• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian ini dilaksanakan periode tahun 2009-2010 pada kawasan pengembangan perhutanan sosial yaitu Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Pulau Lombok Propinsi Nusa Tenggara Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling yaitu tersebar pada ketiga Kabupaten di Pulau Lombok dengan ketentuan bahwa pada kebupaten tersebut dikembangkan Pembangunan Hutan Kemasyarakatan. Adapun wilayah kabupaten sampel tersebut adalah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur.

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode gabungan atau kombinasi antara penelitian deskriptif - partisipatif - eksploratif. Metode deskriptif merupakan metode yang mengkaji dan memecahkan persoalan serta memberikan interpretasi dari fakta yang ada saat ini (Nazir 1998). Metode deskriptif ini dilengkapi dengan daftar pertanyaan dan melalui wawancara mendalam dilakukan secara reflektif/subyektif untuk menemukan faktor-faktor dominan yang menentukan persoalan atau permasalahan dan memberikan interpretasi terhadap permasalahan yang ada sekarang. Selanjutnya metode partisipatif merupakan metode penelitian yang memberikan kesempatan penuh pada responden pakar dalam memberikan pendapat sebagai masukan dalam penyusunan model. Kemudian penelitian eksploratif yaitu metode penelitian mengkaji dan mengungkapkan sesuatu dari lapangan sebagai suatu temuan.- temuan yang dapat digunakan untuk menyusun model dan menarik kesimpulan (Messerschmidt 1995).

3.2.1. Metode Pengumpulan Data 3.2.1.1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi yaitu pengumpulan data melalui kunjungan dan penilaian langsung kelapangan terhadap kondisi biofisik kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada kawasan HKm.

(2)

b. Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu :

• Wawancara yaitu dengan menggunakan bantuan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Bentuk daftar pertanyaan yaitu tertutup dan terbuka serta semi-terbuka. Wawancara dilakukan dengan pihak (responden dan pakar) yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam pengembangan HKm yaitu para pihak (stakeholders) secara individual.

• Wawancara Mendalam yaitu wawancara yang dilakukan pada responden dan pakar menggunakan arahan daftar pertanyaan (terbuka) yang berisikan kajian khusus mengenai permasalahan HKm dan sampai pada temuan faktor-faktor yang diduga sebagai faktor utama dalam penelitian ini.

• Diskusi Kelompok Terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) yaitu pengumpulan data dan informasi melalui diskusi dengan pihak tertentu dalam kawasan HKm (key informan) yang mengetahui kondisi dan perkembangan HKm. Untuk memperoleh data melalui diskusi tersebut dilengkapi dengan arahan diskusi yang telah dipersiapkan sebelumnya.

c. Participatory Rural Appraisal (PRA) yaitu teknik pengumpulan data dengan melibatkan pakar dalam pengambilan keputusan (Messerschmidt 1995). Teknik PRA ini dipergunakan khususnya untuk memperoleh faktor atau elemen (sub elemen) yang dipergunakan dalam penyusunan model. Cara pengumpulan data dilakukan melalui diskusi dengan pakar yang memiliki pendidikan, pengetahuan dan pengalaman dibidang kehutanan.

3.2.1.2. Metode Penentuan Wilayah Sampel dan Responden a. Penentuan Wilayah Sampel

Wilayah sampel ditentukan secara purposive sampling dengan pertimbangan wilayah pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada Kawasan Hutan Lindung yang tersebar dalam wilayah administrasi di Pulau Lombok. Adapun kecamatan sampel terpilih yaitu

(3)

Kecamatan Narmada sebagai wilayah sampel Kabupaten Lombok Barat dengan Desa Sampel yaitu Desa Seaot, Desa Lebah Sempage dan Desa Sedau; Kecamatan Batukliang Utara merupakan wilayah sampel Kabupaten Lombok Tengah dengan Desa Sampel yaitu Desa Aikberik, Desa Setiling, Desa Lantan dan Desa Karang Sidemen dan Desa Kecamatan Jeroaru dengan Desa Sampel yaitu Desa Sekaroh. Untuk lebih jelasnya, wilayah sampel secara spasial disajikan pada gambar 9 berikut ini

Gambar 9. Peta Wilayah Sampel Penelitian

Keterangan : : Lokasi Penelitian

b. Penentuan Responden dan Pakar

Jumlah responden secara keseluruhan ditentukan secara kuota samping sebesar 2 % dari jumlah petani HKm Hutan Lindung di Pulau Lombok. Dengan demikian, maka jumlah responden sebesar 107 orang dari jumlah 5350 orang. Jumlah responden sampel pada setiap kabupaten sampel ditentukan secara proporsional random sampling adalah 20 orang responden untuk Kabupaten Lombok Barat (HKm Hutan Lindung Sesaot), 80 orang untuk Kabupaten Lombok Tengah (HKm

HKm OECF HKm KMPHSesaot

(4)

Hutan Lindung Batukliang Utara) dan 7 orang untuk Kabupaten Lombok Timur (HKm Hutan Lindung Sekaroh). Sebaran responden pada setiap kabupaten disajikan pada tabel berikut.

Tabel. 5. Distribusi Luas Areal HKm dan Jumlah Anggota (Pesangem) di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

No Kabupaten Luas (Ha)

Distribusi Areal HKm (%) Jumlah Anggota (Org) Distribusi Anggota (%) 1 Lombok Barat *) 2.146 27,34 3.761 31,23 2 Lombok Tengah*) 1.859 23,68 4.110 34,13 3 Lombok Timur*) 2.285 29,11 2.345 19,47 Sub Jumlah 6.290 80,13 10.216 84,83 4 Sumbawa 200 2,55 189 1,57 5 Dompu 510 6,50 411 3,41 6 Bima 850 10,83 1.226 10,18 Jumlah 7850 100,00 12042 100,00

Keterangan: *). Lokasi Penelitian

Tabel 6. Sebaran Wilayah Sampel dan Jumlah Responden Petani HKm di Pulau Lombok

Lokasi Nama KTH Luas

HKm (hektar) Jumlah Anggota (orang) Jumlah Responden (orang) 1. Kabupaten Lombok Barat

Sesaot-Kec. Narmada Klp. Mitra Pelestari Hutan 400 1.000 20 2. Kabupaten Lombok Tengah

Batukliang Utara Keppontren Darusshiddiqien 1809 4.000 80 3. Kabupaten Lombok Timur

Sekaroh-Kec. Jeroaru

HKm

OECF/JIFRO 350 350 7

TOTAL 1.839 5.350 107

Sumber.:Statistik Dinas Kehutanan Prov. NTB. 2006.

Responden lainnya adalah pakar yang ditentukan dengan metode penelusuran. Jumlah pakar yang menjadi responden ditentukan kemudian berdasarkan keterlibatannya dalam pembangunan HKm dan bersumber dari pihak pemerintah, LSM, perguruan tinggi dan swasta. Responden yang termasuk dalam katagori pakar memiliki persyaratan memiliki pendidikan minimal S1 dan memiliki pengalaman dalam pembangunan kehutanan. Pakar tersebut berasal dari Instansi Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi.

(5)

3.3.2. Variabel yang Diamati

1. Kebijakan berupa dokumen (Keputusan Menteri dan Peraturan Pemerintah) yang menempatkan para pihak berupa hak dan kewajibannya dalam pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm).

2. Mekanisme pelibatan masyarakat dan stakeholders lainnya dalam pembangunan Hutan Kemasyarakatan.

3. Kebutuhan dan Kepentingan stakeholders yang terlibat dalam pembangunan Hutan Kemasyarakatan

4. Karakteristik kelembagaan HKm berupa struktur organisasi dan aturan main organisasi.

5. Faktor sosial ekonomi dan kelembagaan

a. Faktor sosial berupa tingkat usia, tingkat pendidikan, ukuran rumahtangga, persepsi, pengetahuan tentang HKm, sejarah demografi, kohesifitas ketua dengan anggota, tipe kepemimpinan/kelembagaan dan status kepengurusan dalam kelembagaan

b. Faktor ekonomi berupa tingkat kesejahteraan rumahtangga, pendapatan dari lahan HKm, luas lahan yang dikelola, jarak rumah dengan lokasi HKm. sejarah aktivitas ekonomi dan pekerjaan pokok sekarang serta keterlibatan perempuan dalam pengelolaan.

7. Tingkat partisipasi masyarakat pada tiga tahapan yaitu merupakan total nilai (skor) keterlibatan masyarakat dalam tahapan pembangunan HKm

8. Tipe partisipasi yaitu ragam kontrol keputusan partisipasi masyarakat dalam tahapan pembangunan HKm (perencanaan, implementasi dan evaluasi/monitoring) dinilai dalam skor. adapun sub variabel yang dikaji yaitu :

a. Contractual participation yaitu aktor sosial memberikan hak

pengambilan keputusan pada aktor sosial lainnya.

b. Consultative participation yaitu sebagaian besar keputusan

dipengang oleh satu kelompok stakeholder tetapi penekanannya adalah pada konsultasi dan mengumpulkan informasi dari yang lain.

(6)

c. Collaborative participation yaitu aktor yang berbeda berkolaborasi

dan mengutamakan kesamaan hak melalui pertukaran pengetahuan, kontribusi dan distribusi kekuatan dalam pengambilan keputusan.

d. Collegiate partisipation yaitu aktor yang berbeda berkerjasama

sebagai kolega atau parner dalam pengambilan keputusan.

9. Bentuk partisipasi yaitu partisipasi masyarakat dalam bentuk aktif, kurang aktif dan tidak aktif (pasip) pada tahap perencanaan, implementasi dan evaluasi/monitoring. Bentuk aktif dan pasif berhubungan dengan frekuensi kehadiran dan proses keputusan partisipan dalam tahapan perencanaan, implementasi dan evaluasi/monitoring. 10. Tingkat pertumbuhan tanaman berupa presentase tumbuh tanaman

kayu-kayuan (hutan) dan MPTS (Multi-Purpose Tree Crop Species).

11. Elemen dan sub elemen penyusun rancangan model dan strategi yaitu elemen tujuan program HKm, kebutuhan program HKm dan kendala program HKm serta aktor terlibat dalam pembangunan HKm..

3.3.3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis yang berbeda pada setiap tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan pertama dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan analisis sebagai berikut :

a. Analisis Isi (Content Analysis) yaitu mengkaji dan menganalisis kebijakan pemerintah tentang HKm..

b. Analisis Deskriptif untuk menganalisis mekanisme pelibatan masyarakat dalam kelembagaan HKm.

c. Analisis Stakeholder yaitu untuk menganalisis kebutuhan dan kepentingan stakeholder dan menghasilkan posisi stakeholders yaitu kepentingan dan kekuatan (Antlov 2005; Suporahardjo 2005).

2. Tujuan kedua dianalisis dengan kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut : a. Tingkat partisipasi diukur dengan menggunakan tangga partisipasi

Arnstein dan pemberian skoring menggunakan skala likert (1-5) sebagai berikut:

(7)

• Nilai skor 1 (satu) diberikan bila masyarakat tidak dilibatkan dalam kegiatan dan berpendapat serta dalam pengambilan keputusan.

• Nilai skor 2 (dua) diberikan bila masyarakat dilibatkan dalam kegiatan dan berpendapat, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan

• Nilai skor 3 (tiga) diberikan bila masyarakat dilibatkan dalam kegiatan dan berpendapat serta terlibat dalam pengambilan keputusan

• Nilai skor 4 (empat) bila masyarakat dilibatkan dalam kegiatan dan berpendapat serta masyarakat dapat bernegosiasi dalam pengambilan keputusan.

• Nilai skor 5 (lima) bila masyarakat dilibatkan dan kegiatan dan berpendapat serta masyarakat memegang kendali dalam pengambilan keputusan.

Nilai partisipasi pada tahapan Pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) diukur seperti tertera pada tabel berikut ini. Tabel 7. Nilai Skor Partisipasi Masyarakat pada Setiap Tahapan Perencanaan, Implementasi dan Monitoring dan Evaluasi

No Tahapan Kegiatan Nilai Skor

1 Perencanaan a. Sosialisasi 1-5 b. Penataan batas 1-5 c. Pembentukan kelembagaan 1-5 d. Pemberdayaan 1-5 e. Pengurusan ijin 1-5 2 Implementasi

a. Penataan areal kerja 1-5

b. Penyusunan rencana kerja 1-5

c. Pemanfaatan 1-5

d. Rehabilitasi hutan 1-5

e. Perlidungan hutan 1-5

3. Monitoring dan Evaluasi

a. Pengawasan/Monitoring 1-5

b. Evaluasi 1-5

Total 12-60

Dari tabel di atas partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

• Partisipasi Tinggi, bila total nilai skor parisipasi berada pada jenjang nilai 44 sampai dengan 60.

• Partisipasi Sedang, bila total nilai skor partisipasi berada pada jenjang nilai 28 sampai dengan 43.

(8)

• Partisipasi Rendah, bila total nilai skor partisipasi berada pada jenjang nilai 12 sampai dengan 27.

b. Bentuk partisipasi dianalisis secara kualitatif berdasarkan kontrol keputusan pengambilan keputusan dalam partisipasi sebagai berikut :

• Partisipasi Kontraktual, bila masyarakat mendelegasikan hak pengambilan keputusan pada pihak lainnya.

• Partisipasi Konsultatif, bila masyarakat hanya berkonsultasi dalam pengambilan keputusan.

• Partisipasi Kolaboratif, bila masyarakat berkolaborasi dengan pihak lainnya dalam pengambilan keputusan

• Partisipasi Kolega, bila masyarakat dengan kolega lainnya bersama-sama dalam pengambilan keputusan.

c. Bentuk partisipasi dapat dinyatakan dalam bentuk aktif dan tidak aktif, sehingga pengukurannya dapat berupa pernyataan kehadiran dalam setiap aktivitas atau kegiatan. Untuk pengukuran tipe partisipasi, dilakukan dengan penilaian terhadap tingkat kehadiran yang dinyatakan sebagai berikut :

• Aktif, bila selalu hadir dalam setiap kegiatan (skor 3)

• Kurang Aktit, bila kadang-kadang hadir dalam setiap kegiatan (skor 2) • Tidak Aktif, bila tidak pernah hadir dalam setiap kegiatan (skor 1)

d. Analisis Regresi Logistik digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi dan kelembagaan terhadap bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan HKm (Farid 2008):

Logit [P(Y≤j)] = α j

Peubah Y ini terdiri dari dua yaitu bantuk partisipasi dan tingkat partisipasi seperti bentuk partisipasi dinyatakan dalam Aktif (3),

+ß Xi ; j = 1, 2, 3, ...c-1.

Keterangan :

(9)

kurang aktif (2) dan tidak aktif (1). Sementara itu tingkat partisipasi dinayatakan sebagai berikut

Partisipasi Tinggi = 3 Partisipasi Sedang = 2 Partisipasi Rendah = 1

b) Xi = Peubah penjelas yang terdiri dari X1 = Tingkat usia responden

X2 = Tingkat pendidikan responden dengan katagori :

1=Tidak Tamat SD; 2 = Tamat SD; 3=Tamat SMP; 4=Tamat Perguruan Tinggi.

X3 = Ukuran rumahtangga (jumlah anggota rumahtangga)

X4 = Persepsi terhadap HKm (1 bila setuju dan 2 bila tidak setuju) X5 = Pengetahuan tentang HKm (2 bila paham HKm dan 1 bila tidak

paham HKm).

X6 = Sejarah demografi (2 bila migran/pendatang dan 1 bila penduduk setempat)

X7 = Kohesififas anggota dengan ketua kelompok (2 bila dekat dengan ketua kelompok dan 1 bila tidak dekat dengan ketua kelompok) X8 = Tipe kepemimpinan (2bila karismatik dan 1 bila representatif) X9 = Kepengurusan ( 2 bila pengurus kelompok dan 1 bila bukan

pengurus kelompok)

X10 = Kesejahteraan Rumahtangga (1 bila miskin dan 2 tidak miskin) X11 = Pendapatan dari HKm (1 bila rendah, 2 bila sedang dan 3 bila

tinggi)

X12 = Luas lahan yang dikelola (1 bila sempit, 2 bila sedang dan 3 bila tinggi)

X13 = Jarak rumah dengan lokasi HKm (1 bila jauh, 2 bila sedang dan 3 bila dekat)

X14 = Sejarah aktivitas ekonomi sebelumnya (1 bila pertanian pangan dan 2 bila bukan pertanian pangan)

X15 = Pekerjaan pokok sekarang (1 bila pertanian dan 0 bila bukan pertanian)

X16 = Keterlibatan perempuan dalam pengelolaan (1 bila pengelola perempuan dan 2 bila pengelola laki-laki)

(10)

c) α = Intersep

d) ß = Slope model garis regresi

e. Kemudian untuk mengkaji hubungan partisipasi masyarakat dengan kondisi ekologi kawasan HKm digunakan Analisis Kolerasi Sperman sebagai berikut (Walpole 1995) :

6 ∑ di2 Rs = 1 - --- n(n2 – 1)

Keterangan :

di = Selisih antara peringkat bagi Xi dan Yi dan n adalah banyaknya pasanagan data.

Xi= Skor partisipasi masyarakat/responden dalam program pembangunan HKm

Yi= Persentase pencapaian tumbuh penanaman tanaman MPTS dan tanaman konservasi dalam kawasan HKm untuk setiap responden. 3. Tujuan ke tiga dianalisis menggunakan sistem pakar yang

memanfaatkan bantuan program yang telah tersedia sebagai berikut: a. Untuk tujuan ke tiga dan untuk memilih hirarki pola HKm

eksisting digunakan Analysis Hierarchy Process (AHP) melalui langkah pengolahan horizontal dan vertikal dari matriks sebagai berikut (Marimin 2005) :

• Perkalian baris Z dengan rumus Z = √ ∏aij Pengolahan Horizontal.

Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan dengan tahapan berikut :

j=1

• Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen dengan rumus : √ ∏aij

j=1

eVPi = --- ; eVPi = elemen vektor prioritas ke i j=1

∑ √ ∏aij i=1,

• Perhitungan nilai eigen maksimum dengan formula ; VA = aij x VP dengan VA = Vai

(11)

Imax = 1/n ∑ aij i=1

VBi, untuk i = 1,2,3, ...., n VA=VB= vektor antara

 Identifikasi elemen diperoleh melalui brainstorming dan penelitian Pengolahan Vertikal

Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hirarki terhadap sasaran utama. Bila NPpg didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke p pada tingkat ke q terhadap sasaran utama, maka :

NPpg = NPHpq (t, q-1) x NPTt (q-1) Untuk p = 1,2,3, ...r dan T = 1,2,3, ..s

NPpq = nilai prioritas pengaruh elemen ke p pada tingkat ke q terhadap sasaran utama

NPHpq = nilai prioritas elemen ke p pada tingkat ke q

NPTt = nilai prioritas pengaruh elemen ke t pada tingkat q-1

b. Untuk menyusun strategi model perhutanan sosial yang berkelanjutan digunakan analisis ISM (Interpretative Struktural Modelling). Langkah-langkah dalam analisis ISM sebagai berikut :

 Hubungan Kontekstual membangun hubungan konstektual sesuai dengan tujuan penelitian

 Structural Self Interaction Matrix (SSIM) adalah matriks yang mewakili elemen persepsi responden terhadap elemen hubungan yang dituju. Terdapat empat simbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan antar sud elemen sebagai berikut :

V : menyatakan hubungan dari elemen Ei terhadap Ej, tidak sebaliknya A : menyatakan hubungan dari elemen Ej terhadap Ei, tidak sebaliknya X : menyatakan hubungan interelasi antara Ei dan Ej (dapat sebaliknya) O : menyatakan bahwa Ei dan Ej tidak berkaitan.

(12)

Tabel 8. Contoh Structural Self Interaction Matrix (SSIM)

Sub-Elemen Tujuan ke- i

Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T1 X V V A O X X V V A T2 X V O V A X X A O T3 X X X O A X V V T4 X V V O A A V T5 X X V X O O T6 X V V O X T7 X V V O T8 X V X T9 X V T10 X

 Reachability Matrix (RM) merupakan matriks yang mengubah simbol dalam SSIM kedalam sebuah matriks biner. Adapun aturan konversi sebagai berikut :

• Jika hubungan Ei terhadap Ej = V dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji= 0 dalam RM

• Jika hubungan Ei terhadap Ej = A dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji=1 dalam RM

• Jika hubungan Ei terhadap Ej = X dalam SSIM, maka elemen Eij = 1 dan Eji= 1 dalam RM

• Jika hubungan Ei terhadap Ej = O dalam SSIM, maka elemen Eij = 0 dan Eji= 0 dalam RM’

(13)

Tabel 9. Contoh Reachability Matrix (RM)

Sub-Elemen Tujuan ke- i Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 T2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 T3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 T4 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 T5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 T6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 T7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 T8 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 T9 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 T10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1

 Tingkat partisipasi dilakukan untuk mengklasifikasikan elemen-elemen dalam level yang berbeda dari struktur ISM.

 Matriks Canonical merupakan pengelompokan elemen-elemen dalam level yang sama. Martiks resultan memiliki sebagian besar dari elemen-elemen tringular yang lebih tinggi adalah 1 dan terendah adalah 0.

 Digraph dikembangkan dari Matriks Canonical yang menyatakan hubungan antara elemen secara langsung dan berhirarki.

 ISM (Interpretive Structural Modelling) dibandingkan dengan memindahkan seluruh jumlah elemen melalui deskripsi elemen aktual.

(14)

Gambar 10. Contoh Grafik Hirarki dari Elemen-elemen dari Matriks Kanonikal

Gambar 11. Contoh Grafik Hasil Analisis Interpretative Structural

Modelling (ISM)

ELEMEN KUNCI

Gambar

Gambar 9. Peta Wilayah Sampel Penelitian  Keterangan :            :   Lokasi Penelitian
Tabel 9. Contoh Reachability Matrix (RM)
Gambar 10.  Contoh Grafik Hirarki dari Elemen-elemen dari Matriks                                  Kanonikal

Referensi

Dokumen terkait

4.4 Menyusun teks interaksi transaksional lisan dan tulis sangat pendek dan sederhana yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait nama dan jumlah binatang,

Berdasarkan dengan pernyataan diatas dan dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh KSP Nasional Kabupaten Pinrang, pada dasarnya pengurus koperasi telah

Langkah untuk menyelesaikan transaksi diatas ke dalam Zahir yaitu pilih Modul Pembelian > Pembayaran Hutang Usaha > Isi data sesuai dengan transaksi >

Dari Kesimpulan tersebut Aplikasi Pembelajaran Sistem Sirkulasi Darah Pada Manusia dapat membantu meningkatkan minat belajar siswa dan siswi SD Ar-Rafi’ dalam mempelajari

Jadi hipotesa menyatakan masalah siswa dalam kemampuan menulis teks naratif dari kelas sebelas IPA A di SMA Islam Tuan Sokolangu Gabus Pati tahun ajaran

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek ekstrak etanol tunas pisang goroho terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi

Sebelum waktu pensiun itu, semuanya harus bekerja, tetapi sesudah pensiun malah semuanya terjamin, ya itu yang menyebabkan saya ingat bahwa orang lain tidak pernah makan roti

Dapak Kakandepdjkbujcam Pauh Kadys Padanq... FfiKTOR