatkan pemahaman mengenai penelitian
event
study
khususnya yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar modal di
Indonesia
2.
Pemerintah.
Memberikan sebuah referensi baru terhadap pemerintah tentang sebuah
kebijakan politik yang mempunyai pengaruh terhadap indeks harga saham baik
pada perusahaan yang terdapat modal asing di dalamnya dan perusahaan yang
sepenuhnya terdiri dari modal dalam negeri
3. Kalangan investor individu atau perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada para investor
baik asing atau dalam negeri dalam melakukan investasi di suatu negara tertentu
dan waktu tertentu sehingga investor akan lebih berhati-hati dalam mengambil
kebijakan investasi mereka.
BAB II
A. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Saham
a. Pengertian Saham
Saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
usaha dalam suatu perusahaan. Menurut Widoadmojo (1996: 43), selembar saham
adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa kertas tersebut adalah pemilik
(berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut,
sesuai investor untuk memiliki saham yaitu kemampuannya memberikan
keuntungan yang berupa dividend dan capital gain.
b. Jenis-jenis Saham
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham
(stock). Saham dapat dibedakan dalam beberapa jenis (Jogiyanto, 2000: 67) :
1)
Saham
preferen
: merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
antara
obligasi
dan saham biasa seperti
bond
yang membayarkan bunga
atas pinjaman, saham
preferen
juga memberikan hasil yang tetap berupa
dividen preferen
.
Beberapa karakteristik saham
preferen
adalah sebagai berikut :
a)
Hak
preferen
terhadap
dividen
, adalah hak untuk menerima
dividen
b)
Hak
preferen
pada waktu likuidasi, adalah hak saham
preferen
untuk
mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan
saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
2)
Saham biasa : jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja,
saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (
common stock
). Pemegang
saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada
manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Setiap pemegang
saham memperoleh sertifikat sebagai tanda pemilikian pada perusahaan.
Pada setiap sertifikat saham tercantum nama, alamat dan hak suara
pemegang saham. Sebagai suatu sura berharga mengandung perikatan
hukum formal; yang setiap penerbitnya dijamin oleh Undang-Undang.
Untuk Indonesia berupa Undang Perseroan Terbatas,
Undang-Undang Pasar Modal, beserta aturan pelaksanaannya.
Beberap hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah :
a)
Hak kontrol, adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih
pimpinan perusahaan.
b)
Hak menerima pembagian keuntungan, adalah hak pemegang saham
biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
3)
Saham
treasury
: saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan
dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk
disimpan sebagai
treasury
yang nantinya dapat dijual kembali.
c.
Harga Saham
Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi pula kekayaan pemegang
saham. Harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa macam (Widoadmojo,
1996 : 45), yaitu :
1)
Harga nominal : merupakan nillai yang ditetapkan oleh emiten, untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya.
2)
Harga perdana : merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan di
bursa efek, setelah bernegosiasi dengan penjamin emisi (
underwriter
),
akan dijual kepada masayarakat. Setelah itu penjamin emisi segera
membuka
counter
untuk melakukan penjuaan saham emiten.
3)
Harga pasar : adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor
yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa baik
bursa utama maupun
OTC
. Dalam transaksi ini tidak lagi melibatklan
emiten dan penjamin emisi.
a.
Pengertian Indeks Harga Saham
Pengambilan keputusan membutuhkan data historis mengenai berbagai
kejadian di masa yang lalu. Keputusan investor memilih suatu saham sebagai obyek
investasinya membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang beredar
di bursa, baik secara individual, kelompok, maupun gabungan. Mengingat transaksi
investor saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang sangat
rumit dan berbeda-beda, pergerakan harga saham memerlukan identifikasi dan
penyajian informasi yang bersifat spesifik. Ribuan kejadian dan fakta historis
tersebut harus dapat disajikan dengan sistem tertentu agar dapat menghasilkan
suatu informasi yang sederhana, konsisten dan mudah ditafsirkan oleh para pelaku
pasar modal. Informasi yang sederhana namun dapat mewakili suatu kondisi
tertentu akan mewujudkan peta permasalahan yang disimbolkan oleh tanda-tanda
angka ataupun peristilahan tertentu. Berdasarkan peta permasalahan inilah para
investor dapat membayangkan maupun memprediksi situasi yang akan terjadi di
masa yang akan datang.
Sistem pemetaan kejadian historis tersebut menyangkut sejumlah fakta
maupun besaran tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga
saham di masa lalu. Bentuk informasi historis yang dipandang tepat untuk
menggambarkan pergerakan harga saham di masa lalu adalah suatu indeks harga
saham yang memberikan diskripsi harga-harga saham pada suatu saat tertentu
catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak
mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu (Sunariyah, 2000:124).
Metodologi pencatatan dan penyajian informasi berdasarkan angka indeks
tersebut dapat dikembangkan dengan berbagai variasi, sesuai dengan tujuannya
masing-masing. Oleh karena itu dikenal indeks harga saham sejenis, indeks harga
saham individual, indeks harga saham gabungan dan lain-lainnya. Berbagai
penyajian informasi indeks tersebut bersifat spesifik agar investor dapat
memanfaatkannya dalam strategi investasi di bursa saham.
b.
Jenis-jenis Indeks Harga Saham.
Indeks harga saham mempunyai variasi bentuk yang berbeda-beda sesuai
dengan tujuan penyajiannya, yaitu : (Sunariyah, 2000:125).
2)
Indeks harga saham gabungan, menggambarkan suatu rangkaian
informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai
pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut
disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari
tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Indeks harga
saham gabungan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai
pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Maksud dari
gabungan itu sendiri adalah kinerja saham yang tercatat di bursa tersebut.
3.
Informasi di Pasar Modal dan Efisiensi Pasar
Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan
mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengarui harga efek pada
bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang
berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut (Undang-Undang Pasar Modal No. 8
Tahun 1995). Sedangkan Beaver (1989), mendefiniskan informasi sebagai suatu
perubahan ekspaktasian tentang hasil suatu peristiwa.
Kecepatan reaksi antara suatu kejadian dengan pengaruhnya terhadap harga
saham di bursa tergantung pada kekuatan efisiensi suatu bursa. Semakin efisien suatu
pasar, maka semakin cepat pula informasi tersebut terefleksi dalam harga saham
(Suryawijaya dan Setiawan, 1998). Efisiensi pasar merupakan hubungan antara
harga-harga sekuritas menceerminkan secara penuh informasi yang tersedia di pasar (Fama,
1991).
West dalam Husnan (1994) membedakan pasar modal efisien menjadi 2 bentuk,
yaitu internal efficiency dan external efficiency, yaitu :
a.
Internal efficiency
adalah pasar modal yang diorganisir dengan baik, di mana
harga-harga sekuritas tidak hanya mencerminkan tingkat harga yang benar,
tetapi juga meyediakan berbagai jasa yang diperlukan oleh pembeli dan
penjual dengan biaya serendah mungkin.
b.
External efficiency
adalah pasar modal yang berada dalam keadaan
kesinambungan, sehingga keputusan perdagangan saham yang berdasarkan
arus informasi yang tersedia di pasar tidak memberikan tingkat
expected
return
di tingkat
expected equilibrium return
.
Efisiensi eksternal ini sesuai dengan pengertian efisiensi mikro pasar modal, yaitu
suatu kondisi seberapa jauh pasar modal efisien secara informasional.
Kondisi-kodisi yang harus dipenuhi dalam pasar modal efisien, antara lain tidak
ada biaya transaksi dalam perdagangan sekuritas, semua informasi tersedia secara
gratis bagi semua partisipan pasar, tersedia banyak pembeli dan penjual yang siap
mengakses informasi, serta tidak ada kerjasama antar penawar dalam melakukan
Berdasarkan jenis informasi yang digunakan Fama (dalam Elton dan Gruber,
1995) mendefinisikan 3 (tiga) bentuk efisiensi pasar modal yaitu :
a.
Weak-form efficiency
(efisiensi bentuk lemah), yaitu suatu keadaan di mana
harga-harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan di waktu
yang lalu. Dalam kondisi ini, harga yang terjadi adalah harga yang wajar dan
tidak ada seseorang pemodal atau sekelompok pemodal yang dapat
memperoleh keuntungan di atas normal (
abnormal return
).
b.
Semi-form efficiency
(efisiensi bentuk setengah kuat), yaitu suatu kondisi di
mana harga-harga yang terjadi tidak hanya mencerminkan harga-harga di
waktu yang lalu, tetapi juga mencerminkan semua informasi yang
dipublikasikan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa pengumuman
earning
dan pengumuman
dividend
, pemecahan saham,
merger
dan
sebagainya. Dalam kondisi ini, harga yang terjadi adalah harga wajar dan
tidak ada seseorang pemodal atau sekelompok pemodal yang dapat
memperoleh keuntungan di atas normal (
abnormal return
), karena dalam
kondisi efisien, semua pemodal mampu mengakses informasi secara cepat dan
benar. Untuk mengetahui apakah pasar modal berada dalam bentuk setengah
kuat, maka perlu dicari
abnormal return
.
Disebut
insider information
karena yang mempunyai informasi tersebut
adalah pihak yang ada dalam perusahaan. Pasar modal dapat menjadi efisien
secara informasional, apabila benar-benar pendukungnya tersedia. Foster
(1986) menjelaskan beberapa faktor yang dapat menentukan agar pasar modal
efisien bisa dicapai, antara lain tingkat persaingan, kualitas dan kuantitas
informasi yang diterbitkan oleh emiten/ perusahaan.
4.
Modal
Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang
dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan penanaman
modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal
dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia.
a.Menurut asalnya modal dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Modal dalam negeri : merupakan modal dalam negeri adalah modal yang
dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia,
atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
2) Modal asing : merupakan modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara
asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya
dimiliki oleh pihak asing
b. Menurut jenisnya, penanaman modal dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Penanaman modal langsung : merupakan kegiatan menanamkan barang modal
baik uang ataupun barang langsung ke perusahaan.
2) Penanaman modal tidak langsung : Kegiatan menanamkan modal yang
dilakukan melaui pasar modal
c. Menurut pelakunya, penanaman modal dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Penanaman modal dalam negeri : merupakan perseorangan Warga Negara
Indonesia, badan usahan Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah
yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.
2) Penanaman modal asing : merupakan Perseorangan warga Negara asing, badan
usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di
wilayah Negara Republik Indonesia.
5.
Aktivitas Volume Perdagangan.
Aktivitas volume perdagangan merupakan suatu instrument yang dapat
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter
dikatakan bahwa aktivitas volume perdagangan merupakan suatu variasi dari event
study. Perbedaan dari keduanya adalah pada parameter yang digunakan untuk
mengukur reaksi pasar terhadap suatu event. Perubahan volume perdagangan di pasar
modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan
keputusan investasi investor.
Penelitian yang dilakukan Asri dan Setiawan (1998), menguji reaksi pasar
terhadap peristiwa 27 Juli. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi perbedaaan
yang signifikan antara rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
peristiwa.
6.
Return, abnormal return, dan abnormal return mean.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari Investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang
telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return
historis ini juga penting sebagai dasar penentuan return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang
Abnormal return (return tidak normal) atau excess return merupakan kelebihan
dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal
merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian
abnormal return adalah selisih antara retur sesungguhanya yang terjadi dengan return
ekspektasi (Joguiyanto, 2000:415). Abnormal return dicari dengan menggunakan model
indeks tunggal. Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari
sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto, 2000:203). Secara
khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga
jika indeks harga saham naik.
Abnormal return mean adalah jumlah keseluruhan abnormal return dibagi
dengan variablel yang diamati. Dalam pengamatan berdasarkan hari, jumlah pembagi
adalah jumlah perusahaan yang tercacat sebagai anggota LQ 45, yaitu 45. Dalam
pengamatan berdasarkan perusahaan, jumlah pembagi adalah jumlah hari yang diamati
dalam penelitian. Dalam penelitian ini, jumlah hari yang diamati adalah 11, yang terdiri
dari 5 hari sebelum peristiwa, 1 hari terjadinya peristiwa, dan 5 hari setelah peristiwa.
7.
Event Study
Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu
peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto,
2000). Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi
adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan
menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return.
Event study merupakan investigasi empiris terhadap hubungan antar harga
sekuritas dan peristiwa ekonomi (Strong dalam Barbara, 2001). Sedangkan pendapat
lain mengatakan bahwa event study adalah penyelidikan empiris terhadap hubungan
antara harga-harga sekuritas dengan kejadian-kejadian ekonomi (Brown dan Warner,
1985:3).
Event study bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang
mempengaruhi surat berharga dan return dari surat berharga tersebut (Kritzman,
1994:17) dan menaksir apakah ada abnormal atau excess return earned yang diperoleh
pemegang saham dari adanya peristiwa tertentu, seperti pengumuman laba,
pengumuman merger, stock split (Peterson, 1989:6).
Event study mempunyai sejarah yang panjang. Penelitian tentang event study
telah diaplikasikan pada berbagai peristiwa, seperti merger dan akusisi, pengumuman
laba, masalah utang atau modal baru, dan pengumuman variabel-variabel makro
ekonomi sepeti defisit perdagangan (MacKinlay, 1997:13). Penelitian ini menggunakan
peristiwa pemecahan saham pertama kali dilakukan oleh Fama, Fischer, Jensen dan
Moll (1969) yang meneliti 940 pemecahan saham yang terdaftar di New York Stock
Exchange pada periode antara 1927-1959, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
ditemukan abnormal return pada hari pengumuman dan periode setelah
pengumuman.
Walaupun event study memiliki jangkauan yang luas, namun sebagian besar dari
penelitan-penelitian yang ada hanya meneliti hubungan antara harga saham dengan
peristiwa ekonomi, baru pada sekitar dua dekade terakhir ini banyak dilakukan event
study terhadap peristiwa-peristiwa di luar masalah-masalah ekonomi.
Seiring dengan perkembangan pasar modal, penelitian event study yang
mengambil peristiwa selain pemecahan saham, pengumuman dividen, merger dan
akusisi, dan perubahan Undang-Undang perpajakan atau peristiwa-peristiwa ekonomi
lainnya, telah pula dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang event study
yang mengambil peristiwa di luar masalah ekonomi telah dilakukan beberapa peneliti
mengenai masalah politik dan masalah lingkungan yang pernah terjadi baik di dalam
maupun di luar negeri.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Seiring dengan perkembangan pasar modal, penelitian event study yang mengambil
peristiwa di luar masalah ekonomi telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti penelitian
yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai reaksi pasar modal pada
saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat terhadap event pelarangan terbang
(grounding) pesawat-pesawat DC-10. Penelitian dilakukan dengan menggunakan event
period selama 30 hari bursa dengan event date pada tanggal 6 Juni 1979 (tanggal
menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock Exchange dengan cepat
mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik saham menjadi turun akibat event
tersebut).
Selain itu, event study lain yang tidak terkait langsung dengan aktivitas ekonomi
adalah event study mengenai reaksi pasar modal Amerika Serikat (New York Stock
Exchange) terhadap bocornya reaktor nuklir di Chernobyl, Uni Sovyet yang dilakukan oleh
Kalra, Henderson Jr., dan Raines (1993). Mereka menemukan reaksi harga yang negatif
(karena event-nya tergolong bad news) terhadap peristiwa itu pada saham
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang listed di NYSE yang menggunakan sumber tenaga nuklir
dalam proses produksinya.
Asri (1996), dalam jurnalnya di Kelola No. 11 Edisi VII Tahun 1996 menulis dengan
judul U.S. Multi asio al Stock Price Reactio to host Cou try’s Gover etal Cha ge: The
Case of Pri a Mi ister Takashita’s Resig atio menyimpulkan bahwa abnormal return
negatif terjadi tujuh hari setelah peristiwa itu. Event yang dipilih adalah pengumuman
rencana pengunduran diri Perdana Menteri Jepang, Noburu Tajeshita, yang diberitakan oleh
Wall Street Journal pada tanggal 25 April 1989. Studi ini melibatkan 62 perusahaan
multinasional Amerika Serikat yang mempunyai subsidiary di Jepang pada saat berita
tersebut diumumkan. Namun, pada aktivitas harian perusahaan Internasional mempunyai
dampak positif pada kumulatif abnormal return.
Suryawijaya dan Setiawan (1998), dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998, menulis
Study pada Peristiwa 27 Juli 1996) menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia (dalam hal
ini Bursa Efek Jakarta) bereaksi terhadap peristiwa di luar kegiatan ekonomi yang memiliki
skala nasional. Peristiwa 27 Juli 1996 yang merupakan peristiwa murni politik dipandang
para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang sebelumnya sama sekali tidak diduga
oleh pelaku pasar. Reaksi negatif terjadi secara spontan pada event date.
Soebagiyo dan Prasetyowati (2003), meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi
Indeks Harga Saham di Indonesia. Hasil penelitian tersebut jika terjadi perubahan setiap
variabel yaitu inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, jumlah uang beredar, indeks harga
saham gabungan bulan sebelumnya sebesar satu persen, maka indeks harga saham
gabungan akan cenderung berubah positif, hal ini karena arah parameter nilai penyesuaian
positif kurang dari 1 (satu).
C. KERANGKA PEMIKIRAN.
Untuk mempermudah arah dari penyusunan penelitian ini serta mempermudah
dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran
yang akan memberikan gambaran tahap-tahap penelitian untuk mencapai suatu
kesimpulan. Sekaran (dalam Sugiyono, 2004:47) mengemukakan bahwa kerangka berpikir
merupakan model konseptual tentang teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam
GAMBAR 2.1
KERANGKA PEMIKIRAN
D. HIPOTESIS
Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.
Hipotesis 1
Sebelum PeristiwaPERISTIWA PENGESAHAN UU NO 25 TAHUN 2007 TENTANG
PENANAMAN MODAL
Sesudah Peristiwa
Abnormal Return
Perbedaan Volume Perdagangan Abnormal
Ha1
: Para investor memperoleh
abnormal return
dengan adanya peristiwa
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal tanggal 26 april
2007.
2.
Hipotesis 2
Ha2
: Terdapat perbedaan
abnormal return mean
sebelum dan sesudah
peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal tanggal
26 april 2007.
3.
Hipotesis 3
Ha
3: Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas
volume
perdagangan di Bursa
Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal tanggal 26 april 2007
BAB III
A. DESAIN PENELITIAN
1.
Ruang Lingkup Penelitian
a.
Peristiwa yang Diteliti
Penelitian mengenai reaksi harga saham Bursa Efek Jakarta terhadap
peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.
Event study
adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di
pasar modal untuk mengetahui apakah ada
abnormal return
yang diperoleh
pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu (Peterson dan Suyatno,
2001). Penelitian
event study
dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui reaksi pasar terhadap suatu
event
(kejadian), yaitu peristiwa
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal tanggal 26
April.
Kriteria utama pemilihan peristiwa yang diteliti adalah peristiwa dalam
negeri yang diduga berpengaruh terhadap perdagangan di pasar modal.
Peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
merupakan salah satu peristiwa yang diduga berpengaruh terhadap
perdagangan di pasar modal. Alasan dipilihnya peristiwa pengumuman
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada tanggal
26 April 2007 adalah karena peristiwa tersebut merupakan :
2)
Peristiwa ini mendapat tentangan dari berbagai pihak karena ada
kekhawatiran pengesahan undang-undang ini adalah tahapan dari proses
liberalisasi yang disponsori oleh kepentingan asing yang ingin masuk ke
Indonesia.
3)
Undang-undang ini berlaku untuk seluruh wilayah Negara Indonesia.
b.
Periode pengamatan
Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 hari
sebelum peristiwa (19 April 2007
–
25 April 2007), 1 hari tanggal peristiwa
(26 April 2007) dan 5 hari setelah peristiwa (27 April 2007
–
3 April 2007).
Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis
abnormal return
pada
penelitian ini menggunakan Model Disesuaikan Pasar (
Market-Adjusted
model
). Model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi
Gambar 3.1
Periode Waktu Penelitian di Bursa Efek Indonesia
c.
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan
sampelnya, yaitu pengambilan sampel dari suatu populasi dengan tujuan tertentu
(Emory & Cooper, 1995). Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah agar
ukuran sampel yang diambil dapat mewakili seluruh populasi.
Sedangkan sampel yang digunakan adalah saham dari perusahaan yang
terdaftar dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan. Alasan
digunakannya saham tersebut didasarkan data 45 saham dalam indeks LQ 45
dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia pada bulan November
2006 sampai dengan April 2007. Dengan kapitalisasi pasar yang paling besar yang
diraih 45 saham tersebut, maka saham-saham tersebut merupakan saham yang
aktif diperdagangkan di bursa (bukan saham tidur) serta merupakan saham-saham
yang tergolong likuid. Dengan demikian, maka menurut peneliti sampel yang
[image:32.612.152.527.207.456.2]2.
Metode pengumpulan dan Sumber Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mendapatkan informasi yang kemudian dikumpulkan sebagai penelitian. Sumber
data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber lain untuk tujuan lain. Data dikumpulkan dari hasil
peninjauan terhadap sumber-sumber data secara langsung dari website
www.jsx.co.id,
www.idx.co.id, JSX Monthly Statistiks, ICMD, Pojok BEJ dan
publikasi lain yang memuat informasi yang relevan dalam penelitian ini. Jenis
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Nama saham harian atau perusahaan yang menjadi sampel.
b.
Harga saham harian untuk tiap-tiap jenis saham pada periode
pengamatan.
c.
Indeks harga saham gabungan harian pada periode pengamatan.
d.
Indeks LQ 45 pada periode pengamatan.
e.
Volume perdagangan saham harian selama periode pengamatan.
f.
Jumlah saham beredar pada periode pengamatan.
3.
Alat Analisis dan Metode Pengujian
.
Hipotesis 1 akan diuji dengan menggunakan metode event study yang
menganalisis reaksi pasar terhadap informasi melalui parameter abnormal return yang
diterima para investor.
Hipotesis 2 akan diuji dengan menggunakan pendekatan uji perbedaaan mean
yaitu Paired Sample T-test. Paired Sample T-test digunakan untuk menguji perbedaan
abnormal return saham 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pengumuman
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.
Hipotesis 3 akan diuji dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh
Foster (1986) tentang aktivitas volume perdagangan saham i pada periode t,
selanjutnya Hipotesis 3 ini akan diuji dengan Paired Sample T-test untuk menghitung
aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.
Berikut adalah langkah-langkah pengujian hipotesis 1, hipotesis 2 dan hipotesis3
:
a.
Pengujian Hipotesis 1
Pengujian hipotesis 1 ini menggunakan metode
event study
dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Menghitung
Return
Sesungguhnya Tiap-tiap Saham.
Rit
=
return
sesungguhnya saham i hari ke-t
P
it= harga saham i hari ke-t
Pit-t
= harga saham i hari ke-t-1
2)
Menghitung
Return Ekspektasian
.
Model disesuaikan pasar (
market-adjusted model
) menganggap
bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi
return
suatu sekuritas adalah
return
indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini,
maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model
estimasi, karena
return
sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan
return
indeks pasar.
Keterangan :
Rmt
=
return
pasar periode t
LQ-45t
= indeks LQ-45 harian untuk periode t
LQ-45
t-1= indeks LQ-45 harian untuk periode t-1
Abnormal Return
saham selama periode kejadian didefinisikan
sebagai selisih antara
return
sesungguhnya dengan
return ekspektasian
.
Return
dari saham i pada hari ke-t adalah :
Keterangan :
ARit
=
return
tidak normal saham i pada hari ke-t
R
it=
return
sesungguhnya untuk saham i pada hari ke-t
E(R
it)
=
return ekspektasian
untuk saham i pada hari ke-t
4)
Melakukan Pengujian Signifikansi
Abnormal Return
di Periode Peristiwa.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
T-test
yang
dilakukan dengan cara standardisasi nilai
abnormal return
(Jogiyanto,
2000).
Abnormal return mean
untuk hari ke-5 dihitung sebagai berikut :
k AR ARM
k
t it
1
Keterangan :
ARMeant = rata-rata
return
tidak normal pada hari ke-t
AR
i,t=
return
tidak normal untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t
k
= jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman
peristiwa
Menghitung kesalahan estimasi dengan rumus :
k k
ARM AR
KSEi j ti it t 1
1 ) ( 12 2 ,
Keterangan :
KSE
i= kesalahan standar estimasi untuk sekuritas ke-t
ARi,t
=
return
tidak normal sekuritas ke-i untuk hari ke-t selama
periode peristiwa
ARMt
= rata-rata
return
tidak normal sekuritas ke-i selama periode
estimasi
k
= jumlah sekuritas yang terpengaruh peristiwa
Nilai t-hitung untuk masing-masing
abnormal return
sekuritas ke-i hari
ke-t, dihitung dengan rumus :
Keterangan :
ARM
t= rata-rata
return
tidak normal untuk hari ke-t di periode
peristiwa
t
t= t hitung untuk hari ke-t di periode peristiwa
b.
Pengujian Hipotesis 2
t
t = ARMtMenguji Perbedaan
Abnormal Return Mean
Seluruh Saham
yang Dijadikan Sampel Lima Hari Sebelum dan Lima Hari Sesudah Peristiwa
dengan Menggunakan
Paired Sample T-test
.
c.
Pengujian Hipotesis 3
1)
Untuk menghitung aktivitas
volume
perdagangan saham i pada periode t,
digunakan formula Foster (1986) sebagai berikut :
Selanjutnya untuk menghitung rata-rata aktivitas
volume
perdagangan
sebelum dan sesudah peristiwa digunakan rumus :
Dan
Dan
2)
Menguji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas
Volume
Perdagangan Seluruh
Saham yang Dijadikan Sampel Lima Hari Sebelum dan Lima Hari
Sesudah Peristiwa dengan Menggunakan
Paired Sample T-test
.
d.
Batasan
Dalam penelitian ini, kita akan menguji masing-masing hipotesis
dalam 2 bagian. Bagian tersebut adalah :
1)
Pengujian berdasarkan 45 perusahaan yang tergabung dalam LQ 45
2)
Pengujian berdasarkan hari, yaitu 5 hari sebelum, 5 hari sesudah, dan 1
hari pada saat peristiwa tersebut berlangsung.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peristiwa pengesahan
Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada tanggal 26 April terhadap
harga saham dan aktivitas volume perdagangan.Indikator yang digunakan adalah abnormal
return dan trading volume activity yang diamati selama sebelas hari periode pengamatan di
sekitar peristiwa pengesahan UU No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu pada
t-5, t0 dan t+5. Dalam bab ini akan disajikan analisis terhadap data penelitian dan pengujian
hipotesis yang dimulai dari deskripsi data variabel penelitian, uji normalitas data, uji
hipotesis penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program Excel 2007 dan uji normalitas data maupun uji-T untuk uji hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan program SPSS For Windows versi 16.0.
A.
DESKRIPSI DATA
1.
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
Gambaran secara deskriptif mengenai data T-hitung dari masing-masing
perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.1. Berikut adalah tabel statistik
deskriptif uji hipotesis 1 :
[image:40.612.111.529.227.479.2]STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 1 (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AR_Perusahaan 45 -.0098 .0344 .001036 .0073400
Valid N (listwise) 45
Pada tabel 4.1 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 1 variabel yaitu variabel
Abnormal return (AR) dari masing-masing perusahaan, dengan total data yang
digunakan adalah sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan abnormal return
terendah adalah PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) yaitu sebesar -0.0098,
sedangkan perusahaan dengan abnormal return tertinggi adalah PT Indah Kiat Pulp
and Paper Tbk.(INKP) yaitu sebesar 0.0344. Abnormal return mean dari 45
perusahaan adalah sebesar 0.001036 dan standar deviasinya 0.00734.
b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Gambaran secara deskriptif mengenai T-hitung dari masing-masing hari
pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.2. Berikut adalah tabel statistik deskriptif
[image:41.612.134.526.172.461.2]TABEL 4.2
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 1 (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AR_Harian 11 -.0074 .0110 .001036 .0057807
Valid N (listwise) 11
Pada tabel 4.2 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 1 variabel yaitu variabel
abnormal return dari masing-masing hari pengamatan, dengan total data yang
digunakan adalah sebanyak 11 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan
abnormal return terendah adalah pada hari kelima sesudah peristiwa yaitu
sebesar -0.0074, sedangkan hari pengamatan dengan abnormal return tertinggi
adalah pada hari keempat sesudah peristiwa yaitu 0.011. Abnormal return mean
dari 11 hari pengamatan adalah sebesar 0.001036 dan standar deviasinya
0.0057807.
2.
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2
Gambaran secara deskriptif mengenai data abnormal return mean 5 hari
sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa peledakan
bom dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.3. Berikut
[image:43.612.112.528.225.471.2]adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 :
TABEL 4.3
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 2 (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
Pada tabel 4.3 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel Abnormal Return
Mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak
45 perusahaan. Perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5 hari sebelum
peristiwa terendah adalah PT Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) yaitu sebesar
-0.0322, sedangkan perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5 hari sebelum
peristiwa tertinggi adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) yaitu sebesar
Descriptive Statistiks
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ARMean_Sebelum 45 -.0322 .0366 -.001333 .0113659
ARMean_Sesudah 45 -.0074 .0367 .003246 .0087888
0.0366. Abnormal return mean Mean 5 hari sebelum peristiwa dari 45 perusahaan
adalah sebesar -0.00133 dan standar deviasinya 0.0113659.
Selanjutnya untuk variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa,
dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5 hari
sesudah peristiwa terendah adalah Bank Rakyat Indonesia(Persero) Tbk (BNII),
yaitu sebesar -0.0074, sedangkan perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5
hari sesudah peristiwa tertinggi adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP)
yaitu sebesar 0.0367. Abnormal return mean Mean 5 hari sesudah peristiwa dari
45 perusahaan adalah sebesar 0.003246 dan standar deviasinya 0.0087888.
b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Gambaran secara deskriptif mengenai data abnormal return mean 5 hari
sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa peledakan
bom dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.4. Berikut
[image:44.612.140.527.231.451.2]adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 :
TABEL 4.4
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 2 (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
Descriptive Statistiks
ARMean_Sebelum 5 -.0067 .0057 -.001333 .0048043
ARMean_Sesudah 5 -.0074 .0110 .003247 .0068688
Valid N (listwise) 5
Pada tabel 4.4 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel Abnormal Return
Mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak
5 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan Abnormal Return Mean 5 hari
sebelum peristiwa terendah adalah pada hari keempat sebelum peristiwa yaitu
sebesar -0.0067, sedangkan hari pengamatan dengan Abnormal Return Mean 5
hari sebelum peristiwa tertinggi adalah pada hari kedua sebelum peristiwa yaitu
0.0057. Abnormal return mean Mean 5 hari sebelum peristiwa dari 5 hari
pengamatan adalah sebesar -0.001333 dan standar deviasinya 0.0048043.
Selanjutnya untuk variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa,
dapat dinyatakan bahwa hari dengan Abnormal Return Mean 5 hari sesudah
peristiwa terendah adalah pada hari kelima sesudah peristiwa yaitu sebesar
-0.0074, sedangkan hari dengan Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa
tertinggi adalah pada hari keempat sesudah peristiwa yaitu 0.0110. Abnormal
return mean Mean 5 hari sesudah peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah
3.
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
Gambaran secara deskriptif mengenai data trading volume activity mean 5
hari sebelum peristiwa dan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa
peledakan bom dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.5.
[image:46.612.112.532.223.511.2]Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 :
TABEL 4.5
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 3 (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
Descriptive Statistiks
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TVAMean_Sebelum 45 .0001 .0259 .004120 .0053751
TVAMean_Sesudah 45 .0001 .0237 .003827 .0043998
Valid N (listwise) 45
Pada tabel 4.5 diatas, uji hipotesis 3 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel trading volume
activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah
sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan trading volume activity mean 5 hari
sebelum peristiwa terendah adalah PT Apexindo Pratama duta Tbk. (APEX) yaitu
hari sebelum peristiwa tertinggi adalah Adhi Karya (persero) Tbk (ADHI) yaitu
sebesar 0.0259. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa
dari 45 perusahaan adalah sebesar 0.004120 dan standar deviasinya 0.0053751.
Selanjutnya untuk variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah
peristiwa, dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan trading volume activity
mean 5 hari sesudah peristiwa terendah adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
yaitu sebesar 0.0001, sedangkan perusahaan dengan trading volume activity mean
5 hari sesudah peristiwa tertinggi adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP)
yaitu sebesar 0.0237. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sesudah
peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar -0.003827 dan standar deviasinya
0.0043998.
[image:47.612.154.529.227.462.2]b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Gambaran secara deskriptif mengenai data trading volume activity mean 5
hari sebelum peristiwa dan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa
peledakan bom dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.6.
Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 :
TABEL 4.6
Descriptive Statistiks
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TVAMean_Sebelum 5 .0036 .0049 .004119 .0005188
TVAMean_Sesudah 5 .0024 .0064 .003827 .0015547
Valid N (listwise) 5
Pada tabel 4.6 diatas, uji hipotesis 3 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel trading volume
activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah
sebanyak 5 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan trading volume activity
mean 5 hari sebelum peristiwa terendah adalah pada hari kelima sebelum
peristiwa yaitu sebesar 0.0036, sedangkan hari pengamatan dengan rasio trading
volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa tertinggi adalah pada hari kedua
sebelum peristiwa yaitu 0.0049. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari
sebelum peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah sebesar 0.004119 dan standar
deviasinya 0.0005188
Untuk variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dapat
dinyatakan bahwa hari pengamatan dengan trading volume activity mean 5 hari
sesudah peristiwa terendah adalah pada hari ketiga sesudah peristiwa yaitu
sebesar 0.0024, sedangkan hari pengamatan dengan trading volume activity mean
yaitu 0.0064. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa dari
5 hari pengamatan adalah sebesar 0.003827 dan standar deviasinya 0.0015547.
B.
PENGUJIAN NORMALITAS DATA
Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk melihat normalitas data
adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari
0,05 maka dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut.
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
TABEL 4.7
HASIL UJI NORMALITAS DATA DENGAN UJI KOLMOGOROV - SMIRNOV
(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
No Variabel N Kolmogorov
Smirnov test
Asymp. Sign (two tailed
Keterangan
1 AR_ Perusahaan 45 1.402 0.39 Normal
2 ARMean_Sebelum 45 1.174 0.127 Normal
3 ARMean_Sesudah 45 0.765 0.603 Normal
4 TVAMean_Sebelum 45 1.683 0.007 Tidak Normal
5 TVAMean_Sesudah 45 1.464 0.027 Tidak Normal
Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
terhadap 5 variabel di atas, diperoleh hasil terdapat masalah ketidaknormalan data
sebanyak 2 variabel, yaitu pada variabel TVA Mean Sebelum dan TVA Mean Sesudah.
Selanjutnya untuk data variabel yang tidak normal, maka untuk uji hipotesis 2 tidak
menggunakan Paired Sample T-test, tetapi menggunakan uji Wilcoxon.
b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
[image:50.612.116.527.222.510.2]TABEL 4.8
HASIL UJI NORMALITAS DATA DENGAN UJI KOLMOGOROV - SMIRNOV
(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
No Variabel N Kolmogorov
Smirnov test
Asymp. Sign (two tailed)
Keterangan
1 AR_Harian 11 0.619 0.837 Normal
2 ARMean_Sebelum 5 0.358 1.000 Normal
3 ARMean_Sesudah 5 0.499 0.964 Normal
4 TVAMean_Sebelum 5 0.504 0.962 Normal
5 TVAMean_Sesudah 5 0.572 0.899 Normal
Sumber : data diolah
Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
terhadap 5 variabel di atas,diperoleh hasil bahwa semua variabel berdistribusi secara
normal atau tidak terdapat terdapat masalah ketidaknormalan.
1.
Uji Hipotesis 1
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif yang pertama pada
penelitian ini menguji ada tidaknya
abnormal return
yang diperoleh investor
dengan adanya peristiwa Pengesahan Undang-Undang no 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal dari masing-masing perusahaan LQ 45. Pengujian
terhadap adanya
abnormal return
yang diaki
batkan oleh “
Pengesahan
Undang-Undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
” bagi investor
pada Bursa efek Indonesia, dilakukan dengan membandingkan (mencari
selisih) antara hasil yang diperoleh investor (
actual return
) dengan hasil
yang diharapkan investor (
expected return
).
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui tidak terdapat
Abnormal Return
dipeeroleh nilai t hitung semuanya lebih kecil dari t tabel (2.228) sehingga
dapat disimpulkan tidak ada
abnormal return
yang diterima investor.
TABEL 4.9
ABNORMAL RETURN MEAN
(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
No. Nama Perusahaan
Abnormal return mean
KSE t Keterangan
1 AALI 0.004810 0.164996 0.029206 Tidak Signifikan
2 ADHI 0.000723 0.010376 0.069704 Tidak Signifikan
3 ASII 0.003507 0.013213 0.265390 Tidak Signifikan
4 BBCA -0.000749 0.006741 -0.111049 Tidak Signifikan
5 BBRI -0.003240 0.007346 -0.441064 Tidak Signifikan
6 BDMN -0.000143 0.008277 -0.017275 Tidak Signifikan
7 BLTA 0.002614 0.016108 0.162294 Tidak Signifikan
8 BMRI 0.003149 0.011907 0.264473 Tidak Signifikan
9 BNBR -0.003097 0.019698 -0.157240 Tidak Signifikan
10 BNGA -0.001603 0.007407 -0.216478 Tidak Signifikan
11 BNII -0.007242 0.018423 -0.393099 Tidak Signifikan
12 BTEL -0.004703 0.010594 -0.443936 Tidak Signifikan
13 BUMI 0.004799 0.010232 0.468976 Tidak Signifikan
14 CMNP 0.009404 0.020560 0.457385 Tidak Signifikan
15 ENRG -0.005908 0.012294 -0.480578 Tidak Signifikan
16 EPMT 0.000891 0.010400 0.085695 Tidak Signifikan
18 GJTL 0.002258 0.019789 0.114088 Tidak Signifikan
19 INCO 0.003681 0.014057 0.261846 Tidak Signifikan
20 INDF -0.002172 0.006134 -0.354022 Tidak Signifikan
21 INKP 0.034443 0.045310 0.760159 Tidak Signifikan
22 INTP -0.003180 0.010810 -0.294187 Tidak Signifikan
23 ISAT 0.001190 0.070353 0.016920 Tidak Signifikan
24 KIJA -0.007165 0.017726 -0.404219 Tidak Signifikan
No. Nama Perusahaan
Abnormal return mean
KSE t Keterangan
25 KLBF -0.005274 0.010340 -0.510039 Tidak Signifikan
26 LPKR 0.004930 0.009595 0.513757 Tidak Signifikan
27 LSIP -0.004340 0.009744 -0.445383 Tidak Signifikan
28 MEDC 0.000987 0.011452 0.086183 Tidak Signifikan
29 PNBN -0.000048 0.011500 -0.004166 Tidak Signifikan
30 PNLF -0.001067 0.023922 -0.044490 Tidak Signifikan
31 PTBA 0.016347 0.013400 1.219912 Tidak Signifikan
32 SMCB 0.001271 0.013245 0.095960 Tidak Signifikan
33 SULI -0.000587 0.012486 -0.046978 Tidak Signifikan
34 TLKM -0.003006 0.001459 -0.466628 Tidak Signifikan
35 TOTL -0.003006 0.007779 -0.386406 Tidak Signifikan
36 TSPC -0.000542 0.010537 -0.514830 Tidak Signifikan
37 UNSP 0.002300 0.012025 0.191238 Tidak Signifikan
39 UNVR -0.003100 0.009282 -0.334018 Tidak Signifikan
40 ANTM 0.004876 0.013436 0.362906 Tidak Signifikan
41 APEX 0.000852 0.009837 0.086564 Tidak Signifikan
42 APOL 0.001161 0.012369 0.093895 Tidak Signifikan
43 CTRA -0.009765 0.010760 -0.907514 Tidak Signifikan
44 CTRS 0.018162 0.018307 0.992057 Tidak Signifikan
45 PGAS -0.004301 0.006428 -0.669065 Tidak Signifikan
b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
[image:54.612.117.527.108.469.2]Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif yang pertama diajukan
untuk menguji ada tidaknya
abnormal return
yang diperoleh investor dengan
adanya peristiwa Pengesahan Undang-undang no 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal Tanggal 26 April 2007 dari masing-masing hari
pengamatan. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji hipotesis 1, dari hasil
penghitungan diketahui tidak terdapat
Abnormal Return
disekitar peristiwa.
Pada 5 hari sebelum peristiwa,
abnormal return
cenderung negatif. Pada saat
peristiwa sampai hari keempat sesudah peristiwa abnormal return menjadi
positif.
TABEL 4.10
ABNORMAL RETURN MEAN
(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
Hari Abnormal
return mean
-5 0.000388 0.006083 0.063755 Tidak signifikan Tidak terdapat nilai yang signifikanbaik pada saat sebelum atau setelah peristiwa pengesahan Undang-Undang
-4 -0.006658 0.009000 -0.739811 Tidak signifikan
-3 -0.004668 0.006633 -0.703699 Tidak signifikan
-2 0.005729 0.009695 0.590904 Tidak signifikan
-1 -0.001454 0.011790 -0.123313 Tidak signifikan
0 0.001829 0.014595 0.125300 Tidak signifikan
1 0.005404 0.009592 0.606372 Tidak signifikan
2 0.005404 0.007416 0.728629 Tidak signifik