• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINOPSIS RANCANGAN TESIS PENGARUH SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR PADA LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SINOPSIS RANCANGAN TESIS PENGARUH SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR PADA LANSIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SINOPSIS RANCANGAN TESIS

PENGARUH SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR PADA LANSIA

OLEH:

DIKA LUKITANINGTYAS

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar (Asmadi, 2008 hal:134). Umumnya lansia banyak yang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitasnya. Sering sekali lansia mengatakan bahwa dirinya kesulitan untuk memulai tidur, sering terjaga sewaktu tidur dan tidak dapat tidur lagi, menghabiskan waktu dalam tahap mengantuk serta sangat sedikit waktu dalam tahap mimpi (Carpenito, 2000). Upaya yang dilakukan perawat dalam menangani masalah ini adalah memberikan obat tidur, sedangkan pemberian obat tidur dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping, kecanduan dan bila overdosis dapat membahayakan pemakainya (Purwanto, 2007; Erliana, 2009). Sedangkan menurut Potter & Perry (2005) Peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur dapat dilakukan dengan mengajarkan cara-cara yang dapat menstimulus dan memotivasi tidur. Salah satu cara yang bisa dilakukan Pemberian terapi non medis seperti pemberian teknik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). Terapi SEFT dapat digunakan sebagai salah satu tehnik terapi untuk mengatasi masalah emosional dan fisik yaitu dengan melakukan totok ringan (tapping) pada titik syaraf (meridian tubuh) (Zainuddin, 2009).

Menurut National Sleep Foundation (2007) sekitar 67% dari 1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3 % lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia. Di Indonesia, gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius.

Struktur tidur pada usia lanjut berubah dengan meningkatnya stadium I sehingga terjadi fragmentasi atau disrupsi dari struktur tidur. Berkurangnya tidur

(3)

mempunyai dampak pada pemulihan fungsi tidur. Deprivasi tidur pada usia lanjut berkaitan dengan keletihan, iritabilitas, fungsi kognitif yang terganggu, koordinasi yang kurang dan halusinasi. Terdapat peningkatan jaga dan penurunan stadium IV, serta berkurangnya jumlah absolut tidur REM (Rapid Eye Movement). Tidur REM terjadi lebih awal dan lebih lama dalam durasinya. Berkurangnya tidur REM berhubungan dengan sindrom otak organik dan aliran darah otak (Prayitno, 2002). SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) adalah sebuah teknik ilmiah revolusioner dan spektakuler karena dikenal sangat mudah dan cepat untuk dapat dirasakan hasilnya (5 s/d 25 menit) yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah fisik, mengatasi berbagai masalah emosi, mengatasi berbagai masalah keluarga dan anak-anak serta meningkatkan prestasi. SEFT terdiri dari 3 tahap yaitu: The Set-Up, The Tune-in dan The Tapping (Zainuddin, 2009).

Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia?

Tujuan Penelitian

Menganalisis Pengaruh SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia

Manfaat Penelitian

Mengembangkan ilmu keperawatan dalam bidang keperawatan psikogeriatrik dalam upaya promotif dan preventif dengan diketahuinya mekanisme pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia setelah SEFT digunakan sebagai dasar dalam penelitian ilmu keperawatan

Hasil dari penelitian ini dapat di gunakan sebagai teknik non farmakologi alternatif yang efektif dalam mengatasi gangguan tidur pada lansia.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) 1. Pengertian

(4)

Metode SEFT merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan dari beberapa metode terapi sebelumnya. Tekhnik ini berdasarkan prinsip-prinsip yang sama dengan akupunktur, akupresur, applied kinesiology, Tought Fields Therapy (TFT) dan Emotional Freedom Technique (EFT (Zainuddin, 2009). SEFT merupakan teknik penggabungan dari sistem energi tubuh (energy medicine) dan terapi spiritual dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh.

2. Cara melakukan SEFT

SEFT memandang jika aliran energi tubuh terganggu karena dipicu kenangan masa lalu atau trauma yang tersimpan dalam alam bawah sadar, maka emosi seseorang akan menjadi kacau. Mulai dari yang ringan, seperti bad mood, malas, tidak termotivasi melakukan sesuatu, hingga yang berat, seperti PSTD, depresi, phobia, kecemasan berlebihan dan stres emosional berkepanjangan. Sebenarnya semua ini penyebabnya sederhana, yakni terganggunya sistem energi tubuh. Karena itu solusinya juga sederhana, menetralisir kembali gangguan energi itu dengan SEFT (Zainuddin, 2009).

1) The Set – Up

Bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh terarah dengan tepat. Langkah ini dilakukan untuk menetralisir “Psychological Reversal” atau “Perlawanan Psikologis” (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar negatif). Contoh psychological reversal ini diantaranya :

a) Saya tidak bisa sehat seperti dulu lagi b) Saya tidak mungkin sembuh dari sakit ini c) Saya kesal karena harus mengalami hal ini

d) Saya menyerah, saya tidak mampu dengan keaadan saya sekarang

The Set - Up sebenarnya terdiri dari 2 aktifitas, yaitu (Zainuddin, 2009) : Pertama, mengucapkan The Set – Up Word dengan penuh rasa khusyu’, ikhlas dan pasrah sebanyak 3 kali. Dalam bahasa religius, The Set – Up Words adalah doa kepasrahan kepada Allah SWT, bahwa apapun masalah dan rasa sakit yang dialami saat ini, kita ikhlas menerima dan kita pasrahkan kesembuhannya pada Allah SWT. The Set – Up harus diucapkan dengan perasaan untuk menetralisir

(5)

Psychological Reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Kedua, sambil mengucapkan The Set - Up Word dengan penuh perasaan, kita menekan dada kita, tepatnya di bagian “sore spot”(titik nyeri, letaknya di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit), atau mengetuk dengan dua ujung jari di bagian “karate chop”. Contoh kalimat set – up (doa) untuk masalah fisik : “Ya Allah..meskipun kepala saya pusing karena stroke ini, saya ikhlas menerima pusing saya ini, saya pasrahkan kepada-Mu pusing saya ini.” Contoh kalimat set – up (doa) untuk masalah emosi : “Ya Allah..meskipun saya cemas dengan penyakit ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini, saya pasrahkan kepada-Mu ketenangan hati saya. 2) The Tune - In

Untuk masalah fisik, melakukan Tune - in dengan cara merasakan rasa sakit yang dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan hati dan mulut mengatakan : “Ya Allah saya ikhlas, saya pasrah…” atau “Ya Allah saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan kepada-Mu kesembuhan saya”. Untuk masalah emosi, Tune – in dilakukan dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi negatif (marah, sedih, takut, dsb), hati dan mulut kita mengatakan, “Ya Allah..saya ikhlas..saya pasrah..”. Bersamaan dengan Tune – in ini kita melakukan langkah ketiga yaitu tapping. Pada proses ini (Tune – In yang dibarengi dengan tapping), kita menetralisir emosi negatif atau rasa sakit fisik (Zainuddin, 2009)

3) The Tapping

Tapping adalah mengetuk ringan denga dua ujung jari pada titik - titik tertentu di tubuh sambil terus Tune – in. titik – titik ini adalah titik – titik kunci dari “The Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada netralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Tapping menyebabkan aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali (Zainuddin, 2009).

Titik-titik yang akan diberikan ketukan ringan/tapping berada di bagian kepala, daerah dada dan tangan. Pada bagian kepala titik-titik tersebut terdiri dari

(6)

titik CR (Crown) yaitu titik di bagian atas kepala (ubun – ubun); titik EB (Eye Brow) yaitu titik permulaan alis mata, dekat pangkal hidung; titik SE (Side of the Eye) yaitu titik di atas tulang ujung mata sebelah luar; titik UE (Under the Eye) yaitu titik tepat di tulang bawah kelopak mata; titik UN (Under the Nose) yaitu titik yang letaknya tepat di bawah hidung dan titik Ch (Chin) yaitu titik yang letaknya diantara dagu dan bagian bawah bibir (Zainuddin, 2009).

Pada bagian dada titik-titik tapping terdiri dari titik CB (Colar Bone) yaitu titik yang letaknya di ujung tempat bertemunya tulang dada dan tulang rusuk pertama; titik UA (Under the Arm) yaitu titik yang berada di bawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria) atau tepat di bagian bawah tali bra (wanita) dan titik BN (Below Nipple) yaitu titik yang letaknya 2,5 cm di bawah puting susu (pria) atau di perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara (Zainuddin, 2009). Pada bagian tangan ada 9 titik tapping yang terdiri dari titik IH (Inside of Hand) yaitu titik yang letaknya di bagian dalam tangan yang berbatasan dengan telapak tangan; titik OH (Outside of Hand) yaitu titik yang letaknya di bagian luar tangan yang berbatasan dengan telapak tangan; titik Th (Thumb) yaitu titik yang letaknya pada ibu jari di samping luar bagian bawah kuku; titikIF (Indeks Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari telunjuk di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik MF (Middle Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari tengah di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik RF (Ring Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari manis di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik BF (Baby Finger) yaitu titik yang letaknya pada jari kelingking di samping luar bagian bawah kuku (di bagian yang menghadap ibu jari); titik KC (Karate Chop) yaitu titik yang letaknya di samping telapak tangan, bagian yang digunakan untuk mematahkan balok pada olahraga karate dan titik GS (Gamut Spot) yaitu titik yang letaknya di bagian antara perpanjangan tulang jari manis dan tulang jari kelingking (Zainuddin, 2009). Khusus untuk Gamut Spot, sambil men-tapping titik tersebut, kita melakukan The 9 Gamut Procedure. Ini adalah 9 gerakan untuk merangsang otak. Tiap gerakan dimaksudkan untuk merangsang bagian otak tertentu. Sembilan gerakan itu dilakukan sambil tapping pada salah satu titik energi tubuh yang dinamakan “Gamut Spot”. Sembilan gerakan itu adalah

(7)

menutup mata, membuka mata, mata digerakkan dengan kuat ke kanan bawah, mata digerakkan dengan kuat ke kiri bawah, memutar bola mata searah jarum jam, memutar bola mata berlawanan arah jarum jam, berguman dengan berirama selama 3 detik, menghitung 1, 2, 3, 4, 5 kemudian diakhiri dengan bergumam lagi selama 3 detik (Zainuddin, 2009). The 9 Gamut Procedure ini dalam teknik psikoterapi kontemporer disebut dengan teknik EMDR (Eye Movement Desensitization Repatterning). Setelah menyelesaikan The 9 Gamut Procedure, langkah terakhir adalah mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di karate chop). Dan diakhiri dengan mengambil napas panjang dan menghembuskannya, sambil mengucap rasa syukur (Alhamdulillah…) (Zainuddin, 2009).

Gangguan Tidur

Gangguan tidur yang berat pada usia lanjut menurut Prayitno (2002) dibagi menjadi:

1. Gangguan memulai dan mempertahankan tidur (disorders of initiating and maintaining sleep= DIMS)

Gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia berkaitan dengan gangguan klinik sebagai berikut :

1) Apnea tidur, terutama apnea tidur sentral

2) Mioklonus yang berhubungan dengan tidur berjalan, gerakan mendadak pada tingkat yang berulang, stereotipik, unilateral atau bilateral, keluhan berupa “tungkai gelisah” (restless leg), tungkai kaku waktu malam, neuropatia atau miopatia dan defisiensi asam folat dan besi.

3) Berbagai konflik emosional dan stress merupakan penyebab psikofisiologik dari insomnia.

4) Gangguan psikiatrik berat terutama depresi seringkali menimbulkan bangun terlalu pagi dan dapat bermanifestasi sebagai insomnia dan hipersomnia. Depresi endogen berkaitan dengan onset dini dari tidur REM dan dapat diperbaiki secara dramatis dengan obat antidepresan.

(8)

5) Keluhan penyakit-penyakit organik, misalnya nyeri karena arthritis, penyakit keganasan, nocturia, penyakit hati atau ginjal dan sesak napas dapat mengakibatkan bangun berulang pada tidur malam.

6) Sindrom otak organik yang kronik seringkali menimbulkan insomnia. Penyakit Parkinson terganggu tidurnya 2-3 jam. Pasien Alzheimer sering terbangun tengah malam dan dapat menimbulkan eksitasi paradoksikal. 7) Zat seperti alkhohol dan obat kortikosteroid, teofilin dan beta-blockers

dapat menginterupsi tidur. Pengobatan dengan stimulansia dan gejala lepas zat hipnotika dan sedativa perlu diperhatikan untuk gangguan tidur.

2. Gangguan mengantuk berlebihan (disorders of excessive somnolence = DOES)

Gangguan mengantuk berlebihan ditandai dengan mengantuk patologis yang diselingi dengan kegiatan selama jaga. Beratnya mengantuk, onsetnya yang tidak sesuai dengan waktu dan gangguan pada kegiatan merupakan penilaian klinik yang penting. Apnea obstruktif dan mioklonus pada waktu malam dapat menimbulkan hipersomnolensia.

3. Gangguan siklus tidur – jaga (disorders of the sleep – wake cycle)

Gangguan siklus tidur – jaga memendek dengan makin bertambahnya usia. Bangun lebih pagi dan cepat mengantuk pada malam hari merupakan hal yang wajar bagi usia lanjut. Pasien depresi mengeluh tidurnya kurang pulas dan mudah sekali terbangun oleh adanya perubahan suhu pada dini hari, sinar dan suara-suara hewan di pagi hari. Tidur REM lebih cepat datangnya sehingga biasanya mengalami mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan. Berbeda dengan pasien depresi, pasien dengan anxietas lebih lama masuk tidur, sukar bangun pagi dan mimpimimpi menakutkan.

4. Perilaku tidur abnormal (abnormal sleep behaviour, parasomnias)

Parasomnia merupakan perilaku tidur abnormal yang kadang-kadang terjadi pada usia lanjut yaitu kebingungan pada malam hari (nactural confusion), jalan sambil tidur, gangguan kejang, dekompensasi penyakit kardiovaskuler, mengompol dan reflux gastro-esophagus.

(9)

Pada umumnya waktu tidur yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk tidur tidaklah sama, tidak saja akan menjadi semakin berkurang seiring dengan perjalanan atau pertumbuhan usianya tetapi juga karena pola atau lama tidur yang dibutuhkan oleh setiap orang sangat bervariasi (bisa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi atau tergantung pada keadaan–keadaan yang sedang dialami atau dihadapi). Hal ini akan tergantung pula pada bagaimana keadaan perasaan atau kesehatan tubuhnya. Bahkan bisa juga dipengaruhi atau terpengaruh oleh faktor usia (Diahwati, 2001).

Dalam satu malam, ketika ia masih bayi membutuhkan waktu tidur sekitar 13 sampai 16 jam, tetapi ketika telah tumbuh menjadi seorang anak kebutuhan tidur sedikit menurun sekitar 8 sampai 12 jam. Kebutuhan waktu dan lama tidurnya akan terus menurun atau berkurang seiring dengan berjalannya waktu atau usia dirinya hingga dewasa hanya sekitar 6 sampai 9 jam. Begitu juga bila seseorang menjadi semakin lanjut atau tua usianya, umumnya akan menjadi semakin berkurang kemampuan untuk tetap tidur 5 sampai 8 jam (Lumbantobing, 2004).

Alat Ukur Kualitas dan Kuantitas Tidur

Untuk mengukur kualitas tidur instrumen yang digunakan adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Buysse, 1989). PSQI merupakan instrumen yang efektif digunakan untuk mengukur kualitas dan pola tidur pada orang dewasa. Untuk ketujuh komponennya yaitu kualitas tidur subyektif, waktu memuali tidur, lama tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, aktivitas sehari-hari yang terkait dengan tidur.

Kuesioner PSQI terdiri dari 9 item pertanyaan dengan masing masing pertanyaan memiliki skor 0-3, dimana skor 3 menggambarkan hal negatif. Pengkategorian kualitas tidur terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk. Rentang jumlah skor PSQI adalah 0 s.d 21 dari ketujuh komponennya. Kualitas tidur dikatakan baik apabila jumlah skor penilaian ≤ 5, sedangkan kualitas tidur dikatakan buruk apabila jumlah skor penilaian > 5.

(10)

C. METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy experimental yaitu memberikan perlakuan kepada lansia dengan memberikan terapi SEFT. Dalam penelitian ini menggunakan Pre Post Test Control Group Desingn yaitu dengan membagi kelompok menjadi dua kelompok yaitu sebagai kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Definisi Operasional

Variabel Definisi

operasional Parameter Alat ukur Skala Skor

Pemenuhan kebutuhan tidur Kualitas dan kuantitas tidur lansia terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tidurnya Kebutuhan tidur terpenuhi dengan kriteria: - Kualitas tidur subyektif - Waktu memulai tidur - Lama tidur - Efisiensi tidur - Gangguan tidur - Penggunaan obat tidur - Aktivitas sehari hari terkait dengan tidur. Observasi dengan kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Rasio Di skor dengan menjumlahka n skor yang didapat dari tujuh komponen. Rentang jumlah skor PSQI adalah 0 sampai 21 .

(11)

Analisis Data.

Proses Pengumpulan Data

1. Pengambilan data awal

Pengambilan data awal bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik yang ada pada populasi. Studi pendahuluan dimulai dengan pengambilan data awal populasi yang terdiri dari: nama, jenis kelamin, usia, skala nyeri, pola dan kebutuhan tidur, konsisi fisik dan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia.

2. Pengukuran Pre dan Post Test

Data yang dikumpulkan pada pre test dan post test ini adalah data pemenuhan kebutuhan tidur dikumpulkan dengan kuestioner terbimbing menggunakan Pittsburg Sleep Index (PSQI) kepada lansia di UPT Panti werda Mojopahit Mojokerto yang dijadikan sampel baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Semua responden diberikan questioner terbimbing Pittsburg Sleep Index (PSQI). Responden diminta menjawab quesioner berjumlah 7 komponen yaitu 9 item pertanyaan dengan cara mengisi dan memilih salah satu item pernyataan pada masing-masing soal sesuai keadaan responden.

3. Perlakuan (eksperimen)

Perlakuan pada penelitian ini yaitu dengan memberikan SEFT pada kelompok perlakuan.

Data yang di peroleh kemudian di kumpulkan dan di lakukan pengolahan data dengan memasukkan data pada perangkat lunak komputer dengan sistem SPSS (Sofware Product and Service Solution) Versi 15,0 untuk mengetahui rerata dan standart deviasi pemenuhan kebutuhan tidur pada pre test maupun post test. Sedangkan untuk menganalisis hasil penelitian yaitu dengan membandingkan rerata sebelum dan sesudah perlakuan juga membandingkan rerata post test pemenuhan kebutuhan tidur pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA .

Anwar (2010). Penanganan gangguan tidur pada lansia. Naskah publikasi Program penelitian dana block grant Fakultas muhammadiah malang. Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi

Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.hal : 134

Buysse et al. (1989). The Pittsburgh Sleep Quality Index: A NewInstrument for Psychiatric Practice and Research. Psychiatry Research, 28: 193-213 avaliable at www.ncbi.nlm.nih.gov (diakses pada tanggal 2 Desember 2012).

Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, Jakarta: EGC hal : 913

Diahwati, Diana (2001). Serba – Serbi Manfaat dan Gangguan Tidur. Bandung: CV. Pionir Jaya.44

Erliana, Dkk (2009). Jurnal Perbedaan tingkat insomnia pada lansia.http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jkk/article/w/99/12. Diakses 16 November 2012

Lumbantobing (2004). Gangguan Tidur. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.13

Masyitah, Dewi. 2013. Pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi . http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335006-T33052-

Dewi%20Masytah.pdf ; Universitas Indonesia

National Sleep Foundation. (2007). How Much Sleep Do We Really Need? http://www.sleepfoundation.org

Perry & Potter (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik edisi Empat Volume 2. Jakarta. EGC

Prayitno (2002). Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut dan penatalaksanaannya Vol.21 No.1. J Kedokter Trisakti. http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/Prayitno.pdf

diakses tanggal 14 November 2012 jam 10.00 wib.

Purwanto, (2006). Jurnal Relaksasi Dzikir.vol.XVIII No.01. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta hal : 39-48

Zainuddin, AF. 2009. Spiritual Emotional Freedom Technique. Jakarta ; Afzan Publising

Referensi

Dokumen terkait

kewajiban pihak keluarga perempuan yang membayar calon suaminya dengan jumlah disesuaikan dengan status sosial yang disandang. Uang yang dibayarkan kepada pihak

Pengecualian dari instrumen ekuitas tersedia untuk dijual, jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara objektif dengan

Tingginya penggunaan amoksisilin di Puskesmas Aur Duri berdasarkan hasil diskusi dengan dokter, menurut dokter kecenderungan pemberian amoksisilin kepada pasien yaitu dengan

Karya ilmiah pada prosiding internasional yang terindeks database internasional (Web of Science, Scopus) dinilai sama dengan jurnal internasional namun tidak dapat digunakan

Perbandingan hasil ujicoba generate kunci pada algoritma Rijndael dan 3DES membuktikan bahwa algoritma Rijndael lebih unggul secara performansi, karena

Model Pembelajaran kooperatif tipe Student teams Achieverment Division (STAD) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn pada materi pokok memahami

Dari penelitian yang sudah dilakukan, dengan memvariasikan waktu pengadukan dalam proses pembuatan biodiesel dari minyak goreng bekas dan metanol selama 1 jam dengan

Hindi niya gustong tumakbo; halos mabali ang kanyang siko at ang nais lamang niya ay makaalpas sa matitigas na bisig ni Aling Marta; ngunit ngayon, nang siya ay bitiwan ng nasaktang