• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESEPSI MASYARAKAT TENTANG ISI SIARAN BIMA TV (Studi Kasus pada Masyarakat BTN Penato i Kelurahan Penato i Kecamatan Mpunda Kota Bima)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESEPSI MASYARAKAT TENTANG ISI SIARAN BIMA TV (Studi Kasus pada Masyarakat BTN Penato i Kelurahan Penato i Kecamatan Mpunda Kota Bima)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RESEPSI MASYARAKAT TENTANG ISI SIARAN BIMA TV (Studi Kasus pada Masyarakat BTN Penato’i Kelurahan Penato’i

Kecamatan Mpunda Kota Bima) Oleh : Rahmi

(Program Studi Ilmu Komunikasi STISIP Mbojo Bima) ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Resepsi Masyarakat Tentang Isi Siaran Bima Tv (Studi Pada Masyarakat Btn Penato’i Kelurahan Penato’I kecamatan Mpunda Kota Bima)“. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni bagaimana resepsi atau penerimaan masyarakat tentang isi siaran Bima TV dengan menggunakan teori resepsi atau reception theory yang dikemukakan Stuart Hall. Ada tiga konsep utama yang dikemukakan yakni pertama dominan khalayak atau hegemonic position artinya media sebagai encoder menggunakan simbol-simbol yang bisa diterima khalayak umum.Kedua negotiation position atau posisi negosiasi artinya tidak ada dominasi encoder melainkan penafsiran dilakukan secara terus menerus antara encoder dan decoder. Ketiga oposit atau berlawanan artinya decoder menolak pemaknaan atau tafsiran dari media atau encoder. Menggunakan metodelogi kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan.Teknik analisa data dengan cara mereduksi data, model data serta penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat menonton dan menikmati isi siaran Bima TV artinya khalayak dominan. Namun ada juga yang mengganggap monoton dan membosankan artinya sebagai oposit khalayak. Khalayak nominan menilai isi siaran yang berkaitan dengan budaya lokal dianggap lebih menarik dibandingkan dengan isi siaran hiburan yang cenderung meniru budaya barat.

Kata Kunci: khalayak, local, resepsi, televisi.

PENDAHULUAN

Perkembangan media massa pada era sekarang sangat pesat, media massa lama seperti televisi dan radio menghadapi tantangan yang besar untuk tetap eksis dalam dunia media massa. Muncul media-media massa baru seperti media online menjadikan media televisi dan radio semakin ditinggalkan khususnya oleh generasi-generasi milenial saat ini. Meskipun demikian televisi tetap diminati khususnya di daerah-daerah tertinggal Indonesia. Program siaran televisi di Indonesia tidak hanya berupa siaran nasional melainkan juga siaran daerah atau siaran lokal.

Kehadiran siaran lokal dinilai sebagai salah satu strategi dalam meningkatkatkan minat masyarakat terhadap siaran televisi. Karena itulah dibentuk Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan (SSB), seperti yang dituangkan dalam Pasal 31 ayat 1: (UU No.32 Tahun 2002) “Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau jasa penyiaran televisi atas stasiun penyiaran jaringan dan atau stasiun penyiaran lokal”.

Berbagai informasi tentang daerah yang tidak terekspose oleh media nasional mendasari kehadiran media televisi lokal di berbagai daerah. Kehadiran televisi lokal menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan. Hal ini sesuai dengan amanat Undang- Undang Penyiaran No.32 tahun 2002 yang lebih menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta pemberdayaan institusi lokal.

(2)

Tujuan UU Penyiaran No.32 tahun 2002 yang mengatur tentang Stasiun Siaran Berjaringan (SSB) adalah untuk meletakkan pondasi bagi sistem penyiaran, yang telah membawa perubahan paradigma dari semula sangat sentralistik, menjadi desentralistik. Agar daerah dapat menikmati manfaat yang lebih baik dari ranah penyiaran, baik di wilayah isi siaran (diversity of content) maupun di wilayah bisnis ekonomi penyiaran (diversity of ownership).

Semenjak disahkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran ini pada tanggal 28 Desember 2002 oleh Presiden Republik Indonesia, Megawati Soekarno Putri, maka terbukalah kesempatan daerah-daerah di Indonesia untuk memiliki televisi lokal sendiri. Menurut Pasal 6 Undang-Undang Penyiaran ayat (3) disebutkan bahwa: (UU No.32 Tahun 2002) “Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal”.

Dari aturan tersebut jelas menyebutkan bahwa ada pembaharuan tentang penyiaran nasional. Lebih lanjut juga, telah diatur dalam pasal 13 ayat (1) dan (2) yang menyatakan tentang lembaga penyiaran yang terdiri dari penyiaran radio dan televisi, diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik; Lembaga Penyiaran Swasta; Lembaga Penyiaran Komunitas; dan Lembaga Penyiaran Berlangganan. Jadi jelas, dengan diundangkannya Undang-Undang Penyiaran tersebut, daerah- daerah mempunyai legitimasi untuk memiliki televisi lokal, menyusul kewenangan yang sebelumnya dimiliki daerah untuk mempunyai radio-radio lokal.

Kehadiran televisi lokal sangat berpengaruh bagi masyarakat lokal yang memang membutuhkan informasi yang bersifat lokal. Dibungkus dengan kemasan

lokal yang kental, televisi lokal berupaya mempersembahkan yang terbaik bagi masyarakat dengan kearifan lokal yang berbeda-beda. Seperti yang ditegaskan oleh Mantan Menteri Infokom Sofyan Djalil, keberadaan televisi lokal diharapkan menjadi sarana untuk meningkatkan akses informasi masyarakat di daerah. Juga bisa mengembangkan potensi daerah sehingga menjadi lebih maju dan sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat dan meningkatkan pendidikan politik publik (Bimeks, 26 Juli 2005).

Pertumbuhan media masa khususnya di wilayah Kota Bima di nilai cukup pesat. Terbukti, beberapa tahun terakhir beberapa puluhan media massa di wilayah Kota Bima. Namun, dari media lokal itu hanya ada Bima TV sebagai media penyiaran televisi lokal.

Penelitian ini hanya akan berfokus pada bagaimana resepsi masyarakat Kelurahan Penato’i Kecamatan Mpunda Kota Bima tentang Isi Siaran Bima Tv? Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian yakni untuk mengetahui resepsi masyarakat Kelurahan Penato’I Kecamatan Mpunda Kota Bima tentang Isi Siaran Bima TV. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan terhadap

pengembangan ilmu komunikasi khususnya studi resepsi.

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Komunikasi

Fiske (1990:3) memiliki dua pandangan dalam melihat fenomena komunikasi. Pertama, komunikasi dilihat sebagai proses penyampaian pesan antar manusia dengan berbagai efek yang ditimbulkan. Kedua, komunikasi dilihat sebagai konstruksi dan pertukaran makna sosial. Little John menyusun teori komunikasi yang disebut dengan levels of communication, yakni communicators, messages,

(3)

conversations, relationships, group, organizations, media, dan culture and society.

Turner dan West (2008: 5) Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Dalam perspektif ini dijelaskan lima kata kunci yakni sosial, proses, simbol, makna dan lingkungan. Sosial adalah sebuah konsep bahwa manusia dan interaksi adalah bagian dari proses komunikasi. Proses adalah kejadian yang berkesinambungan, dinamis, dan tidak memiliki akhir. Simbol adalah label arbitrer yang diberikan pada sebuah fenomena, simbol terbagi atas dua simbol konkret yakni simbol yang merepresentasikan sebuah objek sedangkan simbol abstrak adalah simbol yang merepresentasikan sebuah ide atau pemikiran. Makna adalah yang diambil orang dari suatu pesan. Lingkungan adalah situasi atau konteks di mana komunikasi terjadi.

B. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Menurut Effendy (2002) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat

umum, sasarannya menimbulkan

keserentakan, dan komunikasinya bersifat heterogen.

Perkembangan teknologi melahirkan suatu media baru yang dapat menyajikan informasi secara cepat kepada masyarakat yaitu televisi. TV sebagai alat penangkap siaran dan gambar. Televisi berasal dari kata Tele; tampak dan vision; jauh atau jika digabungkan menjadi suatu makna yang berarti “jauh dan tampak” atau dengan kata lain TV merupakan suatu alat untuk “melihat dari jarak jauh”. Segi jauhnya diwakili oleh

prinsip radio yaitu dapat mendengarkan suara sedangkan segi ”penglihatan” diwakili dengan adanya gambar. Tanpa gambar tidak ada apa- apa yang dapat dilihat. Para penonton dapat menikmati gambar karena adanya pemancar, dan gambar yang dipancarkan itu dapat adalah gambar yang bergerak.

Televisi merupakan jaringan komunikasi dengan peran seperti komunikasi massa yaitu satu arah, menimbulkan keserentakan dan komunikan bersifat heterogen. Televisi merupakan media massa yang berfungsi sebagai alat pendidikan, penerangan, dan hiburan. Selain itu sifat negatif TV adalah sepintas lalu, tidak terlalu dapat diterima dengan sempurna, dan menghadapi publik yang heterogen (Dominick, 2000).

Tayangan televisi dapat diartikan sebagai adanya suatu pertunjukan acara yang ditampilkan atau disiarkan melaui media massa televisi. Tayangan tersebut bisa bersifat hiburan, informasi, ataupun edukasi seperti tayangan mengenai pendidikan.

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (Human Comunication) yang bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipat gandakan pesan komunikasi yaitu semenjak ditemukannya mesin cetak oleh Johanes Gutenberg dan semenjak saat itu dimulailah era komunikasi massa. Yang dimaksud dengan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang memiliki sirkulasi yang sangat luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan secara umum, dan film yang dipertunjukan gedung-gedung dibioskop (Effendy, 2000).

Komunikasi massa dengan media televisi merupakan proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Kelebihan media televisi terletak pada kekuatannya menguasai jarak dan ruang, sasaran yang dicapai untuk mencapai massa

(4)

cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangan cepat. Menurut Effendy, seperti halnya media massa lain, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi pokok berikutnya.

Pada hakikatnya media televisi sebagai media komunikasi pandang dan dengar mempunyai tiga fungsi yaitu:

a. Fungsi Informasi (The Information Function)

b. Fungsi Pendidikan (The Education Function)

c. Fungsi Hiburan (The Entartaint Function) C. Reception Theory

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia resepsi berarti penerimaan. Secara definisi resepsi berasal dari kata Reception (Inggris) yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan. Dalam bukunya Littlejohn (2009) teori resepsi berkaitan erat dengan audience atau khalayak. Lahirnya teori resepsi sendiri dalam lingkup komunikasi dimulai saat Stuart Hall pada tahun 1974 saat menjelaskan tentang “Encoding & Decoding in The Television Discourse”, teori resepsi mengacu pada proses decoding yang dilakukan oleh khalayak yang mana ketika khalayak dalam hubungannya berinteraksi dengan isi media, khalayak melakukan kegiatan penerimaan melalui pemaknaan terhadap isi pesan yang disampaikan oleh media. (McQuails, 2004).

Teori resepsi berfokus pada cara khalayak memberi makna terhadap isi pesan media. Khalayak punya kebebasan dalam mengartikan makna dari isi pesan yang disampaikan oleh media. Teori Resepsi adalah teori yang menekankan pada peran khalayak dalam menerima pesan bukan pada peran pengirim pesan. Teori resepsi menekankan pada pandangan khalayak yakni bagaimana mereka dapat menghasilkan pemaknaan yang berbeda terhadap pesan yang ditawarkan oleh media (Littlejohn, 2009). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa teori resepsi adalah teori yang membahas tentang decoding atau pemaknaan pesan yang dilakukan oleh khalayak sehingga terbentuk penerimaan terhadap pesan tersebut. Karenanya pada penelitian ini lebih fokus kepada decoding yang dilakukan oleh khalayak.

Dalam tradisi studi audience, setidaknya pernah berkembang beberapa varian di antarannya disebut secara berurutan berdasar perjalanan sejarah lahirnya: effect research, uses and gratification research, literary criticism, cultural studies, reception analysis. Reception analysis bisa dikatakan sebagai perspektif baru dalam aspek wacana dan sosial dari teori komunikasi (Jensen,1999).

Sebagai respon terhadap tradisi scientific dalam ilmu sosial, reception analysis menandaskan bahwa studi tentang pengalaman dan dampak media, apakah itu kuantitatif atau kualitatif, seharusnya didasarkan pada teori representasi dan wacana serta tidak sekedar menggunakan operasionalisasi seperti penggunaan skala dan kategori semantik. Sebaliknya, sebagai respon terhadap studi teks humansitik, reception analysis menyarankan baik audience maupun konteks komunikasi massa perlu dilihat sebagai suatu spesifik sosial tersendiri dan menjadi objek analisis empiris. Perpaduan dari kedua pendekatan (sosial dan perspektif diskursif) itulah yang kemudian melahirkan konsep produksi sosial terhadap makna (the social production of meaning). Analisis resepsi kemudian menjadi pendekatan tersendiri yang mencoba mengkaji secara mendalam bagaimana proses-proses aktual melalui mana wacana media diasimilasikan dengan berbagai wacana dan praktik kultural audiensnya (Jensen, 1999).

Pemanfaatan teori reception analysis sebagai pendukung dalam kajian terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang

(5)

memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak (Fiske, 1987).

Bagaimana khalayak atau penerima pesan menempatkan diri dalam memaknai atau menginterpretasikan sebuah teks atau pesan merupakan esensi dari teori resepsi yang dikemukakan Stuart Hall. Eriyanto (2008: 95) Menurut Hall, ada tiga bentuk pembacaan/hubungan antara teks dan pembaca dan bagaimana pesan itu dibaca di antara keduanya.

1. Posisi pembaca dominan (dominant-hegemonic position), dimana penulis menggunakan kode-kode yang bisa diterima umum, sehingga pembaca akan menafsirkan dan membaca pesan atau tanda itu dengan pesan yang sudah diterima umum tersebut. Intinya, antara pembaca dengan penulis terjadi persamaan penafsiran demikian juga antara sesma pembaca.

2. Pembacaan yang dinegosiasikan (negotiated code/position), tidak ada pembacaan dominan. Kode yang disampaikan penulis ditafsirkan secara terus menerus di antara kedua belah pihak. 3. Pembacaan oposisi (opositional

code/position), oposisi bertolak belakang dengan pembacaan dominan. Dominan khalayak disediakan penafsiran yang umum, dan tinggal dipakai secara umum dan secara hipotesis sama dengan apa yang disampaikan oleh penulis. Sementara itu, pembacaan oposisi dimana pembaca akan menandakan secara berbeda atau membaca secara bersebrangan dengan apa yang ingin disampaiakan oleh khalayak tersebut.

Metode penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Teknik pengumpulan data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generaralisasi. Penelitian kualitatif juga dikenal dengan istilah penelitian naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural tanpa dimanipulasi.

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di BTN Penato’i Kelurahan Penato’i Kecamatan Mpunda Kota Bima. Pemilihan masyarakat BTN Penatoi sebagai subyek penelitian karena masyarakat BTN Penatoi yang sangat dekat dengan lokasi studio Bima TV atau berada pada lingkungan yang sama dimana stasiun televisi tersebut.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan cara mengurutkan data, menggelompokkan dan mengkategorikan data sehingga bisa dilakukan analisis data dan menarik kesimpulan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Resepsi Masyarakat Penato’i terhadap isi Siaran Bima TV

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia resepsi berarti penerimaan. Secara definisi resepsi berasal dari kata Reception (Inggris) yang diartikan sebagai penerimaan atau penyambutan. Dalam bukunya Littlejohn (2009) teori resepsi berkaitan erat dengan

audience atau khalayak. Teori resepsi

mengacu pada proses decoding yang dilakukan oleh khalayak yang mana ketika khalayak dalam hubungannya berinteraksi dengan isi media, khalayak melakukan kegiatan

(6)

penerimaan melalui pemaknaan terhadap isi pesan yang disampaikan oleh media. (McQuails, 2004).

Dari pengertian resepsi tersebut maka resepsi masyarakat penato'i terhadap isi siaran Bima TV dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Isi Siaran Sudah Bagus

Dari sepuluh informan penelitian yang diwawancarai peneliti, hanya dua orang yang memberikan komentar isi siaran Bima TV sudah bagus. Hal tersebut diungkapkan oleh Irfan Samsurizal (38) seorang wiraswasta. Menurut Irfan, isi siaran Bima TV sudah bagus.

"Saya pernah menonton program tayangan Bima TV dan saya menontonnya hampir tiap hari, Saya juga pernah menonton program tayangan budaya dan pariwisata di Bima TV yaitu Rasa Mbojo Ndai, menurut saya acara ini sangat baik sekali untuk ditonton karena acara ini menampilkan acara mengenai pura-pura yang ada di Bima dan di Indonesia" (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017)

Hal senada juga diungkapkan oleh Suhartati (12). Menurut Suhartati isi siaran Bima TV sudah bagus.

"Saya suka semua tayangan pariwisata yang da di Bima TV, biasanya saya menonton Bima TV dua kali seminggu , Ada banyak acara yang saya suka namun yang paling saya suka adalah acara Ajeg Bima, karena acara ini banyak mengulas tentang berbagai topik tentang pelestarian budaya dan lingkungan serta tata cara kehidupan orang Bima." (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017) Dodi Ariana memberi pandangannya sebagai berikut bahwa :

Saya suka semua tayangan pariwisata yang da di Bima TV , biasanya saya menonton Bima TV dua kali seminggu , Ada banyak acara yang saya suka namun yang paling saya suka adalah acara Aje Bima, karena acara ini banyak mengulas tentang berbagai topik tentang pelestarian budaya dan lingkungan serta tata cara kehidupan orang Bima. Program acara di Bima TV juga dapat memberi pengaruh pada lingkungan kita agar kita dapat lebih melestarikan budaya serta tata cara kehidupan bermasyarakat yang ada di Bima dan juga tayangan ini dapat memberi nilai estetika pada nilai sosial" (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017) Dari pandangan Irfan Samsurizal dan Suhartati dapat kita lihat bahwa keduanya sangat menyukai isi siaran Bima TV khususnya segmen acara Ndai Mbojo, karena program acara ini dapat menambah wawasan mengenai budaya yang ada di Bima selain itu acara ini banyak memberi manfaat pengetahuan bagi masyarakat Kelurahan Penato’i yang menontonnya. Irfan juga sangat mendukung Bima TV sebagai suatu wadah media promosi bagi pariwisata dan budaya Bima, disamping itu sangat puas dengan program tayanagan pariwisata di Bima TV dan menyarankan agar Bima TV dapat lebih meningkatkan kualitas penyiarannya khususnya dalam acara pariwisata dan budaya.

Dari hasil wawancara tersebut bila dikaitkan dengan teori yang ada seperti teori resepsi (Rangkuti,2002) yang meliputi faktor struktural dan faktor personal, faktor personal yang meliputi proses pembelajaran, motif, dan kebutuhan, dapat mengkaji bahwa pandangan yang dilontarkan oleh Irfan tersebut dilontarkan berdasarkan pengalaman menonton acara

(7)

tersebut yang memiliki suatu motif untuk dapat lebih menggali pengetahuan mengenai pura- pura yang ada di Bima sehingga pengetahuan tentang pelestarian pura tersebut dapat terus ditingkatkan, selain itu kebutuhannya di saat menonton acara pariwisata di Bima TV tersebut ialah lewat menonton program acara tersebut di dapat suatu kesenangan dan kepuasan dalam hati sehingga akhirnya hal tersebut dapat mempengaruhi psikis sehingga dapat tercipta suatu resepsi tentang acara tersebut.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa informan yang berpendapat bahwa isi program siaran Bima TV dalam hal ini program siaran Ndai Mbojo merupakan siaran yang bagus dan bermanfaat dalam mengenalkan dan mempromosikan budaya serta daerah wisata di Bima dapat dikategorikan sebagai dominan atau hegemoni encoder. Artinya pemaknaan yang coba dikirim media kepada khalayak diterima dengan baik karena diantara encoder dan decoder memiliki pemaknaan yang sama tentang isi siaran tersebut.

2. Isi Siaran Monoton

Televisi harus mampu menampilkan keragaman isi siaran untuk menarik minat penonton. Ragamnya isi siaran menjadi kunci seorang penonton ma uterus menerus menyimpak isi siaran televise. Namun, menurut informan penelitian, isi siaran Bima TV masih itu-itu saja. Belum banyak isi siarannya. Hal tersebut diungkapkan oleh Purnama (32).

"Saya pernah menonton siaran Bima TV, acaranya masih dalam seputar menampilkan keadaan Bima dan budaya Bima, andai kata kalau bisa ditayangkan lebih banyak isi siaran seperti mempromosikan kewirausahaan Bima" (Hasil wawancara dilakukan pada

tanggal 15 Juli 2017)

Hal senada juga dikatakan Dodi Ariana (33). Dodi mengatakan isi siaran Bima TV hanya menampilkan wisata Bima saja.

"Saya pernah menonton Bima TV, tapi saya tidak terlalu sering menonton Bima TV paling saya menonton acara di Bima TV seminggu dua kali, tapi saya tahu sedikit tentang program acara yang ada di Bima TV, Tayangan Bima TV tentang pariwisata dan budaya yang pernah saya tonton yaitu “Bima Channel” menurut saya acara itu monoton karena hanya menampilkan wisata Bima, tapi tidak seluruh tempat wisata yang dikenal" (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017)

Demikian juga dengan Syarifudin (29) seorang pegawai swasta. Syarif menyatakan pandangannya sebagai berikut :

“Saya sering menonton Bima TV saya suka dengan setiap acara yang ada di Bima TV, untuk segmen acara pariwisata budaya salah satu acara yang saya gemari adalah Budaya Bima, karena acara dialog interaktif ini mengulas mengenai pelestarian budaya termasuk lingkungan serta cara hidup masyarakat di Bima. dan dari program tayangan di Bima TV tersebut dapat memenuhi kebutuhan kita akan informasi pariwisata budaya. Program acara di Bima TV juga dapat memberi pengaruh pada lingkungan kita agar kita dapat lebih melestarikan budaya serta tata cara kehidupan bermasyarakat yang ada di Bima dan juga tayangan ini dapat memberi nilai estetika pada nilai sosial yang terkandung dalam masyarakat sehingga masyarakat dapat lebih menghargai budayanya lewat tayangan pariwisata budaya di Bima TV tersebut, saya merasa acara dalam Bima tv masih monoton karena acara yang ditampilkan hanya tentang budaya saja” ( Hasil wawancara pada tanggal 15 Juli 2017)"

(8)

Dari pandangannya dapat disimpulkan bahwa Suhartati sangat menyukai program acara Bima TV walaupun tidak terlalu sering ditonton, acara yang disukai adalah Bima Channel, acara ini memberikan banyak informasi baginya tentang hotel dan restoran dari sekian banyak acara pariwisata budaya yang telah ditonton oleh masyarakat banyak sekali yang memilih program acara Bima Channel acara ini dipilih karena disamping banyak memberikan informasi yang berguna, acara ini banyak ditonton karena jam penayangannya yang pada malam hari sehingga masyarakat lebih banyak memiliki keleluasaan waktu untuk menonton acara ini.

Jika dikaji dengan teori resepsi khususnya dari faktor personal yang meliputi kebutuhan, motif, dan proses pembelajaran, resepsi dari saudara Ariasa ini sangat dipengaruhi oleh pengalamannya dari menonton acara yang ada di Bima TV sehingga dapat mempengaruhi resepsinya mengenai program acara tersebut, sehingga lewat tayangan tersebut dapat memberi suatu proses pembelajaran mengenai bagaimana cara kita untuk lebih mencintai pariwisata karena dunia pariwisata tersebut sangat indah sekali dan dapat memberikan income yang sangat baik bagi masyarakat yang bekerja di sektor pariwisata, acara ini juga mempunyai motif yang baik guna menambah informasi pengetahuan tentang referensi hotel dan restoran, dan kebutuhan akan informasi pariwisata dapat terpenuhi lewat tayangan pariwisata budaya di Bima TV.

Informan sebagai khalayak merasa bahwa isi program siaran Bima TV dianggap monoton meskipun demikian informan mengungkapkan bahwa mereka tetap menonton program siaran yang mereka sukai saja. Dalam hal ini khalayak dapat dikatakan sebagai negosiasi khalayak.

3. Sering Nonton Tapi Lupa Nama Acara Sebuah acara televisi harus mampu memberikan kesan kepada penonton agar penonto selalu ingat acara tersebut. Namun, pada acara Bima TV nampaknya belum mampu memberikan kesan kepada penonton, sehingga penonton lupa nama acara Bima TV. Hal tersebut diungkapkan oleh Muhammad Ikhwanul (27) sebagai berikut:

"Saya suka semua tayangan pariwisata yang da di Bima TV, biasanya saya menonton Bima TV dua kali seminggu, Ada banyak acara yang saya suka namun yang paling saya suka adalah acara budaya Bima, tetapi terkadang saya lupa nama acaranya karena acara ini banyak mengulas tentang berbagai topik tentang pelestarian budaya dan lingkungan serta tata cara kehidupan orang Bima. Program acara di Bima TV juga dapat memberi pengaruh pada lingkungan kita agar kita dapat lebih melestarikan budaya serta tata cara kehidupan bermasyarakat yang ada di Bima". (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017)

Begitu juga dengan Andi Mulyono (32) mengatakan tentang isi siaran Bima TV:

"Saya pernah menonton tayangan Bima TV, saya menonton acara ini seminggu sekali, saya suka sekali dengan beberapa program budaya tapi saya lupa tentang siaran yang di tampilkannya karena hanya sekali seminggu, menurut saya program ini sangat baik untuk ditonton karena mampu memberikan banyak informasi dalam menambah pengetahuan masyarakat seputar hotel dan restoran serta tempat wisata yang lainnya. Saya suka dengan semua segmen acara di Bima TV dan saya berharap kualitasnya dapat ditingkatkan kedepannya". (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017)

(9)

Andi Mulyono berpendapat sebagai berikut:

“Saya pernah menonton Bima TV setidaknya seminggu dua kali, walaupun saya tidak tahu banyak mengenai seluk-beluk program acaranya, namun jika ditanya soal program pariwisata budaya yang pernah saya tonton di Bima TV, kebetulan sekali semalam saya menonton Bima Channel, saya suka sekali dengan program acara ini karena Bima channel ini dapat memberikan banyak informasi banyak daftar tempat-tempat wisata yang bisa saya kunjungi dan beberapa hotel yang bisa saya sarankan ke turis yang saya pandu, Acara pariwisata budaya di Bima TV juga dapat memberi damapak yang baik pada lingkungan sehingga dapat membuat kita lebih perduli dengan lingkungan kita sehingga tercipta suatu nilai sosial yang lebih terpelihara”. ( Hasil wawancara tanggal 16 Maret 2011)

Meskipun ada beberapa acara yang mereka sukai dan tidak ingat dikarenakan acara dalam siaran Bima TV hampir sama, jawaban yang dilontarkan oleh Ikhwanul dan Andi Muloyono merupakan suatu gambaran bahwa sebagai masyarakat Penato’i, Andi mampu memberikan resepsi yang baik dalam menanggapi siaran pariwisata di Bima TV, Bima TV mempunyai suatu karisma yang mampu membuat stasiun ini bisa dijadikan sebagai wadah promosi dan informasi bagi perkembangan pariwisata Bima. Jika dilihat dari teori resepsi dan informasi yang ada, bahwa tayangan Bima TV merupakan suatu tayangan pariwisata budaya yang sangat baik dalam penayangannya karena selain dapat memberikan suatu informasi yang baik mengenai berbagai cara yang terkait dengan pelestarian lingkungan dan tata cara kehidupan orang Bima, acara ini sangat digemari karena mampu membuka resepsi masyarakat khususnya masyarakat Penato’i berdasarkan

pengalaman dan persamaan yang mereka lihat dalam program tayangan Bima TV tersebut sehingga mampu mempengaruhi resepsi masyarakat yang diwakili dengan jawaban dari Dodi tersebut bahwa segmen acara ini sangat baik ditonton guna menambah wawasan masyarakat tentang pariwisata.

Jika dikaji dengan teori resepsi (Rangkuti,2001) dengan faktor personal yang meliputi, motif, kebutuhan, dan juga proses pembelajaran dapat dilihat bahwa jika masyarakat dapat mengambil suatu proses pembelajaran yang baik dari acara ini karena dapat lebih memahami bagaimana cara pelestarian lingkungan dan juga tata cara bermasyarakat di Bima, dan dari program acara tersebut ada motif atau tujuan yang ingin dicapai bahwa sesungguhnya sebagai masyarakat sangatlah haus akan sehingga dengan kebutuhan informasi yang diinginkan akan dapat melahirkan suatu resepsi yang bertujuan memperkaya pengetahuan masyarakat mengenai budaya dan pariwisata di Bima.

Jika dilihat dari faktor struktural dari teori resepsi yang meliputi lingkungan dan nilai sosial dalam masyarakat, masyarakat bisa melihat banyak sekali gambaran nilai estetika masyarakat yang dapat digali disini karena tayangan tersebut menyuguhkan bagaimana cara untuk melestarikan lingkungan dan budaya serta tata cara kehidupan di masyarakat, oleh karena itu dari sanalah dapat dipelajari cara bagaimana belajar untuk lebih menghargai lingkungan dan juga lebih menghargai nilai sosial yang ada dalam masyarakat sehingga estetika nilai masyarakat dapat terus terjaga.

4. Jarang Nonton Tapi Tahu Isi Siaran Fenomena lain yang ditemukan peneliti ada masyarakat BTN Penato’i yang hanya tahu isi siaran Bima TV tapi jarang menontonya.

(10)

Hal tersebut diungkapkan oleh Nur Utami (22) seorang mahasiswa sebagai berikut:

"Saya jarang menonton Bima TV tapi terkadang kalo diwaktu senggang saya suka menontonnya sesekali saja, pernah suatu ketika saya menonton acara yang berhubungan dengan objek wisata di Bima yaitu Pesona Bima, acara ini bagus sekali untuk ditonton karena objek wisata yang ditayangakan bagus-bagus semuanya sehingga dapat menumbuhkan minat untuk terus menontonnya, saya ingin acara ini dapat terus ditayangkan" (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017)

Pendapat di atas juga didukung oleh Hedyanto dalam menanggapi tentang isi siaran Bima TV, sebagai berikut :

"Saya pernah menonton Bima TV tapi tidak setiap hari, saya menonton program acara kesukaan saya yaitu Pesona Dewata seminggu sekali, saya sangat menyukai acara tersebut, karena dari sini saya mendapat banyak informasi penting tentang objek-objek wisata yang ada di Bima, karena kita tahu bahwa Bima itu adalah salah satu tempat wisata yang begitu indah yanga ada di Indonesia bahkan di mata dunia Bima memiliki tempat yang sangat unik dan kental akan budayanya. Menurut saya Bima TV dapat dijadikan sebagai suatu wadah seni, serta tempat untuk mempromosikan pariwisata Bima dan menjadi sumber informasi bagi masyarakat" (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017) Andi Mulyono juga berpendapat sebagai berikut:

"Saya pernah menonton Bima TV setidaknya seminggu dua kali, walaupun saya tidak tahu banyak mengenai seluk-beluk program acaranya, namun jika ditanya soal program pariwisata budaya yang pernah saya tonton di Bima TV, kebetulan sekali semalam saya

menonton Bima Channel, saya suka sekali dengan program acara ini karena Bima channel ini dapat memberikan banyak informasi bagi saya yang bekerja sebagai tour guide di salah satu travel agent dan dari program ini banyak daftar tempat-tempat wisata yang bisa saya kunjungi dan beberepa hotel yang bisa saya sarankan ke turis yang saya pandu, Acara di Bima TV tersebut dapat memberikan suatu proses pembelajaran yang mempunyai motif untuk dapat lebih mencerdaskan masyarakat mengenai dunia pariwisata budaya sehingga nantinya dapat memenuhi kebutuhan kita yang haus akan informasi pariwisata". (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017) Dari pandangan yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa lewat program acara ini masyarakat dapat terbantu untuk mendapatkan segala bentuk informasi mengenai objek- objek pariwisata yang begitu indah yang ada di Bima. Banyak masyarakat Penato’i yang menyukai program karena mereka merasa sangat terhibur dengan program acara yang menayangkan tempat wisata yang indah di Bima jadi dengan adanya acara ini mereka merasa mendapatkan suatu inspirasi untuk memilih tempat wisata mana yang akan mereka datangi jika mereka ingin berlibur. Dari program tayangan ini juga andi dapat memperkaya pengetahunnya tentang tempat wisata yang indah di Bima, saudara andi juga sangat mendukung bila Bima TV dijadikan suatu wadah informasi dan promosi pariwisata Bima.

Jika dikaji dengan teori yang ada yaitu teori resepsi (Rangkuti,2002), bahwa opini yang telah dilontarkan oleh andi ini adalah berdasarkan pengalamannya setelah menonton program tayangan pariwisata budaya di Bima TV dan dari sanalah dapat terlahir suatu pandangan bahwa promosi dan informasi pariwisata Bima tersebut dapat diperoleh lewat

(11)

tayangan pariwisata budaya di Bima TV salah satunya adalah acara Pesona Dewata.

Jika dikaji dari faktor personal dari teori resepsi yaitu bahwa dengan menonton acara ini maka dapat dilihat suatu proses pembelajaran mengenai bagaimana kita dapat menghargai tempat-tempat pariwisata yang ada di Bima dan bagaimana kita dapat berfikir untuk lebih melestarikannya, dan juga terdapat suatu motif atau tujuan untuk lebih menghargai tempat-tempat wisata di Bima karena tempat wisata tersebut merupakan suatu anugerah dan warisan yang begitu abadi bagi pariwisata di Bima dan dari sanalah dapat terpenuhi suatu kebutuhan akan informasi pariwisata budaya di Bima.

Jika dilihat dari faktor struktural yang meliputi lingkungan, dan nilai sosial budaya, nilai sosial budaya , acara tersebut merupakan suatu gambaran mengenai lingkungan pariwisata di daerah kita yang harus dijaga dan kembangkan, dan dari program tersebut dapat terlahir suatu segmentasi sosial dimana kita dapat lebih menghargai nilai estetika sosial yang ad adi daerah dan masyarakat sehingga dapat terjalin suatu keseimbangan antara lingkungan dan nilai sosial masyarakat yang tertanam dalam masyarakat dan lingkungan masyarakat khususnya di Kelurahan Penato’i. 5. Menonton Hanya Acara Kesukaan

Dedy Sukariasi (20) selaku mahasiswa yang tinggal di BTN Penato'i berpendapat tentang isi siaran Bima TV sebagai berikut:

"Saya jarang menonton Bima TV namun terkadang jika saya ada kesempatan di rumah sesekali, setidaknya seminggu dua kali pasti saya menontonnya, saat saya menonton Bima TV saya tidak begitu tahu apa saja program pariwisata budaya di Bima TV namun saya pernah menonton sebuah acara pariwisata budaya bersama kakak saya, klo tidak

salah nama acaranya adalah Bima Menyapa, sebuah acara yang berkonsep pada kehidupan sehari-hari masyarakat di Bima, dan disini juga dibahas mengenai bagaimana mengulas permasalahan yang biasa terjadi di masyarakat" (Hasil wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2017) Begitu juga dengan Dian Latifa (20) berpendapat mengenai isi siaran Bima TV:

"Saya pernah menonton Bima TV setidaknya seminggu dua kali, walaupun saya tidak tahu banyak mengenai seluk-beluk program acaranya, namun jika ditanya soal program pariwisata budaya yang pernah saya tonton di Bima TV, kebetulan sekali semalam saya menonton Bima Channel, saya suka sekali dengan program acara ini Acara pariwisata budaya di Bima TV juga dapat memberi damapak yang baik pada lingkungan sehingga dapat membuat kita lebih perduli dengan lingkungan kita sehingga tercipta suatu nilai sosial yang lebih terpelihara, karena tayangan pariwisata budaya tersebut dapat menumbuhkan rasa untuk lebih perduli pada lingkungan dan keadaan sosial di masyarakat kita khususnya Kelurahan Penato’i, dan semoga acara ini dapat terus berkelanjutan sesi penayangannya”. (Hasil wawancara tanggal 16 Juli 2017)

Pendapat lain juga dari Syarifudin: "Saya suka menonton acara di Bima TV, salah satu acara yang saya suka adalah Bima Channel, saya suka menonton acara ini seminggu sekali acara ini sangat baik untuk ditonton karena acara ini banyak menampilkan tempat-tempat wisata, hotel, serta restoran di Bima, saya sangat senang dengan adanya acara pariwisata budaya di Bima TV, karena ada banyak sekali informasi yang dapat di gali dari acara, dan saya berharap acara ini dapat terus ditayangkan di Bima TV, acara di Bima

(12)

TV tersebut dapat memberikan suatu proses pemebelajaran yang mempunyai motif untuk dapat lebih mencerdaskan masyarakat mengenai dunia pariwisata budaya sehingga nantinya dapat memenuhi kebutuhan kita yang haus akan informasi pariwisata. Acara pariwisata budaya di Bima TV juga dapat memberi dampak yang baik pada lingkungan sehingga dapat membuat kita lebih perduli dengan lingkungan kita sehingga tercipta suatu nilai sosial yang lebih terpelihara". (Hasil wawancara tanggal 16 Juli 2017)

Meskipun hanya menonton acara yang disukai, Dari jawaban tersebut bisa kita lihat bahwa acara di Bima TV tidak hanya dapat menghibur tapi juga bisa dijadikan suatu sumber informasi dimana masyarakat dapat berkaca dari tayangan tersebut untuk dapat mempermudah mengulas segala bentuk permasalahan yang terjadi di masyarakat. Banyak masyarakat yang menyukai acara ini karena lewat acara ini semua hal tentang pelestarian budaya dan bagaimana tata cara kehidupan bermasyarakat dan pemeliharaan lingkungan dan budaya dapat diulas di acara ini. Jika dikaitkan dengan teori yang ada kita dapat mengkaji disini jika dikaitkan dengan teori resepsi, dimana resepsi tersebut timbul dari pengalaman yang ada dalam menonton acara tersebut, jadi dari sanalah resepsi masyarakat tersebut dapat tercipta.

Jika dikaji dengan teori resepsi (Rangkuti,2002) dengan faktor personal yang meliputi, motif, kebutuhan, dan juga proses pembelajaran dapat dilihat disini jika sebagai masyarakat dapat mengambil sutau proses pembelajaran yang baik dari acara ini karena masyarakat dapat lebih memahami bagaimana cara pelestarian lingkungan dan juga tata cara bermasyarakat di Bima, dan dari program acara tersebut ada motif atau tujuan yang ingin dicapai bahwa sesungguhnya sebagai masyarakat sangat haus akan informasi kita

butuh informasi sehingga dengan kebutuhan informasi yang kita inginkan akan dapat melahirkan suatu resepsi yang bertujuan memperkaya pengetahuan kita mengenai budaya dan pariwisata di Bima.

Jika dilihat dari faktor struktural dari teori resepsi yang meliputi lingkungan dan nilai sosial dalam masyarakat, masyarakat bisa melihat banyak sekali gambaran nilai estetika masyarakat yang dapat digali disini karena masyarakat tahu tayangan tersebut menyuguhkan bagaimana cara untuk melestarikan lingkungan dan budaya serta tata cara kehidupan di masyarakat, oleh karena itu dari sanalah masyarakat dapat belajar untuk lebih menghargai lingkungan, dan juga lebih menghargai nilai sosial yang ada dalam masyarakat sehingga estetika nilai sosial masyarakat kita dapat terus terjaga.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data maka resepsi masyarakat tentang isi siaran Bima TV dapat disimpulkan sebagai berikut; 1) Sebagian masyarakat BTN Penatoi menilai isi dari siaran Bima TV sudah bagus. 2) Sebagian lagi menilai bahwa siaran Bima TV terlalu monoton. 3) Ada juga sebagian dari masyarakat yang menonton siaran Bima TV namun lupa dengan nama acaranya.4) Banyak sekali yang peneliti temukan keragaman dari para penonton karna kali ini peneliti menemukan masyarakat yang jarang sekali menonton Bima Tv namun tau sedikit banyaknya siaran yang ada di Bima Tv. 5) Masyarakat yang hanya menonton siaran kesukaannya.

Dari penjabaran kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam konteks komunikasi atau berdasarkan teori resepsi bahwa pada umumnya masyarakat Penato’i merupakan dominan atau hegemoni position

(13)

dan negotiation position.

Daftar Pustaka

Biagi, Shirley. 2010. Media/Impact Pengantar Media Massa. Jakarta: Salamba Humanika.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Faisal, Sanapiah, 1995. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan Asah

Asih Asuh (YA3 Malang).

Fiske, John. 1997. Cultural and Communication Studies. Routledge. Alih Bahasa Idi Subandy dan Yosal Iriantara. 2007. Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yokyakarta: Jalasutra.

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Latief, Abdul. 2000. Meode Penelitian , Jilid 1 Jakarta : EGC

Masduki. 2004. Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar. Yogyakarta: LKiS.

McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga

Mulyana, Deddy. 2005. Cet 9. Edisi Revisi. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. Pawito . penelitian komunikasi kualitatif. Yogyakarta : LkiS, 2007.

West, Richard dan Llyn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analysis and Application, 3rd

ed. Mc Graw Hill. Alih bahasa Maria Natalia Damayanti Maer. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. 2008. Jakarta: Salemba Humanika.

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran yang mengamanatkan realisasi Sistem Stasiun Berjaringan (SSB).

Referensi

Dokumen terkait

Pusat studi merupakan lembaga di bawah koordinasi pusat penelitian yang menyelenggarakan program akademik untuk melaksanakan kegiatan penelitian atau pengkajian ilmu

Apabila pengajaran IPA dintegrasikan dengan pelajaran dan konsep-konsep yang lain seperti terintegrasi keislaman, maka akan memperoleh dua keuntungan, misalnya,

Pengembangan diri dan fungsi umum pekerjaan Pengembangan diri Melakukan Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja Pengembangan fungsi umum pekerjaan Menerapkan Ketentuan

Metode Penelitian menggunakan Metode Eksperimen, diawali dengan perancangan, pembuatan dan pengujian prototipe tenda meliputi (1) uji kekuatan dan ketahanan bahan

Suhu di Pantai Juata Laut tergolong sesuai untuk kehidupan Moluska, khususnya Bivalvia, yang pada umumnya dapat hidup pada kisaran suhu yang luas karena morfologi

Berdasarkan hasil penelitian dimana pada sapi pedet yang dipelihara di dataran rendah maupun dataran tinggi, didapat rataan jumlah bakteri coliform dan non coliform

Dalam hukum Islam, praktik yang dijalankan oleh Pemandu Gunung Jawa Timur Di Komunitas JPF (Jejak Pendaki Fakir) Nusantara Surabaya ini, permasalahan yang muncul di sistem

Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa pemberian pupuk organik dan anorganik pada berbagai takaran berpengaruh nyata terhadap jumlah helai daun dan berat berangkasan