• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI INDIVIDU TERHADAP KINERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PPC PT. VICTORY GARMINTEX BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI INDIVIDU TERHADAP KINERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PPC PT. VICTORY GARMINTEX BANDUNG."

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penelitian

Persoalan pokok yang sering dijadikan kajian terhadap sumber daya manusia dalam suatu

organisasi adalah produktivitas kerja karyawan. Pertanyaan yang sering mengemuka adalah

mengapa organisasi tertentu memiliki karyawan berkinerja optimal, sementara banyak

organisasi yang mempunyai karyawan yang berkinerja belum optimal? Selain itu juga

faktor-faktor dominan apakah yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan?

Manusia merupakan sumber daya yang dinamis karena mempunyai pemikiran, perasaan, dan

pola tingkah laku yang beraneka ragam, sehingga apabila terjadi pengelolaan yang buruk di

dalam perusahaan maka akan terjadi beberapa permasalahan seperti penurunan motivasi kerja,

kepuasan kerja dan prestasi kerja karyawan yang akan mempengaruhi operasionalisasi atau

aktivitas perusahaan.

Dalam kaitannya dengan PT. Victory Garmintex Bandung adalah sebuah perusahaan

manufaktur yang bergerak dalam bidang tekstil berskala internasional, perusahaan ini

diharapkan mampu memenuhi permintaan pasar khususnya dalam menyediakan kebutuhan

sandang (pakaian jadi).

Berikut ini merupakan data jumlah hasil produksi dalam kurun waktu 6 bulan terakhir pada

tahun 2010, data menunjukkan kenaikan dan penurunan (tingkat fluktuatif) jumlah produksi

pakaian yang dihasilkan oleh PT. Victory Garmintex Bandung.

Tabel 1.1

Perkembangan Hasil Produksi Pakaian

(2)

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Sumber: Laporan Hasil Produksi P Penulis)

Bulan

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Sumber: Master Planning, PPC Bul

Grafik di atas menunjukk

pada PT. Victory Garmintex. D

0,000 50,000 Juli Agustus ueptember Oktober Nopember Desember

98.614

43.457

56.578

54.812

74.846

67.219

i PT. Victory Garmintex Bandung. Bulan Juli- De

Tabel 1.2

Ketercapaian Target Produksi

Target

Produksi

Hasil Produksi

80.000

98.614

75.000

43.457

150.200

56.578

87.500

54.812

64.500

74.846

135.200

67.219

ulan Juli-Desember 2010 (diolah oleh penulis)

Gambar 1.1

Ketercapaian Target Produksi

ukkan kenaikan dan penurunan (fluktuasi) hasil

x. Dalam aktivitas produksinya PT. Victory Ga

100,000 150,000 200,000

Hasil yang d Target

Desember 2010 (Diolah oleh

ksi

sil produksi setiap bulan

(3)

dari peranan suppliers sebagai pemasok bahan baku seperti kain, kancing, benang, tinta sablon,

zipper (ret sleting), dan sebagainya. Untuk diubah menjadi barang jadi berupa pakaian untuk

kemudian didistribusikan kepada pelanggan. Konsep ini terlihat mudah namun apabila

kompetensi dan motivasi karyawan tidak terkondisikan dengan baik maka akan menjadi masalah

dalam aktivitas produksi.

Tabel 1.3

Daftar Pemasok PT. Victory Garmintex

Kain dan benang Import Lokal

No Brand/Jenis Supplier Supplier

1 Stani • EVACREST (Taiwan)

• KOLON

KAHATEX

2 Oneil • EVERWAY (Perancis)

• TORAY (Hongkong)

3 Tom Tailor KNITTING (Hongkong) • Indo Taiken

• Everindo

4 Gastra •EVACREST (Taiwan)

•KOLON

KAHATEX

Kancing, Ziper dan Aksesoris Import Lokal

No Brand/Jenis Supplier Supplier

1 Kancing • SML

• EVERTEX

• UNITEX

• WELTEX

• A-TEX

•YKK

•SANDANG

2 Ziper • Rudholm

• TALON

• Top Notch

•Meiya

•Indobaten

Sumber: Data Pemasok PT. Victory Garmintex

Adapun masalah yang diduga terjadi pada PT. Victory Garmintex berdasarkan wawancara

penulis selama melakukan penelitian dengan bagian PPC (Tanggal 11 April 2011, Nara sumber :

Ibu Nunung/ Kepala Bagian PPC) berkaitan dengan masalah yang dihadapi selama ini

diantaranya:

1.

Tingkat kerja pegawai PPC yang tidak maksimal. Hal ini dibuktikan dengan sering

(4)

menghambat proses produksi yang berpengaruh pada jumlah hasil produksi dan

pelaporan tiap bulan.

2.

Kompetensi pegawai dalam melakukan proses produksi kurang maksimal . hal ini

disebabkan karena sebagian pegawai khususnya bagian PPC memiliki latar belakang

studi masih minim selain itu pelatihan di PT. Victory Garmintex jarang dilakukan.

Kondisi di atas tentunya akan menghambat produktivitas kerja pegawai pada perusahaan

tersebut. Masalah ini akan semakin besar, jika tingkat pengetahuan dan kemampuan serta

motivasi pegawai menurun. Tingkat produktivitas kerja seseorang dapat diketahui dari rasio total

pekerjaan yang berhasil diselesaikan (output) dengan jumlah pekerjaan yang diterima (input).

Sumber : Master Planning, PPC Bulan Juli-Desember 2010 (Diolah oleh penulis)

Gambar 1.2

Grafik Order PT. Victory Garmintex Bandung

Gambar di atas menunjukkan bahwa order yang mampu terserap (input) oleh bagian PPC

masih belum maksimal. Tingginya order yang datang (satuan quantity) ternyata tidak sebanding

dengan jumlah order yang terinput untuk kemudian diolah dalam proses produksi, masih

dikatakan rendah. Hal ini menggambarkan belum optimalnya tingkat produktivitas kerja pegawai

bagian PPC PT. Victory Garmintex Bandung.

0,000 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 Juli

Agustus ueptember Oktober November Desember

Order yang terserap Gagal Input

(5)

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah

tersebut yang dirumuskan dalam judul Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Individu

Terhadap Kinerja serta Implikasinya terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada

Bagian PPC PT. Victory Garmintex Bandung.

B.

Identifikasi Masalah&Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas untuk memfokuskan pembahasan dalam penelitian

ini, permasalahannya akan dibatasi pada persoalan-persoalan yang menyangkut motivasi,

Kompetensi, kinerja dan produktivitas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.

Bagaimana motivasi karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung ?

2.

Bagaimana kompetensi karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung?

3.

Bagaimana kinerja karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung?

4.

Bagaimana produktivitas karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung?

5.

Bagaimana pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja karyawan pada bagian PPC

PT. Victory Garmintex Bandung?

6.

Bagaimana pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja serta implikasinya terhadap

produktivitas karyawan pada bagian PPC PT. Victory Garmintex Bandung?

C.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang:

1.

Mengukur motivasi karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung.

2.

Mengukur kompetensi karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung.

3.

Mengukur kinerja karyawan pada bagian PPC PT.Victory Garmintex Bandung.

(6)

5.

Mengukur pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja karyawan pada bagian PPC

PT. Victory Garmintex Bandung.

6.

Mengukur pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja dan implikasinya terhadap

produktivitas karyawan pada bagian PPC PT. Victory Garmintex Bandung.

D.

Kegunaan Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

berikut:

1.

Bagi objek penelitian PT. Victory Garmintex bagian PPC, adalah sebagai berikut:

a.

Memberikan informasi dan bahan masukan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif peningkatan motivasi, kompetensi dan kinerja karyawan dalam melaksanakan

tugas dan kewajiban sebagai karyawan PT. Victory Garmintex bagian PPC.

b.

Memberikan masukan bagi lembaga dalam program peningkatan motivasi, kompetensi

terhadap kinerja serta implikasinya terhadap produktivitas karyawan bagian PPC PT.

Victory Garmintex Bandung.

2.

Bagi Peneliti

a.

Meningkatkan pemahaman dan wawasan keilmuan khususnya di bidang manajemen

sumber daya manusia yang merupakan aplikasi dari teori-teori yang peneliti peroleh

selama kuliah.

b.

Dapat memberikan tambahan pengalaman dan sebagai inspirasi untuk menerapkan hasil

(7)
(8)

BAB III

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

A.

Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah motivasi (X1), kompetensi (X2) sebagai

variabel bebas, Kinerja merupakan variabel intervening (Y), dan produktivitas

sebagai variabel terikat (Z). Penelitian ini dilakukan di PT. Victory Garmintex dan

yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah bagian PPC (Process

Production Center) dengan sumber data berasal dari karyawan. Pemilihan lokasi

penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa perusahaan yang bersangkutan

mengalami tingkat produktivitas yang selalu fluktuatif sehingga dengan demikian

peneliti tertarik untuk meneliti di lokasi tersebut dan peneliti juga dapat

memperoleh gambaran dan data yang sesuai dengan judul penelitian.

B. Jenis dan Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh

deskripsi tentang ciri-ciri variabel penelitian, sedangkan penelitian verifikatif

pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan

(9)

2.

Metode Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian deskriptif dan verifikatif, maka metode

penelitian yang digunakan adalah metode survei deskriptif dan metode

explanatory survey untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui

pengujian hipotesis dilapangan.

Menurut Dermawan wibisono (2005: 22) “Survei merupakan teknik riset

dimana informasi dikumpulkan melalui penggunaan kuesioner”.

Penelitian yang menggunakan descriptive survey dan metode explanatory

survei dilakukan melalui kegiatan pengumpulan informasi dari sebagian populasi

secara langsung di tempat kejadian melalui alat kuesioner dengan tujuan untuk

mengetahui pendapat dari sebagian populasi yang diteliti terhadap permasalahan

penelitian.

Metode pengembangan yang digunakan adalah cross sectional menurut Asep

Hermawan (2006:45) , “ Penelitian Cross Sectional seringkali disebut penelitian

sekali bidik (one snap shot) merupakan penelitian yang pengumpulan datanya

dilakukan pada suatu titik waktu tertentu”.

3.

Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2000: 19) “Variabel penelitian itu adalah suatu atribut

atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya” Untuk

menghindari perbedaan penafsiran dan kekeliruan terhadap istilah-istilah yang

dipergunakan sehingga pembahasan masalah yang diteliti ini akan lebih terarah,

(10)

Sugiyono (2000:32) bahwa : “Variabel adalah konstruk atau sifat yang

dipelajari.” Pada penelitian ini, variabel yang diteliti adalah motivasi kerja

sebagai variabel eksogen (X1) dan kompetensi anggota sebagai variabel eksogen

(X2), kinerja karyawan sebagai variabel endogen (intervening) (Y), dan

produktivitas sebagai variabel endogen (dependent) (Z).

Untuk lebih jelasnya operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat

(11)

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel

Konsep

Indikator

Ukuran

No. Item

Skala

Motivasi,

MC Lelland (X1)

Motivasi adalah daya

pendorong

yang

mengakibatkan

seseorang

anggota

organisasi mau dan rela

untuk

mengerahkan

kemampuan,

dalam

bentuk keahlian atau

keterampilan,

tenaga

dan waktunya untuk

menyelenggarakan

berbagai kegiatan yang

menjadi

tanggung

jawabnya

dan

menunaikan

kewajibannya,

dalam

rangka

pencapaian

tujuan

dan

berbagai

sasaran organisasi yang

Motif Achivement

Tingkat partisipasi

M1

Ordinal

Tingkat dukungan

M2

Tingkat

kesediaan

menjalankan tugas dan akan

memberikan tanggung jawab

pribadi

M3

Tingkat kemampuan bekerja

keras dalam menjalankan

pekerjaan

M4

Motif Affiliation

Transparasi

dalam

berkomunikasi

M5

Ordinal

Dorongan untuk bekerjasama

M6

Dorongan dalam kebebasan

bersosialisai

M7

(12)

telah

ditentukan

sebelumnya.

Sondang

P.

Siagian

(2004: 138).

Motif Power

Memiliki keinginan yang kuat

untuk mempengaruhi orang

lain

M9

Ordinal

Memiliki

keinginan

untuk

menguasai kelompok

M10

Memiliki karakter yang kuat

untuk memimpin

M11

Mampu mengarahkan semua

kemampuan demi mencapai

tujuan

M12

Kompetensi:

(Spencer&Spencer,

1993)

(X2)

Karakteristik

dasar

personal yang dimiliki

seseorang

yang

berpotensi

menjadi

factor penentu sukses

tidaknya

seseorang

dalam

mengerjakan

suatu pekerjaan, yang

terdiri

atas

dimensi

kompetensi

dan

bertindak, kompetensi

pelayanan, kompetensi

mempengaruhi,

kompetensi manajerial,

kompetensi

skill(kognitif),

dan

kompetensi efektivitas

Kompetensi

berprestasi&bertindak

Orientasi prestasi individu

KP1

Ordinal

Perhatian terhadap kerapihan,

mutu dan ketelitian

KP2

inisiatif

KP3

Pencarian informasi

KP4

Kompetensi

pelayanan

Empati

KP5

Ordinal

Orientasi pelayanan

KP6

Kemampuan

dalam

menyelesaikan tugas

KP7

Kompetensi

mempengaruhi

Mendukung

dan

mempengaruhi

(13)

diri.

Kesadaran berorganisasi

KP9

Membangun hubungan kerja

KP10,

KP11

Kompetensi

manajerial

Mampu

membuat

berbagai

rencana untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan

KP12

Ordinal

Mampu mengatur sumber

daya yang dimiliki perusahaan

untuk menjalankan rencana

yang telah ditetapkan serta

menggapai tujuan perusahaan.

KP13

Mampu

menilai

kinerja

berdasarkan standar yang telah

dibuat untuk kemudian dibuat

perubahan atau perbaikan jika

diperlukan.

KP14

Kompetensi keahlian

Tingkat

pengetahuan/hafalan/ingatan

(knowledge)

KP15

Ordinal

Tingkat pemahaman

(comprehension)

KP16

Tingkat penerapan

(application)

KP17

(14)

Sintesis (syntesis)

KP19

Tingkat

penilaian/penghargaan/evaluasi

(evaluation)

KP20

Kompetensi

Efektifitas diri

Tingkat pengendalian diri

KP21

Ordinal

Tingkat kepercayaan diri

KP22

fleksibilitas

KP23

Kinerja Karyawan

Ahmad

S.Ruky

(2002:47) (Y)

Ketelitian

Ketelitian dalam setiap

melakukan sikap dan

perbuatan

K1

Ordinal

Tingkat kemampuan berpikir

kritis dan tajam dalam

melakukan pekerjaan

K2

Selalu tenang dalam

melaksanakan pekerjaan

K3

Tingkat kemampuan bekerja

dengan sungguh-sungguh

untuk mencapai tujuan

K4

Akurat

Tingkat kehati-hatian dalam

melakukan setiap pekerjaan

K5

Ordinal

Tingkat kemampuan

menyelesaikan tugas-tugas

secara akurat dan tepat waktu

sehingga hasil yang diharapkan

(15)

dapat tercapai

Tingkat kemampuan

menangani berbagai

tanggungjawab secara efektif

K7

Tingkat kemampuan

mengunakan jam kerja secara

produktif

K8

Taat aturan &

Prosedur

Tingkat kemampuan untuk

mengkoreksi dan mencegah

tindakan yang tidak sesuai

dengan aturan

K9

Ordinal

Tingkat kemampuan mengikuti

norma yang ada dalam

perusahaan

K10

Tingkat kemampuan untuk

datang dan pulang sesuai

dengan jadwal

K11

Tingkat kemampuan untuk

tidak mangkir ketika bekerja

K12

Gesit/Cepat

Cepat menemukan kekeliruan

atau kesalahan dalam

melaksanakan pekerjaan

K13

Ordinal

Cepat menguasai banyak

bahan tentang berbagai topik

K14

Cepat dalam memecahkan

persoalan

K15

Cepat menemukan asas dalam

suatu uraian

(16)

Penuh Konsentrasi

Selalu memiliki tujuan yang

jelas dalam melaksanakan

pekerjaan

K17

Ordinal

Selalu memiliki minat terhadap

pekerjaan yang sedang

dihadapi

K18

Pusat perhatian selalu tertuju

kepada yang dilihat

K19

Pusat perhatian selalu

tertuju/fokus kepada yang

dilihat

K20

Ramah/Sopan

Selalu tersenyum ketika

bertemu karyawan lainnya

K21

Ordinal

Tingkat kemampuan bersikap

tenang ketika mengadapi

berbagai permasalahan dalam

bekerja

K22

Selalu menampakan wajah

yang cerah dan ceria kepada

setiap karyawan

K23

Tingkat kejujuran karyawan

dalam bekerja

K24

Produktivitas

Kerja (George J.

Washnis

sebagaimana yang

dikutip oleh Rusli

Produktivitas

mengandung

dua

konsep utama, yaitu

efisiensi dan efektivitas

. efisiensi mengukur

Efektivitas

Mampu menghasilkan produk

sesuai dengan target

P1

Ordinal

Selalu melaksanakan tugas

dengan benar sesuai dengan

apa yang sudah ditentukan

(17)

Syarif (1984:113)

(Z)

tingkat sumber daya,

baik

manusia,

keuangan,

maupun

alam yang dibutuhkan

untuk

memenuhi

tingkat pelayanan yang

dikehendaki

.

efektifitas

mengukur

hasil

dan

mutu

pelayanan

yang

dicapai.

Tingkat kemampuan untuk

melaksanakan pekerjaan secara

tepat waktu

P3

Selalu memanfaatkan sarana

dan prasarana dengan tepat

P4

Efisiensi

Selalu memanfaatkan sumber

daya secara sadar ditetapkan

sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah

pekerjaan tepat pada waktunya

P5

Ordinal

Mampu bekerja dengan

sumber daya yang terbatas

P6

Mampu untuk terus belajar

hal-hal yang baru guna

meningkatkan kualitas

pekerjaan

P7

Memperhitungkan resiko

didalam pekerjaan

P8

Inovasi

Kemampuan untuk

menemukan cara-cara baru

dalam melihat masalah dan

peluang

P9

Ordinal

Mampu untuk menerapkan

solusi kreatif terhadap masalah

dan peluang

P10

Mampu untuk menciptakan

atau menambah nilai-nilai

manfaat (sosial/ekonomi)

(18)

Berani untuk berpikir kreatif

tanpa takut dibilang bodoh

oleh orang lain.

(19)

4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian yang baik memerlukan data yang harus berkaitan dengan permasalahan yang

ingin diteliti. Sesuai dengan karakteristik, maka sumber data dapat dibedakan menjadi dua yaitu

data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka data

yang ada dalam penelitian ini merupakan data primer.

Menurut Hussein Umar (2000: 41-42) mengatakan bahwa “ data primer merupakan data

yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti dari hasil

wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.” Dalam hal ini

yang menjadi sumber data primer adalah karyawan kantor bagian PPC PT.Victory Garmintex,

sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen perusahaan

yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.

5. Populasi & Sampel

a. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diteliti.

Adapun pengertian populasi menurut Sudjana (1996:6) adalah “Totalitas semua nilai yang

mungkin, hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kulitatif dari pada karakteristik

tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.”

Sugiyono (2002:57) menyatakan bahwa “Populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian PPC PT.Victory Garmintex terdiri

(20)

cutting/distribution, bagian sewing-offline, bagian finishing-steam, bagian quality control, bagian

embroidery, bagian pola, bagian sample-lean, bagian GA, bagian Expedition. Gambaran tentang

jumlah populasi penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Data Personalia PPC PT. Victory Garmintex

No.

Nama Sub Bagian

P4

Staff

Jumlah

1

Gudang kain/accesoris

14

3

17

2

Cutting/Distribution

51

3

54

3

Sewing-Offline

273

5

278

4

Finishing-Steam

44

2

46

5

Quality Control

39

4

42

6

Embroidery

28

3

31

7

Pola

2

2

4

8

Sample-Lean

21

5

26

9

GA

1

-

1

10

Expedition

-

3

3

Total

502

Sumber : Data Personalia PPC PT. Victory Garmintex(diolah)

b. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dianggap mewakili yang diambil dengan

teknik tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi (1998: 117)

bahwa : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel secara Probability Sampling dalam

menggunakan teknik Proportionate random sampling. Selanjutnya sampel dipilih secara acak

untuk masing-masing subpopulasi.

Jumlah sampel total pada penelitian ini merujuk pada sampel minimal dengan menggunakan

alat analisis SEM menurut Hair, Anderson dan Black (Ferdinand, 2000:48) pada suatu penelitian

yang menggunakan tekhnik analisa SEM, mengharuskan bahwa sampel dianggap representatif

(21)

parameter yang diestimasikan, dengan demikian sampel minimal penelitian ini dengan jumlah

parameter yang diestimasikan sebanyak 18 adalah :

Jumlah sampel penelitian minimal = jumlah variabel yang diteliti x 15

18 x 15 = 270

Jumlah sampel penelitian 270 karyawan guna meningkatkan kehandalan pendugaan. Sampel

tersebut kemudian dialokasikan untuk masing-masing bagian secara proporsional dengan rumus

sebagai berikut:

n

i

= N

i X

n

N

Keterangan :

n

i

= Jumlah sampel menurut kelompok

n = Jumlah sampel seluruhnya

N

i

= Jumlah populasi menurut kelompok

N = Jumlah populasi seluruhnya

1.

Dik : N

i

= 17, n = 270, N = 502

Bagian Accesoris = 17 x 270 = 9.14 9

502

2.

Dik : N

i

= 54, n = 270, N = 502

Bagian Distribution = 54 x 270 = 29.04 29

502

3.

Dik : Ni = 278, n = 270, N = 502

Bagian Sewing-offline = 278 x 270 = 149.52 150

502

(22)

Bagian finishing-steam = 46 x 270 = 24 24

502

5.

Dik : Ni = 42, n = 270, N = 502

Bagian Quality Qontrol = 42 x 270 = 22.58 23

502

6.

Dik : N

i

= 31, n = 270, N = 502

Bagian Embroidery = 31 x 270 = 16 16

502

7.

Dik : N

i

= 4, n = 270, N = 502

Bagian Pola = 4 x 270 = 2.15 2

502

8.

Dik : N

i

= 26, n = 270, N = 502

Bagian Sample-Lean = 26 x 270 = 13.98 14

502

9.

Dik : N

i

= 1, n = 270, N = 502

Bagian GA = 1 x 270 = 0.5 1

502

10.

Dik : N

i

= 3, n = 270, N = 502

Bagian expedition = 3 x 270 = 1.61 2

502

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh hasil yang terlihat pada tabel alokasi sampel

berikut ini:

Tabel 3.3

Alokasi sampel

(23)

Sumber : Data Personalia PPC PT. Victory Garmintex yang diolah

6. Alat Pengumpulan Data

Para pakar telah membedakan teknik pengumpulan data menjadi tiga, yaitu interviewing,

quetionnaires dan observation (Sekaran, 2000; Zikmund, 2000). Sesuai dengan metode

penelitiannya, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

kuesioner atau menurut terminologi Surakmad (1996: 32) disebut sebagai teknik komunikasi

tidak langsung, yaitu data dikumpulkan dengan menggunakan alat yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan

dalam paparan berikut.

a.

Kuesioner Penelitian

Sesuai dengan operasionalisasi variabel penelitian dan teknik pengumpulan data di atas,

maka dalam penelitian ini empat kuesioner yang digunakan yaitu, kuesioner kinerja, kuesioner

motivasi, kuesioner kompetensi dan kuesioner produktivitas.

Kuesioner produktivitas karyawan atau disebut Skala Produktivitas (SP) digunakan

untuk menjaring data variabel produktivitas Bagian PPC PT.Victory Garmintex yang diteliti.

Kuesioner ini mengacu pada teori indikator – indikator yang dikemukakan oleh Paul Mali

(987:56) dalam Tjutju Yuniarsih & Suwatno (2008:160).

1

Gudang kain/accesoris

9

2

Cutting/Distribution

29

3

Sewing-Offline

150

4

Finishing-Steam

24

5

Quality Control

23

6

Embroidery

16

7

Pola

2

8

Sample-Lean

14

9

GA

1

10

Expedition

2

(24)

Kuesioner kinerja karyawan atau disebut Skala Kinerja (SK) digunakan untuk

menjaring data variabel kinerja karyawan Bagian PPC PT.Victory Garmintex yang diteliti.

Kuesioner ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori indikator –

indikator kinerja yang dikemukakan oleh Ahmad S. Ruky (2002:47).

Kuesioner motivasi atau disebut Skala Motivasi (SM) digunakan untuk menjaring data

variabel motivasi. Kuesioner ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori

Mc Lelland.

Kuesioner kompetensi atau disebut Skala Kompetensi (SKP) digunakan untuk

menjaring data variabel kompetensi. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti. Teori yang

digunakan dalam mengembangkan kuesioner ini mengacu pada teori kompetensi Spencer dan

Spencer (1994).

Keempat kuesioner di atas seluruhnya disusun dengan menggunakan penskalaan model

Rensis Likert. Digunakannya penskalaan model Likert dilandasi oleh empat pertimbangan.

Pertama, penskalaan model Likert relatif lebih mudah membuatnya dibanding dengan

penskalaan model lain. Kedua, penskalaan model Likert mempunyai reliabilitas yang relatif lebih

tinggi bila dibandingkan dengan penskalaan model lain, khususnya model Thurstone. Ketiga,

penskalaan model Likert dapat disusun dalam berbagai jenis respon alternatif (Nazir, 1999: 398).

Keempat, dalam pengolahannya hasil pengukuran yang diperoleh melalui penskalaan model

Likert adalah skor atau nilai dengan ukuran interval (Azwar, 2003a: 140; 2003

b

: 105; Supranto,

2004: 6; Sekaran, 2000: 193; 198; Indriantoro & Supomo, 2002: 99; Mayer & Schoorman, 1992:

687). Karena sifatnya seperti itu, maka penskalaan model Rensis Likert oleh Bird (1940, dalam

Edward, 1957; Saifuddin Azwar, 2003

b

) disebut sebagai metode penskalaan yang dijumlahkan

(25)

b.

Wawancara

Tekhnik pengumpulan data wawancara dilakukan melalui komunikasi langsung dengan

pihak-pihak yang ada di objek penelitian (karyawan), yang diberi wewenang untuk memberikan

informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

c.

Studi Dokumentasi

Tekhnik ini dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen yang ada pada Bagian

Administrasi PPC PT.Victory Garmintex yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.

Selain tekhnik pengumpulan data yang dijelaskan diatas dalam penelitian ini penulis

menggunakan studi literatur yaitu tekhnik pengumpulan data dengan jalan mencari informasi

atau data melalui sumber dari buku-buku yang berhubungan dengan maslalah yang diteliti.

d.

Penentuan Nilai Skala

Menurut Edwards (1957: 149) dan Saifuddin Azwar, (2003

b

: 140), prosedur penskalaan

dengan model Likert didasarkan pada dua asumsi sebagai berikut:

(1)

Setiap pernyataan (pertanyaan) dapat disepakati sebagai kategori pernyataan yang bersifat

favorable atau pernyataan yang bersifat unfavorable. Pernyataan favorable menunjukkan

persepsi yang bersifat positif, sedang yang bersifat unfavorable menunjukkan persepsi yang

bersifat negatif.

(2)

Jawaban yang diberikan oleh responden yang memiliki persepsi positif diberi skor atau nilai

yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan responden yang memiliki persepsi negatif.

Bagaimana skor atau nilai skala dalam model Likert ditentukan. Ada dua cara yang dapat

ditempuh, yaitu ditentukan dengan cara sederhana (konvensi) atau ditentukan secara empiris

(Saifuddin Azwar, 2003

a

; 2003

b

; Edward, 1957). Melalui cara pertama, nilai skala ditentukan

(26)

melihat pada sifat item pernyataan. Untuk item pernyataan positif diberi skala 5

1 atau 4 – 0

dan yang negatif diberi skala 1 – 5 atau 0 – 4.

Berbeda dengan cara pertama, melalui cara empiris penentuan nilai skala ditentukan

dengan basis distribusi jawaban responden dalam satuan deviasi normal (Edwards 1957).

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, menurut pakar pengukuran bidang psikologi (Saifuddin

Azwar, 2003

a

: 140; 2003

b

: 105), pakar statistika (Supranto, 2004: 6), juga pakar metodologi

penelitian (Sekaran, 2000: 193, 198; Kerlinger, 1990: 702; Indriantoro & Supomo, 2002: 99;

Maholtra, 2000: 145), sependapat bahwa penskalaan model Likert, apakah ditentukan dengan

cara pertama atau cara kedua, dalam pengolahannya sama-sama diberlakukan sebagai penskalaan

dengan tingkat pengukuran interval. Berkenaan dengan hal tersebut, Saifuddin Azwar (2003

a

:

105; 2003

b

: 140) memberikan penjelasan sebagai berikut:

Dalam asumsi yang disebutkan di atas tidak dikatakan adanya anggapan bahwa

jarak antara masing-masing kategori respons harus sama (equal

interval), akan tetapi

kita akan menentukan jarak antara kategori respons dalam unit yang berskala interval. ...

Sekalipun skor pada skala yang

ditentukan

lewat

prosedur

penskalaan

akan

menghasilkan angka-angka pada

level

pengukuran

interval,

namun

dalam

interpretasinya hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor

yang berada pada level ordinal. Sebagai contoh, respons-respons “sangat setuju”,

“setuju”,

“netral”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju” akan memperoleh skor

interval bila ditetapkan lewat prosedur penskalaan summated ratings, namun

makna skor pada keseluruhan skala yang dijawab tidak dapat diletakkan pada

kontinum interval melainkan berada pada kategori-kategori ordinal.

Mengacu kepada pendapat para ahli di atas, penentuan nilai skala terhadap keseluruhan

item pertanyaan kuesioner penelitian ditentukan dengan cara pertama dalam skala 5.

Pertimbangannya dapat dikemukakan sebagai berikut:

(1)

Penentuan nilai skala dengan cara pertama menjamin konsistensi skor dengan jarak interval

(27)

(2)

Selama item-item pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner memenuhi validitas dan

reliabilitas yang memadai, penentuan nilai skala yang dihasilkan melalui kedua cara di atas

memiliki tingkat kecermatan yang tidak berbeda. Hal tersebut ditunjukkan oleh penemuan

Likert sendiri yang melaporkan bahwa, skor kelompok responden yang didasarkan pada

nilai yang ditentukan dengan cara sederhana berkorelasi sebesar 0,99 dengan skor yang

ditentukan dengan cara empiris (Edwards 1957: 151).

(3)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa pakar (Labovitz, 1967; Kim, 1975; Hawkies,

1971, dalam Suwarno & Rahardjo, 1988) menunjukkan, hasil analisis terhadap data yang

ditentukan dengan cara pertama dan kedua tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

1.

Metode Analisis

Dari data yang ada maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan sesuai dengan

beberapa tujuan penelitian yang ditetapkan. Pada analisis ini metode analisis yang digunakan

adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dengan Struktural Equation Modelling (SEM).

Analisis deskriftif digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data yang telah terkumpul

berdasarkan jawaban responden melalui distribusi item dari masing-masing variabel . penyajian

data yang telah terkumpul pembahasannya secara deskriptif dilakukan dengan menggunakan

tabel frekuensi.

Alasan peneliti menggunakan SEM karena menurut Bachrudin dan Harapan (2003:43) di

dalam SEM dapat dilakukan kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan

instrumen (setara dengan analisis faktor komfirmatori), dan pengujian model hubungan antar

variabel (setara dengan analisis jalur).

Dengan demikian untuk menggambarkan mengenai motivasi kerja , kompetensi, kinerja, dan

(28)

namun untuk menguji dan menganalisis hubungan antar variabel penelitian yaitu Motivasi,

Kompetensi, Kinerja dan Produktivitas sebagaimana tujuan penelitian digunakan model

persamaan struktural SEM.

Dalam tabel di bawah ini diberikan rangkaian metode analisis untuk masing-masing tujuan

penelitian.

Tabel 3.4

Metode Analisis

Tujuan Penelitian

Metode Analisis

T-1

Analisis Deskriptif

T-2

Analisis Deskriptif

T-3

Analisis Deskriptif

T-4

Analisis Deskriptif

T-5

Analisis Kuantitatif dengan menggunakan SEM

T-6

Analisis Kuantitatif dengan menggunakan SEM

a.

Pengujian Instrumen Pengukuran

alat ukur dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur dapat menjalankan fungsinya

dengan baik pada model pengukuran sehingga kesalahan pengukuran (measurement error) dapat

diminimalkan. Untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keandalan suatu alat ukur perlu diuji

validitas dan reliabilitas serta uji unidimensional sebelum diolah lebih lanjut. Terdapat beberapa

cara pengukuran atau pengujian validitas reliabilitas, namun dalam penelitian ini pengujian

unidimensional, validitas dan reliabilitas dilakukan dengan analisis faktor konfirmatori. Adapun

jenis analisis faktor konfirmatori yang digunakan adalah analisis konfirmatori satu tahap (First

Order Comfirmatory Factor) pada model persamaan struktural. Merujuk pada pendapat para ahli

(29)

untuk menguji unidimensional, validitas dan reliabilitas model pengukuran yang perumusannya

berdasarkan teori.

Alasan menggunakan model pengukuran faktor konfirmatori satu tahap karena variabel

penelitian ini yang terdiri dari empat variabel yaitu motivasi, kompetensi, kinerja dan

produktivitas kerja. Merupakan variabel-variabel laten dimana masing-masing variabel laten ini

dijelaskan oleh indikator-indikator yang ada didalamnya.

b.

Uji Asumsi Statistik

Terkaitan dengan penggunaan estimasi dan metode analisis yang digunakan maka perlu

dideteksi beberapa asumsi statistik yaitu data non outlier , berdistribusi normal serta non

multikoliniearitas.

1). Deteksi Outlier

Data outlier adalah data yang secara nyata berbeda dengan data-data yang lain yang terjadi

karena kesalahan dalam pemasukan data, pengambilan sampel atau karena ada data-data ekstrim

yang tidak bisa dihindarkan keberadaannya. Pada dasarnya data ekstrim tidak bisa dikatakan

tidak bermanfaat atau bermasalah bagi keperluan analisis data penelitian. Keberadaannya harus

dilihat sebagai bagian analisis (Hair et.al., 1992). Penentuan data ekstrim dilkaukan secara

sederhana dengan komputasi, salah satu deteksi data outlier dapat dilakukan secara sederhana

dengan komputasi, salah satu deteksi data outlier dapat dilakukan dengan cara standarisasi yang

dilengkapi dengan menampilkan grafik data dalam bentuk scatter plot. Deteksi data dengan

standarisasi pada prinsipnya mengubah nilai data semula menjadi dalam bentuk z, kemudian

menafsirkan nilai z tersebut.

(30)

Z = x – x

S

Deteksi outlier atau data dikatakan outlier jika nilai z yang didapat lebih besar dari angka +

2,5 atau lebih kecil dari -2,5.

Adapun pengujian outlier multivariat, identifikasi secara praktis melalui statistik d

2

(mahalanobis distance-squared). Statistik d

2

dihitung dengan meregresikan antara nomor urut

responden (sebagai variabel dependen ) dengan semua variabel yang diteliti (sebagai variabel

independen). Selanjutnya untuk menetukan ada tidaknya kasus outlier multivariate dilakukan

dengan cara membandingkan statistik d

2

yang diperoleh dengan statistik chi-square (

λ

2

) pada

derajat kebebasan (df) sebesar jumlah variabel yang diobservasi dan tingkat kesalahan tertentu.

Khusus pengujian kasus outlier multivariate konvensi yang berlaku dikalangan para ahli

menetapkan tingkat kesalahan (

ά

) sebesar 0.001. berdasarkan statistik d

2

dan statistik

λ

2

setiap

observasi yang memiliki koefisien d

2

lebih besar dari statistik

λ

2

diidentifikasi sebagai kasus

outlier multivariate. (Hair, dkk dalam Kusnendi, 2007:25). Dalam penelitian ini jika outlier

muncul dalam bentuk nilai observasi yang sangat ekstrim dibandingkan dengan nilai kritis

λ

2

,

dan tidak diketahui penyebabnya maka disarankan untuk mengeluarkan outlier dari data sampel.

2). Asumsi Normalitas

Dalam menguji distribusi normal secara univariat , dapat dilakukan melalui statistik nilai

skewness dan kurtosisnya (Bollen, 1989). Nilai skewness adalah kemiringan kurva pada sebuah

distribusi. nilai skewness yang negatif menggambarkan kurva miring kekiri, begiatu sebaliknya

nilai positif menggambarkan kurva miring ke kanan. Selanjutnya kurtosis adalah puncak atau

ujung dan sebuah distribusi.

Sedangkan asumsi normalitas data sampel secara multivariate Mardia dalam Bollen

(31)

multivariat pada data. Kedua pengujian normalitas data tersebut secara univariate dan

multivariate dapat dilakukan melalui program Lisrel. dengan hipotesis pengujiannya sebagai

berikut:

Ho : data sampel berdistribusi secara normal

HI : data sampel tidak berdistribusi secara normal

Adapun kriteria pengujiannya bahwa asumsi normalitas dapat diterima pada tingkat kesalahan

(

ά

) tertentu jika nilai Z

skewness

dan Z

kurtosis

berada diantara –z

tabel

dan z

tabel

(atau –z

tabel

<z<zt

abel

)

atau secara praktis berdasarkan p-value, yang dikeluarkan data ouput lisrel dinyatakan bahwa

asumsi normalitas dapat diterima (Ho diterima) jika p-value>

ά

tertentu.

Untuk data yang tidak berdistribusi normal, terdapat beberapa pemecahan yang mungkin

dalam melakukan analisis data (Bollen, 1989), yaitu:

1)

Metode Bootstrap

2)

Transformasi data dengan Normal Scores

3)

Metode estimasi Weighted Least Square (WLS)

4)

Statistik uji scaled chi square

3). Asumsi Multikolinieritas

Multikolinieritas menunjukkan kondisi dimana antar variabel penyebab terdapat hubungan

linier yang sempurna. Ini merupakan asumsi yang tidak dapat dilanggar dalam aplikasi estimasi

maximum likelihood seperti yang dinyatakan Schumacker dan Lomax, 1996: 26) yang

menyatakan: “the sample covariance matrix must be positive definitife or nonsingular’’. Suatu

model dapat secara teoritis diidentifikasi tetapi tidak dapat diselesaikan karena masalah-masalah

empiris, misalnya adanya multikolinieritas tinggi dalam setiap nodel, atau estimasi jalur (path

(32)

Untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah multikolinieritas dapat diidentifikasi melalui

ciri-ciri sebagai berikut:

When the variance (standard error) in beta weight large. When signs on beta weights

are inappoprite.when the determinant of the correlation matrix of the predictor variables

approaches zero. When one or more eign value approach zero. When simple correlation are

greater than 0.80 or 0.90. when simple correlation between predictor variable are greather

than R2 of all predictor variables with dependent variable (Maruyuana dalam Kusnendi,

2008).

Pengujian multikolinieritas, berdasarkan pada statistik determinant of sample covariance

matrix. Koefisien determinan matriks kovarian yang sangat kecil mengindikasikan dalam dataset

sampel terdapat problem multikolinieritas. Dan jika dalam dataset sampel benar-benar terdapat

problem multikolinieritas menjadikan matriks kovariansi yang dihasilkan non definite positive

sehingga parameter model gagal diestimasi sehingga pada LISREL ada peringatan:’the sample

moment matrix is not definite positive.

c.

Pengujian Hipotesis Penelitian dengan Menggunakan SEM

Structural Equation Model (SEM) adalah suatu tekhnik statistik yang proses pengolahannya

secara simultan melibatkan kekeliruan pengukuran, variabel indikator dan variabel laten.

Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung sehingga variabel tersebut

dibentuk atau dijelaskan oleh variabel indikator (observable variable).

Metode analisis model persamaan struktural, disebut juga latent variable analysis, covariance

structural analysis, linear structural relationship (LISREL). Atau lebih populer dikenal dengan

sebutan SEM, pemodelan persamaan struktural atau SEM adalah suatu teknik analisis statistik

(33)

dalam pengukurannya (Bachrudin dan Harapan, 2003). Adapun variabel laten adalah variabel

yang tidak dapat diukur langsung atau dinilai derajat keeradaannya, tetapi variabel tersebut

dijelaskan oleh variabel indikator (observable variable).

1). Asumsi SEM

Seperti halnya dalam model dependensi analisis data multivariat pada umumnya, maka

dalam analisis SEM ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi. Menurut Joreskog dan Sorbom

(1993:112): “the fundamental assumption in SEM is that the error term in each relathionship is

uncorrelated with all the independent constructs”.

Hair, Anderson, Tatham dan Black (1992:601) mengemukakan tiga asumsi utama SEM,

yaitu (1) observasi data atau sampel bersifat independen, (2) sampel diambil secara random, (3)

hubungan antarvariabel bersifat linier. Sedangkan menurut Bollen syarat penting dalam

pemilihan metode estimasi dalam SEM adalah ukuran sampel dan data harus berdistribusi

normal multivariat (Bollen,1989)

2). Pendekatan Prosedur SEM

Pada prinsipnya SEM merupakan gabungan antara analisis faktor dan analisis jalur (Hox dan

Bechger, 2000). Adapun tujuannya adalah untuk mengkonfirmasikan atau menguji secara

empiris dan simultan model pengukuran dan model struktural yang dibangun atas dasar kajian

teoritis tertentu. Dengan demikian salah satu keunggulan dari SEM dibandingkan metode regresi

dan metode multivariat yang lain adalah penerapan prosedur SEM secara sekaligus terhadap

sebuah model hybrid/full SEM (kombinasi antara model pengukuran dan model struktural).

Penerapan prosedur SEM dikenal sebagai One-Step Approach.

Namun dalam penelitian ini, mengingat model penelitian ini sangat kompleks terdiri dari

(34)

laten lain yang tidak berhubungan langsung dengan variabel teramati sehingga alternatif yang

peneliti gunakan adalah two-step approach, seperti yang disarankan oleh Anderson dan Gerbing

dalam Setyo (2007:69) serta didukung juga oleh Joreskog dan Sorbom (1993:113).

3). Tahapan Prosedur Pemodelan SEM

Prosedur SEM secara umum akan mengandung tahap-tahapan sebagai berikut (Bollen

dan Long, 1993):

Spesifikasi Model (Model Spesification)

Identifikasi Model (Model Identification)

Estimasi (Estimation)

Uji Kecocokan (Testing Fit)

Respesifikasi (Respecification)

a.

Spesifikasi Model (Model Specification)

Tahapan ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan struktural, sebelum

dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan berdasarkan suatu teori atau penelitian

sebelumnya.

Model umum yang digunakan dalam analisis pemodelan persamaan struktural (SEM) pada

LISREL dibagi menjadi dua bagian (Joreskog dan Sorbom, 1996) yaitu model pengukuran

(measurement Model) dan model struktural.

b.

Identifikasi Model (Model Identification)

Identifikasi model berhubungan dengan apakah model yang diusulkan dapat menghasilkan

estimasi yang bersifat unik (tunggal) atau tidak. Syarat perlu agar kita dapat mengidentifikasikan

taksiran parameter adalah banyaknya korelasi antara variabel yang diukur lebih besar atau sama

(35)

dinyatakan bahwa suatu model dimungkinkan dapat menghasilkan suatu estimasi yang bersifat

unik (taksiran tunggal) jika model tersebut bersifat just-identifed atau overidentified (Hair

et.al.,1992).

Syarat perlu bahwa model just-identified jika df 0. Derajat kebebasan didefinisikan sebagai

berikut (Joreskog dan Sorbom, 1993):

1/2

1

Dimana (p+q) adalah jumlah variabel observasi yang dianalisis dan t adalah jumlah

parameter yang ditaksir.

c.

Estimasi (Estimation)

Pada prinsipnya penaksiran parameter dalam model ialah berdasarkan minimalisasi selisih

(residu) antara matriks varians-kovarians populasi

dengan matriks varians-kovarians

sampel S. Tujuan dari minimalisasi ini untuk menghasilkan S yang konvergen menuju

.

Dalam penelitian ini metode estimasi yang digunakan adalah metode estimasi maximum

likelihood (ML) . alasan menggunakan metode ini karena metode ini secara asymptotic tidak

bias, lebih efisien dan konsisten yang akan menghasilkan asymptotic variance lebih kecil.

Asumsi dari metode ML ini adalah data berdistribusi normal multivariat.

d.

Uji Kecocokan (Testing Fit)

Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data. Adapun

rancangan pengujian model dan hipotesis. Penelitian ini dirumuskan pada tabel 3.10

Dalam metode structural equation modelling, variabel yang diestimasi diuji secara

(36)

Disamping secara individual , juga menguji model yang diusulkan (proposed) secara

keseluruhan (overall model fit test), yaitu melalui uji kesesuaian model. Ukuran-ukuran

kesesuaian dalam model bisa dilakukan secara inferensial atau deskriptif. Statistik chi-kuadrat

dapat digunakan untuk menguji kesesuaian model secara inferensial, sedangkan ukuran

kesesuaian secara deskriptif yang dinyatakan dalam suatu indeks, sering digunakan goodness of

fit indices (GFI) , adjusted goodness of fit indices (AGFI), dan Root Mean Square Residual

[image:36.595.19.509.237.712.2]

(RMR) (Bachrudin dan Harapan, 2003).

Tabel 3.5

Rancangan Pengujian Model dan Hipotesis

Model

Hipotesis

Statistik

Uji

Kriteria Uji

Overall Model

Ho : matrik kovarian antar variabel M,

KP, K dan P data sampel tidak berbeda

dengan matrik kovarians populasinya.

H1 : matrik kovarian antar variabel M,

KP, K, dan P data sampel tidak berbeda

dengan matrik

Statistik

Uji Chi

Square

P-Value

GFI

AGFI

RMSEA

Diharapkan Ho

diterima, semakin

kecil nilai

χ

2

semakin baik

model

P>0.05

GFI 0.9

AGFI 0.9

RMSEA 0.08

Kinerja

H1 :

Ho : M tidak mempengaruhi K

H1 : M berpengaruh positif terhadap K

Uji t atau

P-Value

Diharapkan Ho

ditolak, t

hitung

>t

tabel

atau P-value

0.05

H2:

Ho : KP tidak mempengaruhi K

H1 : KP berpengaruh positif terhadap K

Uji t atau

P-Value

Diharapkan Ho

ditolak, t

hitung

>t

tabel

atau P-value

0.05

Produktivitas

Kerja

H3 :

Ho : M tidak mempengaruhi P

H1 : M berpengaruh positif terhadap P

Uji t atau

P-Value

Diharapkan Ho

ditolak, t

hitung

>t

tabel

atau P-value <0.05

H4:

Ho : KP tidak mempengaruhi P

H1 : KP berpengaruh positif terhadap P

Uji t atau

P-Value

Diharapkan Ho

ditolak, t

hitung

>t

tabel

atau P-value <0.05

H5:

Ho : K tidak mempengaruhi P

H1 : K berpengaruh positif terhadap P

Uji t atau

P-Value

Diharapkan Ho

ditolak, t

hitung

>t

tabel

atau P-value <0.05

(37)

e.

Respesifikasi (Respecification)

Tujuan respesifikasi atau modifikasi model adalah mencari model yang sederhana atau

mendapatkan model yang benar-benar sesuai dengan data (MacCallum, 1986 dalam Bachrudin

dan Harapan, 2003). Bila model cukup baik maka langkah selanjutnya dalam SEM adalah

melakukan interpretasi. Bila belum baik maka perlu dilakukan respesifikasi model dengan cara

sebagai berikut (Pedhazur dalam Bachrudin dan Tobing, 2003):

1). Menghilangkan koefisien jalur yang tidak berarti (non signifikan)dari model melalui theory

Trimming.

(38)
(39)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat PT. Victory Garmintex Bandung

PT. Victory Garmintex Bandung pada mulanya merupakan anak perusahaan dari PT.

Teodore yang berlokasi di Jl. Industri No. 60 Leuwigajah Cimahi – Bandung. Perusahaan ini

merupakan salah satu perusahaan garment yang bergerak dalam bidang industri pakaian jadi.

Perusahaan ini berdiri pada bulan Juli tahun 1994 atas prakarsa Mrs. Jetty R. Pattiasina dan Mr.

Gopal Babu. Dalam perkembangannya PT. Victory Garmintex seringkali mengalami pasang

surut, hal ini lebih disebabkan karena pangsa pasar (Buyer) PT. Victory Garmintex adalah

negara-negara Eropa dengan menggunakan mata uang asing sehingga dipengaruhi oleh nilai

[image:39.595.69.526.201.695.2]

tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Tabel 4.1

Daftar Main Buyer

No.

Merk Produk

Negara (Buyer)

1

LERNER

U.S.A

2

LIMITED

U.S.A

3

MEIJER

U.S.A

4

SWIRE

U.S.A

5

TOMMY HILFIGER

U.S.A

6

WET SEAL

U.S.A

7

ROYAL ROBINS

U.S.A

8

CARTER’S

U.S.A

9

SARA LEE

U.S.A

10

ONEILL

U.S.A

11

ESPRIT

GERMANY

12

POLO JEANS

ITALY

13

MACHU PICHU

ITALY

(40)

Pada tahun 1998 saat terjadi krisis moneter, dimana seluruh nilai aspek ekspor-impor Negara

Indonesia sedang menurun, PT. Victory Garmintex juga tidak terlepas dari keterpurukan

tersebut, imbasnya banyak order yang gagal, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) di tubuh

perusahaan ini. Namun seiring dengan keadaan ekonomi dunia yang semakin membaik, maka

PT. Victory Garmintex juga berusaha untuk bangkit kembali, dan akhirnya pada awal 2003

perusahaan ini membeli sebidang lahan untuk dijadikan lokasi pabrik sendiri tanpa menumpang

pada PT. Teodore, di lokasi baru inilah PT. Victory Garmintex mampu bertahan hingga saat ini.

Nama perusahaan

: Victory Garmintex

Bentuk Perusahaan

: Perseroan Terbatas

Lokasi

: Jl. Raya Batujajar No. 28 Cimahi- Bandung, Indonesia

Kapasitas produksi

: 60 -72.000 pcs/bulan

Jumlah tenaga kerja

: 1520 personil

Lisensi perusahaan

:

1.

Tanda daftar perusahaan perseroan terbatas (TDP) No:

090.15102112, Obtained August 15, 2003

2.

Nomor

pengenal

importir

khusus

(npik)

No:

2.31.05.00007/DAUGLU/IX/2003, Obtained September 24,

2003

3.

Angka pengenal importir – produsen (AP-P) No: 090301405,

Obtained August 1, 2005.

Luas Area

: 16.545 m

2

1.

Office

: 375 m

2
(41)

3.

Warehouse

: 400 m

2

4.

Cutting

: 182 m

2

5.

Sewing

: 1.642 m

2

6.

Finishing

: 414 m

2

7.

Packing

: 155 m

2

8.

Others

: 784 m

2

9.

Recreation space : 12.406 m

2

2. Profil PT. Victory Garmintex Bandung

a.

Visi, Misi, dan Strategi

1). Visi

Visi dari PT. Victory Garmintex Bandung adalah:

“Best in class knitting Manufacturing in Indonesia”

2). Misi

Misi dari PT. Victory Garmintex Bandung adalah:

“providing peace of mind for stakeholders”

Buyers

: they will get best quality delivered on time with competitive price.

Employess

: they will get equal treatment, equal opportunities and fair pay

Stakeholders : they will get optimum gains

Society

: the company commits to be socially responsible

3). Strategi

Strategi yanhg dilakukan oleh PT. Victory Garmintex Bandung antara lain adalah:

(42)

Proactive Market Expansion

Prudent Environment Helath Safety Management

3. Struktur Organisasi

Setiap perusahaan di dalam mencapai tujuannya memerlukan adanya struktur organisasi,

karena dengan adanya struktur organisasi tersebut pimpinan perusahaan akan dapat

melaksanakan pembagian tugas kepada karyawan atau bawahannya sesuai dengan bidangnya

masing-masing. Dalam pengertian umum, secara sederhana organisasi didefinisikan sebagai

gambaran secara sistematis tentang hubungan kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam

perusahaan di dalam mencapai tujuannya.

Agar pelaksanaan manajemen dapat mencapai tujuan dengan efektif, maka PT. Victory

Garmintex Bandung memilih struktur organisasi bentuk garis. Struktur organisasi garis

merupakan bentuk struktur organisasi yang tepat untuk perusahaan ini, dikarenakan alur lalu

lintas tanggung jawab secara vertikal maupun horizontal dapat berjalan dengan baik dan jelas,

tidak akan terjadi pelemparan tanggung jawab antar karyawan, serta rasa solidaritas dan

kerjasama antar karyawan dapat terbina dengan baik.

Bagan struktur organisasi PT. Victory Garmintex Bandung ada di dalam lampiran.

4. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Victory Garmintex Bandung, yang

bekerja pada bagian Production Process Control (PPC) yang bekerja langsung pada bagian

produksi.jumlah pegawai di bagian PPC sebanyak 502 orang.

(43)

Pengumpulan data melalu

kelamin diperoleh hasil seperti

Karakteris

Jenis Kelamin

Pria

Wanita

Total

Sumber: Data Penyebaran Angket

Kemudian Gambar 4.1

(karyawan) berdasarkan gende

Pie

Hasil pengolahan data

Garmintex Bandung, terdapa

responden wanita berjumlah

bagian PPC lebih didominasi

sedangkan pria hanya 39 %. In

PT. Victory Garmintex Bandu

61%

Proporsi G

alui kuesioner berdasarkan karakteristik respo

erti tabel berikut:

Tabel 4.2

ristik Jumlah Responden Berdasarkan Gend

Jumlah

Persentase

198

39%

304

61%

502

100%

.1 secara jelas menunjukkan proporsi karakteri

der

Gambar 4.1

ie Chart Gender Karyawan (Responden)

ata dari 502 responden pegawai bagian PP

pat 198 orang responden yang berjenis kela

h 304 orang. Jika dilihat dari persentasenya

asi oleh pegawai wanita, yaitu dengan persen

. Ini mencerminkan bahwa sebagian besar kary

dung adalah berjenis kelamin perempuan. Hal i

39%

rsi Gender Responden

Laki-laki Perempuan

sponden dari segi jenis

ender

eristik responden

PPC pada PT. Victory

elamin pria, sedangkan

a jumlah pegawai pada

rsentase sebanyak 61 %

aryawan yang bekerja di

(44)

wanita memiliki pemikiran yang lebih kuat dari sisi emosional. Hal ini, merupakan kekuatan

yang sangat positif ketika dibawa ke lingkungan kerja. Pemimpin wanita yang sukses cenderung

memiliki Emotional Intelligence yang baik, dalam hal ini emosi diarahkan pada hal-hal yang

positif. Bank Dunia pun menilai perusahaan yang dimiliki oleh perempuan berkembang lebih

cepat dibanding usaha yang dijalankan oleh seorang pria.

Maria Elka Pangestu, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan menyebutkan salah

satu keunggulan perempuan adalah memiliki kecenderungan mengelola uang dengan baik dan

teliti dalam bekerja.

b.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Pengumpulan data melalui kuesioner berdasarkan karakteristik responden dari segi usia

[image:44.595.66.528.192.641.2]

diperoleh hasil seperti tabel berikut:

Tabel 4.3

Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Usia

Usia

Jumlah

Persentase

20 -25

125

24 %

26 -30

254

51%

31 -35

98

20%

36 -45

25

5%

Total

502

100%

Sumber: Data Penyebaran Angket

Gambar 4.2 menunjukkan proporsi karakteristik responden (Karyawan) berdasarkan

(45)

Hasil pengolahan data

mayoritas responden berada

dengan persentase sebanyak

Garmintex Bandung memiliki

karena sebagian besar pegawa

Hal ini karena usia ini kemam

sehingga akan lebih menduk

bahwa “kemampuan bekerja

pengalaman, kesehatan dan fak

c.

Karakteristik Responden

Pengumpulan data melal

pendidikan diperoleh hasil sep

Karakteristik Ju

Jenjang Pendidikan

20%

Gambar 4.2

Pie Chart usia Karyawan (Responden)

ata karakteristik responden berdasarkan usia

a pada kelompok usia 26 sampai 30 tahun

ak 51% .Hal ini menunjukkan bahwa seti

iki pegawai-pegawai muda yang potensial dan

wai khususnya pada bagian PPC masih berada

ampuan fisiknya lebih baik dari pada usia non

ukung keberhasilan dalam bekerja. Hernanto

rja seseorang dipengaruhi oleh umur, pend

faktor alam”.

en Berdasarkan Jenjang Pendidikan

lalui kuesioner berdasarkan karakteristik res

eperti tabel berikut:

Tabel 4.4

Jumlah Responden Berdasarkan Jenjang pe

Jumlah

Persentase

24%

51% 5%

Proporsi Usia Responden

20

26

31

36

ia menunjukkan bahwa

n berjumlah 254 orang

setidaknya PT. Victory

an mampu bekerja keras,

da dalam usia produktif.

on produktif (>56 tahun)

nto (1989) berpendapat

ndidikan, keterampilan,

responden dari jenjang

pendidikan

20-25

26-30

31-35

(46)

SMP

SMA/Sederajat

Diploma

Sarjana

Pasca Sarjana

Total

Sumber: Data Penyebaran Angket

Pie Ch

Dari tabel di atas, diperol

Victory Garmintex Bandung

325 orang dengan persentase 6

akan lebih mudah menyesuai

memiliki pengetahuan yang lu

Ali (2004:12) bahwa:

Fase remaja pertengah

amat potensial. Perkemb

mencapai tahap berfikir

berfikir secara lebih abstra

padanya daripada sekedar m

26%

Proporsi

-

-

325

65 %

129

26%

48

9%

-

-

502

100%

Gambar 4.3

Chart Jenjang Pendidikan Karyawan (Respo

roleh gambaran bahwa mayoritas para pegawa

g berada pada jenjang pendidikan SMU/ sede

e 65%. Hal ini dikarenakan pada jenjang pend

uaikan diri dengan lingkungan pekerjaan, sel

luas dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan ya

gahan merupakan fase perkembangan yang teg

mbangan intelektual yang terus menerus m

ir operasional formal. Tahap ini memungki

strak , menguji hipotesis, dan mempertimbangk

ar melihat apa adanya.

0

65% 9%

0

orsi Jenjang Pendidikan Responden

SMP SMA/Sederaea Diploma Sareana Pasca Sareana

ponden)

awai bagian PPC di PT.

ederajat, yakni sebanyak

ndidikan SMU/Sederajat

selain itu mereka lebih

yang dikemukakan oleh

tegah berada pada masa

s menyebabkan remaja

gkinkan remaja mampu

ngkan apa saja yang ada

raeat

(47)

5. Deskripsi Penilaian Variabel

Deskripsi hasil kuesioner tentang persepsi tanggapan respon

Gambar

Tabel 3.5 Rancangan Pengujian Model dan Hipotesis
Tabel 4.1 Daftar Main Buyer
Tabel 4.3 Karakteristik Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.5 Kriteria Penapsiran terhadap Hasil Analisis Data Deskripsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diperlukan pemahaman guru pengajar di kelas bahwa anak tuna laras dapat memahami bahasa reseptif di kelas tetapi mengalami kesulitan untuk mengungkapkan dengan bahasa

Dari hasil diatas untuk massa kanker 30 data, untuk massa normal ada 28 data serta untuk massa normal ada 2 data yan tidak dapat di klasifikasikan, mungkin

 Mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan promosi kesehatan di wilayah kerja puskesmas.  Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan promosi

Alat Penukar Kalor berfungsi untuk mengubah temperatur dan fasa suatu jenis fluida dengan memanfaatkan proses perpindahan panas dari fluida bersuhu tinggi menuju

Sahabat MQ/ Anggota Tim Independen Kasus Bank Century yang dibentuk PDI Perjuangan/ Gayus Lumbuun dan Eva Kusuma Sundari mengatakan/ Pengambil kebijakan atas

Sahabat MQ/ DPRD Kota Yogyakarta/ akhirnya berhasil melakukan rapat pimpinan/ untuk menentukan jatah ketua/ dan wakil ketua 4 komisi/ yang ada di DPRD Kota Yogyakarta//

Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan.. Arsip Korespondensi : Penciptaan dan

Gambar 1.2 Penomoran definitif pada pembungks arsip.. Universitas