KONDISI PENGAWASAN KEGIATAN PERIKANAN
DI KABUPATEN SUKABUMI SERTA STRATEGI
PENGEMBANGANNYA
AJI BAYU TRISNA
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kondisi Pengawasan Kegiatan Perikanan di Kabuaten Sukabumi serta Strategi Pengembangannya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2016
Aji Bayu Trisna
ABSTRAK
AJI BAYU TRISNA. Kondisi Pengawasan Kegiatan Perikanan di Kabupaten Sukabumi serta Strategi Pengembangannya. Dibimbing oleh MUHAMMAD FEDI A SONDITA dan ZULKARNAIN
Kawasan pesisir Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan cukup besar. Beragam kegiatan perikanan di perairan yang luas serta garis pantai yang panjang memerlukan pengelolaan yang baik. Agar pengelolaan dapat efektif, program pengawasan harus diterapan. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi pengawasan kegiatan perikanan dan tindak pidana perikanan yang terjadi di Kabupaten Sukabumi serta merumuskan strategi pengembangannya. Penelitian ini menerapkan analisis deskriptif dan analisis SWOT terhadap data dan informasi terkait dengan pengawasan perikanan. Di antara 4 pilihan strategi, sosialisasi peraturan secara vertikal dan horizontal harus diutamakan sebagai langkah awal pengembangan penegakan hukum perikanan di Kabupaten Sukabumi.
Kata kunci: pengawasan perikanan, strategi pengembangan, Sukabumi
ABSTRACT
AJI BAYU TRISNA. The Law Enforcement Activities Conducted in Sukabumi Regency and Its Development Strategies. Supervised by MUHAMMAD FEDI A SONDITA dan ZULKARNAIN.
Sukabumi Regency has a significant fisheries potential. Various fishing activities in its coastal waters and its extensive coastline require a good management which includes law enforcement program. This study was conducted to describe the law enforcement activities and law infringement on fisheries in Sukabumi Regency, and then to determine some development strategies of the law enforcement. This study applied a descriptive analysis and SWOT analysis on the data and information of enforcement activities. Among the four alternatives of its development strategy, the law enforcement on fisheries law in Sukabumi Regency should be started with a priority on outreach program of relevant regulations across relevant agencies or institutions, vertically and horizontally.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
KONDISI PENGAWASAN KEGIATAN PERIKANAN
DI KABUPATEN SUKABUMI SERTA STRATEGI
PENGEMBANGANNYA
AJI BAYU TRISNA
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini dengan judul Kondisi Pengawasan Kegiatan Perikanan di Kabupaten Sukabumi serta Strategi Pengembangannya.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan karya ilmiah ini terutama kepada :
1 IPB yang telah memberikan kesempatan untuk studi.
2 Beasiswa Bidik Misi yang telah memberikan beasiswa selama studi di IPB 3 Dinas Perikanan dan Kelautan Sukabumi atas izin dan data pendukung yang
telah diberikan.
4 Dr Ir Ernani Lubis, DEA selaku dosen pembimbing akademik.
5 Dr Ir M Fedi A Sondita, MSc dan Dr Ir Zulkarnain, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6 Staf Tata Usaha Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
7 Ayah, Ibu, dan adik serta keluarga tercinta yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya.
8 Keluarga besar PSP angkatan 49, teman-teman semuanya.
9 Anggita Sherly Trifany atas dukungan, doa dan semangatnya untuk Penulis. 10 Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, November 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PRAKATA vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 3 METODE 3Waktu dan Tempat 3
Alat dan obyek data penelitian 3
Metode Pengumpulan Data 5
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
KESIMPULAN DAN SARAN 23
Kesimpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 26
DAFTAR TABEL
1 Jenis data dan sumber data penelitian pengawasan perikanan di
Kabupaten Sukabumi 3
2 Kategori perbandingan penentuan tingkat rating kepentingan elemen 6 3 Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal 7
4 Penentuan prioritas strategi 10
5 Fungsi pengawasan “Patroli“ setiap lembaga pengawasan perikanan di
Kabupaten Sukabumi 11
6 Jenis tindak pidana perikanan di Kabupaten Sukabumi tahun 2015 13
7 Matriks evaluasi faktor internal 18
8 Matriks evaluasi faktor eksternal 18
9 Alternatif strategi untuk menjaga eksistensi pengawas perikanan di
Kabupaten Sukabumi 20
10 Penentuan prioritas strategi berdasarkan pertimbangan faktor
Sumberdaya 21
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 4
2 Kuadran kemungkinan strategi 8
3 Struktur organisasi Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi 10
4 Peta lokasi POKMASWAS Sukabumi 12
5 Kuadran strategi pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten
Sukabumi 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis fungsi pengawasan kegiatan patrol perikanan oleh setiap
Lembaga pengawas 27
2 Daftar Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) sumberdaya kelautan dan perikanan dan sejenisnya (kelompok masyarakat konservasi dan kelompok masyarakat peduli lingkungan) di Kabupaten
Sukabumi. 27
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah yang paling ramai dibicarakan di bidang kelautan dan perikanan adalah maraknya pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Indonesia adalah negara yang memiliki potensi cukup besar dibidang kelautan dan perikanan. Daya tarik sumber daya ikan terhadap kelompok orang tertentu untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya telah menyebabkan berbagai pelanggaran yang merugikan, sehingga dibutuhkan sejumlah peraturan yang bertujuan mengoptimumkan manfaat sumberdaya ikan harus didukung dengan tindakan penegakan hukum, salah satu di antaranya adalah pengawasan.
Salah satu daerah di pesisir selatan Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi perikanan cukup besar adalah Kabupaten Sukabumi. Potensi ini didukung oleh adanya pantai sepanjang 117 km yang melintasi 9 kecamatan dan 51 desa dengan kewenangan daerah di perairan sejauh 4 mil laut. Berdasarkan perspektif Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 01 Tahun 2009, dan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sukabumi Nomor 22 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2012-2032, Pemerintah Kabupaten Sukabumi memiliki kewenangan untuk mengelola perairan pantai dengan luas sekitar 702 km2, yang merupakan bagian Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP NRI) 573 dari Samudera Hindia. Beragam aktivitas sektor perikanan terjadi di Kabupaten Sukabumi, seperti perikanan tangkap, kegiatan perikanan budidaya, pemasaran ikan, pengolahan ikan dan konservasi (Dislutkan Sukabumi 2011).
Kabupaten Sukabumi memiliki pendapatan perikanan yang besar dan merupakan pusat aktivitas perikanan. Kegiatan perikanan tangkap berpusat di Palabuhanratu dengan infratruktur berupa pelabuhan perikanan terbesar di selatan Jawa Barat, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (Dislutkan Sukabumi 2010). Estimasi potensi lestari perikanan kabupaten ini adalah 14.592 ton/tahun, serta memiliki produktivitas sebesar 11.673 ton/tahun (Dislutkan Sukabumi 2011).
Beragamnya kegiatan perikanan di kawasan perairan yang luas beserta pesisir dengan garis pantai yang panjang memerlukan pengelolaan yang baik. Pengelolaan tersebut harus juga mencakup program pengawasan. Pengawasan di bidang perikanan merupakan tugas yang diamanatkan undang–undang kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Maksud dari pengawasan ini adalah menjamin terselenggaranya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan melalui pemanfaatan secara optimal dan bertanggung jawab guna tercapainya tujuan pengelolaan perikanan, yaitu kesejahteraan bagi nelayan serta tujuan lain, seperti peningkatan devisa yang berasal dari sektor perikanan.
Pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Sukabumi dihadapkan pada berbagai masalah. Sumberdaya kelautan dan perikanan dalam satu dekade terakhir ini cenderung mengalami degradasi baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Faktor penyebabnya antara lain aktivitas manusia yang menimbulkan pencemaran di air laut maupun perairan daratan, penangkapan ikan dengan bahan
2
peledak, alat tangkap yang dilarang, penangkapan ikan secara berlebihan, perusakan terumbu karang dan hutan mangrove. Pengendalian dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan merupakan salah satu cara untuk mengurangi penangkapan ikan yang melanggar peraturan serta tidak ramah lingkungan (Dislutkan Sukabumi 2011).
Perumusan Masalah
Kabupaten Sukabumi memiliki pantai sepanjang 117 km dengan kawasan perairan seluas 702 km2 dan penduduk yang tersebar di 51 desa pesisir dalam 9 kecamatan memiliki tantangan untuk mengelola potensi perikanan secara berkelanjutan (Dislutkan Sukabumi 2011). Palabuhanratu adalah sentra perikanan yang signifikan di pesisir selatan Jawa Barat. Produksi ikan di pelabuhan ini mencapai 16.970 ton pada tahun 2014 yang merupakan hasil kerja 4072 nelayan. Hasil tersebut diperoleh dari beragam jenis unit penangkapan ikan yang umumnya beroperasi di perairan pantai beserta armada kapal-kapal ikan dari luar yang beroperasi di lepas pantai dan mendaratkan di PPN Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu 2015).
Upaya pengelolaan perikanan harus didukung dengan sejumlah peraturan atau kebijakan agar tujuan dari pengelolaan dapat tercapai. Penegakan hukum atau peraturan harus dilakukan karena tanpa penegakan hukum, semua upaya pengelolaan akan gagal. Penegakan hukum atau peraturan ini bertujuan agar semua pihak mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku. Penegakan hukum atau peraturan akan berhasil jika didukung oleh berbagai kegiatan penegakan, satu di antaranya adalah pengawasan. Pengawasan yang efektif akan memberikan hasil (outcome) berupa berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku. Kondisi geografi, daya tarik, sebaran penduduk dan kegiatan perikanan yang beragam tersebut menyebabkan permasalahan perikanan di Kabupaten Sukabumi sangat kompleks.
Pengelolaan perikanan biasanya sudah dilengkapi dengan perangkat pengawasan, sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan. Salah satu kegiatan dalam pengawasan adalah patroli baik di darat maupun di laut. Selain itu, untuk mendukung pengawasan yang baik, maka dibutuhkan koordinasi antar pihak–pihak terkait pengawasan. Berkaitan dengan hal ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana kondisi pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi yang terjadi pada pesisir sepanjang 117 km dengan perairan di hadapannya seluas 702 km2.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan kondisi pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi.
2. Mengetahui tindak pidana perikanan yang terjadi di Kabupaten Sukabumi. 3. Merumuskan strategi pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi.
3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1. Menambah wawasan pengetahuan umum bagi mahasiswa.
2. Memberikan informasi mengenai kondisi pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi.
3. Memberikan alternatif strategi bagi stakeholder pengawas kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data tentang perikanan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi pengumpulan data utama adalah Kabupaten Sukabumi dengan waktu penelitian mulai dari bulan Maret 2016 hingga April 2016.
Alat dan obyek data penelitian
Alat penelitian yang digunakan adalah kuisioner, kamera, dan alat tulis. Obyek penelitian adalah perikanan Kabupaten Sukabumi. Data yang dikumpulkan mencakup potensi perikanan, jumlah petugas pengawas perikanan, kelompok atau anggota Pokmaswas, kapal pengawas dan tindak pelanggaran perikanan. Jenis data dan sumber data penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data dan sumber data penelitian pengawasan perikanan di Kabupaten Sukabumi
No Jenis Data Sumber data Keterangan
1 Potensi perikanan Sukabumi Dislutkan Sukabumi
Data sekunder 2 Kondisi pengawasan kegiatan
perikanan Sukabumi Stakeholder pengawas kegiatan perikanan Data primer, wawancara (purposive sampling)
3 Kewenangan Dislutkan Sukabumi Dislutkan Sukabumi
Data sekunder 4 Patroli pengawasan Stakeholder
pengawas kegiatan perikanan
Data sekunder
5 Tindak pelanggaran perikanan PSDKP Sukabumi
Data sekunder
4 Ga mbar 1 P eta lokasi p ene li ti an
5 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam proses penelitian ini berupa data primer dan data sekunder dengan pendekatan data kualitatif dan kuantitatif yang menekankan pada analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2010), menyatakan bahwa data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapai, penelitian ini dilakukan dengan fokus untuk mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan, sehingga dapat menjelaskan permasalahan perikanan terkait dengan kebutuhan pengawasan, organisasi pengawasan, strategi pengawasan dan infrastruktur pengawasan di Kabupaten Sukabumi. Pendekatan penelitian ini disebut metode deskriptif studi kasus (Suryabrata 1995).
Data yang dibutuhkan diperoleh melalui pengumpulan data primer dan data sekunder. Penentuan responden dilakuakan menggunakan teknik purposive sampling, hal ini bertujuan agar informasi yang diberikan lebih tepat dan akurat. Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini yaitu melalui wawancara yang dilakukan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pengawasan perikanan di Kabupaten Sukabumi, seperti Kepala Dinas Kelautan Perikanan Sukabumi (Dislutkan), Kepala Satuan Kerja (Satker) Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Kepala Polisi Perairan (POL –AIR), Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP), dan nelayan (tengkulak, pengepul, dan kapten). Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan telaah pustaka yang diperoleh dari dokumen atau arsip-arsip pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi, Satuan kerja Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, Polisi Perairan, dan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu.
Analisis Data Analisis deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono 2010). Analisis deskriptif ditujukan untuk menjelaskan kondisi pengawasan kegiatan perikanan dan tindak pidana perikanan yang terjadi diKabupaten Sukabumi. Hasil analisis yang didapat kemudian akan dijelaskan dalam bentuk tabel, grafik, atau gambar yang relevan.
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi. Lingkup yang dikaji pada analisis SWOT berupa kondisi Sumberdaya Manusia (Dislutkan, PSDKP, POKMASWAS), dan Sumberdaya alam berupa potensi perikanan Kabupaten Sukabumi. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Rangkuti 2000).
6
1. Kekuatan (strength) yaitu situasi ataupun kondisi yang merupakan gambaran kekuatan dari dalam stakeholder pengawas kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi pada saat ini.
2. Kelemahan (weaknesses) yaitu situasi ataupun kondisi yang merupakan gambaran kelemahan dari stakeholder pengawas kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi pada saat ini.
3. Peluang (opportunities) yaitu situasi atau kondisi yang merupakan gambaran peluang yang berasal dari luar stakeholder pengawas kegiatan Perikanan, gambaran tersebut dapat memberikan peluang berkembangnya stakeholder pengawas kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi.
4. Ancaman (threats) yaitu situasi atau kondisi yang merupakan gambaran ancaman dari luar lingkungan stakeholder pengawas kegiatan perikanan dalam menjalankan pengawasan di wilayah perairan Sukabumi.
Menurut Nurani (2010) proses dalam perumusan strategi mencakup 3 tahap yaitu:
1. Evaluasi faktor internal dan eksternal.
2. Pembuatan matriks internal, eksternal, dan matriks SWOT. 3. Pengambilan keputusan
Pada analisis SWOT ini dihasilkan suatu strategi pengelolaan yang baik sehingga dapat digunakan untuk mencegah ancaman dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengembangkan sistem pengawasan yang baik. Metode analisis yang digunakan adalah metode secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif dilakukan terhadap penentuan faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating pada faktor-faktor tersebut.
Penentuan tingkat kepentingan didasarkan pada pengamatan langsung di lapangan. Setiap unsur SWOT yang telah memiliki tingkat kepentingan yang selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan matriks banding berpasang (Tabel 2), sehingga diperoleh bobot untuk setiap unsur.
Tabel 2 Kategori perbandingan penentuan tingkat rating kepentingan elemen
Kepentingan Definisi
1 Sama penting
3 Sedikit lebih penting
5 Jelas lebih penting
7 Sangat jelas lebih penting 9 Pasti/mutlak lebih penting
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Kebalikan Kebaikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1 – 9
7 Penentuan tingkat kepentingan setiap elemen menggunakan matriks banding berpasang dilakukan pada tabel penilaian untuk mendapatkan bobot setiap komponen (Kekuatan dan kelemahan pada faktor internal serta peluang dan ancaman pada faktor eksternal). Bobot setiap komponen digunakan untuk menentukan pengaruh komponen terhadap faktor internal dan eksternal. Tabel penilaian bobot dari masing-masing faktor eksternal dan internal pada Tabel 3. Tabel 3 Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal
KEKUATAN (Strength)/KELEMAHAN (Weakness)
S1/W1 S2/W2 S3/W3 S4/W4 Total Bobot S1/W1 X1 σ1 S2/W2 X2 σ2 S3/W3 X3 σ3 S4/W4 X4 σ4 Jumlah ∑ xi ∑ σi X5 σ5
PELUANG (Opportunity)/ANCAMAN (Threat)
O1/T1 O2/T2 O3/T3 O4/T4 Total Bobot
O1/T1 X1 σ1
O2/T2 X2 σ2
O3/T3 X3 σ3
O4/T4 X4 σ4
Jumlah ∑ xi ∑ σi ∑ xi ∑ σi
Bobot setiap faktor melalui matriks SWOT dengan menyesuaikan faktor-faktor internal dan eksternal yang ada. Bobot setiap faktor-faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan rumus (Yuni 2006):
∑
Keterangan:
σi = Bobot faktor ke-i Xi = Nilai faktor ke-i i = 1,2,3,...n
n = Jumlah faktor
Penentuan peringkat (rating) merupakan pengukuran terhadap pengaruh masing-masing variabel yang menggunakan nilai peringkat dengan skala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki terhadap kondisi yang bersangkutan (Rangkuti 1997).
Skala penilaian peringkat untuk matrik Internal Factor Evaluation (IFE) pada faktor kekuatan :
1 = Kekuatan yang kecil 3 = Kekuatan yang besar 2 = Kekuatan sedang 4 = Kekuatan yag sangat besar
8
Skala penilaian peringkat untuk faktor kelemahan, merupakan kebalikan dari faktor kekuatan, dimana :
1 = Kelemahan yang sangat berarti 3 = Kelemahan yang kurang berarti 2 = Kelemahan yang cukup bebrarti 4 = Kelemahan yang tidak berarti
Skala penilaian peringkat untuk matrik External Factor Evaluation (EFE) pada faktor peluang :
1 = Peluang rendah 3 = Peluang tinggi
2 = Peluang sedang 4 = Peluang sangat tinggi
Skala penilaian peringkat untuk faktor strategis ancaman, merupakan kebalikan dari faktor peluang, dimana :
1 = Ancaman sangat besar 3 = Ancaman sedang
2 = Ancaman besar 4 = Ancaman kecil
Selanjutnya nilai pembobotan dari masing masing faktor dikalikan dengan peringkat tiap faktor. Jumlah dari perkalian antara nilai bobot faktor dengan peringkat (rating) menghasilkan total skor. Total skor dari faktor internal dan eksternal kemudian diplotkan pada kuadran kemungkinan untuk mengetahui posisi skor dan mengetahui jenis strategi yang tepat (Ruswandi dan Gartika 2013). Jika jumlahnya mulai dari 1,00 hingga 1,99 maka masuk dalam kategori rendah, mulai dari 2,00 hingga 2,99 masuk dalam kategori sedang, dan mulai dari 3,00 hingga 3,99 masuk dalam kategori tinggi. Kombinasi antara total skor faktor internal (rendah, sedang, tinggi) dan jumlah skor faktor eksternal (rendah, sedang, tinggi) akan menentukan 9 jenis serta arah strategi yang tepat, sesuai dengan nomor kuadran (Gambar 2).
Gambar 2 Kuadran kemungkinan strategi Keterangan :
I : Strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal, strategi utama yang memiliki posisi terbaik atau terkuat untuk meningkatkan performa sesuai yang diharapkan.
II : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal, strategi untuk meningkatkan kinerja dan hasil yang dicapai dengan memanfaatkan kekuatan yang ada.
1,0 2,0 3,0 4,0 1,0 2,0 3,0 4,0 To ts l Sko r Fak to r Ekste rn al
Total Skor Faktor Internal
III II I
IV V VI
9 III : Strategi turn around, strategi yang menekankan peningkatan efisiensi dan
efektifitas dalam pelaksanaannya.
IV : Strategi stabilitas, strategi mempertahankan kegiatan secara berhati-hati. V : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal, Strategi yang relatif
lebih agresif dengan melakukan konsolidasi dalam penerapannya.
VI : Strategi stabilitas, strategi mempertahankan kegiatan karena tidak ada perubahan terhadap hasil atau target pencapaian yang telah ditetapkan keuntungan.
VII : Strategi divestasi, strategi dengan memanfaatkan kekuatan untuk menciptakan lebih banyak hasil yang diharapkan.
VIII : Strategi Diversifikasi konglomerasi, Strategi perubahan struktur/institusi untuk pencapaian hasil yang lebih baik.
IX : Strategi likuidasi atau bangkrut, strategi mengakhiri atau menghentikan kebijaksanaan yang sedang dilaksanakan untuk menghindari terjadinya kondisi yang lebih buruk.
(Ruswandi dan Gartika 2013)
Hasil pengamatan dan analisis terhadap faktor internal dan eksternal selanjutnya digunakan sebagai acuan melakukan analisis mengenai strategi alternatif untuk kegiatan pengembangan pengawasan perikanan di kabupaten Sukabumi. Pada penelitian ini didapatkan 4 alternatif strategi utama. Penentuan strategi tersebut dilakukan dengan mencari strategi silang dari keempat faktor yang ada yaitu ( Uktolseja et al. 2011) :
1) Strategi SO yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan (strength) untuk memanfaatkan peluang (opportunities) sebesar – besarnya.
2) Strategi WO yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan peluang (opportunities) yang ada dengan meminimalkan kelemahan (weaknesses) yang ada.
3) Strategi ST yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan kekuatan (strength) yang dimiliki untuk mengatasi ancaman (threaths).
4) Strategi WT yaitu strategi yang dibuat didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dengan berusaha meminimalkan kelemahan (weaknesses) yang ada serta menghindari ancaman (threaths).
Penentuan prioritas strategi dilakukan setelah didapatkan 4 alternatif strategi utama untuk menentukan urutan strategi yang efektif diterapkan. Urutan strategi ditentukan dengan pertimbangan waktu, dana, sumberdaya manusia, dan infrastruktur yang mendukung dalam penerapan 4 alternatif strategi yang telah didapat. Penentuan urutan prioritas dilakukan dengan menggunakan metode pembobotan. Metode pembobotan adalah pemberian nilai kepentingan relatif di antara beberapa obyek berdasarkan faktor-faktor yang dipertimbangkan. Hal ini berarti suatu obyek akan mendapat nilai bobot sama, lebih atau kurang dari obyek lainnya karena pertimbangan menurut suatu perspektif. Jika perspektif lain digunakan, maka nilai bobot belum tentu sama seperti nilai perspektif sebelumnya (Sholahudin M 2012).
10
Tabel 4 Penentuan prioritas strategi
Penilaian
Waktu Dana SDM Infrastruktur Total Nilai Rangking Strategi
Strategi SO ∑SO=i+j+k+l
Strategi WO ∑WO=i+j+k+l
Strategi ST ∑ST=i+j+k+l
Strategi WT ∑WT=i+j+k+l
Nilai Waktu (i) Dana (j) SDM (k) Infrastruktur (l)
1 = Jangka panjang Mahal Banyak Banyak
2 = Sedang Sedang Sedang Sedang
3 = Jangka pendek Murah Sedikit Sedikit
Pembobotan suatu strategi dilakukan untuk menentukan prioritas strategi yang efektif diterapkan berdasarkan pertimbangan faktor-faktor yang berpengaruh pada penerapannya, yaitu jangka waktu, jumlah dana, Sumber daya manusia, dan infrastruktur (fasilitas, peralatan dan teknologi). Pembobotan dilakukan dengan memberi nilai untuk setiap faktor yang berpengaruh dalam penerapan suatu strategi, semakin tinggi nilai yang diperoleh, maka semakin efektif strategi tersebut untuk diterapkan (Tabel 4).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 32 tahun 2008 dan Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 71 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi adalah unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang melaksanakan urusan bidang kelautan dan perikanan, dipimpin oleh Kepala Dinas yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.
Sumber: Dislutkan Sukabumi 2011
11 Pengawasan Perikanan adalah kegiatan yang ditujukan untuk menjamin terciptanya tertib pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perikanan. Upaya pengawasan kegiatan peikanan oleh Dislutkan Sukabumi dapat dilihat dari susunan organisasinya. Struktur organisasi Dinas Kelautan Perikanan Sukabumi memiliki unit kerja yang khusus menangani Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Unit kerja ini memiliki fungsi untuk menangani bidang pengendalian Sumberdaya budidaya dan pengendalian Sumberdaya perikanan tangkap. Selain itu, Bidang Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan memiliki beberapa jenis pelayanan dasar di bidang perikanan salah satunya adalah menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian di bidang kelautan dan perikanan.
Pengawasan kegiatan perikanan selain dilakukan oleh Dislutkan Sukabumi juga melibatkan lembaga terkait yang memiliki wewenang mengelola wilayah perairan Sukabumi. Pelibatan lembaga pengawas kegiatan perikanan dilakukan dengan cara menjalin koordinasi antar lembaga pengawas. Lembaga pengawas kegiatan perikanan sendiri ialah lembaga-lembaga pemerintahan yang memiliki fungsi untuk mengawasi wilayah perairan Sukabumi. Koordinasi pengawasan kegiatan perikanan biasanya dilakukan menggunakan alat telekomunikasi modern yaitu handphone. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh setiap lembaga dalam menjaga wilayah perairan Sukabumi adalah Patroli baik di darat maupun di laut. Patroli darat biasanya dilakukan dengan menggunakan moda transportasi darat ataupun berjalan kaki. Semua lembaga yang terlibat dalam pengawasan perikanan rutin melakukan patroli darat dengan cara dan pendekatan yang berbeda.
Patroli laut merupakan patroli yang dilakukan untuk menyisir wilayah perairan Sukabumi dengan menggunakan moda transportasi laut berupa kapal patroli. Patroli laut di wilayah Sukabumi biasanya hanya dilakukan oleh POL-AIR karena keterbatasan transportasi, untuk menyiasati hal tersebut pihak PSDKP Sukabumi rutin mengundang para stakeholder pengawas perikanan guna melakukan patroli bersama. Patroli bersama terbukti efektif untuk mengurangi tindak pelanggaran. Namun, anggaran yang tidak mencukupi membuat patrol ini hanya dilakukan 2 kali dalam rentang waktu satu tahun. Lembaga pengawas perikanan memiliki fungsi yang berbeda dalam melakukan pengawasan perikanan. Kriteria standar operasional pengawasan dari setiap lembaga yang terlibat dalam pengawasan kegiatan perikanan dan kelautan di Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Fungsi pengawasan “Patroli“ setiap stakeholder pengawasan perikanan di Kabupaten Sukabumi Fungsi Pengawasan “ PATROLI “ Stakeholder Perikanan Dislutkan Sukabumi Satker PSDKP PPN Palabuhan Ratu POL-AIR TNI - AL Patroli - Darat √ √ √ √ √ - Laut √ √ X √ √
Sarana dan Prasarana
- Kantor √ √ √ √ √
- Kapal pengawas X X X √ X
Perlengkapan patroli
12 Lanjutan Tabel 5 Fungsi Pengawasan “ PATROLI “ Lembaga Perikanan Dislutkan Sukabumi Satker PSDKP PPN Palabuhan ratu POL-AIR TNI - AL - Peralatan pengaman X X X √ √ - Senjata X X X √ √ Cara patrol - Berjalan kaki √ √ √ √ √ - Moda transportasi darat √ √ √ √ √ - Moda transportasi laut X X X √ X
Sumber : PERMEN-KP No.12 Tahun 2013
Pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi juga melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Keterlibatan masyarakat ini diakomodasi dalam sebuah sistem yang disebut sistem pengawasan berbasis masyarakat. Keterlibatan masyarakat diorganisir dalam bentuk satuan kelompok masyarakat pengawas. Kelompok ini merupakan pelaksana pengawasan di tingkat lapangan, terdiri dari unsur tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), nelayan, petani ikan serta masyarakat maritim lainnya. Rata – rata jumlah anggota POKMASWAS adalah sebanyak 20 orang setiap kelompoknya. Adanya POKMASWAS di Kabupaten Sukabumi membantu dalam memberikan informasi mengenai pelanggaran yang terjadi di suatu wilayah. Kelompok Masyarakat Pengawas di Kabupaten Sukabumi berjumlah 15 kelompok yang tersebar di hampir seluruh wilayah pesisir Sukabumi (Gambar 4). Daftar POKMASWAS yang ada di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Lampiran 2.
13 Tindak pidana perikanan di Kabupaten Sukabumi
Pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Sukabumi dihadapkan pada berbagai masalah. Sumberdaya kelautan dan perikanan dalam satu dekade terakhir ini cenderung mengalami degradasi baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Beberapa faktor penyebabnya antara lain aktivitas manusia yang menimbulkan pencemaran di air laut maupun perairan daratan, penangkapan ikan dengan bahan peledak, alat tangkap yang dilarang, penangkapan ikan secara berlebihan, perusakan terumbu karang dan hutan mangrove. Tindak pidana perikanan yang paling sering terjadi di Kabupaten Sukabumi adalah dokumen perizinan (Tabel 6).
Tabel 6 Jenis tindak pidana perikanan di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
No Jenis Pelanggaran Jumlah
1 Dokumen perizinan 17
2 Penangkapan benih lobster 2
3 Penggunaan 2 alat tangkap dalam satu kapal 1
4 Penangkapan jenis ikan dilindungi 2
Tindak pidana perikanan yang tercatat oleh satker PSDKP Sukabumi pada tahun 2015 adalah:
1. Pelanggaran terkait dokumen perizinan
Pelanggaran terkait dokumen perizinan merupakan tindak pidana perikanan yang paling sering terjadi yaitu sebanyak 17 pelanggaran. Pelanggaran dokumen perizinan diantaranya, Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), Surat Laik Operasi (SLO) dan Surat Perizinan Berlayar (SPB). SIUP adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam izin tersebut. SIPI adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP. SIKPI adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan pengangkutan ikan. Setelah adanya SIUP, SIPI, dan SIKPI, tahap selanjutnya adalah proses pembuatan SLO oleh PSDKP, kemudian penerbitan SPB untuk melakukan operasi penangkapan ikan oleh syahbandar. Nelayan yang melakukan usaha penangkapan ikan tanpa memiliki surat izin, dikenakan Surat Peringatan untuk melengkapi dokumen perizinan dalam waktu yang ditentukan (1 bulan). Selanjutnya, apabila dalam jangka waktu 1 bulan tidak dapat melengkapi dokumen perizinan maka, akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Penerbitan dokumen perizinan sangatlah penting bagi kelancaran usaha penangkapan ikan serta erat kaitannya dengan keselamatan kerja nelayan. Banyaknya nelayan yang tidak memiliki dokumen perzinan dikarenakan proses pembuatan dokumen yang dirasa menyulitkan.
2. Penangkapan benih lobster
Pelanggaran penangkapan benih lobster yang terjadi di Sukabumi mencakup kegiatan penangkapan, pengumpulan, dan pemasaran ikan jenis lobster dengan ukuran karapas kurang dari 8 cm. Penangkapan ikan jenis lobster telah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/Permen-KP/2015, tentang Penangkapan Lobster, Kepiting dan Rajungan. Pada
14
pasal 3 Permen-KP tersebut dijelaskan bahwa penangkapan lobster, kepiting dan rajungan dapat dilakukan dengan ukuran yakni panjang karapas lebih dari 8 cm untuk lobster, kepiting lebar karapas lebih dari 15 cm, dan rajungan dengan ukuran karapas lebih dari 10 cm. Nelayan yang menangkap lobster dibawah ukuran layak tangkap ini didorong oleh kebutuhan ekonomi yang semakin besar. Selain itu, modal untuk melakukan penangkapan benih lobster tergolong kecil namun menghasilkan keuntungan besar dikarenakan harga benih lobster yang cukup tinggi yaitu Rp 25.000 /ekor. Penangkapan benih lobster dapat menyebabkan tidak adanya stok lobster ukuran dewasa di masa yang akan datang. Pelanggaran jenis ini diberikan sanksi oleh satker PSDKP Sukabumi berupa pelepasan kembali hasil tangkapan ikan jenis lobster.
3. Penangkapan jenis ikan dilindungi
Pelanggaran berupa penangkapan jenis ikan di perairan Sukabumi adalah penangkapan ikan pari manta. Berdasarkan Kepmen-KP No.4 Tahun 2014, pari manta (Manta sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi di Indonesia. Nelayan yang melakukan penangkapan atau mendaratkan jenis ikan dilindungi akan diberikan Surat Peringatan yang berisi larangan penangkapan jenis ikan dilindungi, pelepasan kembali jenis ikan dilindungi, dan pelaporan kepada satker PSDKP apabila tidak sengaja tertangkap. Apabila nelayan yang telah mendapatkan Surat Peringatan dari satker PSDKP, namun kembali melakukan penangkapan jenis ikan dilindungi maka akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
4. Penggunaan 2 alat tangkap dalam satu kapal
Dorongan untuk memperoleh hasil yang optimum dengan modal yang kecil membuat para nelayan menggunakan dua alat tangkap dalam satu kapal. Penggunaan dua alat tangkap dalam satu kapal biasanya terdiri dari satu alat tangkap utama dan satu alat tangkap yang mudah dioperasikan dan tidak menyita banyak tempat di atas kapal. Pelanggaran jenis ini biasanya dilakukan oleh nelayan gillnet. Operasi penangkapan alat tangkap gillnet membutuhkan waktu tunggu (shocking time) yang cukup lama yaitu, 5 hingga 6 jam. Oleh karena itu, untuk mengisi waktu tunggu tersebut nelayan melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap lain yang praktis salah satunya pancing ulur. Nelayan yang menggunakan 2 alat tangkap dikenakan sanksi berupa pemberian Surat Peringatan yang berisi pernyataan untuk menggunakan 1 alat tangkap. Strategi pengembangan pengawasan kegiatan perikanan dan kelautan di wilayah Sukabumi
Kegiatan perikanan yang semakin kompleks mendorong adanya perumusan strategi yang tepat untuk menjalankan kegiatan pengawasan sumberdaya perikanan dan kelautan di wilayah perairan Sukabumi. Pada penelitian ini, penentuan arah strategi pengembangan pengawasan di wilayah Sukabumi dilakukan dengan analisis SWOT. Analisis tersebut akan melihat faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Faktor internal dan eksternal tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil wawancara dari setiap stakeholder pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah Sukabumi. Stakeholer pengawas Sumberdaya kelautan dan perikanan ialah Dislutkan Sukabumi, Satker PSDKP Sukabumi, dan POKMASWAS yang terlibat serta memiliki wewenang untuk
15 mengawasi kegiatan perikanan di wilayah perairan Kabupaten Sukabumi. Berikut merupakan faktor internal dan faktor eksternal :
1. Kekuatan (strength)
a. Adanya kelompok pengawas dan sejenisnya yang berbasis masyarakat nelayan.
Sistem pengawasan berbasis masyarakat di Kabupaten Sukabumi terbagi menjadi 15 kelompok yang tersebar di wilayah pesisir sukabumi. Kelompok Masyarakat Pengawas memiliki andil dalam kegiatan pengawasan perikanan di Sukabumi. Adanya POKMASWAS dapat mempersempit ruang pengawasan serta mempercepat informasi apabila terjadi tindak pelanggaran.
b. Koordinasi pengawasan kegiatan perikanan yang semakin mudah antar
stakeholder pengawas.
Teknologi masa kini telah berkembang sangat pesat. Hampir seluruh masyarakat Indonesia menikmati dampak majunya teknologi. Contohnya saja dalam hal telekomunikasi. Kemajuan teknologi dirasakan sangat membantu Dinas Kelautan Perikanan Sukabumi dalam hal komunikasi guna melakukan koordinasi dalam melakukan pengawasan kegiatan perikanan. Sehingga ketika terjadi pelanggaran di Bidang perikanan, dapat dengan cepat di respon oleh pihak yang terlibat di dalam pengawasan kegiatan perikanan. Sebagai lembaga pemerintahan. Dislutkan Sukabumi dalam melakukan koordinasi diharuskan untuk membuat surat yang ditujukan kepada lembaga terkait, namun untuk respon yang cepat, Dislutkan dapat menggunakan alat komunikasi dengan surat dikirimkan kemudian hari. Adanya alat telekomunikasi dapat mempercepat proses koordinasi.
c. Adanya bagian khusus (unit kerja ) yang menangani perlindungan sumberdaya Kelautan dan perikanan dalam internal Dislutkan Sukabumi Dalam srtukur organisasi Dinas Kelautan Perikanan terdapat unit kerja yang khusus menangani Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Bidang Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas di bidang Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.
d. Kegiatan sosialisasi peraturan perikanan yang dilakukan secara rutin.
Nelayan Sukabumi umumnya telah mengetahui peraturan tentang perikanan. Upaya Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi dalam mengurangi pelanggaran dibidang perikanan adalah dengan melakukan sosialisasi baik secara langsung maupun dengan menggunakan media massa.
2.Kelemahan (weakness)
a. Keterbatasan sarana, prasarana dan infrastruktur dalam pengawasan kegiatan Perikanan di Sukabumi
Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi, dalam melakukan kegiatan pengawasan perikanan berkoordinasi dengan Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Kegiatan pengawasan di sukabumi masih banyak mengalami kendala yang berhubungan dengan sarana, prasarana, dan infrastruktur. PSDKP sebagai pengawas sumberdaya kelautan dan perikanan sukabumi yang sebagian besar wilayah operasinya berada di laut, PSDKP sukabumi belum memiliki kapal patroli. Panjangnya pesisir pantai sukabumi juga menyulitkan PSDKP dalam melakukan pengawasan. Hal ini dikarenakan belum adanya pos pengawasan
16
disetiap desa pesisir, sehingga pengawas dari PSDKP Sukabumi harus melakukan pengawasan langsung di desa pesisir. Anggaran biaya yang telah diatur oleh PSDKP pusat juga menghambat kinerja dari Satker PSDKP Sukabumi.
b. Kurangnya SDM Pengawas perikanan dan kelautan di Sukabumi
Luasnya wilayah perairan Sukabumi tidak didukung dengan SDM pengawas cukup. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang memiliki tugas untuk mengawasi dan menindak para pelaku pelanggaran hanya berjumlah 3 (tiga) orang (1 orang PPNS yang berada di Dislutkan dan 2 orang PPNS yang ada di PSDKP Sukabumi). PSDKP Sukabumi juga hanya memilik SDM sebanyak 8 orang, yang bertugas untuk mengawasi seluruh wilayah Sukabumi ditambah dengan sebagian wilayah jawa Barat.
c. Lemahnya penegakan hukum dan pengawasan
Upaya penegakan hukum dan pengawasan merupakan salah satu langkah penting dalam mengurangi pelanggaran hukum dan pemanfaatan yang merusak di kawasan konservasi. Pengawasan dan penegakan hukum di Sukabumi dirasa masih lemah. Patroli laut yang dilakukan Dislutkan dan PSDKP dengan lembaga terkait hanya dilakukan sebanyak 2 kali selama setahun.
d. Patroli pengawasan wilayah pesisir yang bersifat insidental
Luasnya wilayah perairan ditambah dengan panjangnya garis pantai yang dimiliki Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu faktor kurangnya kegiatan pengawasan perikanan. Dengan Sumberdaya Manusia yang terbatas menyebabkan pengawasan di sepanjang garis pantai Sukabumi hanya dilakukan secara insidental. Hal ini dapat menimbulkan celah bagi para oknum yang melakukan pelanggaran di bidang perikanan khususnya.
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor luar yang dapat mempengaruhi pengawasan kegiatan perikanan di Sukabumi. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Berikut dibawah ini merupakan identifikasi faktor eksternal yang terdapat di Kabupaten Sukabumi :
1.Peluang (Opportunity)
a. Adanya kegiatan industri perikanan di Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Sukabumi memiliki sumber daya alam kelautan dan perikanan yang potensial, variatif dan prospektif untuk dikelola secara optimal sebagai salah satu modal dasar pembangunan daerah. Sukabumi sebagai sentra industri perikanan di Jawa Barat dituntut untuk meminimalisir tindak pelanggaran di bidang perikanan guna mengoptimalkan potensi perikanan yang dimiliki. Oleh karena itu, pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten sukabumi merupakan kebutuhan mendasar demi terjaganya sumberdaya perikanan di wilayah Sukabumi.
b. Kemudahan akses kantor pengawas yang terletak di Ibukota Kabupaten. Kantor PSDKP Sukabumi terletak di Palabuhanratu yang merupakan ibukota kabupaten Sukabumi, tepatnya didalam wilayah Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Berkembangnya PPN Palabuhanratu menyebabkan peningkatan aktivitas perikanan dari tahun ketahun. Adanya kantor PSDKP di PPN Palabuhanratu menyebabkan aktivitas perikanan di kawasan Sukabumi berjalan dengan baik.
17 c. Meningkatnya produksi perikanan di Sukabumi setiap tahun.
Kabupaten Sukabumi yang merupakan sentra industry perikanan terbesar di Jawa Barat selalu mengalami peningkatan produksi dibidang perikanan setiap tahun nya. Pada tahun 2011 produksi perikanan tangkap Sukabumi mencapai 8100 ton dan pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 13790,11 ton (Dislutkan Sukabumi 2011). Meningkatnya produksi dibidang perikanan harus didukung dengan pengawasan sumberdaya perikanan yang optimal. Pengawasan kegiatan perikanan yang optimal akan mendorong produksi perikanan yang tinggi serta lestari.
d. Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan secara destruktif
Kegiatan pemanfaatan secara destruktif dapat menyebabkan degradasi habitat bagi biota perairan. Dorongan ekonomi serta keterbatasan modal dalam melakukan penangkapan ikan membuat nelayan menggunakan berbagai cara untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Salah satu kegiatan penangkapan ikan yang bersifat destruktif adalah penggunaan potasium untuk menangkap ikan-ikan karang. Banyaknya pelaku pelanggaran dibidang perikanan dan kelautan menuntut pemerintah kabupaten untuk meningkatkan pengawasan kegaiatan perikanan agar sumberdaya yang dimiliki oleh Kabupaten Sukabumi dapat terjaga kelestariannya. 2.Ancaman (Threat)
a. Kurangnya anggaran sehingga menghambat pengawasan kegiatan perikanan di Sukabumi
Pengawasan kegiatan perikanan yang baik harus didukung dengan tersedianya anggaran kegiatan yang berasal dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Masalah anggaran seringkali menjadi penghambat jalannya kegiatan pengawasan di wilayah Sukabumi. Proses pembuatan anggaran yang harus dibuat di tahun sebelumnya, membuat para pengawas di wilayah Sukabumi kurang optimal dalam melaksanakan kegiatan pengawasan.
b. Interpretasi kewenangan Kabupaten pada undang–undang No 23 tahun 2014 Pada tahun 2014 pemerintah mengeluarkan undang–undang No. 23 tahun 2014 atas perubahan dari undang–undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Perubahan tersebut dilakukan atas dasar ketidaksesuaian undang–undang No 32 Tahun 2004 terhadap perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyalenggaraan pemerintah daerah. Munculnya undang–undang No 23 tahun 2014 dirasa menyulitkan bagi para nelayan. Hal ini menyebabkan banyak nelayan yang justru mengabaikan perizinan usaha dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan seperti SIUP, SIPI, dan SIKPI. Adanya kesalahan dalam penerapan undang– undang No 23 Tahun 2014 oleh pemerintah Kabupaten merupakan penyebab dari banyaknya nelayan yang tidak mengurus surat perizinan usaha perikanan, padahal pada pasal 13 poin nomor 4 jelas disebutkan bahwa segala hal urusan yang berada di wilayah kabupaten merupakan kewenangan dari kabupaten/kota. Oleh karena itu, kesalahan dalam penerapan ini harus diluruskan agar kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten dapat berjalan dengan optimal.
Faktor internal dan eksternal yang telah disajikan diatas selanjutnya dilakukan penghitung skor untuk masing-masing faktor. Adapun nilai skor untuk masing-masing unsur pada kedua faktor dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Hasil tersebut disajikan dalam matriks evaluasi faktor internal ( internal strategic faktors analysis summary: IFAS ) dan matriks evaluasi faktor eksternal ( external strategic faktors analysis summary: EFAS ).
18
Tabel 7 Matriks evaluasi faktor internal
Unsur SWOT Bobot Rating Skor Kekuatan
Adanya kelompok pengawas dan sejenisnya yang berbasis masyarakat nelayan
0.25 4 1.00
Koordinasi pengawasan kegiatan perikanan
yang semakin mudah antar stakeholder
pengawas
0.07 3 0.21
Adanya unit kerja khusus yang menangani
perlindungan sumberdaya Kelautan dan
perikanan dalam internal Dislutkan Sukabumi
0.16 3 0.48
Kegiatan sosialisasi peraturan perikanan yang dilakukan secara rutin
0.02 3 0.06
Kelemahan
Keterbatasan sarana, prasarana dan
infrastruktur dalam pengawasan kegiatan
Perikanan di Sukabumi
0.26 2 0.52
Kurangnya SDM Pengawas Perikanan yang berada di Sukabumi
0.12 2 0.23
Lemahnya penegakan hukum dan pengawasan 0.02 1 0.02
Patroli pengawasan wilayah pesisir yang bersifat insidental
0.10 2 0.20
Total 1 2.73
Tabel 8 Matriks evaluasi faktor eksternal
Unsur SWOT Bobot Rating Skor Peluang:
Adanya kegiatan industri perikanan di Kabupaten Sukabumi
0.25 4 1.00
Kemudahan akses kantor pengawas yang terletak di Ibukota Kabupaten
0.10 3 0.29
Meningkatnya produksi perikanan di
Sukabumi setiap tahun
0.07 3 0.21
Pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan secara destruktif
0.08 4 0.33
Ancaman:
Kurangnya anggaran pengawasan kegiatan perikanan di Sukabumi
0.43 2 0.86
Interpretasi kewenangan Kabupaten pada undang – undang no 23 tahun 2014
0.07 1 0.07
19 Penilaian pada matriks evaluasi faktor internal dan faktor eksternal menghasilkan skor untuk faktor internal sebesar 2,73 dan faktor eksternal sebesar 2,76 (Tabel 7 dan Tabel 8). Hal ini berarti, kondisi internal stakeholder pengawas perikanan di Kabupaten Sukabumi memiliki kekuatan untuk mengatasi berbagai kelemahan yang dimilikinya. Stakeholder pengawas kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi telah mampu merespon peluang secara maksimal untuk mengatasi ancaman dalam pengawasan kegiatan perikanan di wilayah Sukabumi. Selanjutnya, berdasarkan skor faktor internal dan eksternal tersebut, dapat diketahui pula strategi yang tepat untuk pengembangan pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi adalah strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal yang relatif lebih agresif untuk melakukan pengelolaan (konsolidasi). ( Gambar 5 ).
Gambar 5 Kuadran strategi pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi
Hasil pengamatan dan analisis terhadap faktor internal dan eksternal selanjutnya digunakan sebagai acuan melakukan analisis mengenai strategi alternatif untuk pengembangan pengawasan kegiatan perikanan di kabupaten Sukabumi. Penentuan strategi dilakukan dengan cara perkalian silang antar komponen pada faktor internal dan faktor eksternal, dengan mengambil 2 faktor dari setiap komponen yang memiliki nilai skor tertinggi (Tabel 8). Skor tertinggi untuk kekuatan dimiliki oleh komponen 1 (S1) dan komponen 3 (S3), pada kelemahan skor tertinggi dimiliki oleh komponen 1 (W1) dan komponen 2 (W2). Dua komponen pada peluang yang memiliki skor tertinggi adalah komponen 1 (O1) dan komponen 2 (O2), pada ancaman komponen dengan skor tertinggi adalah komponen 1 (T1) dan komponen 2 (T2). Komponen dengan skor tertinggi dianggap memiliki pengaruh besar dalam pengembangan pengawasan kegiatan perikanan. Perkalian silang strategi kemudian menghasilkan 4 (empat) strategi utama yang jitu untuk diterapkan guna pengembangan pengawasan kegiatan perikanan di Sukabumi secara optimal. Strategi yang dihasilkan dari perkalian silang yaitu berupa strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT yang disajikan pada Tabel 9.
2,73; 2,76 To ts l Sko r Fak to r Ekste rn al
Total Skor Faktor Internal
III II I
IV V VI
20
Tabel 9 Alternatif strategi untuk menjaga eksistensi pengawas perikanan di Kabupaten Sukabumi
Analisis Internal
Analisis Eksternal
S
Adanya kelompok pengawas
dan sejenisnya yang berbasis masyarakat nelayan (S1)
Kemajuan teknologi yang
memudahkan komunikasi dalam melakukan koordinasi pengawasan (S2)
Adanya bagian khusus (unit
kerja) yang menangani perlindungan sumberdaya kelautan dan perikanan dalam internal Dislutkan Sukabumi (S3)
Kegiatan sosialisasi
peraturan perikanan yang dilakukan secara rutin (S4)
W
Keterbatasan sarana,
prasarana dan infrastruktur dalam pengawasan kegiatan perikanan di Sukabumi (W1)
Kurangnya SDM
pengawas perikanan dan kelautan di Sukabumi (W2)
Lemahnya penegakan
hukum dan pengawasan (W3)
Patroli pengawasan
wilayah pesisir yang bersifat insidental (W4) O Adanya kegiatan industri perikanan di Kabupaten Sukabumi (O1) Kemudahan akses
kantor pengawas yang terletak di Ibukota Kabupaten (O2)
Meningkatnya
produksi perikanan di Sukabumi setiap tahun (O3)
Pemanfaatan
sumberdaya perikanan dan kelautan secara destruktif (O4)
Strategi SO 1. Pembentukan SDM pendamping dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi untuk setiap kelompok masyarakat pengawas yang ada di setiap desa pesisir. S1,S3,O1,O4
Strategi WO 2.Pembangunan sarana prasarana penunjang kegiatan pengawasan perikanan di setiap desa pesisir untuk
memudahkan akses bagi para pengawas perikanan serta didukung dengan perekrutan sarjana muda guna menambah SDM pengawas. W1,W2,O1,O4 T Kurangnya anggaran pengawasan kegiatan perikanan di Sukabumi (T1) Interpretasi kewenangan kewenangan Kabupaten pada undang – undang no 23 tahun 2014 (T2) Strategi ST 3.Sosialisasi peraturan secara vertikal dan horizontal S1,S3,T1,T2
Strategi WT
4. pembuatan anggaran khusus untuk kegiatan pengawasan perikanan di wilayah perairan Sukabumi
W1,W2,T1,T2
Berikut merupakan alternatif strategi pengembangan pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi yang dihasilkan berdasarkan perkalian silang faktor internal dan eksternal :
21 1) SO - Pembentukan SDM pendamping dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Sukabumi untuk kelompok masyarakat pengawas yang ada di setiap desa pesisir
.
2) WO - Pembangunan sarana prasarana penunjang kegiatan pengawasan perikanan di setiap desa pesisir untuk memudahkan akses bagi para pengawas perikanan serta didukung dengan perekrutan sarjana muda guna menambah SDM pengawas.
3) ST - Sosialisasi peraturan secara vertikal dan horizontal.
4) WT - Pembuatan anggaran khusus untuk kegiatan pengawasan perikanan di wilayah perairan Sukabumi.
Pertimbangan beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan suatu strategi dibutuhkan untuk memilih alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi (Salusu 2004). Menurut Terry G R (1992) pengambilan keputusan merupakan pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif. Proses yang terjadi pada pengambilan keputusan bertujuan untuk menekan ketidakpastian dan keraguan atas alternatif strategi yang dipilih (Salusu 2004). Pemilihan strategi dengan mempertimbangkan kebutuhan sumberdaya dalam penerapannya dilakukan untuk mendapatkan strategi yang efektif dan efisien (Tabel 10).
Tabel 10 Penentuan prioritas strategi berdasarkan pertimbangan faktor sumberdaya
Penilaian
Waktu Dana SDM Infrastruktur Total
Nilai Rangking Strategi Strategi SO 3 1 3 2 9 III Strategi WO 1 1 3 1 6 IV Strategi ST 3 3 3 3 12 I Strategi WT 3 2 3 3 11 II
Penentuan prioritas strategi dilakukan dengan metode pembobotan untuk setiap faktor yang berpengaruh pada penerapan suatu strategi. Semakin tinggi nilai yang diperoleh, maka semakin efektif strategi tersebut untuk diterapkan. Penilaian keempat strategi dilakukan oleh peneliti dengan melihat kondisi dilapangan. Strategi pertama yang efektif dan efisien untuk diterapkan dengan pertimbangan faktor sumberdaya adalah "Sosialisasi peraturan secara vertikal dan horizontal" (strategi ST). Umumnya organisasi memiliki tipe sosialisasi yang dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi-kondisi tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas agar pencapaian tujuan tercapai dengan baik.
Menurut Hasibuan (2011) tipe sosialisasi di bagi menjadi dua bagian besar yaitu sosialisasi vertikal dan sosialisasi horizontal. Sosialisasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Sosialisasi peraturan secara vertikal dimaksudkan agar para pelaku usaha perikanan di Kabupaten Sukabumi memahami peraturan yang ada sehingga dapat mengurangi tindak pidana perikanan yang terjadi di wilayah perairan. Sosialisasi termasuk dalam jenis penegakan hukum secara interpretif,
22
yaitu penegakan hukum yang dirancang untuk menimbulkan kepatuhan yang bersifat sukarela dari masyarakat terhadap hukum, yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku, tanpa harus menghadirkan unsur kekerasan, seperti orang berseragam yang dilengkapi dengan senjata atau atribut pengawasan konvensional lainnya. Upaya untuk mengurangi tindak pidana perikanan dapat dilakukan dengan pembuatan perencanaan yang baik, yaitu participatory coastal resources assessment (PCRA), dimana masyarakat terlibat aktif dalam menyusun daftar dan memetakan sumber daya pesisir.
Proses ini membawa berbagai pihak untuk bersama-sama mengindentifikasi dan menyusun prioritas pemanfaatan sumberdaya. Selanjutnya, sosialisasi horizontal yaitu tindakan-tindakan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat. Sebuah peraturan tidak akan dapat menyenangkan semua orang selamanya. Namun pengelola perikanan sebaiknya membuat alasan yang jelas tentang aturan yang berlaku di kawasan yang dikelolanya. Kejelasan alasan ini terkait langsung dengan konsep pengenalan kepada masyarakat untuk membangun kepatuhan sukarela terhadap peraturan-peraturan yang ada, seperti tercantum dalam Modul Pelatihan Dasar Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (BPSDM-KP, 2014).
Strategi kedua yang dapat diterapkan adalah "Pembuatan anggaran khusus untuk kegiatan pengawasan perikanan di wilayah perairan Sukabumi" (strategi WT). Anggaran merupakan sebuah rencana keuangan, biasanya mencakup jangka waktu satu tahun dan merupakan alat–alat untuk perencanaan jangka pendek dan pengendalian dalam organisasi (Antony dan Govindrajan 2005). Pembuatan anggaran khusus ini bertujuan agar kegiatan pengawasan dapat berjalan dengan maksimal. Anggaran khusus untuk kepentingan pengawasan dibuat sebagai strategi yang memfokuskan pada pengembangan kegiatan pengawasan tanpa melibatkan kegiatan perikanan lainnya.
Strategi ketiga adalah "Pembentukan SDM pendamping dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi untuk kelompok masyarakat pengawas yang ada di setiap desa pesisir" (Strategi SO)
.
Pendampingan sebagai suatu strategi yang umum digunakan oleh pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas dari sumber daya manusia. Kemampuan sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh keberdayaan dirinya sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan pemberdayaan disetiap kegiatan pendampingan (Suharto 2005). Kegiata pendampingan juga berguna untuk mempercepat alur informasi mengenai kegiatan pengawasan di Kabupaten Sukabumi.Strategi keempat atau strategi diurutan terakhir adalah Pembangunan sarana prasarana penunjang kegiatan pengawasan perikanan di setiap desa pesisir untuk memudahkan akses bagi para pengawas perikanan serta didukung dengan perekrutan sarjana muda guna menambah SDM pengawas (Strategi WO). Pembangunan dalam hal ini merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana (Kartasasmita 1994). Pembangunan harus didukung dengan sumberdaya manusia yang memiliki potensi agar manfaat dari adanya pembangunan dapat tercapai. Keempat alternatif strategi diatas telah diurutkan berdasarkan pertimbangan Sumberdaya yang dibutuhkan dalam penerapannya
23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi dilakukan oleh Dislutkan, Satker PSDKP, dan nelayan (POKMASWAS) serta berkoordinasi dengan lembaga lain yaitu PPN Palabuhanratu, POL-AIR, dan TNI AL. Penelitian ini menghasilkan rumusan 4 alternatif strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan pengawasan kegiatan perikanan di Kabupaten Sukabumi yaitu dengan urutan prioritas: (1) Sosialisasi peraturan secara vertikal dan horizontal, (2) Pembuatan anggaran khusus untuk kegiatan pengawasan perikanan di wilayah perairan Sukabumi,(3) Pembentukan SDM pendamping dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi untuk kelompok masyarakat pengawas yang ada di setiap desa pesisir,(4) Pembangunan sarana prasarana penunjang kegiatan pengawasan perikanan di setiap desa pesisir untuk memudahkan akses bagi para pengawas perikanan serta didukung dengan perekrutan sarjana muda guna menambah SDM pengawas.
Saran
Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah di pesisir selatan Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi perikanan cukup besar. Besarnya potensi perikanan tersebut harus diimbangi oleh sistem pengawas perikanan yang baik pula dengan saling berkoordinasi antar stakeholder agar pemanfaatnya dapat optimal dan sumberdayanya tetap lestari. Dukungan dari sumbedaya manusia, anggaran dana dan infrastruktur penunjang pengawasan perikanan agar pengembangan pengawasan perikanan di Kabupaten Sukabumi dapat diterapkan dengan optimal.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anthony RN, Govindarajan V. 2005. Management Control System, Edisi 11, penerjemah: F.X. Kurniawan Tjakrawala, dan Krista. Jakarta (ID). Salemba Empat.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2015. Modul pelatihan berbasis kompetensi: Pelatihan Dasar Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi. 2011. Rencana strategis 2011-2015. Sukabumi (ID). Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. 2010. Produk Unggulan. [Internet]. [Diakses pada 18 Maret 2016]. Tersedia pada: http://perikanan. sukabumikab.go.id/en/produk-unggulan.html.
Hasibuan MSP. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID). Bumi Aksara.
Kartasasmita G. 1994. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang. Jakarta (ID): PT Gelora Aksara Pratama
Nurani TW. 2010. Model Pengelolaan Perikanan: Suatu Kajian Pendekatan Sistem. Bogor (ID). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Institut Pertanian Bogor.
[PPNP] Pelabuhan Perikanan Palabuhanratu. 2014. Laporan Tahunan Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2014. Sukabumi (ID). Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu.
Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Rangkuti F. 2000. Business Plan. Jakarta (ID): PT. Gramedia
Ruswandi A, Gartika D. 2013. Strategi pengembangan investasi di sekitar pelabuhan perikanan tipe B di Jawa Barat. J. Akuatika. 4(1) : 89-101.
Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks). Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Salusu J. 2004. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakarta (ID): Erlangga.
Sholahuddin M. 2012. SIG untuk Memetakan Daerah Banjir Dengan Metode Skoring Dan Pembobotan (Studi Kasus Kabupaten Jepara). Jawa Tengah. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharto E. 2005. Analisis Kebijakan Publik : Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung (ID): Alfabeta.
Surat Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sukabumi. Nomor 523/526.1 Dislutkan 2013. Tentang Pengukuhan Kelompok Masyrakat Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dan Sejenisnya.
25 Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP 58/MEN/SJ/2001 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
Suryabrata S. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Terry G R. 1992. Dasar – dasar manajemen. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Uktolseja F, Purbayanto A, Wisudo SH. 2011. Analisis Pengembangan
Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Perairan Laut Halmahera Utara. Bogor (ID): Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Yuni NA. 2006. Kajian Ekosistem Terumbu Karang untuk Pengembangan Kawasan Ekowisata Bahari di Pulau Hoga, Taman Nasional Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
26
27 Lampiran 1 Analisis fungsi pengawasan kegiatan patrol perikanan oleh setiap
Lembaga pengawas
Fungsi Pengawasan Instansi Perikanan
DKP Sukabumi Satker PSDKP PWP3K POL-AIR Petugas Konservasi Patroli - Darat - Laut
Sarana dan Prasarana - Kantor - Kapal pengawas Perlengkapan patroli - Seragam dan Atribut - Kartu tanda anggota - Perlatan pengaman - Senjata Cara patroli - Berjalan kaki - Moda transportasi darat - Moda transportasi laut
Lampiran 2 Daftar Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) sumberdaya kelautan dan perikanan dan sejenisnya (kelompok masyarakat konservasi dan kelompok masyarakat peduli lingkungan) di Kabupaten Sukabumi.
No Nama Pokmaswas dan Sejenis Pengurus Alamat Sekretariat Ketua Sekertaris Bendahara
1 Bangban
Nusantara
Aep Saepuddin
Asep Padullah E. Kusnadi Kp. Cibangban RT 01/01,
Ds. Pasirbaru, Kec. Cisolok, Kab. Sukabumi
2 Kahuripan
Nusantara
Aji MS H. Ewen Bunong Kp. Pajagan, Ds.
Cikahuripan, Kec.Cisolok, Kab. Sukabumi 3 Ratu Nusantara Asep Suanda
Rizal Fatah Ade Suryana Kp. Kidang Kencana, RT
01/27, Kel/Kec. Palabuhanratu, Kab. Sukabumi 4 Tuna Mandiri Nusantara Komara Wahyu
Sunandang Waryono Dermaga 2 PPN
Palabuhanratu, Kel/Kec. Palabuhanratu, Kab.
Sukabumi
28
Nusantara Fahmi Kec. Simpenan, Kab.
Sukabumi
6 Waru
Nusantara
Syarifuddin Riki Yusuf Iwan Sopian Kp. Palangpang/ Kantor TPI
Ciwaru, Ds. Ciwaru, Kec. Ciemas, Kab. Sukabumi
7 Genteng
Nusantara
Sambas Sudiar Effendi Sobari Kp. Ujunggenteng RT
02/01, Ds. Ujunggenteng, Kec. Ciemas, Kab.
Sukabumi 8 Mina Jaya Nusantara Ugih Solihin Dadan Hermawan Agus Kp. Kutamara RT 22/10, Ds.
Pasiripis, Kec. Surade, Kab. Sukabumi
9 Ciroyom Nanang
Suryana
Hunen Cecep Kp. Ciroyom RT 01/01, Ds.
Cibitung, Kec. Cibitung, Kab. Sukabumi 10 Kabandunga n Nusantara Lukas Arman Arif Rahman (1), Heru Rudianto (2) Abas Kp. Cicadas RT 01/04, Ds. Tugubandung, Kec. Kabandungan, Kab. Sukabumi 11 Komunitas Lingkar Hijau Erik Setiawan
Erfan Fauzan Miranti
Desniati Sari
Komplek Dormitori III No. B-1, Hotel Inna Samudera
Beach RT 02/01, Ds. Cikakak, Kab. Sukabumi
12 Komunitas Penyelamat Mangrove Darwan Tatang Gunawan Noviatun Jl. Karanganyar RT 01/05, Ds/Kec Kecamatan Tegalbuleud, Kab. Sukabumi 13 Kelompok Konservasi Penyu
Musonip Lendrawati Syaif Kp. Jaringan, Ds
Pangumbahan, Kec. Ciracap, Kab. Sukabumi
14 Sahabat
Lingkungan Pesisir
Witama Ripal P Raiga Jalan Penegak No. 109,
Palabuhanratu, Kab. Sukabumi 15 Tegal Buleud Nusantara Dedi Himawan Sutanto
Alamsyah Widi Kp. Margahayu, Ds.
Buniasih, Kec. Tegalbuleud, Kab. Sukabumi
Lampiran 3 Dokumentasi penelitian.
Briefing Patroli bersama Foto bersama lembaga pengawas kegiatan perikanan setelah kegiatan patrol
29
Oknum nelayan yang melakukan penangkapan menggunakan potassium
Wawancara pengumpulan data
Kantor PPN Palabuhanratu Kendaraan operasional PPN Palabuhanratu