• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

CHER

DEPA

RRY di PT

ARTEME

INS

T. SAUNG

WENIN

A

EN AGRO

FAKULT

STITUT P

G MIRWA

BOGOR

G PRABA

A24061418

ONOMI DA

TAS PERT

ERTANIA

2011

AN, MEGA

AWATI

8

AN HORT

TANIAN

AN BOGO

AMENDU

TIKULTU

OR

UNG,

URA

(2)

WENING PRABAWATI. Pengusahaan Sayuran Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor. (Dibimbing oleh Bambang Sapta Purwoko)

Kegiatan magang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan, mengetahui dan membandingkan kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran (khususnya pakchoi baby dan tomat cherry) antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem budidaya tanaman di mitra tani, serta mengetahui jumlah kehilangan hasil selama panen, penanganan pasca panen, dan pemasaran yang dilakukan di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor pada Maret hingga Juli 2010.

Metode pelaksanaan magang dengan mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman serta survei dengan mempersiapkan kuesioner untuk mengetahui perbandingan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen dengan mengambil sampel 5 petani yang berstatus sebagai mitra tani.

Bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani melakukan kegiatan budidaya pakchoi baby dengan teknik yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi lokasi penanaman, metode penanaman, pola tanam, dan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh keduanya. PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby di dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanamnya di lahan terbuka. Pola tanam yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan adalah pola tanam monokultur dengan metode penanaman langsung, sedangkan mitra tani menerapkan pola tanam tumpang sari dengan metode penanaman menggunakan persemaian terlebih dahulu, sehingga tidak melakukan kegiatan penjarangan dan penyulaman.

Penanganan pasca panen pada pakchoi baby oleh mitra tani terdiri atas trimming dan pengangkutan, sedangkan penanganan pasca panen di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan lebih intensif dan teliti yang terdiri atas trimming, penyortiran, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan. Penanganan pasca panen yang dilakukan divisi pengemasan PT. Saung Mirwan pada tomat cherry terdiri atas pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan.

(3)

untuk komoditi panen pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi PT. Saung Mirwan berkisar antara 61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh tingginya kehilangan bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk dipasarkan. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan mitra tani, yaitu sebesar 90-96 %. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di mitra tani hanya membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi saat panen di lahan hanya dalam jumlah kecil. Kehilangan hasil pakchoi baby selama penanganan pasca panen pada periode Januari-Juni 2010 berkisar antara 29-39 %. Kehilangan hasil tomat cherry selama penanganan pasca panen mencapai nilai yang tertinggi pada Juni 2010 yaitu sebesar 60.79 %.

Kegiatan pasca panen yang dilakukan bidang produksi PT. Saung Mirwan lebih teliti dibandingkan mitra tani. Kehilangan hasil pada komoditi pakchoi baby selama penanganan pasca panen disebabkan oleh banyaknya hasil panen tidak memenuhi syarat atau disebut dengan istilah broken stock (BS) akibat trimming, sedangkan untuk komoditi tomat cherry disebabkan oleh banyaknya jumlah BS akibat penyimpanan dalam cool room.

Jalur pemasaran sayuran pakchoi baby dan tomat cherry di divisi penjualan sayuran PT. Saung Mirwan melalui dua jalur, yaitu sayuran hasil produksi dari bidang produksinya serta mitra tani, dan pembelian dari mitra beli, yang kemudian disalurkan ke konsumen seperti supermarket, hotel, dan restoran. Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan ialah sistem penjualan putus, dengan pembayaran melalui transfer. Harga pakchoi baby dari bidang produksi, mitra tani, dan mitra beli berada pada tingkat harga yang sama yaitu Rp 4 000/kg, sehingga farmer’s share yang didapatkan juga sama yaitu sebesar 23.6 %. Harga tomat cherry pada tiap saluran pemasaran berbeda-beda. Harga dari bidang produksi sebesar Rp 10 000/kg, mitra tani sebesar Rp 8 000/kg, dan mitra beli sebesar Rp 8 500, sehingga farmer’s share yang diterima berturut-turut adalah sebesar 36.36 %, 29.09 %, dan 30.91 %.

Kegiatan magang telah memberikan keterampilan dan pengetahuan budidaya sayuran baik dari segi budidaya, panen dan pasca panen, serta pemasaran.

(4)

CHERRY di PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG,

BOGOR

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor

WENING PRABAWATI

A24061418

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(5)

TOMAT CHERRY di PT. SAUNG MIRWAN,

MEGAMENDUNG, BOGOR

Nama :

WENING PRABAWATI

NRP :

A24061418

Menyetujui, Dosen Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc.) NIP 19610218.198403.1.002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr) NIP 19611101.198703.1.003

(6)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1988 dari bapak Suyono dan ibu Siti Chodijah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 2000 penulis lulus Sekolah Dasar Cijantung 02 Pagi kemudian melanjutkan di SLTP Negeri 103 Jakarta sampai tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menamatkan pendidikan menengah lanjutan atas di SMA Negeri 88 Jakarta, yang kemudian diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagai Panitia Masa Perkenalan Departeman (MPD) pada tahun 2007. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang liburan di Unit Teaching Farm Agricultural Development Center, Cikarawang ICDF-IPB. Penulis juga menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Tanaman Buah selama satu semester.

(7)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaiakan dengan baik. Kegiatan magang pengusahaan sayuran dilaksanakan terdorong oleh keinginan penulis untuk mempelajari aspek pengelolaan komoditi tanaman sayuran dan meningkatkan kemampuan profesional penulis dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik, dan semangat kepada penulis sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si dan Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Maryati Sari, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.

4. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan bekal ilmu dan staf komisi pendidikan atas bantuan selama penulis menempuh pendidikan.

5. Bapak Tatang Hadinata dan Bapak Dudi Rusiyadi yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di PT. Saung Mirwan, serta kepada seluruh karyawan yang telah membantu penulis selama kegiatan magang.

6. Kedua orang tua, Bapak Suyono dan Mama Siti Chodijah; kakak, Bani Achmadi; dan adik, Fitri Saraswati; tersayang yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga.

7. Teman-teman seperjuangan AGH 43 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala kebersamaannya.

8. Teman-teman dekatku di AGH 43 yang tak pernah luput dari candaan : cha2, syifa, dan isti; semoga jadi kenangan terindah yang takkan terlupakan.

(8)

PT. Saung Mirwan, terima kasih atas kebersamaannya.

Bogor, Januari 2011

(9)

Halaman

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi) ... 4

Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) ... 5

Pemanenan ... 6

Pasca Panen ... 7

Pembersihan ... 7

Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading) ... 8

Pengemasan (Packaging) ... 8

Penyimpanan (Storage) ... 9

Pengangkutan ... 9

Pemasaran ... 10

Kehilangan Hasil Panen ... 11

METODE MAGANG ... 13

Waktu dan Tempat ... 13

Metode Pelaksanaan ... 13

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 14

Analisis Data dan Informasi ... 14

KEADAAN UMUM ... 16

Lokasi ... 16

Keadaan Iklim dan Tanah ... 16

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 17

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 18

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ... 24

Struktur Organisasi ... 24

Ketenagakerjaan ... 25

BUDIDAYA DAN PANEN ... 27

Budidaya Pakchoi Baby ... 27

Persiapan Lahan ... 27

Penanaman ... 28

Pemeliharaan ... 29

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 31

Pemanenan ... 33

(10)

Persiapan Lahan ... 36

Penanaman ... 37

Pemeliharaan ... 39

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 45

Pemanenan ... 48

MANAJEMEN BUDIDAYA ... 50

Bidang Produksi ... 50

Kemitraan ... 51

PENANGANAN PASCA PANEN ... 54

Pasca Panen ... 54

Pembersihan ... 55

Penyortiran (Sorting) dan Pengkelasan (Grading) ... 56

Pengemasan (Packaging) ... 57

Penyimpanan (Storage) ... 60

Pengangkutan ... 60

Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran... 62

PEMASARAN ... 76

Volume Pemesanan dan Volume Penjualan ... 78

Sistem Penjualan dan Pembayaran ... 79

Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry ... 80

Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share) ... 82

ANALISIS USAHA TANI ... 84

Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (Mitra Tani) ... 85

Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (PT. Saung Mirwan) ... 87

Analisis Usaha Tani Tomat Cherry (PT. Saung Mirwan) ... 89

KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

Kesimpulan ... 92

Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(11)

Nomor Halaman

1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010 ... 16

2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ... 19

3. Jenis Sayuran Pot yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ... 20

4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan ... 20

5. Komoditi Lain yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ... 20

6. Komoditi yang Diproduksi oleh Mitra Tani ... 22

7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli ... 23

8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani .... 31

9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter ... 39

10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter ... 40

11. Kewajiban dalam Kemitraan Antara PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani ... 52

12. Kegiatan Pasca Panen di Tiap Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan ... 54

13. Standar Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan ... 56

14. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Bidang Produksi PT. Saung Mirwan ... 63

15. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Mitra Tani ... 64

16. Kehilangan Hasil Harian pada Pakchoi Baby saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan ... 66

17. Kehilangan Hasil Harian pada Tomat Cherry saat Pengemasan di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan ... 69

18. Produksi Komoditi Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode Januari- Juni 2010 ... 71

19. Kehilangan Hasil pada Pakchoi Baby di Divisi Pengemasan PT.Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ... 72

20. Produksi Komoditi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode Januari- Juni 2010 ... 74

21. Kehilangan Hasil pada Tomat Cherry di Divisi Pengemasan PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ... 74

(12)

PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010... 78 23. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Tomat Cherry di

PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010... 79 24. Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di Saluran Pemasaran PT. Saung

Mirwan ... 81 25. Farmer’s Share di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan ... 82

(13)

Nomor Halaman 1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang

Sebelum Pengolahan Tanah ... 27

2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan ... 28

3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut ... 29

4. Gejala Serangan Ulat Grayak ... 32

5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby ... 32

6. (a) Tanaman yang Siap Dipanen, (b) Cara Panen Pakchoi Baby... 33

7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh ... 34

8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry ... 35

9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam ... 37

10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di Polibag ... 38

11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry .. 39

12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter ... 42

13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry ... 43

14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang ... 44

15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa ... 44

16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah ... 45

17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST ... 45

18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, (b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry ... 46

19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot) ... 47

(14)

21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna Kekuning-kuningan, (b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan ... 49 22. Tomat Cherry yang Siap Dikemas Dikelompokkan Berdasarkan Kriteria

Warna ... 57 23. Wadah Pengangkutan Sayuran dari Lahan : (a) Bidang Produksi,

(b) Mitra Tani ... 61 24. Mobil Distribusi PT. Saung Mirwan Berupa Mobil Truk Tertutup

Berpendingin (AC) ... 61 25. Kegiatan Trimming dan Sortasi pada Pakchoi Baby : (a) Rompesan

Pakchoi Baby, (b) Pakchoi Baby BS (Tidak Layak Jual) ... 65 26. Tomat Cherry yang Pecah dan Busuk ... 68 27. Skema Jalur Pemasaran Sayuran di PT. Saung Mirwan ... 77

(15)

Nomor Halaman

1. Lay Out Bangunan ... 99

2. Lay Out Green House ... 100

3. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan ... 101

4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010 ... 102

5. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pakchoi Baby ... 104

6. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Tomat Cherry ... 104

7. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis ... 105

8. Skema Jaringan Irigasi Tetes ... 106

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sangat besar untuk mengembangkan sumber keanekaragaman hayati. Berbagai macam sayuran dapat ditanam di Indonesia, tidak hanya sayuran asli Indonesia tetapi juga yang berasal dari negeri lain. Sayuran memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia terutama sebagai sumber vitamin, mineral, serat, dan antioksidan.Mengonsumsi berbagai macam sayuran secara rutin setiap hari sangat dianjurkan karena dapat menyehatkan tubuh, dan mengurangi risiko berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya.

Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia pada tahun 2006 hanya sebesar 37.94 kg/kapita/tahun dan masih berada di bawah standar konsumsi yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65.75 kg/kapita/tahun (http://jakarta.litbang.deptan. go.id). Menurut data statistik Ditjen Hortikultura (2009) pada tahun 2008 total produksi sayuran yang dihasilkan Indonesia mencapai 9.57 juta ton. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 9.46 juta ton. Peningkatan ini terjadi seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mutu makanan termasuk sayuran. Oleh karena itu, perlu diantisipasi peningkatan keperluan komoditi sayuran yang dihasilkan petani Indonesia.

Salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan berbagai macam sayuran adalah PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Jawa Barat. PT. Saung Mirwan memiliki empat kebun produksi yaitu di Desa Sukamanah (Bogor) dengan luas kebun ± 11 ha, Kampung Lemah Neundeut (Bogor) dengan luas kebun 3 ha, Cipanas dengan luas kebun ± 1 ha, dan Garut dengan luas kebun 9 ha. Selain mengembangkan produksi sendiri, perusahaan tersebut juga menjalin kemitraan dengan petani di wilayah Bogor dan Garut dengan luasan sekitar 30 ha (Marliana, 2008). Sayuran yang diproduksi di perusahaan tersebut terdiri atas berbagai macam sayuran daun maupun sayuran buah. Dua diantara sayuran yang diproduksi ialah pakchoi baby dan tomat cherry yang memiliki harga dan daya saing cukup tinggi.

(17)

Pakchoi atau bok choy yang dikenal sebagai sawi China banyak digunakan sebagai komposisi sup dalam masakan China. Sayuran ini banyak mengandung vitamin dan mineral. Bagian yang dikonsumsi adalah daun dan petiolnya yang berwarna hijau. Selain untuk masakan, pakchoi biasanya juga digunakan sebagai penghias hidangan. Sayuran pakchoi mulai banyak dikenal di berbagai kalangan masyarakat. Produksi komoditi ini di Indonesia mengalami peningkatan dari 1.29 juta ton pada tahun 2007 menjadi 1.31 juta ton pada tahun 2008. Tingkat konsumsinya juga mengalami peningkatan dari 0.47 kg/kapita pada tahun 2006 menjadi 0.73 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen Hortikultura, 2009).

Tomat merupakan salah satu komoditi sayuran unggulan yang prospektif. Tomat dimanfaatkan sebagai konsumsi buah segar, bumbu masak, serta bahan baku industri di antaranya aneka minuman, zat pewarna, saus, dan lain-lain. Tomat cherry biasanya digunakan untuk salad. Tomat mengandung vitamin A dan C yang baik untuk kesehatan. Permintaan tomat terus meningkat karena selain dijual di pasar tradisional, buah tomat juga dijual di supermarket, mal-mal, maupun dijual langsung ke hotel dan restoran. Produksi tomat di Indonesia mengalami peningkatan dari 0.64 juta ton pada tahun 2007 menjadi 0.70 juta ton pada tahun 2008. Tingkat konsumsi tomat mengalami peningkatan dari 1.17 kg/kapita pada tahun 2006 menjadi 2.09 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen Hortikultura, 2009).

Salah satu permasalahan yang sangat penting pada pemasaran produk sayuran secara umum adalah penanganan pasca panen. Sayuran merupakan komoditi yang sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun. Kerusakan suatu komoditi yang terjadi pada saat panen hingga penanganan pasca panen mengakibatkan kehilangan (loss). Kehilangan tersebut mengakibatkan produk tidak layak dijual maupun untuk dikonsumsi. Menurut Spinks dan Abbot (1986) tingkat kehilangan hasil pasca panen yang terjadi pada produk hortikultura dalam pertanian di daerah tropika sangat tinggi, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian (2008) menyatakan bahwa pada tahun 2007 tingkat kehilangan hasil sayuran di Indonesia mencapai 25-40 %. Menurut Haryanto dan Rochani (2006) penanganan pasca panen di Indonesia yang buruk

(18)

disebabkan oleh keterbatasan fasilitas dan kualitas sumber daya manusia yang rendah. Kondisi ini menuntut adanya usaha penanganan pasca panen sayuran yang baik untuk menekan kehilangan hasil, menjaga kualitas nutrisi yang dimiliki sayuran serta menjamin keamanannya. Penerapan teknologi yang dapat mengurangi kerusakan dan kehilangan hasil pada sayuran sangat diperlukan dalam upaya memperpanjang masa simpan khususnya pada saat panen raya.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan. Tujuan khusus magang yaitu mengetahui kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran, khususnya pakchoi baby dan tomat cherry, mengetahui jumlah kehilangan hasil selama penanganan pasca panen, serta membandingkan produksi sayuran antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem budidaya tanaman di mitra tani.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi)

Pakchoi memiliki nama latin Brassica rapa L. cv. group Pakchoi atau Brassica chinensis yang termasuk dalam famili Brasicaceae. Kultivar pakchoi yang memiliki rasio panjang petiol terhadap panjang daun lebih pendek disebut dengan kultivar tipe kecil atau pakchoi baby. Pakchoi diketahui berasal dari China dan telah dibudidayakan sejak abad ke lima setelah Masehi. Budidaya pakchoi meluas hingga ke China Selatan, China Tengah, dan Taiwan. Kelompok sayuran ini relatif baru diperkenalkan di Jepang dimana masih disukai sebagai “sayuran China”. Sayuran ini telah diperkenalkan di Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka pada abad ke 15. Saat ini budidayanya meluas ke Filipina dan Malaysia, dan masih terbatas di Indonesia dan Thailand (Tay dan Toxopeus, 1994).

Pakchoi merupakan tanaman herba dua musim tetapi bisa dibudidayakan sebagai tanaman semusim tergantung kultivar dan lingkungan. Pakchoi diperbanyak dengan menggunakan biji. Penanamannya dapat dilakukan dengan penanaman benih langsung atau disemai terlebih dahulu. Jarak tanam antar tanaman yang biasanya digunakan ialah 10-20 cm (Tay dan Toxopeus, 1994).

Tanaman ini sedikit sensitif terhadap suhu dibandingkan dengan petsai, sehingga perlu adaptasi yang lebih luas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah 20-25 ºC (Tay dan Toxopeus, 1994).

Tanah yang digunakan untuk penanaman perlu digemburkan, serta dibuat bedengan. Sebelumnya lahan harus benar-benar bersih dan tidak boleh ternaungi. Saat dilakukan penggemburan, tanah diberi pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Pemupukan tambahan dilakukan saat 3 minggu setelah tanam (MST) dengan pemberian urea 50 kg/ha, dengan ditabur dalam larikan, ditutup tanah atau dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada bedengan penanaman. Penyiraman tanaman pakchoi perlu dilakukan secara teratur, terutama pada musim kemarau. Kegiatan penjarangan dilakukan pada saat 2 MST, sedangkan penyulaman dilakukan hanya jika diperlukan (Susila, 2006).

(20)

Menurut Tay dan Toxopeus (1994) tipe kultivar pakchoi kecil atau pakchoi baby memiliki produktivitas 10-20 ton/ha, sedangkan untuk tipe kultivar yang besar produktivitasnya mencapai 20-30 ton/ha. Dalam 100 g pakchoi mengandung 93 g air, 1.7 g protein, 0.2 g lemak, 3.1 g karbohidrat, dan 0.7 g serat. Sayuran ini baik sebagai sumber vitamin dan mineral karena mengandung 2.3 g β–karoten, 53 mg vitamin C, 102 mg Ca, 46 mg P, dan 2.6 mg Fe. Nilai energi yang dihasilkan adalah 86 kJ per 100 g pakchoi.

   

Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme)  

Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan di beberapa negara tropik menjadi berkembang secara alami (Harjadi, 1989). Tomat cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang berdiameter 3.1-3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2-2.5 cm (Jones et al., 1980), Oregon Cherry yang diameternya 2.5-3.5 cm dengan bobot 11-15 g (Baggett dan Frazier, 1978), serta Golden Pearl yang bobotnya 8-10 g dan Season Red yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono, 2008).

Tomat merupakan tanaman herba semusim berbentuk perdu atau semak. Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan disemaikan terlebih dahulu. Penanaman dilakukan ketika tanaman berumur sekitar tiga minggu di persemaian (Nurtika dan Abidin, 1997). Tomat dibudidayakan dalam bedengan dengan lebar 150-180 cm. Tomat yang dijual dalam bentuk segar ditanam menggunakan jarak tanam dalam baris 60-75 cm dan antar baris 120-150 cm sehingga populasinya 8 000-14 000 tanaman/ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannya agar diperoleh produksi yang tinggi dan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan pembungaan tomat adalah 21-24 ºC dan suhu malam 18-22 ºC. (Peet dan Bartholemew, 1986).

(21)

Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dilakukan bersamaan dengan penyiraman (fertigasi). Jumlah nutrisi yang digunakan tidak sama tergantung umur tanaman dan kondisi cuaca. Tanaman tomat diajir pada umur 2-3 MST menggunakan ajir benang yang dililitkan pada kawat yang dibentangkan pada greenhouse setinggi 3 m. Pengikatan dilakukan dengan kuat dan tepat, akan tetapi jangan sampai melukai atau memotong tanaman. Kondisi nutrisi tanaman dikontrol secara rutin menggunakan EC (Electrical Conductivity) meter untuk mengukur kandungan garam total di dalam larutan nutrisi (Susila, 2006).

Produksi buah tomat cherry per satuan luas lahan bervariasi tergantung varietasnya. Pada pertanaman yang baik dan dipelihara secara intensif, dapat berproduksi antara 10-60 ton ton/ha. Tomat hibrida seperti Santa memiliki produktivitas 500 buah/tanaman dan bobotnya ± 4 g/buah, dapat berproduksi antara 32-26 ton/ha (Rukmana, 1994)

Menurut Opena dan Vossen (1994) dalam 100 g buah tomat mengandung 94 g air, 1.0 g protein, 0.2 g lemak, 3.6 g karbohidrat, 10 mg Ca, 0.6 mg Fe, 10 mg Mg, 16 mg P, 1 700 IU vitamin A, 0.1 mg vitamin B1, 0.02 mg vitamin B2, 0.6 mg niasin, dan 21 mg vitamin C. Nilai energi yang dihasilkan sebesar 80 kJ per 100 g buah tomat. Tomat sangat baik sebagai sumber vitamin A dan vitamin C.

Pemanenan  

Menurut Thompson et al. (1986) pemanenan dan penanganan perlu dilakukan dengan hati-hati untuk dapat mempertahankan mutu buah-buahan dan sayur-sayuran. Pemanenan yang keliru dan penanganan yang kasar di kebun dapat mempengaruhi mutu pemasaran secara langsung. Kader (1990) mengemukakan bahwa tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan komoditi dari kebun dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan kehilangan hasil yang terjadi rendah.

Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pemanenan pakchoi dapat dilakukan lebih awal yaitu sekitar tiga minggu setelah penanaman tetapi ada juga yang pada umur antara 30-45 hari, tergantung varietas dan metode penanamannya. Jika pakchoi dibiarkan tumbuh terlalu lama di lahan maka dapat menurunkan nilainya

(22)

secara cepat. Pemanenan pakchoi pada cuaca yang sangat panas harus dihindari. Williams et al. (1993) menyatakan bahwa jika saat penanaman pakchoi menggunakan bibit semai besar, maka tanaman dapat dipanen pada 25 hari setelah pindah tanam dan menghasilkan sampai 30 ton/ha, sedangkan dari pertanaman berumur enam minggu dapat dipanen hasil sebesar 50 ton/ha.

Cara panen pakchoi adalah tanaman dicabut dari tanah atau dipotong setinggi tanah dengan pisau. Tanaman yang sudah dipanen jangan dibiarkan terkena sinar matahari karena mudah layu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan hasilnya dibawa ke tempat yang teduh (Thompson et al., 1986 ).

Marpaung (1997) menyatakan bahwa kematangan buah tomat dari tingkat kematangan masih muda sampai tua berturut-turut adalah hijau masak, pecah warna, kekuning-kuningan, merah jambu, merah cerah, dan merah masak sempurna. Pada umumnya tomat yang sudah siap dipanen pertama pada umur ± 75 hari setelah pindah tanam atau ± 3 bulan setelah menyebar benih. Saat pemetikan buah yang tepat disesuaikan dengan tujuan konsumsi ataupun sasaran pemasaran. Bila tujuan pemasaran jarak jauh atau diekspor, idealnya dipanen pada waktu buah stadium hijau matang kira-kira 3-7 hari sebelum menjadi merah. Sementara untuk tujuan pemasaran jarak dekat (pasar lokal), dapat dipanen sewaktu tomat berwarna kekuning-kuningan.

Cara panen tomat adalah dipetik secara hati-hati agar tidak rusak. Panen pada tomat cherry disertakan tangkai atau gagang buahnya. Panen dilakukan secara periodik satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak dan waktu panen yang tepat adalah pada cuaca terang.

 

Pasca Panen  

Pembersihan  

Pembersihan (cleaning) bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat pada sayuran untuk memperbaiki penampakan sayuran dan menghilangkan bagian yang busuk atau rusak (Akamine et al., 1986). Pembersihan penting bukan hanya

(23)

untuk menghemat waktu dan tenaga pada proses yang lebih lanjut, tetapi juga menyingkirkan sumber-sumber kontaminasi (Rahardi et al., 2001).

Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading)  

Menurut Akamine et al. (1986) buah-buahan dan sayur-sayuran mempunyai variasi mutu yang luas, yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik, lingkungan, dan agronomi. Sortasi mutu diperlukan untuk mendapatkan keuntungan yang memadai sesuai dengan mutu barang. Setelah sortasi mutu, hasil dipilah-pilah menurut ukurannya untuk mendapatkan keseragaman. Rahardi et al. (2001) mengemukakan bahwa kegiatan sortasi biasanya dilakukan berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan untuk pemasaran dalam negeri maupun ekspor.

Trisnawati dan Setiawan (2002) mengemukakan bahwa pengkelasan (grading) merupakan pemilahan dalam hal mutu. Penentuan mutu buah didasarkan pada kesehatan, ketegaran, kebersihan, ukuran, bobot, warna, bentuk, kematangan, kebebasan dari bahan asing dan penyakit, serta kerusakan oleh serangga dan luka-luka mekanik.

Pengemasan (Packaging)

Menurut Hardenberg (1986) perbaikan-perbaikan dalam pengemasan memberikan kontribusi yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang lebih efisien. Persyaratan pengemasan sangat berbeda-beda, tergantung pada barang yang harus dikemas dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh hasil dari petani atau pengemas sampai konsumen. Pengemasan tidak dapat memperbaiki mutu, oleh karena itu hanya hasil yang paling baiklah yang seyogyanya dikemas. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pengemasan diantaranya adalah merupakan unit penanganan yang efisien, merupakan unit penyimpanan yang mudah disimpan di gudang-gudang atau di rumah, melindungi mutu dan mengurangi pemborosan, memberikan pelayanan dan motivasi penjualan, mengurangi biaya pengangkutan dan pemasaran, serta memungkinkan penggunaan cara-cara pengangkutan baru.

(24)

Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pakchoi dikemas dengan kontainer kaku yang kuat dengan diberi lubang pada sisi-sisinya untuk menghindari panas akibat transpirasi, contohnya keranjang plastik dengan ukuran panjang 72 cm x lebar 47 cm x tinggi 33 cm dengan kapasitas 30 kg. Menurut Opena dan Vossen (1994) buah tomat yang dipasarkan dikemas dalam wadah yang cocok, sering menggunakan kotak kayu 20 kg, keranjang bambu, kotak plastik, atau bahan pengemas lain yang tersedia di tempat.

Penyimpanan (Storage)

Pantastico et al. (1986) menyatakan bahwa penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran segar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan tertentu memperbaiki mutunya. Selain itu penyimpanan bertujuan untuk menghindarkan melimpahnya produk ke pasar, membantu pemasaran yang teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu produk-produk yang masih hidup. Umur simpan dapat diperpanjang dengan pengendalian penyakit-penyakit pasca panen, pengaturan atmosfer, perlakuan kimiawi, penyinaran, dan pendinginan. Sampai sekarang pendinginan merupakan satu-satunya cara yang ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi buah-buahan dan sayur-sayuran segar.

Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa pakchoi memiliki umur simpan yang singkat setelah pasca panen, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan pada suhu 0 ºC dan kelembaban udara 95 % dalam waktu 10 hari. Opena dan Vossen (1994) menyatakan bahwa umur simpan tomat tergantung pada tingkat kematangan pada saat panen dan kualitas buah yang diinginkan. Idealnya tomat yang hijau masak dapat disimpan dalam waktu 7-10 hari pada suhu 13-18 ºC dan kelembaban udara 85-90 %.

Pengangkutan

Chace dan Pantastico (1986) menyatakan bahwa pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan dan sayur-sayuran. Pengangkutan hasil dimulai dari kebun ke tempat-tempat pengumpulan. Setelah melewati proses penanganan bahan ditransportasikan.

(25)

Di daerah tropika terjadi kerugian-kerugian yang besar pada beberapa titik dalam urutan distribusi yang disebabkan oleh kerusakan komoditi, penanganan kasar, kelambatan-kelambatan yang tidak dapat dihindarkan, pemuatan dan pembongkaran secara tidak hati-hati, penggunaan wadah-wadah untuk pengangkutan yang tidak sesuai, dan kondisi pengangkutan yang kurang memadai. Oleh karena itu, azas pengangkutan komoditi yang mudah rusak menyangkut perangkutan dan penerapan informasi dari banyak disiplin ilmu, seperti biokimia, fisiologi, hortikultura, patologi, pengemasan, pendinginan, pemasaran, pengangkutan, dan perekayasaan (engineering).

Pemasaran

Menurut Rahardi et al. (2001) aspek pemasaran merupakan kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen dengan harga yang layak. Manajemen yang baik diperlukan untuk melakukan pemasaran agar pengusaha mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Tata niaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga.

Cahyono (2008) menyatakan bahwa penentuan harga jual hendaknya bertumpu pada harga pokok sebagai standar untuk menentukan harga yang menguntungkan menurut mutu kelas yang ditetapkan pada tahapan grading dan sortasi. Sistem pemasaran dengan mata rantai yang panjang menyebabkan harga di tingkat petani menjadi rendah dan harga di tingkat konsumen menjadi tinggi. Terbentuknya margin pemasaran yang tinggi ini tidak menguntungkan kedua belah pihak. Oleh karena itu, pengenalan lembaga tata niaga yang terlibat dalam pemasaran hasil-hasil pertanian perlu diketahui dan dipelajari oleh para petani produsen sebagai bahan untuk menyusun program atau strategi pemasaran yang efektif dan efisien.

(26)

Kehilangan Hasil Panen

Muchtadi dan Anjarsari (1996) menyatakan bahwa kehilangan hasil (loss) dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam hal ketersediaan (availability), jumlah yang dapat dimakan (edibility), yang akhirnya dapat menyebabkan bahan tersebut tidak dapat dikonsumsi. Menurut Winata (2006) beberapa kendala yang dihadapi oleh pemasok pasar swalayan yang berkaitan dengan kegiatan pasca panen yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sayuran antara lain adalah adanya kelebihan stok sayuran dari petani atau bandar yang tidak dapat ditampung pemasok pasar swalayan, volume penjualan sayuran dari pasar swalayan yang kurang stabil, dan banyaknya penolakan sayuran di pasar swalayan akibat tidak memenuhi standar.

Rapusas (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil sayuran di Filipina pada komoditi pakchoi adalah sebesar 10 % dari tingkat petani hingga ke pedagang pengecer, sedangkan total kehilangan hasil pada komoditi tomat sebesar 24 % dengan jumlah kehilangan hasil setelah panen 11.9 % dan kehilangan setelah penyimpanan sebesar 12.1 %. Menurut Nugrohaini (2005) kehilangan hasil pada komoditi tomat di masing-masing titik pemasaran mencapai 5 %.

Sarumaha (2005) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi caisin di Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 60.5 %. Kehilangan pasca panen yang tinggi pada tingkat petani disebabkan oleh faktor budidaya (benih, pengolahan lahan, nutrisi mineral, jarak tanam, penyemprotan bahan kimia, dan irigasi) dan faktor lingkungan. Winata (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi selada daun di CV Putri Segar sebesar 4 % dan di PD Pacet Segar sebesar 3.7 %. Kehilangan hasil sayuran yang terjadi merupakan dampak dari kerusakan pada sayuran. Yulianti (2009) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi petsai di bagian pemasaran Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 32.2 %. Kehilangan hasil dapat disebabkan oleh penerapan cara budidaya yang tidak sesuai, ketidaktelitian petani saat panen, serta adanya pengaruh faktor musim hujan.

Sarumaha (2005) mengemukakan bahwa semakin panjang jalur pemasaran maka semakin besar kehilangan pasca panen yang terjadi. Penanganan pasca panen yang baik dapat menekan tingkat kehilangan pasca panen. Selain itu kegiatan pasca panen yang tepat dapat meningkatkan nilai jual produk sayuran.

(27)

Pentingnya aspek ekonomi program-program untuk mengurangi kerugian-kerugian (kehilangan hasil) baik dalam kualitas maupun kuantitas, sering masih terlewati karena biaya untuk mengurangi kehilangan hasil sampai pada tingkat tertentu dapat melebihi nilai produk yang dapat diselamatkan. Apapun yang dilakukan untuk memperbaiki saluran-saluran pemasaran, terjadinya kehilangan hasil pada komoditi hortikultura yang relatif besar tidak dapat dihindarkan. Namun, kehilangan hasil itu untuk masing-masing komoditi dapat dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima (Spinks dan Abbot, 1986).

(28)

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2010 di PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan dalam kegiatan magang meliputi :

1. Penulis mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman, yang meliputi persiapan media tanam, penyemaian, pembibitan, pindah tanam (transplanting), penanaman, pemupukan, panen, pasca panen, hingga pemasaran, dengan fokus komoditi pakchoi baby dan tomat cherry.

2. Survei dengan kuesioner untuk mengetahui perbandingan cara budidaya tanaman pakchoi baby, kuantitas produksi, serta kehilangan hasil selama penanganan pasca panen antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem budidaya tanaman yang dilakukan oleh mitra tani dengan jumlah sampel petani sebanyak 5 orang. Kuesioner yang diberikan kepada petani berisi : kegiatan budidaya (cara pengolahan tanah, pola penanaman, pupuk yang digunakan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemeliharaan), kegiatan panen (cara panen, alat yang digunakan, dan jumlah hasil panen yang rusak), kegiatan pasca panen (pembersihan, sortasi dan grading, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, pemasaran, serta tujuan pasar).

3. Mengetahui sistem saluran pemasaran sayuran serta harga jual produsen dan lembaga pemasaran perantara.

4. Melakukan perhitungan prestasi kerja (banyaknya hasil kerja per tenaga kerja) pada satuan waktu tertentu (jam) yang dilakukan oleh karyawan dan penulis.

(29)

Pengamatan dan Pengumpulan Data  

Pengamatan dilakukan saat bekerja di lapangan dan pengumpulan data yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan menggunakan metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung menggunakan data primer yang diperoleh dari pengisian kuesioner dengan mengambil 5 sampel petani untuk mengetahui perbedaan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen serta data panen dan kehilangan hasil komoditi pakchoi baby, sedangkan pada komoditi tomat cherry tidak dilakukan karena tidak terdapat sampel petani. Selain itu data primer juga diperoleh melalui penimbangan hasil panen, wawancara, atau diskusi langsung dengan pelaku produksi.

Metode tidak langsung menggunakan data sekunder yang diperoleh dari arsip kebun, laporan manajemen, dan dokumentasi lainnya. Data sekunder tersebut meliputi letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna lahan, keadaan tanaman (jenis tanaman dan populasi tanaman), struktur organisasi dan ketenagakerjaan, produksi dan produktivitas tanaman, peta lokasi, dan sarana/ prasarana penunjang yang tersedia di lokasi. Informasi lainnya diambil dari beberapa literatur ilmiah serta instansi terkait yang mendukung kegiatan magang tersebut.

Analisis Data dan Informasi

Data yang diperoleh dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan rataan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan (kebun PT. Saung Mirwan dan petani) meliputi kegiatan budidaya hingga penanganan pasca panen sayuran, untuk komoditi pakchoi baby dan tomat cherry yang meliputi :

1. Budidaya Pakchoi Baby dan Tomat Cherry

Kegiatan budidaya meliputi penyemaian, pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, serta pengendalian hama dan penyakit 2. Teknik Pemanenan

Kegiatan pemanenan meliputi alat yang digunakan saat panen dan cara panen yang dilakukan

(30)

3. Teknik Penanganan Pasca Panen

Kegiatan pasca panen meliputi pembersihan, penyortiran, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan

4. Kehilangan Hasil Pasca Panen

Kehilangan hasil pasca panen untuk mengetahui perbandingan persentase kehilangan hasil komoditi yang berasal dari bidang produksi PT. Saung Mirwan dengan yang berasal dari mitra tani selama penanganan pasca panen di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan

(31)

KEADAAN UMUM

Lokasi

PT. Saung Mirwan berlokasi di Jalan Cikopo Selatan No. 134, Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Desa Sukamanah berbatasan dengan Desa Sukamaja di sebelah utara, Desa Suka Karya dan Desa Suka Galih di sebelah Timur, Desa Suka Resmi dan Desa Bojong Murni di sebelah Selatan dan Desa Jambu Luwuk di sebelah Barat. Lokasi tersebut berada di kaki Gunung Pangrango dengan ketinggian 670 m di atas permukaan laut (dpl). Secara geografis PT. Saung Mirwan terletak pada 106º54’ BT dan 6º41’ LS.

Keadaan Iklim dan Tanah

Desa Sukamanah memiliki topografi yang berbukit-bukit, datar, dan miring. Jenis tanah di daerah ini adalah tanah latosol yang berwarna kecoklatan. Jenis tanah ini memiliki sifat liat, remah, gembur, mudah menginfiltrasi air, daya menahan air cukup baik, dan tahan erosi. Tanah sesuai untuk budidaya tanaman sayuran. Suhu tertinggi yang dicapai dalam greenhouse adalah 35-38 ºC pada siang hari dan suhu terendah 18-25 ºC pada malam hari. Kelembaban udara relatif (RH) dapat mencapai titik tertinggi lebih dari 90 % dan titik terendah 50 % pada siang hari. Adapun data iklim rata-rata yang diperoleh pada bulan Januari hingga Juni 2010, seperti tercantum pada pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010 Bulan Temperatur (°C) Kelembaban (%) Curah Hujan (mm) Lama Penyinaran (jam)

Rata-rata Max Min

Januari 20.6 24.8 18.3 90 416.2 2.1 Februari 21.3 25.8 19.0 86 531.0 2.9 Maret 21.6 26.2 19.2 88 470.7 3.3 April 22.5 27.6 19.5 80 81.5 5.5 Mei 22.4 27.4 19.6 85 288.8 4.7 Juni 21.5 26.1 19.0 86 254.8 3.4

(32)

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 1. Desa Sukamanah, Bogor

Pusat kegiatan yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan mulai dari proses produksi, pengemasan, penjualan, sampai administrasi berada di Desa Sukamanah. Luas areal yang dimiliki saat ini kurang lebih 11 ha. Hampir 4 ha adalah bangunan greenhouse. Bangunan lain yang ada di lokasi ini seperti rumah pemilik, kantor, gudang pengemasan, bengkel, sarana olah raga, sarana ibadah, mess karyawan, serta sarana dan prasarana lain yang menunjang kegiatan produksi hingga distribusi dari produk yang dihasilkan. Lay out bangunan kebun Sukamanah dapat dilihat pada Lampiran 1.

Komoditi sayur yang ditanam di dalam greenhouse diantaranya adalah tomat cherry, tomat besar (dikenal dengan tomat beef atau tomat rianto), pakchoi baby, kailan baby, dan baby lettuce dengan luasan sekitar 0.7 ha. Komoditi bunga yang ditanam di dalam greenhouse diantaranya adalah krisan potong, krisan pot, kalanchoe, kalandiva, dan kastuba dengan luasan sekitar 0.9 ha. Lokasi tanaman induk krisan untuk produksi stek pucuk terbagi menjadi dua, yaitu 0.5 ha untuk induk krisan yang memproduksi stek pucuk untuk pasar lokal dan 0.9 ha untuk induk krisan yang memproduksi stek pucuk untuk pasar ekspor. Sisanya terdiri atas tempat persemaian, demplot (showroom), dan rumah koleksi anggrek. Lahan luar dimanfaatkan untuk produksi benih edamame, bawang daun, buncis mini, lettuce, selada keriting, dan rukulla.

2. Kampung Lemah Neundet, Bogor

Kampung Lemah Neundet terletak di sebelah tenggara Desa Sukamanah yang lokasinya lebih tinggi dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit dari desa tersebut. Lahan ini merupakan lahan sewa kepada PTPN VII Gunung Mas-Bogor. Luas lahan di lokasi ini sekitar 3.5 ha. Penggunaan lahan antara lain untuk bangunan greenhouse sekitar 1.2 ha yang terdiri atas komoditi paprika hijau, paprika kuning, paprika merah, bawang daun, pakchoi baby, kailan baby, krisan potong, dan lisianthus. Lahan luar dimanfaatkan untuk menanam bawang daun, pakchoi baby, daikon, dan rukulla. Bangunan lain yang ada di lokasi ini adalah kantor, tempat persemaian, instalasi nutrisi, dan embung (tempat penampungan air).

(33)

3. Cipanas

Luas lahan produksi yang berada di Cipanas sekitar 1 ha. Komoditi yang ditanam di lahan ini diantaranya adalah coriander, kailan baby, pakchoi putih, shisito, selada keriting, timun jepang, timun mini, tomat cherry, dan tomat rianto. 4. Garut

Luas lahan produksi yang berada di Garut sekitar 9 ha yang diperoleh dengan menyewa kepada para petani yang bermukim di sekitar areal pertanaman. Lahan tersebut tersebar di sekitar Kecamatan Cisurupan, yaitu di Desa Cisurupan, Desa Tambakbaya, Desa Cilame, Desa Barusuda, dan Desa Balewangi. Komoditi yang ditanam di lahan ini diantaranya adalah butter head, endive, kol merah, lettuce head, lettuce romance demiscus, lolorosa A, lolorosa C, radichio, red batavia, selada merah, seledri, salanova, selada oakleaf, dan zuchini.

5. Mitra Tani Gadog dan Garut

Luas keseluruhan lahan mitra tani di wilayah Gadog dan Garut adalah sekitar 30 ha yang menyebar di wilayah tersebut. Komoditi yang diproduksi oleh mitra tani di wilayah Gadog adalah buncis mini, edamame, okra, pakchoi baby, pakchoi hijau, shisito, tomat cherry, tomat rianto, tomat jenis TW, dan benih edamame. Komoditi yang diproduksi oleh mitra tani di wilayah Garut diantaranya adalah batavia, butter head, brokoli, buncis, bawang daun, edamame, endive, jagung acar, kapri, kol, lettuce, lolorosa, nasubhi, paprika, salanova, radichio, selada, seledri, tomat jenis TW, dan zuchini.

Keadaan Tanaman dan Produksi

PT. Saung Mirwan merupakan perusahaan perdagangan yang bergerak di bidang agribisnis, tepatnya sebagai produsen dan perusahaan perdagangan pada bidang sayuran dan bunga. Perusahaan ini mengawali kegiatannya sebagai produsen sayuran dengan menerapkan teknik budidaya secara hidroponik untuk berbagai macam sayuran eksklusif seperti tomat besar (dikenal sebagai tomat beef atau tomat rianto), tomat cherry, timun jepang (kyuuri), cabe jepang (shisito), dan paprika. Sejak tahun 1991 perusahaan ini memperluas usahanya dengan budidaya stek bunga krisan, bunga pot krisan, dan bunga potong. Komoditi yang saat ini dibudidayakan oleh PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Tabel 2, 3, 4, dan 5.

(34)

Tabel 2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan

No Jenis Sayuran Daun No Jenis Sayuran Buah

1 Bawang Daun (Allium fistulosum) 1 Paprika Hijau (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)

2 Coriander (Coriandrum sativum) 2 Paprika Kuning (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)

3 Kailan Baby (Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale)

3 Paprika Merah (Capsicum annuum L. cv. group Grossum)

4 Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi)

4 Timun Jepang (Cucumis sativus L. cv. group Slicing Cucumber) 5 Pakchoi Putih (Brassica rapa L. cv.

group Pakchoi)

5 Timun Mini (Cucumis sativus L. cv. group Slicing Cucumber) 6 Selada Keriting (Lactuca sativa L.

cv. group Bunching Lettuce)

6 Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) 7 Rukulla (Eruca vesicaria L. subsp.

sativa)

7 Tomat Rianto (Lycopersicon esculentum var. esculentum) 8 Butter Head (Lactuca sativa L. cv.

group Butterhead Lettuce)

8 Zuchini (Cucurbita pepo L. cv. group Zucchini)

9 Endive (Cichorium endivia L.) 10 Kol Merah (Brassica oleracea L. cv.

group Red Headed Cabbage) 11 Lettuce Head (Lactuca sativa L. cv.

group Butterhead Lettuce)

12 Lettuce Romance Demiscus (Lactuca sativa L. cv. group Cos Lettuce) 13 Lolorosa A (Lactuca sativa L. cv.

group Bunching Lettuce)

14 Lolorosa C (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)

15 Radichio (Cichorium intybus)

16 Red Batavia (Lactuca sativa L. cv. group Summer Crisp)

17 Selada Merah (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)

18 Seledri (Apium graveolens)

19 Salanova (Lactuca sativa L.)

20 Selada Oakleaf (Lactuca sativa L. cv. Oakleaf)

21 Baby Lettuce (Lactuca sativa L. cv. group Bunching Lettuce)

Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

(35)

Tabel 3. Jenis Sayuran Pot yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan No. Jenis Sayuran Daun No. Jenis Sayuran Buah

1 Kemangi (Ocimum americanum L.) 1 Cabai (Capsicum annuum L.) 2 Coriander (Coriandrum sativum)

3 Seledri (Apium graveolens) 4 Chives (Allium tuberosum)

5 Rosemary (Rosmarinus officinalis) 6 Dill (Anethum graveolens)

7 Chervil (Anthriscus cerefolium) 8 Oregano (Origanum vulgare subsp.

hirtum)

9 Thyme (Thymus serpyllum) 10 Sweet Marjoram (Origanum

majorana)

11 Basil (Ocimum basilicum)

12 Summer Savory (Satureja hortensis)

13 Sage (Salvia officinalis) Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

Tabel 4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan No. Jenis Bunga Pot No. Jenis Bunga Potong

1 Krisan tipe standar

(Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)

1 Krisan tipe standar

(Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)

2 Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.)

2 Krisan tipe spray (Dendrathema grandiflora Tzvelev Syn.) 3 Kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana) 3 Lisianthus (Eustoma gandiflorum) 4 Kalandiva (Kalanchoe sp.) 5 Kastuba (Euphorbia pulcherrima)

Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

Tabel 5. Komoditi Lain yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan No. Komoditi

1 Stek pucuk krisan untuk lokal 2 Stek pucuk krisan untuk ekspor 3 Sekam Mentah

4 Benih Edamame

Sumber : Bagian IT PT. Saung Mirwan, 2010

Sebagian besar tanaman yang ada dibudidayakan di dalam greenhouse. Greenhouse yang ada di Desa Sukamanah memiliki tipe rumah susun berganda (Shape Frame) dengan ventilasi di bagian atasnya, sehingga sirkulasi udara dapat

(36)

berjalan dengan baik. Bangunan ini terbuat dari konstruksi besi dengan peralatan modern seperti drip irrigation, ebb and flow irrigation, dan mist irrigation dengan segala sarana penunjangnya. Umur teknis dari greenhouse yang terbuat dari konstuksi besi ini selama 25 tahun. Atap greenhouse berupa plastik polyvinyl chloride (PVC) berwarna putih. Plastik ini memiliki umur teknis sekitar 6 bulan hingga satu tahun, tergantung dari kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca kurang baik seperti sering terjadi angin kencang maka plastik akan lebih cepat rusak. Dinding greenhouse berupa kasa nilon yang berwarna hijau. Penggunaan kasa bertujuan untuk memudahkan aliran udara yang masuk sehingga suhu di dalam greenhouse dapat dikurangi. Lay out greenhouse dapat dilihat pada Lampiran 2.

Bangunan greenhouse di PT. Saung Mirwan memiliki ukuran yang tidak sama antara greenhouse satu dengan greenhouse yang lainnya. Antara lokasi yang satu dengan lokasi lainnya di dalam greenhouse dibatasi dengan jalan. Setiap greenhouse terdiri atas beberapa atap yang berfungsi sebagai unit produksi untuk pengaturan penanaman, baik sayuran maupun bunga. Ukuran satu atap dengan atap lainnya juga tidak sama karena panjangnya disesuaikan dengan kondisi lapangan, namun untuk ukuran lebarnya memiliki satu standar ukuran yaitu 6.4 m. Satu atap terdiri atas empat bedengan yang berfungsi sebagai unit terkecil dalam produksi. Panjang bedengan disesuaikan dengan panjang atap, sedangkan lebarnya 1.2 m dengan jarak antar bedengan 40 cm dan batas pinggir bedengan 20 cm. Arah bedengan disesuaikan dengan arah atap yaitu utara-selatan. Selain membudidayakan tanaman di dalam greenhouse, PT. Saung Mirwan juga memanfaatkan lahan luar untuk membudidayakan tanaman.

Pemenuhan kebutuhan pasar memerlukan kontinuitas produksi yang berjalan dengan baik. Namun, pihak perusahaan menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan yang dimilikinya terutama dalam hal luas lahan dan besarnya biaya investasi. Oleh karena itu, dibentuk suatu pola kerjasama berupa kemitraan dengan petani di sekitar wilayah Gadog dan Garut. Sistem kemitraan yang terjalin dilakukan dengan dua macam yaitu mitra tani dan mitra beli. Jenis komoditi yang diperoleh dari mitra tani dan mitra beli dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.

(37)

Tabel 6. Komoditi yang Diproduksi oleh Mitra Tani

No Komoditi No Komoditi No Komoditi

1 Benih Edamame 22 Kacang panjang (Vigna unguiculata L.) 43 Paprika Orange

2 Benih Kapri Manis 23 Kentang Besar (Solanum tuberosum L.) 44 Paprika Kuning

3 Brocolli (B. oleracea cv. group Broccoli) 24 Kembang Koll (B. oleracea cv. group Cauliflower) 45 Radhicio 4 Brocolli B (B. oleracea cv. group

Broccoli)

25 Kol Bulat Green (B. oleracea cv. group White Headed Cabbage)

46 Selada Oaklife 5 Butter Head 26 Kol Merah (B. oleracea cv. group Red Headed Cabbage) 47 Selada Merah 6 Buncis Mini (Phaseolus vulgaris L.) 27 Kol Putih baby (B. oleracea cv. group White Headed

Cabbage)

48 Shisito (Capsicum annuum L. cv. group Abbreviatum) 7 Buncis Lokal (Phaseolus vulgaris L.) 28 Kol Merah baby (B. oleracea cv. group Red Headed

Cabbage)

49 Seledri Lokal 8 Buncis Tw (Phaseolus vulgaris L.) 29 Lettuce Head A 50 Selada Keriting

9 Batavia Red 30 Lettuce Head B 51 Salanova

10 Caisin (B. rapa L. cv. group Caisin) 31 Lettuce Head A 52 Timun acar 11 Cabe Merah (Capsicum annuum L. cv.

group Acuminatum)

32 Lettuce Romance 53 Terong sayur (Solanum

melongena)

12 Daun Bawang 33 Lolorosa 54 Timun Jepang B

13 Daikon Large (Raphanus sativus L.) 34 Melinjo (Gnetum gnemon L.) 55 Timun Jepang P 14 Edamame (Glycine max (L.) Merr.) 35 Nasubhi (Solanum sp. L.) 56 Tomat Jepang

15 Edamame Pack 36 Nasubhi P (Solanum sp. L.) 57 Tomat Tw

16 Endive 37 Okra (Abelmoschus esculentus L.) 58 Tomat Tw Bk

17 Jagung Acar (Zea mays L.) 38 Pakchoi Baby 59 Tomat Cherry

18 Kailan 39 Pakchoi Hijau 60 Tomat Rianto

19 Kailan Baby 40 Pakchoi Putih 61 Zuchini

20 Kapri Snow pea (Pisum sativum L.) 41 Paprika Hijau 62 Zuchini Baby 21 Kapri Manis (Pisum sativum L.) 42 Paprika Merah

(38)

Tabel 7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli

No Komoditi No Komoditi No Komoditi No Komoditi

1 Asem 18 Daun Mint (Mentha spp.) 35 Kailan Baby 52 Paprika Kuning

2 Asparagus (Asparagus officinalis L.)

19 Daun Oregano 36 Kapri Lokal 53 Paprika Merah

3 Bawang Bombay (Alliun cepa cv. group Common Onion)

20 Daun Rosemary 37 Kapri Manis 54 Peterselly

4 Bawang Merah (Alliun cepa cv. group Aggregatum)

21 Daun Sage 38 Kembang Kol 55 Pisang Ambon (Musa L.)

5 Bawang Putih (Alliun sativum L.)

22 Daun Taragon (Artemisia dracunculus)

39 Kemiri (Aleurites moluccana)

56 Sawi Putih

6 Brocolli 23 Daun Thyme 40 Kentang Besar 57 Selada Keriting

7 Buncis Lokal 24 Edamame 41 Kol Green C 58 Seledri Lokal

8 Buncis Mini 25 Horinso (Spinacia oleracea L.) 42 Kol Merah 59 Seledri Stik

9 Cabe Hijau 26 Jagung Acar 43 Kol Merah Baby 60 Terasi

10 Cabe Merah 27 Jagung Manis Kulit (Zea mays L. cv.

group Sweet Corn) 44 Kol Putih Baby 61 Terong Sayur 11 Caisin 28 Jagung Manis Kupas (Zea mays L. cv.

group Sweet Corn)

45 Labu Siam (Sechium edule L.)

62 Timun Jepang

12 Coriander 29 Jahe (Zingiber sp.) 46 Lengkuas (Alpinia

galanga)

63 Tomat Cherry 13 Daikon Large 30 Jamur Campignon (Agaricus

campestris)

47 Lettuce Head 64 Tomat Rianto 14 Daun Bawang 31 Jamur Kuping (Auricularia auricula) 48 Melinjo 65 Tomat Tw 15 Daun Dill 32 Jeruk Lemon (Citrus medica Linn) 49 Mitshuba (Cryptotaenia

canadensis L.)

66 Wortel (Daucus carota L.)

16 Daun Marjuran 33 Kacang Panjang 50 Pakchoi Baby 67 Wortel Import (Daucus

carota L.) 17 Daun Melinjo 34 Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) 51 Pakchoi Hijau 68 Zuchini

(39)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Struktur Organisasi

PT. Saung Mirwan dipimpin oleh seorang Presiden Direktur (Presdir) yang sekaligus sebagai pemilik perusahaan, yaitu Tatang Hadinata. Presdir dibantu oleh seorang Wakil Direktur, yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh bagian Research and Development (R&D), Teknik Informatika (IT), dan Quality Assurance (QA). Struktur organisasi dalam perusahaan tersebut terdiri atas tiga bidang utama, yaitu Bidang Produksi, Bidang Komersial, dan Bidang Umum. Setiap bidang dipimpin oleh seorang Direktur. Bidang Produksi terdiri atas empat kebun produksi, yaitu Kebun Gadog, Kebun Lemah Neundet, Kebun Cipanas, dan Kebun Garut. Setiap kebun produksi tersebut dipimpin oleh seorang Kepala Bagian (Kabag). Bidang Komersial terdiri atas lima divisi, yaitu Divisi Penjualan Sayur, Divisi Penjualan Bunga, Divisi Pengadaan, Divisi Pengemasan, dan Divisi Kemitraan. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang Manajer. Divisi Pengadaan terdiri atas Bagian Pengadaan Sayur dan Bagian Pengadaan Non-Sayur. Divisi Pengemasan terdiri atas Bagian Penerimaan Sayur, Bagian Fresh Vegetable, Bagian Fresh Cut Vegetable, dan Bagian Umum. Bidang umum terdiri atas empat divisi, yaitu Divisi General Affair (GA), Divisi Human Resources (HR), Divisi Keuangan, dan Divisi Teknik. Stuktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Setiap Kabag dibantu oleh Kepala Seksi (Kasi), sedangkan Kasi dibantu oleh Kepala Sub Seksi (Kasubsi). Kasi dan Kasubsi merupakan satu kesatuan yang menunjang kemajuan perusahaan yang berada di bawah Manajer dan Kabag. Kasubsi bertugas dalam mengawasi kegiatan-kegiatan karyawan harian yang berlangsung dalam perusahaan dan bertanggung jawab terhadap Kasi. Kasi mendapatkan wewenang dan bertanggung jawab terhadap Kabag, sedangkan Kabag bertanggung jawab atas semua proses produksi terhadap Manajer. Karyawan harian bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing, misalnya karyawan bidang produksi melakukan kegiatan dalam budidaya tanaman atau karyawan divisi pengemasan melakukan kegiatan dalam pengemasan produk yang dihasilkan.

(40)

Sistem perekrutan tenaga kerja dilakukan oleh Divisi Human and Resources (H&R) bagian Personalia berdasarkan jenjang pendidikan. Karyawan harian minimal tamatan Sekolah Dasar (SD) dengan umur minimal 18 tahun dan karyawan bulanan minimal tamatan SD sampai Sekolah Menengah Umum (SMU). Bagi yang memiliki pendidikan minimal SMU atau tamatan SD yang telah bekerja selama lima tahun dapat menjadi Kasubsi. Jabatan Kasi disyaratkan memiliki pendidikan D3, sedangkan Kabag sampai Manajer bagi yang memiliki pendidikan S1. Perekrutan karyawan bulanan menggunakan sistem jenjang karir dengan masa percobaan selama tiga bulan. Kenaikan jabatan dilakukan jika telah bekerja selama dua tahun terus menerus yang otomatis diikuti dengan perubahan dalam gaji, wewenang, dan tunjangan.

Ketenagakerjaan

PT. Saung Mirwan memiliki jumlah karyawan sebanyak 455 orang. Karyawan tersebut terdiri atas 66 orang di bidang umum (14.51 %), 114 orang di bidang komersial (25.05 %), dan 275 orang di bidang produksi (60.44 %). Jumlah karyawan yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4. Jam kerja karyawan yang berlaku untuk seluruh karyawan adalah pukul 08.00-16.00 WIB (Senin-Kamis) dengan satu kali istirahat, yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB. Pada hari Jumat jam kerja karyawan sama seperti hari biasanya, namun waktu istirahat lebih panjang dari hari biasanya, yaitu pukul 11.00-13.00 WIB. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada karyawan muslim laki-laki yang akan melaksanakan sholat Jumat. Karyawan bidang produksi tetap masuk kerja pada hari Sabtu dengan jam kerja lebih singkat dibandingkan hari biasanya (setengah hari kerja) yaitu pukul 08.00-12.00 WIB. Pada hari Minggu diberlakukan kerja lembur secara bergantian untuk melakukan penyiraman. Namun, karyawan divisi pengemasan sayur tetap bekerja sepanjang hari dari hari Senin hingga Minggu dengan pemberlakuan dua shift kerja, yaitu shift pagi dan shift siang. Shift pagi dengan jam kerja pukul 07.30-15.00 WIB dengan jam istirahat sama dengan karyawan lainnya. Shift siang bekerja mulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pekerjaan dilanjutkan kembali pukul 20.00 WIB hingga selesai, biasanya hingga pukul 03.00 WIB.

(41)

Setiap karyawan di PT. Saung Mirwan wajib mengisi daftar hadir sebagai tanda kehadiran. Kehadiran karyawan tetap ditandai dengan menggunakan finger print, sedangkan bagi karyawan harian dilakukan secara manual dengan mengisi daftar hadir yang disediakan di pos penjagaan. Pengisian daftar hadir bagi karyawan harian wajib dilakukan karena berhubungan dengan pembayaran upah mingguan. Pengisian daftar hadir dilakukan empat kali dalam satu hari, yaitu pagi saat datang, saat istirahat pukul 12.00 WIB (Senin-Kamis) atau pukul 11.00 WIB (Jumat), saat masuk setelah istirahat pukul 13.00 WIB, dan saat pulang.

Pembagian kerja untuk karyawan di bidang produksi berlaku untuk karyawan pria dan wanita. Pekerjaan karyawan pria meliputi pengolahan lahan, pemupukan, penyiraman (bagian nutrisi), penyemprotan pestisida, pemanenan, dan pengangkutan hasil panen. Pekerjaan karyawan wanita meliputi pengisian polybag, penanaman, penyulaman, pengajiran, pewiwilan, penyiangan gulma, sanitasi kebun (menyapu jalan kebun), pemanenan, dan pengemasan. Gaji yang diterima oleh karyawan harian dan borongan menggunakan sistem upah mingguan. Upah yang diterima antara karyawan pria dan wanita berbeda karena perbedaan jenis pekerjaan tersebut. Besarnya upah karyawan pria per hari adalah Rp 19 000, sedangkan karyawan wanita Rp 13 500. Jumlah upah yang diterima karyawan harian disesuaikan jumlah jam kerja dan hari masuk berdasarkan daftar hadir karyawan. Jumlah upah yang diterima karyawan borongan berdasarkan jumlah kerja yang dihasilkan. Jumlah gaji yang diterima karyawan bulanan tidak hanya dari gaji pokok bulanan, tetapi ditambah dengan adanya uang kerajinan, uang kehadiran tepat waktu, uang makan, tunjangan asrama, tunjangan kesehatan, tunjangan pengobatan, kacamata, tunjangan persalinan, tunjangan hari raya, serta tunjangan jabatan. Bagi karyawan bulanan, keterlambatan yang tercatat dalam daftar hadir akan menyebabkan pemotongan besar bonus yang diterima.

(42)

BUDIDAYA DAN PANEN

Budidaya Pakchoi Baby Persiapan Lahan

Persiapan tanah sebelum penanaman dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan kelompok mitra tani. Pengolahan tanah di PT. Saung Mirwan dilakukan secara mekanik menggunakan mesin traktor (Gambar 1a), sedangkan mitra tani masih secara manual menggunakan cangkul. Pengolahan tanah yang pertama dilakukan adalah membalikkan tanah bekas pertanaman sebelumnya. Tanah-tanah yang masih berbentuk gumpalan perlu diremahkan agar lebih gembur dan halus. Setelah tanah menjadi gembur dilakukan perataan untuk selanjutnya dibuat bedengan. Bedengan yang dibuat oleh PT. Saung Mirwan memiliki kesamaan dalam ukuran lebar bedengan yaitu 1.2 m, sedangkan untuk ukuran panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Pupuk kandang diberikan sebelumnya (Gambar 1b), sehingga saat pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar. Pemupukan dasar yang dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Selain itu PT. Saung Mirwan juga menggunakan pupuk TSP dengan dosis 1 ton/ha.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah

(43)

Penanaman

Penanaman pakchoi baby di PT. Saung Mirwan menggunakan metode tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah lahan terlebih dahulu lalu dibuat lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah ditentukan (Gambar 2a). Namun, mitra tani menanam pakchoi baby berbeda dengan PT. Saung Mirwan, kebanyakan dari mereka menanam dengan metode tidak langsung. Benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Persemaian dilakukan di tanah dengan dibuat bedengan. Bibit pakchoi baby mulai dipindahtanam pada umur 3 minggu setelah semai (MSS). Sebelum dilakukan penanaman, baik PT. Saung Mirwan dan mitra petani menaburkan Furadan di lahan yang digunakan sebagai insektisida atau nematisida. Benih pakchoi baby yang digunakan dalam penanaman tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan, melainkan benih dari perusahaan Takii & Co., Jepang (Gambar 2b). Benih yang digunakan oleh mitra tani sama dengan yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan, sehingga tanaman yang dihasilkan seragam.

(a) (b)

Gambar 2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi Baby yang Digunakan

Pola penanaman yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan yaitu pola tanam monokultur, sedangkan mitra tani ada yang menerapkan pola tanam monokultur dan ada pula pola tanam tumpang sari. Tumpang sari yang dilakukan oleh mitra tani berbeda-beda, contohnya pakchoi baby dengan edamame atau pakchoi baby dengan cabai. Bidang produksi PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, sedangkan mitra tani yang menerapkan pola tumpang sari menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penanaman menggunakan satu benih per lubang dan satu bibit per lubang di mitra tani.

(44)

Namun, terdapat pula petani yang menanam dengan cara benih ditabur pada alur. Kebutuhan benih dengan sistem tabur ini lebih besar dibandingkan dengan penanaman pada lubang. Selain itu tanaman yang dihasilkan lebih kecil karena tanaman yang tumbuh saling berhimpitan.

Pemupukan yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan berbeda dengan mitra tani. Aplikasi pupuk kandang di bidang produksi ada yang sebelum tanam dan saat tanam, sedangkan kebanyakan mitra tani mengaplikasikan sebelum tanam. Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran kambing dan kotoran ayam. PT. Saung Mirwan mengaplikasikan pupuk dari kotoran kambing sebelum tanam, sehingga ikut tercampur saat pengolahan tanah. Pupuk dari kotoran ayam diaplikasikan saat tanam. Pupuk ini ditaburkan di atas bedengan sebagai penutup, karena setelah benih dimasukkan ke dalam lubang tidak ditutup dengan tanah lagi (Gambar 3a). Setelah itu dilakukan penyiraman dengan cara pengkabutan (mist irrigation) (Gambar 3b). Mitra tani menggunakan pupuk campuran dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Pupuk diberikan saat pengolahan tanah.

(a) (b)

Gambar 3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi Kabut

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman pakchoi baby dilakukan dengan melakukan penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan gulma, dan pemupukan. Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman. PT. Saung Mirwan melakukan penyiraman untuk lahan sayuran dengan sistem irigasi kabut (mist irrigation), sedangkan mitra tani melakukan penyiramannya secara manual dengan menggunakan gembor. Bidang produksi PT. Saung Mirwan melakukan penyiraman tiga kali dalam sehari, tergantung cuaca dan kondisi tanah di lahan.

Gambar

Tabel 1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010
Tabel 2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan
Tabel 4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan  No.  Jenis Bunga Pot  No.  Jenis Bunga Potong
Tabel 7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi kelompok yang terjadi dalam komunitas Hijabers USU membentuk pribadi diri anggotanya, seperti para informan yang sebelumnya tidak merasa percaya diri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa balok castellated dengan variasi dimensi bukaan lubang, jarak antar lubang, dan sudut lubang yang lebih kecil akan menghasilkan nilai

2 Saat ini, hal yang paling penting dalam hidup saya adalah berolahraga dengan sebaik-baiknya pada cabang olahraga yang saya tekuni.. 3 Saya ingin berlatih

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang MahaEsa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi dengan judul Studi Penggunaan Antibiotika

Dalam penelitian ini dilakukan studi pengkajian untuk merancang dan membuat suatu sistem sensor getaran motor listrik dengan menggunakan sensor piezoelektrik

Surah an-Nisa [4] ayat 59 tidak hanya memerintahkan orang-orang beriman untuk menaati 'ul ul-'amr atau wali yang sah (yang merupakan para imam maksum) tapi

Dalam penelitian ini, setelah terkumpul data-data dari teknik pengumpulan data berupa hasil tes dan hasil lembar observasi, selanjutnya peneliti mereduksi data dengan cara

Pada periode SON (Gambar 6.d) menunjukkan umumnya El Niño berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan antara 51 – 100 mm di seluruh wilayah Sumatera Utara kecuali Pantai