• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Sistem Administrasi Negara Indonesia Dan Peranan Lembaga Negara Dalam Membangun NKRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Sistem Administrasi Negara Indonesia Dan Peranan Lembaga Negara Dalam Membangun NKRI."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Cakupan makna administrasi negara, tidak saja bersangkutan dengan aktivitas lembaga eksekutif saja dalam Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, namun mencakup aktivitas seluruh lembaga negara dalam mencapai tujuan negara, yang sebagai sistem tersebut, disebut Sistem Penyelenggaraan Negara.

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) adalah administrasi negara sebagai sistem yang dipraktekkan untuk mendukung penyelenggaraan NKRI agar upaya Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.

Aspirasi publik dalam pencerahan dan pencerdasan bangsa untuk mewujudkan "Clean and Good Governance" sebagai bagian dan upaya membangun sistem administrasi negara sesuai jiwa kedaulatan rakyat, merupakan hal yang perlu dikedepankan. Hal tersebut dimaksudkan untuk membangun kinerja sistem administrasi Negara nasional. Hal ini penting dalam mewujudkan apa yang disebut sebagai responsibility

nilai asas-asas kapatutan umum dan nilai moral dalam mengelola administrasi negara.

atas dasar etis,

Abstrak

PENDAHULUAN 1.1 Pengantar

S e b a g a i m a n a diamanatkan oleh Pembukaan Undang Undang Dasar tahun 1945, salah satu tujuan negara I n d o n e s i a a d a l a h u n t u k m e n c e r d a s k a n k e h i d u p a n

bangsa. Guna mewujudkan tujuan tersebut diperlukan suatu sistem administrasi negara yang mumpuni. Dalam membahas masalah administrasi negara sebagai salah bagian dari permasalahan negara dan bangsa, kita wajib untuk berfikir Implementasi Sistem Administrasi Negara

Indonesia

dan Peranan Lembaga Negara dalam Membangun NKRI

Oleh

(2)

cerdas dalam melihat per-masalahan serta menganalisis sumber-sumber permasalahan yang bermuara pada konsepsi kenegaraan, dimensi pelaksana-an serta ypelaksana-ang melakspelaksana-anakpelaksana-an. Kesalahan kita dalam meng-analisis permasalahan dapat m e n y e b a b k a n t i m b u l n y a masalah-masalah baru.

Dalam upaya untuk membangun sistem administrasi negara dalam mewujudkan tujuan berbangsa dan bernegara, maka yang wajib dijadikan pedoman adalah suatu pan-dangan bahwa sistem adminis-trasi negara merupakan sub-sistem dari Sistem Nasional berbangsa dan bernegara yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Bila dua hal tersebut diabaikan, tidak akan tercipta konsepsi nasional yang ajeg sesuai dengan ciri khas Bangsa Indonesia.

Seiring dengan berjalan-nya waktu sistem administrasi negara kesatuan Republik Indonesia serta peranan Lembaga Negara mulai berubah. Hal ini terlihat pada gerakan reformasi di segala bidang yang bermuara pada bulan Mei 1998, yang kemudian disebut juga Transisi Menuju Demokrasi. Hal ini merubah tata kehidupan politik, kepemerintahan dan kenegaraan di Indonesia. Inti dari proses transisi ini adalah perubahan mandat kedaulatan

y a n g d a h u l u s e p e n u h n y a dipegang oleh pemerintah (elite politik), bergeser ke habitatnya yaitu rakyat. Salah satu latar belakang dari transisi Indonesia ini adalah gagalnya sistem tata n e g a r a d a n a d m i n i s t r a s i konstitusi dalam memenuhi demokrasi termasuk kemam-puan dalam mewadahi pluralis-me dan pluralis-mengelola konflik yang ada.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sentralisme yang terjadi pada sistem tatanegara dan administrasi kita pada jaman orde baru telah membawa implikasi munculnya ketidak-puasan yang berlarut-larut dan konflik yang mengakar. Kondisi ini disinyalir sebagai salah satu pemicu timbulnya reformasi di Indonesia. Reformasi yang digulirkan tersebut telah mem-bawa perubahan yang mendasar dalam sistem tata negara dan perubahan penataan melalui tiga kekuasaan yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif. Peru-bahan atau restrukturisasi di dalam sistem ketatanegaraan tersebut dimaksudkan untuk menciptakan lembaga-lembaga negara yang kuat, demokratis dan mandiri dalam menjalankan mekanisme check and balance. 1.2 Latar Belakang Masalah 1.2.1 Historis

(3)

kemerdekaan bangsa dan negara pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai dengan hari ini kita belum pernah mempunyai satu sistem administrasi negara yang merupakan subsistem dari sistem Nasional penyeleng-garaan negara. Kita memang mempunyai falsafah bangsa dan dasar negara yang berisi konsepsi dasar berbangsa dan bernegara.

Namun yang menjadi permasalahan, kita belum pernah membangun secara tuntas sistem nasional bagi penyelenggaraan Negara. Disadari atau tidak, kita belum pernah mempunyai satu sistem administrasi negara yang mantap sebagai subsistem dari sistem Nasional penyeleng-garaan negara secara menyelu-ruh; yang telah kita miliki sekarang adalah suatu sistem Administrasi negara yang berubah-ubah sesuai kondisi perpolitikan yang menyertainya.

1.2.2 Kondisi yang dihadapi saat ini

Pelaksanaan administrasi negara dalam kenyataannya tergantung kepada pihak yang berkuasa. Pada zaman revolusi, karena banyaknya tantangan y a n g d i h a d a p i u n t u k mempertahankan eksistensi negara baru, administrasi belum mendapatkan perhatian yang

memadai. Pada zaman Orde B a r u , a d m i n i s t r a s i t e l a h mendapatkan perhatian yang lebih baik, namun masih d i j a d i k a n s e b a g a i a l a t k e p e n t i n g a n p i h a k y a n g berkuasa. Sedangkan pada jaman Reformasi ada keinginan d a n k e b u t u h a n t e n t a n g administrasi negara yang baik, tetapi belum punya dasar berpijak yang kuat dari sisi h u k u m . H a l i n i k a r e n a konsepsinya masih sporadis dan sistemnya masih belum terbentuk. Dari kurun waktu tersebut dapat dikemukakan bahwa munculnya mispersepsi tentang administrasi negara terletak pada pemberian nomenklaturnya secara sempit dalam batas ruang lingkup eksekutif, padahal negara bukan lembaga eksekutif semata.

(4)

Masyarakat”, tetapi semuanya hanya macan kertas. beberapa faktor penyebabnya antara lain: tipisnya kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab, rendahnya kualitas profe-sionalisme, masalah tuntutan sosial ekonomi sebagai akibat sistem penggajian, dan seribu satu alasan lainnya. Sumber masalahnya sebenarnya terletak pada belum adanya sistem administrasi yang mantap; yang mendukung terselenggaranya efektivitas penyelenggaraan a d m i n i s t r a s i n e g a r a d a n administrasi pemerintahan secara keseluruhan.

Memasuki era globalisasi yang melahirkan berbagai t a n t a n g a n s e j a l a n d e n g a n menguatnya lingkungan strategis global, dan persaingan global antarnegara, ditambah kemajuan t e k n o l o g i i n f o r m a s i y a n g berpengaruh kepada cara kerja m a n u s i a y a n g m e n u n t u t penyelesaian masalah-masalah secara cepat, efisien dan pasti, p e m b a n g u n a n s i s t e m administrasi negara sudah sangat mendesak dilakukan, bila kita ingin tetap diperhitungkan sebagai bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat dalam percaturan global. Sebagaimana diketahui, globalisasi sebagai isu sentra dunia, di dalamnya terdapat tuntutan mewujudkan Good Governance.

Dalam kaitan tersebut,

ada beberapa hal yang patut m e n j a d i p e r t i m b a n g a n m e n d a s a r , k e t i k a k i t a membicarakan masalah yang berkaitan dengan administrasi negara kita, antara lain:

a. Sampai saat ini belum dimiliki konsepsi nasional yang matang dan mantap tentang administrasi negara, yang ada justeru ruang lingkup dan wawasannya yang terlalu sempit;

b. Sistem yang berlaku belum terbukti keberhasilannya, d a n d i r a s a k a n m a s i h “eksekutif sentris” atau bahkan kadang-kadang didominasi oleh eksekutif, bahkan sebagai clerical works saja dari presiden; c. Persepsi dan citra terhadap

administrasi negara tidak memadai bahkan kadang-kadang diremehkan; bahkan umumnya tidak konsisten dan sering berubah

d. Sumber Daya Manusia (SDM) kurang berkualitas dan masih memliki mental block ( Infeority conflict. ).

TINJAUAN PUSTAKA

(5)

2.1. Ilmu Administrasi

Ilmu Administrasi adalah cabang atau kesatuan atau disiplin ilmu sosial yang secara khas mempelajari administrasi sebagai salah satu fenomenon masyarakat modern. Jika kita b e r b i c a r a t e n t a n g i l m u administrasi, maka kita juga akan berbicara tentang administrasi itu sendiri. Administrasi adalah sesuatu yang terdapat di dalam sesuatu organisasi modern dan dapat memberikan hayat kepada organisasi tersebut, sehingga organisasi itu dapat tumbuh, berkembang dan bergerak.

S e m e n j a k z a m a n penjajahan Belanda masyarakat Indonesia yang terpelajar, pada umumnya telah mengenal istilah a d m i n i s t r a s i . D a l a m perkembangannya saat ini, masyarakat yang hanya dapat baca tulis pun, sering mendengar k a t a a d m i n i s t r a s i a p a b i l a b e r u r u s a n d e n g a n s u a t u organisasi/instansi pemerintah. Ilmu Administrasi mempunyai batasan yang sangat luas. Kita bahkan tidak menyadari jika kita sendiri sedang melakukan kegiatan administrasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh sebab batasan yang begitu luas, maka definisi Ilmu Administrasi merupakan definisi pengantar s a j a d a l a m m e m a h a m i administrasi secara luas atau werkdefinite. Ilmu Administrasi sendiri, merupakan cabang ilmu

yang paling muda dalam ilmu sosial, lahir dari akhir abad ke-19 melalui karya Henri Fayol (1841-1925), seorang sarjana Perancis yang pertama melihat adanya prinsip-prinsip universal yang berlaku bagi administrasi.

2.2 Administrasi

2.2.1 Istilah Administrasi S e c a r a e t i m o l o g i s administrasi berasal dari kata d a l a m b a h a s a I n g g r i s administration. Dalam Websters New World Dictionary (1951), Administration merupakan b e n t u k a j e k t i f d a r i k a t a A d m i n i s t e r. A d a p u n k a t a administer menurut kamus tersebut berasal dari kata latin ad-ministrare yang mempunyai makna to serve atau melayani. Kemudian kata administer dalam bahasa Inggris diartikan sebagai; to manage, to conduct, to direct. Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia oleh John M Echols dan Hasan Shadily (1992): 1) to manage artinya m e n g u r u s , m e n g a t u r , melaksanakan, mengelola. (2) to conduct artinya memimpin, mengadakan; 3) to direct artinya m e n u n j u k a n , m e n g a t u r , menunjukan.

(6)

istilah itu terjadi kata benda administratio dan kata sifat administrativus. Dari penjelasan tentang istilah tersebut, dapat d i s i m p u l k a n b a h w a k a t a administrasi tidaklah lahir pada abad moderen ini, melainkan sudah digunakan pada zaman sebelum Masehi. Demikian pula, Silalahi mengatakan bahwa di z a m a n R o m a w i , s e o r a n g administrator adalah seorang yang mendapat kepercayaan untuk melaksanakan tugas dari seorang pemilik harta kekayaan untuk mengurus semua kesatuan harta kekayaan berikut personil dalam satu organisasi. Kesatuan harta kekayaan dan personil merupakan unit organisasi dan diurus serta diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga masing-masing merupakan suatu a d m i n i s t r a t i o a t a u u n i t o r g a n i s a s i . P e n j e l a s a n -p e n j e l a s a n t e r s e b u t m e n g i s y a r a t k a n b a h w a administrator menunjukkan orang yang memimpin dan administratio menunjukkan s u a t u s a t u a n k e r j a y a n g dipimpinnya.

2.3 Pengertian Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) adalah administrasi negara sebagai

sistem yang dipraktekkan untuk mendukung penyelenggaraan NKRI agar upaya Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna. Di samping berlandaskan idiil Pancasila dan konstitusional UUD 1945, serta landasan operasional pengembangannya S P P N b e s e r t a p e r a t u r a n pelaksanaannya, SANKRI harus selaras juga dengan situasi dan perkembangan lingkungan s t r a t e j i k , t e r m a s u k perkembangan paradigma ilmu administrasi negara.

(7)

sedangkan administrasi negara hanya bersangkutan dengan pelaksanaan kebijakan publik. Oleh karenanya, pada masa tersebut terbentuk pemahaman bahwa proses administrasi negara dimulai setelah selesainya proses politik.

D a l a m

p e r k e m b a n g a n n y a s e j a k p e r t e n g a h a n a b a d X X , sebagaimana diungkap pada Buku I dan Buku II SANKRI Jilid I, administrasi negara diartikan secara meluas yang mencakup "aktivitas seluruh lembaga negara, baik lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif, dan sebagainya". Pandangan ini dapat dipahami, berdasarkan dua alasan:

1. Dikotomi antara politik dan administrasi negara ternyata t i d a k t e r b u k t i b e n a r. K e t e r l i b a t a n b i r o k r a s i s e b a g a i p e n y e l e n g g a r a pemerintahan ternyata tidak hanya dalam pelaksanaan kebijakan negara/publik, tetapi juga dalam proses p e m b u a t a n k e b i j a k a n tersebut;

2. Pelaksanaan kebijakan negara/publik dengan sendirinya mencakup p e l a k s a n a a n k e b i j a k a n negara/publik yang paling m e n d a s a r s e b a g a i m a n a d i r u m u s k a n d a l a m konstitusi. Pelaksanaan kebijakan dasar tersebut,

melibatkan seluruh lembaga negara dalam pembuatan b e r b a g a i p e r a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n sebagai format hukum dari kebijakan negara/publik, dan melibatkan lembaga yudikatif, eksekutif serta lembaga negara lainnya berkaitan dengan evaluasi implementasi peraturan tersebut.

D e n g a n d e m i k i a n , cakupan makna administrasi negara, di satu sisi administrasi negara bersangkutan dengan aktivitas lembaga eksekutif saja, dan sebagai sistem disebut S i s t e m P e n y e l e n g g a r a a n Pemerintahan Negara; di sisi lain mencakup aktivitas seluruh lembaga negara dalam mencapai tujuan negara, dan sebagai s i s t e m d i s e b u t S i s t e m Penyelenggaraan Negara.

2.3.2 Administrasi Publik sebagai Administrasi Negara

(8)

t e r d a p a t p a n d a n g a n d a n pendapat bahwa kata public d a l a m i s t i l a h p u b l i c a d m i n i s t r a t i o n t i d a k l a g i difokuskan kepada Lembaga Pemerintah, tetapi lebih kepada masyarakat yang dilayani. Walaupun demikian, hal itu bukan berarti administrasi t e n t a n g m a s y a r a k a t (administration of the public), t e t a p i a d m i n i s t r a s i y a n g d i s e l e n g g a r a k a n u n t u k masyarakat. Pergeseran makna itu tidak menafikan peran m a n a j e m e n p e m e r i n t a h a n , karena birokrasi pemerintahan tetap memiliki kewenangan terbesar dalam penyelenggaraan negara.

Seiring dengan arus globalisasi, di awal dekade sembilan puluhan telah lahir pendekatan, teori atau paradigma baru dalam administrasi negara. B a n y a k c e n d e k i a w a n kontemporer dalam administrasi negara menggunakan istilah governance sebagai istilah lain dari administrasi negara. Istilah governance dapat dan telah digunakan dalam berbagai konteks, seperti good corporate g o v e r n a n c e , i n t e r n a t i o n a l governance, local governance, serta public governance (sebagai p e n g g a n t i i s t i l a h p u b l i c administration). Ada pula yang m e m b e r i k a n p e n g e r t i a n governance sebagai proses kegiatan bersama-sama dalam

memecahkan masalah dan m e m e n u h i k e b u t u h a n masyarakat.

D a l a m " g o o d g o v e r n a n c e " , m i s a l n y a terkandung makna sharing/ partnership pengelolaan negara a n t a r s e k t o r p u b l i k , y a i t u N e g a r a / P e m e r i n t a h , swasta/dunia usaha dan masyarakat. Governance yang baik ditandai dengan hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara ketiga pihak tersebut, yang oleh kalangan pakar disebut sebagai pilar-pilar good governance. Dengan demikian, dalam governance, terlibat segenap pelaku, yaitu keseluruhan pihak yang berkepentingan (stakeholders), yang pada dasarnya terdiri atas Negara/Pemerintah, swasta/dunia usaha dan masyarakat. Berdasarkan permasalahan dan tingkat pemerintahannya, stakeholders masyarakat meliputi kalangan yang sangat luas dan beraneka ragam, seperti organisasi politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), koperasi, individu dan b a h k a n l e m b a g a - l e m b a g a internasional.

(9)

iklim yang kondusif bagi berkembangnya dunia usaha dan masyarakat. Oleh karena itu paradigma utama dalam good g o v e r n a n c e a d a l a h pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan hal itu, m a k a g o o d g o v e r n a n c e bercirikan nilai-nilai sebagai berikut:

a. Partisipasi

S e t i a p w a r g a n e g a r a mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun m e l a l u i i n t e r m e d i a s i institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar k e b e b a s a n b e r s e r i k a t , berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.

b. Aturan Hukum

P e n e g a k a n t e r h a d a p peraturan hukum harus dilaksanakan dengan adil dan tidak diskriminatif, serta menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).

c. Transparansi

T r a n s p a r a n s i y a n g dibangun atas dasar kebebasan arus informasi, sehingga proses kegiatan lembaga dan informasinya d a p a t d i t e r i m a l s e c a r a langsung oleh pihak yang membutuhkan. Dalam hal ini informasi tersebut harus d a p a t d i p a h a m i d a n

dimonitor. d. Ketanggapan

Setiap lembaga dan proses kegiatannya harus melayani p a r a p i h a k t e r k a i t (stakeholders).

e. Orientasi kepada Konsensus Good governance menjadi perantara bagi kepentingan y a n g b e r b e d a u n t u k memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih l u a s , b a i k d a l a m h a l kebijakan maupun prosedur. f. Kesetaraan

Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau m e m e l i h a r a kesejahteraannya.

g. Efektifitas dan Efisiensi Setiap proses dan lembaga m e n g h a s i l k a n p r o d u k tertentu sesuai dengan apa y a n g t e l a h d i g a r i s k a n d e n g a n m e n g g u n a k a n s u m b e r - s u m b e r y a n g tersedia sebaik mungkin. h. Akuntabilitas

(10)

keputusan internal atau eksternal.

i. Visi Stratejik

Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif g o o d g o v e r n a n c e d a n pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan apa yang d i p e r l u k a n u n t u k pembangunan.

Kesembilan karakteristik di atas saling memperkuat dan tidak berdiri sendiri-sendiri untuk menjamin kelancaran, keserasian dan keterpaduan t u g a s s e r t a f u n g s i penyelenggaraan pemerintahan d a n p e m b a n g u n a n . G u n a mencapai hal itu, diperlukan langkah-langkah kebijakan yang t e r a r a h p a d a p e r u b a h a n k e l e m b a g a a n d a n s i s t e m ketatalaksanaan; kualitas SDM A p a r a t u r ; s e r t a s i s t e m pengawasan dan pemeriksaan yang efektif.

B e r d a s a r k a n u r a i a n terdahulu, good governance pada dasarnya bersenyawa dengan sistem administrasi negara. Oleh karena itu, upaya mewujudkan good governance m e r u p a k a n p u l a u p a y a p e n y e m p u r n a a n s i s t e m administrasi negara yang berlaku pada suatu negara secara keseluruhan. Berkaitan dengan p a r a d i g m a b a r u d a l a m administrasi negara tersebut,

dewasa mi istilah public administration diterjemahkan juga sebagai admistrasi publik. Makna yang terkandung di dalamnya adalah "administrasi publik mengurusi kepentingan ( p e l a y a n a n ) m a s y a r a k a t , penduduk, warga negara dan rakyatnya”. Dalam pelayanan tersebut, birokrasi pemerintahan menerapkan berbagai disiplin y a n g m e r u p a k a n a w a l keterlibatan Pemerintah. Atas dasar itulah, administrasi publik diartikan sebagai “hubungan yang memerintah dengan yang diperintah dan penempatannya secara proporsional".

Dari pemikiran di atas d a p a t d i n y a t a k a n b a h w a a d m i n i s t r a s i p u b l i k d a n administrasi negara sebenarnya tidak berbeda, yang penting tetap menggunakan paradigma d a n p r i n s i p - p r i n s i p g o o d governance.

2.4 Aparatur Negara

(11)

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme meliputi: (a) Pejabat Negara pada lembaga negara

(b) Menteri (c) Gubernur; (d) Hakim

(e) Pejabat Negara yang lain sesuai dengan ketentuan p e r a t u r a n p e r u n d a n g -undangan yang berlaku. Misalnya Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, W a k i l G u b e r n u r , Bupati/Walikota, Wakil Bupati/ Walikota; dan

(f) Pejabat lain yang memiliki f u n g s i s t r a t e g i s d a l a m k a i t a n n y a d e n g a n penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan p e r a t u r a n p e r u n d a n g -undangan, yang berlaku. Termasuk dalam cakupan terakhir ini adalah pejabat y a n g t u g a s d a n w e w e n a n g n y a d a l a m m e l a k s a n a k a n penyelenggaraan negara yang rawan terhadap praktek KKN, di antaranya adalah: Direksi, Komisaris, dan Pejabat Struktural lainnya pada Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.

Dari batasan tersebut

(12)

Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2003, BUMN terdiri atas Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Umum (Perum). D a l a m P e n j e l a s a n U m u m U n d a n g - U n d a n g t e r s e b u t dinyatakan bahwa Persero bertujuan untuk memupuk keuntungan dan sepenuhnya t u n d u k p a d a k e t e n t u a n -ketentuan UU No. l Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Sedangkan Perum dibentuk oleh Pemerintah untuk melaksanakan usaha sebagai implementasi kewajiban Pemerintah guna menyediakan barang dan jasa t e r t e n t u u n t u k m e m e n u h i k e b u t u h a n m a s y a r a k a t (kemanfaatan umum).

Dalam pada itu, BUMD berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1990 t e l a h d i a r a h k a n m e n j a d i P e r u m d a d a n P e r s e r o d a , sebelum terbitnya Undang-Undang baru sebagai pengganti UU No.5 Tahun 1962 tentang P e r u s a h a a n D a e r a h . Memperhatikan peran Persero dan Perum tersebut, maka hanya Perum dan Perumda saja nampaknya yang merupakan Aparatur Pemerintah dalam arti Aparatur Perekonomian Negara.

Berdasarkan uraian di atas, Aparatur Negara terdiri atas Aparatur Kenegaraan dan Aparatur Pemerintahan yang mencakup Aparatur Pemerintah, baik di Pusat maupun Daerah,

dan Aparatur Perekonomian Negara, baik Perum maupun Perumda, yang semuanya merupakan unsur esensial penyelenggaraan negara dalam kerangka SANKRI. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Sistem Penyelenggaraan Negara dan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.

D a l a m k e h i d u p a n bernegara berdasarkan UUD 1945 selama ini telah dikenal a d a n y a d u a i s t i l a h y a n g b e r k a i t a n e r a t d e n g a n administrasi negara sebagai sistem yang dipraktekan. Kedua istilah itu adalah Sistem Penyelenggaraan Negata dan S i s t e m P e n y e l e n g g a r a a n Pemerintahan Negara.

a. Sistem Penyelenggaraan Negara

(13)

dengan penyelenggaraan negara s e s u a i d e n g a n k e t e n t u a n peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Uraian di atas, jelas bahwa penyelenggaraan negara merupakan aktivitas dari seluruh lembaga negara, baik eksekutif, legislatif, yudikatif maupun lembaga negara lainnya, seperti halnya pengertian administrasi n e g a r a d a l a m a r t i l u a s sebagaimana telah diuraikan terdahulu. Dengan demikian d a p a t d i k a t a k a n S i s t e m Penyelenggaraan Negara adalah SANKRI dalam arti luas. Dalam hal ini SANKRI merupakan s i s t e m p e n y e l e n g g a r a a n kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, dengan m e n d a y a g u n a k a n s e g a l a kemampuan seluruh Aparatur Negara beserta rakyat dan dunia u s a h a / s w a s t a u n t u k memanfaatkan segenap sumber daya yang tersedia secara nasional, demi tercapainya tujuan dan terlaksananya tugas nasional/negara sebagaimana diamanatkan di dalam UUD 1945.

b. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara UUD 1945 dinyatakan bahwa "Presiden Republik Indonesia memegang k e k u a s a a n p e m e r i n t a h a n m e n u r u t U n d a n g - U n d a n g

Dasar". Dari ketentuan UUD 1945 tersebut, terkandung pengertian sebagai berikut: 1) I s t i l a h k e k u a s a a n

pemerintahan negara tidak lain adalah kekuasaan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) UUD 1945, yang hanya m e n g e n a i l e m b a g a eksekutif;

2) P e n y e l e n g g a r a a n pemerintahan negara adalah p e n y e l e n g g a r a a n pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden selaku Kepala P e m e r i n t a h a n ( K e p a l a lembaga eksekutif).

Oleh karena itu, sistem penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan SANKRI dalam arti sempit, sebagaimana pengertian tentang administrasi negara yang telah diuraikan di muka.

(14)

tercapainya tujuan negara dan terwujudnya cita-cita bangsa s e b a g a i m a n a d i m a k s u d Pembukaan UUD 1945.

Wilayah NKRI dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah tersebut dibagi atas Kabupaten dan Kota yang masing-masing mempunyai p e m e r i n t a h a n d a e r a h . D i samping itu, dalam kerangka Sistem Pemerintahan Nasional, di wilayah Kabupaten/Kota dibentuk pula Desa atau yang disebut dengan nama lain. Desa dimaksud merupakan kesatuan m a s y a r a k a t h u k u m y a n g memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan m a s y a r a k a t s e t e m p a t , berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan d i h o r m a t i d a l a m s i s t e m Pemerintahan NKRI. Termasuk dalam pengertian Desa ini antara lain adalah: Nagari di Sumatera Barat, Gampong di Provinsi NAD; Lembang di Sulawesi S e l a t a n ; K a m p u n g d i Kalimantan Selatan dan Papua; dan Negeri di Maluku.

B e r d a s a r k a n u r a i a n tentang Sistem Penyelenggaraan Negara dan Sistem Pemerintahan Negara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Sistem penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan bagian i n t e g r a l d a r i s i s t e m p e n y e l e n g g a r a a n n e g a r a .

Karena, sistem penyelenggaraan pemerintahan negara merupakan bagian yang sangat dominan dalam operasionalisasi semua ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945, kecuali yang telah secara khusus dan jelas menjadi kewenangan lembaga-lembaga negara di luar eksekutif.

2.5 Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Negara

S e s u a i d e n g a n p a r a d i g m a b a r u d a l a m administrasi negara, yaitu good governance, maka berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999, telah ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara, yang harus menjadi acuan dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan negara oleh Aparatur Negara. Asas-asas umum penyelenggaraan negara tersebut adalah sebagai berikut: 1) Asas Kepastian Hukum,

yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan l a n d a s a n p e r a t u r a n p e r u n d a n g - u n d a n g a n , kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara;

(15)

asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara d e n g a n t e t a p i m e m p e r h a t i k a n perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;

4) Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak d a n k e w a j i b a n Penyelenggara Negara;

5) Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan p e r a t u r a n p e r u n d a n g -undangan yang berlaku;

6) Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara h a r u s d a p a t d i p e r t a n g g u n g j a w a b k a n kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan k e t e n t u a n p e r a t u r a n perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian asas-asas umum penyelenggaraan negara harus menjadi acuan d a l a m m e n y e l e n g g a r a k a n S A N K R I , y a n g p a d a

hakekatnya; dapat disebut juga sebagai asas penyelenggaraan SANKRI.

2.5.1 Asas-Asas garan Pemerintahan Negara

(16)

dan/atau Desa, serta dari Pemerintah Kabupaten/Kota k e p a d a D e s a u n t u k melaksanakan tugas tertentu.

2.5.2 Unsur Pokok Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia

SANKRI sebagai sistem p e n y e l e n g g a r a a n n e g a r a dan/atau sistem penyelenggaraan p e m e r i n t a h a n n e g a r a , sebagaimana halnya suatu sistem terdiri dari subsistem-subsistem a t a u u n s u r - u n s u r n y a . Administrasi negara sebagai sistem, pada pokoknya terdiri dari unsur nilai, struktur dan proses. Perbedaan SANKRI sebagai sistem penyelenggaraan negara dan SANKRI sebagai s i s t e m p e n y e l e n g g a r a a n pemerintahan negara adalah dalam hal unsur struktur dan prosesnya, sedangkan unsur nilainya sama.

1. Unsur Nilai

Unsur nilai, dapat pula disebut sistem nilai, meliputi landasan atau dasar negara yaitu Pancasila, cita-cita negara (nasional) dan tujuan negara (nasional), kesemuanya telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yang tetap tidak berubah walaupun UUD 1945 telah diadakan perubahan. Berbagai unsur nilai dimaksud di antaranya adalah:

a. Pancasila sebagai landasan

a t a u d a s a r n e g a r a mengandung lima prinsip: Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan yang adil dan b e r a d a b ; P e r s a t u a n Indonesia; Kerakyatan yang d i p i m p i n o l e h h i k m a t k e b i j a k s a n a a n d a l a m p e r m u s y a w a r a t a n perwakilan; dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (alinea keempat). Pancasila juga merupakan falsafah atau pandangan hidup yang mempersatukan b a n g s a , d a n m e m b e r i petunjuk dalam upaya mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir batin bagi masyarakat Indonesia yang beraneka ragam;

b. Cita-cita negara (nasional), yaitu Negara Indonesia

yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur (alinea ketiga). Cita-cita negara/nasional ini disebut juga sebagai visi ideal Indonesia;

(17)

keempat). Jika cita-cita nasional merupakan visi ideal, maka tujuan negara/nasional dapat juga disebut sebagai misi ideal. 2. Unsur Struktur

U n s u r s t r u k t u r merupakan satuan kelembagaan y a n g d i p e r l u k a n d a l a m kehidupan Negara Republik Indonesia yang demokratis dan konstitusional berupa tatanan kelembagaan penyelenggaraan negara dan pemerintahan negara dalam rangka mengemban misi dan mewujudkan visi bangsa, yang merefleksikan peran dan posisi aturan hukum, kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab masing-masing.

Sesuai dengan pengertian sistem penyelenggaraan negara dan sistem penyelenggaraan p e m e r i n t a h a n n e g a r a sebagaimana telah disebutkan terdahulu, maka unsur atau subsistem tersebut adalah sebagai berikut:

a. Struktur penyelenggaraan negara, meliputi seluruh Aparatur Negara, baik Aparatur Kenegaraan m a u p u n A p a r a t u r Pemerintahan, beserta seluruh organisasi politik, lembaga kemasyarakatan, dan dunia usaha, yang berkembang sesuai dengan kehidupan dan kemajuan bangsa;

b. Struktur penyelenggaraan

p e m e r i n t a h a n n e g a r a , mencakup Presiden beserta k e s e l u r u h a n A p a r a t u r P e m e r i n t a h a n , b a i k d i t i n g k a t P u s a t m a u p u n Daerah.

Dalam penyelenggaraan negara terdapat hubungan antara Aparatur Kenegaraan di luar lembaga eksekutif, yang turut m e n j a m i n t e r l a k s a n a n y a penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan prinsip-prinsip good governance. Mengacu pada UUD 1945, Aparatur Kenegaraan dimaksud adalah:

a. Majelis Permusyawaratan R a k y a t ( M P R ) y a n g wewenang utamanya adalah m e l a k s a n a k a n f u n g s i konstitutif;

b. Dewan Perwakilan Rakyat ( D P R ) d a n D e w a n Perwakilan Daerah (DPD) dalam pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan;

c. Mahkamah Agung (MA) d a n M a h k a m a h Konstitusi (MK) dalam

pelaksanaan fungsi yudisial; d. Badan Pemeriksa Keuangan

(Bepeka) dalam pelaksanaan fungsi audit;

e. Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral selaku pemegang otoritas moneter.

(18)

t u l i s a n i n i , p e n u l i s a k a n memaparkan bahasan untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini: 1) Sejauh mana implementasi SANKRI oleh Lembaga Negara, 2) Sejauh mana Peran Lembaga Negara dalam membangun sistem negara kesatuan, 3) Bagaimana dengan adanya implementasi SANKRI dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi lembaga negara dalam membangun s i s t e m N e g a r a K e s a t u a n Republik Indonesia.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Peran Lembaga Negara Untuk mengetahui apa dan bagaimana peran lembaga negara dalam membangun sistem administrasi negara, perlu terlebih dahulu ditata tentang pengertian lembaga negara itu s e n d i r i , k e d u d u k a n , d a n f u n g s i n y a d a l a m penyelenggaraan negara. Baru kemudian kita dapat berbicara tentang peranannya. Lembaga Negara adalah lembaga yang ditetapkan oleh konstitusi. Menurut DUD 1945 sebelum diamendemen, lembaga negara dibedakan antara Lembaga Tertinggi Negara yaitu MPR, dan Lembaga Tinggi Negara seperti DPR, Presiden, BPK dan DPA. Sejak terjadi amandemen, posisi

dan wewenang MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara, tetapi lembaga tinggi negara, DPA dihapus, sebaliknya d i l a h i r k a n M a h k a m a h Konstitusi (MK).

Seluruh lembaga negara tersebut melakukan tugas m e n y e l e n g g a r a k a n n e g a r a berdasar atas bidang masing-m a s i n g , y a i t u l e g i s l a t i f , eksekutif, yudikatif, serta auditor. Fungsi advisory council dihapus oleh karena DPA oleh a m a n d e m e n U U D 1 9 4 5 ditiadakan. Sekarang memang ada Dewan Pertimbangan Presiden, tetapi dewan tersebut tidak termasuk dalam pengertian lembaga negara sebagaimana dimaksud oleh UUD 1945, s e b a b d i b e n t u k b e r d a s a r Instruksi Presiden (Inpres), bukan berdasar atas perintah konstitusi.

(19)

Kementerian Negara (Bab V), Pemerintah Daerah (Bab VI), DPR (Bab VII), Keuangan (Bab VIII), Kekuasaan Kehakiman (Bab IX), Warga Negara (Bab X), Agama (Bab XI), Pertahanan Negara (Bab XII), Pendidikan (Bab XIII), Kesejahteraan Sosial (Bab XIV), Bendera dan Bahasa (Bab XV), Perubahan UUD (Bab XVI), dan Aturan Peralihan dalam satu pasal tambahan.

Masing-masing lembaga yang tersebut dalam masing-masing bab berisi apa yang dimaksud lembaga negara, apa tugas dan kewajibannya, apa w e w e n a n g d a n s e c a r a keseluruhan mempunyai satu misi dan visi bersama yaitu mewujudkan tujuan membentuk negara yang secara populer disebut Cita-cita Nasional. Ketika konstitusi mengalami amandemen, lembaga negara t e r s e b u t j u g a m e n g a l a m i perubahan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka tiap-tiap lembaga negara pada hakekatnya adalah sebuah institusi yang menjadi p i r a n t i , s e k a l i g u s w a d a h penyelenggaraan negara di bidang dan strata masing-masing, menuju satu tujuan yaitu mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana tertuang pada P e m b u k a a n U U D 1 9 4 5 . Walaupun terjadi amandemen, tetapi tujuan dan cita-cita nasional tidak berubah, yang

berubah hanya eksistensinya. Itulah pernanan lembaga negara dalam penyelenggaraan negara.

B a g a i m a n a d e n g a n peran administrasi negara dalam k o n t e k s p e n y e l e n g g a r a a n negara? Secara obyektif harus diakui bahwa administrasi adalah sebuah kegiatan yang bersifat teknis manajerial yang harus mengikuti syarat-syarat dasar manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan (POAC). Tetapi oleh karena mengenai penyelenggaraan negara, administrasi negara tidak dapat dikatakan sekadar clerical works saja, sebab di samping besar dan luas cakupan, tugas dan tanggung jawab serta wewenang, administrasi negara mempunyai peranan yang penting dalam menciptakan kemajuan negara yang diukur dari pencapaian dan perwujudan tujuan berbangsa dan bernegara.

(20)

Kerangka dasar dalam menyusun sistem administrasi negara di dalam NKRI adalah b e r d a s a r a t a s s i s t e m ketatanegaraan dari sistem p e n y e l e n g g a r a a n n e g a r a sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan bab-bab yang mengatur bidang tugas masing-masing penyelenggara negara yang dijalankan oleh tiap-tiap lembaga negara.

Dalam konteks demikian, maka administrasi negara adalah s e l u r u h k e g i a t a n t e k n i s manajerial yang menggerakkan masing-masing lembaga negara di tiap-tiap bidang dan strata yang berisi prinsip-prinsip administrasi penyelenggaraan negara yang berada di dalam satu kerangka dan pola administrasi negara yang bersifat teknis manajerial. Itulah yang disebut sistem administrasi negara. Kerangka dan pola tersebut juga berisi prinsip-prinsip teknis dan t a t a c a r a p e n y e l e n g g a r a a n administrasi negara yang bersifat efisien, efektif dalam proses pembentukan good go vernance.

Di dalam membangun good governance memang diperlukan partisipasi semua p e m a n g k u k e p e n t i n g a n (stakeholder) yang disebut P e m e r i n t a h / N e g a r a , s w a s t a / d u n i a u s a h a d a n masyarakat, tetapi tidak boleh a d a p e n g a b u r a n t e r h a d a p peranan, fungsi, dan kedudukan

masing-masing stakeholder, b e r d a s a r s i s t e m penyelenggaraan negara yang ditetapkan oleh UUD 1945. Yang perlu disadari dalam p e n y e l e n g g a r a a n g o o d governance adalah bahwa di a n t a r a k e t i g a p e m a n g k u kepentingan tersebut merupakan suatu jejaring penyelenggaraan n e g a r a y a n g s a m a - s a m a memiliki tujuan bersama yaitu terwujudnya tujuan berbangsa dan bernegara atau yang populer disebut cita-cita Nasional. D i l i h a t d a r i s u d u t i n i , administrasi negara adalah supporting unit bagi tiap-tiap l e m b a g a n e g a r a s e b a g a i p e n y e l e n g g a r a n e g a r a d i masing-masing bidang yang t e l a h d i t e t a p k a n s e c a r a konstitusional visi dan misinya.

(21)

Berdasarkan uraian di atas, sampailah kita kepada jawaban terhadap Peranan L e m b a g a N e g a r a d a l a m M e m b a n g u n S i s t e m Administrasi Negara. Peran lembaga negara adalah sebagai berikut:

a. Lembaga negara adalah w a d a h , d i m a n a a d m i n i s t r a s i n y a d i l a k s a n a k a n b e r d a s a r prinsip-prinsip manajerial; b. Lembaga negara adalah

sumber hukum penyusunan sistem administrasi negara secara keseluruhan dan pada tiap-tiap lembaga negara yang berkaitan dengan status, tugas, wewenang, dan cara bekerjanya;

c. Lembaga negara adalah penentu jejaring yang h a r u s d i b a n g u n o l e h administrasi negara dalam rangka menyusun sistem administrasi negara agar tiap-tiap lembaga negara berjalan sesuai dengan dasar dan ruang lingkup tugas dan wewenangnya, tidak terjadi tumpang tindih dan dominasi oleh satu lembaga terhadap lembaga negara yang lain; d. Efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan negara dalam rangka mewujudkan good governance bukan ditentukan oleh adanya l e m b a g a n e g a r a d a n peranannya, tetapi lebih

d i t e n t u k a n o l e h penyelenggara administrasi negara yang berada dalam satu sistem yang tepat dan dijalankan secara konsisten.

Efisiensi dan efektivitas tidak berada pada domain lembaga negara dan peranan lembaga negara, tetapi di dalam domain clerical works dan t e k n i s m a n a j e r i a l y a n g dilaksanakan dan berdasar kerangka, pola dan sistem administrasi negara yang ada. Artinya, berbicara tentang peranan lembaga negara dalam membangun sistem administrasi negara, peranan lembaga negara adalah memberi dasar, arah, dan t u j u a n t e r h a d a p u p a y a m e m b a n g u n a d m i n i s t r a s i negara.

merupakan ciri negara yang menganut

dilaksanakan melalui wakil-wakilnya di

umum dari calon-calon yang diajukan partai politik

Prinsip ini dikenal sebagai sistem

langsung (indirect democracy) "demokrasi dengan sistem perwakilan"

4.2 Peran DPR sebagai Lembaga Tinggi Negara

K e b e r a d a a n D e w a n Perwakilan Rakyat (DPR) atau parlemen

asas demokrasi. Kedaulatan rakyat

DPR, yang dipilih melalui pemilihan

peserta pemilu.

demokrasi perwakilan atau demokrasi tidak

(22)

Keberadaan parlemen,

juga ciri

hukum (Rechtstaat) (Miriam Budiardjo;

demokrasi tidak dapat dipisahkan

berdasar

( R e c h t s t a a t ) . H u k u m d a n demokrasi

keduanya tidak dapat dipisahkan, hanya

demokrasi suatu negara, tentu

lembaga negara saja; yang lebih

politik yang hidup dalam struktur lembaga

Struktur

tetapi proses dan kultur politik

malahan bisa saja otoriter. Namun

dan demokrasi itu tidak dapat dikelola

sistem administrasi negara yang efektif

asas kedaulatan rakyat Pelaksanaan

itu,

Infrastruktur birokrasi negara yang sejalan

t a n t a n g a n berbangsa serta perubahan " p o l i t i k - k e t a t a n e g a r a a n " . Paradigma kata "pemerintah" d i u b a h m e n j a d i

responsif, transparan, akuntabel, bersifat melayani

merupakan negara berdasar atas

1978, h. 55-64). Prinsip negara

dari negara atas hukum

bagaikan dua sisi dari satu mata uang,

dapat d i b e d a k a n . N a m u n , c i r i

tidak terbatas pada aspek struktur

penting adalah, pada proses dan kultur

negara.

bisa saja sama,

y a n g d i a n u t b e l u m t e n t u demokratis atau

dalam tataran pelaksanaannya, hukum

dengan maksimal dan efektif, tanpa

dan efisien yang juga sesuai jiwa

kebijakan harus dikelola oleh

dengan visi, misi, d a n d i n a m i k a

" k e p e m e r i n t a h a n " , y a n g bermakna

dan

m e n g a y o m i , m e l i b a t k a n p a r t i s i p a s i p u b l i k d a n pengawasan

p e n y e l e n g g a r a a n kepemerintahan sebagai bagian dari mekanisme sosial rakyat. Inilah pentingnya sistem administrasi negara yang efisien dan efektif.

S e d a n g k a n , k a t a "parlemen" berasal dari bahasa Perancis, akar kata "parle" yang artinya; "bicara" atau "dialog" Marbun; 1995, h. 25). Jadi, parlemen itu secara etimologis (asal kata), berarti: "tempat orang berdialog", dan secara maknawi, parlemen m e r u p a k a n

publik.

UU.

Sejumlah warga negara yang dapat

mereka yang dipilih rakyat yang berhak memilih (constituen)

pemilihan umum tertentu, apakah dalam kategori Single Member Contituency (Sistem Distrik) ataukah Multy

( S i s t e m Proporsinal/ Berimbang) sesuai “rule the

Di situlah kemudian, rakyat dapat menyampaikan publik dalam

kontrol

dari

(B.N.

w a h a n a d a n m e k a n i s m e p o l i t i k u n t u k mendialogkan kepentingan p u b l i k , u n t u k k e m u d i a n disepakati bersama antara DPR d e n g a n P r e s i d e n m e n j a d i kebijakan Dalam hal ini, bentuk dan produk kebijakannya berbentuk

menjadi anggota parlemen, adalah

dalam sistem

Member C o n s t i t u e n c y

(23)

aspirasinya kepada para anggota parlemen dan kemudian para anggota parlemen

b e r b a g a i p e n g e t a h u a n , pengalaman, kearifan dan kebijaksanaannya (Wisdom) membuat berbagai kebijakan publik dalam bentuk UU Presiden, membahas, menyusun dan menetapkan

b e l a n j a n e g a r a s e r t a mengawasi pelaksanaan kerja pemerintah.

pengawasan DPR terhadap pemerintah, adalah UU dan kebijakan yang telah disetujui bersama antara DPR dengan Pemerintah.

P a r l e m e n s e b a g a i lembaga perwakilan

mekanisme dan wadah politik-kenegaraan dan politik-kepemerintahan untuk mewujudkan berbagai “gagasan normatif“ yang berasal dari aspirasi publik; bahwa pemerintahan itu harus dikelola dasar kehendak rakyat (will of the people). Kapabilitas suatu pemerintahan tergantung pada k e m a m p u a n n y a mentransformasikan berbagai k e h e n d a k r a k y a t s e b a g a i kehendak tertinggi di atas kehendak negara (will of the state) menjadi kebijakan publik. U n t u k i t u l a h , d i p e r l u k a n lembaga parlemen atau di DPR di berbagai tingkatan: tingkat n a s i o n a l , p r o v i n s i d a n

dengan

bersama

a n g g a r a n d a n p e n d a p a t a n

Ukuran objektif

lainnya

rakyat, merupakan sistem,

atas

kabupaten/kota sebagai bagian dari totalitas sistem administrasi negara.

Di mana pun proses delegitimasi sistem politik dan sistem administrasi negara; adalah pendangkalan makna etika pemerintahan secara terus menerus sehingga timbul krisis etika pemerintahan. Krisis etika inilah, secara akumulatif menimbulkan kemarahan rakyat menuju delegitimasi pemerintahan. Hal tersebut pernah kita alami, dan merupakan pembelajaran amat berharga bagi kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam pembenahan sistem administrasi n e g a r a k e d e p a n . A m a t disayangkan, hingga saat ini belum memiliki UU yang memberikan sanksi hukum kepada pejabat

Pemerintahan

infrastruktur birokrasi.

Dalam konteks ini,

pertanggungjawaban atas dasar logika etis bagian

etika pemerintahan. P r i n s i p b a h w a pertanggungjawaban

karena

dapat

kita

setiap yang

melakukan penyalahgunaan k e k u a s a a n y a n g b e r s i f a t pelanggaran etik. Karena itu, kita perlu segera mempercepat adanya UU Etika

dan pelaksanaan reformasi sistem administrasi negara dan

sorotan perlu ditujukan kepada persoalan tentang makna sebuah

sebagai dari penegakan

(24)

dengan akuntabilitas harus s e g e r a d i u b a h . Pertanggungjawaban

sekadar akuntabilitas, namun juga responsibilitas, yakni;

atau kepekaan terhadap apa yang berkembang dalam ruang publik (public sphere). K a r e n a i t u , m a k n a pertanggungjawaban, bukan harus benar secara formal-prosedural, namun yang lebih penting lagi, harus benar secara materil dan diterima oleh logika etis.

Tradisi yang tidak baik, bahwa pertanggungjawaban itu bersifat kolektif adalah sama artinya dengan tidak ada yang bertanggung jawab, harus diubah. Dalam prinsip tata kepemerintahan yang baik, harus j e l a s a p a y a n g m e n j a d i konsepnya, yang hendak dicapai, bagaimana konsepnya, apa

dan siapa yang harus dimintai pertanggungjawaban jika terjadi kegagalan. Inilah pentingnya suatu UU Etika Pemerintahan reformasi birokrasi, bahwa masalah etik adalah juga

f u n d a m e n t a l s e b u a h pertanggungjawaban.

4.2.1 Peran DPR

Administrasi Negara y a n g E f ek t if Efisien

bukan

daya tanggap

saja

apa

risikonya, berapa cost-nya,

dan

merupakan bagian dari makna

dalam Penataan Sistem

d a n

K u a l i t a s d e m o k r a s i dilihat

dalam menyelenggarakan

fungsi-fungsinya, s e m a k i n b a i k p u l a kecenderungan

Sebaliknya, apabila lemah dalam pelaksanaan semakin rendah pula kualitas demokrasi suatu Hal ini,

menunjukkan betapa pentingnya kedudukan dan peranan DPR dalam kepemerintahan yang baik, sistem ketatanegaraan dan sistem politik

Beranjak dari pasal 20A, ayat 1, UUD NRI Tahun1945, memiliki (tiga) fungsi, yaitu: pertama; merumuskan

kepentingan rakyat dalam bentuk UU (fungsi Legislasi), k e d u a :

badan eksekutif d a l a m

Sedangkan menurut Kusaoulas (1979), selain ketiga mempunyai fungsi lainnya, yakni; fungsi perwakilan (representative function) dan fungsi rekrutmen (recruitment

suatu negara, dapat dari parameter aktivitas DPR

fungsi-f u n g s i n y a . S e m a k i n b a i k pelaksanaan

demokrasi suatu negara.

fungsi-fungsinya,

negara. sekadar

tata

bangsa.

DPR 3

d a n m e m p e r j u a n g k a n

m e r u m u s k a n d a n memperjuangkan kepentingan rakyat dalam bentuk rencana a n g g a r a n n e g a r a u n t u k melaksanakan UU (fungsi A n g g a r a n ) d a n k e t i g a ; mengawasi

m e l a k s a n a k a n k e w e n a n g a n n y a ( f u n g s i Kontrol).

(25)

or electoral colleges function) s e r t a f u n g s i p e n d i d i k a n kewargaan (civic education). Fungsi perwakilan, (Bambang Cipto; 1995, h. 10-30). kiranya cukup jelas sebagai wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu yang demokratis dan Jurdil. Tentang fungsi rekruitmen, dapat dilihat dari peran DPR terhadap hampir semua proses seleksi pejabat publik, mulai dari Hakim Agung, Anggota BPK, KPU, Komnas H A M ,

penerimaan Duta Besar dari negara asing, Kapolri,

berbagai Komisi-Komisi negara yang bersifat independen. Hal ini merupakan bagian dari kegiatan pengawasan DPR membentuk

administrasi negara. Kegiatan pengawasan itu,

dimulai awal hingga berakhirnya masa jabatan

e v a l u a s i d a n pertanggungjawaban dalam

Dengan Amandemen I

dan peranan DPR

sederajat d e n g a n P r e s i d e n . N a m u n

mengalami masa pasang (Aisyah

faktor e k s t e r n a l m a u p u n

internal.

D u t a B e s a r R l ,

Panglima TNI dan

dalam sistem

DPR harus dari tahap

atau dimulai dari tahap perencanaan,

makna luas.

ke SID IV DUD 1945, kedudukan, kewenangan

"secara konstitusional-juridis" menjadi kuat dan

d e m i k i a n , p e r a n a n D P R senantiasa

surut, Aminy: 2004), yang dipengaruhi

f a k t o r Beberapa faktor

eksternal mempengaruhi peranan DPR, antara lain; konstitusi yang diterapkan, k e p a r t a i a n y a n g berlangsung, sistem

pendidikan anggota DPR dan peran lembaga kepresidenan dalam politik bangsa. Sedangkan beberapa faktor internal, antara

Tata Tertib DPR, keterbatasan SDM ahli,

dalam lembaga DPR,

latar dan

Kedudukan

dari jaminan konstitusional yang

U U D N e g a r a R e p u b l i k

Indonesia lihat

dalam konteks UUD 1945, maka

tentang kedudukan dan peranan DPR dalam pelaksanaan

legislasi, sebelum diadakan Amandemen dan sesudah diadakan Amandemen UUD 1945, baik dari sisi kedudukan lembaga legislatif maupun dari kedudukan lembaga eksekutif. Dari sisi kedudukan lembaga legislatif, kedudukan DPR sebelum Amandemen UUD 1945 ditegaskan dalam pasal

t i d a k m e n d a p a t persetujuan

yang

s i s t e m

pemilihan u m u m , s o s i a l i s a s i d a n

sistem

lain; Peraturan

tenaga sarana dan prasarana

belakang anggota DPR lain sebagainya.

DPR dalam pelaksanaan fungsi legislasi, dapat kita simak

diberikan

1945. Jika kita

terdapat perbedaan mendasar

fungsi

20, dimana setiap UU menghendaki persetujuan DPR dan jika suatu R U U

(26)

dalam persidangan DPR masa itu. Demikian juga,

ditegaskan, bahwa anggota-anggota DPR berhak memajukan

Sedangkan dari sisi kedudukan lembaga eksekutif sebelum A m a n d e m e n U U D 1 9 4 5 , ditegaskan dalam pasal 5 bahwa; Presiden memegang kekuasaan m e m b e n t u k U U d e n g a n persetujuan DPR. Sesudah amandemen UUD 1945, maka d a l a m p a s a l a y a t ( 1 ) m e n y a t a k a n b a h w a ; D P R m e m e g a n g k e k u a s a a n membentuk UU, sedangkan dalam pasal 5 UUD NRI 1945 ( s e s u d a h a m a n d e m e n ) menyatakan bahwa: Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.

Pertanyaannya, apa yang dapat diberikan dalam membentuk "sistem administrasi negara yang efektif dan efisien" sebagai bagian dari konsolidasi d e m o k r a s i d a n u p a y a mewujudkan kesejahteraan rakyat? Terdapat beberapa hal yang dapat diberikan DPR: Pertama; sebagai lembaga perwakilan rakyat, antara lain; senantiasa melakukan proses yang transparan dalam merekrut pengisian jabatan-jabatan publik, baik untuk mengisi jabatan-jabatan

negara yang independen, jabatan tertentu di eksekutif, j a b a t a n B U M N , B P K , dalam pasal 21 UUD 1945

rancangan UU.

2 0

DPR

DPR

dalam komisi

d i

Panglima TNI/Kapolri, Hakim Agung Iain-lain.

untuk mewujudkan asas transparansi dan akuntabilitas publik serta merupakan bagian dari fungsi pengawasan DPR dalam mewujudkan sistem administranegara yang efisien dan efektif;

Kedua; sebagai lembaga l e g i s l a t i f , D P R b e r s a m a P r e s i d e n h a r u s m e m b u a t k e b i j a k a n - k e b i j a k a n mewujudkan "Clean and Good Governance" dalam bentuk UU, dalam bentuk UU APBN dan p e n g a w a s a n p e l a k s a n a a n APBN. DPR wajib mengontrol pemerintah dalam penyiapan berbagai regulasi di berbagai b i d a n g , y a n g m u a r a n y a menciptakan akuntabilitas, responsibilitas dan kontrol publik secara efektif dan efisien dalam sistem administrasi negara;

Ketiga; sebagai lembaga kepemimpinan kolektif yang beranggotakan 550 orang b e r a s a l d a r i f i g u r y a n g dicalonkan partai politik peserta pemilu dan kemudian dipilih oleh rakyat dari 69 Daerah Pemilihan di seluruh Indonesia, D P R s e p a t u t n y a m e m b a n g k i t k a n d a n menguatkan apa yang disebut sebagai "nation and character b u i l d i n g " m e l a l u i pengembangan komunikasi

dan Hal ini semua

(27)

konstituen demi terwujudnya sistem administrasi yang dan efisien dalam berbangsa, bernegara dan

pemerintahan yang bersih, tata

b e r t a n g g u n g j a w a b , d a n

That

atas dasar etis,

negara efektif

b e r k e w a r g a a n u n t u k menciptakan

kepemerintahan yang b a i k , p e m e r i n t a h a n y a n g

pemerintahan yang kuat serta m a m p u m e m e r i n t a h (Government Govern).

K e e m p a t ; D P R m e l a k u k a n f u n g s i c i v i c education (pencerdasan dan pencerahan kewargaan) melalui kapasitas dan kedudukannya, p a r a a n g g o t a D P R d a p a t menyuarakan aspirasi publik d a l a m p e n c e r a h a n d a n pencerdasan bangsa di bidang "Clean and Good Governance" sebagai bagian dan upaya membangun sistem administrasi negara sesuai jiwa kedaulatan rakyat, yaitu; sistem administrasi negara dengan infrastruktur birokrasi yang mengayomi, melindungi dan melayani rakyat. H a l i n i p e n t i n g d a l a m mewujudkan apa yang disebut sebagai responsibitiy

nilai asas-asas kepatutan umum dan nilai moral dalam mengelola administrasi negara.

Bangsa-bangsa yang tumbuh cepat, adalah bangsa-bangsa yang memiliki DPR yang representatif, aspiratif, kapabel dan memiliki pemerintahan yang bersih, kuat, kepemerintahan

yang baik, pemerintahan yang mampu memerintah, dan tentu s a j a p e m e r i n t a h a n y a n g bertanggung jawab.

Kelima; DPR dapat berperan sebagai "intermediasi" antara masyarakat dengan dunia pemerintahan, dan stakeholder negara dalam melakukan kontrol publik untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, kuat, baik, pemerintahan yang mampu memerintah dan pemerintahan yang bertanggung jawab.

4.2.2 Penguatan Kinerja dan Kredibilitas D P R d a l a m Memecahkan Berbagai Masalah Bangsa dan Negara

(28)

lain-lain yang sifatnya

fundamental dalam

itu, mencakup aspek kelembagaan,

teknologi dan sistem informasi, aspek kemandirian

lain. Penguatan kinerja dilakukan sejalan dengan fungsi-fungsi meliputi fungsi legislasi, fungsi anggaran, fungsi pengawasan tentu juga fungsi perwakilan sebagai berikut:

1. Di bidang legislasi, DPR perlu diperkuat ( t e n a g a akademik sesuai bidangnya, tenaga ahli hukum, tenaga legal drafter), infrastruktur teknologi dan anggaran yang proporsional sejalan dengan makna hakiki amanat pasal 20 ayat (1) UUD NRI tahun 1 9 4 5 , b a h w a : " D P R m e m e g a n g k e k u a s a a n m e m b e n t u k u n d a n g -undang", sehingga DPR memiliki grand design politik perundang-undangan.

jumlah anggaran di bidang legislasi, masih

terkonsentrasi lembaga eksekutif; 2. Di bidang anggaran,

perlu

bidangnya, tenaga akademik di

subtansial, m e m i l i k i k a p a b i l i t a s d a n b e r k u a l i t a s t a n p a a d a n y a perubahan

s i s t e m d a n i n f r a s t r u k institusional DPR. Perubahan

aspek SDM, aspek infrastruktur

anggaran dan

lain-DPR, yang

dan

segera d e n g a n S D M

Saat ini

sangat di

DPR segera diperkuat tenaga akademik di

bidang

anggaran, t e k n o l o g i

sehingga DPR ke d e p a n a k a n m e m l i k i "standing

anggaran negara". Ke depan diharapkan,

bidang policy menjadi

" g r a n d d e s i g n p o l i t i k anggaran negara"

rakyat di bidang anggaran negara

ayat 2 3) pasal 23A UUD NRI 1945;

DPR perlu segera diperkuat dengan SDM di

akutansi keuangan negara, tenaga p r o f e s i o n a l d i

pengawasan, tenaga ahli hukum keuangan negara,

dan dan

setiap masalah yang menjadi objek

a n g g o t a

anggota DPR diperkuat dengan infrastruktur d a n s i s t e m informasi,

position" dalam "politik

posisi DPR secara substansi-materil di

anggaran kuat, sehingga DPR memiliki

sebagai esensi dari jiwa kedaulatan

sesuai jiwa pasal 23 (1, dan dan

3. Di bidang pengawasan,

bidang pengawasan (ahli

b i d a n g inspektorat

tenaga akademik di bidangnya lain-lain), infrastuktur sistem informasi di bidang pendataan

pengawasan, sehingga DPR

d a n D P R

m e m p u n y a i " s t a n d i n g position" dalam setiap materi yang diawasi;

3. D i b i d a n g f u n g s i perwakilan, para

perlu

(29)

untuk memperkuat fungsi

lama tinggal

tidak memiliki “kantor”

difasilitasi dengan SDM dan teknologi yang memadai APBN, sehingga para konstituen dapat berkomunikasi dengan mudah, efektif, efisien sesuai jiwa asas kedaulatan rakyat.

itu memerlukan biaya, namun secara bertahap situasi kondisi, hendaknya perlahan kita

itu, memiliki DPR yang kuat, legitimatif m a m p u

semua fungsi-fungsinya

p e m e r i n t a h y a n g k u a t , representatif, tetapi sekaligus

m e m e r i n t a h (Government That Govern).

d a n e k s i s t e n s i m a k n a perwakilan rakyat. Saat ini, jarang anggota DPR dapat relatif lebih di daerah pemilihan sepanjang masa reses. Anggota DPR di daerah pemilihannya, yang

dengan dibiayai oleh

Semua

sesuai dan

menuju ke arah agar kita

dan s e c a r a s u b s t a n s i melaksanakan

sesuai harapan publik. K i t a j u g a m e m e r l u k a n

m a m p u

PENUTUP

Seiring berjalannya waktu, Indonesia telah memasuki barisan negara-negara demokrasi dengan sistem administrasi yang mulai berkembang. Pola pikir dalam menyusun sebuah sistem yang utuh sebagai satu kesatuan tidak bisa lagi dipandang secara parsial namun secara holistik. Hal ini berarti tugas dalam membangun negara, bukan hanya tugas para pemimpin namun juga seluruh elemen negara. Indonesia dari segi penerapan sistem administrasi k e l e m b a g a a n t e l a h b a n y a k mengalami perubahan. Hal ini dapat berdampak buruk dan baik. Tulisan ini mendeskripsi-kan betapa penting sebuah negara m e m p u n y a i s u a t u s i s t e m administrasi yang berciri khas negara tersebut. SANKRI atau Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia dipandang dapat mentransfor-masikan peranan lembaga Negara Indonesia menjadi lebih efektif dan efisien.

Ceramah Prof.Dr.M. Dimyati Hartono, SH

Seminar Nasional “Membangun Sistem Administrasi Negara” tanggal 1 Agustus 2007 di Jakarta

Prof. Dr. Mr.S. Prajudi Atmosudirjo. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Hal 13

Prof. Dr. Mr.s. Prajudi Atmosudirjo. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Hal 18

1 2

3

4

(30)

Antonius Mintorogo Msc. 2000. Pengantar Ilmu administrasi. hal 5

LAN, 2000. SANKRI hal 4-15

Mob Kusnardi dan Harmaily Ibrahim; 1986, h.1

Daftar Pustaka

Atmosudirjo, Prajudi. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Yudhistira.

Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia. --- (ed.). 1982. Masalah Kenegaraan, Jakarta: PT. Gramedia.

Mintorogo, Antonius,. 2000. Pengantar Ilmu Administrasi. Jakarta: STIA LAN Press.

Suprijadi, Anwar. 2005. SANKRI. Jakarta: STIA LAN Press.

Handout Seminar oleh Dr. Laode Ida “DPD Dalam Perspektif Ketatanegaraan Indonesia

Handout Seminar oleh H.R. agung Laksono “Peranan DPR-RI”.

Handout Seminar oleh Prof. Dr. M. Dimyati Hartono, SH “Membangun sistem Administrasi Negara”.

5

6

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dinamika dan perkembangan politik serta pemerintahan RI sekaligus mampu menganalisis sistem

Program Kegiatan Indikator Target Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Pengkajian Administrasi Negara dan Diklat Aparatur Negara Pengkajian Sistem Administrasi Negara dan

rencana, penelaahan kebijakan, pengkajian dan evaluasi pelaksanaan program kajian sistem dan hukum administrasi negara, bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang pengkajian

Dalam Seminar Nasional/Bimtek dua hari ini dengan mengambil tema “Tantangan Administrasi Negara dan Pencegahan Korupsi di Masa Pandemi Covid 19 Dalam Mewujudkan World Class

Negara Republik Indonesia pernah mengalami pergantian bentuk negara, dari kesatuan menjadi federal/serikat pada masa berlakunya Konstitusi RIS tanggal 27 Desember 1949

Sistem Pertahanan Negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta

Dari sudut disiplin dan sistem administrasi negara efektivitas aktualisasi nilai-nilai Pancasila ditandai dengan adanya konsistensi perilaku individu dan institusi

Melihat kondisi sistem administrasi negeri ini, Kasim 2009, menyatakan telah terjadi tiga permasalahan laten tersembunyi yang menyebabkan buruknya kualitas sistem manajemen