• Tidak ada hasil yang ditemukan

Plagiarism Checker X - Report

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Plagiarism Checker X - Report"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Plagiarism Checker X - Report

Originality Assessment

Overall Similarity:

0%

Date: Feb 1, 2021

Statistics: 0 words Plagiarized / 5994 Total words Remarks: No similarity found, your document looks healthy.

(2)

SKRIPSI PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION, METODE CIRCULAR, DAN METODE TRIANGULAR PADA PIT SELATAN DI PT. MULTI SERVICE MINING KEC. PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROVINSI RIAU NOVALDO SABRI 1510024427067 YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN 2020 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan suatu industri yang mampu menggunakan perekonomian suatu negara. Kegiatan industri ini mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memberikan pemasukan bagi negara serta daerah,sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dicapai. Dalam

perkembangannya saat ini telah banyak komoditas bahan galian berupa batubara, mineral logam, mineral non logam dan komoditas batuan yang diusahakan dalam kegiatan industri pertambangan. Salah satu komoditas tambang yang dapat diusahakan dalam bidang industri pertambangan adalah batubara. Batubara merupakan salah satu bahan galian yang sangat penting sebagai alternatif setelah minyak bumi. Mengingat semakin menipisnya cadangan minyak bumi, maka sejak tahun 1980 pemerintah indonesia merencanakan penggunaan batubara secara optimal sebagai sumber energi untuk keperluan industri dan rumah tangga sebagai pengganti minyak bumi, sehingga di samping menjadi energi alternatif pengganti minyak bumi maka dengan adanya penambangan batubara diharapkan dapat menambah dapat menambah devisa bagi negara dan juga dapat menambah pendapatan asli daerah. Dampak dari kebijaksanaan yang diambil pemerintah untuk peningkatan penggunaan bahan bakar batubara sebagai pengganti minyak

bumi,maka saat ini banyak bermunculan pengusaha-pengusaha swasta maupun pengusaha asing yang menambahkan modalnya untuk kegiatan baik eksplorasi maupun eskploitasi dalam bidang pertambangan batubara wilayah di wilayah negara Indonesia. Perhitungan cadangan batubara merupakan sebuah langkah kuantifikasi terhadap suatu sumberdaya alam. Perhitungan dilakukan dengan berbagai prosedur/ metode yang didasarkan pada pertimbangan empiris maupun teoritis. Perhitungan cadangan batubara merupakan hal yang penting pada evaluasi suatu kegiatan 1 penambangan, karena keputusan teknis yang

(3)

berhubungan dengan kegiatan penambangan sangat tergantung pada jumlah cadangan batubara sebelum melakukan kegiatan penambangan. Dari hasil kegiatan eksplorasi batubara diperoleh titik-titik yang diketahui koordinatnya, misalnya titik-titik singkapan batubara, titik-titik referensi topografi, titik-titik lokasi bor, titik-titik perpotongan batubara, serta data-data pendukung lainnya. Dalam menghitung cadangan batubara ada beberapa metode yang digunakan seperti metode penampang (cross section), metode circular (USGS 1983), metode polygon (area og influence), metode kontur (isoline), metode segitiga (triangular grouping) dan metode krigging. Selain metode perhitungan ada juga software yang digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan perhitungan cadangan batubara seperti software RockWorks, software Minescape, software Surpac dan software Auto Land Desktop. Metode penampang (cross section) adalah metode yang berpedoman pada rule of gradual change dapat dilakukan dengan cara membagi endapan material menjadi blok-blok dengan interval tertentu blok-blok penambangan dibatasi oleh dua buah penampang atau sayatan. Metode circular (USGS 1983) adalah menghitung cadangan batubara berdasarkan bentuk lapisan yang berhasil didata melalui kedudukan batubara, titik-titik koordinat, elevasi, tebal lapisan, dan kedalam setiap pemboran berdasarkan daerah prospek. Metode segitiga (triangular grouping) adalah metode yang dibentuk oleh tiga titik bor terdekat sedemikian hingga secara tiga dimensi blok tersebut berbentuk prisma terpancung dengan isi prisma adalah kedalaman ketiga titik bor. Berdasarkan metode diatas peneliti ingin menghitung volume overburden dan cadangan batubara dengan menggunakan metode penampang (cross section), metode circular (USGS 1983) dan metode segitiga (triangular grouping). Kelebihan metode penampang adalah dapat mengkuantifikasi cadangan pada suatu area dengan membuat penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model endapan pada area yang akan ditambang, kekurangan metode

panampang adalah apabila data yang didapat di lapangan jika diinput kedalam software tambang yang akan digunakan maka akan mengakibatkan kurang akuratnya hasil

perhitungan sumberdaya pada area yang diteliti. Kelebihan metode circular adalah mudah diterapkan, mudah dipahami, dapat disesuaikan dengan mudah serta dapat menafsirkan

(4)

besarnya perhitungan cadangan batubara, kekurangan metode circular adalah memerlukan interpretasi geologi yang baik dan harus disesuaikan dari jenis sumberdaya yang

digunakan. Kelebihan metode segitiga adalah metode yang paling efisien digunakan dilapangan dikarenakan oleh terbatasnya waktu yang dilakukan pada saat perhitungan sumberdaya, kekurangan metode segitiga adalah kurang akuratnya perhitungan

sumberdaya batubara apabila salah dalam penginputan data dilapangan. Alasan peneliti memilih metode penampang (cross section), metode circular (USGS 1983) dan metode segitiga (triangular grouping) adalah untuk mengetahui perhitungan volume overburden dan cadangan batubara dengan metode yang dipakai, dan memilih metode yang paling efisien dipakai untuk perhitungan sumberdaya batubara. Prinsip perhitungan cadangan batubara adalah berdasarkan hasil suatu kisaran dan model cadangan batubara yang dibuat, perhitungan dilakukan berdasarkan hasil pendekatan kondisi sebenarnya yang diperoleh dari kegiatan eksplorasi. Hasil dari perhitungan tersebut masih mengandung ketidakpastian, peneliti menggunakan metode penampang (cross section), metode circular (USGS 1983) dan metode segitiga (triangular grouping) dan peneliti menggunakan

software RockWorks dan Surpac untuk pengolahannya, oleh karena itu peneliti tertarik mengangkat judul “Perhitungan Cadangan menggunakan Metode Cross Section, Metode Circular dan Metode Triangular di Pit Selatan pada PT. Multi Service Mining Kec. Peranap Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Hulu.”. 1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah: 1. Belum adanya model endapan batubara di Pit Selatan pada PT. Multi Service Mining. 2. Belum adanya perhitungan cadangan batubara dengan 3 metode: metode penampang (cross section), metode circular (USGS 1983) dan metode segitiga (triangular grouping) pada Pit Selatan di PT. Multi Service Mining. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini mengarah kepada perhitungan jumlah volume overburden dan cadangan batubara dengan metode penampang (cross section), metode circular (USGS 1983) dan metode segitiga (triangular grouping) dan pengolahan dilakukan menggunakan software Rockworks dan Surpac dilakukan di PT. Multi Service Mining. 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Berapa volume

(5)

overburden dan cadangan batubara dengan menggunakan metode penampang (cross section) pada pit selatan di PT. Multi Service Mining? 2. Berapa volume overburden dan cadangan batubara dengan menggunakan metode circular (USGS 1983) pada pit selatan di PT. Multi Service Mining? 3. Berapa volume overburden dan cadangan batubara dengan menggunakan metode segitiga (triangular grouping) pada pit selatan di PT. Multi Service Mining? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian ini adalah: 1. Menentukan volume overburden dan cadangan batubara dengan menggunakan metode penampang (cross section) pada pit selatan di PT. Multi Service Mining. 2. Menentukan volume overburden dan cadangan batubara dengan menggunakan metode circular (USGS 1983) pada pit selatan di PT. Multi Service Mining. 3. Menentukan volume overburden dan cadangan batubara dengan menggunakan metode segitiga (triangular grouping) pada pit selatan di PT. Multi Service Mining. 1.6 Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini dilakukan, penulis berharap hasil penelitian dapat memberi manfaat: 1. Bagi Perusahaan Dapat menjadi bahan dan pertimbangan bagi Perusahaan dalam Perencanaan Penambangan. 2. Bagi Penulis Dapat mengaplikasikan ilmu dibangku kuliahan ke dalam bentuk penelitian, meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan suatu kasus. 3. Bagi Institusi STTIND Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian khususnya dibidang keilmuan Teknik Pertambangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perusahaan PT. Multi Service Mining adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang kotraktor pertambangan Batubara diperanap, Kec Peranap Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Saat ini Pt. Multi Service Mining berkerja sama dengan PT. Samantaka Batubara dengan Luas wilayah IUP kegiatan produksi 19.040 Ha, dapat dilihat pada gambar 2.1. Sumber: Peta IUP PT. Samantaka batubara Gambar 2.1. Peta lokasi IUP PT. Multi Service Mining Site PT. Samantaka Lokasi penambangan PT. Samantaka Batubara wilayah Desa Pauh Ranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau dapat dicapai melalui: 1. Dari Padang, Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang melalui jalan darat lintas timur Sumbar-Riau dengan jarak temuh sekitar ±10 jam. 2. Dari Kota Peranap untuk

(6)

menuju lokasi pertambangan PT. Samantaka Batubara ditempuh dengan kendaraan roda empat dan rode dua dengan jarak tempuh sekitar ±1 jam. 6 2.2 Landasan Teori Eksplorasi merupakan bagian dari kegiatan pertmbangan, dimana kegiatan dimulai dari survey tinjau, propeksi, eksplorasi umum, eksplorasi detil. Menurut Mc. Kinstry H.E dan Alan M. Bareman (1987), eksplorasi didefinisikan sebagai kegiatan yang tujuan akhirnya adalah penemuan geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis. Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009 Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh

informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumberdaya terukur dari galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan

lingkungan hidup. Selain itu eksplorasi dapat juga diartikan sebagai pekerjaan selanjutnya setelah ditemukan endapan mineral berharga, yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mendapatkan ukuran, bentuk, letak (posisi), kadar rata-rata dan jumlah cadangan dari endapan tersebut (Nurhakim, 2006). Berdasarkan SNI 4726:2011 maka tahap eksplorasi (Exploration Stages) adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilaksanakan melalui 4 tahap sebagai berikut: survey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum dan eksplorasi rinci. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi pemineralan (mineralization), menentukan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dari pada suatu endapan mineral untuk kemudian dapat dilakukan analisa/kajian kemungkinan dilakukannya investasi. 1. Survei Tinjau (reconnaissance) Survey tinjau adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional terutama berdasarkan hasil studi geologi regional, diantaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metode tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas sebaiknya hanya dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain yang mempunyai kondisi geologi yang sama. 2. Prospeksi (prospecting) Prospeksi adalah tahap eksplorasi dengan jalan

(7)

digunakan adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metode yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas

dihitung berdasarkan interpretasi data geologi, geokimia dan geofisika. 3. Eksplorasi Umum (general exploration) Eksplorasi umum adalah tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metode yang digunakan termasuk pemetan geologi, percontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bias dilakukan secara terbatas berdasarkan metode penyelidikan tidak langsung. Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi suatu endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitin sebaiknya dapat digunakan untuk menetukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci diperlukan. 4. Eksplorasi Rinci (detailed exploration) Eksplorasi rinci adalah tahap eksplorasi untuk mendelinasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. 2.3 Sumberdaya dan Cadangan Semberdaya dan cadangan adalah upaya pengelompokan sumber daya dan cadangan batubara berdasarkan keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi. 1. Pengertian

Sumberdaya dan Cadangan Batubara Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 13-6011-1999), sumberdaya (Resource) adalah Bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumberdaya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak. Cadangan (reserve) adalah bagian dari sumberdaya batubara

(8)

yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat

pengkajian kelayakan dinyatakan Iayak untuk ditambang. 2.4 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 13-6011-1999) sumberdaya dan cadangan batubara dikelompokan menjadi: 1. Sumberdaya hipotetik (hypothetical resource) Sumber daya batubara adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau. 2. Sumberdaya tereka (inferred resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang

ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi. 3. Sumberdaya terunjuk (indicated resource) adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. 4. Sumberdaya terukur (measured resource) adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci. 5. Cadangan terkira (probable reserve) adalah sumber daya batubara tertunjuk dan sebagian sumber daya batu bara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak. 6. Cadangan terbukti (proved reserve) adalah sumber daya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak. Berikut tabel persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelasnya dan sumberdayanya dapat dilihat di table 2.1. Tabel 2.1 Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi Kondisi Geologi Kriteria Sumberdaya Hipotetik Tereka Terunjuk Terukur Sederha Jarak titik informasi Tidak terbatas 100< x ≤1500 500< x ≤1000 x ≤ 500 Moderat Jarak titik informasi Tidak terbatas 500< x ≤1000 250< x ≤500 x ≤ 250 Komplek Jarak titik informasi Tidak terbatas 200< x ≤400 100< x ≤200 x ≤ 100 (Sumber SNI 13-6011-1999) 1. Ketebalan lapisan batubara Ketebalan

(9)

yang diukur pada singkapan batubara (surface outcrop), lubang bor (borehole), dan pengamatan pada tambang dalam aktif (working underground mining). Lapisan batubara seringkali, meskipun tidak selalu, terdiri atas sub lapisan yang mempunyai karakteristik masing-masing dan kadang-kadang dipisahkan oleh pengotor (rock/dirt partings) dengan ketebalan yang bervariasi. Tabel 2.2 Persyaratan Kuantitatif Ketebalan Lapisan Batubara dan Lapisan Pengotor KETEBALAN Peringkat batubara Batubaracoklat (Brown coal) Batubara keras (Hard coal) Lapisan batubara minimal (m) Lapisan pengotor (m) >1,00 < 0,30 > 0,40 < 0,30 (Sumber SNI 13-6011-1999) 2.5 Kondisi Geologi / Kompleksitas Berdasarkan proses sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik geologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama : Kelompok geologi sederhana, kelompok geologi moderat, dan kelompok geologi kompleks. Uraian tentang batasan umum untuk masing-masing kelompok tersebut beserta tipe lokalitasnya adalah sebagai berikut, sedangkan

ringkasannya diperlihatkan pada Tabel 2.2. 1. Kelompok geologi sederhana Endapan batu baradalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batu barapada umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter, dan hampir tidak mempunyai percabangan. Ketebalan lapisan batu

barasecara lateral dan kualitasnya tidak memperlihatkan variasi yang berarti. Contoh jenis kelompok ini antara lain, di lapangan Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin Barat (Kalimantan Selatan), dan Cerenti (Riau). Table 2.3 Parameter Pengelompokan Kondisi Geologi Kondisi geologi Sederhana Moderat Komplek I. ASPEK SEDIMENTASI 1. Variasi ketebalan Sedikit bervariasi (senakin kalsel, tanjung enim, sumsel) Bervariasi (banjarsari, sumsel) Sangat bervariasi (batulicin, kalsel) 2. Kesinambungan Ribuan meter (bangko selatan, sumsel, selui, senakin, kalsel) Ratusan meter (cerenti, riau, sangatta, kaltim, rantau, kalsel) Puluhan meter (bojongmanik, jabar, Bengkulu) 3. Percabangan Hampir tidak ada (muara tiga besar, sumsel, pelangis, kaltim) Beberapa (gunung batu besar, kalsel) Banyak (sangatta, kaltim) II. ASPEK TEKTONIK 1. Sesar Hampir tidak ada (bangko selatan) Jarang (senakin barat, fm tanjung, kalsel) Rapat (ambakiang, fm warukin, kalsel, Bengkulu) 2. Lipatan Hamper tidak terlipat (bangko selatan) Terlipat sedang (loa

(10)

janan-loa kulu, kaltim) Terlipat kuat (tutupan, kalsel) 3. Intrusi Tidak berpengaruh (senakin barat, kalsel) Berpengaruh (suban, bukit kendi, air laya, sumsel) Sangat berpengaruh (bukit bunian utara, sumsel) 4. Kemiringan Landai (cereni, riau) Sedang Terjal (upau, tutupan, kalsel, Bengkulu) III. VARIASI KUALITAS Sedikit bervariasi (Bangko Barat, Sumsel, Senakin, Selui, Kalsel) Bervariasi (Air Laya, Sumsel ;Meulaboh, Aceh) Sangat bervariasi (Air Kotok, Bengkulu) (Sumber SNI 13-6011-1999) 2. Kelompok geologi moderat Batu bara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu telah mengalami perubahan pasca pengendapan dan tektonik. Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran dan perlipatan yang diakibatkannya relatif sedang. Kelompok ini dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan batu bara, namun sebarannya masih dapat diikuti sampai ratusan meter. Kualitas batu bara secara langsung berkaitan dengan tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi berlangsung maupun pada pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku

mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batu baranya. Endapan batu barakelompok ini terdapat antara lain di daerah Senakin, Formasi Tanjung (Kalimantan Selatan), Loa Janan-Loa Kulu, Petanggis (Kalimantan Timur), Suban dan Air Laya (Sumatera Selatan), serta Gunung Batu Besar (Kalimantan Selatan). 3. Kelompok geologi kompleks Batubara pada kelompok ini umumnya diendapkan dalam sistim sedimentasi yang komplek atau telah mengalami deformasi tektonik yang ekstensif yang mengakibatkan terbentuknya lapisan batu baradengan ketebalan yang beragam. Kualitas batu/baranya banyak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada saat proses sedimentasi berlangsung atau

padapasca pengendapan seperti pembelahan atau kerusakan lapisan (wash out). Pergeseran, perlipatan dan pembalikan (overtumed) yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai dan sifatnya rapat sehingga menjadikan lapisan batu bara sukar dikorelasikan. Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan lapisan yang terjal. Secara lateral, sebaran lapisan batu/baranya terbatas dan hanya dapat diikuti sampai puluhan meter. Endapan batu baradari kelompok ini, antara lain, diketemukan di

(11)

Ambakiang, Formasi Warukin, Ninian, Belahing dan Upau (Kalimantan Selatan), Sawahlunto (Sumatera Barat), daerah Air Kotok (Bengkulu), Bojongmanik (Jawa Barat), serta daerah batu barayang mengalami ubahan intrusi batuan beku di Bunian Utara (Sumatera Selatan). 2.6 Dasar Klasifikasi Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat keyaki nan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi. 1. Aspek Geologi Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumberdaya tertunjuk, begitu pula sumberdaya tertunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya tereka. Sumberdaya terukur dan tertunjuk dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan terbukti apabila telah memenuhi kriteria layak. Tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik informasi (singkapan, lubang bor). 2. Aspek Ekonomi Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan maksimal lapisan pengotor atau “dirt parting” yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang, yang menyebabkan kualitas batu baranya menurun karena kandungan abunya meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait dengan aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam menggolongkan sumberdaya batubara. Tabel 2.4 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Tahap eksplorasi Survey tinjau (reconnaissance) Prospeksi (prospecting) Eksplorasi pendahuluan (preliminary Exploration) Eksplorasi rinci (detail ekploration) Status hasil kajian Belum layak Sumberdaya Hipotetik (Hypothical Resources) Sumberdaya Tereka (inferred Resources) Sumberdaya Tertunjuk (Indicated Resources) Sumberdaya terukur (Measured Resources) Layak Cadangan terkira (probable reserves) (Sumber SNI 13-6011-1999) 2.7 Metode Perhitungan Cadangan Metode

perhitungan sumberdaya yang digunakan harus sesuain dengan jenis bahan galian yang akan dihitung. Metode penampang tegak yang akan lebih tepat untuk batuan yang bersifat homogen seperti batubara, andesit maupun batugamping. Sedangkan untuk mineral logam yang penyebaran tidak merata metode daerah pengaruh yang lebih tepat digunakan. 1. Metode Penampang (Cross Section) Metode perhitungan masih sering

(12)

digunakan pada tahap paling awal perhitungan cadangan. Hasil perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih menggunakan komputer. Dalam perhitungan menggunakan metode penmbangan tegak, rumus yang biasa digunakan adalah: a. Rumus Luas Rata-Rata (mean area), rumus luas rata-rata dipakai untuk endapan sumberdaya yang mempunyai penampang yang uniform. 𝑉 = 𝐿 (𝑆1+𝑆2) 2

(13)

(2.1) Keterangan: S = Luas Penampang (m²) L = Jarak Antar Penampang (m) V = Volume Cadangan (m³) Sedangkan untuk menghitung tonase digunakan rumus: 𝑇 = 𝑉 × ρ (2.2) Keterangan: T = Tonase (ton) V = Volume (m³) ρ = Massa Jenis (ton/m³) (Sumber: Seimahura, 1998) Gambar 2.2 Sketsa Volume dengan Rumus Luas Rata-Rata b. Rumus Kerucut Terpancung (Frustrum), rumus ini digunakan untuk keadaan cebakan bahan galian yang menyerupai kerucut terpancung. Rumus ini kurang teliti apabila diterapkan pada endapan yang berbentuk baji. 𝑉 =

(14)

(𝑆1 + 𝑆2 + √𝑆1𝑆2) (2.3) Keterangan: S = Luas Penampang Ujung M = Luas Penampang Tengah L = Jarak Antara S1 dan S2 V = Volume (Sumber: Seimahura, 1998) Gambar 2.3 Sketsa Perhitungan Volume Rumus Kerucut Terpancung c. Rumus Prismoida, merupakan penurunan dari rumus Simpson’s untuk luas area yang tidak beraturan. 𝑉 = (𝑆 + 4𝑀 + 𝑆 ) 𝐿

(15)

(2.4) 1 2 6 Keterangan: S = Luas Penampang Alas L = Jarak antara S1 dan S2 V = Volume M = Luas Penampang Tengah (Sumber: Seimahura, 1998) Gambar 2.4 Sketsa Perhitungan Volume Rumus Prismoida d. Rumus Trapesoida, rumus ini mengasumsikan bahwa daerah dibentuk oleh bagun trapesium yang berturutan sebagai berikut: (Sumber: Waterman, 1998) Gambar 2.5 Sketsa Perhitungan Volume Rumus Trapesoida 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = (𝑎1+𝑎2)ℎ + (𝑎2+𝑎3)ℎ + ⋯ (2.5) 2 2 e. Rumus Bauman’s, rumus ini digunakan untuk keadaan tubuh endapan yang tidak beraturan diantara dua penampang yang paralel. (Sumber: Waterman, 1998) Gambar 2.6 Sketsa Perhitungan Volume Rumus Bauman’s 𝑉 = 𝐿 (𝑆 + 𝑆 ) − 𝐿𝑅 2 6 Keterangan:

(16)
(17)

(2.6) S₁= luas penampang pertama S₂= luas penampang kedua L = luas daerah yang dihasilkan dari konstruksi, yang dihasilkan dari: gambar setiap batas daerah dan

proyeksikan (AA’, BB’, ….) menjadi (AA’’, BB’’, …), dari titik O (Gambar D) buatlah garis yang sama panjang ke titik A, B, …, dan sambungkanlah hasilnya, sehingga membentuk daerah R. 2. Metode Circular (USGS 1983) Metode Circular , yaitu mampu menunjukkan profil

cadangan batubara yang mendekati keadaan sebenarnya, menghitung cadangan batubara berdasarkan bentuk lapisan yang berhasil didata melalui kedudukan batubara, titik-titik koordinat, elevasi, tebal lapisan dan kedalaman pemboran berdasarkan daerah prospek. Metode Circular mudah diterapkan , mudah dikomunikasikan dan mudah dipahami serta dapat disesuaikan dengan mudah, akan tetapi memerlukan interpretasi geologi yang baik. Metode perhitungan ini banyak digunakan dalam menafsirkan besarnya perhitungan sumberdaya batubara. Aturan dalam perhitungan dengan Metode Circular (USGS 1983) disesuaikan dari jenis sumberdaya yang digunakan. (𝑇) = 𝐿 cos 𝛼

(18)

× 𝑡 × 𝐷 (2.5) Keterangan: T = Tonase Batubara (ton) t = Tebal Batubara (m) D = Berat Batubara per volume (density) L = Luas Area Batubara (m²) A = Dip Lapisan Batubara (º) (Sumber: Wood, 1983) Gambar 2.7 Sketsa Metode Circular (USGS 1983) 3. Metode Segitiga (Triangular Grouping) Dilakukan dengan menggunakan tiga titik, dengan bidang yang dihitung tidak memiliki interval data. (Sumber: Sudarto, 2005) Gambar 2.8 Sketsa Perhitungan Volume Cadangan Batubara dengan Rumus Segita (Triangular Grouping) Hitung batas terluar sebagai luasan persegi panjang kemudian hitung luasan A₁, A₂ dan A₃ dengan menggunakan rumus segitiga. 𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

(19)
(20)

(2.6) Volume = Blok Segitiga × Tebal Rata-Rata (2.7) 2.8 Rockworks Software Rockworks adalah software untuk menvisualisasikan data yang ada pada permukaan tanah dan dibawah permukaan tanah yang sangat berguna bagi para engineer geologi untuk pertambangan, perminyakan, hidrologi, arkeologi, bidang teknik sipil dan lingkungan hidup. Dengan berbagai macam alat bantu didalamnya seperti maps, logs, cross section, fence diagrams, solid models dan volumetrics mempermudah pengerjaan dalam

menghitung dan memodelkan cadangan. Rockworks merupakan salah satu software geological data management dan analisys begitu disebutkan dari pembuatnya. Adapun kegunaanya adalah untuk modeling, visualisasi surface dan subsurface serta reporting. Gambar 2.9 Pemodelan Perhitungan Volume Overburden dan Cadangan Batubara dengan Metode Cross Section menggunakan Software Rockworks 2.9 Surpac Software Surpac adalah salah satu software yang popular di bidang geologi dan perencanaan tambang yang mendukung operasi tambang dan proyek-proyek eksplorasi di lebih dari 90 negara. Software ini memberikan efisiensi dan akurasi melalui kemudahan penggunaan, grafis tiga dimensi yang baik dan alur kerja otomatis yang dapat disesuaikan dengan proses khusus perusahan dan data yang di input. Salah satu fungsi yang terdapat pada Software Surpac membuat design pit penambangan dengan tujuan mempermudah salah satu dalam perencanaan tambang. Gambar 2.10 Permodelan Perhitungan Cadangan Batubara dengan Metode Circular menggunakan Software Surpac 2.10 Kerangka Konseptua Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk

menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu objek yang akan dibahas. Input Data Primer 1. Data Koordinat Singkapan Batubara Data Sekunder 1. Data Bor Perusahaan 2. Peta Topografi PT. Multi Service Mining 3. Peta Geologi PT. Multi Service Mining 4. Peta IUP PT. Multi Service Mining Proses 1. Menghitung Volume Overburden dan Cadangan Batubara dengan menggunakan Metode Penampang (Cross Section) dengan persamaan 2.3 2. Menghitung Volume Overburden dan Cadangan Batubara dengan

(21)

Overburden dan Cadangan Batubara dengan menggunakan Metode Segitiga (Triangular Grouping) dengan persamaan 2.7 dan 2.8 4. Pengolahan perhitungan Volume Overburden dan Cadangan Batubara menggunakan Software Rockworks dan Surpac A BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penampang (cross section), metode circular (USGS 1983) dan metode segitiga (triangular grouping). Metode penampang (cross section) adalah metode yang dilakukan dengan cara membagi blok-blok pada interval tertentu blok penambangan dibatasi oleh dua buah penampang atau sayatan. Metode circular (USGS 1983) adalah menghitung cadangan batubara berdasarkan bentuk lapisan yang berhasil didata melalui kedudukan batubara, titik-titik koordinat, elevasi, tebal lapisan, dan kedalam setiap pemboran berdasarkan daerah prospek. Metode segitiga (triangular grouping) adalah metode yang dilakukan dengan cara membagi masing- masing titik batas material pada lubang bor dijadikan ujung sebuah segitiga sehingga dari gabungan segitiga-segitiga dan dihasilkan seam berupa prisma segitiga yang terdiri dari dua buah segitiga yang sejajar. Untuk pengolahan data peneliti menggunakan software tambang Rockworks dan Surpac. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian terapan. Dalam penelitian terapan ini kondisi yang ada dimanipulasi ke dalam software tambang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dengan menciptakan sebuah kondisi pada yang

ditelitinya. Penelitian terapan ini termasuk kedalam klasifikasi penelitian berdasarkan teknik pengumpulan data dalam kelompok kuantitatif. Penelitian ini berorientasi kepada

pemenuhan kebutuhan perusahaan (Firnando, Agustra. 2016). 2. Tempat dan Lokasi

Penelitian a. Tempat Penelitian 25 Lokasi penelitian ini adalah PT. Multi Service Mining Kec. Peranap Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. b. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tanggal 06 Maret 2020. Penelitian dilakukan untuk

pengambilan data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir. 3.2 Data dan Sumber Data 1. Data a. Data Primer 1) Data Koordinat Singkapan Batubara b. Data Sekunder 1) Sejarah dan profil perusahaan 2) Data bor perusahaan 3) Peta IUP 4) Peta geologi 5) Peta topografi 2. Sumber Data Sumber data berasal dari hasil

(22)

pengamatan langsung dilapangan, studi kepustakaan/literatur dan arsip-arsip

perusahaan,dan mencatat semua hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Data koordinat singkapan Batubara Koordinat diambil menggunakan GPS (Global Positioning System) dan Total Station. 3.4 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Teknik Pengolahan Data a. Menghitung Volume Overburden dan Cadangan Batubara dengan menggunakan Metode Penampang (Cross Section) dengan persamaan 2.3. b. Menghitung Volume Overburden dan Cadangan Batubara dengan menggunakan Metode Circular (USGS 1983) dengan persamaan 2.5. c. Menghitung Volume Overburden dan Cadangan Batubara dengan menggunakan Metode Segitiga (Triangular Grouping) dengan persamaan 2.7 dan 2.8. d. Pengolahan perhitungan Volume Overburden dan Cadangan Batubara

menggunakan Software Rockworks dan Surpac. 1) Pengolahan perhitungan volume

overburden dan cadangan batubara menggunakan metode cross section dengan software RockWorks16. a) Buka software RockWork16. b) Pilih “Project Folder” dan pilih “Create New Project”. c) Lalu klik “Borehole Manager”. d) Klik File > Import > Excel > Single Tables > Excel – Location… e) Ikuti langkah-langkah hingga data bor muncul. f) Setelah data bor terbaca, Pilih “Lithologi” lalu pilih “Section”. g) Centang yang ingin diperlukan, lalu klik Process. h) Tunggu proses hingga selesai. i) Akan muncul Model Section yang telah

ditentukan. Gambar 3.1 Contoh Hasil Metode Cross Section menggunakan RockWorck16. j) Hitung bagian warna hijau untuk volume ob dan yang hitam untuk volume batubara. k) Lalu simpan data. 2) Pengolahan perhitungan volume overburden dan cadangan batubara menggunakan metode circular dengan software Surpac 6.3.2. a) Buka software Surpac 6.3.2. b) Cari folder untuk menyimpan file yang yang akan dikerjakan. c) Klik kanan, pilih “Set as work dictionary”. d) Pilih file data bor yang telah di simpan dalm format .csv e) Lalu klik “File” dan Import dengan Data from many file (string). f) Set file yang akan diolah. g) Drag file yang telah di import dengan format .str ke layer kerja. h) Setelah itu muncul titik-titik bor, pilih “Create”. i) Pilih “Circle by drag” dan klik pada titik-titik bor yang ada. j) Masukan radius yang akan digunakan sebesar 50. k) Lakukan pada semua titik-titik bor. l)

(23)

Sambungkan semua bagian lingkaran agar menyatu dengan cara yang sama. m) Setelah itu, klik “File” dan pilih “Autoplot”. n) Sesuaikan format file untuk disimpan dalam format .dxf. Gambar 3.2 Contoh Hasil Metode Circular Menggunakan Software Surpac 6.3.2 o) Lalu buka software AutoCAD 2007. p) Open file yang telah disimpan dalam format .dxf tadi. q) Selesai pengolahan data menggunakan AutoCAD 2007. 2. Analisa Data Setelah melalui tahap dalam pengumpulan dan pengolahan data maka dilakukan analisa data dari pengolahan data yang mengacu terhadap SNI 13-6011-1999 didapat dengan

menggunakan metode panampang (cross section), metode circular (USGS 1983) dan metode segitiga (triangular grouping). 3.5 Kerangka Metodologi Untuk mencapai maksud dan tujuan pengamatan dapat digambarkan melalui alur pikir pengamatan seperti yang tertera di bawah ini: Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian BAB 4 PENGUMPULAN DAN

PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data bertujuan untuk data apa saja yang akan digunakan untuk menjalankan proses penelitian ini seperti data primer maupun data sekunder. 1. Data Primer a. Pengambilan Koordinat Pengambilan koordinat di PT. Multi Service Mining yaitu menggunakan Total Station Nikon 2.C dan stick rambu dapat dilihat pada gambar 4.1. Cara pengambilan koordinat yaitu dengan cara menembakan total station kepada stick rambu yang dipegang oleh helper, pengambilan koordinat ini

menggunakan metode zig-zag yang digunakan oleh helper. Hasil pengukuran roof

overburden dan batubara berupa koordinat easting (x), northing (y) dan elevasi (z). Gambar 4.1 Pengambilan Koordinat Roof 32 2. Data Sekunder a. Sejarah dan Profil Perusahaan Untuk mendapatkan informasi tentang sejarah perusahaan dan profil PT. Multi Service Mining. b. Data bor perusahaan Data yang digunakan untuk memodelkan dan menghitung volume overburden dan volume batubara terdiri dari easting (x), northing (y), elevasi (z), total depth dan tebal batubara. c. Peta IUP Peta IUP untuk mendapatkan informasi letak daerah dan gambaran keadaan lokasi PT. Multi Service Mining dapat dilihat pada Lampiran 2. d. Peta Geologi Peta goelogi mendapatkan informasi batuan apa saja dan keadaan geologi yang terdapat di dalam IUP PT. Multi Service Mining dapat dilihat pada Lampiran 3. e. Peta Topografi Peta Topografi untuk mendapatkan informasi ketinggian serta perbedaan

(24)

ketinggian di wilayah PT. Multi Service Mining dapat dilihat pada Lampiran 4. 4.2

Pengolahan Data 1. Perhitungan volume overburden dan batubara menggunakan metode cross section. Perhitungan volume overburden dan batubara dengan metode cross section didapatkan dari pengolahan data bor menggunakan software Rockwork16 dengan interval 25 meter. Berikut cara mencari volume overburden dan batubara dengan persamaan 2.3. Volume Overburden dari Section A-A’ – Section B-B’ (𝑠1 + 𝑠2) 𝑉1 = 𝐿 𝑉1 = 25

(25)

2 (10.991 + 31.153) 2 𝑉1 = 526.800 𝑚3 Tabel 4.1 Perhitungan Volume Overburden dengan Metode Cross Section No. Section Luas (m²) Interval (m) Volume (m³) 1 A-A' 10.991 25 526.800 B-B' 31.153 2 B-B' 31.153 25 696.400 C-C' 24.559 3 C-C' 24.559 25 439.687,5 D-D' 10.616 4 D-D' 10.616 25 249.087,5 È-E' 9.311 5 E-E' 9.311 25 227.325 F-F' 8.875 6 F-F' 8.875 25 280.150 G-G' 13.537 7 G-G' 13.537 25 292.187,5 H-H' 9.838 8 H-H' 9.838 25 257.325 I-I' 10.748 9 I-I' 10.748 25 421.462,5 J-J' 22.969 10 J-J' 22.969 25 423.287,5 K-K' 10.894 11 K-K' 10.894 25 280.537,5 L-L' 11.549 12 L-L' 11.549 25 256.337,5 M-M' 8.958 13 M-M' 8.958 25 174.925 N-N' 5.036 TOTAL 4.525.513 Hasil dari perhitungan volume overburden dengan mengunakan metode cross section didapatkan nilai sebesar 4.525.513 m³. Volume Batubara dari Section A-A’ – B-B’ 𝑉1 = 𝐿

(26)

(𝑠1 + 𝑠2) 2 (3.161 + 6.894) 𝑉1 = 25 2 𝑉1 = 125.687,5 𝑚3 Tonase Batubara 𝑇 = 𝑉 × 𝜌 𝑇 = 1.938.725 × 1,3 𝑇 = 2.520.342,5 𝑀𝑇 Tabel 4.2 Perhitungan Volume Batubara dengan Metode Cross Section No. Section Luas (m²) Interval (m) Volume (m³) 1 A-A' 3.161 25 125.687,5 B-B' 6.894 2 B-B' 6.894 25 145.287,5 C-C' 4.729 3 C-C' 4.729 25 101.525 D-D' 3.393 4 D-D' 3.393 25 102.587,5 È-E' 4.814 5 E-E' 4.814 25 126.925 F-F' 5.340 6 F-F' 5.340 25 167.312,5 G-G' 8.045 7 G-G' 8.045 25 154.262,5 H-H' 4.296 8 H-H' 4.296 25 97.000 I-I' 3.464 9 I-I' 3.464 25 150.575 J-J' 8.582 10 J-J' 8.582 25 192.662,5 K-K' 6.831 11 K-K' 6.831 25 194.187,5 L-L' 8.704 12 L-L' 8.704 25 213.637,5 M-M' 8.387 13 M-M' 8.387 25 167.075 N-N' 4.979 TOTAL 1.938.725 TONASE 2.520.342.5 Hasil dari perhitungan volume batubara dengan menggunakan metode cross section didapatkan volume sebesar 1.938.725 m³ dan tonase sebesar 2.520.342,5 MT. 2. Perhitungan volume overburden dan batubara

menggunakan metode circular. Perhitungan volume overburden dan batubara menggunakan metode circular didapatkan dari pengolahan data bor menggunakan software surpac 6.3.2 dengan radius 50 m dan 100 m. Berikut cara mencari volume

overburden dan batubara dengan persamaan 2.5. Volume Overburden dengan radius 50 m 𝑉= 𝐿 × 𝑡 𝑉 = 196.223 × 13 𝑉 = 2.550.899 𝑚3 Tabel 4.3 Perhitungan Volume Overburden dan Batubara dengan Metode Circular Tebal (m) Dip (°) Luas Area Volume Radius 50 m Radius 100 m Radius 50 m Radius 100 m Batubara 5 15 203.145 414.585 1.015.724,99 2.072.923,14 Overburden 13 0 196.223 400.458 2.550.899 5.205.954 Hasil dari perhitungan volume overburden dan batubara menggunakan metode circular didapatkan volume overburden dengan radius 50 meter sebesar 2.550.899 m³ dan dengan radius 100 meter sebesar 5.205.954 m³, sedangkan untuk volume batubara dengan radius 50 meter sebesar 1.015.724,99 m³ dan dengan radius 100 meter sebesar 2.072.923,14 m³. Tonase Batubara dengan radius 50 m 𝑇 =

(27)
(28)
(29)

× 5 × 1,3 𝑇 = 1.320.442,49 𝑀𝑇 Tabel 4.4 Perhitungan Tonase batubara dengan Metode Circular Tonase Radius 50 m Radius 100 m Coal 1.320.442,49 2.694.800,09 Hasil dari tonase batubara menggunakan metode circular dengan radius 50 meter sebesar 1.320.442,49 MT dan dengan radius 100 meter sebesar 2.694.800,09 MT. 3. Perhitungan volume overburden dan batubara menggunakan metode triangular gruoping. Perhitungan volume overburden dan batubara menggunakan metode triangular grouping didapatkan dari pengolahan data bor yang permodelannya dibuat di kertas milimeter dengan skala tertentu. Berikut cara mencari volume overburden dan batubara dengan persamaan 2.7 dan 2.8. a. Luas segitiga rata-rata dari Overburden 𝑇1 + 𝑇2 + 𝑇3 𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =

(30)

3 1.871 + 12.372 + 41.330 3 𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 18.524,3 𝑚2 b. Volume Overburden 𝑉 = 𝐵𝑙𝑜𝑘 𝑆𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎× 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑉 = 18.524,3 × 13 𝑉 = 240.582 𝑚3 c. Volume Batubara 𝑉 = 𝐵𝑙𝑜𝑘 𝑆𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎× 𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑉 = 18.524,3 × 5 𝑉 = 92.531 𝑚3 d. Tonase Batubara 𝑇 = 𝑉 × 𝜌 𝑇 = 1.519.112 × 1,3 𝑇 = 3.969.371 𝑚3 Tabel 4.5 Perhitungan Volume Overburden dan Batubara dengan Metode Triangular Grouping. SEGITIGA LUAS AREA (m²) Volume (m³) Batubara Overburden A 1.871 92.531 240.582 B 12.372 C 41.330 D 11.573 49.176 147.529 E 7.477 F 10.456 G 14.407 57.403 149.248 H 16.544 I 3.491 J 32.458 141.223 367.180 K 46.849 L 5.427 M 9.106 191.126 496.929 N 25.568 O 80.002 P 7.466 46.690 121.394 Q 13.659 R 6.889 S 24.065 72.106 187.477 T 12.166 U 7.033 V 7.091 75.313 195.814 W 11.083 X 27.014 Y 25.816 60.883 158.296 Z 6.382 AA 4.332 BB 9.402 46.971 122.126 CC 2.294 DD 16.487 EE 8.226 36.053 93.738 FF 6.530 GG 6.876 HH 8.877 44.543 115.812 II 13.964 JJ 3.885 KK 20.956 65.860 171.236 LL 5.315 MM 13.245 NN 3.245 58.306 151.597 OO 13.411 PP 18.328 QQ 8.878 168.078 437.003 RR 30.261 SS 61.708 TT 9.370 218.095 567.047 UU 19.551 VV 101.936 WW 33.847 94.755 246.363 XX 12.358 ZZ 10.648 TOTAL 1.519.112 3.969.371

Tonase 1.974.845,6 Hasil dari perhitungan volume overburden dan batubara menggunakan metode triangular grouping didapatkan volume overburden sebesar 3.969.371 m³ dan volume batubara sebesar 1.519.112 m³, sedangkan untuk tonase batubara sebesar 1.974.845,6 MT. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Perhitungan volume overburden dan batubara menggunakan metode cross section pada Pit Selatan PT. Multi Service Mining didapatkan volume overburden sebesar 4.525.513 m³ dan volume batubara sebesar 1.938.725 m³. 2. Perhitungan volume overburden dan batubara menggunakan metode circular pada Pit Selatan PT. Multi Service Mining didapatkan volume overburden dengan radius 50 meter sebesar 2.550.899 m³ dan dengan radius 100 meter sebesar 5.205.954 m³, sedangkan untuk volume batubara dengan radius 50 meter sebesar 1.015.724,99 m³ dan dengan radius 100 meter sebesar 2.072.923,14 m³. 3. Perhitungan volume overburden dan batubara menggunakan metode triangular grouping pada Pit Selatan PT. Multi Service Mining didapatkan volume overburden sebesar 3.969.371 m³ dan volume batubara sebesar 1.519.112 m³. 5.2 Saran 1. Ketiga metode tersebut mempunyai

(31)

kelebihan dan kekurangan, kelebihannya yaitu sederhana, murah, dan representatif, sedangkan kekurangan dari ketiga metode ini antara lain hasil perhitungan bersifat kasar atau tidak optimal secara matematis sehingga sering menghasilkan perkiraan yang salah, sebaiknya dalam memilih metode perhitungan cadangan disesuaikan dengan tujuan, jenis bahan galian, klasifikasi bahan galian, ketersedian data, waktu dan biaya yang tersedia. 41 42 2. Dari ketiga hasil perhitungan dengan menggunakan metode cross section, metode circular maupun metode triangular grouping, sebaiknya yang dijadikan acuan adalah hasil yang terkecil atau pesimistis.

(32)

Referensi

Dokumen terkait

mempersulit siswa dalam proses belajar bahasa Indonesia. Faktor ini memberikan dampak negatif terhadap pengalaman belajar siswa secara daring pada mata pelajaran bahasa

fenomenologi yang mendeskripsikan mengenai pemanfaatan WhatsAap sebagai media pembelajaran dalam jaringan dimasa pandemi. Data dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara

Gambar 2.11 Grafik Penentuan Volume Sump Sumber : 23 kaltim prima coal Hydraulic Design Guidelines Tahap selanjutnya adalah menentukan ukuran sump adalah untuk menentukan lokasi sump

selama menit ke 66 memperlihatkan proses terjadinya swabakar.Dan batubara dengan pola tumpukan windrow temperature yang terus naik menandakan proses 4 oksidasi melepas panas dan

SIMPULAN DAN 1 SARAN Berdasarkan hasil analisis data yang didukung oleh kajian teori dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pengelolaan 4 sistem informasi perpustakaan di SMKN 1 Pacitan sudah berjalan dengan baik dan dikelola oleh orang yang ahli dalam bidangnya.

SARAN Berdasarkan hasil 1 analisis data yang didukung oleh kajian teori dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan

Dengan siswa memberikan respon penggunaan gadget sabagai sarana pembelajaran mereka selama kegiatan belajar mengajar menggunakan media ini siswa merasa tidak senang, dan siswa