• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN BUDAYA DALAM TRADISI NYADRAN DI KELURAHAN NGANTRU KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN BUDAYA DALAM TRADISI NYADRAN DI KELURAHAN NGANTRU KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN TRENGGALEK JAWA TIMUR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 104

PERUBAHAN BUDAYA DALAM TRADISI NYADRAN DI KELURAHAN NGANTRU KECAMATAN TRENGGALEK KABUPATEN

TRENGGALEK JAWA TIMUR Wahyu Nur Alifiana

alambarabayu@yahoo.co.id Universitas Muhammadiyah Purworejo

ABSTRAK

Tujuan yang akan dicapai penulis dalam penelitian ini, yaitu (1) Prosesi tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru, (2) Perubahan dalam tradisi nyadran, (3) Makna simbolik yang terkandung dalam ubarampe yang digunakan dalam tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru. Lokasi penelitian Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Subjek penelitian adalah Lurah Ngantru, sesepuh kelurahan Ngantru, warga Kelurahan Ngantru, dan warga sekitar Kelurahan Ngantru. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) prosesi tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru yaitu (a) tadarusan, (b) memandikan kerbau, (c) menyembelih kerbau, (d) wayang kulit semalam suntuk, (e) tahlil diarea makam, (f) ruwatan, (g) jaranan, (h) pembukaan acara, (i) ziarah, (j) larung kepala kerbau, (k) makan bersama, (l) jaranan. (2) perubahan dalam tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru antara lain (a) penamaan acara, (b) hewan korban, (c) sesaji yang dilarung, (d) waktu penyembelihan kerbau, (e) tempat memasak daging, (f) tempat jaranan, (g) wayang dalam ruwatan, (h) tempat makan bersama, (i) wayang kulit semalam suntuk, (j) tadarusan. (3) ubarampe yang memiliki makna simbolis, meliputi: (a) kerbau, (b) kendhi dan clupak, (c) tebu, (d) pisang, (e) padi, (f) ayam hidup, (g) kelapa, (h)jenang sengkala, (i) mule metri, (j) buceng sanga, (k) paes agung, (l) nasi punar, (m) nyambung tuwuh, (n) brokohan, (o) jenang lima warna, (p) panggang mas, (q) lodho, (r) nasi gurih, (s) ripih, (t) dawet, tebu, lontong, (u) tumpeng among-among, (v) buceng kuwat, (w) kupat luwar, (x) bulus angkrem, (z) keleman.

Kata kunci: perubahan tradisi nyadran di kelurahan Ngantru

I. PENDAHULUAN

Tradisi nyadran merupakan salah satu dari tradisi masyarakat di Kelurahan Ngantru yang dilaksanakan pada bulan Sela atau Dulkaidah pada hari Jum‟at Kliwon. Acara nyadran merupakan acara tahunan yang rutin dilakukan oleh warga setiap setahun sekali. Sampai sekarang tradisi nyadran masih tetap dilaksanakan dan dilestarikan secara turun-temurun. Tradisi nyadran daerah Ngantru merupakan salah satu foklor yang sampai saat ini masih tetap dipercayai oleh masyarakat Ngantru Trenggalek. Tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru sangat

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 105

menarik, mulai dari prosesi sampai pada ubarampe atau perlengkapan yang digunakan dalam upacara nyadran. Globalisasi tidak dapat dipungkiri membawa perubahan terhadap pelaksanaan tradisi nyadran. Perubahan-perubahan yang terjadi tidak mengurangi kesakralan dari pelaksanaan tradisi nyadran.

II. KAJIAN TEORI A. Kebudayaan

Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa Sansekerta) budhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti akal atau budi (Koentjaraningrat, 2009: 144).

Kebudayaan meliputi gagasan-gagasan, cara berpikir, ide-ide, yang menghasilkan norma-norma, adat-istiadat, hukum dan kebiasaan-kebiasaan yang merupakan pedoman bagi tingkah laku dalam masyarakat.

Kebudayaan dapat dikatakan merupakan hasil karya dari manusia yang dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan. Pedoman-pedoman itu yang mengatur pola hidup dan juga tingkah laku dari manusia itu sendiri. Tingkah laku dan kebiasaan dari setiap manusia itu bisa dikatakan sebagai kebudayaan.

B. Folklor

Foklor ditinjau dari etimologinya berasal dari bahasa Inggris folklore, yaitu folk dan lore, folk berarti „rakyat‟ dan lore berarti „adat‟. Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial budaya, sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Lore adalah tradisi folk, yaitu tradisi turun-temurun yang secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau pembantu pengingat (Danandjaja, 1984: 2).

Menurut Brunvand dalam Danandjaja (1984: 21) foklor dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tiga tipenya: (1) folklor lisan (verbal folklore), (2) folklor sebagian lisan (partly verbal folklore), dan (3) folklor bukan lisan (non verbal folklore). Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa folklor banyak berhubungan dengan hal-hal kuno.

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 106

C. Upacara Adat

Menurut Koentjaraningrat (dalam Hariyani, 2004: 10) pengertian upacara atau ritual atau ceremony adalah sistem aktivitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan.

Unsur-unsur upacara menurut Koentjaraningrat dalam Hariyani (2004: 10) terdiri atas: (1) sesaji; (2) berkorban; (3) berdoa; (4) makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa; (5) menari tarian suci; (6) menyanyi nyanyian suci; (7) berprosesi atau berpawai; (8) memainkan seni drama suci; (9) berpuasa; (10) intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius untuk mencapai keadaan trance, mabuk; (11) bertapa; (12) bersemedi. Setiap unsur dalam upacara memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Setiap upacara memiliki sisi religious yang berbeda-beda.

D. Nyadran

Tradisi nyadran telah berlangsung sejak zaman Hindu-Budha yang dilakukan masyarakat jawa, dan dalam bahasa Sanskerta nyadran berasal dari kata sadra. Mungkin karena lidah orang jawa yang medhok menjadikan kata-kata sadra berubah menjadi nyadran. Kata Sadra memiliki arti ziarah kubur.

Menurut Poerwadarminto (1937: 352) kata nyadran memiliki arti selamatan (sesaji) ing papan sing kramat. Bagi masyarakat Jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial keagamaan.

Budaya masyarakat yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Dengan demikian tidak mengherankan kalau pelaksanaan nyadran masih kental dengan budaya Hindu-Budha dan animisme yang diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam oleh Wali Sanga.

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 107

E. Modernisasi

Modernisasi dimulai di Italia pada abad ke-15 dan tersebar ke sebagian besar dunia Barat dalam lima abad berikutnya. Kini gejala modernisasi telah menjalar pengaruhnya di seluruh dunia.

Modernisasi menurut Cyril Edwin Black (dalam Setiadi, 2010: 57) adalah rangkaian paerubahan cara hidup manusia yang komplek dan saling berhubungan, merupakan bagian pengalaman yang universal dan yang paling banyak kesempatan merupakan harapan bagi kesejahteraan hidup manusia.

Modernisasi juga telah menjalar di kehidupan orang Indonesia. Orang-orang menginginkan segala sesuatu secara instan dan cepat. Modernisasi membawa perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masayarakat Indonesia dan dunia.

III. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kebudayaan dalam tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2010: 248).

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Subjek data penelitian pelaksanaan tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru, dokumen, buku-buku yang berkaitan dengan masalah kebudayaan, dan wawancara dengan dengan para informan.

Wujud data dalam penelitian ini berupa foto-foto, dan deskripsi tentang pelaksanaan tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru yaitu Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data yang diinginkan dengan cara memberikan pertanyaan langsung dalam hal ini kepada informan. Di dalam wawancara itu, para nara sumber sudah mengetahui kalau mereka sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud dari wawancara tersebut (Moleong, 2010:189).

Dalam penelitian tradisis nyadran teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Seperti dikutip Patton (dalam Moleong, 2010: 330). Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat berbeda dalam penelitian kualitatif.

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 108

IV. PEMBAHASAN DATA

A. Prosesi Upacara Tradisi Nyadran di Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek

1. Tadarusan

Tadarusan merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk menyambut acara nyadran atau bersih dam. Sebelum masuknya agama Islam acara tadarus tersebut tidak pernah ada, tetapi setelah masuknya agama Islam maka untuk meminta keselamatan maka waraga mengadakan Tadarusan

2. Memandikan Kerbau

Sebelum kerbau tersebut disembelih terlebih dahulu dimandikan. Acara memandikan kerbau tersebut dilaksanakan pada hari Kamis malam selesai sholat isya‟. Air yang digunakan untuk memandikan kerbau adalah air londho. Air londho merupakan air yang telah dicampur dengan pohon padi/ merang yang telah dibakar. Kerbau yang telah dimandikan lalu diberi kalung kain putih/ mori.

3. Wayang Kulit Semalam Suntuk

Wayang kulit dimulai selesai prosesi meamandikan kerbau, kurang lebih sekitar pukul 20.00. Pelaksanaan wayang kulit berada di pendapa sekitar area pemakaman. Acara wayang kulit dimulai dengan penyerahan gunungan. Wayangan kali ini membawakan lakon Semar Mbangun Kayangan.

4. Penyembelihan Kerbau

Acara penyembelihan kerbau sekitar pukul 23.30. Seusai disembelih lalu dipisahkan antara daging, tulang, dan kepala kerbau. Dagingnya akan dimasak oleh ibu-ibu untuk makan bersama. Sedangkan kulitnya akan digunakan untuk membungkus tulang dan juga kepala kerbau. Tulang dan juga kepala kerbau yang telah dibungkus dengan kulit nantinya akan dilarung di dam.

5. Tahlil di Area Makam

Tahlil dilakukan pada Jum‟at pagi sekitar pukul 06.30. Tahlil ini dilakukan di makam leluhur yang diyakini sebagai pahlawan bagi

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 109

masyarakat Kabupaten Trenggalek. Makam tersebut adalah makam Minak Sopal.

6. Ruwatan

Acara ruwatan dimulai sekitar pukul tujuh pagi. Ruwatan dalam upacara adat nyadran mengandung maksud dan tujuan untuk meminta perlindungan kepada Tuhan lewat perantara Ki Dalang. Ruwatan dalam adat Jawa memiliki tujuan untuk menyingkirkan dan menentramkan para Kala.

7. Jaranan

Acara jaranan dilaksanakan seusai acara ruwatan. Jaranan merupakan salah satu kesenaian daerah yang sampai sekarang masih tetap ada. Menurut cerita para sesepuh desa, pada zaman dahulu Menak sopal juga menggunakan jaranan sebagai salah satu cara dalam menyebarkan agama Islam.

8. Pembukaan acara nyadran lalu dilanjutkan tabur bunga

Sekitar pukul sembilan pagi acara nyadran dimulai. Diawali dengan acara sambutan dari bapak Kadus Bagong sebagai tuan rumah. Lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Bupati Trenggalek. Seusai acara sambutan dilanjutkan dengan tabor bunga dimakam Minak Sopal. 9. Pelemparan Kepala Kerbau kedalam DAM

Seusai acara tabur bunga, Bupati berjalan menuju DAM yang letaknya berada di sebelah barat dari area makam untuk melaksanakan acara pelemparan kepala kerbau. Acara pelemparan kepala kerbau ke DAM merupakan acara puncak dari upacara tradisi nyadran.

10.Makan Bersama dan Melanjutkan Acara Jaranan

Acara terakhir dalam rangkaian upacara adat nyadran tersebut adalah makan bersama. Setelah acara pembagian makanan selesai lalu diteruskan lagi acara jaranan. Acara jaranan yang kedua ini lebih kepada sebagai hiburan bagi warga masyarakat.

B. Makna-Makna Simbolik Ubarampe Yang Digunakan Dalam Upacara Tradisi Nyadran di Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 110

1. Kerbau

Kerbau merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan acara nyadran. Kerbau yang digunakan dalam tradisis nyadran merupakan pengganti dari gajah putih yang digunakan sebagai tumbal pembuatan DAM.

2. Ubarampe ruwatan

a. Kendhi kecil dan clupak

Kendhi pertala yang digunakan sebagai penanda empat penjuru angin. Kendhi pertala harus terbuat dari tanah liat. Clupak dalam tradisi nyadran digunakan sebagai tempat minyak yang nantinya akan dinyalakan sebagai penerangan.

b. Tebu

Tebu merupakan salah satu ubarampe ruwatan yang diletakkan di kanan dan kiri panggung. Selain tebu juga terdapat tetuwuhan seperti daun andong, lancuran dan beringin. Tebu bertujuan untuk memberikan rasa manis bagi seluruh warga.

c. Pisang dan Kelapa

Pisang merupakan lambing keadilan, dia tidak akan mati sebelum menghasilkan sesuatu yaitu buah. Pisang raja melambangkan kebesaran layaknya seorang raja. Kelapa merupakan penggambaran sifat manusia yaitu kencengnging pikir (keras dalam berpikir). Berfikir untuk bagaimana bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

d. Padi dan Ayam

Padi merupakan lambang kemakmuran. Dalam acara nyadran menggunakan padi satu ikat yang diletakkan di kanan kiri panggung. Ayam hidup yang juga diletakkan di kanan kiri panggung mempunyai makna semoga pada tahun berikutnya masih diberi umur panjang, sehingga bisa melaksanakan upacara nyadran kembali.

3. Ubarampe Ambengan

a. Buceng Sanga

Buceng sanga melambangkan sembilan wali yang menyebarkan agama Islam.

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 111

b. Tumpeng Among-among

Tumpeng ini sebagai lambang penghormatan kepada Kyai dan Nyai Amongsari, serta Kyai dan Nyai Bodho yang dipercaya sebagai pamomong atau pengasuh manusia serta penjaga keselamatan manusia. c. Jenang merah putih

Jenang abang dimaksudkan sebagai penghormatan dan

permohonan kepada orang tua agar mendapatkan keselamatan khususnya Ibu. Jenang putih dimaksudkan sebagai penghormatan dan harapan yang ditujukan kepada orang tua khususnya ayah.

d. Nasi Punar

Nasi punar melambangkan syarat lami pinanggih enggal, yang maksudnya mempertemukan antara yang lama dengan yang baru. Nasi punar berbentuk setengah lingkaran dengan nasi kuning bagian atas dan nasi putih bagian bawah.

e. Buceng Mas

Buceng mas merupakan tumpeng yang ditempeli dengan telur dadar. Panggang mas merupakan perlambang pulunge dalang, pulung merupakan wahyu atau bintang yang jatuh kepada orang yang akan mendapatkan keberuntungan.

f. Buceng Kuwat

Buceng kuwat merupakan tumpeng yang dilengkapi dengan telur dan juga sayur. Buceng kuwat dibuat dari ketan kemudian dibentuk kerucut. Buceng kuwat menggambarkan bahwa kita harus kuat lahir dan juga batin dalam menjalani hidup

g. Ladha Sega Gurih

Ingkung ini melambangkan bayi yang bari dilahirkan alias masih suci, atau dimaknai juga sebagai sikap pasrah dan menyerah atas kekuasaan Tuhan. Orang Jawa mengartikan kata ingkung dengan pengertian dibanda atau dibelenggu (Giri, 2010: 25). Sega gurih disebut juga dengan sega wuduk (nasi wudlu). Ubarampe ini dimaksudkan untuk mengirim doa bagi Nagi Muhammad SAW,

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 112

Jenang lima warna merupakan gambaran dari kadang papat lima pancer. Arah kiblat ini juga terkait dengan perjalanan hidup manusiayang selalu ditemani oleh kadang papat lima pancer.

i. Brokohan

Brokohan merupakan nasi putih yang dilengkapi dengan urap dan juga telur. Brokohan memiliki tujuan untuk menyelamati bumi dari segala bahaya.

j. Ripih

Ripih merupakan dua tumpeng yang dilengkapi dengan pisang satu sisir, pelas dan juga berbagai bentuk macam ornament yang terbuat dari tepung ketan. Ripih merupakan gambaran orang yang bekerja di alam dunia.

k. Mule Metri

Mule metri memiliki maksud untuk memulyakan saudara dan juga metri atau memberikan doa keselamatan bagi saudara dalam hal ini kakang kawah adi ari-ari.

l. Nyambung Tuwuh

Nyambung tuwuh merupakan air dari sembilan sumur yang dijadikan satu kemudian diberi bunga, daun andong, lancuran, dan tunas pohon pisang. Makna nyambung tuwuh adalah menyambung kehidupan. Maksudnya menyambung kehidupan di alam dunia ini.

m. Paes agung

Paes agung merupakan ubarampe yang terdiri dari pisang satu sisir, rengginan, ketan, jadah, dan juga apem. Paes agung mempunyai makna biar agung rejekinya, agung keselamatannya dan apa yang diminta semoga dapat terlaksana.

n. Kupat Luwar

Kupat luwar merupakan makanan yang berupa ketupat tapi bentuknya memanjang. Dimaknai sebagai simbol bahwa orang yang melakukan selamatan atau hajatan telah menepati janjinya.

(10)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 113

Keleman yaitu yang biasa disebut pala kependem atau tanaman yang buahnya berada di bawah permukaan tanah. Keleman mempunyai makna yaitu sageta kelem dumateng badhanipun tiyang ingkang

gadhah damel atau semoga bisa berbaur dengan badannya orang yang

mempunyai hajatan.

p. Bulus Angkrem, lonthong, dan dawet

Bulus angkrem merupakan makanan yang terbuat jenang bekatul dan diluarnya dilapisi dengan ketan yang telah digoreng. Bulus angkrem mempunyai makna sebagai tolak balak. Begitu juga dengan lontong dan juga dawet memiliki makna sebagai tolak balak.

C. Perubahan Budaya Dalam Tradisi Nyadran di Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek

1. Perubahan Penamaan Acara

Pada pertama kali upacara dilaksanakan warga menyebut dengan tradisi nyadran, namun sekarang warga menyebut dengan istilah bersih dam. Perubahan nama tersebut dikarenakan masuknya agama Islam.

2. Perubahan Hewan yang Dikorbankan

Hewan yang digunakan pertama kali sebagai tumbal dalam pembuatan dam adalah gajah putih. Seiring dengan semakin berkembangnya zaman hewan yang digunakan sebagai kurban adalah kerbau. Perubahan hewan yang dijadikan tumbal lebih kepada alasan ekonomis.

3. Perubahan sesaji Larungan

Sesaji yang dilarung kedalam dam waktu pertama kali nyadran adalah kepala dari gajah putih, lalu dagingnya dibagikan kepada orang-orang yang bekerja membuat dam. Pada nyadran berikutnya yang dilarung adalah kepala dari kerbau bule, tapi sekarang yang dilarung kepala kerbau dan juga itik.

4. Waktu Penyembelihan Hewan Kurban

Pada zaman dahulu kerbau disembelih pada hari yang sama dengan pelaksanaan upacara nyadran. Kalau untuk sekarang penyembelihan kerbau dilaksanakan pada hari kamis malam sekitar pukul sebelas, yaitu

(11)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 114

sehari sebelum pelaksanaan nyadran. Perubahan yang terjadi lebih dikarenakan faktor pemanfaatan waktu.

5. Perubahan Tempat Memasak

Zaman dahulu tempat untuk memasak daging kerbau tersebut berada di sekitar area makam. Namun dengan perubahan dan perkembangan zaman, tempat untuk memasak daging kerbau tersebut sudah tidak lagi berada di area makam tetapi di rumah warga. Perubahan tersebut lebih dikarenakan faktor kepraktisan.

6. Perubahan Tempat dan Waktu Jaranan

Acara jaranan pada waktu dahulu hanya dilaksanakan sekali saja selama acara nyadran berlangsung, dan waktunya yaitu pada akhir acara nyadran. Acara jaranan pada nyadran yang sekarang dilaksanakan dua kali, yaitu sebagai penyambutan Bupati dan juga sebagai penutup acara. Tempat diadakannya pun juga tidak berada di lapangan melainkan di panggung.

7. Perubahan Wayang yang Digunakan Dalam Ruwatan

Ruwatan pada dahulu menggunakan wayang beber tetapi kalau sekarang menggunakan wayang kulit. Pergantian wayang beber ke wayang kulit disebabkan karena untuk sekarang wayang beber peminatnya sudah tidak banyak lagi seperti dahulu.

8. Perubahan Tempat Makan Bersama

Pada zaman dahulu Bupati akan melaksanakan makan bersama-sama dengan semua warga, tetapi untuk sekarang Bupati akan makam ditempat yang berbeda dengan masyarakat.

9. Wayang Kulit Semalam Suntuk

Sebenarnya dalam acara nyadran zaman dahulu tidak ada acara wayang kulit semalam suntuk. Acara wayang kulit tersebut baru berjalan selama dua tahun terakhir. Acara wayangan digelar untuk meramaikan acara agar tidak sepi sebab hampir semua acara dipersiapkan di area pemakaman.

(12)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 115

Zaman dahulu acara tadarusan seperti ini tidak ada dalam rangkaian acara nyadran. Agama Islam telah membawa pengaruh yang sangat besar terhadap pelaksanaan acara nyadran di Kelurahan Ngantru. Setelah masuknya Islam yang dibawa oleh Minak Sopal segala tingkah laku masyarakat telah banyak yang berpegang pada ajaran Islam.

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap masalah Perubahan Budaya Dalam Tradisi Nyadran di Kelurahan Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek Jawa Timur, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Prosesi pelaksanaan tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru meliputi:

Tadarusan, memandikan kerbau, pagelaran wayang semalam suntuk, penyembelihan kerbau, selamatan diarea makam, ruwatan, jaranan, pembukaan acara nyadran, ziarah kubur, prosesi nyadran (larung kepala kerbau), makan bersama, jaranan.

2. Perubahan dalam Tradisi nyadran di Keluraha Ngantru.

Penamaan acara, dahulu itu nyadran kalau sekarang bersih dam. Lalu hewan yang disembelih, dahulu gajah kalau sekarang kerbau. Dahulu yang di jeburkan ke dam hanya kepala gajah tapi kalau sekarang kepala kerbau dan juga itik. Dahulu masak daging kerbaunya di sekitar area makam tapi kalau sekarang berada di rumah warga. Zaman dahulu juga tidak ada acara wayang kulit semalam suntuk, dahulu wayang yang digunakan dalam ruwatan adalah wayang beber tapi kalau sekarang menggunakan wayang kulit. Acara jaranan dahulu dilakukan di lapangan, tapi kalau sekarang di panggung. Tempat makan Bupati juga dipisah dengan masyarakat, kalau zaman dahulu bersama-sama sehingga terlihat rukun. Dahulu juga tidak ada acara wayang kulit semalam suntuk dan tadarus.

3. Makna Simbolik Ubarampe yang digunakan dalam upacara tradisi nyadran di Kelurahan Ngantru.

ubarampe yang digunakan dalam nyadran itu ada kerbau, kendhi, clupak, tebu, pisang, kelapa, padi, kanthil pitik urip, jenang sengkala, mule metri,

(13)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 116

buceng sanga, sega punar, paes agung, nyambung tuwuh, brokohan, jenang rena lima, panggang emas, lodho sega gurih, buceng kuwat, dawet, tebu, alu-alu lonthong, tumpeng among-among, kupat luwar, bulus angkrem , keleman, ripih.

B. SARAN

Penulis memberikan saran-saran agar penelitian tradisi nyadran dapat dijadikan aset daerah yang dapat menjadi pariwisata di Kelurahan Ngantru, selain itu penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti lain, yakni sebagai referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia ilmu gossip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers.

Endraswara, Suwardi. 2003. Mistik Kejawen. Yogyakarta: Narasi.

________. 2005. Buku Pinter Budaya Jawa Mutiara Adilihung Orang Jawa. Yogyakarta: Gelombang Pasang.

________.2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Giri MC, Wahyana. 2010. Sajen dan Ritual Orang Jawa. Jakarta: Narasi.

Moleong, Lexy. J.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setiadi, Elly. 2010. Ilmu Sosial Budaya dan Dasar. Jakarta: Kencana.

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Sutardjo, Imam. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Referensi

Dokumen terkait

Sacrum kreipiasi į žmogų ir šiame kreipimesi pasireiškia kaip tik tai, kas disponuoja jo egzistencija, kadangi absoliučiai ją įtvirtina (pose) kaip pastangą ir

Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. 6) Keterampilan Membimbing

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengetahuan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak,

Beberapa objek merupakan gabungan antara item dengan , di mana objek tidak hanya mempengaruhi ) karakter, tetapi juga memiliki sifat. mempengaruhi atribut karakter,

hendak menjadikan khalifah di muka bumi....”. 31 Pada dasarnya manusia mempunyai tugas untuk berbuat baik dan menjaga keseimbangan bumi. Bumi berikut segala isinya

penting yaitu beras, tebu, jagung, jeruk, kedele, kopi, rempah-rempah, susu, teh dan tepung terigu untuk SSM serta coklat, sawit, dan kopi untuk NTB. Adapun hasil dari kajian ini

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah menguji secara empirik pengaruh stres kerja terhadap

Sembilan jenis virus diidentifikasi menginfeksi tanaman nilam, yaitu Patchouli mosaic virus (PatMoV), Patchouli mild mosaic virus (PatMMV), Telosma mosaic virus (TeMV),