• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SOSIAL BUDAYA DUSUN KANTONG DESA SIREMENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II SOSIAL BUDAYA DUSUN KANTONG DESA SIREMENG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SOSIAL BUDAYA DUSUN KANTONG DESA SIREMENG

A. Kondisi Geografis

Desa yang terdapat di Kecamatan Pulosari di Kabupaten Pemalang cukup banyak, di antaranya desa Batursari, Cikendung, Clekatakan, Gambuhan, Gunungsari, Jurang Mangu, Karangsari, Nyalembeng, Pegenteran, Penakir, Pulosari dan Siremeng. Dusun Kantong terletak di salah satu desa yang terdapat di Kecamtan Pulosari yaitu di desa Siremeng.

Batas wilayah dari desa Siremeng sebagai berikut. Sebelah utara berbatasan dengan desa Cikendung Kecamatan Pulosari. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Batursari dan Clekatakan. Sebelah timur berbatasan dengan desa Gombong. Sebelah barat berbatasan dengan desa Pulosari dan Pegenteran.

Penamaan atau nomenklatur desa Siremeng berdasarkan adat istiadat secara turun temurun sejak zaman kerajaan Mataram memiliki arti remang-remang dan dari zaman penjajahan Belanda sampai sekarang nama Siremeng tetap dilestarikan. Namun secara formal nama Siremeng belum diketahui dan dibakukan dalam bentuk peraturan perundang-undangan peraturan daerah, walaupun nama desa Siremeng telah diakui secara administratif sebagai salah satu nama desa dari 211 desa yang ada di Kabupaten Pemalang (Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Siremeng,2013: 1).

Desa Siremeng merupakan desa yang penuh dengan tanah kering dan tidak dijumpai adanya area persawahan. Karena hanya terdapat tanah kering oleh

(2)

karena itu banyak dimanfaatkan oleh warga selain sebagai pemukiman, juga digunakan sebagai pekarangan dan ladang, kebanyakan di antara mereka menanan jenis tanaman sayuran, seperti kol, brokoli, labu siam, lombok, teh dan wortel. Bila dikalkulasikan luas tanah kering yang terdapat di desa Siremeng anatara lain ladang dengan luas 411 ha, Pemukiman dengan luas 151,93 ha, dan pekarangan dengan luas tanah 100 ha, total dari luas tanah keringnya adalah 662,93 ha. Namun, di desa Siremeng semua tanah bukanlah milik warga saja, melainkan terdapat tanah negara dan dalam bentuk perkebunan dengan luas 150 ha, dan Hutan Lindung seluas 150 ha (Data Monografi Desa, 2013: 2-4).

Jarak desa Siremeng ke Kecamtan ± 3 km, dan lama jarak tempuh ke kecamatan dengan menggunakan kendaraan ± 1,5 jam perjalan sedangkan dengan berjalan kaki ± 3,5 jam. Namun, bila jarak dari Desa Siremeng ke kabupaten ± 50 km, dan lama jarak yang ditempuh menuju kabupaten dengan menggunakan kendaraan bermotor ± 2 jam, sedangkan dengan berjalan kaki atau non kendaraan bermotor ±12 jam (Data Monografi Desa, 2013: 5).

Potensi air dan sumber daya air yang terdapat di desa Siremeng hanya mengandalkan mata air pegunungan dan embung-embung yang terdapat di sebelah selatan kantor kepala desa Siremeng. Jumlah mata air yang terdapat di desa Siremeng hanya 1 unit. Sementara itu, sumber air yang berasal dari hidran umum sebanyak 24 unit. Tidak jarang pada musim kemarau di desa Siremeng sulit mendapatkan pasokan air bersih karena mata air yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat mengalami kekeringan. Pemerintah daerah kabupaten Pemalang juga memberikan pasokan air bersih bagi warga di daerah pegunungan,

(3)

tidak terkecuali desa Siremeng. Namun, pasokan yang diberikan oleh pemerintah daerah belum bisa menutupi kebutuhan keseluruhan dari warga, dari pihak pemerintah baru bisa menjangkau 15 % saja, sedangkan 85% warga masih membeli air (Data Monografi Desa,2013: 15).

B. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Siremeng

Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat.

Kondisi sosial masyarakat desa Siremeng dengan banyaknya laki-laki kurang lebih 2.870 orang, perempuan 2.861 orang, dengan jumlah total 5.731 orang. Jumlah kepala keluarga 1.569 KK dan kepadatan penduduk per luas daerah adalah sebesar 1.162 per km (Data Monografi Desa, 2013: 18).

Tingkat pendidikan di desa Siremeng mayoritas adalah tamatan SD dengan jumlah 1940 untuk laki-laki dan 1742 untuk perempuan. Tamatan SMP sebanyak 226 untuk laki-laki dan 179 untuk perempuan. Tamatan SMA dengan jumlah 231untuk laki-laki dan 201 untuk perempuan. Tamatan D-2, sebanyak 21 untuk laki-laki dan 13 untuk perempuan D-3, dengan total 4 orang, S-1 sebanyak 31 untuk laki-laki dan 21 untuk perempuan dan S-2 dengan jumlah total 2 orang (Data Monografi Desa, 2013: 19).

(4)

Melihat kondisi masyarakat yang mayoritas adalah tamatan SD, dan didukung dengan keadaan desa Siremeng adalah dataran tinggi atau pegunungan dengan lahan yang subur, setiap warganya memiliki ladang pertanian untuk dikelolanya. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, petani yang terdapat di desa Siremeng 2156 untuk laki-laki dan 747 untuk perempuan. Kegiatan bertani bukan hanya menjadi pekerjaan petani saja, tetapi banyak pegawai swasta, karyawan, guru yang memiliki lahan pertanian (Data Monografi Desa, 2013: 19).

Mata pencaharian di desa Siremeng, selain petani antara lain adalah pedagang atau wiraswasta, pegawai Negeri Sipil (PNS), POLRI, pengrajin industry rumah tangga, bidan dan sebagiannya lagi sebagai buruh. Tanaman pertanian yang terdapat di desa Siremeng di antaranya jagung, labu siyam, kol, teh, wortel, dan tanaman pertanian lainnya (Data Monogrfi Desa, 2013: 19).

Kehidupan masyarakat selalu menghendaki sebuah keselarasan dan keserasian, dengan pola pikir dan hidup saling menghormati, dalam satu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi, maupun agama. Pergeseran nilai dapat terjadi dalam konsep kebudayaan karena kebudayaan bersifat dimanis dan bukan statis. Kesadaran itu membuat masyarakat desa Siremeng dapat menilai dan memilah sebuah kebudayaan yang sedang berkembang saat ini.

Masyarakat desa Siremeng dalam perkembangannya mengalami perubahan. Salah satunya dengan banyaknya masyarakat yang melakukan

(5)

urbanisasi. Banyak warga desa pergi ke kota untuk kepentingan pendidikan dan pekerjaan.

Data urbanisasi, masyarakat desa Siremeng pada tahun 2013 cukup mengalami peningkatan. sebanyak 107 jiwa pergi ke kota dengan berbagai tujuan. Sebagian besar dari mereka melakukan urbanisasi baik untuk pendidikan maupun pekerjaan.

Masyarakat desa Siremeng merupakan masyarakat yang ulet, karena kebanyakan orang yang sudah tua, tidak mau berpangku tangan dengan berdiam di rumah, melainkan mereka akan pergi ke ladang untuk mengelola ladang pertanian. Tidak jarang dari setiap rumah pasti terdapat ladang pertanian walaupun hanya sepetak, dan ditanami beberapa jenis sayuran.

Sikap keaslian masyarakat desa Siremeng sangatlah jelas terlihat, yaitu dengan memperlakukan pendatang dengan sikap ramah, jujur, tolong menolong dan gotong-royong. Pergaulan masyarakat dusun Kantong bersifat komunal. Dalam arti, hubungan batin antarwarga sangat erat, dengan ditunjukkan adanya saling gotong royong sesama warga dan kerabatnya. Contohnya adalah sikap tolong menolong dengan membangun jalan baru menuju kampung sebelah, selain itu dapat ditemui juga pada kegiatan hajat keluarga, mendirikan rumah, mengatasi bencana, dan lain sebagainya. Segala macam persoalan masyarakat dapat dipecahkan dengan mudah atas peran orang yang berpengaruh pada sistem musyawarah mufakat, tidak heran bila kehidupan masyakat dusun Kantong desa Siremeng penuh kedamaian dan kondisi lingkungan masyarakat yang sangat aman.

(6)

Nilai-nilai kejawen masih mewarnai dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat di lereng Gunung Slamet dusun Kantong, seperti percaya pada sejumlah hal yang berhubungan dengan mistis atau gaib. Masyarakat lereng Gunung Slamet masih banyak yang percaya pada kekuatan gaib yang berada di atas kekuatan manusia. Keyakinan mereka di antaranya, ketika Gunung Slamet sedang dalam kondisi mengeluarkan abu vulkanik atau biasa di sebut sebagai wedhus gembel maka setiap rumah disekitar lereng Gunung slamet terutama dusun Kantong desa Siremeng harus menyajikan sesaji, seperti teh pahit dan singkong bakar. Pemberian sesaji ini merupakan perintah atau wasiat turun temurun dari juru kunci pertama desa Siremeng, yaitu Nyai Manten Sarak, yang merupakan juru kunci Gunung Slamet pada masa pemerintahan Belanda (wawancara dengan Warsito, 12 Desember 2014).

C. Kondisi Agama dan Budaya

Masyarakat desa Siremeng adalah masyarakat yang tidak lepas dari tradisi-tradisi Jawa, misalnya, dalam berkomunikasi pun menggunakan bahasa Jawa. Dialek Jawa yang digunakan sama dengan dialek daerah Jawa-Pemalangan yang termasuk dalam kategori dialek Banyumasan. Dialek Pemalangan yang khas antara lain dengan pengucapan beberapa kalimat dan imbuhan katanya dengan logat agak ngapak. Dialek Pemalangan tidak menggunakan sebutan ko/koe, melainkan kon. Misalnya, Kon manjing disit, ra! Koe mampir disit, apa ora?, bahasa atau dialek pemalangan yang masih berhubungan dengan dialek Banyumasan merupakan bahasa ngapak dengan ciri-ciri suka ngomong bergaya serius, blak-blakan, dan dengan suara yang keras (cowag). Berbeda dengan dialek

(7)

Solo,Yogyakarta, bahkan Semarang yang dapat dikatakan dialek Jawanya lebih halus, misalnya dalam dialek Jawa Yogyakarta dengan gaya bicara halus, merendahkan diri, dan terkadang menyanjung orang yang diajak bicara sehingga lawan bicaranya yakin dan percaya sepenuhnya akan kebaikan dan rayuan si pembicara. Tetapi dibalik itu, bagi orang yang kurang berhati-hati dan kurang mengerti benar akan makna yang sesungguhnya dari gaya bicara bucukan itu, berarti telah terjerat glembuk (bujuk rayu).

Sistem kepercayaan masyarakat Desa Siremeng keseluruhan pendudukanya adalah beragama Islam. Namun, seperti pada masyarakat pedesaan pada umumnya bahwa masyarakat desa Siremeng masih menganut sistem kepercayaan kejawen. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka tetap melaksanakan dogma-dogma ajaran agama Islam. Mereka percaya adanya Allah, Nabi dan Rasul-Nya. Mereka juga percaya akan adanya makhluk-makhluk gaib yang menghuni jagad raya, khususnya di Gunung Slamet, misalnya terdapat beberapa hari yang dilarang untuk pendakian ke Gunung Slamet, antara lain hari Selasa Manis dan Minggu Pahing. Masyarakat desa Siremeng juga percaya bahwa terdapat pasar siluman yang terdapat di Gunung Slamet, dan apabila memasuki wilayah tersebut maka akan terasa ramai layaknya di pasar, walaupun kenyataannya sepi.

Kepercayaan adat-istiadat dan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka relatif masih merupakan basis utama kehidupan, dan tetap dilaksanakan sampai sekarang. Contonya adalah sistem perkawinan yang mereka anut adalah bebas. Bebas dalam hal ini yaitu tidak hanya membatasi pada daerah sendiri,

(8)

tetapi juga membolehkan orang kawin dengan gadis atau jejaka dari daerah lain. Walaupun dalam proses perkawinannya masih kental dengan tradisi-tradisi Jawa yang harus menghitung hari baik untuk melakukan hajatan dan upacara adat perkawinan.

Budaya dan kehidupan agama masyarakat desa Siremeng termasuk cukup maju, hal ini dapat dilihat dari banyak tersebar di beberapa tempat peribadatan. Kebiasaan-kebiasaan atau tradisi hidup masyarakat desa Siremeng tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama yang dipahami dan dijalankannya. Masyarakat desa Siremeng lebih suka dikatakan sebagai penganut agama Islam Jawa, yang berarti memeluk agama Islam, tetapi masih melakukan praktek-praktek ritual kejawen, seperti adanya ruat bumi yang dilaksanakan pada bulan Suro atau 10 Muharam, dengan memberi beberapa sesaji dan mempersembahkannya ke Gunung Slamet. Sesaji tersebut di antaranya adalah beberapa ponggol yang dibuat oleh warga, 2 ekor kambing, yang kemudian kepalanya akan dikubur di area Gunung Slamet. Hal tersebut merupakan ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan penghuni dari Gunung Slamet yaitu Eyang Slamet. Unsur Islam dalam upacara ruwat bumi di desa Siremeng adalah dengan mengadakan doa bersama dimulai dengan istighosah, pengajian, manaqiban diiringi dengan rebana, acara dimulai dari ba‟da maghrib hingga larut malam yang dipimpin oleh para tokoh agama yang diantaranya juga bapak Warsito. Acara terakhir ruwat bumi adalah dengan makan bersama makanan yang telah dibawa dan kambing yang telah dimasak.

(9)

Kegiatan keagamaan juga sering dilakukan oleh masyarakat desa Siremeng, di antaranya yaitu memperingati Maulud Nabi juga masih dilakukan oleh masyarakat setempat karena mereka mempunyai tanggung jawab yang penuh dengan segala hal dan kewajiban terhadap agama dan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh sampel adalah orang lanjut usia yang pada periode penelitian menjadi anggota kelompok lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu:

Kritik intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya. 22 Dalam kritik sumber apabila

menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa telah mendapatkan dukungan spiritual dari perawat berupa dukungan motivasi dengan baik sebanyak 81

Sumber: Data dari hasil pengolahan SPSS Dari itabel i4 idiatas imenunjukkan ibahwa inilai ikoefisien ikorelasi iberganda ipada ipenelitian iini isebesar i0.933 iatau imendekati

sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk

Pertama , Pesan dakwah pementasan wayang kulit lakon ”ma’rifat dewa ruci” oleh dalang Ki Enthus Susmono adalah: a] Dari segi bahasa (signing) penyampaian isi

8.6 In the event that the Purchaser defaults in complying with any of the conditions herein or fails to pay the Balance Purchase Price within the time allowed, then the Assignee

Sebagai bagian dari membangun hubungan, pelaku melakukan penyesuaian perilaku dan gaya berkomunikasi sehingga membuat korban nyaman berbicara dengan pelaku. Selain