RECENT MANAGEMENT OF DYSPEPSIA; THE ROLE OF PPI H Ali Djumhana
SubBag Gastroenterologi dan Hepatologi –Bagian I.Penyakit Dalam RS Dr Hasan Sadikin-FK Unpad
Bandung
Pendahuluan
Keluhan dispepsia cukup banyak dijumpai di masyarakat dan hampir setiap dokter pernah menangani kasus ini. Selain prevalensi dispepsia ini cukup tinggi , keluhan tersebut sering kali mengganggu kualitas hidup penderita. Sebagian besar pasien yang mengeluh dispepsia ternyata pada pemeriksaan lebih seksama tidak ditemukan kelainan pada saluran cerna bagian atas.Manfaat obat penghambat pompa proton (Proton pump inhibitor=PPI) tidak diragukan lagi terhadap penyakit-penyakit yang terjadi karena adanya eksposur asam lambung (dan pepsin) seperti tukak peptik (karenaOAINS, karena Hp) atau refluks gastroesofageal(1).
Evaluasi pasien dengan keluhan dispepsia
Dispepsia adalah simtom dari suatu penyakit bukan merupakan diagnosis. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisik sulit membedakan apakah ini suatu kelainan organik atau fungsional(2).
Sekitar 60% pada pasen dengan keluhan dispepsia tidak ditemukan kelainan organik pada pemeriksaan lanjutan. Endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan cara yang paling sering dilakukan untuk evaluasi pasien-pasien dengan keluhan dispepsia. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan antara lain,laboratorium, USG,EKG,Test pengosongan lambung,EGG,Barostat dsb.(1,2)
Dispepsia non ulkus=DNU (dispepsia fungsional)
Berdasarkan simtom, dispepsia non ulkus dikelompokkan menjadi beberapa tipe, yaitu tipe ulkus (ulcer like),tipe dismotilitas dan tipe non spesifik. Sebelumnya ada kelompok penderita yang disebut dispepsia tipe refluks. Penderita golongan ini mempunyai respon terapi yang baik terhadap obat penekan sintesa asam lambung (PPI), tipe ini sekarang dimasukkan sebagai penyakit refluks gastro-esofageal(1,,3).
Peranan asam lambung pada dispepsia non ulkus
Tidak ada korelasi antara simtom dispepsia dan kelainan endoskopi. Banyak pasien yang secara endoskopi ditemukan ulkus (terutama pemakai OAINS) tetapi secara anamnesis tidak mempunyai keluhan nyeri.Sebaliknya banyak pasien dengan keluhan nyeri,tetapi pada pemeriksaan endoskopi tidak ditemukan adanya kelainan.Beberapa penelitian banyak menghubungkan antara keluhan dispepsi (tipe ulkus) dengan infeksi Hp
Ada beberapa hal yang berpotensi mempunyai hubungan antara asam lambung dan keluhan dispepsia pada pasien DNU(1,3)
1. Meningkatnya sekresi asam lambung
2. Meningkatnya respon terhadap gastrin releasing peptide(GRP) 3. Meningkatnya sesitivitas viseral terhadap asam
4. Perubahan respon terhadap sekretin dan kolesistokinin 5. Perubahan motilitas karena pengaruh asam
Pasien DNU dengan Hp positif ternyata mempunyai basal acid output yang lebih tinggi dari orang normal tetapi masih lebih rendah bila dibandingkan dengan penderita ulkus duodeni karena Hp. Pada pemberian GRP pasien Hp positif dengan DNU mempunyai respon sekresi asam yang lebih tinggi dibandingkan kontrol Hp positif yang asimtomatik. Pada satu penelitian memperlihatkan bahwa sekitar 20% dari pasien DNU mempunyai respon keluhan serupa dengan yang biasa dirasakan, apabila lambungnya diinfus dengan HCl 0,1 N. Apabila infus tersebut diberikan pada orang normal ternyata tidak memberikan keluhan.
Peneliti lain menghubungkan keluhan dispepsi ini dengan gangguan motilitas. Peningkatan sekresi asam mengubah motilitas saluran cerna bagian atas. Infus HCl 0,1N berulang-ulang kedalam lambung pasien DNU ternyata menimbulkan perlambatan pengosongan lambung dan kontraksi lambung yang tidak beraturan,kejadian ini tidak tampak pada kontrol normal.
Pengobatan DNU dan peranan PPI
Manfaat eradikasi Hp untuk menyembuhkan simtom pada pasien DNU dengan Hp positif ternyata tidak konsisten. Sebagian peneliti mendapatkan berkurangnya gastritis secara PA dan simtom setelah eradikasi Hp, tetapi peneliti lain melaporkan bahwa walaupun ada perbaikan gambaran gastritis secara PA tapi pada follow up rekurensi simtom tinggi dan akhirnya tidak ada perbedaan bermakna dengan kelompok yang tidak dieradikasi(1,2,3,4,5).
Beberapa penelitian membandingkan pemberian penekan asam lambung (simetidin,ranitidin,omeprazol) dengan plasebo, hasilnya menunjukkan bahwa simetidin,ranitidin dan omeprazol lebih baik dari plasebo(1,3,6).
Pada DNU yang berkaitan dengan pemakaian OAINS obat PPI lebih superior dibandingkan dengan analog prostaglandin (7).
Daftar pustaka
1.Fass R: Hot topics GERD/Dyspepsia.Hanley and Belfus.Philadelphia.2004
2. Fisher RS and Parkman.HP.Management of Nonulcer dyspepsia.NEJM 1998; 339:1379-1381
3. Heatley RV.Moncur PH. Dyspepsia: The Clinical Consequences.Blackwell Science.London.2000
4.Blum AL. Talley NJ. Morain CO. Lack of effect of Treating Helicobacter Pylori infection in patients with nonulcer dyspepsia.NEJM;339:1875-1881
5.Manes G. Menchise A.Nucci C.Balzano A.Empirical treatment prescribing for dyspepsia. Randomize controlled trial of test and treat versus omeprazole treatment. BMJ 2003;326:1118-1121.
6.Irvine EJ.Hunt RH: Evidence Based Gastrenterology. BC Decker Inc.London 2001
7. Hawkey CJ,Karrasch JA,Szczepanski L ,et. al. Omeprazole compared with misoprostol for ulcers associated with nonsteroidal antiinflammatory drugs.NEJM 1998;338:727-734.