• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedirgantaraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kedirgantaraan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

 LATAR

 LATAR BELAKANGBELAKANG

Matra adalah dimensi atau lingkungan atau wahana atau media tempat sese

Matra adalah dimensi atau lingkungan atau wahana atau media tempat sese orangorang atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan. Kondisi atau sekelompok orang melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan. Kondisi matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yang serba berubah dan matra adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yang serba berubah dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan tersebut. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang hidup dalam lingkungan tersebut. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik di lingkungan darat, laut dan terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik di lingkungan darat, laut dan udara. Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan udara. Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah (hipobarik) (Nafsiah Mboi, 2013).

bertekanan rendah (hipobarik) (Nafsiah Mboi, 2013).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Pasal 1, ayat 1 dan 2, No.1215 Tahun Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Pasal 1, ayat 1 dan 2, No.1215 Tahun 2001 tentang Pedoman Kesehatan Matra, jenis-jenis kesehatan matra meliputi :

2001 tentang Pedoman Kesehatan Matra, jenis-jenis kesehatan matra meliputi :

1. Kesehatan lapangan 1. Kesehatan lapangan

2. Kesehatan kelautan dan bawah air 2. Kesehatan kelautan dan bawah air 3. Kesehatan kedirgantaraan.

3. Kesehatan kedirgantaraan.

Kesehatan kedirgantaraan sebagaimana dimaksud di atas meliputi : Kesehatan kedirgantaraan sebagaimana dimaksud di atas meliputi :

1. Kesehatan penerbangan di dirgantara 1. Kesehatan penerbangan di dirgantara

2. Kesehatan dalam operasi dan latihan militer di dirgantara. 2. Kesehatan dalam operasi dan latihan militer di dirgantara.

(2)

FISIOLOGI / FAAL TUBUH FISIOLOGI / FAAL TUBUH

  Pengertian  Pengertian

Ilmu yang mempelajari susunan dan bentuk tubuh, sedangkan ilmu yang Ilmu yang mempelajari susunan dan bentuk tubuh, sedangkan ilmu yang

mempelajari Faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh disebut Fisiologi. mempelajari Faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh disebut Fisiologi.

Bagian Bagian TubuhTubuh

Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar tubuh manusia terdiri :

besar tubuh manusia terdiri :

1. Kepala 1. Kepala

terdiri dari : terdiri dari :

Tengkorak, wajah dan rahang bawah Tengkorak, wajah dan rahang bawah 2. Leher  2. Leher  3. Batang Tubuh 3. Batang Tubuh Terdiri dari : Terdiri dari :

Dada, Perut, Punggung dan panggul Dada, Perut, Punggung dan panggul 4. Anggota Gerak Atas

4. Anggota Gerak Atas Terdiri dari: Terdiri dari: • Sendi bahu • Sendi bahu • Lengan atas • Lengan atas • Siku • Siku • Lengan bawah • Lengan bawah • Pergelangan tangan • Pergelangan tangan • Tangan • Tangan

5. Anggota Gerak Bawah 5. Anggota Gerak Bawah

Terdiri dari : Terdiri dari :

• Sendi panggul • Sendi panggul

• Tungkai atas ( paha ) • Tungkai atas ( paha ) • Lutut

• Lutut

• Tungkai bawah • Tungkai bawah

(3)

• Pergelangan kaki • Kaki

Rongga

Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat dalam tubuh yaitu :

1. Rongga Tengkorak

Rongga ini berisi otak dan melindunginya. 2. Rongga Tulang Belakang

Berisi bumbung syaraf atau “spinal cord” terbentuk dari rongga-rongga tulang belakang menyatu membentuk suatu kolom.

3. Rongga Dada

Sering juga disebut rongga toraks. Dilindungi oleh tulang-tulang rusuk, berisi  jantung, paru-paru, pembuluh darah besar, kerongkongan dan saluran

pernapasan. 4. Rongga Perut

Rongga ini terletak diantara rongga dada dan rongga panggul. Dalam dunia medis dikenal dengan istilah abdomen. Di dalam rongga ini terdapat berbagai organ pencernaan dan kelenjar seperti lambung, usus, limpa, hati, empedu, pancreas dan lainnya.

5. Rongga Panggul

Rongga ini dibentuk oleh tulang – tulang panggul, berisi kandung kemih, sebagian usus besar dan organ reproduksi dalam.

(4)

Sistem Tubuh

Sistem tubuh adalah susunan dari organ-organ yang mempunyai fungsi tertentu.  Ada beberapa system pada tubuh manusia :

1. Sistem rangka (kerangka/skeleton) 2. Sistem Otot (Muskularis)

3. Sistem pernapasan (respirasi) 4. Sistem peredaran darah (sirkulasi) 5. Sistem saraf (nervus)

6. Sistem pencernaan (digestif) 7. Sistem kelenjar buntu (endokrin) 8. Sistem kemih (urinarius)

9. Kulit

10. Panca indera 11. Sistem reproduksi

PENGARUH KETINGGIAN DALAM PENERBANGAN TERHADAP FAAL

Gangguan atau penyakit yang dapat timbul antara lain :

1. Gaya Akselerasi

Yaitu perubahan dari kecepatan besar dan arah yang besar. Dampak dari gaya akselerasi:

- Pandangan kabur menyempit (Grayout ) - Pandangan gelap (Black out )

- Kongesti retina (Red out )

- Syok, tidak sadar, kejang dan aritmia

- Gangguan pernapasan, nyeri, pembuluh darah robek - Kesulitan gerak, keterampilan menurun

(5)

Teknik perlindungan dari Gaya Akselerasi yang berlebihan adalah dengan cara : - StrainingManeuvers atau M1 - L1

- G Suit 

- Reorientasi posisi tubuh - PositivePressureBreathing.

2. Penyakit Dekompresi

Yaitu gejala yang timbul sebagai akibat dari penguapan gas atau pengembangan gas dalam rongga tubuh,pada waktu tekanan udara luar menurun. Dapat dicegah dengan :

- Mempertahankan berat badan ideal

- Tingkat kesamaptaan jasmani yang tinggi -  Denitrogenasi.

Pengobatan dekompresi dengan cara :

- Masker O2 100% - Segera mendarat - Posisi terlentang

- Tindakan medis yang sesuai gejala.

3. Hipoksia di penerbangan

Yaitu suatu sindrom yang terjadi secara akut sebagai akibat dari tidak adekuatnyaoksigenisasi jaringan yang merupakan kelanjutan dari menurunnya tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihisap pada pernapasan. Dapat menyebabkan gangguan,kerusakan bahkan kematian sel otak. Kumpulan gejala yang biasa dijumpai antara lain :

- Perasaan aneh atau pusing

(6)

- Gangguan penglihatan (hilangnya penglihatan tepi,suram,kabur dan berkurangnya penglihatan malam)

- Respons yg berkurang pada komunikasi verbal - Pelupa dan bertindak masa bodoh

- Kesulitan mengontrol pesud

- Sakit kepala dan mual (hipoksia ringan) - Hilang kesadaran (hipoksia berat)

Pencegahan dan penangulangan hipoksia :

- Pengobatan adalah pemberian O2 100% pada udara inhalasi

- Bila pernapasan terhenti pernapasan artifisial perlu diberikan bersama-sama dengan pemberian 100% O2

- Bila ada kegagalan sirkulasi perifer maka sebabnya harus dicari dahulu baru pengobatan diberikan sesuai dengan apa yang ditemukan

Pencegahan hiperventilasi pada personil penerbangan terletak pada

- indoktrinasi, pengajaran pemakaian perlengkapan oksigen dengan tepat

- Recoveryhypoxia akan berlangsung cepat bila kebutuhan O2 segera diberikan - Ambang kesadaran individu akan segera dicapai setelah pemberian O2 dalam

waktu 15 detik

-  Pengalaman memperlihatkan bila penderita hipoksia bernapas dalam menggunakan O2 dia mungkin mengalami rasa pusing sejenak, tetapi akan segera hilang dan disertai dengan kembalinya semua fungsi menjadi normal namun performance dapat terganggu untuk waktu 1 sampai 2 jam setelah hipoksia berat.

4. Bising atau fibrasi

Yaitu suara yang tidak nyaman, tidak dikehendaki dan dapat merusak fungsi pendengaran. Dapat dilakukan pencegahan dengan :

(7)

o Earplug  o Earmuff  o Helmet 

- Ruangan kedap suara -  Pamphlet

-  Medex.

5. Ritme sirkardian atau jet lag 

Yaitu stres yang dialami setelah melewati beberapa daerah waktu (time zone) dengan menggunakan pesawat udara. Gejala yang dapat timbul bervariasi tergantung individu, antara lain :

- Gangguan pola tidur - Konsentrasi terganggu - Pola pikir berubah

- Motivasi dan kinerja berkurang

- Lelah, letih, lesu, lemah dan dehidrasi

Jet lag   yang bersifat normal, berlangsung sementara dan dapat cepat pulih dalam waktu singkat. Jet lag   dapat mengenai setiap penumpang pada penerbangan jarak  jauh (long haul flight ), 94% penumpang mengalaminya dan 45% dengan kategori jet

lag  berat. Upaya meringankan jet lag diantaranya :

- Diet anti jet lag 

- Pengaturan tugas terbang - Waktu istirahat

- Waktu tidur

- Obat-obat untuk mengurangi pengaruh jet lag .

6. Motionsickness

(8)

-  Lemas -  Pucat

- Keringat dingin -  Menguap

- Sakit kepala

- Daya pikir menurun - Mual dan muntah

Sebagai reaksi terhadap rangsangan gerak yang belum terbiasa. Tindakan yang dapat dilakukan apabila terjadi motionsickness adalah :

-  Latihan

o Adaptasi, tingkatkan jam terbang o Motivasi terbang diciptakan

- Penyesuaian ringan o Makan sedikit

o Usahakan suhu udara dalam kokpit tetap dingin o Melihat kedalam atau keluar kokpit

o Terbang lurus dan bertingkat

- Obat Anti Mabuk

o Kombinasi parasimpatolitik dengan simpatomimetik

o TransdermScopolamine 0,5 mg (Koyo pada postauricularpatch)

- Teknik Relaksasi

o  Desensitisasibiofeedback  o Mental imagery 

(9)

7. Disorientasi 

Yaitu berkurangnya kemampuan (interaksi = instrument-manusia-media) seseorang untuk menentukan posisinya terhadap permukaan bumi, atau dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Tindakan yang dapat dilakukan apabila disorientasi terjadi adalah :

- Kewaspadaan untuk menghadapinya bila hal tersebut terjadi

- Mata merupakan satu-satunya alat orientasi yang dapat dipercaya - Latih keterampilan terbang instrument.

MEKANISME/REGULASI/SOP Kesehatan pangkalan udara

a. Lingkungan kerja penerbang

- Pesawat terbang - Apron - Hanggar - Bangunan perkantoran - Bandar udara - Geladak kapal

b. Terjangkit kuman penyakit - Demam berdarah

- Malaria

(10)

- AIDS

- Keracunanmakanan - SARS

- Thypusabdominalis - Tuberculose

c. Faktor kimia dan gas

- Bahan bakar pesawat - Minyak pelumas

- Gas buangan mesin piston/jet - Pemadam kebakaran

- Cairan hidrolik - Aviation gasolin

d. Penyakit akibat kerja - Iritasi pada kulit

- Dermatitis kontak - Sesak nafas - Kelainan paru

- Sakit kepala, capek, bingung,mual, muntah e. Faktor fisik

- Panas

heat stroke, tumor kulit, terbakar, conjits, katarak -  Dingin

frosbite, menggigil, hipotermia -  Getaran

penurunan pandangan, predisposisi batu sal kemih -  Bising

(11)

Ketulian - Pencahayaan kurang gangguan refraksi -  Radiasi gangguan SSP, fatique, - Ketinggian terbang

hipoksia, perforasi mt, odontalgia - Akselerasi, penerbangan jauh

fatique. Ritme circardian

f. Sistem kerja dan beban kerja - Stress

- Fobia

- Kebijakan & pedoman ygkurang memadai - Perencanaan tidak jelas

- Fatique - Senioritas

- Kerahasiaan misi terbang - Kenyamanan kerja

- Stress lingk. Kerja

g. Faktor penyebab kecelakaan penerbangan 1) Manusia

2) Mesin 3) Media 4) Unsafe act

- Merokok sembarang tempat - Medek tidak rutin

- Memaksakan kehendak - Over convident

- Menganggap remeh masalah - Rutinitas

(12)

-Kemampuan keterbatasan fisik - Fatique

- Hipoksia

- Kesempatan profisiensi tidak ada - Tidak ada yang mengarahkan - Kesempatan berkarya tidak ada - Perhatian dari atasan berkurang - Kebijakan, prosedur kurang memadai - Perencanaan program tidak jelas

h. Almatkes di pesawat udara

- Firs aid kit kelengkapan kelaikan pesawat - Kotak P3K kabin pesawat

- Tas bakes/tas dokter kelengkapan personel kes - Almatkes kelengkapan Pesawat Ambulans udara

POLA HIDUP SEHAT

1. Ketahui kondisi kesehatan diri sendiri saat ini 2. Lakukan kegiatan fisik (olahraga)

3. Pilih makanan yang tepat 4. Hindarilah kebiasaan buruk 5. Mengelola stress

6. Istirahat cukup dan teratur  7. Perbanyak minum air putih 8. Menjaga kebersihan

PENGAMANAN FISIK DAN NON FISIK Tindakan penilaian penderita terdiri dari :

(13)

1. PENILAIAN KEADAAN

Penilaian keadaan ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang apa yang sedang dihadapi, factor-faktor yang akan mendukung atau menghambat tindakan pertolongan pertama. Pada tahap ini penolong harus melakukan langkah langkah pengamanan lokasi, penderita dan dirinya sendiri serta orang lain.

INGAT

 Amankan Diri Sendiri Terlebig Dahulu, Keselamatan Penolong Nomor 1

2. PENILAIAN DINI

a.Kesan umum

- Kasus Trauma : adalah kasus yang disebabkan oleh suatu ruda-paksa Mempunyai tanda-tanda yang jelas dan terlihat da atau teraba. Misalnya luka terbuka, memar, patah tulang da lain sebagainya

- Kasus Medis : adalah kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda-paksa. Contohnya sesak napas, pingsan.

b.Memeriksa Respon

 Ada empat tingkatan respon penderita, yaitu : 1.Awas

2.Suara 3.Nyeri

4.Tidak Respon

c.Memastikan Jalan napas terbuka dengan baik

Untuk penderita yang tidak respon gunakan teknik angkat dagu dan tekan dahi

(14)

Setelah jalan napas berjalan dengan baik maka penolong harus menilai pernapasan penderita dengan cara :

- Lihat - Dengar - Rasakan

e.Menilai denyut nadi

Dengan cara meraba nadi pergelangan tangan (Arteri Radialis ). Bagi penderita yang sadar, sedangkan bagi penderita yang tidak sadar periksa nadi Leher ( Carotis )

f.Hubungi Bantuan

Segera minta bantuan rujukan , mintalah bantuan kepada orang lain untuk

melakukannya atau lakukan sendiri. Bila didaerah anda tersedia pelayanan ambulan segera hubungi.

3. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik tujuannya menemukan berbagai tanda yaitu: 1. perubahan bentuk( P )

2. Luka terbuka ( L ) 3. Nyeri tekan ( N ) 4. Bengkak ( B ).

Tindakan ini melibatkan Penglihatan, perabaan dan pendengaran . Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistimatis dan beurutan dari ujung kepala sampai ujung kaki namun dapat berubah sesuai kondisi penderita yaitu :

(15)

• Telinga • Hidung • Mata • Mulut 2. Leher 3. Dada 4. Perut 5. Punggung 6. Panggul

7. anggota gerak atas dan bawah

pada pemeriksaan anggota gerak selain PLNB juga lakukan pemeriksaan gerakan sensasi dan sirkulasi(GSS).

Pencatatan data kesehatan

KES.OPERASI & LATIHAN MILITER DIRGANTARA (Sarana: personil dan masyarakat)

KEGIATAN

Pemeriksaan, tindakan medik dan perawatan kes.Promkes. & pelatihan

Penanganan gizi

Kesemaptaan fisik & mentalRehabilitasi fisik dan mentalEvakuasi dan rujukan

Identifikasi korban

Penyiapan SDM, obat dan sarana kesehatan • SEmedik dan penyakit

DATA YG DIPERLUKAN •Lokasi pangkalan

Skala, dan jenis latihan/operasi (lama, ketiggian)Penyakit, kecelakaan, cidera dan kematian

(16)

Kesehatan Penerbangan Kondisi Matra

Para pelaku penerbangan, penumpang pesawat terbang maupun olahraga dirgantara akan berada dalam kondisi lingkungan hipobarik, hipotermi,

hipohumidity dan pergerakan pesawat terbang yang akan memberikan risikoterjadinya hipoksia, gangguan fisik, fisiologis maupun psikologis.

Kondisi hipobarik dalam penerbangan dapat menyebabkan penyakit

dekonpresi dan juga akan mempengaruhi gangguan fungsi organ terutama sistem pernafasan, jantung, dan susunan saraf pusat. Kondisi hipobarik dan pergerakan kapal (akselerasi, deselerasi, bumping) serta pengaruh gravitasi juga akan

berpengaruh pada kesehatan bayi, wanita hamil dan janin yang dapat menyangsang kontraksi rahim wanita hamil sehingga kemungkinan dapat menyebabkan keguguran. (INI DIBACAKAN SAAT DI AWAL” SLIDE)

Risiko dalam penerbangan

1. DVT dan Emboli Paru (Ada Predisposisi)

2. Stagnant Hipoksia ARDS (Acute Respnatory Distress Syndrom) Sudden Death ( PPOK, ASMA Bronkhial, Dll)

3. Henti Jantung Mendadak,Infark miokard Akut Hipertensi Akut, Hipotensi dan Shock

4. Infeksi Penyakit Menular Flu burung,flu baru H1N1, SARS,TBC,Meningitis, Kolera,Tifus, Hepatitis dll

5. Headache Hipoksia, Vasodilatasi, terlepas mediator inflamasi 6. Geriatrik : Fisiologis organ menurun

7. Psikiatrik

Terbang lama (Jarak Jauh)

-Terbang jarak pendek : < 2 jam -Terbang jarak sedang : 2 s.d 6 jam -Terbang jarak jauh : > 6 jam

Problem yang terjadi - Hypoksia - Disbarism - Motion Sickness - Fear of flying - Jetlag - Fatigue - DVT - Geriatric problem

Pencegahana Motion Sickness - Perut jangan kosong

- Kepala tetap tegak bila mulai mual - Jangan membaca/ menunduk

(17)

- Pandangan lurus kedepan Pencegahan nyeri telinga

- lakukan gerakan mengunyah /menelan saat take off dan landing - jangan terbang saat flu

- rawat gigi dengan baik Jet Lag

Bila terbang melewati > 4 zona waktu terjadi desinkronisasi Irama sirkadian (jam  biologis) penyebab kurang persiapan psikofisiologi Keterbatasan waktu di tempat

tujuan Faktor kabin Beda waktu dengan tempat tujuan Upaya penanggulangan

 DIET ANTI JETLAG

- Hari I : makan pagi dan siang tinggi protein makan malam tinggi karbohidrat

- Hari II : makan ringan (sup ringan, juice, salad) - Hari III: menu makanan seperti hari I

- Hari IV /hari keberangkatan : menu seperti hari II

 Sesampai di tempat tujuan makan pagi, siang dan malam seperti biasa dengan  jadwal waktu makansesuai waktu setempat

Kiat mengurangi jet lag  Sebelum terbang - Rileks

- Jangan letih fisik dan mental - Persiapan jauh hari

- Pesawat jangan banyak transit - Tidur lebih awal

 Selama terbang

- Putar jarum jam sesuai tujuan - Hindari alkohol, kopi

- Perbanyak minum air dan sari buah - Mandi saat transit (bila cukup waktunya) - Tidur selama terbang sesuai tujuan

 Ditempat tujuan - Aktivitas biasa

- Bila tiba siang hari jangan langsung tidur - Olah raga

- Bila tiba malam hari langsung tidur, bila susah, minum pil tidur max 3 hari. - Sesuaikan jam lokal

(18)

Deep Vein Trombosis Pencegahan:

- Gerakkan jari kaki dan tangan - Berjalan-jalan di kabin

- Kompres Stocking

- Cukup minum dan makan snack

Kesehatan Kedirgantaraan

Paragraf 1

Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa

Pasal 22

(1)

Kesehatan penerbangan dan ruang angkasa merupakan Kesehatan

Matra yang dilakukan terhadap pekerja dan/atau pelaku kegiatan

 penerbangan dan ruang angkasa yang

diselenggarakan pada saat

a. persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan; dan

 b. kegiatan operasional.

(2)

Kegiatan pada saat persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. kesiapan awak penerbangan;

 b. kesiapan olahragawan kedirgantaraan;

c. kesiapan penyelenggara kegiatan;

d. kesiapan pelayanan kesehatan penerbangan dan ruang angkasa;

dan

e. kesiapan penumpang.

(3)

Kegiatan kesiapan awak penerbangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

 perundang-undangan.

(4)

Kegiatan kesiapan olahragawan kedirgantaraan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b paling sedikit terdiri atas:

(19)

a. pemeriksaan/pengujian fisik dan mental;

 b. kesiapan peralatan keselamatan; dan

c. kegiatan lain untuk menunjang kesiapan bagi olahragawan.

(5)

Kegiatan kesiapan penyelenggara kegiatan sebagaimana dimaksud

 pada ayat (2) huruf c paling sedikit terdiri atas:

a. penyuluhan kesehatan dan keselamatan;

 b. penyediaan peralatan keselamatan;

c. petugas pengawas dan atau pendamping;

d. penyediaan sarana dan prasarana kedaruratan kesehatan

 penerbangan;

e. sistem rujukan kesehatan;

f. jejaring keselamatan dan kesehatan; dan

g. kegiatan lain untuk menunjang kesiapan penyelenggara kesehatan.

(6)

Kegiatan kesiapan pelayanan kesehatan penerbangan dan ruang

angkasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d paling sedikit

terdiri atas:

a. penyebarluasan media penyuluhan kesehatan dan keselamatan;

 b. pemetaan lokasi dan persebaran pelaku kegiatan;

c. pendataan demografis awak penerbangan dan penumpang;

d. pemeriksaan dan pengujian kesehatan;

e. penyediaan peralatan dan perbekalan kesehatan;

f. pelatihan kesehatan penerbangan bagi petugas kesehatan;

g. sistem rujukan kesehatan;

h. rencana kontinjensi kedaruratan kesehatan penerbangan;

i. simulasi kedaruratan kesehatan penerbangan; dan

 j. kegiatan lain untuk menunjang kesiapan penumpang.

(7)

Kegiatan kesiapan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf e paling sedikit terdiri atas:

a. penyuluhan kesehatan dan keselamatan; dan

 b. pemeriksaan kesehatan.

(8)

Kegiatan pada saat kegiatan operasional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:

(20)

a. penyuluhan kesehatan dan keselamatan;

 b. pemeriksaan dan pengujian kesehatan;

c. pemeriksaan kelaikan terbang bagi penumpang;

d. pelayanan kesehatan primer;

e. Surveilans Kesehatan; dan

f. pemulihan kesehatan.

(9)

Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada

kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (8), dapat dilakukan:

a. pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;

 b. tindakan karantina dan/atau isolasi; dan/atau

c. pelayanan kesehatan jiwa.

Aerofisiologi adalah ilmu tentang kesehatan tubuh ketika berada dalam penerbangan atau dalam misi penjelajahan ruang angkasa.[1

Kesehatan Kedirgantaraan adalah kesehatan matra yang berhubungan

dengan penerbangan dan kesehatan ruang angkasa dengan keadaan

lingkungan yang bertekanan rendah (hipobarik) . Peraturan Menteri

Kesehatan no. 61 ttg Kesehatan Matra

(21)

PENGATURAN HUKUM TENTANG KEWAJIBAN PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI PENERBANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN

Dasar hukum pengaturan tentang kewajiban pemeriksaan kesehatan terhadap penerbang di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. Dalam UU Penerbangan ini, beberapa pasal dan ayat yang berkaitan langsung dengan Kesehatan Penerbangan, seperti pada Pasal 58 a yat ketiga butir (b) dimana dapat dianalisis  bahwa sehat jasmani dan rohani menjadi salah satu prasyarat bagi setiap personil penerbangan

untuk memperoleh sertifikat kompetensi. Berdasarkan penjelasan Pasal 58 ini maka yang berhak menyatakan personil penerbangan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani yaitu unit kesehatan yang mempunyai kualifikasi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan personil penerbangan. Dengan demikian maka pasal ini mengatur tentang

kesehatan personil penerbangan, termasuk didalamnya penerbang, dimana kesehatan tersebut dinyatakan oleh lembaga yang berkualifikasi melakukan pemeriksaan kesehatan bagi para personil  penerbangan. Kata wajib tentu dalam perspektif hukum ada konsekuensinya apabila tidak dilakukan. Kemudian pada Pasal 59 ayat pertama butir (c) menjelaskan kewajiban personil  penerbangan untuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala, yang jangka waktunya

disesuaikan dengan kelas dari sertifikat kesehatan yang diajukan. Ketentuan pada Pasal 59 ini  berarti mempertegas ketentuan Pasal 58, bahwa untuk memenuhi prasyarat sehat jasmani dan rohani tersebut maka setiap personil pesawat udara, termasuk penerbang, wajib dilakukan  pemeriksaan kesehatan secara berkala. Kata wajib tentunya ada konsekuensi hukumnya apabila

tidak dilaksanakan.

ICAO (International Civil Aviation Organization) sebagai otoritas penerbangan dunia mengatur tentang kewajiban pemeriksaan kesehatan penerbang ini dalam Manual of Civil Aviation Medicine, Document 8984 Tahun 2008, dimana dasar dari pemeriksaan bertujuan guna mendapatkan sertifikat kesehatan penerbangan berdasarkan kelas masing-masing air crew, yang diatur dalam Annex 1 Chapter 1,2, dan 6. Bentuk pengaturan hukum di Indonesia, dimana Indonesia sebagai negara anggota ICAO wajib meratifikasi aturan-aturan tersebut, yang kemudian dipakai sebagai dasar hukum pelaksanaan pemeriksaan kesehatan penerbang di Indonesia.

(22)

Peraturan pelaksana dari adanya UU Penerbangan masih mengacu pada ketentuan UU Penerbangan yang lama, belum berdasarkan UU Penerbangan yang baru.

Bentuk ketentuan pengaturan yang terkait dengan pelaksanaan kewajiban pemeriksaan kesehatan  bagi penerbang diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (selanjutnya disebut PP Keamanan dan Keselamatan Penerbangan). PP Keamanan dan Keselamatan Penerbangan mengatur tentang pemberian wewenang pemeriksaan kesehatan penerbangan, yang tercantum pada Pasal 89 ayat pertama, dimana pemeriksaan kesehatan penerbangan diselenggarakan oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan hukum Indonesia atau perorangan yang mempunyai kualifikasi kesehatan  penerbangan.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: SK.38/OT002/Phb-83 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Kesehatan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara memuat tentang tugas dan fungsi Balai Kesehatan Penerbangan, yang merupakan lembaga pemerintah yang diberi tugas oleh UU Penerbangan dalam hal pemeriksaan kesehatan penerbang sipil. Hal ini terlihat dalam Pasal 1 ayat pertama, dimana Balai Kesehatan Penerbangan adalah unit pelaksana teknis di bidang kesehatan penerbangan dalam lingkungan Departemen Perhubungan yang berada dibawah dan  bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara melalui Kepala Direktorat Keselamatan Penerbangan. Pada Pasal 1 ayat kedua dijelaskan bahwa Balai Kesehatan Penerbangan dipimpin oleh seorang Kepala. Kemudian pada Pasal 2 disebutkan bahwa Balai Kesehatan Penerbangan mempunyai tugas melaksanakan pengujian terhadap kesehatan awak  pesawat udara dan personil operasi penerbangan, pemeliharaan kesehatan, hygiene dan sanitair dalam bidang kesehatan penerbangan di pelabuhan udara dengan melakukan penelitian di laboratorium.

Untuk menentukan standar kesehatan dan prosedur sertifikasi kesehatan bagi personil penerbangan di lndonesia, ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Rl Nomor: KM 75 tahun 2000 tentang Civil Aviation Safety Regulation P art 67, Medical Standards and Certification.

(23)

Isi dari regulasi ini adalah prosedur pemeriksaan kesehatan serta persyaratan-persyaratan bidang kesehatan bagi personil penerbangan di Indonesia yang ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/62/V/2004 Tentang Sertifikat Kesehatan Personil Penerbangan mengatur tentang sertifikat kesehatan penerbangan, sebagai tanda lulus uji kesehatan bagi penerbang. Sertifikat kesehatan penerbangan dikeluarkan oleh Balai Kesehatan Penerbangan, dimana jenis sertifikat bagi penerbang diklasifikasikan pada sertifikat kesehatan Kelas Satu, dengan jangka waktu berlakunya selama 6 bulan, sehingga setiap  jangka waktu 6 bulan sekali, setiap penerbang sipil yang aktif wajib melakukan pemeriksaan

kesehatan.

Tujuan dari adanya pengaturan hukum dalam kewajiban pemeriksaan kesehatan penerbang pada akhirnya guna menciptakan keselamatan dalam dunia penerbangan. Tujuan tersebut diidentifikasi dalam:

a. Pengaturan pemeriksaan kesehatan bagi penerbang. Sesuai dengan UU Penerbangan maka perlu diatur beberapa pasal yang terkait pengaturan terhadap kewajiban pemeriksaan kesehatan  penerbang ini agar para penerbang sipil tertib dalam menjalankan tugas terbangnya, dimana dengan melakukan pemeriksaan kesehatan maka si penerbang telah menjalankan isi dari UU Penerbangan Pasal 58 dan 59.

 b. Pengaturan sertifikat kesehatan penerbangan. Implikasi hukum dari adan ya pengaturan tentang kewajiban pemeriksaan kesehatan bagi penerbang berdasarkan UU Penerbangan yaitu setiap  penerbang wajib melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala di Balai Kesehatan Penerbangan setiap 6 bulan sekali. Karena ketentuan hukumnya bersifat wajib tentunya ada konsekuensi hukumnya, dimana pada pada Pasal 59 ayat kedua UU Penerbangan dijelaskan bahwa sanksi bagi personil pesawat udara yang melanggar ketentuan ini yaitu berupa:

1) peringatan;

2) pembekuan lisensi; dan/atau 3) pencabutan lisensi.

(24)

Berdasarkan ketentuan Pasal 58 UU Penerbangan dapat dianalisis bahwa sehat jasmani dan rohani menjadi salah satu prasyarat bagi setiap personil penerbangan untuk memperoleh sertifikat kompetensi. Pasal ini menjadi pengesahan bahwa Balai Kesehatan Penerbangan merupakan lembaga kesehatan yang mempunyai kualifikasi melakukan pemeriksaan kesehatan personil  penerbangan, sehingga Balai Kesehatan Penerbangan berhak menyatakan personil penerbangan

tersebut dinyatakan sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan. Namun demikian berdasarkan hasil penelitian, konsekuensi hukum apabila si penerbang tidak melakukan  pemeriksaan pada bulan ke 6 berikutnya belum jelas diatur. Dalam praktiknya apabila pemeriksaan kesehatan ini tidak dilaksanakan, maka si penerbang hanya tidak dapat menjalankan tugas terbangnya sampai penerbang tersebut melakukan pemeriksaaan kesehatan kembali dan dinyatakan fit untuk menjalankan tugas terbangnya.

Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan pada Awak Penerbangan Pesawat

Kecelakaan pesawat dapat terjadi karena banyak faktor. Namun, secara umum terdapat tiga faktor umum yang dapat menyebabkan kecelakaan pesawat, yaitu aircraft, human factor , dan environment. Hal tersebut diungkapkan Staf Pengajar Program Spesialis Kedokteran Penerbangan, Fakultas Kedokteran UI Dr. Taufik Pasya Litaay, MM, Sp.KP . Menurut Taufik, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling tidak bisa diperkirakan. Pria yang juga

menjadi dokter penerbangan di Garuda Indonesia ini menambahkan, keselamatan

penerbangan sangat bergantung pada kondisi pilot dan copilot, termasuk kru lain seperti pramugari dan pengendali lalu lintas udara (air traffic controller). “Yang bisa kita lakukan adalah menangani faktor kualitas pesawat dan manusianya, terutama kesiapan pilot dan kopilot untuk terbang,” kata Taufik.

Standar Pemeriksaan Kesehatan bagi Awak Pesawat

Terdapat standar peraturan kesehatan yang harus dilakukan secara rutin oleh setiap maskapai penerbangan di Indonesia. Salah satunya adalah pilot harus menjalanis tes medis terlebih

(25)

dahulu sebelum mendapatkan izin terbang. Izin terbang tersebut dikeluarka dalam jangka enam bulan, satu tahun, hingga dua tahun, tergantung pada aturan yang berlaku. Taufik melanjutkan, seleksi pilot dan pramugari harus disertai tes kesehatan dari dokter

penerbangan atau melalui Balai Kesehatan Penerbangan (Hatpen) Kemenhub yang terdiri dari tes MEDEX atau Medical Exemination dan test MMPI (Minnesota Multiphasic Personality

Inventory). Selain itu, terdapat pula tes kesehatan yang dilakukan secara acak untuk mengecek tingkat kesehatan para awak penerbangan. ”Medical check up bagi pilot sangat penting karena kesehatan prima tuntutan mutlak untuk pilot,” tambah Taufik.

Perhatian yang Serius pada Faktor Kesehatan Penerbangan

Taufik menambahkan, selama ini perhatian kepada faktor kesehatan pada awak penerbangan belum maksimal. Penerapan standar kesehatan yang ketat biasanya justru dilakukan pada penerbangan non-komersial seperti penerbangan-penerbangan yang dilakukan oleh TNI Angkatan Udara. Seharusnya, lanjut Taufik, sesaat sebelum terbang tekanan darah dan kondisi psikologi pilot harus dicek. Terlebih karena saat ini banyak pilot yang memiliki jam terbang tinggi. Bandara memiliki kesibukan yang tinggi, pilot dan awak bisa mengalami kurang istirahat. ”Realitasnya banyak pilot yang sering terbang, tapi tidak sering diperiksa

kesehatannya,” ujarnya.

Lebih lanjut Taufik berharap kondisi ini mendapatkan perhatian serius. Hal tersebut bertujuan untuk menjamin keselamatan sebuah penerbangan. Sebab, human error sering menjadi

penyebab kecelakaan. Ketua Program Studi KP/FKUI Prof. Bastaman Basuki jmenambahka, standar peraturan kesehatan untuk awak pesawat berjalan lebih baik lagi. “Kita mempunyai balai pemeriksaan kesehatan yang memenuhi standar. S ecara undang-undang dan fasilitas kita sudah cukup memadai,” ungkapnya.

Istilah Medex Dalam Tes Kesehatan Pilot

Dalam setiap penerbangan, kondisi pilot dan para awak udara memiliki peran penting. Jika kru sakit, nyawa para penumpang bisa menjadi taruhan. Semakin tinggi penerbangan, tekanan udara kian berkurang. Udara pengembang di dalam tubuh. Akibatnya, dalam tingkat yang parah, pendengaran menjadi tuli. Bahkan, bisa pingsan atau meninggal di dalam pesawat. Saat berada pada ketinggian, kadar oksigen terus menurun hingga mencapai 88 persen. Pilot yang memiliki riwayat asma bisa mengalami serangan sesak. Bahkan, untuk penderita jantung koroner, bisa terjadi serangan jantung.

(26)

Karena itulah, pilot tidak boleh menderita sakit kronis seperti paru-paru atau jantung. Berat badan pun tidak boleh berlebih. Pilot yang bobotnya melebihi batas tertentu tidak diizinkan terbang selama dua minggu. Masa itu akan terus diperpanjang hingga berat badan sang pilot normal.

Bahkan, sakit gigi pun tidak boleh. Gigi tidak boleh berlubang. Pengemudi pesawat terbang harus dipastikan sehat secara batin. Kondisi psikologis juga menjadi komponen penilaian kesehatan. Pilot baru mendapatkan izin terbang setelah dinyatakan sehat lewat tes medis secara rutin. Mulai enam bulan, setahun, hingga dua tahun, bergantung pada ketinggian

terbang. ”Berapa ribu feet terbangnya, itu pengaruh. Seleksi pilot dan pramugari harus disertai tes kesehatan dari dokter penerbangan.

Examination (Medex) merupakan istilah dari tes kesehatan bagi calon siswa penerbang

di akademi penerbangan. Walaupun begitu, Medex tidak hanya dikhususkan bagi calon siswa saja, malah medex menjadi rutin bagi para pilot, pramugari dan pramugara serta flight enginer  dan teknisi yang dalam pekerjaanya berhubungan dengan pesawat udara secara langsung.

Hal-hal yang dilakukan dalam Medex

a. Cek Laboratorium, meliputi cek darah dan urine untuk mengetahui antara lain kadar kolesterol, asam urat, trigliserida, hemoglobin, dan lain-lain.

b. Tes Audiometri, Semacam tes pendengaran. simpel saja, hanya ingin mengetahui pendengaran kita masih normal atau tidak.

c. Cek Gigi, cek untuk memastikan bahwa gigi tidak boleh ada yang berlubang. Usahakan tambal semua gigi yang berlubang. Penggunaan behel atau kawat dibolehkan. begitu juga dengan gigi palsu dan gigi ompong juga boleh.

d. Cek Mata, penggunaan kacamata adalah dibolehkan. Mata yang sudah di Lasik .

e. Rontgen, Hanya rontgen (x-ray) biasa saja. Mungkin tujuannya biar mengetahui kalau ada apa-apa dengan paru – paru.

f. ECG, Semacam tes jantung. Badan akan dipasangi kabel-kabel lalu kita disuruh tiduran sekitar 15menit. Beberapa rekan ada yang melakukannya sambil treadmill.

g. Cek Fisik, Cukup jelas. buat TS ini termasuk yang paling menegangkan. Bukan apa-apa, melainkan karena kita akan di examine secara personal oleh seorang dokter, biasanya perempuan dan biasanya cantik selama pemeriksaan berlangsung kita hanya menggunakan celana dalam atau boxer saja.

h. EEG, Kabarnya EEG ini adalah untuk mengetahui apakah kita mempunyai kelainan otak atau kejiwaan. Jadi kepala kita akan dipasang kabel-kabel juga mirip ECG, kita juga harus berbaring, mesti rileks, tutup mata tapi jangan sampai ketiduran. Kalau sampai ada posisi yang tidak rileks, bisa-bisa proses diulang dari awal lagi.

di April 03, 2017

http://misnaparamita22.blogspot.co.id/2017/04/pentingnya-pemeriksaan-kesehatan-pada.html

(27)

Prosedur MEDEX

Hal- hal yang akan dilakukan ketika medex antara lain :

1. Cek Laboratorium

Meliputi cek darah dan urine untuk mengetahui antara lain kadar kolesterol, asam urat, trigliserida, haemoglobin, dan lain2.

2. Tes Audiometri

Semacam tes pendengaran untuk mengetahui pendengaran kita masih normal/tidak. 3. Cek Gigi Cukup jelas.

Yang pasti gigi tidak boleh ada yang bolong. Usahakan tambal semua gigi yang bolong. Penggunaan behel/kawat dibolehkan, begitu juga dengan gigi palsu dan gigi ompong juga boleh.

4. Cek Mata

Penggunaan kacamata sebenarnya dibolehkan, namun dengan batasan2 tertentu (silahkan konfirmasi dengan FS untuk mengetahui batasan yang dibolehkan, karena masing2 FS bisa jadi menetapkan standar yang berbeda). Mata yang sudah di Lasik (laser) dibolehkan. 5. Rontgen

Rontgen (x-ray) biasa saja. Mungkin tujuannya biar mengetahui kalau ada apa-apa dengan paru-paru Anda.

6. ECG/Tes Jantung

Badan akan dipasangi kabel-kabel lalu kita disuruh tiduran sekitar 15 menit. Pengecekan  juga bisa dilakukan sambil lari di treadmill (kabelnya tetap dipasang untuk merekam

kondisi jantung Anda). 7. Cek Fisik

Bagi beberapa orang ini termasuk yang paling menegangkan karena selama pemeriksaan berlangsung kita hanya menggunakan celana dalam/boxer saja (saya gak tau prosesnya kalo cewe gimana). Ketika tes fisik kita akan ditanya riwayat pernah mengalami penyakit2 tertentu, pernah kecelakaan sampe menyebabkan patah tulang atau tidak, dan lain2.

(28)

EEG atau Elektro Ensefalografi adalah prosedur mengetahui apakah kita mempunyai kelainan otak atau kejiwaan. Jadi kepala kita akan dipasang kabel2 juga mirip ECG, kita  juga harus berbaring, mesti rileks, tutup mata tapi jangan sampai ketiduran. Kalau

sampai ada posisi yang tidek rileks, bisa2 proses diulang dari awal lagi.

 Note: Untuk EEG, tidak dilaksanakan di Hatpen, melainkan diLakespra MT Haryono atau di

RDPAD Gatot Subroto. Hatpen akan memberikan surat rekomendasi untuk EEG apabila proses medex yang lain sudah dilewati.

Biaya

Biayanya: 1,9 juta. --> ini biaya tahun 2015

Info PENTING! MEDEX bisa selesai dalam 1 hari, syaratnya AndaHARUS datang PAGI-PAGI sekali!

Datanglah jam 6 (maksimal jam 7 pagi) dan ambil nomor antrian dulu. Jika Anda dapet nomor antrial awal, proses medex hanya paling 2-3 jam so jam 12 siang sudah bisa keluar hasilnya,  bentuknya sertifikat kecil warna kuning, berlaku selama 12 bulan untuk calon siswa penerbang.

3 Penyakit Pantangan!

Ada 3 penyakit utama yang membuat Anda PASTI tidak lolos MEDEX: 1. Sakit jantung

2. Buta warna (baik partial atau full) 3. Epilepsi (ayan)

Jika Anda punya salah satu penyakit diatas, mohon maaf, Anda tidak bisa jadi pilot. Sebaiknya  pilih bidang lainnya.

http://www.sekolah-pilot.com/medical-examination/

Bila hasil pemeriksaanya baik ( fit ), Balai akan mengeluarkan sertifikat kesehatan. Sertifikat ini me-rupakan syarat utama untuk memperoleh lisensi terbang. Namun bila hasilnya tidak baik (unfit ), dok-ter akan menyarankan agar berobat. Misalnya, bila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat yang tinggi, dokter akan memberikan resep obat penurunnya.

(29)

Bila dianggap perlu melakukan pemeriksaan lanjutan, Balai akan merujuk ke Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (Lakespra) milik TNI AU.

Sesuai standar ICAO, seluruh pilot dan awak penerbangan harus menjalani pemeriksaan kesehatan setiap enam bulan sekali. Bila tak dilakukan yang bersangkutan tak boleh terbang. (DIBACA DI SLIDE 21) .. SETELAH MENJELASKAN ISI SLIDE

Sumber https://www.scribd.com/doc/94954566/Matra-Laut-dan-Udara https://realsoepardi.blogspot.co.id/2016/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html http://pmrspensaga.blogspot.co.id/2014/10/materi-pp-3-penilaian-penderita.html http://www.kompasiana.com/nunungsuryani/menjadikan-pola-hidup-sehat-sebagai-gaya-hidup_58443344319773870b33cf32

Referensi

Dokumen terkait

Serat batang pisang, rumput rayung, bambu, ranting kayu, biji mahoni hingga kulit kerang –beberapa di antaranya limbah-- dirangkai menjadi produk kriya bercita rasa seni,

b. Gambar 4.36 Setting Unbound.. Perintah diatas berfungsi untuk menampilkan otomatis data ketika Salnum terisi. CBOemployee berfungsi memanggil data pada combo

Dan dari penelitian yang telah dilakukan hasil yang diperoleh adalah bahwa kualitas pelayanan dan bagi hasil yang diberikan oleh pihak Bank Syariah Mandiri di Kota Medan memiliki

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi yang meliputi paramater kinetika dan termodinamika dibahas secara rinci dan dibandingkan dengan adsorben kitin maupun selulosa

Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa konsep chunking sejumlah data besar menjadi lebih kecil lebih mudah dikelola per bagian sangat membantu pelatih dan

Kepala Dinas Sosial mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan tugas membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas

Dinas Sosial Kota Denpasar mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan otonomi daerah Kota Denpasar dibidang Sosial yaitu membantu Walikota dalam melaksanakan kewenangan

Mendapatkan penilaian responden mengenai faktor strategi internal dan eksternal perusahaan dengan pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor strategik tersebut untuk