• Tidak ada hasil yang ditemukan

penapisan, ekstraksi, fraksinasi, isolasi preparatif, uji kemurnian, dan isolasi minyak atsiri.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "penapisan, ekstraksi, fraksinasi, isolasi preparatif, uji kemurnian, dan isolasi minyak atsiri.docx"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar Belakang

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan alamnya, Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan alamnya, terutama keanekaragaman tumbuhan yang dapat dikembangkan sebagai salah terutama keanekaragaman tumbuhan yang dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber obat tradisional. Obat tradisional berasal dari alam, baik dari satu sumber obat tradisional. Obat tradisional berasal dari alam, baik dari tumbuhan, hewan maupun bahan-bahan mineral. Disamping pelayanan tumbuhan, hewan maupun bahan-bahan mineral. Disamping pelayanan kesehatan formal, pengobatan secara tradisional dan pemakaian obat tradisional kesehatan formal, pengobatan secara tradisional dan pemakaian obat tradisional masih banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara luas baik di daerah masih banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara luas baik di daerah  pedesaan

 pedesaan maupun maupun daerah daerah perkotaan. perkotaan. Hal Hal ini ini muncul muncul sebagai sebagai akibat akibat banyakbanyak dijumpainya efek samping yang tidak dikehendaki dari penggunaan obat kimia dijumpainya efek samping yang tidak dikehendaki dari penggunaan obat kimia sintetis (Hargono, 1997). Selain itu penggunaan obat tradisional lebih sintetis (Hargono, 1997). Selain itu penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan karena dapat diperoleh secara mudah, harga yang relatif menguntungkan karena dapat diperoleh secara mudah, harga yang relatif murah, dan pengolahan yang cukup sederhana.

murah, dan pengolahan yang cukup sederhana.

Agar pemakaian obat tradisional dapat dipertanggung-jawabkan, maka Agar pemakaian obat tradisional dapat dipertanggung-jawabkan, maka  perlu dilakukan berbagai

 perlu dilakukan berbagai macam penelitian, seperti mencari macam penelitian, seperti mencari komponen komponen aktifnyaaktifnya maupun efek farmakologi dan keamanannya. Untuk meneliti kandungan maupun efek farmakologi dan keamanannya. Untuk meneliti kandungan fitokimia pada tumbuhan, perlu diketahui tentang metode penapisan (skrining) fitokimia pada tumbuhan, perlu diketahui tentang metode penapisan (skrining) fitokimia, ekstraksi, fraksinasi, isolasi preparatif, uji kemurnian, dan isolasi fitokimia, ekstraksi, fraksinasi, isolasi preparatif, uji kemurnian, dan isolasi minyak atsiri.

(2)

1. Mengetahui dan memahami metode dalam penapisan (skrining) fitokimia. 2. Mengetahui dan memahami tentang cara ekstraksi pada tumbuhan.

3. Mengetahui dan memahami tentang cara fraksinasi senyawa pada tumbuhan.

4. Mengetahui dan memahami mengenai isolasi preparatif.

5. Mengetahui dan memahami tentang uji kemurnian senyawa fitokimia. 6. Mengetahui dan memahami mengenai isolasi pada minya atsiri.

1.3 Rumusan Masalah

Berikut ini rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu 1. Apa dan bagaimana metode penapisan (skrining) fitokimia ?

2. Apa dan bagaimana cara ekstraksi pada tumbuhan ?

3. Apa dan bagaimana cara fraksinasi senyawa pada tumbuhan ? 4. Apa dan bagaimanakah isolasi preparatif senyawa fitokimia ? 5. Apa dan bagaimana cara uji kemurnian senyawa fitokimia ? 6. Apa dan bagaimanakah isolasi pada minyak atsiri ?

1.4 Metode dan Teknik Penulisan

Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, kami mempergunakan teknik studi kepustakaan atau studi pustaka. Teknik penulisan makalah merupakan jenis penelitian linier dan literatur, yaitu setiap  pembahasan masalah dalam makalah ini dijabarkan berdasarkan buku-buku

(3)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan makalah ini dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagian I adalah Pendahuluan. Dalam bagian ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika  pembahasan. Bagian II yaitu Pembahasan yang berisi kami membahas secara keseluruhan tentang masalah yang diangkat. Bagian III yakni Kesimpulan dan Saran. Dimana kami menyimpulkan uraian yang sebelumnya telah disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang sebaiknya kita lakukan setelah memahami materi yang telah dibahas

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Penapisan (Skrining) Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia tumbuhan atau bagian tumbuhan. Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan, karena pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung tumbuhan yang sedang kita uji/teliti (Fauzi, 2013).

Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki  persyaratan :

 metodenya sederhana dan cepat

  peralatan yang digunakan sesedikit mungkin

 selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu

 dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa

tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti (Fauzi, 2013). Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara:

 uji warna;

  penentuan kelarutan;   bilangan Rf; dan  ciri spektrum UV.

Dari keempat metode diatas, secara umum penentuan golongan senyawa kimia dilakukan denga cara uji warna dengan menggunakan pereaksi

(5)

yang spesifik karena dirasakan lebih sederhana(Fauzi, 2013). Skrining juga dapat dilakukan dengan metode KLT (kromatografi Lapis Tipis) karena dapat mengahasilkan pemisahan lebih sempurna,kepekaan yang lebih tinggi,dilaksanakan hanya beberapa menit saja, dapat dipakia preaksi kolosif, dapa dipakai senyawa hidrofob.

Senyawa kimia berdasarkan asal biosintesis, sifat kelarutan, gugus fungsi digolongkan menjadi :

 Senyawa fenol, bersifat hidrofil, biosintesisnya berasal dari asam shikimat;  Terpenoid, berasal dari lipid, biosintesisnya berasal dari isopentenil

 pirofosfat;

 Asam organik, lipid dan sejenisnya, biosintesisnya berasal dari asetat;

 Senyawa nitrogen, bersifat basa dan bereaksi positif terhadap ninhidrin atau

dragendorf;

 gula dan turunannya;

 makromolekul, umumnya memiliki bobot molekul yang tinggi (Fauzi,

2013).

Sedangkan berdasarkan biogenesisnya senyawa bahan alam dikelompokkan menjadi :

 Asetogenin : flavonoid, lipid, lignan, dan kuinon

 karbohidra : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida  isoprenoid : tepenoid, steroid, karotenoid

 senyawa mengandung nitrogen : alkaloid, asam amino, protein, dan nukleat

(6)

ANALISIS SKRINING FITOKIMIA

Uji alkaloid. Uji Alkaloid dilakukan dengan metode Mayer, Wagner dan Dragendorff. Sampel sebanyak 3 mL diletakkan dalam cawan  porselin kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk dan kemudian didinginkan pada temperatur ruangan. Setelah sampel dingin ditambahkan 0,5 g NaCl lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2 M sebanyak 3 tetes , kemudian dipisahkan menjadi 4 bagian A, B, C, D. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambah pereaksi Mayer, filtrat C ditambah pereaksi Wagner, sedangkan filtrat D digunakan untuk uji  penegasan. Apabila terbentuk endapan pada penambahan pereaksi Mayer

dan Wagner maka identifikasi menunjukkan adanya alkaloid. Uji penegasan dilakukan dengan menambahkan amonia 25% pada filtrat D hingga PH 8-9. Kemudian ditambahkan kloroform, dan diuapkan diatas waterbath. Selanjutnya ditambahkan HCl 2M, diaduk dan disaring. Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B diuji dengan pereaksi Mayer, sedangkan filtrat C diuji dengan pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan menunjukkan adanya alkaloid (Marliana, 2005).

Uji tanin dan polifenol. Sebanyak 3 mL sampel diekstraksi akuades  panas kemudian didinginkan. Setelah itu ditambahkan 5 tetes NaCl 10% dan disaring. Filtrat dibagi 3 bagian A, B, dan C. Filtrat A digunakan sebagai  blangko, ke dalam filtrat B ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3, dan ke dalam filtrat C ditambah garam gelatin. Kemudian diamati perubahan yang terjadi (Marliana, 2005).

Uji saponin. Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara memasukkan 2 mL sampel kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati perubahan yang terjadi. Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama 30

(7)

detik) maka identifikasi menunjukkan adanya saponin. Uji penegasan saponin dilakukan dengan menguapkan sampel sampai kering kemudian mencucinya dengan heksana sampai filtrat jernih. Residu yang tertinggal ditambahkan kloroform, diaduk 5 menit, kemudian ditambahkan Na2SO4 anhidrat dan disaring. Filtrat dibagi menjadi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditetesi anhidrat asetat, diaduk perlahan, kemudian ditambah H2SO4 pekat dan diaduk kembali. Terbentuknya cincin merah sampai coklat menunjukkan adanya saponin (Marliana, 2005).

Uji Kardenolin dan bufadienol. Uji Kardenolin dan Bufadienol menggunakan 3 metode yaitu metode Keller Killiani, metode Liebeman-Burchard dan metode Kedde .

(i) Metode Keller-Killiani yaitu dengan menguapkan 2 mL sampel, dan mencucinya dengan heksana sampai heksana jernih. Residu yang tertinggal dipanaskan diatas penangas air kemudian ditambahkan 3 mL pereaksi FeCl3 dan 1 mL H2SO4 pekat. Jika terlihat cincin merah bata menjadi biru atau ungu maka identifikasi menunjukkan adanya kardenolin dan bufadienol.

(ii) Metode Lieberman-Burchard yaitu dengan cara menguapkan sampel sampai kering. Kemudian ditambahkan kedalamnya 10 mL heksana, diaduk selama beberapa menit lalu biarkan. Selanjutnya diuapkan diatas penangas air dan ditambahkan 0,1 g Na2S04 anhidrat lalu diaduk. Larutan disaring sehingga diperoleh filtrat. Kemudian filtrat dipisahkan menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko dan

(8)

(iii) Metode Kedde yaitu dengan cara menguapkan sampel sampai kering kemudian menambahkan 2 mL kloroform, lalu dikocok dan disaring. Filtrat dibagi menjadi 2 bagian, A dan B. Filtrat A sebagai blangko, dan filtrat B ditambah 4 tetes reagen Kedde. Senyawa kardenolin dan  bufadienol akan menunjukkan warna ungu (Marliana, 2005).

Uji flavonoid. Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci dengan heksana sampai jernih. Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian disaring. Filtrat dibagi 4 bagian A, B, dan C. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambahkan 0,5 mL HCl pekat kemudian dipanaskan pada penangas air, jika terjadi perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil yang positif (metode Bate Smith-Metchalf). Filtrat C ditambahkan 0,5 mL HCl dan logam Mg kemudian diamati perubahan warna yang terjadi (metode Wilstater). Warna merah sampai jingga diberikan oleh senyawa flavon, warna merah tua diberikan oleh flavonol atau flavonon, warna hijau sampai biru diberikan oleh aglikon atau glikosida. Filtrat D digunakan untuk uji KLT (Marliana, 2005).

Uji antrakuinon. Uji antrakuinon dilakukan dengan uji Brontrager dan uji Brontrager termodifikasi. Uji Brontrager dilakukan dengan cara melarutkan 2 mL sampel dengan 10 mL akuades kemudian disaring, filtrat diekstrak dengan 5 mL benzena. Hasil ekstrak dibagi menjadi 2  bagian, A dan B. Filrat A digunakan sebagai blangko dan filtrat B ditambahkan 5 mL ammonia kemudian dikocok, bila terdapat warna merah  berarti hasil positif. Uji Brontrager termodifikasi dilakukan dengan melarutkan 2 mL sampel dengan 10 mL 0,5 N KOH dan 1 mL larutan hidrogen peroksida. Kemudian dipanaskan pada waterbath selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada filtratnya ditambahkan asam asetat bertetes-tetes sampai pada kertas lakmus menunjukkan asam. Selanjutnya diekstrak dengan 5 mL benzena. Hasil ekstrak dibagi menjadi 2 bagian, A dan B.

(9)

Larutan A digunakan sebagai blangko, sedangkan larutan B dibuat basa dengan 2-5 mL larutan amonia. Perubahan warna pada lapisan basa diamati. Warna merah atau merah muda menunjukkan adanya antrakuinon (Marliana, 2005).

Masalah pada skrining fitokimia biasanya adalah kesalahan menafsirkan hasil analisis pengujian/skrining, seperti :

 Reaksi posit if pal su  adalah hasil pengujian menyatakan ada (positif), tapi

sebenarnya tidak ada (negatif), hal ini bisa disebabkan kesalahan alat, atau  pengaruh senyawa yang memiliki kesamaan sifat maupun struktur atom

yang identik.

 Reaksi negatif palsu   adalah hasil pengujian menyatakan tidak ada

(negatif), tapi sebenarnya ada (positif), hal ini bisa disebabkan kurang sensitifnya alat, atau karena kadar didalam bahan uji terlalu sedikit, atau  bahan ujinya (ekstrak simplisia) tidak memenuhi syarat, oleh karena itu senyawa yang tadinya ada hilang/rusak karna reaksi enzimatik maupun hidrolisis (Fauzi, 2013).

2.2 Ekstraksi

2.2.1 Pengertian

Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan  pelarut yang sesuai dengan kompnen yang diinginkan.Cairan dipisahkan dan

(10)

Ekstraksi memegang peranan penting baik di laboratorium maupun industri. Di laboratorium, ekstraksi seringkali dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan pelaurt air yang diekstraksi dengan pelarut lain seperti eter, kloroform, karbondisulfida atau benzene (Mulyani, 2005).

2.2.2 Klasifikasi Ekstraksi

Klasifikasi ekstraksi berdasarkan sifat zat yang diekstraksi terdiri atas 4 yaitu:

 Ekstraksi khelat

Ekstraksi dapat diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat apabila ekstraksi berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin,. Misalkan ekstraksi uranium dengan 8-hidrosikuinilin pada kloroform atau ekstraksi besi dengan cupferron pada pelarut yang sama.[3]

 Ek str aksi solvasi

 Ekstraksi pasangan ion  Ekstraksi sinergi

2.3 Fraksinasi

2.4 Isolasi Preparatif

2.5 Uji Kemurnian

(11)

BAB III

PENUTUP

3.1

Kesimpulan

(12)
(13)

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya uji hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh hasil bahwa (1) terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran Think Pair Share

Hasil studi menunjukkan bahwa perusahaan dapat menerapakan sistem yang efektif untuk CRM dimana data diubah menjadi informasi dan pengetahuan untuk mendukung pengambilan

Oleh Karena itu, dengan hadirnya buku ini diharapkan dapat memperkaya tentang keterampilan-keterampilan untuk melakukan serangkaian evaluasi atas kegiatan pernbelajaran

Dengan melihat hasil dari perhitungan tersebut berarti dapat menguatkan dari penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti tentang kinerja dan kepuasan masyarakat yaitu

Kepala Sekolah/Madrasah Guru PAI Jumlah yang dijawab benar .. Mata Pelajaran : Jumlah

dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT yang digunakan untuk menganalisa situasi perusahaan yang mencakup ancaman, peluang , kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan

Dipandang dari sisi rasio jalan dengan lahan kota, memang masih perlu membangun jaringan jalan baru, termasuk jembatan layang, namun membangun jaringan jalan kota termasuk jalan

Register R berfungsi menangani proses refreshing data pada memori type dinamic. Halaman : 18 Jika sebuah system mikrokomputer menggunakan RAM type dynamic, maka isi data