• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN ASPEK PENYAKIT/KESEHATAN HEWAN PADA SEMEN BEKU PRODUKSI DALAM NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN ASPEK PENYAKIT/KESEHATAN HEWAN PADA SEMEN BEKU PRODUKSI DALAM NEGERI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PADA SEMEN BEKU PRODUKSI DALAM NEGERI

PENDAHULUAN

Inseminasi buatan (113) merupakan teknologi modern untuk meningkatkan populasi ternak yang ada clan sekaligus meningkatkan mutu genetik nya. Hal itu dimungkinkan karena air mani (semen) seekor pejantan diolah clan diencerkan lebih da-hulu sebelum digunakan untuk menginseminasi ratusan ekor betina . Selain itu, pejantan tersebut adalah pejantan yang diketahui memiliki mutu genetik tinggi serta berkondisi tubuh yang sehat. Dari serangkaian kegiatan yang terkait de-ngan IB, maka kehadiran sapi-sapi pejantan unggul yang dipelihara pada suatu Balai Inseminasi Buatan (BIB) merupakan salah satu faktor penentu suksesnya program IB di suatu negara. Hal yang sama juga berlaku di tanah air kita .

Di Indonesia, IB pada sapi mulai dipekenalkan sejak awal tahun 50-an (TOELIHERE, 1981) . Dari mesa ke mesa, dari dekade ke dekade sampai kini, IB tetap berjalan walau mengalami pasang surut . Dalam suatu BIB, sapi pejantan unggul yang digunakan untuk program IB lazimnya dipelihara dalam satu kompleks secara berkelompok dalam kandang-kandang . Letak kandang memang diran-cang terpisah dari kegiatan lain dari Balai yang bersangkutan, memiliki fasilitas khusus serta di-kelola secara profesional .

Ditinjau dari sudut pengendalian penyakit hewan menular, pemeliharaan pejantan unggul dalam suatu BIB seperti yang dilukiskan di atas, memberi kondisi ideal karena pekerjaan- pekerjaan rutin seperti pengambilan, evaluasi clan pemroses-an semen serta pendistribusipemroses-annya, semupemroses-anya berlangsung pada satu lokasi/kompleks Balai yang bersangkutan (HARE, 1985) .

Lebih lanjut HARE (1985) menyatakan, bah-wa jasad renik (mikroorganisme) penyebab pe-nyakit hewan menular tertentu diketahui dapat berada dalam semen yang diproduksi oleh sapi pejantan penderita . Bahkan melalui semen pula, beberapa penyakit hewan menular dapat

dipin-SUPRODJO HARDJOUTOMO Balai Penefitian Veteriner

Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 52, Bogor 16114

dahkan ke betina sehat baik pada perkawinan alami maupun melalui pelaksanaan IB (Tabel 1) .

Mikroorganisme dapat mencemari semen melalui 2 cara : 1) . dari luar masuk ke dalam semen terjadi pada saat pengambilan atau pemrosesan semen; 2) . dari dalam karena infeksi pada testis, kelenjar-kelenjar, kelamin pelengkap atau pada ekskresi kulup pejantan (AFSHAR clan EAGLESOME,

1990) .

Melalui serangkaian pengujian khusus di laboratorium, kita dapat menetapkan pejantan-pe-jantan mana yang berpenyakit clan mans yang sehat . Selanjutnya, pejantan yang sehat tetap dipelihara di BIB selaku hewan penghasil semen sampai saat tidak digunakan lagi clan bagi pejantan yang sakit tentu saja akan dikeluarkan dari Balai, untuk diafkir .

Bila pejantan BIB diibaratkan sebagai pabrik penghasil semen, yang seterusnya produk itu akan diproses menjadi semen beku, maka pemantauan kesehatan pajantan yang bersangkutan secara berkala mutlak perlu agar pabrik tadi secara berkesinambungan mampu berproduksi dengan baik. Biasanya pemantauan kesehatan pejantan dilakukan satu tahun sekali, bahkan idealnya seta-hun due kali (HARE, 1985), merupakan kegiatan yang tak boleh clitinggalkan .

Pemeriksaan berbagai penyakit hewan menu-lar yang perlu dipantau dari seekor pejantan, bia-sanya dipercayakan pada suatu Laboratorium veteriner kompeten yang terclapat di negara yang bersangkutan .

Mengingat keberhasilan IB berclampak lang-sung pada kehiclupan ekonomi para peternak di negara yang bersangkutan, maka selayaknyalah bila hal-hal yang berkaitan dengan program IB distandardisasi oleh satu Komisi khusus yang dibentuk untuk keperluan itu . Sejauh ini Komisi semacam itu belum pernah dibentuk di Indonesia. Berbagai penyakit hewan menular yang ber-hubungan dengan produksi semen beku yang harus tidak diidap oleh sapi pejantan BIB, akan dikemukakan pada tulisan ini .

(2)

SEMEN BEKU PRODUKSI DALAM NEGERI Di Indonesia terdapat dua BIB milik Pemerin-tah, yakni (1) BIB Lembang-Bandung, Jawa Barat, didirikan tahun 1976 dan (2) BIB Singosari Malang, Jawa Timur, diresmikan tahun 1984 . Tugas kedua Balai tersebut, sejak berdiri hingga sekarang, adalah untuk melayani keperluan semen beku produksi sendiri termasuk pendistribusian-nya bagi para peternak di seluruh tanah air.

Kegiatan IB di Indonesia pada awalnya, tentu saja menggunakan semen beku impor mengingat semen beku produksi sendiri pada waktu itu belum tersedia (TOELIHERE, 1981) .

Sesudah BIB Lembang berdiri, maka kegiatan IB di tanah air menggunakan semen beku hasil produksi sendiri . Hal itu makin diperkuat dengan dihasilkannya semen beku dari BIB Singosari .

Dalam hubungan dengan produksi semen beku, kedua BIB tadi hampir secara teratur (seta-hun 1 x), biasa memantaukan kesehatan pejantan pejantannya ke Balai Penelitian Veteriner (Balit-vet), Bogor. Dapat dijelaskan di sini, bahwa ber-bagai jenis pemeriksaan yang dikehendaki BIB dapat dilakukan di laboratorium Balitvet.

TAHAPAN PEMERIKSAAN PEJANTAN UNGGUL Di Australia (AUSTRALIAN BUREAU OF ANIMAL HEALTH, 1979), juga di negara maju lainnya (HARE, 1985 ; FAO, 1981) pemeriksaan status kesehatan sapi-sapi pejantan yang akan dipelihara di suatu BIB dilakukan dalam 3 tahapan berturut-turut se-bagai berikut :

(1) . Tahap pertama, pemeriksaan pada waktu sapi belum memasuki kompleks BIB, dengan kata lain masih berada di lokasi asal;

(2) . Tahap kedua, pemeriksaan pada periode ka-rantina, sapi ada dalam kandang karantina yang terdapat dalam kompleks BIB;

(3) . Tahap ketiga, pemeriksaan secara berkala sesudah sapi berada di dan selama menghuni kandang pejantan di BIB.

Tujuan dari pemeriksaan butir (1) adalah un-tuk menenun-tukan sapi-sapi jantan mana yang dari segi fisik antara lain eksteriur, juga umur dan segi kesehatannya dianggap memenuhi syarat sebagai sapi calon pejantan penghuni BIB .

Pemeriksaan butir (2) merupakan pemerik-saan ulang plus pengamatan kinerja sapi pejantan yang bersangkutan . Dalam hal kinerjanya, yang dievaluasi dari seekor pejantan adalah libido, mor-fologi testis dan produksi semen serta ketahanan

spermatozoa setelah pembekuan.

Selanjutnya, sapi yang lolos seleksi dan ter-pilih, akan menghuni BIB selaku sapi pejantan

ung-54

gul penghasil semen beku, sampai batas umur yang ditetapkan .

Dengan demikian, pemeriksaan kesehatan sapi pejantan secara berkala, butir (3), dimaksud-kan sebagai usaha pemantauan secara cepat un tuk mengetahui terjadinya dinamika penyakit

hewan yang mungkin ada di BIB yang bersangkut-an .

Di Indonesia, pemeriksaan di laboratorium yang menyangkut penyakit-penyakit penting sapi pejantan BIB dipercayakan pada Balitvet, Bogor, yang dianggap cukup kompeten untuk menangani Tugas-tugas yang dimaksud (T. TEMADJA, mantan Direktur Kesehatan Hewan, komunikasi pribadi) .

JENIS-JENIS PENYAKIT YANG DIPANTAU Menurut hasil penelitian di Luar negeri (Tabel 1), terdapat 36 jenis penyakit hewan menular yang perlu diwaspadai karena agen penyebabnya sebagian besar (23 jenis) diketahui positif ada dalam semen pejantan dan 4 jenis lagi boleh jadi ada dalam semen . Di samping itu, 11 jenis dari yang 23 jenis penyakit-penyakit tadi, yaitu: pe-nyakit mulut dan kuku (FMD), bluetongue, brucel-losis, vibriosis, tuberkubrucel-losis, IBR/IPV, tricho-moniasis, leptospirosis, diare ganas, infeksi Hae-mophilus dan mycoplasmosis, telah dibuktikan selain ada dalam semen sekaligus juga dapat dipindahkan melalui semen sapi pejantan pen-derita (HARE, 1985) .

Lebih jauh, bila kita kelompokkan agen-agen penyebab penyakit berdasarkan disiplin ilmu veteriner, maka dari 36 jenis penyakit tadi hampir sebagian (17 jenis) termasuk kelompok virus, disusul dengan kelompok bakteri (8 jenis), ke-mudian kelompok parasit (5 jenis) dan sisanya (masing-masing 3 jenis) adalah mycoplasma dan rickettsia.

Dalam pada itu, perhatian perlu kita curahkan pada hasil konsultasi para ahli pengendalian pe-nyakit hewan dalam hubungan peredaran secara internasional semen dan embrio, atas prakarsa FAO pada sidang mereka di Roma pada tahun 1981 (FAO, 1981), yang merekomendasikan be-berapa hal penting berikut ini :

1) . Sapi (juga kerbau) pejantan yang digunakan untuk program IB harus datang dari daerah/ negara di mana penyakit-penyakit hewan menular : rinderpest, contagious bovine pleuropneumonia (CBPP) dan penyakit mulut

dan kuku (PMK) tidak ditemukan;

2) . Semua sapi pejantan di Pusat IB (BIB) secara resmi harus bebas dari tuberkulosis dan be-bas dari brucellosis ;

(3)

Tabel 1 .

Sapi-sapi pejantan itu juga harus berstatus negatif dalam arti tidak mengandung mikro-organisme (setelah melalui pengujian-pengu-jian khusus di laboratorium) terhadap penya-kit-penyakit menular ini : trichomoniasis, vi-briosis (campylobacteriosis), leptospirosis, infectious bovine rhinotracheitis (IBR), tious postular vulvo-vaginitis (IPV), infec-tious postular balanoposthitis (IPB) dan bluetongue.

Mikroorganisme patogen dalam semen ruminansia besar1

Jenis Keberadaan

No. Mikroorganisme dalam semen melalui semenDipindahkan

+ = ya; +/- = boleh jadi ; -/+ = mungkin ; - = tak mungkin

O .I .E. = Office International des Epizooties, Paris .

~~ Diadaptasi dari :

HARE, W.C.D . (1985) . O.I .E. Technical Series No. 4.

Sudah diketahui, bahwa agen penyebab dari penyakit-penyakit menular tersebut di atas adalah jasad renik (mikroorganisme) yang bersifat pato

gen yang dapat berada dan atau dipindahkan melalui semen (AFSHAR dan EAGLESOME, 1990) . Oleh karena itu dapat dikatakan di sini bahwa specific pathogen-free donors (sapi-sapi SPF), dalam hal ini sapi-sapi pejantan BIB, akan mem-produksi specific pathogen-free semen, yang dalam hal ini berupa semen beku produk dari BIB yang bersangkutan .

Meskipun dari pejantan yang bebas penyakit diharapkan akan diproduksi semen yang bebas penyakit, namun hal itu tidak dapat diartikan bah wa pengambilan semen serta pemrosesannya menjadi semen beku boleh meninggalkan prosedur standar yang lege amts dan hygienis sebagaimana

mestinya (HARDJOUTOMO, 1987) .

PERSYARATAN BIB PEMRODUKSI SEMEN BEKU

Mengingat Indonesia belum memiliki per-syaratan yang dimaskud, maka untuk memberi gambaran betapa ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu Balai pemroduksi semen beku, kita ambil negara Australia sebagai con-tohnya . Dalam hubungan ini, Departemen Per-tanian Australia, melalui the Standing Committee on Agriculture menetapkan sejumlah standar yang telah dibakukan yang harus dipenuhi oleh Pusat-pusat pemroduksi semen sapi di seluruh negara supaya semen hasil produksinya dibenarkan untuk dapat diekspor(AUSTR. BUREAU OF ANIMAL HEALTH,

1979) . Untuk itu dibentuk suatu Kelompok Kerja Komisi Kesehatan Hewan untuk IB yang ditugasi untuk menyusun persyaratan standar yang diber-lakukan bagi Pusat-pusat produksi semen di selu-ruh negara . Itupun masih dengan catatan, bahwa - dari waktu ke waktu - semua standar kesehatan tadi akan disempurnakan sesuai dengan perkem-bangan riset dan kebutuhan industri peternakan mereka .

Berhubungan dengan itu, di Australia suatu Balai akan diberi lisensi selaku Balai yang mem-produksi semen beku bila memenuhi sejumlah syarat yang antara lain sebagai tersebut di bawah

ini :

1 . Merupakan suatu areal karantina, di kelilingi pagar rangkap yang kokoh dan berjarak 3 meter sesamanya;

2 . Dibawah pengawasan veteriner dengan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh pihak Direktorat Kesehatan Hewan Australia . 3 . Memiliki berbagai fasilitas yang ada dalam.

kompleks Balai meliputi : (a)

kandang-kan-5 kandang-kan-5 Daftar A (O.I.E) 1 . v (virus) PMK + 2 . v Rinderpest + 3 . v Vesic. stomatitis +/-4. CBPP +

5 . v Lumpy skin disease + 6 . v Bluetongue + 7 . v Rift Valley Fever

+/-Daftar B (O.I.E): 8 . Anaplasma marginale -l + 9 . Babesia spp. -/+ 10 . Brucella abortus + 11 . Campylobacterium spp. + 12 . Mycobacterium spp. + 13 . Pasteur multocida -l+ 14. v EBL -/+ 15 . v IBR/IPV + 16 . Mycobact. paratubercul. + 17 . Trichomonas + 18 . R. ruminantium -/+ 19 . Leptospira spp. + 20 . Coxiella burnetti + 21 . v. Pseudorabies -22 . Theilleria spp. -/+ 23 . Trypanosoma spp. -/+ Lain-lain : 24. Listeria monocytogenes +l-25 . v BEF + 26 . v BVD/Mucosal disease + 27 . v MCF -/+ 28 . v PI3 + 29 . V EHD +/-30. Haemophilus somnus + 31 . Mycoplasma spp. + 32 . Ureaplasma spp . + 33 . Chlamydia strain + 34. Enterovirus + 35 . v Parapox + 36 . v Trans . genital papilloma +

(4)

dang bagi pejantan yang telah lulus pengujian kesehatan; (b) untuk pengambilan semen dari pejantan-pejantan tersebut; (c) laboratorium pemroses semen dan sekaligus juga penyim-panannya; (d) kandang-tempat untuk me-nyimpan, mendiagnosis dan mengobati pe-jantan yang sedang sakit.

4. Memiliki area tambahan untuk karantina bagi pejantan yang sedang diperiksa-ulang kese-hatannya sebelum menjadi penghuni Balai Karantina demikian harus berpagar rangkap dan letaknya menempel pada kompleks Balai . 5 . Pejantan penghuni BIB harus selalu ada dalam kompleks dan letak kompleks BIB harus terasing dari semua jenis ternak yang lain .

6. Peralatan pengambil sampel bagi pemerik-saan kesehatan dan juga sampel itu sendiri tidak dibawa masuk ke laboratorium setem-pat .

7 . Jaminan bahwa semen berasal dari pejantan tak berlisensi tidak akan diambil dan diproses dalam BIB yang bersangkutan .

BAGAIMANA DENGAN BIB KITA? Terhitung sudah belasan tahun BIB Lembang, kemudian disusul dengan BIB Singosari, memerik-sakan kesehatan pejantannya secara berkala (bia sanya sekali dalam satu tahun) ke laboratorium

Balitvet, Bogor. Selama ini, penyakit-penyakit yang biasa dipantau keberadaannya dari seekor pejantan penghuni BIB yang bersangkutan meliputi : brucellosis, vibriosis, leptospirosis, trichomoniasis, enzooticbovine leukosis (EBL) dan infectious bovine rhinotracheids (IBR); selain itu juga infestasi parasit darah dan identifikasi cacing gastrointestinal (Tabel 2) .

Dalam hubungan dengan pemantauan kese-hatan pejantan dari kedua BIB, dapat dikemukakan di sini bahwa penyakit-penyakit hewan menular berikut: brucellosis, vibriosis dan trichomoniasis sampai saat ini selalu memberi hasil negatif dalam pemantauannya. Hasil yang bagus ini merupakan prestasi tinggi bagi kedua BIB kita itu. Sementara itu, penyakit-penyakit selebihnya - dari tahun ke tahun - menunjukkan hasil pemantauan yang ber-variasi antara BIB Lembang dan BIB Singosari (HARDJOUTOMO, 1994) .

Selain daripada itu, seperti dimaklumi, sudah sejak dahulu Indonesia bebas dari 2 jenis penyakit hewan menular penting : rinderpest dan CBPP, dan terhitung sejak tahun 1990 Indonesia dinyatakan bebas dari PMK (DITJENNAK, 1994) .

Pemeriksaan tuberkulosis (TB) - dengan uji tuberkulin pada sapi hidup - pernah dilakukan bagi

5 6

pejantan-pejantan BIB Singosari (1 x, pada tahun 1991 dengan hasil negatif TB) ; namun, hal yang sama belum pernah dilakukan bagi pejantan-pejan-tan milik BIB Lembang (HARDJOUTOMO, 1994) .

Dalam hal pengujian mutu semen beku yang dihasilkan ditinjau dari segi pencemarannya ter-hadap ageri penyebab penyakit-penyakit hewan menular panting, kedua BIB belum pernah melakukannya; apalagi pemeriksaannya secara ru-tin dan berkala . Namun, masih dalam hubungan ini, pihak BIB Lembang menyatakan keinginannya untuk dapat mengekspor produk semen bekunya ke berbagai negara, khususnya ke negara ASEAN (ANONIMOUS, 1996) .

Tentang bakteri pencemar semen, dari penelitiannya HARDJOUTOMO (1987) menemukan bahwa jumlah bakteri pencemar yang terdapat dalam semen sapi pejantan FH milik BIB Lembang (hanya pejantan FH yang diteliti) sebelum pengo-lahan adalah berksiar antara 353- 326,667 per ml semen segar.

Dari segi berbagai fasilitas teknis yang harus dimiliki suatu BIB (perhatikan 7 persyaratan BIB di bagian depan), kedua BIB kita nyaris memiliki semuanya (tinggal 1 syarat, yakni kandang karan-tina khusus yang menempel dalam komplek BIB, belum ada) .

Ditinjau dari segi kondisi, dalam hubungan letaknya di atas permukaan laut (altitude), kedua BIB terletak pada lokasi dengan ketinggian yang memadai, yakni 900 meter bahkan lebih . Namun, bila ditinjau dari segi keamanan ternak di-hubungkan dengan laludintas ternak non-BIB, maka kedua BIB masih memiliki kelemahan . Tabel2. Pemeriksaan kesehatan sapi pejantan BIB: Jenis

sampel, nama penyakit dan metode pengujian lab yang dipakai

Jenis sampel

Serum

Cucian kulup

Preparat ulas Parasit darah Mikroskopi darah

Tinja

Pemeriksan di laboratorium Name penyakit Metode lab yang dipakai Brucellosis Serologi (RBPT, CFT, ELISA) Leptospirosis Mikroskopi (MAT)

IBR Uji Serum-Netralisasi EBL Uji Gel Difusi (AGID)

SE Serologi (ELISA)

Vibriosis Kultural bakteriologik Trichomoniasis Kultural parasitologik

Cacing gastro- Kultural parasitologik intestinal

Kelemahan yang dimaksudkan itu ialah karena kompleks kedua BIB (Lembang dan Singo-sari) berada ternyata dibelah oleh suatu jalan raya

(5)

umum, maka tidaklah mengherankan bila sesekali terjadi ternak milik rakyat (kuda delman atau sapi penarik pedati) melewati jalan raya umum yang membelah kompleks BIB tadi. Ditinjau dari segi pengamanan penyakit hewan menular, maka hal yang sedemikian itu mengundang resiko buruk yang tak dikehendaki yakni dapat mengundang tertularnya pejantan-pejantan BIB dengan penya-kit-penyakit hewan menular tertentu yang mungkin terbawa oleh ternak rakyat yang mele-wati kawasan tersebut .

KESIMPULAN DAN SARAN

BIB selaku Balai pemroduksi semen beku bagi pelaksanaan program IB di tanah air, dengan segala fasilitas yang dimiliki serta manajemen yang selama ini diterapkan, sudah tiba saatnya untuk diadakan evaluasi akan keberadaannya serta mutu produknya . Sudah seberapa jauh fasili-tas yang ada dan manajemen yang diterapkan memenuhi standar Internasional yang diber-lakukan untuk itu . Dari evaluasi akan diperoleh jawaban tentang sudah mampukah semen beku produksi Dalam Negeri bersaing dengan produk impor? . Dalam hubungan ini, kalah bersaing dapat berarti bahwa produk impor dengan mudah akan membanjiri dan menguasai pasar di Dalam Negeri. Saran yang dapat disampaikan adalah per-lunya dibentuk suatu Komisi Khusus Peternakan bersifat Nasional dengan tugas menetapkan stan dar nasional yang sejalan dengan standar

inter-nasional, tentang segala aspek yang berhubungan dengan IB dan pelaksanaannya di Indonesia .

DAFTAR PUSTAKA

AFSHAR, A. and M.D . EAGLESOME. 1990. Virus Associ-ated with Bovine Semen. Veterinary Bulletin, vol . 60, No . 2 : 93-10999 .

ANONIMOUS, 1996. BIB Lembang dapat ekspor semen beku . Swadaya Peternakan Indonesia, no . 113 : 33-34.

AUSTRALIAN BUREAU OF ANIMAL HEALTH. 1979 . Health Standard for Bulls Standing at Licensed Semen Production Centres in Australia. Second Edition. Australian Govnt. Publishing Service, Canberra . DIREKTORAT JENDRAL PETERNAKAN. 1994. Kebijaksanaan

operasional pembinaan kesehatan hewan dalam REPELITA VI (1994-1998). Rapat Konsultasi Teknis Nasional 1994, Mataram, 13-15 Januari 1994.

FAO 1981 . Disease Control in Semen and Embryos. FAO Animal Production and Health Paper No. 23. FAO, Rome.

HARE, W.C.D . 1985 . Diseases transmissible by semen and embryo transfer techniques. Technical Series No. 4, O.I .E., Paris .

HARDJOUTOMO . 1987. Bakteri pencemar semen sapi perah dan pengaruh pembubuhan penisilin-strep-tomisin dalam pengencer semen. FPS-IPB. Thesis Magister Sains.

HARDJOUTOMO. 1994 . Peranan Balitvet dalam diagnosa penyakit pada sapi perah pejantan unggul . Prosid-ing Pertemuan Teknis (Workshop) Evaluasi Stan dar Performance Sapi Perah di Indonesia, Malang, 9- 11 Nopember 1993. Balai Inseminasi Buatan

Singosari-Malang: 123- 130.

TOELIHERE, M.R. 1981 . Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Lampiran 4 dapat terlihat bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur tulisan pada label minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti yaitu sebesar 88.24%.. Terdapat

IMPLEMENTASI PROTOTIPE KOREKSI OTOMATIS Prototipe dari koreksi otomatis dapat diimplementasikan secara sederhana dengan membuat sebuah program yang menerima masukan

 Guru membacakan cerita yang berkaitan dengan pujian melalui grup WhatsApp/Zoom/Google Meet  Siswa berdiskusi bersama orang tua mengenai ungkapan-ungkapan yang dapat

Indonesia sendiri setiap kota kota besar pasti mempunyai usaha yang bergerak di event organizer akan tetapi banyak juga persaingan – persaingan yang bergerak di bidang

Analisis Structural Equation Modeling (SEM) untuk Sampel Kecil dengan Pendekatan Partial Least Square (PLS); Miftahul Ulum; 2014; 53 halaman; Jurusan Matematika

Dari 55 senyawa turunan flavonoid yang digunakan sebagai amatan, dengan 45 variabel bebas, yaitu posisi atom dalam ruang dimensi 3 dan besarnya nilai panjang

Hadrah merupakan salah satu grup kesenian yang berasal dari jawa tondano yang berada di desa salilama didirikan pada tahun 1948 oleh Bapak Sahwangi Suronoto.. Pada saat

Melalui tokoh utama, Minke, penulis dapat mengantarkan berbagai latar peristiwa lainnya yang dianggap sentral dalam novel berupa peristiwa tokoh utama mengikuti