TOPIK KHUSUS
TOPIK KHUSUS
163021
(VI-SK)PERTEMUAN III
Sabtu, 13.00-18.00 (C)
Ruang, E-302 DosenLie
Lie Jasa
Jasa
TOPIK BAHASAN
TOPIK BAHASAN
Budaya
Budaya TIK
TIK
Prof. Richardus Eko Indrajit [email protected]
Informasi
Informasi dan
dan Organisasi
Organisasi
Bagi organisasi semacam perusahaan, informasi adalah segalanya. Informasi merupakan bagian dari proses penciptaan barang dan jasa, manajemen membutukan informasi yang berkualitas.
Namun tidak semua organisai memiliki “budaya informasi” yang serupa, terlalu kaku dalam menerapkan prinsip pengelolaan informasi yang dimilikinya.
Ada juga informasi yang liberal, secara bebas dan terbuka siapa saja ingin memperoleh informasi untuk aktivitas organisasi sehari-hari.
Klasifikasi
Klasifikasi Budaya
Budaya
Budaya terbentuk dari sejarah dan perilaku semenjak organisasi yang bersangkutan berdiri dengan berbagai dinamika perkembangannya.
Memahami jenis budaya yang dimiliki organisasi sangat penting karena akan berpengaruh terhadap pemilihan strategi yang sesuai dalam setiap usaha untuk membangun, menerapkan dan mengembangkan sistem informasi yang bermanfaat bagi organisasi
Mengetahui budaya informasi sebuah organisasi akan membantu manajemen (devisi SDM) dalam menentukan struktur organisasi maupun fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dan karateristik individu yang ada dalam organisasi.
Karakteristik
Karakteristik Budaya
Budaya informasi
informasi
Struktur organisasi terkait dengan manajemen informasi sangat ditentukan tingkat kematangan atau penerapan budaya informasi.
Max Biosot dalam buku “information and organisations” mendefinisikan budaya informasi sebagai suatu sistem kondusif yang mendukung terjadinya pertukaran informasi antar individu maupun kelompok didalam organisasi.
Biosot Model mengakatan bahwa struktur manajemen informasi beserta konteks keberadaan organisasi yang bersangkutan dapat dikategorikan dalam dua koordinat matriks
Karakteristik
Karakteristik Budaya
Budaya informasi
informasi
Codified vs Uncodified
Informasi dianggap Codified apabila dibutuhkan suatu mekanisme pengkategorian berdasarkan suatu standar kode tertentu (variabel, formula dsb). Informasi dianggap Uncodified sering dijumpai dalam berbagai representasi (majalah, koran, TV dsb).
Diffused vs Undiffused
Informasi dianggap sebagai Diffuse apabila dapat
diakses secara bebas oleh publik, sementara
undiffused hanya dapat diakses oleh sekelompok
atau komunitas tertentu.
Model
Model Budaya
Budaya informasi
informasi
Menurut Max Boisot, Justin Keen ada 5 model struktur manajemen informasi yang dipengaruhi oleh model budaya informasi perusahaan terkait :
1. Technocratic Utopianism
2. Anarchy
3. Feudalism
4. Dictatorship
5. Federalism
Model
Model Budaya
Budaya Informasi
Informasi
Technocratic
Technocratic Utopianism
Utopianism
•Adalah suatu sistem dimana organisasi secara ketat, detail dan konsisten mengatur penciptaan, distribusi dan penggunaan setiap kategori informasi yang ada diperusahaan.
•Untuk kelancaran proses disusunlah prosedur standar
yang harus dipatuhi oleh setiap individu dalam
menggunakan perangkat teknologi informasi dan
komunikasi.
•Dalam format ini ada unit TI yang bertugas “menjamin” tercapainya suasana budaya informasi yang ketat dan “by the book” (sesuai aturan yang disepakati)
Model
Model Budaya
Budaya Informasi
Informasi
Anarchy
Anarchy
•
Sebuah perusahaan sama sekali tidak punya
kebijakan
dan
perosedur
manajemen
informasi.
Setiap
individu
diberikan
kekuasaan untuk
mengurus kebutuhan
informasinya masing-masing sesuai peranan
dan tanggung jawabnya.
•
Perusahaan hanya menyediakan teknologi
dan jalur akses terhadap berbagai sumber
informasi terkait dengan bisnis perusahaan.
Model
Model Budaya
Budaya Informasi
Informasi
Feudalism
Feudalism
Terjadi apabila kebutuhan dan tata kelola
manajemen
informasi
dipegang
atau
dimonopoli organisasi khusus.
Organisasi ini yang menentukan
model,
katagori dan standar informasi yang dikelola
perusahaan dan merekalah yang akan
menyediakan seluruh individu yang ada.
Maka akan terjadi ketergantungan dengan
Model
Model Budaya
Budaya Informasi
Informasi
Dictatorship
Dictatorship
Menempatkan
posisi
para
pimpinan
perusahaan yang disebut dewan direksi sebagai
pihak yang paling memutuskan dan mengontrol
keberadaan informasi perusahaan.
Dean direksi yang akan menentukan jenis
informasi yang dibutuhkan perusahaan, siapa
saja
yang
boleh
memproleh
dan
mengaksesnya, sampai struktur
kontrol dan
pelaporan manajemen yang terkait dengannya
Model
Model Budaya
Budaya Informasi
Informasi
Federalism
Federalism
Merupakan sistem manajemen yang cukup
demokratis, karena sejumlah pihak yang
berkepentingan
mengadakan
konsensus
menentukan tata kelola informasi yang ada
dan mengalir diperusahaan.
Misal yang formal membentuk unit atau
komunitas
khusus
dimasing-masing
fungsinya sampai dengan dewan perwakilan
user.
Perusahaan
Perusahaan dan
dan Budaya
Budaya Informasi
Informasi
• Kesalahan klasik yang dilakukan menajemen perusahaanadalah langsung membentuk struktur unit TI beserta mekanismenya tanpa memperhatikan tingkat kematangan budaya informasinya diperusahaan.
• Sementara itu perusahaan yang sangat tergantung dengan informasi namun baru pimpinan saja yang mengerti strategi penerapan model dictatorship akan lebih efektif dibandingkan model lainnya.
• Contoh penerapan model technocratic utopianism diimplementasikan oleh perusahaan dimana kualitas informasi sangat menentukan arah institusi seperti organisasi antariksa NASA, lembaga intelijen negara, bursa saham, perpustakaan nasional.
Perusahaan
Perusahaan dan
dan Budaya
Budaya Informasi
Informasi
• Tidak semua perusahaan mengerti dan memahamifungsi strategis dari informasi di era globalisasi saat ini. • Sering dijumpai hanya segelintir individu yang paham
betul akan makna informasi dan bagaimana pemanfaatannya dapat meningkatkan kinerja usaha keras secara signifikat namun yang bersangkutan mengalami kesulitan untuk meyakinkan mitra kerjanya yang lain.
• Ada pula perusahaan dimana mayoritas manajemen dan karyawannya sangat berniat untuk mempelajari seluk beluk informasi beserta teknologinya, namun mereka tidak mau membagikan ilmunya kepada mereka yang membutuhkan.
Perusahaan
Perusahaan dan
dan Budaya
Budaya Informasi
Informasi
• Banyak orang yang salah mengartikan kalimat“information is power ” , dimana mereka menganggap jika memberitahukan informasi yang dimilikinya, maka dengan sendirinya “power” yang mereka miliki akan hilang.
• Padahal, menurut Bill Gates dalam suatu kesempatan, prinsip yang benar adalah “the power is coming from the share of information; not from the board of information”. Budaya membagi informasi harus meresap ke dalam jiwa masing-masing individu jika ingin perusahaan dimana mereka bekerja akan meningkat kinerjanya dari hari ke hari.
Sejarah
Sejarah Sistem
Sistem Sentralisasi
Sentralisasi
• Sejarah perkembangan teknologi informasi dan ilmu sistem informasi, kebanyakan aplikasi perusahaan dibangun secara ad-hoc sehingga perkembangannya sering ditemui fenomena sistem aplikasi tambal sulam.
• Masing-masing departemen membangun sistemnya
sendiri-sendiri untuk mendukung kegiatan
fungsionalnya, seperti: sistem informasi akuntasi dan keuangan, sistem informasi pemasaran dan penjualan, sistem informasi operasional, sistem informasi logistik dan pengadaan, sdb.
Sejarah
Sejarah Sistem
Sistem Sentralisasi
Sentralisasi
•Pada mulanya, tidak bermasalah apapun. Namun setelah berkembang, perusahaan menyadari perlunya proses lintas fungsional yang mengharuskan data mengalir dari satu bagian ke bagian lainnya.
•Ketika berbicara asalah integrasi inilah dijumpai permasalahan yang seluruhannya bermula karena faktor “incompatible” atau tidak dapat berkomunikasinya satu sistem informasi dengan lainnya karena adanya sejumlah perbedaan teknis seperti masalah standar, protokol, teknologi, algoritma, metoda, dan lain sebagainya.
Sejarah
Sejarah Sistem
Sistem Sentralisasi
Sentralisasi
Fitur atau karakteristik dari sebuah sistem sentralisasi antara lain:
•
Strategi,
kebijakan
dan
pendekatan
manajemen informasi berlaku seragam dan
standar bagi seluruh unit organisasi dengan
kecenderungan tata kelola secara “top down”;
•
Keputusan terkait dengan jenis sistem, tipe
aplikasi, dan infrastruktur, dan lain sebagainya
ditentukan oleh pusat (sentral);
Sejarah
Sejarah Sistem
Sistem Sentralisasi
Sentralisasi
•Unit teknologi informasi yang berada di pusat memiliki kekuasaan dan/atau kewenangan yang jauh lebih besar dan tinggi dibandingkan dengan unit serupa yang ada di berbagai cabang perusahaan atau business unit; dan
•Computing power akan cenderung diletakkan di pusat yang ditandai dengan diinstalasinya sejumlah powerful servers dan datawarehouse yang berisi seluruh data konsolidasi kantor-kantor cabang.
Sejarah
Sejarah Sistem
Sistem Sentralisasi
Sentralisasi
Sistem sentralisasi kelebihan, antara lain:• Jaminan terbentuknya sistem yang holistik dan koheren di seluruh tataran organisasi karena sifatnya yang standar dan terpusat;
• Pertukaran data dan/atau informasi dapat dilakukan dengan mudah karena keseragaman teknologi penyimpanan data primer maupun sekunder;
• Potensi terjadinya “anarki” karena fenomena “tambal sulam” dan kesulitan membangun “interface” dari sejumlah sistem yang tersebar dapat direduksi seminimum mungkin; dan lain sebagainya.
Sejarah
Sejarah Sistem
Sistem Sentralisasi
Sentralisasi
sejumlah kekurangan yang sangat mengganggu keberadaannya, seperti:
•Kecenderungan yang terjadi adalah kontrol yang berlebihan dan terlalu ketat hingga terjadi manajemen informasi yang cukup kaku dan sangat hirarkis;
•Fokus lebih banyak diarahkan pada “conformity” atau ketaatan pada prosedur standar sehingga mengurangi sejumlah inisiatif yang terkadang dapat berguna bagi perusahaan;
•Karena biasanya akan mengarah pada satu standar tertentu, kerap perlu dikeluarkan biaya yang relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan non-standar;
Sejarah
Sejarah Sistem
Sistem Sentralisasi
Sentralisasi
• Karena TI terdiri dari sejumlah komponen yang beragam, belum tentu masing-masing komponen yang dipilih adalah yang terbaik;
• Terkadang dalam perkembangannya ditemukan teknologi baru yang canggih dan berguna bagi perusahaan, namun peluang tersebut dilepaskan begitu saja;
• Nature atau karakteristik dari perkembangan TI yang serba “open system” dan “open standard” membuat sistem sentralisasi belum tentu memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pendekatan lainnya;
Sejarah
Sejarah Sistem
Sistem Sentralisasi
Sentralisasi
Asumsi yang selalu dipergunakan di dalam
sistem sentralisasi adalah kesamaan fasilitas
dan performa di seluruh unit bisnis perusahaan,
padahal untuk di negara kepulauan semacam
Indonesia masalah infrastruktur dan “digital
divide” menjadi kendala utama yang kerap
menghambat efektivitas kinerja sistem; dan lain
sebagainya.
Migrasi
Migrasi
M
Menuju
enuju
Sistem
Sistem Desentralisasi
Desentralisasi
beralih ke sistem yang terdesentralisasi, keunggulan dan karakteristik sbb:
• Seluruh unit bisnis perusahaan sepakat dengan sebuah kerangka strategis sistem informasi korporat dan masing masing akan mengembangkan sistem aplikasinya sendiri sendiri dengan berpegang pada kerangka tersebut sebagai acuan bersama agar keseluruhan sistem yang dibangun dapat terintegrasi dan terpadu;
• Perangkat terkait dengan arsitektur dan spesifikasi data / informasi, aplikasi, perangkat keras, infrastruktur teknologi, kebijakan dan prosedur, beserta berbagai supratstruktur lainnya dikembangkan berdasarkan konsensus dan negosiasi bersama (perwakilan masing-masing unit bisnis);
Migrasi
Migrasi
M
Menuju
enuju
Sistem
Sistem Desentralisasi
Desentralisasi
• Setiap pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama melalui forum resmi seperti rapat pimpinan unit bisnis, dewan perwakilan pengguna, kelompok kerja unit teknologi informasi, dan lain sebagainya;
• Biasanya di dalam perusahaan akan terbentuk suatu tim spesialis teknologi informasi yang berfungsi sebagai penasehat atau konsultan internal untuk melayani kebutuhan stakeholder dan user yang ada di dalam perusahaan;
• Arsitektur teknis teknologi informasi akan menggunakan sistem tersebar dan/atau terdistribusi dengan kekuatan maupun spesifikasi yang disesuaikan dengan unit bisnis masing masing; dan lain sebagainya.
Sentralisasi
Sentralisasi vs
vs Desentralisasi
Desentralisasi
Dengan
mempelajari
kedua
sistem
tersebut maka dapat diambil kesimpulan
bahwa sistem
sentralisasi
nampaknya
cocok diterapkan di perusahaan yang
memiliki budaya informasi “technocratic
utopianism”,
sementara
sistem
desentralisasi
sangat
tepat
untuk
perusahaan
yang
memiliki
budaya
informasi “
federalism
”
Sentralisasi
Sistem
Sistem Hybrid
Hybrid
Oleh karena itulah maka sering dipergunakan model gabungan di antara keduanya, yang dikenal dengan istilah “hybridhybrid”. Dalam model pengelolaan ini, sejumlah proses dan aktivitas pengelolaan teknologi informasi diputuskan untuk dipusatkan (sentralisasi), sementara yang lainnya Menggunakan model tersebar (desentralisasi). Untuk menentukan proses atau aktivitas mana saja yang perlu dipusatkan dan mana yang didistribusikan, perlu dilakukan kajian “governancegovernance” yang lengkap dan menyeluruh
Sistem
Sistem Hybrid
Hybrid
Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan kajian dimaksud antara lain sebagai berikut:
• Jenis informasi yang dibutuhkan dalam konteks proses bisnis organisasi atau perusahaan yang dianut, baik yang bersifat core maupun supporting; • Sumber dan karakteristik informasi yang dihasilkan
serta dikelola oleh organisasi yang bersangkutan, yang dikaitkan dengan arsitekturnya;
• Kapabilitas dan topologi jaringan infrastruktur yang dimilii organisasi;
Sistem
Sistem Hybrid
Hybrid
•
Portofolio beragam sumber daya aplikasi
maupun program yang ada pada teritori
organisasi;
•
Kemampuan serta kompetensi kolektif dari
individu yang berada dalam divisi terkait
dengan sistem dan teknologi informasi;
•
Prinsip-prinsip bisnis dan strategi usaha yang
dijadikan panduan bersama dalam menyusun
berbagai
strategi
maupun
pendekatan
pengelolaan sumber daya organisasi; dan lain
sebagainya.
Tipe
Tipe Individu
Individu
Ada 4 (empat) jenis individu yang dominan dalam pembentukan kultur atau budaya pengelolaan informasi di organisasi, masing-masing:
• User (pengguna) –yang memiliki ciri sebagai pihak pekerja yang menggunakan berbagai aplikasi dan tools untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari;
• Influencer (pemberi pengaruh) – yang senantiasa memastikan adanya aplikasi atau tool untuk mendukung aktivitas pekerjaan berbasis tim atau kelompok kerja;
Tipe
Tipe Individu
Individu
•
Advocate (penasehat) - yang merupakan pemberi
motivasi secara konsisten dan berkesinambungan
agar sebanyak mungkin individu di organisasi
memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
mempermudah
aktivitas
pekerjaannya; dan
•
Expert (ahli) - yang memiliki tugas atau pekerjaan
utama untuk merancang serta memastikan dipilih
dan dipergunakannya teknologi terbaik yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Tipe
Tipe Individu
Individu
Tipe
Tipe Individu
Individu
• Idealnya, jika keempat tipe individu dalam organisasi ini digambarkan secara grafis akan membentuk bangunan piramid, dengan jumlah pengguna sebagai tipe terbanyak dan ahli yang paling sedikit.
• Keempat tipe indidividu ini adalah kekuatan sebuah organisasi dalam membangun budaya atau kultur informasi berbasis teknologi yang diharapkan. Dengan kerjasama keempatnya berdasarkan semangat “one for all” dan “all for one”, maka nischaya organisasi dimaksud akan cepat dalam pembentukan kulturnya menuju institusi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.