• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR : Studi Kasus pada Siswa kelas V yang Memiliki Minat Tinggi pada Olah Raga di SDN 1 Baros Tahun 2009/2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR : Studi Kasus pada Siswa kelas V yang Memiliki Minat Tinggi pada Olah Raga di SDN 1 Baros Tahun 2009/2010."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Perumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 12

BAB II KARAKTERISTIK SISWA DAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR ... 13

A. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 13

B. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar ... 27

C. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar ... 29

D. Masalah Akademik Siswa Sekolah Dasar ... 50

E. Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar. 69 BAB III METODE PENELITIAN ... 76

A. Metode dan Prosedur Penelitian ... 76

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 77

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 78

D. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data ... 79

E. Analisis Data ... 83

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 86

A. Profil Motivasi Belajar dan Karakteristik Siswa Kelas V (Lima) yang Memiliki Minat Tinggi pada Olah Raga di SDN 1 Baros Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak ... 86

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117

C. Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V (Lima) yang Memiliki Minat Tinggi pada Olah Raga ... 133

D. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar ... 146

E. Hasil Pelaksanaan Program ... 172

(2)
(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah dasar merupakan pendidikan tahap awal bagi anak untuk memperoleh pengajaran yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam proses belajar yang dilalui, setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, sehingga menunjukkan hasil yang berbeda-beda pula. Perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh faktor dari dalam diri sendiri (intern) dan faktor dari luar (ekstern) seperti lingkungan keluarga, teman, masyarakat, dan lingkungan sekolah.

Sekolah dasar pun merupakan sektor pendidikan yang cukup luas cakupannya dan paling banyak garapannya, peletakan dasar-dasar pengetahuan akan menjadi landasan bagi siswa pada saat melanjutkan studinya di jenjang yang lebih tinggi (Semiawan : 2004:50). Lebih dari pada itu, usia siswa sekolah dasar merupakan masa perkembangan yang akan melandasi perkembangan berikutnya. Dengan kata lain, bila anak mengalami kegagalan dalam menjalani dan memenuhi tugas-tugas perkembangannya pada saat ini maka mereka akan mengalami kesulitan berikutnya.

(4)

Anak-anak yang menguasai membaca, menulis dan berhitung dengan baik dapat mengikuti pelajaran dengan baik pula. Namun, sebaliknya bagi anak-anak yang lemah dalam membaca, menulis, dan berhitung akan mengalami banyak kesulitan di dalam mengikuti pelajaran.

Peningkatan mutu pendidikan pada jenjang sekolah dasar merupakan kebijakan strategis, setelah keberhasilan pemerataan kesempatan belajar melalui wajar sembilan tahun. Mutu pendidikan yang tinggi di sekolah dasar, akan memberikan landasan yang kuat bagi upaya peningkatan mutu pendidikan pada jenjang selanjutnya.

Upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada tingkat sekolah dasar dimulai dengan peningkatan mutu tenaga pendidikan khususnya guru. Penelitian menunjukkan bahwa 34% mutu pendidikan dipengaruhi oleh faktor guru (di negara maju 36%), dibandingkan dengan faktor pengelolaan 22%, sarana fisik 26%, dan waktu belajar 18% (Heyneman dan Loxley dalam Ahman 1998:4). Berkaitan dengan pentingnya upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar, sekolah hendaknya menjadi lingkungan kondusif yang dapat memfasilitasi potensi anak. Sekolah yang kondusif adalah sekolah yang mampu mengembangkan lingkungan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai keanekaragaman latar belakang anak dan mengembangkan potensi anak secara optimal dari tingkatan anak yang cerdas sampai anak yang mengalami gangguan atau hambatan.

(5)

pengajaran, dan layanan pribadi siswa atau bimbingan. Melalui bimbingan, proses pendidikan dapat memfasilitasi berkembangnya aspek-aspek atau karakteristik pribadi siswa secara optimal.

Oleh karena itu guru sekolah dasar seyogyanya mampu menata iklim pembelajaran yang bernuansa bimbingan dan memungkinkan terciptanya kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan pribadi dan sosial bersamaan dengan mempelajari bahan ajar yang harus dikuasainya secara intelektual. Akhirnya terjadi kesepadanan antara bahan ajar dengan perkembangan siswa secara efektif baik yang berkenaan dengan perilaku belajar, sosial maupun karir.

Guru di sekolah dasar memegang peran sentral, karena tidak hanya berperan sebagai pengajar tapi juga sebagai pembimbing. Peran bimbingan seorang guru dalam proses interaksi PBM menurut Natawijaya (1987) adalah memperlakukan dan menghargai martabat siswa sebagai individu. Bersikap positif, wajar, hangat dan empatik. Menerima siswa, terbuka, konkrit, asli dalam menampikan diri, dan peka terhadap perasaan siswa. Menyadari bahwa tujuan mengajar meliputi penguasaan materi pelajaran dan pengembangan diri siswa.

(6)

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”.

Mencermati tujuan pendidikan dasar di atas, bahwa proses pendidikan di sekolah dasar harus mampu membantu peserta didik agar mampu memahami potensi diri, peluang dan tuntutan lingkungan serta merencanakan masa depan melalui pengambilan serangkaian keputusan yang paling mungkin bagi dirinya.

Dengan demikian, seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, yaitu kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang lain yang bukan guru ”A theacher is person charged with the responbility of helping others to learn and

to behave in new differents ways” (James M. Cooper, 1990). Hal ini diperkuat oleh PP No. 74 Tahun 2008 Pasal 1 ayat1, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mnegarahkan peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(7)

Dengan kata lain, peran kepembimbingan yang ditampilkan guru dalam proses pembelajaran, akan memberikan kemudahan terjadinya perkembangan kepribadian siswa atau peserta didik secara normal, sesuai dengan yang dikehendaki individu maupun kelompok masyarakat, atas dasar sistem nilai tertentu ini berarti bahwa peran kepembimbingan yang dilaksanakan oleh guru dalam keseluruhan program pendidikan umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya bukan merupakan kegiatan yang diada adakan, tetapi muncul sebagai konsekuensi logis dari hakikat pendidikan dan pengajaran itu sendiri.

Berkenaan dengan layanan bimbingan, program bimbingan di sekolah dasar hendaknya peduli terhadap kebutuhan dasar anak, seperti kebutuhan untuk matang dalam pemahaman dan penerimaan diri, serta memahami kelebihan dan kekurangan. Program bimbingan di sekolah dasar hendaknya meyakini bahwa usia sekolah dasar merupakan tahapan yang sangat penting dalam tahapan perkembangan anak dengan segala permasalahan yang muncul pada saat itu, baik menyangkut masalah akademik, karir maupun pribadi-sosial siswa.

(8)

akan menghambat terhadap keberhasilan belajar. Sebaliknya, motivasi yang tinggi akan mempermudah pencapaian terhadap hasil belajar, karena motivasi merupakan daya atau kakuatan yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas belajar.

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa ada lima orang siswa di kelas V (Lima) yang memiliki minat yang tinggi pada bidang olah raga, tetapi motivasi belajarnya sangat rendah, tidak memiliki kemauan dalam belajar, sehingga tidak pernah menyelesaikan tugas-tugas sekolah secara tepat dan benar. Sebaliknya ketika siswa ini mengikuti pelajaran olah raga di luar kelas mereka sangat berantusias, bahkan seringkali beberapa siswa ini diikutsertakan dalam berbagai perlombaan baik di tingkat gugus sekolah, kecamatan maupun tingkat kabupaten dengan prestasi yang sangat memuaskan, sehingga berbagai kejuaraan pun sering diperolehnya.

(9)
[image:9.595.110.515.160.627.2]

TABEL 1.1

DATA NILAI PRESTASI SISWA KELAS V (LIMA) SDN I BAROS KECAMATAN WARUNGGUNUNG-LEBAK

N

o Siswa

Mata Pelajaran P AI PK N B. IND M TK IP A IP S SB K PE NJ B.I NG B. SUND BT A

KKM 60 60 60 59 60 59 60 60 58 60 60

1 DM 59 60 58 60 60 58 60 80 55 60 61 2 KH 60 60 60 60 56 58 60 85 58 60 58 3 KI 58 60 60 59 60 58 60 80 58 60 56 4 KS 56 60 56 56 60 58 60 80 55 60 56 5 NN 60 60 60 58 60 59 60 85 59 60 56 Sumber: Hasil Ulangan Akhir Semester I (Satu) Tahun Ajaran 2009/2010 Kelas

V (Lima) SDN I Baros Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak. Data di atas menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara nilai mata pelajaran Pendidikan Jasmani dengan nilai mata pelajaran akademik lainnya, bahkan nilai pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani berada di atas rata-rata nilai kumulatif mata pelajaran yang lain pada semester tersebut.

Jika melihat KKM yang ada, dapat dikatakan siswa dengan perolehan nilai raport di atas, ada beberapa mata pelajaran yang belum memenuhi standar ketuntasan minimal akademik yang harus diperoleh.

(10)

muridnya yang mencapai hasil belajar berupa pengetahuan (knowledge) saja, hubungan guru dan murid cenderung hanya bersifat formal-rasional, dan masih kering dengan sentuhan emosional.

Bagi seorang anak, mempelajari suatu hal yang menarik perhatian akan lebih mudah diterima daripada mempelajari hal yang tidak menarik perhatian. Dalam penyajian pelajaran pun, hal ini tidak bisa diabaikan. Anak-anak akan tertarik pada hal-hal yang baru dan menyenangkan. Dalam hal minat, tentu saja seseorang yang menaruh minat suatu bidang akan lebih mudah mempelajari bidang tersebut, tetapi bagaimana caranya guru mampu membangkitak minat belajar siswa terhadap semua mata pelajaran baik yang melibatkan motorik maupun kognisi agar tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.

Keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat, tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk mempelajari, ia tidak akan bisa mengikuti proses belajar. Minat atau keinginan ini erat pula hubungannya dengan perhatian yang dimiliki, karena perhatian mengarahkan timbulnya kehendak pada seseorang. Kehendak atau kemauan ini erat pula hubungannya dengan kondisi fisik seseorang, misalnya dalam keadaan sakit, capai, lesu, atau mungkin sebaliknya, yakni sehat dan segar. Minat juga erat kaitannya dengan kondisi psikis, seperti senang, tidak senang, tegang, bergairah, dan seterusnya.

(11)

sentral dalam proses pembelajaran di kelas. Pada dasarnya setiap siswa ingin menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran termasuk siswa yang memiliki kemampuan berbeda dari kebanyakan siswa pada umumnya. Mereka tidak ingin diabaikan begitu saja, karena pada dasarnya mereka memiliki sejumlah potensi yang dapat dikembangkan melalui proses belajar.

Setiap siswa memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu apabila memperoleh perhatian yang mendalam dari guru. Memberikan kesempatan pada siswa mempergunakan kontribusi kelas sebagai sarana pengembangan pengalaman diri dan belajar bagaimana bekerja sama. Pekerjaan sekolah harus mendorong siswa untuk dapat melihat kesepadanan antara belajar dengan kekuatan nyata serta mempromosikan sikap ingin tahu dan positif yang mendorong motivasi untuk belajar sepanjang masa.

Peran seorang guru sangat dibutuhkan dalam membimbing dan mengarahkan sekaligus memberikan motivasi kepada siswa agar memiliki motivasi belajar yang tinggi terhadap semua mata pelajaran yang menjadi tuntutan akademik, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok pada nilai pelajaran yang diampunya.

(12)

anggota kelompok. Penerimaan kelompok terhadap anak dapat diprediksi dari tampilan kerjasama dan perilaku agresi anak.

Melalui interaksi sosial, siswa tersebut merasa berarti dalam proses pembelajaran, bahwa mereka memiliki potensi yang sama dengan siswa lain pada umumnya, hanya saja minat belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran yang bersifat kognisi masih belum tergali secara optimal. Untuk mengoptimalkan potensi siswa seperti ini, maka perlu disusun sebuah program layanan yang dapat meningkatkan motivasi belajar. Pentingnya penyusunan program layanan agar layanan yang diberikan efektif sesuai dengan kebutuhan siswa dalam meningkatkan motivasi belajar. Dengan demikian siswa dapat terdorong keinginannya untuk melakukan kegiatan belajar, bukan hanya pada olah raga, melainkan seluruh mata pelajaran yang menjadi tuntutan akademik dan kurikulum sekolah yang telah distandarkan.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis bermaksud melakukan studi lebih intensif melalui penelitian, yang dalam hal ini penelitian difokuskan pada Pengembangan program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus pada Siswa Kelas V yang Memiliki Minat Tinggi pada Olah raga di Sekolah Dasar Negeri 1 Baros Kecamatan Warunggunung-Lebak Tahun Pelajaran 2009/2010).

B. Identifikasi Masalah

(13)

potensi yang dimiliki anak itu dapat berguna sebagai motivasi dalam mempelajari mata pelajaran lainnya. Sehingga akan terjadi keseimbangan antara prestasi mata pelajaran olah raga tersebut dengan prestasi mata pelajaran lainnya. Kecenderungan dalam proses pembelajaran di kelas, siswa yang hanya memiliki prestasi di bidang olah raga tetapi pada mata pelajaran yang lain rendah kurang dilibatkan karena dinilai kurang memiliki kompetensi di bidang akademik.

Dalam penilaian di kelas, guru sering mengesampingkan anak yang memiliki minat rendah tersebut. Penilaian itu hanya ditujukan pada siswa-siswa yang memiliki motivasi tinggi saja. Hal inilah yang perlu mendapat perhatian dari semua guru untuk memberikan kesempatan yang sama kepada siswa dalam menikmati proses pendidikan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

(14)

C. Perumusan Masalah

Beranjak dari identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan-permasalahan tersebut ke dalam perumusan masalah berikut:

1. Seperti apa profil motivasi belajar siswa kelas lima yang memiliki minat tinggi pada olah raga di SDN I Baros Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak?

2. Program Bimbingan dan Konseling seperti apa yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas lima yang memiliki minat yang tinggi di bidang olah raga di SDN 1 Baros Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas lima SDN I Baros Kecamatan Warunggunung yang memiliki minat yang tinggi pada olah raga. Adapun secara rinci tujuan dari penelitian ini dapat diperhatikan dalam poin-poin berikut ini.

1. Mengetahui Profil motivasi belajar siswa kelas lima yang memiliki minat yang tinggi pada olah raga di SDN I Baros Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak;

(15)

76 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang metode dan prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional variabel penelitian, pengembangan instrumen pengumpul data, analisis data, dan judging group (Kelompok Panel Penilai).

A. Metode dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Program bimbingan dan konseling yang dikembangkan dalam penelitian ini dititikberatkan pada strategi bimbingan kelompok melalui permainan. Pertimbangan ini diambil agar program yang dihasilkan dapat efektif dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

Untuk memenuhi tujuan di atas, sejalan dengan masalah dan konstruk penelitian, maka metode dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus, dengan tujuan mengungkap berbagai permasalahan yang terjadi pada siswa kelas lima yang memiliki minat tinggi pada olah raga tetapi motivasi belajarnya rendah. Studi kasus ini juga menggambarkan keadaan yang sesungguhnya pada waktu sekarang, sehingga dapat dijadikan penyelidikan seterusnya terhadadap kasus tersebut.

(16)

penelitian di lapangan tanpa melalui uji statistik. Dalam penelitian ini data diperoleh melalui observasi dan wawancara.

Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, nampaknya menjadi jelas bahwa penggunan metode studi kasus yang dilakukan sudah tepat, karena dengan pendekatan ini fenomena-fenomena yang terjadi mengenai profil motivasi belajar siswa di kelas lima yang memiliki minat tinggi pada olah raga dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

[image:16.595.113.513.247.740.2]

Penelitian ini berlokasi di SDN Baros I Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak. Pertimbangan pengambilan subjek penelitian yang sangat terbatas didasarkan atas tujuan penelitian yang hanya mengungkap kasus siswa kelas V yang memiliki minat tinggi pada olah raga tetapi memiliki motivasi belajar yang rendah, sehingga dihasilkan sebuah program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motivasi belajar kelima siswa tersebut. Gambaran subjek penelitian sebagai berikut.

TABEL 3.1

DAFTAR SISWA KELAS V SDN 1 BAROS-WARUNGGUNUNG SEBAGAI SUMBER DATA PENELITIAN

No Inisial Olah raga yang Diminati

1. DM Volly ball, Sepak bola, Atletik 2. KH Volly ball, Sepak bola

3. KI Catur

4. KS Catur, Sprint

5. NN Volly ball, Sepak bola

(17)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Sebelum menjelaskan definisi operasional variabel penelitian, ada istilah yang perlu dijelaskan terlebih dahulu, yaitu istilah program dan motivasi belajar.

Program merupakan seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk mencapai tujuan. Sedangkan motivasi belajar menurut Syamsudin makmun (2004:40) adalah daya penggerak atau kekuatan yang timbul dari dalam diri individu atau siswa yang mendorong individu melakukan aktivitas belajar.

(18)

D. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah profil motivasi belajar siswa kelas lima yang memiliki minat tinggi pada olah raga.

Untuk memperoleh data penelitian yang bersangkutan, telah dikembangkan seperangkat alat pengumpul data, yaitu sebuah pedoman observasi terhadap kegiatan belajar siswa yang memiliki minat tinggi pada olah raga, dan tiga buah pedoman wawancara, yaitu wawancara dengan siswa itu sendiri, wawancara dengan orang tua siswa terkait aktivitas belajar siswa di rumah, wawancara dengan wali kelas terkait dengan aktivitas belajar siswa dengan segala permasalahannya, wawancara dengan guru mata pelajaran terkait dengan aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran yang disampikannya, dan wawancara dengan kepala sekolah berkaitan dengan kebijakan-kebijakan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

a. Observasi

Teknik observasi dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disusun, dilakukan untuk mengamati semua hal yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa di kelas.

(19)
[image:19.595.112.515.250.665.2]

menggunakan pedoman observasi, peneliti juga membuat catatan lapangan yang berisi tentang hal-hal yang diamati dan dianggap penting.

TABEL 3.2

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI

TERHADAP KEGIATAN BELAJAR SISWA YANG KURANG MEMILIKI MOTIVASI BELAJAR TETAPI MEMILIKI MINAT YANG TINGGI

PADA OLAH RAGA

NO ASPEK YANG

DIAMATI SUB ASPEK

1. Ketahanan a. Sikap siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas

b. Sikap siswa dalam menyimak penjelasan guru

2. Frekuensi

a. Kebiasaan siswa dalam mengulangi kegiatan membaca buku pelajaran

b. Sikap siswa dalam mendalami materi yang sudah disampaikan

c. Sikap siswa menghadapi ujian semester

3. Persistensi

a. Kebiasaan siswa dalam menyelesaikan PR b. Kebiasaan siswa tiba di sekolah

c. Sikap siswa terhadap jadwal belajar

4. Ketekunan dan

ketabahan

a. Kebiasaan siswa dalam mencatat pelajaran

a. Kebiasaan siswa dalam menyelesaikan soal-soal ulangan b. Kemampuan siswa dalam memusatkan konsentrasi

belajar

c. Sikap siswa dalam menerima nilai yang belum memuaskan

5. Pengorbanan

a. Sikap siswa dalam melengkapi sumber-sumber belajar b. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas

tambahan

c. Sikap siswa mengisi waktu luang 6. Rencana atau

target

a. Sikap siswa dalam menyiapkan buku-buku pelajaran b. Sikap siswa terhadap teman yang pintar

c. Sikap siswa dalam mengahadapi ulangan

7. Rasa ingin tahu

a. Sikap siswa dalam mencari sumber-sumber belajar b. Sikap siswa dalam memanfaatkan sumber-sumber

belajar di sekolah

c. Sikap siswa dalam mengikuti diskusi kelompok d. Sikap siswa dalam memilih posisi duduk di kelas e. Keterbukaan siswa terhadap pelajaran yang belum

(20)

b. Wawancara

Wawancara secara mendalam dilakukan terhadap lima orang siswa kelas lima yang kurang memiliki motivasi belajar tetapi memiliki minat yang tinggi pada olah raga sebagai sumber data utama.

[image:20.595.110.515.246.759.2]

Wawancara juga dilakukan terhadap guru-guru, baik sebagai wali kelas maupun sebagai guru mata pelajaran, dengan tujuan memperoleh data tentang siswa tersebut. Berikut ini kisi-kisi pedoman wawancara terhadap siswa yang memiliki minat tinggi pada olah raga.

TABEL 3.3

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA YANG KURANG MEMILIKI MOTIVASI BELAJAR TETAPI MEMILIKI MINAT TINGGI PADA OLAH RAGA

Variabel Aspek Indikator No Item

Motivasi Belajar

Ketahanan

Ketahanan belajar di kelas 1 Ketahan dalam

memusatkan perhatian 2,3

Frekuensi Frekuensi dalam membaca intensif 4 Frekuensi dalam mendalami materi pelajaran 5 Persistensi

persistensi terhadap tugas 6,7 persistensi terhadap

jadwal 8,9,10

persistensi terhadap waktu 11,12,13 persistensi terhadap

pelajaran 14,15

Ketekunan dan ketabahan

Ketekunan terhadap tugas 16,17,18,19 ketekunan dalam belajar 20,21,22,24,25,26 Ketabahan dalam

menghadapi kegagalan

23

Pengorbanan

Pengorbanan materi 27,28

Pengorbanan waktu dan

tenaga 29,30

Rencana atau Target

Target atau rencana masa

depan 31,32,33,34,35,36

Rasa Ingin tahu Rasa ingin tahu terhadap

(21)

Sebelum instrumen tersebut digunakan, instrumen divalidasi terlebih dahulu. Validasi instrumen dilakukan melalui telaahan substansi atau judgement oleh pakar terkait yang dalam hal ini adalah dua orang dosen pembimbing ditambah oleh tim judgement.

Pada dasarnya team judgement telah menyetujui instrumen yang dibuat peneliti, hanya ada beberapa hal yang harus diperbaiki, terutama berkaitan dengan penggunaan kalimat yang belum efektif. Mengingat subjek penelitian adalah siswa sekolah dasar, maka bahasa yang digunakan perlu disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa, yaitu menggunakan bahasa yang sederhana dan menghindari istilah-istilah di luar pengetahuan siswa.

Berdasarkan masukan dari pakar, instrumen terlebih dahulu disempurnakan oleh penulis agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

(22)

83 c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari teknik observasi dan wawancara.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang keberadaan siswa kelas lima yang memiliki minat tinggi pada olah raga. Data yang dikumpulkan dari studi dokumentasi ini berupa nilai ujian semester, dan prestasi akademik yang diperoleh.

E. Analisis Data

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Reduksi Data

(23)

yang mendeskripsikan data. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembuatan laporan (lihat lampiran 6).

2. Display Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk uraian singkat, tabel, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan aspek-aspek dari motivasi belajar yaitu ketahanan, frekuensi, persistensi, ketekunan, pengorbanan, rencana atau target serta rasa ingin tahu. Dari aspek tersebut dapat diperoleh data mengenai motivasi belajar siswa yang disajikan dalam bentuk tabel, dan uraian singkat. Data-data yang telah disajikan ini selanjutnya digunakan untuk menafsirkan data dan mengambil kesimpulan/verifikasi.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

(24)

skor prosentase 50%-74% kategori sedang, jika skor prosentase <49 kategori rendah. Untuk melakukan verifikasi motivasi belajar siswa pada setiap aspek, dilakukan peninjauan ulang terhadap hasil wawancara, observasi da berbagai pihak terkait, kemudian menginterpretasikan setiap data analisis ke dalam bentuk yang lebih sederhana hingga akhirnya diperoleh kesimpulan yang mendeskripsikan motivasi belajar siswa kelas lima SDN 1 Baros yang memiliki minat tinggi pada olah raga. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian ini diupayakan mampu menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal hingga akhir penelitian.

4. Validitas Data

Validitas data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengadakan peninjauan ulang (me-review) proses dan hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi terhadap perilaku dan aktivitas belajar siswa di sekolah. 5. Setelah analisis selesai dilakukan, peneliti melakukan perumusan program

(25)

174 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan hasil telaahan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan tafsiran dan pembahasan penelitian yang dikemukakan dalam Bab IV, pada bagian ini dikemukakan beberapa kesimpulan yang pada dasarnya merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam Bab I. Kesimpulan-kesimpulan itu adalah sebagai berikut.

1. Motivasi belajar siswa kelas V yang memiliki minat tinggi olah raga di SDN 1 Baros memiliki kecenderungan yang variatif. Pada salah satu aspek terlihat tinggi, tetapi pada aspek yang lain terlihat sedang dan rendah, begitu sebaliknya. Rendahnya motivasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern banyak dipengaruhi dari kebiasaan belajar siswa yang tidak efektif yang ditandai dari ketidakmamupan siswa bertahan selama proses pembelajaran, serta rendahnya kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung. Sedangkan faktor ekstern banyak dipengaruhi latar belakang pendidkan, sosial dan ekonomi keluarga.

(26)

aspek frekuensi, persistensi, perencanaan dan target, pengorbanan dan rasa ingin tahu. Hal ini ditandai kurangnya komitmen terhadap jadwal yang telah ditentukan, kurangnya perencanaan terhadap kegiatan belajar, kurangnya melakukan aktivitas dan rasa ingin tahu siswa dalam belajar.

3. Strategi bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dititkberatkan pada bimbingan kelompok, karena permasalahan yang dihadapi oleh lima orang siswa relatif sama, yaitu rendahnya motivasi belajar. Pada usia sekolah dasar, anak sering disebut sebagai usia berkelompok. Karena masa ini ditandai dengan meningkatnya minat anak terhadap aktivitas teman-teman, meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak bersama-sama dengan teman-temannya. Karena melalui kelompok itulah anak-anak akan memperoleh kegembiraan dan kepuasan dari permainan yang mereka lakukan. Lebih daripada itu melalui teman-teman dalam kelompoknyalah sebagian kecil tugas-tugas perkembangan yang diembannya akan terpenuhi.

Dalam dinamika kelompok akan membantu peserta mencurahkan perasaan dan melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.

(27)

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada analisis yang telah dilakukan, terungkap beberapa kendala yang secara signifikan dapat mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Terhambatnya layanan bimbingan dan konseling dapat berakibat buruk bagi perkembangan siswa. Oleh karena itu diperlukan sebuah tindakan dan usaha yang bijak dari pihak sekolah. Pihak-pihak yang terkait secara langsung adalah guru sebagai wali kelas masih menunjukkan belum memiliki pemahaman tentang bimbingan dan konseling yang memadai.

Berkaitan dengan hal itu penulis menyampaikan beberapa rekomendasi yang diharapkan bermanfaat bagi sekolah. Rekomendasi ini seyogyanya dapat dipandang sebagai bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling bagi siswa agar menumbuhkan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar yang memuaskan. Rekomendasi perbaikan dan penyempurnaan yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut.

1. Bagi Kepala Sekolah

(28)

2. Bagi Guru

Upaya guru dalam memotivasi belajar siswa pada aspek ketahanan dalam belajar dapat dilakukan melalui teknik gerak (movement), aspek frekuensi melalui teknik The Number Game Sheet secara berulang-ulang, aspek persistensi melalui teknik bacaan umum (Common Reading) dengan materi The Farmers Land, aspek ketahanan melalui teknik menghubungkan huruf-huruf mengikuti pola kotak-kotak, aspek pengorbanan melalui teknik dilema moral dengan materi kapal karam, aspek rencana dan target melalui teknik The Number Game Sheet dan aspek rasa ingin tahu melalui teknik permainan anak-anak dengan materi pacublek-cublek uang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(29)

178

DAFTAR PUSTAKA

Ahman. Model Bimbingan Konseling Perkembangan di Sekolah Dasar. Bandung: Disertasi Dotor PPS IKIP Bandung, 1998.

Alwasilah, Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif. Jakarta : Pustaka Jaya

Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

_____ (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdiknas. Djamarah Syaiful Bahri. (2008). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Esti Wuryani Djiwandono, Sri. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo Fatimah, enung. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Gimawati, Fitri. (2009) Upaya meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http: // one. Indoskripsi.com//. [25 Februari 2010]

Hadis, Abdul. (2008). Psikologi dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Hartinah, (2009), Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Replika Aditama

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan (terjemahan). Jakarta: Erlangga. James M. Cooper, (1990), http://matedu-unila.blogspot.com/2009/10/peran

guru.html. [15 Maret 2010].

Makmun, Abin Syamsudin. (2004), Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(30)

Muhadjir, Noeng. (1989). Metodologi penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rakesarasin.

Muhibbudin. (2009). Guru Sebagai jabatan Profesional. [Online].Tersedia: http:// www. Lemlit-usk.net/index.php/arsip/112-guru. [20 Februari 2010]. Natawidjaya, Rochman. (2009). Konseling kelompok Konsep dasar &

Pendekatan. Bandung : Rizqi.

_____ (1988). Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung: Abardin Petersen, Lindy. 1995). Ateacher’s Guide for Motivating Children to Learn:

Including those with Special needs. Jakarta : Grasindo.

Purwanto, Ngalim. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi.

_____ ( 2009). Permainan ( Game & Play). Bandung: Rizqi.

_____ (2009). Konselig Kelompok bagi Anak Berpengalaman Traumatis. Bandung : Rizqi.

_____ (2008). Group Exercise. Pelatihan tehnik-tehnik Bimbingan Kelompok Menggunakan Latiahn Kelompok. Makalah pada Seminar-Lokakarya BK UPI.

_____ (2008). Panduan Pelaksanaan Praktikum Bimbingan dan Konseling. SPS: UPI.

Semiawan, (2008), Bahan Ajar, PLPG. Jakarta: UNJ

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Solihin dan Suroto, Dadun. (2009). Setiap Siswa adalah Berbeda. Jakarta : Paedea.

Sugandi, Nani. M. (2000). Keterpaduan antara Tugas Guru Mengajar dan Membimbing dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar. Tesis Magister pada Program Studi BK UPI. Tidak diterbitkan

Sugiyono. (2007). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

(31)

Suherman AS, Uman. (2000). Profil intelektual, Personal dan Sosial Siswa Sekolah Dasar. Tesis Magister pada Program Studi BK UPI. Tidak diterbitkan.

_____ (2007). Optimalisasi Interaksi Pembelajaran. Bandung : madani. _____ (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007), Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surya, Muhamad. (2003). Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy Syah, Muhibbin. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.

Bandung : Rosdakarya.

Syamsudin, Makmun. (2004). Psikologi kependidikan. Bandung : Rosdakarya. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen. Bandung : Fokusmedia (2009)

Willis, Sofyan S. (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Yusuf L.N, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Yusuf L.N, Syamsu dan Juntika. (2008). Landaan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Rosdakarya.

_____ (2007). Teori Kepribadian. Bandung : Rosdakarya. _____ (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosdakarya.

Gambar

TABEL 1.1 DATA NILAI PRESTASI SISWA KELAS V (LIMA) SDN I BAROS
TABEL 3.1 DAFTAR SISWA  KELAS V SDN 1 BAROS-WARUNGGUNUNG
TABEL 3.2 KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI
TABEL 3.3 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA

Referensi

Dokumen terkait

Muamalah adalah bagian dari hukum Islam yang berkaitan dengan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara seseorang dengan orang lain, atau antara seseorang dengan badan

Pengambilan responden dilakukan dengan pertimbangan pada kebutuhan data yang ingin diperoleh yang mengacu pada permasalahan yang digarap yang dalam penelitian ini

Yonas Muanley Alamat url weblog lihat daftar pustaka Pertemuan ke-4 Mahasiswa mampu menjelaskan komponen- komponen dalam Strategi Pembelajaran PAK Bahan Ajar Strategi

dengan ini mengajukan permintaan informasi secara tertulis mengenai jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan atas

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet PPLP dan PPLM JAWA BARAT khusus atlet sprint sebanyak 8 orang.Berdasarkan pengolahan data dan analisis data,

Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia

Hal lain juga seorang janda muda yang berkomunikasi dengan suami orang, tetapi janda tersebut tidak bermaksud mencari perhatian atau menggoda suami orang sehingga

keterampilan berbahasa pada anak usia dini ya dengan metode bercerita. terdapat beberapa pengaruh untuk meningkatkan keterampilan