BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia adalah salah satu negara anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) dan merupakan negara penghasil minyak dan gas terbesar di Asia Tenggara. Saat ini industri ekspor minyak dan gas bumi dunia sedang berkembang pesat. Ada lebih dari 40 perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di Negara ini, dan angka itu terus bertambah tiap tahunnya. Dibawah regulasi pemerintah Indonesia yang membatasi pengolahan sektor minyak dan gas bumi, pembelian langsung dari supplier luar negari/asing sangat sulit dan kurang menguntungkan karena terlalu banyak birokrasi yang berbelit-belit. Prosedur yang biasa dilakukan oleh vendor dan perusahaan yang bergerak dalam bidang minyak dan gas lainnya adalah menugaskan agen lokal untuk penagihan dan pembayaran terhadap klien. Cara ini lebih reliable, efektif dan terbukti lebih menghemat biaya yang dikeluarkan.
Pada bab sebelumnya di sub bab metodologi penelitian, penulis telah menguraikan bahwa penyusunan skripsi ini berdasarkan pengumpulan data-data yang diperoleh penulis berkenaan dengan perencanaan dan penerapan pajak terhadap proyek-proyek yang dilaksanakan PT.”X” sebagai perusahaan penyedia jasa management. Salah satu jasa management yang paling besar dalam menghasilkan penerimaan dalam bisnis PT “X” adalah management jasa dalam menyediakan tenaga
spesialis yang dibutuhkan perusahaan minyak dan gas bumi. Tenaga spesialis ini dapat berasal dari tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asing. Dalam penyediaannya, jasa yang lebih dikenal istilah man power ini melibatkan banyak prosedur mulai dari proses tender, pengurusan surat-surat ketenaga kerjaan sampai dengan proses kualifikasi sampai diputuskan perusahaan mana yang menang atau layak digunakan jasanya berdasarkan besaran budget yang sudah ditentukan oleh perusahaan minyak dan gas bumi.
Dikarenakan banyaknya perusahaan yang terlibat dalam proses ini, maka margin yang diharapkan juga tidak terlalu besar. Oleh sebab itu perencanaan budget dalam hal ini wajib dilaksanakan. Dan hal yang paling mungkin adalah menekan beban pajak yang terlibat langsung dalam jasa man power ini, yakni Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pajak Penghasilan Pasal 26.
Dan dalam melakukan penelitian, penulis hanya memperbandingkan penghematan pajak pada pajak penghasilan pasal 21 ditanggung perusahaan dengan metode di net as gross dan gross up serta pajak penghasilan pasal 26 yang dalam penghematannya dengan menggunakan Perjanjian Penggunaan Pajak Berganda (P3B) kemudian menganalisa dampaknya ke Pajak Penghasilan Badan Pasal 29, serta memperbandingkan penerapan pola perhitungan pajak sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku (PER-15/PJ./2006) untuk keakuratan perhitungan pemotongan pajak penghasilan pasal 21.
Data lainnya diperoleh berdasarkan izin dari Wajib Pajak dimana penulis bekerja diperusahaan tersebut, untuk mengutip data-data gaji, perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan Pajak Penghasilan Pasal 26 dari Wajib Pajak, sedangkan data skunder penulis dapatkan dari study kepustakaan, Peraturan Perundang-undangan, Keputusan Menteri keuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak, Surat Edaran dan peraturan-peraturan yang terkait dengan penelitian ini, yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
A. Perencanaan pajak terhadap perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap Subjek Pajak dalam negeri.
Setiap tenaga kerja yang akan ditempatkan di perusahaan minyak dan gas bumi (klien) wajib mempunyai NPWP, tanpa adanya ini perusahaan pemberi kerja, dalam hal ini PT. “X” akan kewalahan dalam membayarkan pajak atas penerimaan gaji sebulannya karena akan dikenakan 20% lebih besar jika tidak mempunyai NPWP. Dan oleh karena disetiap tender atau proses man power ini biasanya dibutuhkan dalam suatu project tertentu yang sedang berlangsung dan biasanya berlangsung lebih dari 12 bulan dan tetap ditagihkan setiap bulannya dengan menggunakan time sheet report. Adapun perhitungan yang kita berikan ke semua klien yakni :
= sum jumlah daily rate + pajak PPh 21 + Handling Fee PT. “X” Perhitungan pajaknya menggunakan metode gross up yakni dengan memberikan kalkulasi perhitungan tertinggi. Perhitungan tersebut diatas diterima oleh klien dimana yang menjadi perhatian mereka adalah besar kecilnya Handling Fee.
Tiap bulan PT “X” mengeluarkan invoice untuk menagih akumulasi jumlah rate harian selama sebulan tersebut dan begitu pula PT. “X” membayarkan tenaga kerja tersebut sebesar jumlah akumulasi rate hariannya.
Adanya self assessment system mengharuskan Wajib Pajak menghitung, melaporkan, dan menyetorkan sendiri kewajiban pajaknya. Tetapi dalam pelaksanaannya seringkali Wajib Pajak melakukan kegiatan modifikasi terhadap pemenuhan kewajiban perpajakannya. Hal yang biasa dilakukan Wajib Pajak yaitu dengan cara perencanaan pajak (tax planning). Begitu pula yang dilakukan PT. “X” dalam pelaksanaan pembayaran pajaknya.
Dan dibawah ini adalah satu per satu Tax Planning dengan menggunakan 2 (dua) metode berbeda yang dilakukan PT “X” khususnya akun-akun yang terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dimana pajak para tenaga kerja yang ditempatkan di klien semua ditanggung oleh PT. “X” serta mengambil korelasinya ke Pajak Penghasilan (PPh) Badan sehingga dapat diketahui seberapa besar perusahaan telah melakukan penghematan pajak. Adapun status tenaga kerja tersebut bagi PT. “X” adalah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas.
a. Analisa Perencanaan Pajak Terhadap Tenaga Kerja A • Rate Harian ke klien sebesar IDR 2.000.000
• Pajak penghasilan atas rate harian (metode gross up) IDR 680.000
1) Pembayaran ke Tenaga Kerja A serta Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh PT “X” dengan metode Net as Gross.
Tabel 4.1
Tenaga Kerja A – PPh 21 – metode Net as Gross Date
Rate/Day 2.000.000
Day (s) 26
Working Period : Apr 10
Salary IDR 52.000.000,00 JKK Allowance 0,68% IDR 353.600,00 JK Allowance 0,30% IDR 156.000,00 IDR 52.509.600,00 Tax rate 1,00 I Basic Salary 52.000.000 Tax Allowance -JKK Allowance 156.000 JK Allowance 353.600 Other Benefit -Total/Month 52.509.600 II Deduction - Position Allowances - JHT Jamsostek (2% x BS) Total
-Net salary / month 52.509.600 Net salary / year 12 630.115.200 III Penghasilan tidak Kena Pajak 18.480.000 Penghasilan Kena Pajak 611.635.200 IV Perhitungan Pajak Penghasilan
Tariff Range
5% 50.000.000 2.500.000 15% 200.000.000 30.000.000 25% 250.000.000 62.500.000
30% 33.490.560
Income Tax / year 128.490.560
Income Tax / month 10.707.547 IDR 10.707.547
Tenaga Kerja A K/1
Sesuai dengan perjanjian antara tenaga kerja dan PT “X”, jumlah pajak sebesar IDR. 10.707.547 akan menjadi tanggung jawab perusahaan dan bukan menjadi beban atau tanggungan tenaga kerja atau karyawan yang bersangkutan.
Secara akuntansi komersial jumlah ini dapat dikurangkan sebagai biaya tetapi secara fiskal jumlah tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai biaya. Penyesuaian dilakukan dengan melakukan koreksi positif dengan mengurangkan biaya pajak dari unsur pengurang pada Pajak Penghasilan Badan sehingga laba fiskal yang didapatkan akan naik dan pembayaran pajak akan bertambah karena koreksi positif tersebut.
•••• Analisis pada Pajak Penghasilan Badan Tabel 4.2
Tenaga Kerja A – PPh 29 – metode Net as Gross
Rate to Client 2.680.000
Invoice to Client 69.680.000
OPAC Handling fee 1,65% 1.149.720
WHT 23 Deduction from Handling fee 2% 22.994
Nett Received 70.806.726
COGS 63.217.147
Commercial Gross Profit 7.589.579
Fiscal Adjustment 10.707.547
Profit before Tax 18.297.126
Corporate Tax Rate 25% 4.574.281
Less Prepaid Tax 22.994
WHT 29 Liabilities 4.551.287
2) Pembayaran ke Tenaga Kerja A serta Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh PT “X” dengan metode Gross Up.
Tabel 4.3
Tenaga Kerja A – PPh 21 – metode Gross Up Date
Rate/Day 2.000.000
Day (s) 26
Working Period : Apr 10
Salary IDR 52.000.000,00 JKK Allowance 0,68% IDR 353.600,00 JK Allowance 0,30% IDR 156.000,00 IDR 52.509.600,00 Tax rate 1,00 I Basic Salary 52.000.000 Tax Allowance 15.296.495 JKK Allowance 156.000 JK Allowance 353.600 Other Benefit -Total/Month 67.806.095 II Deduction - Position Allowances - JHT Jamsostek (2% x BS) Total
-Net salary / month 67.806.095 Net salary / year 12 813.673.143 III Penghasilan tidak Kena Pajak 18.480.000 Penghasilan Kena Pajak 795.193.143 IV Perhitungan Pajak Penghasilan
Tariff Range
5% 50.000.000 2.500.000 15% 200.000.000 30.000.000 25% 250.000.000 62.500.000
30% 88.557.943
Income Tax / year 183.557.943
Income Tax / month 15.296.495 IDR 15.296.495
Tenaga Kerja A K/1
Pengertian dari Pajak Penghasilan Pasal 21 di Gross Up adalah perhitungan sedemikian rupa sehingga jumlah pajak yang diterima sama dengan jumlah pajak yang dibayarkan.
Dalam tabel diatas terlihat bahwa tunjangan pajak sebesar IDR 15.296.495 adalah sama besar dengan jumlah pajak yang harus dibayarkan. Dan metode gross up tidak menyebabkan koreksi fiskal dalam Pajak Penghasilan Badan, seperti yang ditampilkan tabel dibawah ini :
•••• Analisis pada Pajak Penghasilan Badan Tabel 4.4
Tenaga Kerja A – PPh 29 – metode Gross Up
Rate to Client 2.680.000
Invoice to Client 69.680.000
OPAC Handling fee 1,65% 1.149.720
WHT 23 Deduction from Handling fee 2% 22.994
Nett Received 70.806.726
COGS 67.806.095
Commercial Gross Profit 3.000.630
Fiscal Adjustment
-Profit before Tax 3.000.630
Corporate Tax Rate 25% 750.158
Less Prepaid Tax 22.994
WHT 29 Liabilities 727.163
Net Profit 2.273.467
b. Analisa Perencanaan Pajak Terhadap Tenaga Kerja B • Rate Harian ke klien sebesar USD 1.400
• Pajak penghasilan atas rate harian (metode gross up) USD 616
1) Pembayaran ke Tenaga Kerja B serta Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh PT “X” dengan metode Net as Gross.
Tabel 4.5
Tenaga Kerja B – PPh 21 – metode Net as Gross Date
Rate/Day 1.400
Day (s) 21
Working Period : Apr 10
Salary USD 29.400,00 JKK Allowance 0,68% USD 199,92 JK Allowance 0,30% USD 88,20 USD 29.688,12 Tax rate 9.019,00 I Basic Salary 265.158.600 Tax Allowance -JKK Allowance 795.476 JK Allowance 1.803.078 Other Benefit -Total/Month 267.757.154 II Deduction - Position Allowances - JHT Jamsostek (2% x BS) Total
-Net salary / month 267.757.154 Net salary / year 12 3.213.085.851 III Penghasilan tidak Kena Pajak 19.800.000 Penghasilan Kena Pajak 3.193.285.851 IV Perhitungan Pajak Penghasilan
Tariff Range
5% 50.000.000 2.500.000 15% 200.000.000 30.000.000 25% 250.000.000 62.500.000
30% 807.985.755
Income Tax / year 902.985.755
Income Tax / month 75.248.813 USD 8.343
Tenaga Kerja B K/2
Jumlah pajak sebesar IDR. 75.011.793 akan menjadi tanggung jawab perusahaan dan bukan menjadi beban atau tanggungan karyawan yang bersangkutan. Dan Angka sebesar itu pada nantinya akan mengalami koreksi positif dengan mengurangkan biaya pajak dari unsur pengurang pada Pajak Penghasilan Badan sehingga laba fiskal yang didapatkan akan naik
• Analisis pada Pajak Penghasilan Badan Tabel 4.6
Tenaga Kerja B – PPh 29 – metode Net as Gross
Rate to Client 2.016
Invoice to Client 42.336
OPAC Handling fee 1,45% 614
WHT 23 Deduction from Handling fee 2% 12
Nett Received 42.938
COGS 38.031
Commercial Gross Profit 4.906
Fiscal Adjustment 8.343
Profit before Tax 13.249
Corporate Tax Rate 25% 3.312
Less Prepaid Tax 12
WHT 29 Liabilities 3.300
2) Pembayaran ke Tenaga Kerja B serta Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh PT “X” dengan metode Gross Up.
Tabel 4.7
Tenaga Kerja B – PPh 21 – metode Gross Up Date
Rate/Day 1.400
Day (s) 21
Working Period : Apr 10
Salary USD 29.400,00 JKK Allowance 0,68% USD 199,92 JK Allowance 0,30% USD 88,20 USD 29.688,12 Tax rate 9.019,00 I Basic Salary 265.158.600 Tax Allowance 107.498.304 JKK Allowance 795.476 JK Allowance 1.803.078 Other Benefit -Total/Month 375.255.458 II Deduction - Position Allowances - JHT Jamsostek (2% x BS) Total
-Net salary / month 375.255.458 Net salary / year 12 4.503.065.502 III Penghasilan tidak Kena Pajak 19.800.000 Penghasilan Kena Pajak 4.483.265.502 IV Perhitungan Pajak Penghasilan
Tariff Range
5% 50.000.000 2.500.000 15% 200.000.000 30.000.000 25% 250.000.000 62.500.000
30% 1.194.979.651
Income Tax / year 1.289.979.651
Income Tax / month 107.498.304 USD 11.919
Tenaga Kerja B K/2
Dalam tabel diatas terlihat bahwa tunjangan pajak sebesar IDR 107.498.304 adalah sama besar dengan jumlah pajak yang harus dibayarkan menyebabkan jumlah pajak yang harus dipotong adalah nihil karena jumlah pajak yang harus dipotong sama dengan pemberian tunjangan pajak.
•••• Analisis pada Pajak Penghasilan Badan Tabel 4.8
Tenaga Kerja B – PPh 29 – metode Gross Up
Rate to Client 2.016
Invoice to Client 42.336
OPAC Handling fee 1,45% 614
WHT 23 Deduction from Handling fee 2% 12
Nett Received 42.938
COGS 41.607
Commercial Gross Profit 1.330
Fiscal Adjustment
-Profit before Tax 1.330
Corporate Tax Rate 25% 333
Less Prepaid Tax 12
WHT 29 Liabilities 320
Net Profit 1.010
Dan terakhir sebagai pembanding dari tabel-tabel diatas akan disandingkan consultant yang mempunya Rate Harian yang lebih kecil agar dapat dilihat perbandingan besar kecilnya dampak terhadap Pajak Penghasilan Badan pada akhir tahun.
c. Analisa Perencanaan Pajak Terhadap Tenaga Kerja C • Rate Harian ke klien sebesar IDR 450.000
• Pajak penghasilan atas rate harian (metode gross up) IDR 40.000 • Pengenaaan jasa sebesar IDR 33.500 per bulannya
1) Pembayaran ke Tenaga Kerja C serta Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh PT “X” dengan metode Net as Gross.
Tabel 4.9
Tenaga Kerja C – PPh 21 – metode Net as Gross Date
Rate/Day 450.000
Day (s) 19 Working Period : Sep 10
Salary IDR 8.550.000,00 JKK Allowance 0,68% IDR -JK Allowance 0,30% IDR -IDR 8.550.000,00 Tax rate 1,00 I Basic Salary 8.550.000 Tax Allowance -JKK Allowance -JK Allowance -Other Benefit -Total/Month 8.550.000 II Deduction - Position Allowances - JHT Jamsostek (2% x BS) Total
-Net salary / month 8.550.000
Net salary / year 12 102.600.000
III Penghasilan tidak Kena Pajak 19.800.000
Penghasilan Kena Pajak 82.800.000
IV Perhitungan Pajak Penghasilan
Tariff Range
5% 50.000.000 2.500.000
15% 4.920.000
25% 30%
Income Tax / year 7.420.000
Income Tax / month 618.333
IDR 618.333
Tenaga Kerja C K/2
• Analisis pada Pajak Penghasilan Badan Tabel 4.10
TenagaKerja C – PPh 29 – metode Net as Gross
Rate to Client 490.000
Invoice to Client 9.310.000
OPAC Handling fee 33.500 636.500
WHT 23 Deduction from Handling fee 2% 12.730
Nett Received 9.933.770
COGS 9.168.333
Commercial Gross Profit 765.437
Fiscal Adjustment 618.333
Profit before Tax 1.383.770
Corporate Tax Rate 25% 345.943
Less Prepaid Tax 12.730
WHT 29 Liabilities 333.213
2) Pembayaran ke Tenaga Kerja C serta Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh PT “X” dengan metode Gross Up.
Tabel 4.11
Tenaga Kerja C – PPh 21 – metode Gross Up Date
Rate/Day 450.000
Day (s) 19 Working Period : Apr 10
Salary IDR 8.550.000,00 JKK Allowance 0,68% IDR -JK Allowance 0,30% IDR -IDR 8.550.000,00 Tax rate 1,00 I Basic Salary 8.550.000 Tax Allowance 727.451 JKK Allowance -JK Allowance -Other Benefit -Total/Month 9.277.451 II Deduction - Position Allowances - JHT Jamsostek (2% x BS) Total
-Net salary / month 9.277.451
Net salary / year 12 111.329.412
III Penghasilan tidak Kena Pajak 19.800.000
Penghasilan Kena Pajak 91.529.412
IV Perhitungan Pajak Penghasilan
Tariff Range
5% 50.000.000 2.500.000
15% 6.229.412
25% 30%
Income Tax / year 8.729.412
Income Tax / month 727.451
IDR 727.451
Tenaga Kerja C K/2
•••• Analisis pada Pajak Penghasilan Badan Tabel 4.12
Tenaga Kerja C – PPh 29 – metode Gross Up
Rate to Client 490.000
Invoice to Client 9.310.000
OPAC Handling fee 33.500 636.500
WHT 23 Deduction from Handling fee 2% 12.730
Nett Received 9.933.770
COGS 9.277.451
Commercial Gross Profit 656.319
Fiscal Adjustment
-Profit before Tax 656.319
Corporate Tax Rate 25% 164.080
Less Prepaid Tax 12.730
WHT 29 Liabilities 151.350
Net Profit 504.969
Dari tabel-tabel yang sudah disajikan diatas, PT. “X” mengambil kesimpulan untuk menggunakan metode net as gross untuk para tenaga kerjanya yang berpenghasilan lebih dari IDR 250.000.000 jika disetahunkan, sedangkan metode gross up digunakan PT. “X” untuk para tenaga kerja yang berpenghasilan kurang dari IDR 250.000.000 jika disetahunkan. Dari hasil summary setahun pembayaran ke tenaga kerja atau karyawan ini dapat dilihat seberapa besar penghematan untuk masing-masing diatas dalam kurun satu tahun buku (menggunakan tiap-tiap metode) dan table summary ini dapat dilihat dilampiran (Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 3)
B. Perencanaan pajak terhadap perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 26 terhadap Subjek Pajak Luar Negeri.
Seperti juga telah di bahas dalam pada bab sebelumnya di sub bab metodologi penelitian, beberapa hal untuk menghindari beban pajak yang besar terhadap Subjek Pajak Luar Negeri adalah menggunakan salah satu Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang telah disetujui dan dibuat Pemerintah dalam hal menghindari konflik Pajak International.
PT “X” dalam menjalankan usahanya terkadang juga membutuhkan partner-partner luar negeri untuk men-supply tenaga kerja professional yang dibutuhkan klien-kliennya. Tenaga kerja tersebut sangat spesifik dan sulit ditemukan kandidatnya didalam negeri, sehingga memerlukan tenaga kerja asing dalam pengerjaannya walaupun tidak sedikit ada pula yang tenaga kerja lokal yang mempunyai kemampuan tersebut.
Partner-partner luar negeri ini merupakan Wajib Pajak di dalam negerinya masing-masing, oleh karena itu pemotongan pajak atas penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak yang berlaku di Indonesia atau tidak dikenakan pajak sama sekali dengan ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati oleh Pemerintah Indonesia dengan pajak berwenang dari partner luar negeri tersebut.
Dalam analisis ini penulis akan memberikan contoh-contoh penggunaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara PT. “X” dengan berbagai partner-partner luar negerinya. Dimana yang menjadi fokus
penelitian adalah perlakuan pajak penghasilan terhadap dependent personal services yakni pemberian jasa yang dilakukan oleh orang asing dilakukan di suatu Negara atas adanya ikatan kerja dengan perusahaan asalnya berada di Negara lain.
a. Jika Indonesia dan negara domisili Wajib Pajak Luar Negeri memiliki perjanjian tax treaty, maka pembayaran penghasilan atas jasa ke luar negeri bebas dari PPh pasal 26, apabila:
1) Seluruh pekerjaan dilakukan di luar negeri
2) Pekerjaan dilakukan di Indonesia tetapi tidak melebihi batas waktu (time test) sesuai perjanjian tax treaty.
b. Jika Indonesia dan negara domisili WPLN tidak memiliki perjanjian tax treaty, maka pembayaran penghasilan atas jasa ke luar negeri dipungut pajak sesuai tarif PPh pasal 26.
1. Analisa Perencanaan Pajak Terhadap Subyek Pajak Luar Negeri – Australia.
Contoh pertama partner luar negeri dari PT “X” adalah Advance Geomechanics Pty. Ltd. yang berasal dari negara Australia. Salah satu klien PT “X” membutuhkan tenaga spesialis untuk Study Geomechanical di salah satu area pertambangannya. Ada 2 pilihan yang dimiliki PT. “X” dalam menentukan pilihan dalam memilih tenaga kerja dalam pengerjaan proyek tersebut. Yakni menggunakan tenaga kerja lokal dengan rate lebih murah dan atau menggunakan jasa partner dari luar negeri yang rate nya lebih tinggi.
a) Penggunaan tenaga kerja lokal
Dalam penggunaan tenaga kerja lokal, maka perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang digunakan dalam menghitung pajak penghasilannya.
Tabel 4.13
Perhitungan PPh 21 Menggunakan Tenaga Kerja Lokal
Rate Hour (s) Amount
Invoice to Client 354 56 19.824 Payment to Consultant 200 56 11.200 Tax PPh 21 (Net as Gross method) 2.804
Dalam perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21, PT “X” mengambil metode pajak net as gross pajak dari penghasilan yang akan diterima tenaga kerja (lampiran 4). Dan angka sebesar USD 2.804 merupakan beban PT “X” dalam melaksanakan salah satu kewajiban pembayaran pajaknya.
•••• Analisis pada Pajak Penghasilan Badan Tabel 4.14
Perhitungan PPh 29 Menggunakan Tenaga Kerja Lokal
Rate to Client 354
Invoice to Client 19.824
OPAC Handling fee
-WHT 23 Deduction from Services 2% 396
Nett Received 19.428
COGS 14.004
Commercial Gross Profit 5.424
Fiscal Adjustment 2.804
Profit before Tax 8.228
Corporate Tax Rate 25% 2.057
Less Prepaid Tax 396
WHT 29 Liabilities 1.660
b) Penggunaan jasa partner luar negeri Tabel 4.15
Perhitungan PPh 26 Menggunakan Jasa Partner Luar Negeri
Rate Hour (s) Amount
Invoice to Client 354 56,00 19.824 Invoice From Partner 256 56,00 14.358
Tax PPh 26
-Dari tabel diatas dapat dilihat pekerjaan yang dikerjakan oleh Wajib Pajak Luar Negeri tidak dikenakan pajak sama sekali selama pekerjaan tersebut masih dibawah time test yang berlaku (Australia adalah 120 hari) dan negara tersebut mempunyai Perjanjian Perpajakan (P3B) dengan Negara Indonesia dan dalam pelaksanaannya menyediakan serta melengkapi data-data administrasi perpajakan yang diperlukan (DGT Form dan SKD).
•••• Analisis pada Pajak Penghasilan Badan Tabel 4.16
Perhitungan PPh 29 Menggunakan Jasa Partner Luar Negeri
Rate to Client 354
Invoice to Client 19.824
OPAC Handling fee
-WHT 23 Deduction from Services 2% 396
Nett Received 19.428
COGS 14.358
Commercial Gross Profit 5.070
Fiscal Adjustment
-Profit before Tax 5.070
Corporate Tax Rate 25% 1.267
Less Prepaid Tax 396
WHT 29 Liabilities 871
Dapat dilihat dari perhitungan tabel-tabel diatas menunjukkan, PT. “X” memilih penggunaan jasa tenaga asing melalui partner luar negerinya yang ternyata lebih profitabel dikarenakan penghematan pajak dengan adanya Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda atau tax treaty antara Indonesia dan Australia.
2. Analisa Perencanaan Pajak Terhadap Subjek Pajak Luar Negeri - Perancis.
Lain halnya dengan kasus diatas, untuk partner PT. ”X” ini yakni Geo-Microbial Technologies International merupakan salah satu perusahaan yang mengkhususkan diri dalam penelitian serta penganalisaan untuk kandungan minyak bumi di dalam tanah. Dikarenakan jasanya yang sangat spesifik dan hasil yang dihasilkan akan sangat penting bagi klien maka dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam hal pelaksanaannya. Tercatat ada 2 project yang dengan 2 klien yang berbeda selama tahun pajak 2010, bahkan akan melebihi time test yang berlaku (Perancis, 183 hari). Mulai pekerjaan survey, analisa tanah sampai dengan penggunaan service jasa insinyur tenaga asing.
Untuk satu klien, project minimal akan memakan waktu sampai selesai adalah 4 bulan. Dimana untuk survey lapangan dan pengambilan sample tanah memakan waktu 2 bulan dan analisa awal 1- 2 bulan dan analisa serta laporan akhir selama 1 bulan, dan kesemuanya menggunakan tenaga kerja asing.
Harga yang dikenakan cukup tinggi apalagi jika dikenakan pajak penghasilan pasal 26 sebesar 20%, sehingga PT. “X” dan partnernya melakukan dengan pendekatan lain untuk menghindari beban pajak yang besar sehingga harga yang didapat diterima atau sesuai dengan budget yang ditawarkan klien. Adapun pendekatan lain itu dengan memanfaatkan perjanjian pajak (P3B) dan menghindari time test yang akan terjadi.
Tabel 4.17
Summary Harga Harian dan Waktu Pelaksanaan Dalam Satu Project
Rate Day (s) Amount Invoice to Client
-International MOB/DEMOB 8 person @USD 5.000 40.000 Supervisor on Board Field Days 1.250 45,00 56.250 Supervisor on Board Standby Days 500 15,00 7.500 Field Geologist 750 30,00 22.500 Analytical Geophysicist 1.000 20,00 20.000
Analytical Test (Lump Sum) 8.760
Pre Analytical report (Lump Sum) 20,00 15.000 Final Report (Lump Sum) 30,00 25.000
Total 195.010
Invoice From Partner/GMT Rate Day (s) Amount
International MOB/DEMOB 8 person @USD 5.000 40.000 Supervisor on Board Field Days 1.200 45,00 54.000 Supervisor on Board Standby Days 450 15,00 6.750 Field Geologist 700 30,00 21.000 Analytical Geophysicist 900 20,00 18.000
Analytical Test (Lump Sum) 8.500
Pre Analytical report (Lump Sum) 20,00 10.000 Final Report (Lump Sum) 30,00 20.000
Total 178.250
Dari tabel diatas dapat dilihat time test atau waktu untuk satu project. Hal ini tidak akan cukup untuk melaksanakan lebih dari satu project, karena akan melebihi dari time test yang sudah ditentukan Perjanjian Pajak (P3B) antara Indonesia dan Perancis, akan tetapi PT “X” bekerja sama menyiasati
dengan membagi proses tahapan-tahapan project menjadi sebagian dilakukan di Indonesia dan melakukan tahapan-tahapan lainnya yang dapat dilakukan di markas besar mereka di Perancis, seperti tahapan dari Analytical Geophisicist, test dan reporting. Hal ini memungkinkan berkurangnya daily time test dari pekerjaan tersebut sehingga tidak ada kewajiban Pajak Penghasilan Pasal 26 sebesar 20% dan menghemat beban pajak yang besar, serta yang terpenting adalah harga tersebut dapat diterima oleh klien.
•••• Analisis pada Pajak Penghasilan Badan Tabel 4.18
Analisis Project PT. “X” dan GMT di PPh Badan
Invoice to Client 195.010
OPAC Handling fee
-WHT 23 Deduction from Services 2% 3.900
Nett Received 191.110
COGS 178.250
Commercial Gross Profit 12.860
Fiscal Adjustment
-Profit before Tax 12.860
Corporate Tax Rate 25% 3.215
Less Prepaid Tax 3.900
WHT 28 Liabilities (685)
Net Profit 13.545
Tabel diatas menunjukkan keuntungan yang signifikan sebesar USD 12.860 dikarenakan menggunakan Perjanjian Pajak (P3B) antara Indonesia dan Perancis serta keuntungan tambahan lainnya atas kelebihan dari prepaid tax pajak penghasilan pasal 23 yang dipotong Klien sebesar USD 685.