BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Persoalan pokok yang sering dijadikan kajian terhadap sumber daya manusia dalam suatu
organisasi adalah produktivitas kerja karyawan. Pertanyaan yang sering mengemuka adalah
mengapa organisasi tertentu memiliki karyawan berkinerja optimal, sementara banyak
organisasi yang mempunyai karyawan yang berkinerja belum optimal? Selain itu juga
faktor-faktor dominan apakah yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan?
Manusia merupakan sumber daya yang dinamis karena mempunyai pemikiran, perasaan, dan
pola tingkah laku yang beraneka ragam, sehingga apabila terjadi pengelolaan yang buruk di
dalam perusahaan maka akan terjadi beberapa permasalahan seperti penurunan motivasi kerja,
kepuasan kerja dan prestasi kerja karyawan yang akan mempengaruhi operasionalisasi atau
aktivitas perusahaan.
Dalam kaitannya dengan PT. Victory Garmintex Bandung adalah sebuah perusahaan
manufaktur yang bergerak dalam bidang tekstil berskala internasional, perusahaan ini
diharapkan mampu memenuhi permintaan pasar khususnya dalam menyediakan kebutuhan
sandang (pakaian jadi).
Berikut ini merupakan data jumlah hasil produksi dalam kurun waktu 6 bulan terakhir pada
tahun 2010, data menunjukkan kenaikan dan penurunan (tingkat fluktuatif) jumlah produksi
pakaian yang dihasilkan oleh PT. Victory Garmintex Bandung.
Tabel 1.1
Perkembangan Hasil Produksi Pakaian
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Sumber: Laporan Hasil Produksi P Penulis)
Bulan
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Sumber: Master Planning, PPC Bul
Grafik di atas menunjukk
pada PT. Victory Garmintex. D
0,000 50,000 Juli Agustus ueptember Oktober Nopember Desember98.614
43.457
56.578
54.812
74.846
67.219
i PT. Victory Garmintex Bandung. Bulan Juli- De
Tabel 1.2
Ketercapaian Target Produksi
Target
Produksi
Hasil Produksi
80.000
98.614
75.000
43.457
150.200
56.578
87.500
54.812
64.500
74.846
135.200
67.219
ulan Juli-Desember 2010 (diolah oleh penulis)
Gambar 1.1
Ketercapaian Target Produksi
ukkan kenaikan dan penurunan (fluktuasi) hasil
x. Dalam aktivitas produksinya PT. Victory Ga
100,000 150,000 200,000Hasil yang d Target
Desember 2010 (Diolah oleh
ksi
sil produksi setiap bulan
dari peranan suppliers sebagai pemasok bahan baku seperti kain, kancing, benang, tinta sablon,
zipper (ret sleting), dan sebagainya. Untuk diubah menjadi barang jadi berupa pakaian untuk
kemudian didistribusikan kepada pelanggan. Konsep ini terlihat mudah namun apabila
kompetensi dan motivasi karyawan tidak terkondisikan dengan baik maka akan menjadi masalah
dalam aktivitas produksi.
Tabel 1.3
Daftar Pemasok PT. Victory Garmintex
Kain dan benang Import Lokal
No Brand/Jenis Supplier Supplier
1 Stani • EVACREST (Taiwan)
• KOLON
KAHATEX
2 Oneil • EVERWAY (Perancis)
• TORAY (Hongkong)
3 Tom Tailor KNITTING (Hongkong) • Indo Taiken
• Everindo
4 Gastra •EVACREST (Taiwan)
•KOLON
KAHATEX
Kancing, Ziper dan Aksesoris Import Lokal
No Brand/Jenis Supplier Supplier
1 Kancing • SML
• EVERTEX
• UNITEX
• WELTEX
• A-TEX
•YKK
•SANDANG
2 Ziper • Rudholm
• TALON
• Top Notch
•Meiya
•Indobaten
Sumber: Data Pemasok PT. Victory Garmintex
Adapun masalah yang diduga terjadi pada PT. Victory Garmintex berdasarkan wawancara
penulis selama melakukan penelitian dengan bagian PPC (Tanggal 11 April 2011, Nara sumber :
Ibu Nunung/ Kepala Bagian PPC) berkaitan dengan masalah yang dihadapi selama ini
diantaranya:
1.
Tingkat kerja pegawai PPC yang tidak maksimal. Hal ini dibuktikan dengan sering
menghambat proses produksi yang berpengaruh pada jumlah hasil produksi dan
pelaporan tiap bulan.
2.
Kompetensi pegawai dalam melakukan proses produksi kurang maksimal . hal ini
disebabkan karena sebagian pegawai khususnya bagian PPC memiliki latar belakang
studi masih minim selain itu pelatihan di PT. Victory Garmintex jarang dilakukan.
Kondisi di atas tentunya akan menghambat produktivitas kerja pegawai pada perusahaan
tersebut. Masalah ini akan semakin besar, jika tingkat pengetahuan dan kemampuan serta
motivasi pegawai menurun. Tingkat produktivitas kerja seseorang dapat diketahui dari rasio total
pekerjaan yang berhasil diselesaikan (output) dengan jumlah pekerjaan yang diterima (input).
Sumber : Master Planning, PPC Bulan Juli-Desember 2010 (Diolah oleh penulis)
Gambar 1.2
Grafik Order PT. Victory Garmintex Bandung
Gambar di atas menunjukkan bahwa order yang mampu terserap (input) oleh bagian PPC
masih belum maksimal. Tingginya order yang datang (satuan quantity) ternyata tidak sebanding
dengan jumlah order yang terinput untuk kemudian diolah dalam proses produksi, masih
dikatakan rendah. Hal ini menggambarkan belum optimalnya tingkat produktivitas kerja pegawai
bagian PPC PT. Victory Garmintex Bandung.
0,000 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 Juli
Agustus ueptember Oktober November Desember
Order yang terserap Gagal Input
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah
tersebut yang dirumuskan dalam judul Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Individu
Terhadap Kinerja serta Implikasinya terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada
Bagian PPC PT. Victory Garmintex Bandung.
B.
Identifikasi Masalah&Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian
ini, permasalahannya akan dibatasi pada persoalan-persoalan yang menyangkut motivasi,
Kompetensi, kinerja dan produktivitas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana motivasi karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung ?
2.
Bagaimana kompetensi karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung?
3.
Bagaimana kinerja karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung?
4.
Bagaimana produktivitas karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung?
5.
Bagaimana pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja karyawan pada bagian PPC
PT. Victory Garmintex Bandung?
6.
Bagaimana pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja serta implikasinya terhadap
produktivitas karyawan pada bagian PPC PT. Victory Garmintex Bandung?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang:
1.
Mengukur motivasi karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung.
2.
Mengukur kompetensi karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung.
3.
Mengukur kinerja karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung.
5.
Mengukur pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja karyawan pada bagian PPC
PT. Victory Garmintex Bandung.
6.
Mengukur pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja dan implikasinya terhadap
produktivitas karyawan pada bagian PPC PT. Victory Garmintex Bandung.
D.
Kegunaan Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut:
1.
Bagi objek penelitian PT. Victory Garmintex bagian PPC, adalah sebagai berikut:
a.
Memberikan informasi dan bahan masukan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif peningkatan motivasi, kompetensi dan kinerja karyawan dalam melaksanakan
tugas dan kewajiban sebagai karyawan PT. Victory Garmintex bagian PPC.
b.
Memberikan masukan bagi lembaga dalam program peningkatan motivasi, kompetensi
terhadap kinerja serta implikasinya terhadap produktivitas karyawan bagian PPC PT.
Victory Garmintex Bandung.
2.
Bagi Peneliti
a.
Meningkatkan pemahaman dan wawasan keilmuan khususnya di bidang manajemen
sumber daya manusia yang merupakan aplikasi dari teori-teori yang peneliti peroleh
selama kuliah.
b.
Dapat memberikan tambahan pengalaman dan sebagai inspirasi untuk menerapkan hasil
BAB III
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
A.
Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah motivasi (X1), kompetensi (X2) sebagai
variabel bebas, Kinerja merupakan variabel intervening (Y), dan produktivitas
sebagai variabel terikat (Z). Penelitian ini dilakukan di PT. Victory Garmintex dan
yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah bagian PPC (Process
Production Center) dengan sumber data berasal dari karyawan. Pemilihan lokasi
penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa perusahaan yang bersangkutan
mengalami tingkat produktivitas yang selalu fluktuatif sehingga dengan demikian
peneliti tertarik untuk meneliti di lokasi tersebut dan peneliti juga dapat
memperoleh gambaran dan data yang sesuai dengan judul penelitian.
B. Jenis dan Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
deskripsi tentang ciri-ciri variabel penelitian, sedangkan penelitian verifikatif
pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan
2.
Metode Penelitian
Berdasarkan jenis penelitian deskriptif dan verifikatif, maka metode
penelitian yang digunakan adalah metode survei deskriptif dan metode
explanatory survey untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis dilapangan.
Menurut Dermawan wibisono (2005: 22) “Survei merupakan teknik riset
dimana informasi dikumpulkan melalui penggunaan kuesioner”.
Penelitian yang menggunakan descriptive survey dan metode explanatory
survei dilakukan melalui kegiatan pengumpulan informasi dari sebagian populasi
secara langsung di tempat kejadian melalui alat kuesioner dengan tujuan untuk
mengetahui pendapat dari sebagian populasi yang diteliti terhadap permasalahan
penelitian.
Metode pengembangan yang digunakan adalah cross sectional menurut Asep
Hermawan (2006:45) , “ Penelitian Cross Sectional seringkali disebut penelitian
sekali bidik (one snap shot) merupakan penelitian yang pengumpulan datanya
dilakukan pada suatu titik waktu tertentu”.
3.
Operasionalisasi Variabel
Menurut Sugiyono (2000: 19) “Variabel penelitian itu adalah suatu atribut
atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya” Untuk
menghindari perbedaan penafsiran dan kekeliruan terhadap istilah-istilah yang
dipergunakan sehingga pembahasan masalah yang diteliti ini akan lebih terarah,
Sugiyono (2000:32) bahwa : “Variabel adalah konstruk atau sifat yang
dipelajari.” Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah motivasi kerja
sebagai variabel eksogen (X1) dan kompetensi anggota sebagai variabel eksogen
(X2), kinerja karyawan sebagai variabel endogen (intervening) (Y), dan
produktivitas sebagai variabel endogen (dependent) (Z).
Untuk lebih jelasnya operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel
Konsep
Indikator
Ukuran
No. Item
Skala
Motivasi,
MC Lelland (X1)
Motivasi adalah daya
pendorong
yang
mengakibatkan
seseorang
anggota
organisasi mau dan rela
untuk
mengerahkan
kemampuan,
dalam
bentuk keahlian atau
keterampilan,
tenaga
dan waktunya untuk
menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang
menjadi
tanggung
jawabnya
dan
menunaikan
kewajibannya,
dalam
rangka
pencapaian
tujuan
dan
berbagai
sasaran organisasi yang
Motif Achivement
Tingkat partisipasi
M1
Ordinal
Tingkat dukungan
M2
Tingkat
kesediaan
menjalankan tugas dan akan
memberikan tanggung jawab
pribadi
M3
Tingkat kemampuan bekerja
keras dalam menjalankan
pekerjaan
M4
Motif Affiliation
Transparasi
dalam
berkomunikasi
M5
Ordinal
Dorongan untuk bekerjasama
M6
Dorongan dalam kebebasan
bersosialisai
M7
telah
ditentukan
sebelumnya.
Sondang
P.
Siagian
(2004: 138).
Motif Power
Memiliki keinginan yang kuat
untuk mempengaruhi orang
lain
M9
Ordinal
Memiliki
keinginan
untuk
menguasai kelompok
M10
Memiliki karakter yang kuat
untuk memimpin
M11
Mampu mengarahkan semua
kemampuan demi mencapai
tujuan
M12
Kompetensi:
(Spencer&Spencer,
1993)
(X2)
Karakteristik
dasar
personal yang dimiliki
seseorang
yang
berpotensi
menjadi
factor penentu sukses
tidaknya
seseorang
dalam
mengerjakan
suatu pekerjaan, yang
terdiri
atas
dimensi
kompetensi
dan
bertindak, kompetensi
pelayanan, kompetensi
mempengaruhi,
kompetensi manajerial,
kompetensi
skill(kognitif),
dan
kompetensi efektivitas
Kompetensi
berprestasi&bertindak
Orientasi prestasi individu
KP1
Ordinal
Perhatian terhadap kerapihan,
mutu dan ketelitian
KP2
inisiatif
KP3
Pencarian informasi
KP4
Kompetensi
pelayanan
Empati
KP5
Ordinal
Orientasi pelayanan
KP6
Kemampuan
dalam
menyelesaikan tugas
KP7
Kompetensi
mempengaruhi
Mendukung
dan
mempengaruhi
diri.
Kesadaran berorganisasi
KP9
Membangun hubungan kerja
KP10,
KP11
Kompetensi
manajerial
Mampu
membuat
berbagai
rencana untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan
KP12
Ordinal
Mampu mengatur sumber
daya yang dimiliki perusahaan
untuk menjalankan rencana
yang telah ditetapkan serta
menggapai tujuan perusahaan.
KP13
Mampu
menilai
kinerja
berdasarkan standar yang telah
dibuat untuk kemudian dibuat
perubahan atau perbaikan jika
diperlukan.
KP14
Kompetensi keahlian
Tingkat
pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge)
KP15
Ordinal
Tingkat pemahaman
(comprehension)
KP16
Tingkat penerapan
(application)
KP17
Sintesis (syntesis)
KP19
Tingkat
penilaian/penghargaan/evaluasi
(evaluation)
KP20
Kompetensi
Efektifitas diri
Tingkat pengendalian diri
KP21
Ordinal
Tingkat kepercayaan diri
KP22
fleksibilitas
KP23
Kinerja Karyawan
Ahmad
S.Ruky
(2002:47) (Y)
Ketelitian
Ketelitian dalam setiap
melakukan sikap dan
perbuatan
K1
Ordinal
Tingkat kemampuan berpikir
kritis dan tajam dalam
melakukan pekerjaan
K2
Selalu tenang dalam
melaksanakan pekerjaan
K3
Tingkat kemampuan bekerja
dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai tujuan
K4
Akurat
Tingkat kehati-hatian dalam
melakukan setiap pekerjaan
K5
Ordinal
Tingkat kemampuan
menyelesaikan tugas-tugas
secara akurat dan tepat waktu
sehingga hasil yang diharapkan
dapat tercapai
Tingkat kemampuan
menangani berbagai
tanggungjawab secara efektif
K7
Tingkat kemampuan
mengunakan jam kerja secara
produktif
K8
Taat aturan &
Prosedur
Tingkat kemampuan untuk
mengkoreksi dan mencegah
tindakan yang tidak sesuai
dengan aturan
K9
Ordinal
Tingkat kemampuan mengikuti
norma yang ada dalam
perusahaan
K10
Tingkat kemampuan untuk
datang dan pulang sesuai
dengan jadwal
K11
Tingkat kemampuan untuk
tidak mangkir ketika bekerja
K12
Gesit/Cepat
Cepat menemukan kekeliruan
atau kesalahan dalam
melaksanakan pekerjaan
K13
Ordinal
Cepat menguasai banyak
bahan tentang berbagai topik
K14
Cepat dalam memecahkan
persoalan
K15
Cepat menemukan asas dalam
suatu uraian
Penuh Konsentrasi
Selalu memiliki tujuan yang
jelas dalam melaksanakan
pekerjaan
K17
Ordinal
Selalu memiliki minat terhadap
pekerjaan yang sedang
dihadapi
K18
Pusat perhatian selalu tertuju
kepada yang dilihat
K19
Pusat perhatian selalu
tertuju/fokus kepada yang
dilihat
K20
Ramah/Sopan
Selalu tersenyum ketika
bertemu karyawan lainnya
K21
Ordinal
Tingkat kemampuan bersikap
tenang ketika mengadapi
berbagai permasalahan dalam
bekerja
K22
Selalu menampakan wajah
yang cerah dan ceria kepada
setiap karyawan
K23
Tingkat kejujuran karyawan
dalam bekerja
K24
Produktivitas
Kerja (George J.
Washnis
sebagaimana yang
dikutip oleh Rusli
Produktivitas
mengandung
dua
konsep utama, yaitu
efisiensi dan efektivitas
. efisiensi mengukur
Efektivitas
Mampu menghasilkan produk
sesuai dengan target
P1
Ordinal
Selalu melaksanakan tugas
dengan benar sesuai dengan
apa yang sudah ditentukan
Syarif (1984:113)
(Z)
tingkat sumber daya,
baik
manusia,
keuangan,
maupun
alam yang dibutuhkan
untuk
memenuhi
tingkat pelayanan yang
dikehendaki
.
efektifitas
mengukur
hasil
dan
mutu
pelayanan
yang
dicapai.
Tingkat kemampuan untuk
melaksanakan pekerjaan secara
tepat waktu
P3
Selalu memanfaatkan sarana
dan prasarana dengan tepat
P4
Efisiensi
Selalu memanfaatkan sumber
daya secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah
pekerjaan tepat pada waktunya
P5
Ordinal
Mampu bekerja dengan
sumber daya yang terbatas
P6
Mampu untuk terus belajar
hal-hal yang baru guna
meningkatkan kualitas
pekerjaan
P7
Memperhitungkan resiko
didalam pekerjaan
P8
Inovasi
Kemampuan untuk
menemukan cara-cara baru
dalam melihat masalah dan
peluang
P9
Ordinal
Mampu untuk menerapkan
solusi kreatif terhadap masalah
dan peluang
P10
Mampu untuk menciptakan
atau menambah nilai-nilai
manfaat (sosial/ekonomi)
Berani untuk berpikir kreatif
tanpa takut dibilang bodoh
oleh orang lain.
4. Jenis dan Sumber Data
Penelitian yang baik memerlukan data yang harus berkaitan dengan permasalahan yang
ingin diteliti. Sesuai dengan karakteristik, maka sumber data dapat dibedakan menjadi dua yaitu
data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka data
yang ada dalam penelitian ini merupakan data primer.
Menurut Hussein Umar (2000: 41-42) mengatakan bahwa “ data primer merupakan data
yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti dari hasil
wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.” Dalam hal ini
yang menjadi sumber data primer adalah karyawan kantor bagian PPC PT.Victory Garmintex,
sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen perusahaan
yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.
5. Populasi & Sampel
a. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diteliti.
Adapun pengertian populasi menurut Sudjana (1996:6) adalah “Totalitas semua nilai yang
mungkin, hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kulitatif dari pada karakteristik
tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.”
Sugiyono (2002:57) menyatakan bahwa “Populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian PPC PT.Victory Garmintex terdiri
cutting/distribution, bagian sewing-offline, bagian finishing-steam, bagian quality control, bagian
embroidery, bagian pola, bagian sample-lean, bagian GA, bagian Expedition. Gambaran tentang
jumlah populasi penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.2
Data Personalia PPC PT. Victory Garmintex
No.
Nama Sub Bagian
P4
Staff
Jumlah
1
Gudang kain/accesoris
14
3
17
2
Cutting/Distribution
51
3
54
3
Sewing-Offline
273
5
278
4
Finishing-Steam
44
2
46
5
Quality Control
39
4
42
6
Embroidery
28
3
31
7
Pola
2
2
4
8
Sample-Lean
21
5
26
9
GA
1
-
1
10
Expedition
-
3
3
Total
502
Sumber : Data Personalia PPC PT. Victory Garmintex(diolah)
b. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dianggap mewakili yang diambil dengan
teknik tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi (1998: 117)
bahwa : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel secara Probability Sampling dalam
menggunakan teknik Proportionate random sampling. Selanjutnya sampel dipilih secara acak
untuk masing-masing subpopulasi.
Jumlah sampel total pada penelitian ini merujuk pada sampel minimal dengan menggunakan
alat analisis SEM menurut Hair, Anderson dan Black (Ferdinand, 2000:48) pada suatu penelitian
yang menggunakan tekhnik analisa SEM, mengharuskan bahwa sampel dianggap representatif
parameter yang diestimasikan, dengan demikian sampel minimal penelitian ini dengan jumlah
parameter yang diestimasikan sebanyak 18 adalah :
Jumlah sampel penelitian minimal = jumlah variabel yang diteliti x 15
18 x 15 = 270
Jumlah sampel penelitian 270 karyawan guna meningkatkan kehandalan pendugaan. Sampel
tersebut kemudian dialokasikan untuk masing-masing bagian secara proporsional dengan rumus
sebagai berikut:
n
i= N
i Xn
N
Keterangan :
n
i= Jumlah sampel menurut kelompok
n = Jumlah sampel seluruhnya
N
i= Jumlah populasi menurut kelompok
N = Jumlah populasi seluruhnya
1.
Dik : N
i= 17, n = 270, N = 502
Bagian Accesoris = 17 x 270 = 9.14 9
502
2.
Dik : N
i= 54, n = 270, N = 502
Bagian Distribution = 54 x 270 = 29.04 29
502
3.
Dik : Ni = 278, n = 270, N = 502
Bagian Sewing-offline = 278 x 270 = 149.52 150
502
Bagian finishing-steam = 46 x 270 = 24 24
502
5.
Dik : Ni = 42, n = 270, N = 502
Bagian Quality Qontrol = 42 x 270 = 22.58 23
502
6.
Dik : N
i= 31, n = 270, N = 502
Bagian Embroidery = 31 x 270 = 16 16
502
7.
Dik : N
i= 4, n = 270, N = 502
Bagian Pola = 4 x 270 = 2.15 2
502
8.
Dik : N
i= 26, n = 270, N = 502
Bagian Sample-Lean = 26 x 270 = 13.98 14
502
9.
Dik : N
i= 1, n = 270, N = 502
Bagian GA = 1 x 270 = 0.5 1
502
10.
Dik : N
i= 3, n = 270, N = 502
Bagian expedition = 3 x 270 = 1.61 2
502
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh hasil yang terlihat pada tabel alokasi sampel
berikut ini:
Tabel 3.3
Alokasi sampel
Sumber : Data Personalia PPC PT. Victory Garmintex yang diolah
6. Alat Pengumpulan Data
Para pakar telah membedakan teknik pengumpulan data menjadi tiga, yaitu interviewing,
quetionnaires dan observation (Sekaran, 2000; Zikmund, 2000). Sesuai dengan metode
penelitiannya, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kuesioner atau menurut terminologi Surakmad (1996: 32) disebut sebagai teknik komunikasi
tidak langsung, yaitu data dikumpulkan dengan menggunakan alat yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan
dalam paparan berikut.
a.
Kuesioner Penelitian
Sesuai dengan operasionalisasi variabel penelitian dan teknik pengumpulan data di atas,
maka dalam penelitian ini empat kuesioner yang digunakan yaitu, kuesioner kinerja, kuesioner
motivasi, kuesioner kompetensi dan kuesioner produktivitas.
Kuesioner produktivitas karyawan atau disebut Skala Produktivitas (SP) digunakan
untuk menjaring data variabel produktivitas Bagian PPC PT.Victory Garmintex yang diteliti.
Kuesioner ini mengacu pada teori indikator – indikator yang dikemukakan oleh Paul Mali
(987:56) dalam Tjutju Yuniarsih & Suwatno (2008:160).
1
Gudang kain/accesoris
9
2
Cutting/Distribution
29
3
Sewing-Offline
150
4
Finishing-Steam
24
5
Quality Control
23
6
Embroidery
16
7
Pola
2
8
Sample-Lean
14
9
GA
1
10
Expedition
2
Kuesioner kinerja karyawan atau disebut Skala Kinerja (SK) digunakan untuk
menjaring data variabel kinerja karyawan Bagian PPC PT.Victory Garmintex yang diteliti.
Kuesioner ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori indikator –
indikator kinerja yang dikemukakan oleh Ahmad S. Ruky (2002:47).
Kuesioner motivasi atau disebut Skala Motivasi (SM) digunakan untuk menjaring data
variabel motivasi. Kuesioner ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori
Mc Lelland.
Kuesioner kompetensi atau disebut Skala Kompetensi (SKP) digunakan untuk
menjaring data variabel kompetensi. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti. Teori yang
digunakan dalam mengembangkan kuesioner ini mengacu pada teori kompetensi Spencer dan
Spencer (1994).
Keempat kuesioner di atas seluruhnya disusun dengan menggunakan penskalaan model
Rensis Likert. Digunakannya penskalaan model Likert dilandasi oleh empat pertimbangan.
Pertama, penskalaan model Likert relatif lebih mudah membuatnya dibanding dengan
penskalaan model lain. Kedua, penskalaan model Likert mempunyai reliabilitas yang relatif lebih
tinggi bila dibandingkan dengan penskalaan model lain, khususnya model Thurstone. Ketiga,
penskalaan model Likert dapat disusun dalam berbagai jenis respon alternatif (Nazir, 1999: 398).
Keempat, dalam pengolahannya hasil pengukuran yang diperoleh melalui penskalaan model
Likert adalah skor atau nilai dengan ukuran interval (Azwar, 2003a: 140; 2003
b: 105; Supranto,
2004: 6; Sekaran, 2000: 193; 198; Indriantoro & Supomo, 2002: 99; Mayer & Schoorman, 1992:
687). Karena sifatnya seperti itu, maka penskalaan model Rensis Likert oleh Bird (1940, dalam
Edward, 1957; Saifuddin Azwar, 2003
b) disebut sebagai metode penskalaan yang dijumlahkan
b.
Wawancara
Tekhnik pengumpulan data wawancara dilakukan melalui komunikasi langsung dengan
pihak-pihak yang ada di objek penelitian (karyawan), yang diberi wewenang untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
c.
Studi Dokumentasi
Tekhnik ini dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen yang ada pada Bagian
Administrasi PPC PT.Victory Garmintex yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Selain tekhnik pengumpulan data yang dijelaskan diatas dalam penelitian ini penulis
menggunakan studi literatur yaitu tekhnik pengumpulan data dengan jalan mencari informasi
atau data melalui sumber dari buku-buku yang berhubungan dengan maslalah yang diteliti.
d.
Penentuan Nilai Skala
Menurut Edwards (1957: 149) dan Saifuddin Azwar, (2003
b: 140), prosedur penskalaan
dengan model Likert didasarkan pada dua asumsi sebagai berikut:
(1)
Setiap pernyataan (pertanyaan) dapat disepakati sebagai kategori pernyataan yang bersifat
favorable atau pernyataan yang bersifat unfavorable. Pernyataan favorable menunjukkan
persepsi yang bersifat positif, sedang yang bersifat unfavorable menunjukkan persepsi yang
bersifat negatif.
(2)
Jawaban yang diberikan oleh responden yang memiliki persepsi positif diberi skor atau nilai
yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan responden yang memiliki persepsi negatif.
Bagaimana skor atau nilai skala dalam model Likert ditentukan. Ada dua cara yang dapat
ditempuh, yaitu ditentukan dengan cara sederhana (konvensi) atau ditentukan secara empiris
(Saifuddin Azwar, 2003
a; 2003
b; Edward, 1957). Melalui cara pertama, nilai skala ditentukan
melihat pada sifat item pernyataan. Untuk item pernyataan positif diberi skala 5
−
1 atau 4 – 0
dan yang negatif diberi skala 1 – 5 atau 0 – 4.
Berbeda dengan cara pertama, melalui cara empiris penentuan nilai skala ditentukan
dengan basis distribusi jawaban responden dalam satuan deviasi normal (Edwards 1957).
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, menurut pakar pengukuran bidang psikologi (Saifuddin
Azwar, 2003
a: 140; 2003
b: 105), pakar statistika (Supranto, 2004: 6), juga pakar metodologi
penelitian (Sekaran, 2000: 193, 198; Kerlinger, 1990: 702; Indriantoro & Supomo, 2002: 99;
Maholtra, 2000: 145), sependapat bahwa penskalaan model Likert, apakah ditentukan dengan
cara pertama atau cara kedua, dalam pengolahannya sama-sama diberlakukan sebagai penskalaan
dengan tingkat pengukuran interval. Berkenaan dengan hal tersebut, Saifuddin Azwar (2003
a:
105; 2003
b: 140) memberikan penjelasan sebagai berikut:
Dalam asumsi yang disebutkan di atas tidak dikatakan adanya anggapan bahwa
jarak antara masing-masing kategori respons harus sama (equal
interval), akan tetapi
kita akan menentukan jarak antara kategori respons dalam unit yang berskala interval. ...
Sekalipun skor pada skala yang
ditentukan
lewat
prosedur
penskalaan
akan
menghasilkan angka-angka pada
level
pengukuran
interval,
namun
dalam
interpretasinya hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor
yang berada pada level ordinal. Sebagai contoh, respons-respons “sangat setuju”,
“setuju”,
“netral”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju” akan memperoleh skor
interval bila ditetapkan lewat prosedur penskalaan summated ratings, namun
makna skor pada keseluruhan skala yang dijawab tidak dapat diletakkan pada
kontinum interval melainkan berada pada kategori-kategori ordinal.
Mengacu kepada pendapat para ahli di atas, penentuan nilai skala terhadap keseluruhan
item pertanyaan kuesioner penelitian ditentukan dengan cara pertama dalam skala 5.
Pertimbangannya dapat dikemukakan sebagai berikut:
(1)
Penentuan nilai skala dengan cara pertama menjamin konsistensi skor dengan jarak interval
(2)
Selama item-item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner memenuhi validitas dan
reliabilitas yang memadai, penentuan nilai skala yang dihasilkan melalui kedua cara di atas
memiliki tingkat kecermatan yang tidak berbeda. Hal tersebut ditunjukkan oleh penemuan
Likert sendiri yang melaporkan bahwa, skor kelompok responden yang didasarkan pada
nilai yang ditentukan dengan cara sederhana berkorelasi sebesar 0,99 dengan skor yang
ditentukan dengan cara empiris (Edwards 1957: 151).
(3)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa pakar (Labovitz, 1967; Kim, 1975; Hawkies,
1971, dalam Suwarno & Rahardjo, 1988) menunjukkan, hasil analisis terhadap data yang
ditentukan dengan cara pertama dan kedua tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
1.
Metode Analisis
Dari data yang ada maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan sesuai dengan
beberapa tujuan penelitian yang ditetapkan. Pada analisis ini metode analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan Struktural Equation Modelling (SEM).
Analisis deskriftif digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data yang telah terkumpul
berdasarkan jawaban responden melalui distribusi item dari masing-masing variabel . penyajian
data yang telah terkumpul pembahasannya secara deskriptif dilakukan dengan menggunakan
tabel frekuensi.
Alasan peneliti menggunakan SEM karena menurut Bachrudin dan Harapan (2003:43) di
dalam SEM dapat dilakukan kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan
instrumen (setara dengan analisis faktor komfirmatori), dan pengujian model hubungan antar
variabel (setara dengan analisis jalur).
Dengan demikian untuk menggambarkan mengenai motivasi kerja , kompetensi, kinerja, dan
namun untuk menguji dan menganalisis hubungan antar variabel penelitian yaitu Motivasi,
Kompetensi, Kinerja dan Produktivitas sebagaimana tujuan penelitian digunakan model
persamaan struktural SEM.
Dalam tabel di bawah ini diberikan rangkaian metode analisis untuk masing-masing tujuan
penelitian.
Tabel 3.4
Metode Analisis
Tujuan Penelitian
Metode Analisis
T-1
Analisis Deskriptif
T-2
Analisis Deskriptif
T-3
Analisis Deskriptif
T-4
Analisis Deskriptif
T-5
Analisis Kuantitatif dengan menggunakan SEM
T-6
Analisis Kuantitatif dengan menggunakan SEM
a.
Pengujian Instrumen Pengukuran
alat ukur dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat menjalankan fungsinya
dengan baik pada model pengukuran sehingga kesalahan pengukuran (measurement error) dapat
diminimalkan. Untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keandalan suatu alat ukur perlu diuji
validitas dan reliabilitas serta uji unidimensional sebelum diolah lebih lanjut. Terdapat beberapa
cara pengukuran atau pengujian validitas reliabilitas, namun dalam penelitian ini pengujian
unidimensional, validitas dan reliabilitas dilakukan dengan analisis faktor konfirmatori. Adapun
jenis analisis faktor konfirmatori yang digunakan adalah analisis konfirmatori satu tahap (First
Order Comfirmatory Factor) pada model persamaan struktural. Merujuk pada pendapat para ahli
untuk menguji unidimensional, validitas dan reliabilitas model pengukuran yang perumusannya
berdasarkan teori.
Alasan menggunakan model pengukuran faktor konfirmatori satu tahap karena variabel
penelitian ini yang terdiri dari empat variabel yaitu motivasi, kompetensi, kinerja dan
produktivitas kerja. Merupakan variabel-variabel laten dimana masing-masing variabel laten ini
dijelaskan oleh indikator-indikator yang ada didalamnya.
b.
Uji Asumsi Statistik
Terkaitan dengan penggunaan estimasi dan metode analisis yang digunakan maka perlu
dideteksi beberapa asumsi statistik yaitu data non outlier , berdistribusi normal serta non
multikoliniearitas.
1). Deteksi Outlier
Data outlier adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data yang lain yang terjadi
karena kesalahan dalam pemasukan data, pengambilan sampel atau karena ada data-data ekstrim
yang tidak bisa dihindarkan keberadaannya. Pada dasarnya data ekstrim tidak bisa dikatakan
tidak bermanfaat atau bermasalah bagi keperluan analisis data penelitian. Keberadaannya harus
dilihat sebagai bagian analisis (Hair et.al., 1992). Penentuan data ekstrim dilkaukan secara
sederhana dengan komputasi, salah satu deteksi data outlier dapat dilakukan secara sederhana
dengan komputasi, salah satu deteksi data outlier dapat dilakukan dengan cara standarisasi yang
dilengkapi dengan menampilkan grafik data dalam bentuk scatter plot. Deteksi data dengan
standarisasi pada prinsipnya mengubah nilai data semula menjadi dalam bentuk z, kemudian
menafsirkan nilai z tersebut.
Z = x – x
S
Deteksi outlier atau data dikatakan outlier jika nilai z yang didapat lebih besar dari angka +
2,5 atau lebih kecil dari -2,5.
Adapun pengujian outlier multivariat, identifikasi secara praktis melalui statistik d
2(mahalanobis distance-squared). Statistik d
2dihitung dengan meregresikan antara nomor urut
responden (sebagai variabel dependen ) dengan semua variabel yang diteliti (sebagai variabel
independen). Selanjutnya untuk menetukan ada tidaknya kasus outlier multivariate dilakukan
dengan cara membandingkan statistik d
2yang diperoleh dengan statistik chi-square (
λ
2) pada
derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel yang diobservasi dan tingkat kesalahan tertentu.
Khusus pengujian kasus outlier multivariate konvensi yang berlaku dikalangan para ahli
menetapkan tingkat kesalahan (
ά
) sebesar 0.001. berdasarkan statistik d
2dan statistik
λ
2setiap
observasi yang memiliki koefisien d
2lebih besar dari statistik
λ
2diidentifikasi sebagai kasus
outlier multivariate. (Hair, dkk dalam Kusnendi, 2007:25). Dalam penelitian ini jika outlier
muncul dalam bentuk nilai observasi yang sangat ekstrim dibandingkan dengan nilai kritis
λ
2,
dan tidak diketahui penyebabnya maka disarankan untuk mengeluarkan outlier dari data sampel.
2). Asumsi Normalitas
Dalam menguji distribusi normal secara univariat , dapat dilakukan melalui statistik nilai
skewness dan kurtosisnya (Bollen, 1989). Nilai skewness adalah kemiringan kurva pada sebuah
distribusi. nilai skewness yang negatif menggambarkan kurva miring kekiri, begiatu sebaliknya
nilai positif menggambarkan kurva miring ke kanan. Selanjutnya kurtosis adalah puncak atau
ujung dan sebuah distribusi.
Sedangkan asumsi normalitas data sampel secara multivariate Mardia dalam Bollen
multivariat pada data. Kedua pengujian normalitas data tersebut secara univariate dan
multivariate dapat dilakukan melalui program Lisrel. dengan hipotesis pengujiannya sebagai
berikut:
Ho : data sampel berdistribusi secara normal
HI : data sampel tidak berdistribusi secara normal
Adapun kriteria pengujiannya bahwa asumsi normalitas dapat diterima pada tingkat kesalahan
(
ά
) tertentu jika nilai Z
skewnessdan Z
kurtosisberada diantara –z
tabeldan z
tabel(atau –z
tabel<z<zt
abel)
atau secara praktis berdasarkan p-value, yang dikeluarkan data ouput lisrel dinyatakan bahwa
asumsi normalitas dapat diterima (Ho diterima) jika p-value>
ά
tertentu.
Untuk data yang tidak berdistribusi normal, terdapat beberapa pemecahan yang mungkin
dalam melakukan analisis data (Bollen, 1989), yaitu:
1)
Metode Bootstrap
2)
Transformasi data dengan Normal Scores
3)
Metode estimasi Weighted Least Square (WLS)
4)
Statistik uji scaled chi square
3). Asumsi Multikolinieritas
Multikolinieritas menunjukkan kondisi dimana antar variabel penyebab terdapat hubungan
linier yang sempurna. Ini merupakan asumsi yang tidak dapat dilanggar dalam aplikasi estimasi
maximum likelihood seperti yang dinyatakan Schumacker dan Lomax, 1996: 26) yang
menyatakan: “the sample covariance matrix must be positive definitife or nonsingular’’. Suatu
model dapat secara teoritis diidentifikasi tetapi tidak dapat diselesaikan karena masalah-masalah
empiris, misalnya adanya multikolinieritas tinggi dalam setiap nodel, atau estimasi jalur (path
Untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah multikolinieritas dapat diidentifikasi melalui
ciri-ciri sebagai berikut:
When the variance (standard error) in beta weight large. When signs on beta weights
are inappoprite.when the determinant of the correlation matrix of the predictor variables
approaches zero. When one or more eign value approach zero. When simple correlation are
greater than 0.80 or 0.90. when simple correlation between predictor variable are greather
than R2 of all predictor variables with dependent variable (Maruyuana dalam Kusnendi,
2008).
Pengujian multikolinieritas, berdasarkan pada statistik determinant of sample covariance
matrix. Koefisien determinan matriks kovarian yang sangat kecil mengindikasikan dalam dataset
sampel terdapat problem multikolinieritas. Dan jika dalam dataset sampel benar-benar terdapat
problem multikolinieritas menjadikan matriks kovariansi yang dihasilkan non definite positive
sehingga parameter model gagal diestimasi sehingga pada LISREL ada peringatan:’the sample
moment matrix is not definite positive.
c.
Pengujian Hipotesis Penelitian dengan Menggunakan SEM
Structural Equation Model (SEM) adalah suatu tekhnik statistik yang proses pengolahannya
secara simultan melibatkan kekeliruan pengukuran, variabel indikator dan variabel laten.
Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung sehingga variabel tersebut
dibentuk atau dijelaskan oleh variabel indikator (observable variable).
Metode analisis model persamaan struktural, disebut juga latent variable analysis, covariance
structural analysis, linear structural relationship (LISREL). Atau lebih populer dikenal dengan
sebutan SEM, pemodelan persamaan struktural atau SEM adalah suatu teknik analisis statistik
dalam pengukurannya (Bachrudin dan Harapan, 2003). Adapun variabel laten adalah variabel
yang tidak dapat diukur langsung atau dinilai derajat keeradaannya, tetapi variabel tersebut
dijelaskan oleh variabel indikator (observable variable).
1). Asumsi SEM
Seperti halnya dalam model dependensi analisis data multivariat pada umumnya, maka
dalam analisis SEM ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Menurut Joreskog dan Sorbom
(1993:112): “the fundamental assumption in SEM is that the error term in each relathionship is
uncorrelated with all the independent constructs”.
Hair, Anderson, Tatham dan Black (1992:601) mengemukakan tiga asumsi utama SEM,
yaitu (1) observasi data atau sampel bersifat independen, (2) sampel diambil secara random, (3)
hubungan antarvariabel bersifat linier. Sedangkan menurut Bollen syarat penting dalam
pemilihan metode estimasi dalam SEM adalah ukuran sampel dan data harus berdistribusi
normal multivariat (Bollen,1989)
2). Pendekatan Prosedur SEM
Pada prinsipnya SEM merupakan gabungan antara analisis faktor dan analisis jalur (Hox dan
Bechger, 2000). Adapun tujuannya adalah untuk mengkonfirmasikan atau menguji secara
empiris dan simultan model pengukuran dan model struktural yang dibangun atas dasar kajian
teoritis tertentu. Dengan demikian salah satu keunggulan dari SEM dibandingkan metode regresi
dan metode multivariat yang lain adalah penerapan prosedur SEM secara sekaligus terhadap
sebuah model hybrid/full SEM (kombinasi antara model pengukuran dan model struktural).
Penerapan prosedur SEM dikenal sebagai One-Step Approach.
Namun dalam penelitian ini, mengingat model penelitian ini sangat kompleks terdiri dari
laten lain yang tidak berhubungan langsung dengan variabel teramati sehingga alternatif yang
peneliti gunakan adalah two-step approach, seperti yang disarankan oleh Anderson dan Gerbing
dalam Setyo (2007:69) serta didukung juga oleh Joreskog dan Sorbom (1993:113).
3). Tahapan Prosedur Pemodelan SEM
Prosedur SEM secara umum akan mengandung tahap-tahapan sebagai berikut (Bollen
dan Long, 1993):
Spesifikasi Model (Model Spesification)
Identifikasi Model (Model Identification)
Estimasi (Estimation)
Uji Kecocokan (Testing Fit)
Respesifikasi (Respecification)
a.
Spesifikasi Model (Model Specification)
Tahapan ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan struktural, sebelum
dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan berdasarkan suatu teori atau penelitian
sebelumnya.
Model umum yang digunakan dalam analisis pemodelan persamaan struktural (SEM) pada
LISREL dibagi menjadi dua bagian (Joreskog dan Sorbom, 1996) yaitu model pengukuran
(measurement Model) dan model struktural.
b.
Identifikasi Model (Model Identification)
Identifikasi model berhubungan dengan apakah model yang diusulkan dapat menghasilkan
estimasi yang bersifat unik (tunggal) atau tidak. Syarat perlu agar kita dapat mengidentifikasikan
taksiran parameter adalah banyaknya korelasi antara variabel yang diukur lebih besar atau sama
dinyatakan bahwa suatu model dimungkinkan dapat menghasilkan suatu estimasi yang bersifat
unik (taksiran tunggal) jika model tersebut bersifat just-identifed atau overidentified (Hair
et.al.,1992).
Syarat perlu bahwa model just-identified jika df 0. Derajat kebebasan didefinisikan sebagai
berikut (Joreskog dan Sorbom, 1993):
1/2
1
Dimana (p+q) adalah jumlah variabel observasi yang dianalisis dan t adalah jumlah
parameter yang ditaksir.
c.
Estimasi (Estimation)
Pada prinsipnya penaksiran parameter dalam model ialah berdasarkan minimalisasi selisih
(residu) antara matriks varians-kovarians populasi
∑
dengan matriks varians-kovarians
sampel S. Tujuan dari minimalisasi ini untuk menghasilkan S yang konvergen menuju
∑
.
Dalam penelitian ini metode estimasi yang digunakan adalah metode estimasi maximum
likelihood (ML) . alasan menggunakan metode ini karena metode ini secara asymptotic tidak
bias, lebih efisien dan konsisten yang akan menghasilkan asymptotic variance lebih kecil.
Asumsi dari metode ML ini adalah data berdistribusi normal multivariat.
d.
Uji Kecocokan (Testing Fit)
Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data. Adapun
rancangan pengujian model dan hipotesis. Penelitian ini dirumuskan pada tabel 3.10
Dalam metode structural equation modelling, variabel yang diestimasi diuji secara
Disamping secara individual , juga menguji model yang diusulkan (proposed) secara
keseluruhan (overall model fit test), yaitu melalui uji kesesuaian model. Ukuran-ukuran
kesesuaian dalam model bisa dilakukan secara inferensial atau deskriptif. Statistik chi-kuadrat
dapat digunakan untuk menguji kesesuaian model secara inferensial, sedangkan ukuran
kesesuaian secara deskriptif yang dinyatakan dalam suatu indeks, sering digunakan goodness of
fit indices (GFI) , adjusted goodness of fit indices (AGFI), dan Root Mean Square Residual
[image:36.595.19.509.237.712.2](RMR) (Bachrudin dan Harapan, 2003).
Tabel 3.5
Rancangan Pengujian Model dan Hipotesis
Model
Hipotesis
Statistik
Uji
Kriteria Uji
Overall Model
Ho : matrik kovarian antar variabel M,
KP, K dan P data sampel tidak berbeda
dengan matrik kovarians populasinya.
H1 : matrik kovarian antar variabel M,
KP, K, dan P data sampel tidak berbeda
dengan matrik
Statistik
Uji Chi
Square
P-Value
GFI
AGFI
RMSEA
Diharapkan Ho
diterima, semakin
kecil nilai
χ
2
semakin baik
model
P>0.05
GFI 0.9
AGFI 0.9
RMSEA 0.08
Kinerja
H1 :
Ho : M tidak mempengaruhi K
H1 : M berpengaruh positif terhadap K
Uji t atau
P-Value
Diharapkan Ho
ditolak, t
hitung>t
tabelatau P-value
0.05
H2:
Ho : KP tidak mempengaruhi K
H1 : KP berpengaruh positif terhadap K
Uji t atau
P-Value
Diharapkan Ho
ditolak, t
hitung>t
tabelatau P-value
0.05
Produktivitas
Kerja
H3 :
Ho : M tidak mempengaruhi P
H1 : M berpengaruh positif terhadap P
Uji t atau
P-Value
Diharapkan Ho
ditolak, t
hitung>t
tabelatau P-value <0.05
H4:
Ho : KP tidak mempengaruhi P
H1 : KP berpengaruh positif terhadap P
Uji t atau
P-Value
Diharapkan Ho
ditolak, t
hitung>t
tabelatau P-value <0.05
H5:
Ho : K tidak mempengaruhi P
H1 : K berpengaruh positif terhadap P
Uji t atau
P-Value
Diharapkan Ho
ditolak, t
hitung>t
tabelatau P-value <0.05
e.
Respesifikasi (Respecification)
Tujuan respesifikasi atau modifikasi model adalah mencari model yang sederhana atau
mendapatkan model yang benar-benar sesuai dengan data (MacCallum, 1986 dalam Bachrudin
dan Harapan, 2003). Bila model cukup baik maka langkah selanjutnya dalam SEM adalah
melakukan interpretasi. Bila belum baik maka perlu dilakukan respesifikasi model dengan cara
sebagai berikut (Pedhazur dalam Bachrudin dan Tobing, 2003):
1). Menghilangkan koefisien jalur yang tidak berarti (non signifikan)dari model melalui theory
Trimming.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat PT. Victory Garmintex Bandung
PT. Victory Garmintex Bandung pada mulanya merupakan anak perusahaan dari PT.
Teodore yang berlokasi di Jl. Industri No. 60 Leuwigajah Cimahi – Bandung. Perusahaan ini
merupakan salah satu perusahaan garment yang bergerak dalam bidang industri pakaian jadi.
Perusahaan ini berdiri pada bulan Juli tahun 1994 atas prakarsa Mrs. Jetty R. Pattiasina dan Mr.
Gopal Babu. Dalam perkembangannya PT. Victory Garmintex seringkali mengalami pasang
surut, hal ini lebih disebabkan karena pangsa pasar (Buyer) PT. Victory Garmintex adalah
negara-negara Eropa dengan menggunakan mata uang asing sehingga dipengaruhi oleh nilai
[image:39.595.69.526.201.695.2]tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Tabel 4.1
Daftar Main Buyer
No.
Merk Produk
Negara (Buyer)
1
LERNER
U.S.A
2
LIMITED
U.S.A
3
MEIJER
U.S.A
4
SWIRE
U.S.A
5
TOMMY HILFIGER
U.S.A
6
WET SEAL
U.S.A
7
ROYAL ROBINS
U.S.A
8
CARTER’S
U.S.A
9
SARA LEE
U.S.A
10
ONEILL
U.S.A
11
ESPRIT
GERMANY
12
POLO JEANS
ITALY
13
MACHU PICHU
ITALY
Pada tahun 1998 saat terjadi krisis moneter, dimana seluruh nilai aspek ekspor-impor Negara
Indonesia sedang menurun, PT. Victory Garmintex juga tidak terlepas dari keterpurukan
tersebut, imbasnya banyak order yang gagal, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) di tubuh
perusahaan ini. Namun seiring dengan keadaan ekonomi dunia yang semakin membaik, maka
PT. Victory Garmintex juga berusaha untuk bangkit kembali, dan akhirnya pada awal 2003
perusahaan ini membeli sebidang lahan untuk dijadikan lokasi pabrik sendiri tanpa menumpang
pada PT. Teodore, di lokasi baru inilah PT. Victory Garmintex mampu bertahan hingga saat ini.
Nama perusahaan
: Victory Garmintex
Bentuk Perusahaan
: Perseroan Terbatas
Lokasi
: Jl. Raya Batujajar No. 28 Cimahi- Bandung, Indonesia
Kapasitas produksi
: 60 -72.000 pcs/bulan
Jumlah tenaga kerja
: 1520 personil
Lisensi perusahaan
:
1.
Tanda daftar perusahaan perseroan terbatas (TDP) No:
090.15102112, Obtained August 15, 2003
2.
Nomor
pengenal
importir
khusus
(npik)
No:
2.31.05.00007/DAUGLU/IX/2003, Obtained September 24,
2003
3.
Angka pengenal importir – produsen (AP-P) No: 090301405,
Obtained August 1, 2005.
Luas Area
: 16.545 m
21.
Office
: 375 m
23.
Warehouse
: 400 m
24.
Cutting
: 182 m
25.
Sewing
: 1.642 m
26.
Finishing
: 414 m
27.
Packing
: 155 m
28.
Others
: 784 m
29.
Recreation space : 12.406 m
22. Profil PT. Victory Garmintex Bandung
a.
Visi, Misi, dan Strategi
1). Visi
Visi dari PT. Victory Garmintex Bandung adalah:
“Best in class knitting Manufacturing in Indonesia”
2). Misi
Misi dari PT. Victory Garmintex Bandung adalah:
“providing peace of mind for stakeholders”
•
Buyers
: they will get best quality delivered on time with competitive price.
•
Employess
: they will get equal treatment, equal opportunities and fair pay
•
Stakeholders : they will get optimum gains
•
Society
: the company commits to be socially responsible
3). Strategi
Strategi yanhg dilakukan oleh PT. Victory Garmintex Bandung antara lain adalah:
•
Proactive Market Expansion
•
Prudent Environment Helath Safety Management
3. Struktur Organisasi
Setiap perusahaan di dalam mencapai tujuannya memerlukan adanya struktur organisasi,
karena dengan adanya struktur organisasi tersebut pimpinan perusahaan akan dapat
melaksanakan pembagian tugas kepada karyawan atau bawahannya sesuai dengan bidangnya
masing-masing. Dalam pengertian umum, secara sederhana organisasi didefinisikan sebagai
gambaran secara sistematis tentang hubungan kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam
perusahaan di dalam mencapai tujuannya.
Agar pelaksanaan manajemen dapat mencapai tujuan dengan efektif, maka PT. Victory
Garmintex Bandung memilih struktur organisasi bentuk garis. Struktur organisasi garis
merupakan bentuk struktur organisasi yang tepat untuk perusahaan ini, dikarenakan alur lalu
lintas tanggung jawab secara vertikal maupun horizontal dapat berjalan dengan baik dan jelas,
tidak akan terjadi pelemparan tanggung jawab antar karyawan, serta rasa solidaritas dan
kerjasama antar karyawan dapat terbina dengan baik.
Bagan struktur organisasi PT. Victory Garmintex Bandung ada di dalam lampiran.
4. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Victory Garmintex Bandung, yang
bekerja pada bagian Production Process Control (PPC) yang bekerja langsung pada bagian
produksi.jumlah pegawai di bagian PPC sebanyak 502 orang.
Pengumpulan data melalu
kelamin diperoleh hasil seperti
Karakteris
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Total
Sumber: Data Penyebaran Angket
Kemudian Gambar 4.1
(karyawan) berdasarkan gende
Pie
Hasil pengolahan data
Garmintex Bandung, terdapa
responden wanita berjumlah
bagian PPC lebih didominasi
sedangkan pria hanya 39 %. In
PT. Victory Garmintex Bandu
61%Proporsi G
alui kuesioner berdasarkan karakteristik respo
erti tabel berikut:
Tabel 4.2
ristik Jumlah Responden Berdasarkan Gend
Jumlah
Persentase
198
39%
304
61%
502
100%
.1 secara jelas menunjukkan proporsi karakteri
der
Gambar 4.1
ie Chart Gender Karyawan (Responden)
ata dari 502 responden pegawai bagian PP
pat 198 orang responden yang berjenis kela
h 304 orang. Jika dilihat dari persentasenya
asi oleh pegawai wanita, yaitu dengan persen
. Ini mencerminkan bahwa sebagian besar kary
dung adalah berjenis kelamin perempuan. Hal i
39%rsi Gender Responden
Laki-laki Perempuan
sponden dari segi jenis
ender
eristik responden
PPC pada PT. Victory
elamin pria, sedangkan
a jumlah pegawai pada
rsentase sebanyak 61 %
aryawan yang bekerja di
wanita memiliki pemikiran yang lebih kuat dari sisi emosional. Hal ini, merupakan kekuatan
yang sangat positif ketika dibawa ke lingkungan kerja. Pemimpin wanita yang sukses cenderung
memiliki Emotional Intelligence yang baik, dalam hal ini emosi diarahkan pada hal-hal yang
positif. Bank Dunia pun menilai perusahaan yang dimiliki oleh perempuan berkembang lebih
cepat dibanding usaha yang dijalankan oleh seorang pria.
Maria Elka Pangestu, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan menyebutkan salah
satu keunggulan perempuan adalah memiliki kecenderungan mengelola uang dengan baik dan
teliti dalam bekerja.
b.
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pengumpulan data melalui kuesioner berdasarkan karakteristik responden dari segi usia
[image:44.595.66.528.192.641.2]diperoleh hasil seperti tabel berikut:
Tabel 4.3
Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah
Persentase
20 -25
125
24 %
26 -30
254
51%
31 -35
98
20%
36 -45
25
5%
Total
502
100%
Sumber: Data Penyebaran Angket
Gambar 4.2 menunjukkan proporsi karakteristik responden (Karyawan) berdasarkan
Hasil pengolahan data
mayoritas responden berada
dengan persentase sebanyak
Garmintex Bandung memiliki
karena sebagian besar pegawa
Hal ini karena usia ini kemam
sehingga akan lebih menduk
bahwa “kemampuan bekerja
pengalaman, kesehatan dan fak
c.
Karakteristik Responden
Pengumpulan data melal
pendidikan diperoleh hasil sep
Karakteristik Ju
Jenjang Pendidikan
20%Gambar 4.2
Pie Chart usia Karyawan (Responden)
ata karakteristik responden berdasarkan usia
a pada kelompok usia 26 sampai 30 tahun
ak 51% .Hal ini menunjukkan bahwa seti
iki pegawai-pegawai muda yang potensial dan
wai khususnya pada bagian PPC masih berada
ampuan fisiknya lebih baik dari pada usia non
ukung keberhasilan dalam bekerja. Hernanto
rja seseorang dipengaruhi oleh umur, pend
faktor alam”.
en Berdasarkan Jenjang Pendidikan
lalui kuesioner berdasarkan karakteristik res
eperti tabel berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Responden Berdasarkan Jenjang pe
Jumlah
Persentase
24%
51% 5%
Proporsi Usia Responden
20
26
31
36
ia menunjukkan bahwa
n berjumlah 254 orang
setidaknya PT. Victory
an mampu bekerja keras,
da dalam usia produktif.
on produktif (>56 tahun)
nto (1989) berpendapat
ndidikan, keterampilan,
responden dari jenjang
pendidikan
20-2526-30
31-35
SMP
SMA/Sederajat
Diploma
Sarjana
Pasca Sarjana
Total
Sumber: Data Penyebaran Angket
Pie Ch
Dari tabel di atas, diperol
Victory Garmintex Bandung
325 orang dengan persentase 6
akan lebih mudah menyesuai
memiliki pengetahuan yang lu
Ali (2004:12) bahwa:
Fase remaja pertengah
amat potensial. Perkemb
mencapai tahap berfikir
berfikir secara lebih abstra
padanya daripada sekedar m
26%
Proporsi
-
-
325
65 %
129
26%
48
9%
-
-
502
100%
Gambar 4.3
Chart Jenjang Pendidikan Karyawan (Respo
roleh gambaran bahwa mayoritas para pegawa
g berada pada jenjang pendidikan SMU/ sede
e 65%. Hal ini dikarenakan pada jenjang pend
uaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, sel
luas dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan ya
gahan merupakan fase perkembangan yang teg
mbangan intelektual yang terus menerus m
ir operasional formal. Tahap ini memungki
strak , menguji hipotesis, dan mempertimbangk
ar melihat apa adanya.
065% 9%
0
orsi Jenjang Pendidikan Responden
SMP SMA/Sederaea Diploma Sareana Pasca Sareana
ponden)
awai bagian PPC di PT.
ederajat, yakni sebanyak
ndidikan SMU/Sederajat
selain itu mereka lebih
yang dikemukakan oleh
tegah berada pada masa
s menyebabkan remaja
gkinkan remaja mampu
ngkan apa saja yang ada
raeat
5. Deskripsi Penilaian Variabel
Deskripsi hasil kuesioner tentang persepsi tanggapan respon