Wajah Kalijodo Hari Ini
Mengubah Citra Melalui Perilaku Masyarakat
DISUSUN OLEH : CHATARINA WIJI UTARI
140115174
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
A. Pendahuluan
Kalijodo selama berabad telah menjadi tempat paling hiruk pikuk di Jakarta. Berlokasi di Jalan Pangeran Tubagus Angke No.19, Tambora, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Barat. Sejak dulu Kalijodo merupakan tempat imigran Tionghoa yang ingin menemukan jodoh, bukan untuk hidup dan menetap di sana, hanya sekadar berhibur diri sambil menikmati nyanyian klasik Tionghoa. Walaupun demikian, pengunjung kalijodo bukan hanya dari etnis Tionghoa saja tetapi juga berbagai suku yang mencari hiburan di situ. Pada awalnya, kegiatan prostitusi tersebut dilakukan diatas perahu yang berlayar dari kwitang ke Kalijodo, lambat laun berubah menjadi rumah-rumah border.
Lokasi Kalijodo yang ada saat ini, sebenarnya bukanlah lokasi semula melainkan berada di seberangnya. Tetapi karena digusur pada tahun 2000 akhirnya mereka membeli rumah-rumah penduduk yang ada di seberangnya dan kini terus berkembang menjadi kawasan Kalijodo tempat prostitusi. Pada tanggal 29 Februari 2016, Gubernur Ahok memutuskan untuk menggusur Kawasan Kalijodo dengan merubuhkan seluruh bangunan Karena lahan Kalijodo bukan peruntukan untuk bangunan sekaligus memberantas kegiatan prostitusi. Para warga akhirnya diputuskan pindah ke rusunawa Marunda dan Pulogebang atau dipulangkan ke daerah asal.
Gambar 1.1 Kalijodo dulu Gambar 1.2 Kalijodo Sekarang
Sumber : bisnis.com,2016 Sumber : okezone.com, 2016
Wajah baru Kalijodo sekarang merupakan RTH, RPTRA, serta ruang terbuka untuk olahraga dan rekreasi. Salah satu arsitek yang menangani adalah Han Awal Architect and Partner. RPTRA dengan luas lahan 5.489 m² dan luas bangunan 1.468 m² tersebut memiliki Pos Pengaduan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Pos tersebut dikelola oleh Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dari Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk DKI Jakarta, yang bekerja sama dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak RI serta Lembaga Swadaya Masyarakat, sedangkan RTH Kalijodo memiliki luas sekitar 10 ribu m². Fasilitas yang tersedia antara lain, skate park, arena bermain sepeda BMX, outdoor gym dan toilet untuk penyandang disabilitas. Taman tersebut akan dibangun masjid dua lantai seluas 800 m².
Perubahan besar pada Kalijodo berdampak positif pada perilaku masyarakat Jakarta bahkan hingga luar kota. Dulu mereka kesulitan mencari tempat rekreasi, sekarang berbondong-bondong menghabiskan waktu di Kalijodo. Selain murah dan ramah anak, masyarakat bisa saling berinteraksi. Rekreasi di luar rumah dapat memenuhi kebutuhan seperti mengembangkan dan mempertahankan self-image, mengembangkan identitas sosial, untuk berafiliasi dengan orang
lain, untuk mendapatkan harga diri, untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ketrampilan dan lain-lain (Heimstra, 1978).
Taman kota sebagai lingkungan yang berperan sebagai fasilitas sosial diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi setiap penggunanya, dalam hal ini khususnya masyarakat perkotaan. Adapun rancangan taman kota tersebut mengacu pada beberapa konsep. Lalu, bagaimana mengubah citra Kalijodo melalui perilaku masyarakat sehingga menjadi lebih baik dan sadar dalam menjaga keberlangsungan taman kota?
B. Perilaku Masyarakat
Untuk mengubah citra suatu kawasan tidaklah mudah. Bukan hanya peran masyarkat, arsitek, serta pemerintah saja. Rancangan sebuah taman kota harus menarik dapat menjangkau semua kalangan usia bahkan status sosial. Membentuk perilaku, salah satu cara sebuah taman kota menjadi wadah sosial. Rancangan taman kota harus mengacu pada beberapa konsep untuk menjadi fasilitas soisal yang membentuk perilaku masyarakat (Kusmaryani, 2001 ). Konsep-konsep tersebut adalah:
1. Taman kota memenuhi tuntutan yang layak huni.
Layak huni, artinya taman kota secara fungsional dapat memberikan kenyamanan sebagai tempat yang bernuansa alam dan dapat memberikan efek psikologis yang positif. Efek psikologis ini misalnya dapat mengurangi ketegangan dan stress setelah melalui rutinitas perkotaan sehari-hari.
3 kriteria perilaku yang mampu mengurangi stress bergantung pada tipe interaksi pada lingkungan:
Masyarakat melakukan aktivitas fisik yang bersentuhan langsung dengan alam, contohnya berjalan di taman.
Orang-orang biasanya punya kesempatan pergi rekreasi di ruang terbuka pasti melakukan interaksi sosial baik dengan temannya maupun dengan orang yang baru dikenalnya. Inteaksi sosial dikenal memiliki efek positif untuk suasana hati. Orang-orang yang ingin terlepas dari tugas dan kesibukan bekerja, mencari
hiburan di tempat yang baru yang dapat memberikan dampak positif. (Catharine Ward Thompsona, 2011)
Kalijodo memberikan suatu usaha dalam membentuk nuansa alam dalam ruang hijau dan ruang terbuka untuk sosialisai. Pohon-pohon sedang dalam masa pendewasaan dan fasilitas social yang beragam. Keberagaman pada Kalijodo memberikan kesempatan pengunjung untuk memilih, sehingga pengunjung tidak bosan dalam menikmati suasana alam. Kebosanan merupakan pemicu dari stress.
2. Taman kota memenuhi aspek rekreasional
Aspek rekreasional dapat dibagi-bagi lagi menjadi aspek olah raga, aspek kretifitas, serta fasilitas pendukung contohnya seperti shelter. Kalijodo memiliki beberapa fasilitas utama yang juga merupakan sarana bermain dan berkumpul untuk segala usia, yaitu :
a. Taman Bermain Anak
Masa anak-anak adalah dekat dengan aktivitas bermain. Arena dan fasilitas bermain tersebut berfungsi untuk memberikan pengalaman rekreasional dan kesenangan. Aktivitas bermain memiliki signifikansi terhadap anak-anak dan memiliki peran penting untuk mempelajari dunia sekitar (Bell, 1996). Kalijodo yang merupakan Ruag Publik Terpadu Ramah Anak memiliki banyak fasilitas bermain yaitu dengan adanya fasilitas bermain motorik seperti ayunan, jungkat-jungkit, dan perosotan. Tingginya antusiasme dari anak-anak membuat mereka harus bergiliran memainkan permainan.
Gambar 2.1 Arena Bermain Anak Gambar 2.2 Arena Skateboard Sumber : Liputan6.com, 2016 Sumber : Tribunnews.com, 2016
b. Fasilitas Olahraga
Penelitian terbaru menyatakan bahwa aktivitas fisik dapat membantu anak-anak dan remaja mengembangkan jiwa kepemimpinan dan empati. Tentu hal ini akan mempengaruhi soft skill mereka. Jiwa kempemimpinan ini terbentuk Karena adanya kerjasama dalam kelompok yang terbentuk dalam aktivitas oleh raga yang dilakukan bersama-sama, bahkan sebelum mengenal satu sama lain. (Nauert, 2010)
Salah satu arena olahraga di Kalijodo adalah arena skateboard merupakan salah satu fasilitas ramah anak. Bukan hanya orang dewasa saja, namun anak-anak dengan aman boleh bermain sepatu roda dan skateboard. Hal ini didukung oleh material areana skate yang tidak berbahaya dan tidak licin yaitu concrete halus. Arena Skateboard merupakan salah satu focal point pada Kalijodo yang dapat menarik minat dan meningkatkan kesadaran olah raga.
Tidak hanya arena skateboard. Terdapat area bersepeda bergelombang. Tentu hal ini akan menarik dari segi bentuk. Anak-anak menyukai tantangan (untuk exploring), sehingga arena ini cocok bagi sarana oleh raga yang aman. Minimnya bentuk sudut sehingga, jika terjatuh, tidak menimbulkan luka serius.
Sarana olahraga bukan hanya anak-anak, bagi remaja diatas 12 tahun juga ada, yaitu tiang Pull-up. Biasa digunakan untuk melatih otot tangan. Dekatnya lokasi dengan banyaknya perusahaan dan pabrik tempat bekerja akan menarik minat para dewasa untuk datang. Selain lokasi yang dekat dengan pusat kota, sarana olahraga ini juga gratis.
Gambar 2.3 Arena BMX Gambar 2.4 Pull Up
Sumber : hendonesia.com, 2016 Sumber : instagram.com, 2017
c. Wadah kreativitas
Sarana yang dibangun bukan hanya sarana olah raga saja, namun tedapat wadah kreativitas seni yang diapresiasi oleh Kalijodo. Mural merupakan cerminan dari berbagai macam perilaku sosial, sebagai aspirasi hak mereka yang ingin di dengar. Hubungan antara proses sosial dan tatanan spasial dalam pusat kota membuat ruang yang berupa dinding ini di klaim sebagai milik publik.
Mural memiliki sebuah instrumen berupa teritorial. Seseorang yang membuat mural di dinding akan menganggap bahwa dinding itu adalah miliknya, teritorialnya. Grafiti merupakan perwujudan nyata dari ruang sosial. Terlebih, grafiti dapat merepresentasikan sikap antara persepsi dan aksi (Cybriwsky, 1974).
Dengan memanfaatkan dinding belakang dari fasad bangunan, para seniman membuat mural mengenai hobi serta kebebasan individu dalam berkarya. Mural dibuat atraktif dengan simulasi pergerakan. Dinding mewakili ruang bebas, mural mewakili cita-cita. Sehingga dengan mural ini, masyarakat yang punya cita-cita merasa satu idealisme dengan mural, akan menganggap bahwa Kalijodo merupakan teritorinya. Mural juga merupakan gambaran dukungan publik terhadap keinginan dan cita-cita masyarakat.
Gambar 2.5 Mural berada di belakang bangunan Gambar 2.6 Mural Wadah Ekspresi
Sumber : instagram.com, 2017 Sumber : instagram.com, 2017
d. Shelter
Taman Kota merupakan tempat komunikasi dan interaksi masyarakat dengan perbedaan kelas sosial dan latar belakang budaya. Untuk membentuk komunitas, perlu adanya pertemuan dan membentuk suatu hubungan. Lebih jauh lagi, komunikasi akan menciptakan rasa saling menghargai dan menerima. (Putnam 2000). Ketika orang-orang membentuk hubungan kepercayaan satu sama lain, dan timbul rasa saling menjaga, kejahatan dan ketidakyamanan pada komunitas mereka akan berkurang. (R. J Sampson, 1997).
Shelter merupakan fasilitas untuk berkumpul warga. Shelter pada Kalijodo hanya berupa ruang berteduh yang luas. Tidak ada dinding. Hanya lantai dan atap. Shelter selain sebagai tempat untuk beristirahat, juga merupakan tempat komunikasi dan interaksi. Bahkan dapat saling berkenalan dengan orang baru. Dengan terciptanya suatu komuniasi yang intens, akan menciptakan hubungan. Dalam shelter terdapat area tanam yang nantinya tumbuh menjadi pohon peneduh. Elemen pohon menjadi penguat hubungan karena masyarakat yang datang memang mendambakan suatu ruang terbuka dengan suasana alam. Sehingga ada rasa untuk mempertahankan pohon dalam shelter tersebut.
Gambar 2.7 Shelter saat Petang Gambar 2.8 Inner Court Shelter Sumber : instagram.com, 2017 Sumber : instagram.com, 2017
Mengapa banyak orang cenderung berkumpul pada shelter bukan pada area ruang hijau?
Kecenderungan seseorang berada pada well define-space. Seseorang yang ingin berinteraksi, tentu membuat area privasinya sendiri, tidak terlihat oleh orang lain. Sehingga, mengapa ruang terbuka berupa bukan menjadi tempat favorit untuk berkumpul, ini dikarenakan pembicaraan tidak ingin didengar bahkan disaksikan oleh orang lain (Whyte, 1980). Jadi, dalam interaksi sosial yang efektif, Shelter Kalijodo selain sebagai identitas, juga sebagai meeting point, yaitu agar pengunjung dapat melakukan interaksi pada well define-space dimana mereka dapat mnenciptakan ruang privasinya.
e. Sitting Place
Ruang-ruang duduk yang terbangun masih berupa tangga dan undak-undak. Area tanam pohon di tinggikan sehingga dapat difungsikan sebagai tempat duduk. Jalur pedestrian maupun sirkulasi, biasanya terbagi 2 fungsi Pedestrian dan tempat yang mereka jadikan untuk tempat duduk. Biasanya pada anak tangga maupun sesuatu yang di tinggikan (Whyte, 1980). Sudut pada anak tangga biasanya menjadi tempat favorit untuk duduk dikarenakan untuk menciptakan ruang privasinya tanpa terlihat oleh publik.
Gambar 2.8 Undak-undakan Gambar 2.9 Tangga Enterance
Sumber : instagram.com, 2017 Sumber : pressreader.com, 2016
Kalijodo menekankan pada anak tangga dengan antrade yang lebar. Hal ini akan menarik pengunjung untuk duduk. Kecenderungan untuk duduk pada sudut, sehingga tangga dirancang lebar untuk tetap mengakomodasi pedestrian pada jalur tengah tangga. Ruang duduk juga disediakan dalam bentuk elevasi dari media tanam pohon. Sehingga, ruang duduk di Kalijodo dirancang bagi pengunjung untuk melakukan interaksi yang dimungkinkan membentuk komunitas. Mungkin saja nanti akan terbentuk komunitas hobi dan karya berawal dari sebuah interaksi dengan orang-orang yang belum dikenal sebelumnya.
C. Respon Iklim
Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Sehingga, ruang terbuka akan memberikan kenyamanan karena kondisi iklim yang lembab. Shelter yang terbuka tidak memiliki dinding merupakan tempat berteduh yang baik. Inner court pada shelter akan memunginkan pergerakan udara lebih baik (Udara panas akan langsung naik melalui inner court).
Inner court pada shelter adalah sebah area tanam dalam shelter. Inner court ini
berfungsi untuk angin lembab bisa langsung naik. Kondisi Kalijodo belum rindang dengan pohon dikarena pohon masih dalam proses dewasa, sehingga peneduh hanya berada pada shelter. Namun, penanaman pohon ini di sepanjang jalur pedestrian, sehingga di masa mendatang sepanjang jalan pedestrian akan teduh dengan pepohonan.
D. Aksesibilitas Kendaraan dan Manusia
Menjadikan taman yang mudah diakses bagi segala usia dan pengendara kendaraan akan menjadi salah satu faktor Kalijodo diminati masyarakat. Kalijodo memiliki parkir yang luas, yaitu di sepanjang jalur sungai. Bukan hanya bagi pengendara mobil, pengendara motor dan sepeda juga diberikan tempat parkir yang baik dan nyaman. Sehingga, pengunjung yang datang tidak merasa takut akan hilangnya kendaraan, dan menjadikan Kaalijodo aman.
Gambar 4.1 Parkir Sepanjang Taman Gambar 4.2 Pembangunan Parkir Sepeda
Sumber : tempo.co, 2017 Sumber : detik.com, 2016
Aksesibilitas bukan hanya diperuntukan bagi kendaraan namun bagi segala umur. Lansia dan difabel dapat masuk ke daam taman melalui area parkir kendaraan, sehingga tidak perlu berjalan memutar dari bangunan enterance. Fasilitas yang disediakan untuk lansia adalah jalur jalan sehat. Ada sebuah taman yang diberi batu-batu kerikil untuk terapi tanpa alas kaki. Diberi railing agar lansia dapat mudah berjalan dengan berpegangan padanya.
Gambar 4.3 Fasilitas untuk Manula Sumber : detik.com, 2016
E. Keamanan
Definisi aman yaitu dimana desain berkorelasi satu sama lain sehingga public mempunyai persepsi yang sama bahwa taman merupakan tempat yang aman. Komunitas social yang terjalin di taman, akan punya rasa “Memiliki” taman itu, sehingga secara tidak langsung akan ada yang menjadi “penjaga alami” (natural guardians) untuk kontrol sosial (Hilborn, 2009).
Kalijodo dahulu merupakan tempat yang dikenal akan kriminalitas serta aksi kejahatan. Stigma negatif masyarakat tentang Kalijodo mungkin belum lepas. Terlebih masyarakat sekitar Kalijodo yang sudah tinggal lama. Aktivitas seperti dahulu di Kalijodo suatu saat mungkin akan terjadi lagi. Namun hal ini bisa dihindari dengan adanya kerjasama dari masyarakat, arsitek, serta pemerintah. Elemen-elemen pada Kalijodo dapat membantu meningkatkan keamanan serta membangun citra positif menjadi ruang yang ramah anak serta ruang sosialisasi bagi masyarakat. Elemen-elemen tersebut antara lain:
1. Penerangan
Pencahayaan dapat memberikan visual yang jelas dari taman serta menekankan visual pada pedestrian, focal point, tempat berkumpul dan entrance taman. Pencahayaan akan meningkatkan fungsi dan rekreasi di taman. Hal yang harus diperhatikan dalam perancangan penerangan untuk taman kota adalah :
- Hirarki bentuk lampu dan intensitasnya.
- Penerangan aktivitas tidak hanya terjadi di tengah taman, namun di pinggir dan perbatasan taman.
- Penempatan lampu yang mempertimbangkan jarak dan area yang membutuhkan.. - Lampu harus memiliki cahaya yang cukup, untuk menghidari fokus pada area terang
saja, namu pada sisi bayangan juga.
Penerangan pada Kalijodo tidak hanya membuat citra aman, namun sebagai interesting
point bagi masyarakat pada malam hari.
Gambar 5.1 Kalijodo saat Malam Gambar 5.2 Hirarki Penerangan Enterance Sumber : instagram.com, 2017 Sumber : instagram.com, 2017
Kalijodo dari udara menggambarkan Kaliodo yang peling terang dari sekitarnya. Hal ini akan menarik para pengunjung dari sisi manapun, jalan ataupun rumah warga. Lampu bukan hanya menerangi taman saja, melainkan menerangi sungai di samping taman serta beberapa rumah warga, sehingga secara tidak langsung rumah warga aman karena aktivitas pada taman.
Enterance berupa bangunan dengan penerangan interior dan eksterior yang kontras dengan bangunan dan sekitarnya. Tulisan Kalijodo dengan penerangan yang jelas dan mudah dikenali. Penerangan ini sampai ke tangga masuk menuju taman. Enterance dibuat tangga, bukan sebuah gerbang agar pengunjung dapat melihat maupun terlihat dari segala sisi taman (Visibilitas) sehingga, kejahatan dapat dihindari.
Gambar 5.3 Penerangan Shelter Gambar 5.4 Arena BMX saat Malam Sumber : instagram.com, 2017 Sumber : instagram.com, 2017
Pada shelter, lampu menjadi keunikan yang menarik pengunjung. Terang dan mendefinisikan shelter. Citra aman pada shelter terbentuk dikarenakan shelter merupakan tempat yang paling terang dan orang yang berkumpul disana merupakan orang-orang yang ingin bersosialisasi. Jika mereka yang ingin melakukan kriminalitas, pasti mereka akan pergi ke tempat yang lebih gelap. Penerangan bukan hanya pada shelter dan enterance saja, melainkan pada pedestrian hingga arena olahraga. Penerangan pada Kalijodo cukup sehingga anak-anak merasa aman dalam bermain. Penerangan harus membuat rasa aman pada seluruh lapisan usia bahkan kelas sosial.
2. Visibilitas
Visibiltas sangat penting dalam membentuk perasaan nyaman dan aman pada pengunjung taman. Persepsi dari aman meningkat jika orang-orang dapat melihat sekitarnya. Visibilitas membuat pengunjung mampu untuk mengenali pengunjung lainnya. Kemampuan melihat ke dalam taman dan keluar taman disebut sebagai permeabilitas visual. Dalam taman skala kota, penglihatan yang jelas sepanjang jalur pedestrian, antara ruang aktivitas dan sepanjang batas/tepi taman harus diperhatikan (Hilborn, 2009).
Hal yang harus dipertimbangkan dalam mendesain yang nyaman dan aman adalah bermula dari sisi terluar batas taman. Jika perimeter/batas bersifat mengundang dan orang-orang dapat melihat aktivitas taman dari jalan raya, maka mereka akan cenderung masuk ke dalam taman. Tidak hanya faktor fasilitas dan elemen pada tepi taman yang menarik, namun bagaimana aktivitas dalam taman mempengaruhi orang-orang yang sekedar lewat masuk ke dalam.
Beberapa factor untuk menciptakan batas tepi taman yang atraktif : - Permeabilitas visual antara taman dan jalan raya.
- Ada aktivitas khusus atau fasilitas yang dapat menarik orang luar masuk - Enterance yang mudah dikenali
- Area aktivitas seperti lapangan bermain, lapangan tenis, playground di letakan di tempat yang terlihat sehingga mendapatkan pengawasan dengan baik.
Gambar 5.5 Kalijodo dari Udara Gambar 5.6 Keramaian Kalijodo
Sumber : instagram.com, 2017 Sumber : Tempo.co, 2017
Kalijodo dibatasi oleh sungai di kiri dan kanannya serta jalan raya pengendara di bagian paling belakang sehingga visibilitas terbaik hanya pada Enterance taman seperti yang telah di uraikan pada sub-bab sebelumnya, enterance Kalijodo berupa bangunan dengan pencahayaan yang kontras dengan sekitarnya. Selain itu, di depan bangunan enterance dapat menarik perhatian orang lewat karena terdapat pedestrian lapangan futsal untuk kegiatan olah raga dan sekedar berjalan-jalan. Kiri dan kanan taman untuk meningkatkan visibilitas digunakan penerangan saja, bukan dengan fasilitas dan kegiatan diluar taman yang menarik.
F. Kesimpulan
Mengubah citra Kalijodo bukanlah hal mudah. Banyak yang harus dipertimbangkan dalam desain karena bukan hanya berkaitan dengan citra masyarakat, namun juga merepresentasikan citra kota Jakarta. Bagaimana mengubah citra Kawasan yang dulunya merupakan kawasan prostitusi, kejahatan, dan kriminalitas menjadi kawasan yang ramah anak, ramah masyarakat serta mampu mengubah perilaku dan pola hidup menjadi lebih baik terdapat beberapa konsep diantaranya:
1. Tujuan dibangunnya
Membangun ruang terbuka apalagi dengan skala kota tidak sera merta dibangun saja tanpa ada makna. Makna yang ingin dibangun dari Kalijodo adalah kesadaran akan RTH dan ruang terbuka untuk interaksi social. Warga Jakarta mendambakan tempat berkumpul di mana mereka bebas beraktivitas, berekspresi tanpa dipungut biaya. Jadi pembangunan Kalijodo tentu akan berdampak pada kegiatan masyarakat yang dulunya menjauhi Kalijodo, sekarang mendekat dan berkegiatan di dalamnya.
2. Fasilitas yang ada di Kalijodo
Fasilitas pada Kalijodo antara lain arena olahraga, arena bermain anak, wadah kreatvitas dan mural, dan area bermain anak. Semuanya mengacu pada pengembangan empati dan kerjasama. Hal ini akan mempengaruhi psikologis mereka yaitu dengan terjalinnya komunikasi bahkan kerja sama. Tidak menutup kemungkinan untuk terbentuknya komunitas social. Komunitas seni maupun hobi akan bersama-sama menjaga tempat mereka berkegiatan dan berekspresi. Sehingga secara tidak langsung, mereka akan merasa “memiliki” dan tidak ingin miliknya diganggu bahkan diambil.
3. Shelter dan Ruang Duduk
Bagi pengunjung yang tidak ingin melakukan aktivitas fisik. Mereka bisa bersantai dan melepas stress dengan berinteraksi social dengan partner bahkan orang asing yang baru ditemui di Kalijodo. Interaksi social ini diwadahi oleh shelter dan ruang duduk. Shelter yang berupa ruang berteduh dengan merespon iklim tropis sehingga pengujung merasa sejuk. Dengan tidak terbatasnya shelter dengan dinding maupun sekat, pengunjung akan bebas berbicara dengan siapapun. Shelter dan ruang duduk merupakan
well define-space dimana masyarakat dapat menciptakan ruang privasinya untuk bebas
berinteaksi namun mereka tidak ingin dilihat dan pembicaraa didengar orang lain.
4. Aspek Keamanan.
Bukan hanya dari fasilitas serta ruang terbuka untuk interaksi social. Stigma negative mungkin saja masih ada dalam benak masyarakat. Kalijodo harus memberikan citra aman baik siang hari maupun malam hari. Aspek keamanan Kalijodo adalah elemen penerangan. Penerangan pada kalijodo terdapat pada enterance, shelter, arena bemain dan sepanjang pedestrian yang kontras dengan lingkungan sektarnya, yaitu sungai dan permukiman warga. Apek keamanan juga berupa visibilitas melalui entreance Kallijodo yang mudah dikenali serta aktivitas yang ditampilkan di muka taman yaitu pejalan kaki dan olahraga futsal.
5. Aspek Aksesibilitas
Aksesibilitas yang ada pada Kalijodo yaitu parkir yang luas sepanjang taman Parkir dan parkir kendarran lainnya seperti sepeda yang mudah dijangkau sehingga pengunjung mudah untuk keluar dan masuk taman. Aksesibilitas bukan hanya untuk kendaraan namun juga bagi difabel dan lansia.
Mengubah citra bukan hanya semata-mata membangun secara fisik yaitu berupa taman dan ruang terbuka, namun membangun perilaku serta rasa aman dari masyarakat yang datang. Tanpa adanya sense setiap orang terhadap suatu tempat, kecil kemungkinan tempat itu dikunjungi karena dianggap tempat itu tidak memiliki makna bahkan nilai. Tanpa personal meaning, kecil kemungkinan adanya pencegahan bagi kriminalitas karena tempat itu dianggap kurang penting (Hilborn, 2009).
Persepsi negative dapat menjadi factor utama meningkatnya kemungkinan taman dijauhi warga dan menjadi memiliki citra buruk. Sama halnya denga Kalijodo. Perspesi tidak akan pernah lepas dari Kalijodo sebagai tempat prostitusi. Masyarakat dapat membantu menyakini bahwa Kalijodo aman. Perilaku masyarakat secara tidak langsung diubah oleh kehadiran taman Kalijodo. Kalijodo menawarkan fasilitas yang mampu mewadahi kebutuhan manusia sebagai makhluk social, yaitu berkumpul dan berinteraksi, sehingga sekarang Kalijodo merupakan contoh berhasil Ruang Terbuka yang diminati karena telah memberikan citra aman dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, P. G. (1996). Environmental Psychology. Forth Worth, Texas: Harcourt Brace. Catharine Ward Thompsona, J. R. (2011). More Green Sapce is Linked to Less Stress in
Deprived Communities : Evidence from Salivary Cortisol Patterns. Landscape and
Urban Planning, 222 - 229.
Cybriwsky, D. L. (1974). Urban Graffiti as Territorial Markers. Annals of the Association of
American Geographers, Vol. 64, No. 4 , 491-505.
He, J. (2015). The Relitionship between Park Characteristic and Human Social Behavior :
Learning From Main Street Garden in Dallas Texas. Texas: The University Of Texas.
Heimstra, N. M. (1978). Environmental Psychology. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Hilborn, J. (2009). Dealing With Crime and Disorder in Urban Park. Problem-Oriented Guides
for Police Response Guides Series No. 9, 1 - 52.
Kusmaryani, R. E. (2001 ). Fungsi Psikologis Taman Kota. Buletin Psikologi, Tahun IX, No. 2, 54 - 63.
Nauert, R. (2010, Maret 15). Physical Activity Helps Improve Social Skills. Retrieved from Physical Central: https://psychcentral.com
Putnam, R. D. (2000). Bowling alone: The collapse and revival of American community. United States: Simon and Schuster.
R. J Sampson, S. W. (1997). Neighborhoods and violent crime: A multilevel study of collective efficacy. Science, 277(5328), 918-924.
Riana, F. (2017, Februari 22 ). RPTRA Kalijodo Diresmikan Ahok, Begini Fasilitasnya. Retrieved Maret 23, 2017, from https://m.tempo.co
Space, P. f. (2009, Januari 1). what role can design play in creating safer parks. Retrieved from Project for Public Space: http://www.pps.org/
Whyte, W. H. (1980). The Social Life of Small Urban Spaces. Washington D.C: The Conservation Foundation.