• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKTIVITAS DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR HARAPAN KACANG TANAH TAHAN Aspergillus flavus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKTIVITAS DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR HARAPAN KACANG TANAH TAHAN Aspergillus flavus"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR

HARAPAN KACANG TANAH TAHAN Aspergillus flavus

Joko Purnomo dan A.A. Rahmianna

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Jl Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66 Malang (65101). Telp. 0341 801468, Fax 0341 801496

e-mail: balitkabi@litbang.deptan.go.id

ABSTRAK

Salah satu persyaratan mutu bagi produk kacang tanah adalah terbebas dari cemaran Aflatoksin, metabolit sekunder yang dihasilkan oleh cendawan Aspergillus flavus. Penelitian ini bertujuan untuk menguji produktivitas dan stabilitas hasil galur-galur harapan kacang tanah tahan Aspergillus flavus. Penelitian dilakukan di delapan lokasi sentra produksi kacang tanah. Penelitian menggunakan ran-cangan acak kelompok, tiga ulangan. Petak percobaan berukuran 4 m x 5 m, jarak tanam 40 cm x 10 cm, satu tanaman setiap lubang tanam. Tanaman dipupuk dengan 45 kg Urea, 100kg TSP dan 100 kg KCl/ha, seluruh pupuk diberikan pada saat tanam. Penyiangan dilakukan dua kali pada umur 15 dan 35 hari setelah tanam (HST), penyiangan berikutnya setelah tanaman berumur 50 HST. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida berdasarkan gejala di lapang. Kebutuhan air tanaman dipenuhi dari irigasi, sehingga tanaman terhindar dari kekeringan. Hasil penelitian menunjukkan galur GH502/G-00B-600-42-226-12, GH502-00B-600-42-226-19, JP/87055-00B-807-145-36, Mj/G-00b-884-95-41, dan JP/87055-773-174-117-11 menunjukkan daya hasil nyata lebih tinggi dari varietas pembanding. Galur Mj/G-00b-884-95-41, JP/87055-00B-807-145-36, GH502-00B-600-42-226-19, dan GH502/G-00B-600-42-226-12 menunjukkan daya adaptasi umum yang baik, dan galur JP/87055-773-174-117-11 lebih peka terhadap perubahan lingkungan. Tidak semua galur bereaksi tahan cemaran aflatoksin. Galur LM/ICGV 87123-93-B2-25, LM/ICGV 87123-93-B2-32, LM/ICGV 87123-93-B2-14 lebih tahan terhadap aflatoksin dari varietas Kancil, dan galur P/87055-00-B-773-174-117-11 setara dengan varietas Kancil.

Kata kunci: kacang tanah, produktivitas, aflatoksin

ABSTRACT

Productivity and yield stability of groundnut promising lines resistanct to Aspergillus

flavus/Aflatoxin. One of the quality regulation of groundnut product is free from aflatoxin contamination. It is the secondary metabolit yielded Aspergillus flavus fungi. Research objective is to evaluate the productivity dan yield stability of 12 groundnut promising lines resistance to Aspergillus flavus on 8 locations of groundnut areas, based on randomized complete block design with 3 replications.Each lines was grown on 4m x 5m plot size with 40cm between rows and 10cm inter rows, 1 plant per hole. Fertilizer of 45 kg Urea, 100 kg TSP dan 100 kg KCl ha-1 was shown at planting. Weeding was held twice i.e. 15 days and 35 days after showing, and the last at 50 days after showing. Pests and deseases controls based on the field sympthom. Irrigation was held optimum to avoide from drought suffering. The research showed that the dry pod yielding/productivity of GH502/G-00B-600-42-226-12, GH502-00B-600-42-226-19, JP/8705500B-807-145-36, Mj/G-00b-884-95-41, JP/87055-773-174-117-11 lines were significantly higher than the check. Among the lines,Mj/G-00b-884-95-41, JP/8705500B-807-145-36, GH502-00B-600-42-226-19, dan GH502/G-00B-600-42-226-12 lines are stabil on various environment, and JP/87055-773-174-117-11 line more susceptible on environment variability. Not all the lines tested were low aflatoxin contamina-tion, but only LM/ICGV 87123-93-B2-25, LM/ICGV 87123-93-B2-32, LM/ICGV 87123-93-B2-14 lines were significantly lower than the check Kancil, and P/87055-00-B-773-174-117-11 is equal to Kancil.

(2)

PENDAHULUAN

Kacang tanah berperan penting sebagai penghasil minyak di dunia. Di Indonesia, fungsi kacang tanah masih terbatas sebagai sumber pangan. Aneka produk makanan (food) dan pakan ternak (feed) dapat dihasilkan dari kacang tanah. Melalui perkembangan teknologi pangan yang semakin maju, kacang tanah dapat diolah menjadi produk ber-kualitas (brand product). Hal ini membuat kebutuhan terhadap bahan kacang tanah terus meningkat.

Sebagai sumber bahan pangan, kualitas kacang tanah dihadapkan pada masalah aflatoksin. Metabolit racun ini dihasilkan oleh cendawan Aspergillus flavus yang hampir selalu dijumpai pada biji kacang tanah dengan masa infeksi mulai dari lapang, pengo-lahan, penjemuran, penyimpanan, dan cara pengemasan produk yang kurang baik (Katam 2007; Narasimhulu 2007). Tingkat cemaran aflatoksin pada biji kacang tanah ditentukan oleh beberapa faktor, seperti ketahanan genetik terhadap cendawan Aspergillus

flavus, toleran kekeringan, kulit polong maupun kulit ari biji yang kompak, dan biji tidak

mudah retak karena kekeringan maupun prosesing. Aflatoksin akan terbentuk apabila

mycelia Aspergillus flavus menetrasi kulit polong, kulit ari biji hingga mencapai keping biji

kacang (kotiledon) (Upadhyaya 1997, Mehan 1987, Mehan 1989).

Cekaman kekeringan menyebabkan tanaman kacang tanah kehilangan kemampuan memproduksi fitoaleksin pada biji. Berdasar pengertian tersebut, perakitan varietas toleran kekeringan diharapkan dapat menangkal cemaran aflatoksin pada biji (Utomo 1990). Akan tetapi, korelasi antara toleransi kekeringan dengan cemaran aflatoksin pada kacang tanah belum banyak didokumentasikan. Holdbrook (2000) memperoleh data bahwa genotipe tidak toleran cekaman kekeringan menunjukkan tingkat cemaran aflatoksin yang lebih tinggi. Cemaran aflatoksin juga berkorelasi dengan suhu daun tanaman maupun tingkat cekaman kekeringan. Dengan demikian suhu daun dan toleransi terhadap cekam-an kekeringcekam-an dapat digunakcekam-an sebagai seleksi tidak lcekam-angsung galur-galur kaccekam-ang tcekam-anah rendah aflatoksin (Rao 1999, Anderson 1995).

Melalui serangkaian kegiatan pemuliaan (perakitan, seleksi, dan uji daya hasil), telah dihasilkan sejumlah galur genjah, toleran kekeringan pada fase generatif, dan rendah cemaran aflatoksin. Untuk mengetahui daya hasil di lebih banyak lokasi maka dilakukan uji multilokasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi galur kacang tanah dengan daya hasil dan stabilitas hasil tinggi.

BAHAN DAN METODE

Uji produktivitas dan stabilitas hasil terhadap 12 galur kacang tanah (Tabel 1) dilaku-kan di delapan lokasi (Tabel 2). Percobaan lapang menggunadilaku-kan rancangan acak kelompok, tiga ulangan. Petak percobaan berukuran 4 m (10 baris) x 5 m, jarak tanam 40 cm x 10 cm, satu biji benih/lubang tanam. Tanaman dipupuk setara 45 kg Urea, 100kg TSP dan 100 kg KCl/ha, seluruh pupuk diberikan pada saat tanam. Penyiangan dilakukan dua kali pada umur 15 dan 35 hari setelah tanam (HST), penyiangan berikutnya setelah tanaman berumur 50 HST. Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida dilakukan dengan melihat gejala serangan di lapang. Pengairan agar pada saat berbunga (25–30 HST), pembentukan polong (45–50 HST) dan pengisian polong (60–70 HST) tanaman tidak mengalami kekeringan.

(3)

jumlah polong (hampa, isi, dan total) per tanaman, bobot 100 biji, dan bobot polong segar/kering per plot.

Tabel 1. Galur harapan kacang tanah pada uji multilokasi MT 2009–2010.

1 JP/87055-773-174-117-11 7 GH502-00B-600-42-226-19

2 Mj/G-00b-884-95-41 8 MH91278-99C-180-13-74

3 LM/ICGV 87123-93-B2-14 9 GH502/G-00B-600-42-226-12

4 C/G-00B-644-20-175-20 10 LM/ICGV 87123-93-B2-25

5 JP/8705500B-807-145-36 11 Pembanding I (Kancil)

6 LM/ICGV 87123-93-B2-32 12 Pembanding II (Garuda Biga)

Tabel 2. Lokasi, musim, jenis tanah, tipe iklim, tipe penggunaan lahan dan ketinggian tempat uji multilokasi galur kacang tanah, MT 2009–2010.

Provinsi Lokasi Musim

tanam Tahun Jenis tanah Tipe iklim Tipe lahan Ketinggian tempat (m dpl)

Jatim Wajak, Malang MK2 2009 Alfisol C Tegal 356

Merakurak, Tuban MK2 2009 Alfisol D3 Sawah 9

Jateng Koboromo, Pati MK2 2009 Alfisol D2 Sawah 35

Tayu Kulon, Pati MK2 2009 Alfisol D2 Tegal 35

Blingoh, Jepara MK1 2010 Alfisol C2 Sawah 126

Donorojo, Jepara MK2 2010 Alfisol C2 Sawah 126

Jabar Joho, Majalengka MK2 2009 Ultisol B2 Sawah 465

Pasir, Majalengka MK2 2009 Ultisol B2 Sawah 435

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas Galur

Analisis ragam menunjukkan bahwa lokasi pengujian berpengaruh nyata terhadap hasil polong segar dan polong kering (Tabel 3). Interaksi galur x lokasi juga berpengaruh nyata terhadap hampir semua variabel pertumbuhan tanaman, yang berarti ada keragaman hasil dan pertumbuhan di antara galur dan lokasi (Tabel 4 dan 5). Keragaman hasil polong kering antargalur antarlokasi tergolong tinggi, rata-rata 2,29–3,09 t/ha polong kering. Beberapa galur berdaya hasil nyata lebih tinggi dari varietas pembanding (Kancil dan Garuda Biga), beberapa galur berdaya hasil setara, dan beberapa galur lainnya berpro-duksi rendah. Produktivitas galur GH502-00B-600-42-226-19 rata-rata 3,09 t/ha (1,8–5,1) t/ha polong kering dan tidak berbeda nyata dengan galur JP/87055-773-174-117-11 (2,94 t/ha), LM/ICGV 87123-93-B2-32 (2,84 t/ha), JP/8705500B-807-145-36 (2,96 t/ha), Mj/G-00b-884-95-41 (3,06 t/ha), dan GH502/G-00B-600-42-226-12 (2,89 t/ha). Daya hasil kelima galur tersebut nyata lebih tinggi dari kedua varietas pembanding (Tabel 5).

Galur GH502-00B-600-42-226-19, Mj/G-00b-884-95-41, JP/8705500B-807-145-36, dan JP/87055-773-174-117-11 berdaya hasil 15%, lebih tinggi dari varietas pembanding Kancil, dan 28%, lebih tinggi dari pembanding Garida Biga (Tabel 5). Seluruh galur yang diuji tergolong tipe Spanish dengan ukuran biji termasuk sedang, kulit ari biji berwarna merah muda sehingga keragaan polong atau biji tersebut cukup sesuai untuk produk kacang garing.

(4)

Tabel 3. Nilai kuadrat tengah dan nilai koefisien keragaman analisis ragam hasil polong segar dan polong kering galur harapan kacang tanah.

Polong segar Polong kering

Lokasi Kuadrat tengah KK (%) Kuadrat tengah KK (%)

Blingoh, Jepara-1 0,031 ** 6,70 0,015 * 5,51 Donorojo, Jepara-2 0,204 ** 4,81 0,077 ** 5,46 Joho, Majalengka-1 0,028 * 5,85 0,013 * 5,57 Pasir, Majalengka-2 0,025 * 5,03 0,011 * 5,19 Merakurak, Tuban 0,057 ** 5,07 0,034 ** 4,65 Keboromo, Pati-1 0,284 ** 9,56 0,139 ** 8,76

Tayu Kulon, Pati-2 0,016 * 3,42 0,014 * 3,83

Wajak, Malang 0,023 ** 3,19 0,017 ** 3,80

*).Berbeda nyata uji DMRT 5%, **). Berbeda nyata uji DMRT 1%.

Tabel 4. Nilai kuadrat tengah parameter pertumbuhan dan hasil galur-galur kacang tanah.

Nilai kuadrat tengah *) Sumber ragam DB Bobot plng segar (t/ha) Bobot plng kering (t/ha) Umur masak (HST) Jumlah plng/ tnm Tinggi tnm (cm) Skor pnykt bercak 80HST Skor pnykt karat 80 HST Jumlah plng isi/tnm, Jumlah plng hampa/ tnm Jumlah cabang Lokasi (L) 7 1,808 ** 0,831 ** 1,915 ** 6,286 9,257 ** 0,822 ** 0,518 ** 6,493 ** 2,822 ** 1,909 * Galat (a) 16 0,131 0,067 0,225 0,398 0,308 0,075 0,092 0,251 0,312 0,034 Galur (G) 11 0,212 ** 0,104 ** 0,105 tn 0,507 ** ** 0,801 0,053 ** 0,096 ** 0,559 ** 0,050 * 0,103 ** Interaksi 77 0,065 ** 0,031 * 0,091 tn 0,155 * 0,121 * 0,016 tn 0,032 ** 0,141 * 0,069 t n 0,034 ** Galat (b) 176 0,022 0,012 0,077 0,114 0,088 0,013 0,022 0,101 0,065 0,020 KK(%) **) 5,91 5,68 2,98 7,13 4,79 4,46 5,84 7,45 11,36 6,06

*) Berbeda nyata; **) Berbeda sangat nyata; tn. tidak berbeda nyata.

Stabilitas Hasil

Tanaman kacang tanah cukup peka terhadap lingkungan (kelengasan tanah, kesubu-ran, atau ketinggian tempat). Kepekaan tersebut mungkin merupakan salah satu penyebab terjadinya variabilitas hasil (Tabel 5). Penilaian stabilitas hasil galur menggunakan koefi-sien regresi (bi), nilai simpangan regresi (Sdi), dan hasil rata-rata (Eberhart dan Russell 1966, Finlay dan Wilkinson 1963). Jika nilai bi tidak berbeda atau sama dengan 1 maka stabilitas hasilnya rata-rata. Pada kondisi demikian, apabila hasil rata-rata galur lebih tinggi dari rata-rata umum, maka galur tersebut memiliki adaptasi umum yang baik. Sebaliknya, apabila rata-rata hasil suatu galur lebih rendah dari rata-rata umum maka daya adaptasiya buruk di semua lingkungan. Jika nilai bi >1 maka stabilitasnya di bawah rata-rata. Galur demikian pada umumnya cukup peka terhadap perubahan lingkungan sehingga hasilnya tidak stabil. Jika nilai bi <1 maka stabilitasnya di atas rata-rata, yang menunjukkan galur akan beradaptasi baik pada lingkungan marginal, misalnya terhadap lingkungan yang sering kekurangan air pada fase generatif.

(5)

Tabel 5. Hasil polong kering galur kacang tanah di setiap lokasi dan hasil rata-rata.

Hasil polong kering (t/ha) di lokasi *) Galur

1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-rata

JP/87055-773-174-117-11 2,0 cde 3,6 a 2,3 cde 2,0 d 2,5 g 5,1 a 2,8 cd 3,2 b 2,94 abc

Mj/G-00b-884-95-41 1,8 de 3,6 a 2,8 a 2,7 a 2,9 f 4,2 bc 3,2 a 3,3 a 3,06 a LM/ICGV 87123-93-B2-14 1,9 e 2,9 c 2,3 cde 2,5 bc 3,2 cd 2,5 f 2,9 b 3,0 c 2,65 cd C/G-00B-644-20-175-20 1,6 f 3,3 b 2,2 de 2,1 d 3,7 a 4,3 b 2,7 d 2,7 e 2,83 bc JP/8705500B-807-145-36 1,6 f 3,7 a 2,5 bc 2,5 bc 3,3 cd 3,7 d 3,2 a 3,2 b 2,96 ab LM/ICGV 87123-93-B2-32 2,4 a 2,9 c 2,3 cd 2,6 ab 3,5 b 3,2 e 2,9 bc 2,9 cd 2,84 abc GH502-00B-600-42-226-19 1,8 de 3,1 c 2,5 bc 2,5 bc 3,5 b 5,1 a 3,0 b 3,2 b 3,09 ab MH91278-99C-180-13-74 1,9 cde 2,9 c 2,3 cd 2,3 c 3,4 bc 4,4 b 2,9 b 3,2 b 2,91 ab GH502/G-00B-600-42-226-12 1,6 f 3,0 c 2,6 b 2,5 b 3,2 de 4,5 b 2,8 bc 2,9 c 2,89 abc LM/ICGV 87123-93-B2-25 2,1 b 1,9 e 2,1 ef 2,1 d 3,1 ef 2,3 f 2,6 d 2,8 de 2,38 ef Pembanding I (Kancil) 2,0 bc 1,9 e 1,9 g 2,5 b 2,7 g 3,9 cd 2,7 d 2,7 e 2,54 de

Pembanding II (Garuda Biga) 1,8 e 2,3 d 2,0 fg 2,1 d 2,3 h 3,2 e 2,3 e 2,3 f 2,29 f

Rata-rata 1,88 2,93 2,32 2,37 3,11 3,87 2,83 2,95 2,78

KK (%) **) 5,51 5,46 5,57 5,19 4,65 8,76 3,83 3,80 5,68

*). 1=Jepara1; 2=Jepara2; 3=Maajalengka1; 4=Majalengka2; 5=Tuban; 6=Pati1; 7=Pati2; 8=Malang. Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 uji DMRT

Tabel 6. Galur kacang tanah dan parameter stabilitas (koefisien regresi dan simpangan regresi).

Galur Rata-rata hasil polong kering (t/ha) Koefisien regresi (bi) Simpangan regresi (Sdi) JP/87055-773-174-117-11 2,94 abc 1,155 * 1,804 * Mj/G-00b-884-95-41 3,06 a 0,810 tn 0,791 * LM/ICGV 87123-93-B2-14 2,65 cd 0,301 * 0,357 * C/G-00B-644-20-175-20 2,83 bc 1,037 tn 0,986 * JP/8705500B-807-145-36 2,96 ab 0,812 tn 0,884 * LM/ICGV 87123-93-B2-32 2,84 abc 0,392 * 0,131 tn GH502-00B-600-42-226-19 3,09 ab 1,033 tn 0,902 * MH91278-99C-180-13-74 2,91 ab 0,856 tn 0,471 * GH502/G-00B-600-42-226-12 2,89 abc 0,928 tn 0,717 * LM/ICGV 87123-93-B2-25 2,38 ef 0,161 * 0,288 * Pembanding I (Kancil) 2,54 de 0,585 * 0,936 *

Pembanding II (Garuda Biga) 2,29 f 0,524 * 0,142 tn

BNT 0,05 0,062 - -

KK (%) **) 5,68 - -

Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 uji DMRT.

Beberapa galur menunjukkan nilai koefisien regresi (bi) tidak berbeda nyata dengan satu dengan rata-rata hasil lebih tinggi dari rata-rata umum. Dengan demikian galur Mj/G-00b-884-95-41, C/G-00B-644-20-175-20, JP/8705500B-807-145-36, GH502-00B-600-42-226-19, MH91278-99C-180-13-74, dan GH502/G-00B-600-42-226-12 mempunyai daya adaptasi umum yang baik. Galur JP/87055-773-174-117-11 dengan nilai koefisien regresi nyata >1,0 dengan rata-rata hasil lebih tinggi dari rata-rata umum cukup peka terhadap perubahan lingkungan. Beberapa galur beradaptasi baik di lingkungan marginal karena menunjukkan nilai koefisien regresi nyata <1,0 (Tabel 6).

(6)

Keragaan Karakter Agronomi

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman setiap galur antarlokasi terjadi rentang cukup tinggi, berkisar antara 34,6-42,1. Hal ini menunjukkan karakter kuantitatif ini dipengaruhi oleh lingkungan. Tinggi tanaman sebagian besar galur setara atau nyata lebih pendek dari varietas pemban-ding. Galur MH91278-99C-180-13-74 nyata lebih tinggi dari varietas Kancil (Tabel 7). Tabel 7. Tinggi tanaman beberapa galur kacang tanah.

Tinggi tanaman (cm) Galur Kisaran Rata-rata JP/87055-773-174-117-11 29,5–45,7 37,1 cde Mj/G-00b-884-95-41 27,9–41,3 35,3 efg LM/ICGV 87123-93-B2-14 28,3–49,3 39,3 b C/G-00B-644-20-175-20 24,2–42,7 36,1 defg JP/8705500B-807-145-36 26,7–46,0 35,1 fg LM/ICGV 87123-93-B2-32 27,8–49,7 39,5 b GH502-00B-600-42-226-19 29,4–47,7 37,8 bcd MH91278-99C-180-13-74 32,3–48,7 42,1 a GH502/G-00B-600-42-226-12 27,6–45,3 37,0 cdef LM/ICGV 87123-93-B2-25 28,5–47,7 38,3 bc Pembanding I (Kancil) 28,3–53,7 39,9 b

Pembanding II (Garuda BIGA) 19,7–47,7 34,6 g

BNT 0,05 - 0,169

KK (%) **) - 4,79

Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 uji DMRT.

Jumlah Polong Isi

Interaksi galur x lokasi nyata pada jumlah polong. Jumlah polong bervariasi antargalur maupun antarlokasi, berkisar antara 16–34 polong, dengan rata-rata 20,0–24,0 polong setiap tanaman. Jumlah polong tertinggi 24,0 polong per tanaman terdapat pada galur JP/8705500B-807-145-36 (Tabel 8).

Bobot 100 Bji dan Umur Masak

Bobot 100 biji adalah indikator ukuran biji. Biji kacang tanah berukuran kecil jika bobot 100 biji sama atau kurang dari 30 g, berukuran sedang 30–50 g, dan berukuran besar lebih dari 50 g. Berdasar kriteria tersebut seluruh galur memiliki ukuran biji sedang, dengan kisaran bobot 36,4–45,6 g/100 biji. Varietas Garuda Biga memiliki bobot biji terbesar yakni 45,6 g/100biji (Tabel 9).

Rendemen biji adalah rasio bobot biji ose terhadap bobot polong kering per satuan berat. Rendemen biji dapat dijadikan sebagai indikator ketebalan kulit polong, semakin tinggi rendemen semakin tipis kulit polong. Dari Tabel 9 diketahui bahwa rendemen biji berkisar antara 57,4–64,8%, yang menunjukkan galur yang diuji memiliki kulit polong cukup tipis.

(7)

Tabel 8. Jumlah polong/tanaman beberapa galur kacang tanah. Jumlah polong/tanaman Galur Kisaran Rata-rata JP/87055-773-174-117-11 17,3– 30,0 20,0 f Mj/G-00b-884-95-41 16,3– 29,0 22,5 abcd LM/ICGV 87123-93-B2-14 16,0– 33,7 21,0 def C/G-00B-644-20-175-20 15,7– 31,7 23,7 ab JP/8705500B-807-145-36 17,7– 33 24,0 a LM/ICGV 87123-93-B2-32 18,3– 34 21,1 def GH502-00B-600-42-226-19 16,3– 29,7 21,7 cdef MH91278-99C-180-13-74 16,3– 33 22,0 bcde GH502/G-00B-600-42-226-12 19,7– 30,7 23,6 abc LM/ICGV 87123-93-B2-25 16,3– 33 20,9 ef Pembanding I (Kancil) 17,7–24,7 20,0 ef

Pembanding II (Garuda BIGA) 16,7–29 20,7 def

BNT 0.05 0,192

KK (%) 7,13

Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 uji DMRT.

Keragaman umur masak galur nyata dipengaruhi oleh lokasi (Tabel 6). Kisaran umur masak adalah 75–93 hari, dengan rata-rata 85–87 hari, tidak berbeda nyata antargalur, kecuali terhadap varietas pembanding Garuda Biga yang berumur tergenjah yakni 83 hari (Tabel 9). Umur masak kacang tanah dinyatakan dalam jumlah hari terhitung dari saat tanam hingga masak, yakni sedikitnya 80% jumlah polong setiap tanaman telah masak (Monyo 2007).

Tabel 9. Rendemen biji, bobot 100 biji, dan umur masak beberapa galur kacang tanah.

Umur masak

Galur Rendemen

biji (%)

Bobot 100

biji (g) Kisaran Rata-rata

JP/87055-773-174-117-11 59,0 d 40,2 cde 74,5–92,7 85,5 ab Mj/G-00b-884-95-41 60,2 c 45,5 a 77,7–92,2 86,8 a LM/ICGV 87123-93-B2-14 58,8 d 36,8 e 81,2–92,0 87,5 a C/G-00B-644-20-175-20 61,8 b 43,6 abc 79,7–89,3 85,6 a JP/8705500B-807-145-36 58,6 d 44,3 ab 76,0–89,4 84,8 ab LM/ICGV 87123-93-B2-32 59,2 d 36,4 e 75,8–92,3 86,0 a GH502-00B-600-42-226-19 60,2 c 42,7 abc 79,5–91,2 85,7 a MH91278-99C-180-13-74 59,1 d 41,0 bcd 80,6–89,8 86,4 a GH502/G-00B-600-42-226-12 58,0 e 43,0 abc 80,0–89,7 85,2 ab LM/ICGV 87123-93-B2-25 57,4 e 37,8 de 80,5–90,9 86,6 a

Pembanding I (Kancil) 58,2 d 40,0 cde 74,6–97,1 85,1 ab

Pembanding II (Garuda BIGA) 64,8a 45,6 a 73,4–90,4 82,9 b

BNT 0.05 1,97 1,30 - 0,158

KK (%) **) 0,67 6,72 - 2,98

(8)

Ketahanan terhadap Penyakit

Ketahanan terhadap Aspergillus flavus dan Aflatoksin

Ketahanan semua galur terhadap infeksi cendawan Aspergillus flavus setara dengan varietas Kancil (cek tahan), dan nyata lebih tahan dari varietas Garuda Biga (Tabel 10). Galur yang konsisten tahan di dua lingkungan adalah LM/ICGV 87123-93-B2-32, JP/87055-773-174-117-11, LM/ICGV 87123-93-B2-14, MH91278-99C-180-13-74, Mj/G-00b-884-95-41, dan LM/ICGV 87123-93-B2-25.

Tabel 10. Rata-rata infeksi Aspergillus flavus pada biji beberapa galur kacang tanah pada dua lingkungan, 2012.

Infeksi cendawan Aspergillus flavus (%) Galur

Tidak ada kekeringan Kekeringan pada fase generatif

JP/87055-773-174-117-11 3 2 Mj/G-00b-884-95-41 1 5 LM/ICGV 87123-93-B2-14 0 4 C/G-00B-644-20-175-20 3 9 JP/8705500B-807-145-36 1 8 LM/ICGV 87123-93-B2-32 2 2 GH502-00B-600-42-226-19 4 1 MH91278-99C-180-13-74 1 4 GH502/G-00B-600-42-226-12 1 8 LM/ICGV 87123-93-B2-25 1 4 Pembanding I (Kancil) 0 2

Pembanding II (Garuda BIGA) 11 15

Ketahanan galur terhadap aflatoksin semakin nyata setelah biji kacang tersimpan cukup lama (>1 bulan tanpa perlakuan khusus). Polong kacang tanah yang sudah tersimpan selama 1,5 bulan menunjukkan tingkat cemaran aflatoksin yang beragam dan dua galur menunjukkan cemaran yang rendah (Tabel 11).

Tabel 11. Kandungan aflatoksin pada biji beberapa galur kacang tanah yang telah disimpan 45 hari setelah panen.

Galur Kandungan *) aflatoksin B1 (ppb) Gh502/G-0-B-600-42-226-12 27,3 C/G-00-B-644-20-175-20 27,3 JP/87055-00-B-773-174-117-11 18,2 Kancil (cek) 18,2 LM/ICGV 87123-93-B2-14 9,1 LM/ICGV 87123-93-B2-32 <0,5 LM/ICGV 87123-93-B2-25 <0,5

*) Metode uji: TLC Tropical Product Institute

Ketahanan terhadap Penyakit Karat dan Bercak Daun

Intensitas penularan penyakit bercak dan karat daun beragam dengan skor antarlokasi 4–8, rata-rata skor 5,1–6,0. Seluruh galur menunjukkan tingkat ketahanan yang setara,

(9)

74 paling tahan (skor 5,1). Dengan demikian seluruh galur dalam kriteria agak tahan sampai agak rentan (Subrahmanyam, 1995). Secara umum tingkat ketahanan galur terhadap penyakit karat daun tidak berbeda dengan penyakit bercak daun. Skor intensitas penularan penyakit karat daun bervariasi antara 3,5–7,7 dengan rata-rata 4,9–5,8. Seluruh galur menunjukkan tingkat ketahanan yang hampir sama, kecuali galur JP/87055-773-174-117-11 dan MH91278-99C-180-13-74 dengan skor teendah yakni 4,9. Galur-galur yang lain menunjukkan ketahanan setara dengan varietas pembanding Kancil dan Garida Biga (Tabel 12).

Tabel 12. Skor penyakit bercak daun pada beberapa galur kacang tanah pada umur 11 MST.

Bercak daun Karat daun

Galur Kacang tanah

Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata

JP/87055-773-174-117-11 4,3–6,7 5,3 cd 4,3–6,0 4,9 c Mj/G-00b-884-95-41 4,7–7,0 5,7 ab 5,3–6,3 5,6 ab LM/ICGV 87123-93-B2-14 5,0–7,3 5,9 ab 5,0–6,7 5,7 ab C/G-00B-644-20-175-20 4,7–7,3 5,7 ab 5,0–6,8 5,6 ab JP/8705500B-807-145-36 4,8–8,0 5,9 ab 4,2–7,0 5,8 ab LM/ICGV 87123-93-B2-32 4,7–7,7 5,7 ab 4,3–7,0 5,4 b GH502-00B-600-42-226-19 5,0–7,7 6,0 a 5,0–7,0 5,8 a MH91278-99C-180-13-74 4,3–6,0 5,1 d 3,5–6,0 4,9 c GH502/G-00B-600-42-226-12 4,5–7,3 5,6 bc 4,8–7,3 5,8 ab LM/ICGV 87123-93-B2-25 4,7–7,3 5,7 ab 4,7–6,7 5,5 ab Pembanding I (Kancil) 4,3–7,7 5,7 bc 4,7–6,3 5,4 ab

Pembanding II (Garuda BIGA) 4,3–7,3 5,7 ab 4,2–7,7 5,5 ab

BNT 0,05 - 0,064 - 0,084

KK (%) **) - 4,46 - 5,84

Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 uji DMRT.

KESIMPULAN

1. Produktivitas galur kacang tanah berkisar antara 1,6–5,1 t/ha polong kering. Galur GH502/G-00B-600-42-226-12, GH502-00B-600-42-226-19, JP/8705500B-807-145-36, Mj/G-00b-884-95-41, dan JP/87055-773-174-117-11 berdaya hasil (lebih tinggi dari varietas pembanding Kancil dan Garuda Biga.

2. Galur Mj/G-00b-884-95-41, JP/8705500B-807-145-36, GH502-00B-600-42-226-19, dan GH502/G-00B-600-42-226-12 mempunyai daya adaptasi umum yang baik (stabil), dan galur JP/87055-773-174-117-11 cukup peka terhadap perubahan ling-kungan (kurang stabil).

3. Galur LM/ICGV 93-B2-25, LM/ICGV 93-B2-32, dan LM/ICGV 87123-93-B2-14 lebih tahan cemaran aflatoksin dari varietas Kancil maupun Garuda Biga, dan galur P/87055-00-B-773-174-117-11 setara dengan Kancil.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, W.P., Holbrook, C.C., Wilson, D.M., and Matheron, M.E. 1995. Evaluation of preharvest aflatoxin contamination in several potentially resistant peanut genotypes. Peanut Sci. 22:29–32

Eberhart, S. A., and W. A. Russell. 1966. Stability parameters for comparing varieties. Crop Sci. 6: 36–40.

(10)

Fernandez, G.C.J. 1992. Effective selection criteria for assessing plant stress tolerance, p.257– 270. In Kuo, C.G. (Ed). Adaptation of food crops to temperature and water stress. Proc. Internat. Symp. AVRDC, Taiwan.

Finlay, K. W., and G. N. Wilkinson. 1963. The analysis of adaptation in a plant breeding program. Aust. J. Agric. Res. 13:742–754.

Holbrook, C.C. et al. 2000. Preharvest aflatoksin contamination in drought tolerant and drought intolerant peanut genotypes. Peanut Sci. 27 (2): 45–48.

Katam, R; Basha, SM; Vashanthaiah, H; Naik, K. 2007. Identification of drought tolerant groundnut genotypes employing proteomics approach. An open access journal published by ICRISAT. 4p

Mehan, V.K. 1989. Screening groundnut for resistance to seed invasion by Aspergillus flavus and aflatoxin production. Pages 323–334 in Aflatoxin contamination of groundnut: Proc of the Internat Workshop, 6–9 Oct 1987, ICRISAT Center, India (McDonald, D., and Mehan, V.K., eds.). Patancheru 502 324, Andhra Pradesh, India: ICRISAT.

Monyo, SE. 2007. Developing short and medium duration groundnut varieties with improved yield performance acceptable market traits and resistance to foliar diseases. Technical report of ICRISAT, Malawi. Pp 34

Narasimhulu, R. 2007. Evaluation of resistance to Aspergillus flavus Link ex fries in Groundnut. Thesis Submitted to the uni. Of agriculture sciencies for the degree of Master of Sciense of Agriculture in Genetics and Plant breeding. Dharwad.

Rao, M.J.V., Nigam, S.N., Mehan, V.K., and McDonald, D. 1999. Aspergillus flavus resistance breeding in groundnut: progress made at ICRISAT Center. Pages 345–355 in Aflatoxin contamination of groundnut: proceedings of the International Workshop, 6–9 Oct 1987, ICRISAT Center, India (McDonald, D., and Mehan, V.K., eds.). Patancheru 502 324, Andhra Pradesh, India: International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics. Subrahmanyam, P., D.McDonald, F. Waliyar, L.J. Reddy, S.N. Nigam, R.W. Gibbons, V.

Ramanatha Rao, A.K. Singh, S. Pande, P.M. Reddy, and P.V. Subba Rao. 1995. Screening methods and sources of resistance to rust and late leaf spot of groundnut. ICRISAT, India.20p.

Upadhyaya, H.D., Nigam, S.N., Mehan, V.K., and Lenne, J.M. 1997. Aflatoxin contamination of groundnut–prospects of a genetic solution through conventional breeding. Pages 81–85 in Aflatoxin contamination problems in groundnut in Asia: proceedings of the First Working Group Meeting, 27–29 May 1996, Ministry of Agriculture and Rural Deve-lopment, Hanoi, Vietnam (Mehan, V.K., and Gowda, C.L.L., eds.). Patancheru 502 324, Andhra Pradesh, India: ICRISAT.

Utomo, S.D., Anderson, W.F., Wynne, J.C., Beute, M.K., Hagler, W.M. Jr., and Payne, G.A. 1990. Estimates of heritability and correlation among three mechanisms of resistance to Aspergillus parasiticus in peanut. Proc of the Am Peanut Res and Educ Soc 22:26.

Gambar

Tabel 2.   Lokasi, musim, jenis tanah, tipe iklim, tipe penggunaan lahan dan ketinggian tempat uji  multilokasi galur kacang tanah, MT 2009–2010
Tabel 3.   Nilai kuadrat tengah dan nilai koefisien keragaman analisis ragam hasil polong segar dan  polong kering galur harapan kacang tanah
Tabel 5. Hasil polong kering galur kacang tanah di setiap lokasi dan hasil rata-rata.
Tabel 7. Tinggi tanaman beberapa galur kacang tanah.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Pemuda ,Olahraga ,Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) berdasar Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2007

Konsinyasi yang dilakukan pada Pasal 42 ayat (1) UU Pengadaan Tanah tidak memberikan jalan keluar yang tepat, sehingga tidak memberikan perlindungan hukum

Sesuai dengan lingkup masalah yang ditinjau maka penelitian ini bertujuan untuk Adapun tujuan dilakukannya penalitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan

Baik kaki bebas maupun kaki tumpuan diluruskan ke depan untuk persiapan mendarat. Mendarat dengan menggunakan kedua telapak kaki, lutut agak di tekuk

a) Peran interpersonal ( interpersonal role), para manajer bertindak sebagai figure utama dalam organisasi ketika mereka mewakili perusahaan kepada dunia luar

pada pasien dengan kegawatdaruratan persarafan dan perkemihan - Tanggungja wab - Menghargai - Tanggap - Inisiatif - Antusias - Sintesa hasil - Leadership 6-7

diambil adalah status ekonomi sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas X SMK Nasional Berbah. Penelitian yang dilakukan oleh

Nugroho (2013) mengemukakan hasil sebuah penelitan dimana citra sebuah perushaan dan kualitas pelayanan memiliki peran yang penting terhadap loyalitas pelanggan, hal