• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VEGETASI POHON DI HUTAN DESA BARUNG-BARUNG BALANTAI TENGAH KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS VEGETASI POHON DI HUTAN DESA BARUNG-BARUNG BALANTAI TENGAH KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VEGETASI POHON DI HUTAN DESA BARUNG-BARUNG BALANTAI

TENGAH KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

Irmala Dewi, Ismed Wahidi, Novi

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) PGRI Sumatera Barat

Dewinirmala577@gmail.com

ABSTRACT

Kawasan Desa Barung-Barung Balantai Tengah is flat and hills as an extension of the Bukit Barisan, The Forest in this area including the protected forest known as the Kerinci Seblat National Park (TNKS) was seen in around forest tree species are dense and varied. This study aimed to obtain information about the Importance Value Index (IVI) of tree species in the vegetation, and to determine the vegetation structure and composition of tree species in the Forest of kawasan Desa barung-barung Balantai Tengah. The method used is a combination of methods path / transect method quadrant (Quarter Point Method). Data was analyzed using analytical methods of vegetation calculate the frequency, density, dominance, relative frequency, relative density, relative dominance and importance value index (IVI). This research was conducted in December 2016-January 2017 and conducted in the laboratory sample identification Botanical STKIP PGRI. The results showed that the composition of species in this region consists of 60 species, 31 familia and 200 individuals. The highest density Durio zibethinus species (7%), the highest frequency of Durio species zibethinus (6.73%) supreme dominance Durio zibethinusspecies (16.79%) and the value of the highest importance is Durio zibethinus species (30.53%) Keywords: vegetation structure, vegetation analysis, Protected Forest in Kawasan Desa Barung-Barung Balantai

Tengah

PENDAHULUAN

Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan dimuka bumi ini (Arief, 2001). Hutan sebagai salah satu penentu ekosistem, pengelolaannya ditingkatkan secara terpadu dan berwawasan lingkungan untuk menjaga dan memelihara fungsi tanah, air, udara, iklim dan lingkungan hidup serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan sumber daya hutan akan menyebabkan ketersediaan sumberdaya hutan berkurang dan ini bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan.

Hal ini dipertegas oleh Indriyanto (2008) bahwa kerusakan hutan yang terjadi pada kawasan hutan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yang sebagian besar karena aktivitas manusia, antara lain pencurian kayu (penebangan liar) dan perambahan kawasan hutan, dan sebagian lainnya karena bencana alam berupa kebakaran hutan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis

dengan masyarakat setempat, hutan di Desa Barung-Barung Balantai Tengah termasuk hutan lindung, yang di kenal dengan nama

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan memiliki luas 1.000 Ha. Namun hutan ini telah banyak dialih fungsikan oleh masyarakat setempat yaitu sebagai lahan pertanian yang terdiri dari perkebunan, sawah, kolam maupun pemukiman oleh masyarakat setempat, hal ini mengakibatkan berkurangnya luas Hutan lindung yang terdapat di Desa Barung-Barung Balantai Tengah. Peralihan fungsi Hutan menjadi lahan pertanian oleh masyarakat setempat dapat mengakibatkan banyaknya pohon serta tumbuhan lain yang ditebang. Penebangan pohon dilakukan tidak hanya untuk membuka suatu lahan pertanian tapi juga untuk mengambil kayu dari pohon yang ditebang tanpa memilih jenis pohon yang akan ditebang. Selain penebangan pohon penduduk sekitar juga melakukan sistem tebang bakar hutan dengan tujuan membuka lahan perkebunan sehingga mengakibatkan semakin parahnya keadaan tumbuhan yang ada dan berkurangnya jumlah pohon tertentu di Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah.

(2)

Dikhawatirkan vegetasi pohon di Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah akan terus mengalami penyusutan akibat peralihan fungsi Hutan dan pembalakan liar.

Penelitian tentang analisis vegetasi sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Yuhendri, Mukhtar & Safitri (2013) tentang Analisis Vegetasi Pohon di Hutan Batu Busuak Padang. Hasil penelitiannya menemukan sebanyak 22 famili, 49 jenis dan 200 individu pada areal terdegradasi, sedangkan pada areal tidak terdegradasi terdiri dari 31 famili, 84 jenis dan 200 individu. Penelitian Nursal, Suwondo & Sirait (2012) tentang Karakteristik Komposisi dan Stratifikasi Vegetasi Strata Pohon Komunitas Riparian Di Kawasan Hutan Wisata Rimbo Tujuh Danau Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Hasil penelitiannya menunjukkan sebanyak 14 jenis pohon komunitas riparian dari 10 suku. Penelitian Hamidun & Wahyuni (2013) tentang Analisis Vegetasi Hutan Produksi Terbatas Boliyphuto Provinsi Gorontalo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komposisi jenis pohon pada kawasan ini terdiri atas 73 jenis, dengan struktur vegetasi terdiri atas pohon, tiang dan semak.

BAHAN DAN METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara metode jalur/transek dengan metode kuadran (Point Quarter Method) yaitu dibuat suatu seri titik yang ditentukan di lapangan pada interval jarak tertentu sepanjang garis lurus. Titik-titik itu merupakan suatu pusat yang padanya dibuat empat buah kuadran. Tumbuhan yang dianalisis adalah satu pohon dari masing-masing kuadran yang jaraknya terdekat pada titik pusat (Suin & Syafinah, 2006).

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember-Januari 2016/2017 di Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Identifikasi sampel dilakukan di laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat.

Faktor lingkungan diukur pada masing-masing transek dan dilakukan sebelum pengambilan data untuk analisis vegetasi. Suhu udara dan kelembaban udara diukur menggunakan thermometer dengan cara menggantungkannya ke ranting pohon kemudian dilihat hasil yang ditunjukkan oleh thermometer tersebut. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan cara menancapkan ujung soilmeter ke permukaan tanah kemudian amati angka yang ditunjukkan oleh soilmeter tersebut.

Dilakukan survei lokasi secara umum untuk mengetahui keadaan lapangan dan pengamatan mengenai bentuk vegetasi pohon di lokasi tersebut.

Selanjutnya dilakukan pembuatan jalur transek yang melintasi kawasan Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah secara vertikal dari bagian bawah perbukitan ke atas sebanyak 5 jalur transek, di mana setiap masing-masing jalur transek di buat sepanjang 200 m. Jarak antara transek satu dengan yang lainnya sepanjang 200 m yang arahnya tegak lurus terhadap perbukitan (vertikal). Pada masing-masing jalur transek dibuat titik pancang yang satu dengan yang lain berjarak 20 m dan garis tegak lurus terhadap jalur sehingga akan terbentuk 4 buah kuadran.

Jenis-jenis tumbuhan yang telah didapatkan dikoleksi untuk dibuatkan specimen dan kemudian diidentifikasi. Identifikasi ialah mengungkapkan atau menetapkan identitas (jati diri) suatu tumbuhan atau menentukan nama yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi dengan menggunakan : lembaran identifikasi jenis, herbarium yang sudah di identifikasi, gambar-gambar yang ada pada buku-buku ilmiah (Rizki, 2011). Spesimen diidentifikasi di laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat.

Data yang diperoleh di lapangan, di analisis menggunakan kerapatan, dominansi, frekuensi dan nilai penting. Dari hasil pengukuran tersebut kemudian dihitung besaran-besaran sebagai berikut: Jarak rata-rata individu pohon ke titik pengukuran (d)

n

d

d

d

d

n

1 2 3

...

Keterangan: d : Jarak pohon

d1 - dn : Jarak masing-masing pohon ke titik

pengamatan

n : Jumlah pohon yang diamati

Rumus kerapatan dan frekuensi menurut Indriyanto (2006):

Kerapatan seluruh jenis (KS) =

Jarak

pohon

rata

-

rata

²

10000

Kerapatan suatu jenis (K) =

KS

x

jenis

semua

individu

Jumlah

jenis

suatu

individu

Jumlah

Kerapatan relatif (KR) =

%

100

jenis

seluruh

kerapatan

total

jenis

suatu

kerapatan

Frekuensi suatu jenis (F) =

pengukuran

tik

seluruh ti

Jumlah

jenis

suatu

ya

ditemukann

ik

Jumlah tit

Frekuensi relatif (FR) =

%

100

jenis

seluruh

Frekuensi

jenis

suatu

Frekuensi

(3)

Rumus dominansi menurut Wijana (2014): Basal Area (BA) = ( )

Keterangan:

D: Rata-rata diameter pohon π : 3.14

Dominansi suatu jenis (D) =

cuplikan

area

Luas

jenis

suatu

BA

Total

Dominansi Relatif (DR) =

%

100

jenis

seluruh

dominansi

Total

jenis

suatu

Dominansi

Nilai penting

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis vegetasi pohon yang terdapat di Desa Barung-Barung Balantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 31 familia, 60 species dan 200 individu. Uraian komposisi pohon secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis Pohon di Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

No Familia Species Jumlah

Individu 1 Anacardiaceae Gluta rengas 6

Spondias pinnata 4

Spondias radlkoferi 2

2 Annonaceae Annona muricata 2

Xylopia sericea 1

3 Apocynaceae Actinodaphane sp. 1

Alstoniascholaris 3

Stemmadenia sp. 9

4 Arecaceae Areca cathecu 6

5 Asteraceae Blumea balsamifera 1

6 Bignoniaceae Crescentia cujete 2

7 Chrysobalanaceae Licania petrensis 1

8 Cyatheaceae Cyathea contaminans 1

9 Dilleniaceae Dillenia indica 3

10 Eleocarpaceae Sloanea geniculata 5

11 Euphorbiaceae Havea brasiliensis 4

Macaranga conifera 4

Macaranga tanarius 4

Macaranga sp. 4

12 Fabaceae Cassia alata 1

Fabaceae Machaerium leiophyllum 10

13 Guttiferae Garcinia mangostona 2

Garcinia sp. 1

14 Lauraceae Cinnamomun verum 2

Cryptocarya sp. 4

Litsea glutinosa 4

15 Leguminoceae Parkia speciosa 4

Pithecellobium jiringa 4

16 Malpiahiaceae Byrsonima stipulaceae 1

17 Malvaceae Durio zibethinus 14

Matisia oblongifolia 5

Quararibea witti 2

18 Melastomaceae Aciotis sp. 2

Melastoma malabathricum 1

19 Moraceae Artocarpus elasticus 2

Artocarpus heterophyllus 3 Clarisia biflora 12 Ficus benjamina 3 Ficus fulva 1 Ficus pandana 1 Pseudolmedia laevigata 1 Sorocea pubivera 2

20 Myristicaceae Virola bycuhiba 1

21 Myrtaceae Equenia javanica 8

(4)

Neomitranthes glomerata 2

Syzigium aromaticum 1

Syzygium polyanthum 3

22 Piperaceae Piper aduncum 2

23 Rubaceae Clausena excavata 7

24 Salicaceae Casearia jaca 1

25 Sapindaceae Nephelium lappaceum 4

26 Sapotaceae Pouteria campechiiana 2

Pouteria gardneriana 5

27 Sterculiaceae Sterculia sp. 2

28 Styracaceae Styrax paralleloneuron 2

29 Ulmaceae Celtis ehrenbergiana 2

30 Verbenaceae Clerodendrum philippinum 1

Peronema cenescens 8

Vitex pinnata 2

31 Vitaceae Cissus microcarpa 2

Berdasarkan data yang terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan di Desa Barung-Barung Balantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan komposisi pohon terdiri

dari 31 famili, 60 spesies dan 200 individu untuk mengetahui kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, dan nilai penting, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi pohon yang terdapat di Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah

No Species K KR (%) F FR (%) D DR (%) INP 1 Gluta rengas 0.20 3 0.12 3.10 0.53 3.92 10.03 2 Spondias pinnata 0.13 2 0.08 2.07 0.20 1.53 5.60 3 Spondias radlkoferi 0.06 1 0.04 1.03 0.09 0.72 2.76 4 Annona muricata 0.06 1 0.04 1.03 0.08 0.60 2.63 5 Xylopia sericea 0.03 0.5 0.02 0.51 0.03 0.25 1.27 6 Actinodaphane sp. 0.03 0.5 0.02 0.51 0.05 0.39 1.40 7 Alstonia scholaris 0.10 1.5 0.06 1.55 0.12 0.95 4.005 8 Stemmadenia sp. 0.30 4.5 0.18 4.66 0.65 4.82 13.98 9 Areca cathecu 0.20 3 0.1 2.59 0.31 2.29 7.88 10 Blumea balsamifera 0.03 0.5 0.02 0.51 0.009 0.07 1.08 11 Crescentia cujete 0.06 1 0.04 1.03 0.06 0.46 2.49 12 Licania petrensis 0.03 0.5 0.02 0.51 0.04 0.36 1.38 13 Cyathea contaminans 0.03 0.5 0.02 0.51 0.02 0.14 1.16 14 Dillenia indica 0.10 1.5 0.06 1.55 0.26 1.92 4.97 15 Sloanea geniculata 0.16 2.5 0.1 2.59 0.48 3.55 8.64 16 Havea brasiliensis 0.13 2 0.06 1.55 0.16 1.25 4.80 17 Macaranga conifera 0.13 2 0.08 2.07 0.39 2.91 6.98 18 Macaranga tanarius 0.13 2 0.08 2.07 0.38 2.84 6.91 19 Macaranga sp. 0.13 2 0.08 2.07 0.47 3.49 7.56 20 Cassia alata 0.03 0.5 0.02 0.51 0.02 0.16 1.18 21 Machaerium leiophyllum 0.33 5 0.2 5.18 0.47 3.51 13.6 22 Garcinia mangostona 0.06 1 0.04 1.03 0.04 0.31 2.35 23 Garcinia sp. 0.03 0.5 0.02 0.51 0.02 0.14 1.16 24 Cinnamomun verum 0.06 1 0.04 1.03 0.06 0.46 2.49 25 Cryptocarya sp. 0.13 2 0.06 1.55 0.21 1.55 5.11 26 Litsea glutinosa 0.13 2 0.08 2.07 0.18 1.36 5.43 27 Parkia speciosa 0.13 2 0.08 2.07 0.35 2.60 6.67 28 Pithecellobium jiringa 0.13 2 0.08 2.07 0.38 2.87 6.94 29 Byrsonima 0.03 0.5 0.02 0.51 0.04 0.33 1.35

(5)

stipulaceae 30 Durio zibethinus 0.46 7 0.26 6.73 2.27 16.7 30.53 31 Matisia oblongifolia 0.16 2.5 0.1 2.59 0.24 1.83 6.92 32 Quararibea witti 0.06 1 0.04 1.03 0.12 0.94 2.97 33 Aciotis sp. 0.06 1 0.04 1.03 0.07 0.55 2.58 34 Melastoma malabathricum 0.03 0.5 0.02 0.51 0.16 1.22 2.24 35 Artocarpus elasticus 0.06 1 0.04 1.03 0.15 1.16 3.20 36 Artocarpus heterophyllus 0.10 1.5 0.06 1.55 0.08 0.64 3.70 37 Clarisia biflora 0.40 6 0.24 6.21 0.73 5.40 17.62 38 Ficus benjamina 0.10 1.5 0.04 1.03 0.12 0.89 3.42 39 Ficus fulva 0.03 0.5 0.02 0.51 0.14 1.07 2.08 40 Ficus pandana 0.03 0.5 0.02 0.51 0.15 1.12 2.14 41 Pseudolmedia laevigata 0.03 0.5 0.02 0.51 0.04 0.33 1.35 42 Sorocea pubivera 0.06 1 0.04 1.03 0.08 0.65 2.69 43 Virola bycuhiba 0.03 0.5 0.02 0.51 0.25 1.88 2.90 44 Equenia javanica 0.26 4 0.16 4.14 0.33 2.49 10.64 45 Neomitranthes glomerata 0.06 1 0.04 1.03 0.08 0.62 2.65 46 Syzigium aromaticum 0.03 0.5 0.02 0.51 0.02 0.14 1.16 47 Syzygium polyanthum 0.10 1.5 0.06 1.55 0.08 0.66 3.71 48 Piper aduncum 0.06 1 0.04 1.03 0.03 0.23 2.27 49 Clausena excavata 0.23 3.5 0.12 3.10 0.34 2.56 9.17 50 Casearia jaca 0.03 0.5 0.02 0.51 0.04 0.36 1.38 51 Nephelium lappaceum 0.13 2 0.06 1.55 0.16 1.19 4.75 52 Pouteria campechiiana 0.06 1 0.04 1.03 0.18 1.32 3.36 53 Pouteria gardneriana 0.16 2.5 0.1 2.59 0.19 1.41 6.51 54 Sterculia sp. 0.06 1 0.04 1.03 0.29 2.17 4.21 55 Styrax paralleloneuron 0.06 1 0.04 1.03 0.08 0.64 2.67 56 Celtis ehrenbergiana 0.06 1 0.04 1.03 0.09 0.73 2.76 57 Clerodendrum philippinum 0.03 0.5 0.02 0.51 0.01 0.13 1.14 58 Peronema cenescens 0.26 4 0.16 4.14 0.48 3.60 11.74 59 Vitex pinnata 0.06 1 0.04 1.03 0.09 0.72 2.76 60 Cissus microcarpa 0.06 1 0.04 1.03 0.07 0.56 2.59

Hasil pengukuran faktor lingkungan yang diamati pada area penelitian di Hutan Desa Barung-Barung

Balantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengukuran faktor lingkungan dilokasi penelitian di Desa Barung-Barung Balantai Tengah Kecamatan

Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

No Parameter Hasil

1 Suhu udara 340 – 370 C

2 Kelembaban udara 60 – 65 %

3 pH tanah 5,4 - 5,8

Berdasarkan Tabel 1 Dapat dilihat bahwa jenis pohon yang terdapat di Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan sebanyak 60 species, 31 familia dari 200 individu. Dimana jumlah individu terbanyak yaitu familia dari Moraceae 8 species 25 individu. Jumlah individu kedua terbanyak

yaitu dari familia Malvaceae 4 species 21 individu, disusul oleh familia Euphorbiaceae 4 species 16 individu. Famili Moraceae dapat dikategorikan sebagai famili yang dominan. Odum (1996) menyatakan bahwa umumnya, jenis dominan adalah jenis-jenis didalam golongan tropis mereka yang mempunyai produktivitas terbesar. Jika dilihat dari

(6)

penjelasan diatas jumlah individu yang paling bayak ditemukan adalah familia Moraceae.

Pada Tabel 2 dapat dilihat kerapatan, frekuensi, dominansi dan nilai penting. kerapatan tertinggi pada species Durio zibethinus (7%), kerapatan terendah pada Xylopia sericea,

Actinodaphane sp., Blumea balsamifera, Licania

petrensis, Cyathea contaminans, Cassia alata,

Garcinia sp., Byrsonima stipulaceae, Melastoma

malabathricum, Ficus fulva, Ficus pandana,

Pseudolmedia laevigata, Virola bycuhiba, Syzigium

aromaticum, Casearia jaca dan Clerodendrum

philippinum masing-masing bernilai (0.5%). Hal ini berarti Durio zibethinus merupakan suatu species yang memiliki pola penyebaran yang terbesar di area Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah. Penelitian yang telah dilakukan oleh Purwaningsih (2005) di Bukit Wawwouwai, Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Suku Myrtaceae merupakan jenis yang paling melimpah dengan jumlah individu mencapai 849 individu terdiri dari 352 pohon dan 497 anak pohon. Fachrul (2007) menyatakan apabila banyaknya individu tumbuhan dinyatakan per satuan luas, maka nilai itu disebut kerapatan (density). Nilai kerapatan ini dapat menggambarkan bahwa jenis dengan nilai kerapatan tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar.

Selain komposisi dan struktur vegetasi faktor lingkungan juga perlu diukur pada penelitian analisis vegetasi pohon. Karena perbedaan faktor lingkungan yang dimiliki oleh masing-masing lokasi dapat mempengaruhi jenis tumbuhan yang mampu hidup pada lokasi tersebut. Faktor lingkungan yang didapatkan pada area penelian yaitu suhu udara berkisar antara 340C -370C, kelembapan udara 60%-65% dan pH tanah berada pada angka 5.4- 5.6 yang bersifat asam. Iswandi (2012) faktor-faktor lingkungan sebagai faktor ekologi sangat beragam, secara sendiri-sendiri atau dalam bentuk kombinasi, saling bercampur dan mempengaruhi satu sama lain yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan masyarakat tumbuhan dan makhluk hidup lainnya. Hubungan antara faktor-faktor lingkungan dengan masyarakat tumbuhan akan menentukan keberadaan, kesuburan atau kegagalan masyarakat tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Ciri-ciri habitat dan lingkungannya kadang-kadang dapat menentukan adanya variasi dan diverensiasi masyarakat tumbuhannya dalam bentuk tipe-tipe vegetasinya. Sedangkan menurut Suin (2002) faktor lingkungan abiotik sangat menentukan penyebaran dan pertumbuhan populasi suatu organisme. Tiap jenis organisme hanya dapat hidup pada kondisi abiotik tertentu, yang berada dalam kisaran toleransi tertentu yang cocok baginya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan Analisis Vegetasi Pohon di Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Jumlah pohon yang terdapat pada lokasi penelitian terdiri dari 60 species , 31 familia dan 200 individu. Kerapatan tertinggi species Durio zibethinus (7%), frekuensi tertinggi species Durio zibethinus (6.73%), dominansi tertinggi species Durio zibethinus

(16.79%) dan nilai penting tertinggi species Durio zibethinus (30.53%) dari famili Malvaceae. Hal ini berarti bahwa species Durio zibethinus mempunyai tingkat penguasaan tertinggi terhadap lingkungannya. Faktor lingkungan yang didapatkan pada area penelitian yaitu suhu udara berkisar antara 340C -370C, kelembapan udara 60%-65% dan pH tanah berada pada angka 5.4- 5.6 yang bersifat asam. DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. (2001). Hutan & Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius.

Fachrul, M.F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamidun, M.S & Wahyuni, D. (2013). Analisis Vegetasi Hutan Produksi Terbatas Boliyohuto

Provinsi Gorontalo. Gorontalo: Jurnal

Universitas Negeri Gorontalo.

Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

(2008).Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Iswandi, U. (2012). Ekologi dan Ilmu Lingkungan.

Padang: UNP Press.

Nursal, S. & Sirait, I.N. (2012). Karakteristik Komposisi dan Stratafikasi Vegetasi Strata Pohon Komunitas Riparian Di Kawasan Hutan Wisata Rimbo Tujuh Danau Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Riau: Jurnal Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan FMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru.

Odum, E.P. (1996). Dasar-Dasar Ekologi.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Purwaningsih. (2005). Analisis Vegetasi Hutan Pada

Beberapa Ketinggian Tempat Di Bukit

Wawouwai, Pulau Wawonii, Sulawesi

Tenggara. Sulawesi Tenggara: Jurnal Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.

Rizki. (2011). Sistematika Tumbuhan. Padang: Rios Multicipta.

Suin, N.M. (2002). Metoda Ekologi. Padang: Universitas Andalas.

(7)

Suin, N.M & Syafinah, R. (2006). Ekologi. Padang: Universitas Andalas.

Wijana, N. (2014). Metode Analisis Vegetasi.

Yogyakarta: Ruko Jambusari.

Yuhendri, R., Mukhtar, E., & Safitri, E. (2013).

Analisis Vegetasi Pohon Di Hutan Batu

Busuak Padang. Padang: Jurnal Program

Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang.

(8)

Gambar

Tabel 1. Jenis-jenis Pohon di Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten  Pesisir Selatan
Tabel 2. Komposisi pohon yang terdapat di Hutan Desa Barung-Barung Balantai Tengah   No  Species  K  KR (%)  F  FR (%)  D  DR (%)  INP  1  Gluta rengas  0.20  3  0.12  3.10  0.53  3.92  10.03  2  Spondias pinnata  0.13  2  0.08  2.07  0.20  1.53  5.60  3
Tabel 3. Pengukuran faktor lingkungan dilokasi penelitian di Desa Barung-Barung Balantai Tengah Kecamatan  Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan di FKIP berdasarkan gaya pemimpin dalam memberikan perintah, gaya dalam memberikan penghargaan, gaya dalam

Sutan Remi Sjahdeini, loc cit.. Bentuk dan isi model perjanjian kredit dibuat dan ditentukan secara sepihak oleh bank sebagai kreditur. Nasabah sebagai debitur hanya dapat

Manajemen sumber daya manusia, disingkat MSDM, adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh

Mengingat pentingnya jasa lingkungan dari keberadaan hutan di DAS maka dewasa ini pengelolaan hutan menghadapi permasalahan yang komplek untuk memadukan

Hasil: Keterlambatan motorik menunjukkan hasil yang cukup signifikan berpengaruh terhadap riwayat imunisasi, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat

dan Natal, yayasan memberikan perhatian dengan memberikan sembako kepada guru-guru. 6) Guru-guru difasilitasi sarana belajar yang berupa APE (alat peraga edukatif) dan

Konsep penghasilan yang paling banyak dipakai adalah dengan melakukan pendekatan pengenaan pajak atas penghasilan, yaitu satu tambahan ekonomis yang diterima Wajib