• Tidak ada hasil yang ditemukan

REHABILITASI SAWAH RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM AKTUAL DENGAN PEMBERIAN AMELIORAN, SALURAN CACING DAN. Oleh: SINTO R. NOEHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REHABILITASI SAWAH RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM AKTUAL DENGAN PEMBERIAN AMELIORAN, SALURAN CACING DAN. Oleh: SINTO R. NOEHAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

REHABILITASI SAWAH RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM AKTUAL DENGAN PEMBERIAN AMELIORAN, SALURAN CACING DAN

EMPAT VARIETAS PAD1 (Oms

sativa,

L )

Oleh:

SINTO R. NOEHAN

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Kupersembahkan bagi ibuku, lsteri dan anak-anakku serta semua mereka yang membutuhkan untuk diamalkan, diajarkan, dan dikerjakan memenuhi kebutuhan manusia khususnya sandang dan pangan

(3)

ABSTRACT

SINTO R. NOEHAN. The Rehabilitation of Actual Acid Sulphate Soils of Tidal Swamp Rice Fields by Using Ameliorant, Intensive Shallow Drainage System and Four Rice (Olyza sativa, L.) Varieties. Under supervision of Amris Makmur,

Sri Setyati Ha jadi, Didy Sopandie, Hajrial Aswidinnoor, A. Syarifuddin Karama and IPG Widjaja-Adhi.

Many sulphate acid tidal swamp rice fields are abandoned by farmers.

The main constraint of sulphate acid soils for agriculture is soil acidity

(pH <3.5), low nutrient content, iron and sulphate toxicity from the oxidation of

pyrite. Some approaches to rehabilitate the rice fields are through soil

amelioration, apropriate water management and improved agronomic practices

of rice. The objective of this research is to study the methods to rehabilitate rice

soils in sulphate acid tidal swampland through soil amelioration with dolomite

and rock phosphate, the use of intensive shallow drainage system and the

cultivation of four rice varieties.

The results of this study showed that rehabilitation of rice soils in

sulphate acid tidal swampland areas through the use of ameliorant (dolomite

and rock phosphate) was the best which resulted in rice production in the

planting season 1 higher than the average of rice production in the Province of

Central Kalimantan. Without ameliorant, rehabilitation of rice soils in the type C

swampland, resulted in very low productivity during both planting season 1 and

planting season 2, and in the type B swampland during planting season 1.

Ameliorant increases Mg content of soil, P and K content of leaves, decreases

Fe content of soil in the type B swampland. In the type C swampland, the

ameliorant increases P-potential, K-potential, available P, Ca and Mg, Cation

Exchange Capacity, Base Saturation, decreases Fe content of soil. The soil

(4)

soil was still high, improvement in the root zone area had been progressed, as

shown by better growth and yield of the rice plants.

The low rice yield in the type C swampland compared to type B

swampland was mostlikely due to a difference in water supply between the two

locations. The second planting was grown in the dry season. During that

season, the water supply in type C swampland location was mainly from rain

water, whereas in type B swampland location the supply was not only from

rainwater but also from the high tidal waves. The main constraint in the type B

swampland location was iron toxicity, while in the type C swampland location

was shortage of water supply. The other contributing difference was the depth

of pyrite layer. In the type B swampland location, the site of pyrite is shallow

i.e. 20

-

40 cm from soil surface, whereas in type C swampland location is deeper, 60 - 80 cm from the surface. Therefore, it is recommended that in the

type B swampland location, land preparation is minimum tillage, whereas in the

type C swampland location deep ploughing could be applied.

Appropriate water management will prevent oxydation of pyrite and if the

oxydation occured the materials will be leached out through intensive shallow

drainage system. For soil with high pyrite content, the most densed canals

(3 m) is the most effective in reducing soil Fe and fero ion in the water, leading

to the best improvement of growth and yield of the rice plant.

Rice varieties shows differential adaptation to different type swampland

location. The most adaptive variety for type B swampland is Banyuasin, while

for type C swampland is Lalan. Adaptation of rice variety has shown a sufficient

K content of the leaves, whereas for non adaptive. Siam Unus variety has a

(5)

of ameliorant and rice variety resulted in further improvement of agronomic and

physiological charateristics of the rice plants and resulted the best combination

in increasing the rice yield under iron stress. The interaction of ameliorant and

intensive shallow drainage system increased the grain weight per hill, Ca leave

content, and improved soil characteristics. The interaction of intensive shallow

drainage system and rice variety under high Fe stress only increased the

number of productive tiller. Rice varieties that tolenrant to Fe, showed low Fe

toxicity scoring and long roots and high agronomicly characters. The result of

the plant planed input-output of duwitripa showed higher income than traditional

(6)

ABSTRAK

SINTO R. NOEHAN. Rehabilitasi Sawah Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Aktual Dengan Pemberian Amelioran, Saluran Cacing dan Empat Varietas Padi (Oryza sativa, L.). Dibawah bimbingan Amris Makmur, Sri Setyati Ha jadi, Didy Sopandie, Hajrial Aswidinnoor, A. Syarifuddin Karama, dan

IPG

Widjaja-Adhi.

Banyak lahan sawah rawa pasang surut sulfat masam aktual yang

ditinggalkan terlantar oleh petani. Kendala utama tanah sulfat masam aktual

untuk pertanian adalah tingginya kemasaman tanah (pH

<3.5),

rendahnya

kadar hara serta keracunan besi dan sulfat akibat teroksidasinya pirit.

Salah satu pendekatan untuk merehabilitasi lahan sawah pada tanah sulfat

masam rawa pasang surut yang sudah menjadi lahan bongkor adalah dengan

ameliorasi tanah, menerapkan teknik pengelolaan air dan teknik budidaya

tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari cara rehabilitasi

sawah rawa pasang surut sulfat masam yang terlantar antara lain dengan

pemberian amelioran, penggunaan saluran cacing dan empat varietas padi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rehabilitasi sawah rawa pasang surut

sulfat masam yang paling baik adalah dengan penggunaan amelioran (dolomit

dan fosfat alam) yang tidak hanya dapat menghasilkan gabah pada MT1,

bahkan hasilnya melebihi rata-rata produksi padi sawah propinsi Kalimantan

Tengah. Tanpa amelioran, rehabilitasi sawah pada lokasi tipe luapan C

menghasilkan gabah sangat rendah (gagal panen) pada MTl dan MT2,

sedangkan gagal panen pada lokasi tipe luapan B hanya te qadi pada M T l saja.

Pemberian amelioran dolomit atau fosfat secara tunggal kurang efektif untuk

merehabilitasi sawah pada MTl. Perbaikan sifat-sifat tanah sudah terjadi sejak

(7)

perbaikan lingkungan perakaran sehingga tanaman padi mampu mencapai

pertumbu han dan hasil yang cukup tinggi. Pemberian amelioran meningkatkan

Mg tanah dan kandungan PI K daun, serta menurunkan kandungan Fe tanah

untuk lokasi tipe luapan B, sedangkan untuk tipe luapan C meningkatkan P-

potensial, K-potensial, PI Ca, Mg, KTK dan KB, serta menurunkan kandungan

Fe tanah.

Rendahnya hasil gabah pada tipe luapan C dibanding tipe luapan B

kemungkinan disebabkan oleh ketersediaan air yang berbeda antara kedua

lokasi tersebut. Penanaman MT2 dilakukan pada musim kemarau. Pada lokasi

tipe luapan C hanya mendapatkan air yang berasal dari hujan, sedangkan untuk

tipe luapan B selain dari air hujan juga dari air pasang besar. Perbedaan

lainnya adalah kedalaman letaknya pirit. Pada tipe luapan B, letak pirit

dangkal 20-40 cm dibawah permukaan tanah, sedangkan pada tipe luapan C

pada kedalaman 60-80 cm. Oleh karena itu pada lokasi tipe luapan B

sebaiknya menerapkan cara olah tanah minimum (OTM) dan pada tipe luapan C

boleh dilakukan olah tanah bajak dalam.

Pembuatan saluran cacing mempercepat proses pencucian

/

pengurangan kandungan Fe tanah dan ion fero air tanah, memperbaiki

lingkungan perakaran sehingga tanaman padi mampu mencapai pertumbuhan

dan hasil yang cukup tinggi. Oleh karena tanah tetap dalam keadaan anaerob,

maka penggunaan jarak saluran cacing yang paling rapat (3 m) paling efektif

mencegah proses oksidasi pirit dan mengendalikan keracunan besi.

Varietas padi yang paling adaptif untuk tipe luapan B adalah Banyuasin,

(8)

lokasi tipe luapan B dan tipe luapan C memiliki sifat-sifat fisiologi berbeda.

Varietas padi yang adaptif memilki serapan K cukup, sebaliknya yang kurang

adaptif memiliki serapan K rendah. Varietas Siam Unus memilki serapan K

cukup pada lokasi tipe luapan B dan tipe luapan C. Varietas padi tenggang Fe

menunjukkan skor gejala keracunan Fe lebih rendah dan akar yang lebih

panjang dibanding varietas padi peka Fe, penampilan agronomi (jumlah anakan

produktif, persentase gabah isi, bobot gabah per rumpun dan hasil) lebih tinggi.

Varietas padi berinteraksi dengan amelioran. Semua varietas padi dengan tanpa

amelioran menghasilkan gabah paling rendah, dan tinggi pada amelioran

lengkap dolomit dan fosfat alam. Namun bila diberi dolomit saja atau fosfat

alam saja, maka varietas Banyuasin di tipe luapan B dan varietas Lalan di tipe

luapan C mampu menunjukkan hasil gabah yang cukup tinggi. Berdasarkan

hitungan masukan-hasil, maka sistem tanam Duwitripa dapat meningkatkan

(9)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa disertasi yang be judul :

"Rehabilitasi Sawah Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Aktual Melalui Pemberian Amelioran, Saluran Cacing dan Studi Agronomi Empat Varietas Padi (Oryza

sativa, L.)".

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

15

pril 2003 /

P

Yan buat pernyataan,

(10)

REHABILITASI SAWAH RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM AKTUAL DENGAN PEMBERIAN AMELIORAN, SALURAN CACING DAN

EM PAT VARIETAS PAD1 (Oryza sativa, L.).

(The rehabilitation of actual acid sulphate soils on tidal swamp rice fields by using ameliorant, intensive shallow drainage system and

four rice ( O w a sativa, L.) varieties)

Oleh :

SINTO R. NOEHAN

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Pascasa jana Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA INSrITUT PERTANIAN BOGOR

(11)

Judul Disertasi : Rehabilitasi Sawah Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Aktual dengan Pemberian Amelioran, Saluran Cacing dan Empat Varietas Padi (Oryza sativa, L.).

Nama Mahasiswa: Sinto R. Noehan Nomor Pokok : 95563

Program Studi : Agronomi

Menyetujui :

1. Komisi Pembimbing,

Prof.Dr.Ir. Amris Makmur, MSc

Ketua

~ k t f . ~ r . ~ r . Sri Setvati Hariadi, MSc Dr.Ir. Didv So~andie. MAar

Anggota

'\ /

Anggota

Dr.d. A. ~+arifuddin Karama, MSc

\

Dr.Ir. Hairial Aswidinnoor, MSc

Ang g ota Ang g ota

Dr.Ir. IPG Widiaia-Adhi. MSq

Anggota

2. Program Studi Agronomi

-. -r a I '

(12)

Penulis dilahirkan di Tewang Pajangan, Kalimantan Tengah, pada tanggal 15 Pebruari 1954, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari ayah Rasad Noehan dan ibu Eunike Rintuh. Penulis menikah dengan Ir. Nyelong I. Simon pada tahun 1981 dan telah dikaruniai empat orang anak.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat di Tewang Pajangan tahun 1966, Sekolah Menengah Pertama Negeri I1 di Kuala Kapuas tahun 1969 dan Sekolah Menengah Atas Negeri I di Kuala Kapuas tahun 1972. Tahun 1981 menyelesaikan pendidikan sa rjana pada Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Pada tahun 1986-1989 mengikuti program Magister Sains pada Program Studi Teknologi Pasca Panen, Fakultas Pascasarjana IPB, dan sejak 4 September 1995 mengikuti program Doktor pada Program Studi Agronomi, Program Pascasarjana IPB.

Pada tahun 1981 diangkat menjadi pegawai negeri sipil pada Fakultas Non Gelar Teknologi Universitas Palangka Raya (selanjutnya berubah menjadi Fakultas Pertanian tahun 1993). Hingga saat ini, penulis adalah tenaga pengajar tetap pada Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.

(13)

DAFTAR

IS1

Halaman

...

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR

...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

...

xvi PENDAHULUAN ... 1

...

Latar Belakang 1

...

Kerangka Pemikiran 4

...

Tujuan Penelitian 9 Hipotesis

...

9 ... TINJAUAN PUSTAKA 12 ...

Pengertian dan Potensi Tanah Sulfat Masam 12

Beberapa Karakter Rawa Pasang Surut Sulfat Masam

...

15

Peranan Amelioran pada Tanah Sulfat Masam

...

17

...

Pengelolaan Air pada Tanah Sulfat Masam 19

Respon Tanaman Padi Terhadap Keracunan Besi ...

26

...

BAHAN DAN METODE 32

Waktu dan Tempat

...

32

...

Bahan dan Alat 33

Metode ... 33

...

HASIL DAN PEM BAHASAN 44

...

Pengaruh Amelioran 44

Pengaruh Saluran Cacing

...

51

...

(14)

PEMBAHASAN UMUM

...

73

Ketersediaan Hara ... 73

Model Usa ha Pertanian dan Teknologinya

...

77

Peranan Sarana dan Prasarana Tata Air

...

83

Peranan Varietas Tenggang

...

87

KESIMPULAN DAN SARAN

...

89

...

Kesimpulan 89 ... Saran 90 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

No

.

Halaman 1 Tipologi Lahan Rawa di Sumatera. Kalimantan. Sulawesi dan

Papua

...

13

2

.

Pengaruh Pemberian Amelioran Terhadap Komponen Agronomi pada MT1 dan MT2 di Lokasi Tipe

...

Luapan B dan Tipe Luapan C

3

.

Hasil Analisis Tanah Sebelum Penelitian dan Pengaruh Pemberian

Amelioran Terhadap Hasil Analisis Tanah Setelah MT2

...

49 4

.

Pengaruh Jarak Saluran Cacing Terhadap Hasil (t GKG/ha)

...

52 5

.

Pengaruh Jarak Saluran Cacing Terhadap Persentase Gabah Isi

...

dan Bobot Gabah per Rumpun 53

6

.

Pengaruh Jarak Saluran Cacing Terhadap Skor Gejala Keracunan

Fe

...

57

7

.

Pengaruh Jarak Saluran Cacing Terhadap Panjang Akar Tanaman

Padi

...

57

8

.

Pengaruh Interaksi Amelioran dengan Jarak Saluran Cacing

Terhadap Bobot Gabah per Rumpun pada M T l

...

58 9

.

Pengaruh Interaksi Amelioran dengan Jarak Saluran Cacing

Terhadap Kandungan Ca Daun di Lokasi Tipe Luapan C

...

59

...

10

.

Pengaruh Varietas Padi Terhadap Komponen Agronomi 61

...

11.Hasil Analisis Hara Jaringan Daun di Lokasi Tipe Luapan B 62

...

12.Hasil Analisis Hara Jaringan Daun di Lokasi Tipe Luapan C 63

13.Kriteria Status Kandungan Hara Daun Empat Varietas Padi

...

(Jones. 1998) di Lokasi Tipe Luapan B 64

14.Kriteria Status Kandungan Hara Daun Empat Varietas Padi

...

(Jones. 1998) di Lokasi Tipe Luapan C 64

...

15.Pengaruh Varietas Padi Terhadap Skor Gejala Keracunan Fe 66

(16)

17.Pengaruh Interaksi Varietas Padi dengan Amelioran Terhadap

Hasil (t GKG/ha) pada MT2

...

68 18. Pengaruh Interaksi Varietas Padi dengan Amelioran Terhadap

Komponen Agronomi pada MT2 di Lokasi Tipe Luapan C ... 69

19.Pengaruh Interaksi Varietas Padi dengan Amelioran pada Fase

Vegetatif Terhadap Kandungan Mg Daun

...

70 2O.Pengaruh Interaksi Varietas Padi dengan Amelioran pada Fase

...

Vegetatif Terhadap Kandungan S dan Fe Daun 7 1

21.Pengaruh Interaksi Varietas Padi dengan Jarak Saluran Cacing Terhadap Jumlah Anakan Produktif pada MT2 di Lokasi Ttpe

...

Luapan 6

(17)

DAFTAR GAMBAR

No

.

Halaman

1

.

Kerangka Penelitian

...

2

.

Penempatan Blok Percobaan pada Lokasi Tipe Luapan B ...

3

.

Penempatan Blok Percobaan pada Lokasi Tipe Luapan C ...

...

.

4 Rancangan Lapangan pada Blok Percobaan

.

...

5 Pola Tanam Duwitripa

...

6

.

Konstruksi Galangan dan Saluran

7

.

Pengaruh Amelioran Terhadap Hasil Gabah ...

8

.

Pengaruh Jarak Saluran Cacing Terhadap Kandungan Ion Fero Air Tanah Selama MT2 di LokasimTipe Luapan B ...

9

.

Pengaruh Jarak Saluran Cacing Terhadap Kandungan Ion Fero Air Tanah Selama MT2 di LokasimTipe Luapan C ...

10

.

Pengaruh Perlakuan Saluran Cacing Terhadap Kandungan Fe

...

Tanah pada MT2 di Lokasi Tipe Luapan B

...

11

.

Hasil Gabah Berbagai Varietas Padi

12

.

Penampang Melintang Akar Tanaman Padi IR-64 pada Fase

...

Vegetatif

13

.

Panjang Akar Berbagai Varietas Padi ...

14

.

Hubungan Anatar Kandungan Fe Jaringan Daun dengan Hasil Gabah Kering Giling Tanaman Padi ...

15

.

Kurva Regresi Kandungan Ion Fero Air Tanah Selama MT2 di Lokasi Tipe Luapan B ...

16

.

Kurva Regresi Kandungan Ion Fero Air Tanah Selama MT2 di Lokasi Tipe Luapan B ...

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No

.

Halaman

1 Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada MTl dan MT2 di Lokasi Lokasi Luapan Pasang Tipe B

...

2

.

Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada M T l dan MT2 di Lokasi Lokasi Luapan Pasang Tipe C ...

3

.

Skor Gejala Keracunan Fe pada Tanaman Padi

...

4

.

Metode Analisis Besi(II1) pada Jaringan Akar Padi Varietas IR-64

...

5

.

Deskripsi Varietas Padi Unggul Lalan

...

6

.

Deskripsi Varietas Padi Unggul Banyuasin

...

7

.

Deskripsi Varietas Padi Unggul Introduksi IR-64

...

8

.

Deskripsi Varietas Padi Lokal Siam Unus ...

Referensi

Dokumen terkait

MAS NANDANG MUNANDAR Pengaruh pencucian dan pemberian bahan amelioran terhadap pertumbuhan dan serapan hara kacang tanah (Arachis hipogea L) pada tanah sulfat

Lahan rawa pasang surut sulfat masam terdegradasi dapat dicegah menjadi lahan bongkor atau lahan tidur dengan cara menekan proses oksidasi pirit (FeS 2 ). Hasil oksidasi

Salah satu upaya untuk menunjang peningkatan produktivitas padi di lahan rawa pasang surut adalah penanaman varietas padi unggul baru yang adaptif, berpotensi hasil lebih tinggi

Di Kalimantan Selatan terdapat lahan sawah pasang surut yang cukup luas, namun sebagian besar masih ditanami dengan padi varietas lokal. Eksistensi padi varietas

Menurut Simatupang dan Nurita (2010), pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk mendukung program peningkatan produksi pangan nasional dapat dilakukan, selain

Penerapan teknologi budidaya tanaman padi pada lahan sawah pasang surut Provinsi Jambi masih sangat sederhana dimana masih menggunakan padi varietas lokal, tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menurun kan kejenuhan Al 80% dari kejenuhan tanah awal di lahan sulfat masam aktual sudah dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

Kesepakatan ini akan digunakan sebagai dasar tindaklanjut yang harus dikerjakan bersama dalam menerapkan budidaya padi rawa pasang surut di hamparan sawah petani