• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertanaman"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Umum Pertanaman

Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa tanah lokasi penelitian tergolong agak masam dengan pH 5.6. Menurut Sundara (1998) tanaman tebu masih dapat toleran pada kisaran pH 5-8.5. Kandungan N-total, Na dan KTK tergolong sangat rendah. Kandungan Ca, Mg, dan K rendah, dan P sangat tinggi. Nilai-nilai kandungan hara dapat dilihat pada Lampiran 8 dan penggolongannya menurut Pusat Penelitian Tanah (1983) seperti pada Lampiran 9. Curah hujan dari bulan Juli 2008 hingga bulan Agustus 2009 sebesar 1 280 mm (Lampiran 10). Kondisi suhu pada bulan-bulan tersebut sebesar 27 0C. Menurut Sundara (1998) tebu dapat beradaptasi baik pada curah hujan rata-rata 1200 mm/tahun dan pertumbuhan optimum tanaman tebu dicapai pada suhu 24 – 30 0C. Secara umum, kondisi lingkungan pada saat penelitian sesuai untuk pertumbuhan tanaman tebu.

Hama yang menyerang tanaman adalah penggerek pucuk dan penggerek batang. Hasil pengamatan tim EWS (Early Warning System) Unit Usaha Bungamayang PTPN 7 (Lampiran 11), rata-rata intensitas serangan penggerek pucuk dan penggerek batang masing-masing sebesar 5.21% dan 12.57%. Petak percobaan juga ditumbuhi gulma jenis daun lebar yang banyak tumbuh disela-sela tanaman seperti Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan Physalis angulata. Beberapa jenis gulma rumput juga tumbuh di jalan dalam petak, seperti Axonopus compressus, Cynodon dactylon, dan Eleusine indica.

Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh pemupukan N, P dan interaksinya tertera pada Tabel 1. Sebagian besar peubah yang diamati tidak dipengaruhi oleh pemupukan N, P, dan interaksinya. Pupuk N pada tanaman tebu berpengaruh sangat nyata pada peubah BK daun 1 BST, pengaruh nyata pada peubah jumlah tanaman per juring 7 dan 10 BST, diameter tengah 6 BST, tinggi batang 4 BST, dan diameter bawah 11 BST. Pupuk P hanya berpengaruh nyata pada jumlah tanaman per juring 5 dan 10 BST dan BK daun 1 dan 11 BST. Interaksi pupuk N dan P berpengaruh sangat nyata hanya pada BK daun 11 BST dan berpengaruh nyata pada tinggi batang, dan jumlah ruas 11 BST. Rendemen tebu, jumlah

(2)

tanaman dipanen per juring, produksi tebu dan hablur tidak dipengaruhi oleh pupuk N, pupuk P, dan interaksinya.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tebu

Peubah Nilai F-hitung

Nitrogen Fosfor Interaksi

Jumlah Daun (1-11 BST) tn tn tn

Jumlah Tanaman per Juring 5 BST Jumlah Tanaman per Juring 7 BST Jumlah Tanaman per Juring 10 BST

Jumlah Tanaman per Juring (1, 3, 4, 6, 8, 9, 11 BST)

tn * * tn * tn * tn tn tn tn tn

Jumlah Anakan per Rumpun (3-11 BST) tn tn tn

Tinggi Batang 4 BST Tinggi Batang 11 BST Tinggi Batang (3, 5, 6, 7, 8, 9, 10 BST) * tn tn tn tn tn tn * tn SLA (3, 5, 7, 8, 9, 10, 11 BST) tn tn tn

Bobot Kering Akar (1, 3, 5, 9, 11 BST) tn(a tn(a tn(a

Bobot Kering Batang (1, 3, 5, 9, 11 BST) tn tn tn

Bobot Kering Daun 1 BST Bobot Kering Daun 11 BST Bobot Kering Daun 3, 5 dan 9 BST

** tn tn(a * * tn(a ** tn tn(a Jumlah Ruas 11 BST Jumlah Ruas (7-10 BST) tn tn tn tn * tn

Diameter Batang Atas (6, 7, 8, 11 BST) tn tn tn

Diameter Batang Tengah 6 BST Diameter Batang Tengah (7-11 BST)

* tn tn tn tn tn Diameter Batang Bawah 11 BST

Diameter Batang Bawah (6-10 BST)

* tn tn tn tn tn Rendemen tn tn tn

Jumlah Tanaman Dipanen per Juring tn tn tn

Produksi tn tn tn

Hablur tn tn tn

Kadar N Daun (1,3 dan 6 BST) tn - -

Kadar P Daun (1 dan 6 BST) Kadar P Daun 3 BST - - tn tn(a - -

Kadar N Batang (1,3 dan 6 BST) tn - -

Kadar P Batang (1 dan 3 BST) Kadar P Batang 6 BST - - tn tn(a - -

Kadar N Akar (1,3 dan 6 BST) tn - -

Kadar P Akar (1 dan 3 BST) Kadar P Akar 6 BST - - tn tn(a - - Keterangan : * = Berpengaruh nyata pada uji-F pada taraf 5%

** = Berpengaruh sangat nyata uji-F pada taraf 1% tn = Tidak berpengaruh nyata

(3)

Jumlah Daun, Tinggi Batang, dan Jumlah Anakan per Rumpun

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemupukan N, P dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun/tanaman dan jumlah anakan per rumpun umur 1 sampai 11 BST (Tabel 1). Pengaruh nyata hanya terdapat pada tinggi batang umur 4 BST. Semakin tinggi dosis pupuk N hingga 180 kg/ha akan meningkatkan tinggi batang. Pupuk N dengan dosis terendah (90 kg/ha) menghasilkan tinggi batang terendah (Tabel 2).

Tabel 2. Tinggi Batang pada Pengaruh Pupuk N pada 4 BST

Peubah Dosis Pupuk N (kg/ha)

90 135 180 225

---cm---

Tinggi Batang 137.4b 141.3ab 144.7a 144.3a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Nilai rata-rata jumlah daun berkisar antara 2.0 sampai 7.8 helai/tanaman. Jumlah daun/tanaman induk meningkat hingga 6 BST kemudian berangsur-angsur menurun akibat penuaan daun. Tinggi batang tebu terus meningkat dari umur 3 BST sampai 11 BST (Gambar 4). Jumlah anakan per rumpun mengalami penurunan hingga umur 8 BST, selanjutnya meningkat lagi hingga umur 11 BST (Tabel 3).

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun, Tinggi Batang dan Jumlah Anakan per Rumpun Tebu umur 1-11 BST

BST Peubah Jumlah Daun (helai) Tinggi Batang (cm)

Jumlah Anakan per Rumpun (anakan/rumpun) 1 2.0 - - 2 6.4 - - 3 7.4 78.3 3.2 4 7.6 141.9 3.2 5 7.3 182.4 2.7 6 7.8 221.1 3.1 7 7.3 250.2 3.0 8 6.9 276.4 2.4 9 6.6 286.4 3.5 10 6.2 302.5 3.6 11 6.0 307.2 4.3

(4)

Gambar 4. Pertumbuhan Tinggi

Interaksi N dan P tampak pengaruhnya secara nyata pada tinggi batang umur 11 BST (Tabel 4

menghasilkan tanaman tertinggi dan mampu meningkatkan tinggi batang sebesar 14.67 % jika dibandingkan

terendah (interaksi perlakuan 135 kg N/ha dengan 108 kg P/

perlakuan 90 kg N/ha dengan 36 kg P/ha tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan 225 kg N/ha dengan 144 kg P/ha. Sehingga, dapat dinyatakan pemupukan dosis perlakuan tertinggi dan terendah menghasilkan tinggi batang yang tidak berbeda nyata.

Tabel 4. Pengaruh Interaksi N dan P Pupuk N (kg/ha) 36 ---90 299.3abcd 135 313.9abcd 180 308.6abcd 225 308.2abcd

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% 0 50 100 150 200 250 300 350 3 4 T ingg i B at ang (c m )

Gambar 4. Pertumbuhan Tinggi Batang Tebu Umur 3-11 BST

Interaksi N dan P tampak pengaruhnya secara nyata pada tinggi batang 4). Interaksi perlakuan 225 kg N/ha dengan 72 kg P/ha menghasilkan tanaman tertinggi dan mampu meningkatkan tinggi batang sebesar 14.67 % jika dibandingkan dengan perlakuan yang menghasilkan tanaman terendah (interaksi perlakuan 135 kg N/ha dengan 108 kg P/ha). Interaksi perlakuan 90 kg N/ha dengan 36 kg P/ha tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan 225 kg N/ha dengan 144 kg P/ha. Sehingga, dapat dinyatakan pemupukan dosis perlakuan tertinggi dan terendah menghasilkan tinggi batang

yata.

Pengaruh Interaksi N dan P terhadap Tinggi Batang pada 11 BST Pupuk P (kg/ha)

72 108 144

---cm---299.3abcd 290.8cd 322.8ab 303.4abcd

313.9abcd 323.0ab 283.6d 316.6abc

308.6abcd 295.0abcd 312.1abcd 304.9abcd

308.2abcd 325.2a 293.0bcd 315.2abcd

angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT

5 6 7 8 9 10 11

Umur (BST)

Interaksi N dan P tampak pengaruhnya secara nyata pada tinggi batang perlakuan 225 kg N/ha dengan 72 kg P/ha menghasilkan tanaman tertinggi dan mampu meningkatkan tinggi batang sebesar dengan perlakuan yang menghasilkan tanaman ha). Interaksi perlakuan 90 kg N/ha dengan 36 kg P/ha tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan 225 kg N/ha dengan 144 kg P/ha. Sehingga, dapat dinyatakan pemupukan dosis perlakuan tertinggi dan terendah menghasilkan tinggi batang

pada 11 BST 144 --- 303.4abcd 316.6abc 304.9abcd 315.2abcd angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT

(5)

Jumlah Tanaman per Juring

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan N berpengaruh nyata terhadap jumlah tanaman per juring. Semakin tinggi dosis pupuk N semakin banyak jumlah tanaman per juring seperti yang terjadi pada pengamatan 7 dan 10 BST (Tabel 5). Pupuk N dengan dosis terendah (90 kg/ha) menghasilkan tanaman per juring paling sedikit. Tiga dosis selebihnya menghasilkan jumlah tanaman per juring yang tidak berbeda nyata, namun lebih tinggi daripada dosis 90 kg/ha tersebut. Semakin tinggi dosis pupuk P juga menghasilkan jumlah tanaman per juring semakin banyak, yang tampak nyata pada umur 5 dan 10 BST.

Tabel 5. Jumlah Tanaman per Juring pada Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen dan Dosis Pupuk Fosfor

Perlakuan

Bulan Setelah Tanam (BST)

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 ---tanaman /juring--- Nitrogen (kg/ha) 90 52.2 187.4 120.7 112.7 112.9 104.9b 122.2 140.1 122.7b 135.8 135 52.3 192.5 123.5 113.8 112.5 110.9ab 123.4 143.9 128.5ab 137.6 180 55.3 197.3 127.9 116.6 115.1 117.4a 125.1 146.2 132.5a 135.7 255 55.5 191.5 127.6 117.1 117.4 111.2ab 126.4 149.1 133.6a 141.1 Rata-Rata N 53.8 192.1 124.9 115.1 114.5 111.1 124.3 144.8 129.3 137.5 Fosfor (kg/ha) 36 55.2 189.6 121.1 114.5ab 112.9 109.8 123.6 142.6 125.1b 138.6 72 54.1 194.6 125.1 114.5ab 115.4 106.3 124.3 145.2 132.0ab 135.7 108 54.4 185.1 123.2 112.2b 114.2 110.6 122.6 145.9 124.1b 128.1 144 51.6 199.2 130.3 119.1a 115.5 117.5 126.6 145.5 136.1a 147.8 Rata-Rata P 53.8 192.1 124.9 115.1 114.5 111.1 124.3 144.8 129.3 137.5 Rata-Rata NP 53.8 192.1 124.9 115.1 114.5 111.1 124.3 144.8 129.3 137.5 Rata-rata NP/m 3.6 12.8 8.3 7.7 7.6 7.4 8.3 9.7 8.6 9.2 Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata pada uji DMRT taraf 5%

Kurva respon pada Gambar 5, menunjukkan peningkatan dosis pupuk N dapat meningkatkan jumlah tanaman per juring berdasarkan persamaan linier Y=0.034x+116.5, dan menggambarkan bahwa dosis 225 kg N/ha belum merupakan dosis yang optimum. Hal ini terlihat lebih jelas terutama saat tanaman berumur 10 BST (R2= 0.921) dari pada 7 BST (R2= 0.409). Nilai koefisien determinasi (R2) = 0.921 menunjukkan bahwa 92.1% dari keragaman rataan jumlah tanaman per juring terhitung dalam fungsi linier pada 10 BST, sedangkan pada 7 BST hanya 40.9 %.

(6)

Gambar 5. Hubungan Persamaan Antara Jumlah Tanaman per Juring dengan Pupuk N

Respon pemupukan P terhadap peubah jumlah tanaman per juring dapat dinyatakan dalam persamaan regresi Y= 0.014x+112.2 pada 5 BST dan persamaan regresi Y= 0.031x+123.0 pada 10 BST. Kurva respon yang dihasilkan cenderung menunjukkan hubungan yang tidak linier karena pada 5 dan 10 BST mempunyai nilai koefisien determinasi (R2) yang kecil yaitu sebesar 0.263 dan 0.320 (Gambar 6). Nilai R2 tersebut menunjukkan bahwa hanya 26.3% dan 32% dari keragaman rataan jumlah tanaman per juring terhitung dalam fungsi linier.

Gambar 6. Hubungan Persamaan Antara Jumlah Tanaman per Juring dengan Pupuk P y = 0,023x + 102,2 R² = 0,409 y = 0,034x + 116,5 R² = 0,921 0 20 40 60 80 100 120 140 160 90 135 180 225 Jum la h T ana m an / Jur ing

Dosis Pupuk N (kg/ha) 7 BST 10 BST y = 0,014x + 112,2 R² = 0,263 y = 0,031x + 123,0 R² = 0,320 0 20 40 60 80 100 120 140 160 36 72 108 144 Jum la h T ana m an / Jur ing

Dosis Pupuk P (kg/ha) 5 BST

(7)

Spesific Leaf Area (SLA)

Pemupukan Nitrogen dan Fosfor serta interaksinya tidak berpengaruh terhadap peubah Spesific Leaf Area (SLA). SLA Rata-rata SLA pada perlakuan N dan P adalah 1.1 Ha/kg. Nilai rata-rata SLA cenderung menurun dengan bertambahnya umur. Hal tersebut menunjukkan bahwa saat fase pemasakan dan pematangan tebu kemampuan tanaman dalam fotosintesis semakin berkurang dan pertumbuhan vegetatif mulai berkurang. Nilai rata-rata SLA mulai dari umur 3-11 BST tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata SLA pada Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor

Peubah BST

3 5 7 8 9 10 11

---Ha/kg (/1000)---

SLA 1.2 1.2 1.1 1.0 1.0 1.1 1.0

BK Akar, BK Batang, dan BK Daun

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan Nitrogen dan Fosfor serta interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah BK akar dan BK batang. Nilai berat kering masing-masing organ tebu (1-11 BST) tertera pada Tabel 7. Pengaruh pupuk N terhadap BK daun hanya terlihat pada awal pertumbuhan (1 BST) selanjutnya tidak berpengaruh. Tanaman yang memperoleh pupuk N sebesar 225 kg/ha memiliki BK daun tertinggi, sedangkan untuk ketiga dosis lainnya yang lebih rendah tidak berbeda nyata. Pupuk P memperlihatkan pengaruh yang tidak konsisten selama pertumbuhan dari 1-11 BST (Tabel 8).

Tabel 7. Rata-rata Bobot Kering Akar, Batang, dan Daun (g) Tanaman Tebu umur 1-11 BST Peubah 1BST 3 BST 5 BST 9 BST 11 BST BK Akar 0.20 8.50 30.10 42.90 41.50 BK Batang 0.58 99.43 509.32 1168.85 1319.58 BK Daun 0.30 93.76 174.22 227.73 146.92 BK Daduk 0.09 28.81 57.13 56.17 51.01 BK Daun Total 0.39 122.56 231.35 283.89 197.94

(8)

Tabel 8. Bobot Kering Daun pada Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor

Perlakuan Bulan Setelah Tanam (BST)

1 3 5 9 11 ---g/tanaman--- Nitrogen (kg/ha) 90 0.26b 94.27 159.83 203.11 149.23 135 0.28b 83.36 191.93 247.55 136.09 180 0.25b 99.01 164.09 214.82 159.64 225 0.39a 98.38 181.04 245.42 142.74 Rata-Rata N 0.30 93.76 174.22 227.73 146.92 Fosfor (kg/ha) 36 0.24b 87.89 163.30 209.12 137.40b 72 0.28ab 86.87 157.69 233.18 191.49a 108 0.35a 108.99 177.26 242.49 134.67b 144 0.31ab 91.27 198.64 226.12 124.13b Rata-Rata P 0.30 93.76 174.22 227.73 146.92 Rata-Rata NP 0.30 93.76 174.22 227.73 146.92

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Interaksi pupuk N dan P juga berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering daun pada 1 BST. Pemupukan N dosis tertinggi (225 kg/ha) yang dikombinasikan dengan pemupukan P 108 kg/ha mampu menghasilkan bobot kering daun paling tinggi dari perlakuan lainnya. Kombinasi pemupukan N dan P dengan dosis terendah (90 kg N/ha dan 36 kg P/ha) menghasilkan BK daun terendah (Tabel 9). Kombinasi perlakuan lainnya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.

Tabel 9. Pengaruh Interaksi N dan P terhadap Bobot Kering Daun pada Umur 1 BST Pupuk N (kg/ha) Pupuk P (kg/ha) 36 72 108 144 ---g--- 90 0.15c 0.29bc 0.26bc 0.34b 135 0.29bc 0.30bc 0.24bc 0.29bc 180 0.19bc 0.19bc 0.29bc 0.35b 225 0.35b 0.33b 0.61a 0.26bc

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

(9)

Peningkatan bobot kering organ daun, batang dan akar terjadi dengan adanya peningkatan

menurun sehingga akan terbentuk kurva pertumbuhan (sigmoid) masing-masing organ memiliki perbedaan

kering maksimum. Pada organ akar dan daun nilai maksimum dicapai saat tanaman tebu berumur 9 BST, sedangkan organ batang nilainya cenderung meningkat hingga panen seperti tam

Gambar 7. Per

Dari gambar di atas juga diketahui periode kritis yaitu pada saat tanaman melakukan aktivitas pertumbuhan maksimal. Pada 3 dan 9 BST, terjadi peningkatan pertumbuhan BK organ daun,

itu, unsur hara yang tersedia harus dapat mencukupi kebutuhan tanaman yang dimanfaatkan dalam pertumbuhan vegetatif. Sehingga pada 3 dan 9 BST merupakan periode kritis yang sangat menentukan tinggi rendahnya produksi tanaman tebu. 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1 B K ( g /t ana m an) Akar Batang Daun

Peningkatan bobot kering organ daun, batang dan akar tanaman adanya peningkatan umur dan pada titik tertentu berangsur menurun sehingga akan terbentuk kurva pertumbuhan (sigmoid). Se

memiliki perbedaan waktu untuk mencapai nilai

kering maksimum. Pada organ akar dan daun nilai maksimum dicapai saat tanaman tebu berumur 9 BST, sedangkan organ batang nilainya cenderung meningkat hingga panen seperti tampak pada Gambar 7.

Gambar 7. Perkembangan Bobot Kering Tanaman Tebu

Dari gambar di atas juga diketahui periode kritis yaitu pada saat tanaman melakukan aktivitas pertumbuhan maksimal. Pada 3 dan 9 BST, terjadi peningkatan pertumbuhan BK organ daun, batang dan akar yang tinggi. Pada saat itu, unsur hara yang tersedia harus dapat mencukupi kebutuhan tanaman yang dimanfaatkan dalam pertumbuhan vegetatif. Sehingga pada 3 dan 9 BST merupakan periode kritis yang sangat menentukan tinggi rendahnya produksi

3 5 9 11 Umur (BST) Akar Batang Daun tanaman tebu dan pada titik tertentu berangsur-angsur . Selain itu, waktu untuk mencapai nilai bobot kering maksimum. Pada organ akar dan daun nilai maksimum dicapai saat tanaman tebu berumur 9 BST, sedangkan organ batang nilainya cenderung

Dari gambar di atas juga diketahui periode kritis yaitu pada saat tanaman melakukan aktivitas pertumbuhan maksimal. Pada 3 dan 9 BST, terjadi batang dan akar yang tinggi. Pada saat itu, unsur hara yang tersedia harus dapat mencukupi kebutuhan tanaman yang dimanfaatkan dalam pertumbuhan vegetatif. Sehingga pada 3 dan 9 BST merupakan periode kritis yang sangat menentukan tinggi rendahnya produksi

(10)

Jumlah Ruas

Pupuk N dan P tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah ruas. Interaksi keduanya juga tidak berpengaruh nyata dari awal pertumbuhan hingga tanaman berumur 10 BST. Interaksi pupuk N dan P berpengaruh nyata pada saat tanaman tebu berumur 11 BST. Nilai rata-rata jumlah ruas cenderung meningkat dengan bertambahnya umur (Tabel 10). Rata-rata pembentukan ruas pada tebu kurang lebih 2 ruas/bulan.

Tabel 10. Rata-rata Jumlah Ruas Tanaman Tebu (ruas/tanaman) umur 7-11 BST

Perlakuan 7 BST 8 BST 9 BST 10 BST 11 BST

Jumlah Ruas 20.2 22.8 24.1 29.5 29.7

Perlakuan pupuk N sebesar 180 kg/ha yang dikombinasikan dengan pupuk P 72 kg/ha menghasilkan tanaman dengan jumlah ruas paling sedikit pada 11 BST. Perlakuan pupuk N 135 kg/ha dan pupuk P 36 kg/ha menghasilkan tanaman dengan jumlah ruas yang lebih banyak, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 11).

Tabel 11. Jumlah Ruas pada Interaksi Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen dan Fosfor pada 11 BST

Pupuk N (kg/ha) Pupuk P (kg/ha)

36 72 108 144

---ruas/tanaman---

90 28.2ab 29.3ab 31.1a 30.1ab

135 31.1a 30.2ab 27.8ab 30.1ab

180 31.0a 27.2b 30.9a 30.0ab

225 29.2ab 31.1a 28.2ab 29.7ab

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Diameter Batang

Perlakuan pemupukan N dan P serta interaksinya, tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang bagian atas dan tengah pada umur 7-11 BST. Pada umur 6 BST pupuk N berpengaruh nyata pada diameter batang bagian tengah dengan pola yang tidak menentu, dan pengaruhnya menjadi tidak nyata pada umur-umur

(11)

yang lebih tua. Pada diameter bagian bawah, pengaruh pupuk N terlihat pada akhir pengamatan (11 BST) semakin tinggi dosis pupuk N semakin besar diameter batang tebu (Tabel 12). Nilai rata-rata diameter batang cenderung menurun mulai tanaman berumur 7 BST hingga 11 BST. Nilai rata-rata diameter batang bagian atas tengah dan bawah berkisar antara 16.1 – 28.7 cm (Tabel 13).

Tabel 12. Diameter Tengah dan Diameter Bawah pada Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen

Perlakuan Diameter Tengah Diameter Bawah

6 BST 11 BST ---cm--- Pupuk N (kg/ha) 90 26.8a 26.7ab 135 25.7b 25.6b 180 27.1a 27.1ab 225 26.5ab 28.3a Rata-Rata N 26.5 26.9

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Tabel 13. Rata-rata Diameter Batang Tebu (cm) Bagian Atas, Tengah dan Bawah pada Berbagai Umur

Perlakuan 6 BST 7 BST 8 BST 9 BST 10 BST 11 BST

Bagian Atas 17.7 18.1 17.2 16.8 16.5 16.1

Bagian Tengah 26.5 26.2 25.6 26.0 26.1 24.6

Batang Bawah 27.4 28.7 27.7 28.2 28.3 26.9

Respon diameter batang terhitung dalam persamaan linier Y= -0.364x + 20.15 untuk diameter bagian atas, Y= -0.274x + 28.15 untuk diameter bagian tengah dan persamaan Y = -0.096x + 28.67 untuk bagian bawah. Nilai koefisien keragaman (R2) dari ketiga bagian pengukuran diameter tersebut menunjukkan bahwa sebesar 87%, 56.2% dan 7% dari keragaman rataan diameter bagian atas, tengah dan bawah terhitung dalam fungsi linier. Pada kurva respon terlihat bahwa terjadi penurunan diameter batang seiring dengan bertambahnya umur. Hal tersebut terlihat jelas pada diameter bagian atas karena nilai R2 paling besar daripada lainnya (Gambar 8).

(12)

Gambar 8. Pertumbuhan Diameter Batang Bagian Atas, Tengah, dan Bawah

Rendemen

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan Nitrogen, Fosfor, dan interaksinya tidak berpengaruh terhadap rendemen. Rata-rata nilai rendemen cenderung meningkat dengan semakin bertambahnya umur tanaman (Tabel 14) karena proses pemasakan dan pembentukan gula terus berlangsung hingga rendemen mencapai maksimum. Rendemen tebu berkisar antara 8.1 % - 8.5 %.

Tabel 14. Rata-rata Rendemen pada Perlakuan Pupuk Nitrogen dan Fosfor pada 9-11 BST

Perlakuan Bulan Setelah Tanam (BST)

9 10 11 Nitrogen (kg/ha) ---%--- 90 7.8 7.0 8.3 135 7.3 7.0 8.3 180 7.2 7.1 8.3 225 7.3 7.3 8.5 Rata-Rata N 7.4 7.1 8.3 Fosfor (kg/ha) 36 7.3 7.2 8.3 72 7.5 7.2 8.5 108 7.5 7.2 8.4 144 7.3 6.8 8.1 Rata-Rata P 7.4 7.1 8.3 Rata-Rata NP 7.4 7.1 8.3 y = -0,364x + 20,15 R² = 0,870 y = -0,274x + 28,15 R² = 0,562 y = -0,096x + 28,67 R² = 0,077 0 5 10 15 20 25 30 35 6 7 8 9 10 11 D ia m et er B at ang (c m ) Umur (BST) Bagian Atas Bagian Tengah Batang Bawah

(13)

Jumlah Tanaman Dipanen per Juring

Hasil analisis ragam, menunjukkan bahwa pemupukan N dan P dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah batang tebu dipanen per juring. Pada penelitian ini diperoleh nilai jumlah tanaman dipanen per juring berkisar antara 118.2 tanaman/juring sampai 131.3 tanaman/juring (Tabel 15). Rata-rata batang tebu yang dapat dipanen sebanyak 125.4 tanaman/juring atau 8.4 tanaman/m.

Tabel 15. Rata-rata Jumlah Tanaman Dipanen per Juring pada Perlakuan Dosis Nitrogen dan Fosfor saat Panen

Perlakuan Panen --tanaman/juring *) -- ---tanaman/m--- Nitrogen (kg/ha) 90 119.6 8.0 135 125.8 8.4 180 127.9 8.5 225 128.2 8.5 Rata-Rata N 125.4 8.4 Fosfor (kg/ha) 36 121.3 8.1 72 130.8 8.7 108 131.3 8.8 144 118.2 7.9 Rata-Rata P 125.3 8.4 Rata-Rata NP 125.4 8.4 *) = Panjang juring 15 m Produksi

Analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan N dan P dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap berat tebu atau produksi. Pada penelitian ini diperoleh nilai produksi tebu berkisar antara 79.4 ton/ha sampai 87.5 ton/ha dengan rata-rata sebesar 162.3 kg/juring atau 83.2 ton/ha (Tabel 16). Nilai tersebut hanya mencapai 83.9 % potensi produksi varietas yang digunakan (Kidang Kencana) yaitu sebesar 99.2 ton/ha.

(14)

Tabel 16. Rata-rata Bobot Tebu (Produksi) pada Perlakuan Dosis Nitrogen dan Fosfor saat Panen

Perlakuan Bobot Tebu

---kg/juring*)--- .---ton/ha--- Nitrogen (kg/ha) 90 159.5 81.8 135 159.0 81.5 180 164.6 84.4 255 165.9 85.1 Rata-Rata N 162.3 83.2 Fosfor (kg/ha) 36 159.2 81.6 72 170.7 87.5 108 164.2 84.2 144 154.9 79.4 Rata-Rata P 162.3 83.2 Rata-Rata NP 162.3 83.2 *) = Panjang juring 15 m Hablur

Sidik ragam menunjukkan bahwa pemupukan N dan P tidak berpengaruh nyata terhadap hablur (kristal gula) yang akan dihasilkan ketika tebu diproses menjadi gula di dalam pabrik. Pada penelitian ini nilai hablur yang dihasilkan berkisar antara 6 452 kg/ha sampai 7 448 kg/ha dengan rata-rata sebesar 6 942 ton/ha (Tabel 17).

Tabel 17. Rata-rata Hablur pada Perlakuan Dosis Nitrogen dan Fosfor saat Panen Perlakuan Panen ---kg/ha--- Nitrogen (kg/ha) 90 6 771 135 6 780 180 6 967 225 6 942 Rata-Rata N Fosfor (kg/ha) 36 6 795 72 7 448 108 7 072 144 6 452 Rata-Rata P 6 942 Rata-Rata NP 6 942

(15)

Kandungan Nitrogen

Saat tanaman berumur 1, 3 dan 6 BST kadar N daun cenderung menurun (Tabel 18) dan nilainya tergolong lebih rendah dari batas kecukupan unsur hara tanaman tebu (Lampiran 12). Hal serupa juga terjadi pada kadar N batang (Tabel 19) dan akar (Tabel 20).

Tabel 18. Kandungan Hara N Daun Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N dan P (1, 3, dan 6 BST)

Umur Pupuk N (kg/ha) Pupuk P (kg/ha)

36 72 108 144 1 BST ---%--- 90 1.48 1.43 1.47 1.38 135 1.44 1.45 1.57 1.44 180 1.44 1.37 1.71 1.48 225 1.48 1.48 1.51 1.51 3 BST 90 1.07 1.17 1.17 1.06 135 1.07 1.14 1.01 1.17 180 1.02 1.06 1.09 1.14 225 0.96 1.24 1.10 1.11 6 BST 90 0.95 0.79 0.86 0.88 135 0.95 0.88 0.96 0.93 180 0.93 0.77 0.94 0.83 225 0.93 0.83 0.82 0.82

Tabel 19. Kandungan Hara N Batang Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)

Umur Pupuk N (kg/ha) Pupuk P (kg/ha)

36 72 108 144 3 BST ---%--- 90 0.97 0.94 0.81 0.79 135 0.87 0.85 0.98 1.00 180 0.85 0.86 0.95 0.78 225 0.84 0.84 0.86 0.81 6 BST 90 0.49 0.45 0.46 0.48 135 0.48 0.45 0.57 0.59 180 0.47 0.51 0.57 0.50 225 0.48 0.50 0.50 0.56

(16)

Tabel 20. Kandungan Hara N Akar Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)

Umur Pupuk N (kg/ha) Pupuk P (kg/ha)

36 72 108 144 3 BST ---%--- 90 0.48 0.46 0.44 0.48 135 0.44 0.43 0.47 0.44 180 0.45 0.40 0.50 0.43 225 0.43 0.42 0.46 0.42 6 BST 90 0.35 0.35 0.38 0.36 135 0.35 0.43 0.39 0.42 180 0.35 0.37 0.36 0.35 225 0.40 0.37 0.36 0.41

Efisiensi serapan unsur N pada organ daun, batang dan akar tebu mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur. Serapan N tertinggi terdapat pada organ batang (Tabel 21). Menurut Erwin dan Abidin (1986) unsur N diserap relatif sedikit pada umur 1 bulan dan makin bertambah jumlahnya sesuai dengan bertambahnya umur. Jika kebutuhan N tidak diimbangi dengan ketersediaan kecukupan N dalam tanah akan mengakibatkan penyerapan terhadap unsur N berkurang sehingga dapat terjadi penurunan kadar N pada daun, batang dan akar.

Tabel 21. Efisiensi Serapan N (%) pada Organ Tanaman Tebu

Perlakuan Daun Batang Akar

1 BST 3 BST 6 BST 3 BST 6 BST 3 BST 6 BST N1P1 0.0031 3.38 5.06 3.13 7.21 0.13 0.37 N1P2 0.0056 4.78 3.93 2.66 6.09 0.18 0.29 N1P3 0.0058 6.92 4.33 5.02 7.82 0.25 0.33 N1P4 0.0061 4.38 5.25 4.33 7.15 0.17 0.39 N2P1 0.0059 4.70 3.97 3.84 5.01 0.12 0.30 N2P2 0.0067 3.63 5.16 4.10 8.42 0.15 0.42 N2P3 0.0048 5.35 4.05 4.46 7.55 0.15 0.32 N2P4 0.0058 5.65 5.89 3.72 9.32 0.14 0.37 N3P1 0.0038 5.28 3.52 4.28 5.96 0.12 0.33 N3P2 0.0038 5.91 5.14 6.07 8.93 0.29 0.35 N3P3 0.0071 5.73 4.14 4.37 6.42 0.19 0.24 N3P4 0.0071 4.87 4.48 3.99 6.88 0.16 0.35 N4P1 0.0079 6.18 4.81 4.92 7.06 0.25 0.26 N4P2 0.0063 4.05 3.66 6.28 8.27 0.28 0.40 N4P3 0.0149 4.72 5.38 3.19 8.57 0.18 0.32 N4P4 0.0055 6.07 4.81 4.18 12.40 0.21 0.38 Rata-rata 0.0063 5.10 4.60 4.28 7.69 0.17 0.34

(17)

Rata-rata efisiensi serapan N pada organ batang dan akar mengalami kenaikan hingga tanaman berumur 6 BST. Pada organ daun mengalami peningkatan hingga 3 BST kemudian berangsur-angsur turun (Gambar 9). Efisiensi penggunaan unsur N tertinggi terdapat pada batang tebu saat tanaman berumur 6 BST ( Tabel 22).

Gambar 9. Rata-rata Efisiensi Serapan N Organ Tanaman Tebu saat 1, 3 dan 6 BST

Tabel 22. Efisiensi Penggunaan N pada Organ Tanaman Tebu saat Berumur 6 BST

Perlakuan Daun Batang

Serapan N (kg/ha) NUE (%) Serapan N (kg/ha) NUE (%)

N1P1 26.54 29.49 32.76 36.40 N1P2 29.32 32.57 32.99 36.65 N1P3 34.34 38.16 39.47 43.86 N1P4 26.03 28.92 28.17 31.30 N2P1 24.90 18.44 27.36 20.27 N2P2 30.23 22.39 39.16 29.00 N2P3 25.69 19.03 35.41 26.23 N2P4 35.41 26.23 41.47 30.72 N3P1 25.92 14.40 32.82 18.23 N3P2 35.51 19.73 46.85 26.03 N3P3 32.63 18.13 37.83 21.02 N3P4 27.94 15.52 33.48 18.60 N4P1 33.74 15.00 40.63 18.06 N4P2 30.98 13.77 47.63 21.17 N4P3 30.08 13.37 37.33 16.59 N4P4 30.26 13.45 55.35 24.60 Rata-rata 29.97 21.16 38.05 26.17 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 BST 3 BST 6 BST N (%) N Daun N Batang N Akar

(18)

Kandungan Fosfor

Kandungan hara P daun, cenderung menurun seiring bertambahnya umur (Tabel 23). Hal serupa juga terjadi pada kadar P batang (Tabel 24) dan akar (Tabel 25) meskipun demikian, kadar unsur P tersebut tergolong masih mencukupi kebutuhan hara tanaman tebu (Lampiran 12).

Tabel 23. Kandungan Hara P Daun Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N dan P (1, 3, dan 6 BST)

Umur Pupuk N (kg/ha) Pupuk P (kg/ha)

36 72 108 144 1 BST ---%--- 90 0.25 0.23 0.23 0.24 135 0.23 0.22 0.22 0.23 180 0.24 0.24 0.23 0.23 225 0.24 0.24 0.24 0.23 3 BST 90 0.22 0.32 0.27 0.29 135 0.27 0.26 0.28 0.27 180 0.28 0.28 0.29 0.30 225 0.29 0.33 0.27 0.32 6 BST 90 0.18 0.23 0.19 0.14 135 0.16 0.21 0.20 0.18 180 0.16 0.19 0.19 0.16 225 0.28 0.18 0.13 0.20

Tabel 24. Kandungan Hara P Batang Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)

Umur Pupuk N (kg/ha) Pupuk P (kg/ha)

36 72 108 144 3 BST ---%--- 90 0.23 0.31 0.20 0.25 135 0.28 0.20 0.14 0.25 180 0.21 0.29 0.20 0.22 225 0.26 0.27 0.16 0.21 6 BST 90 0.14 0.17 0.12 0.17 135 0.15 0.16 0.16 0.17 180 0.15 0.13 0.16 0.12 225 0.18 0.19 0.15 0.16

(19)

Tabel 25. Kandungan Hara P Akar Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)

Umur Pupuk N (kg/ha) Pupuk P (kg/ha)

36 72 108 144 3 BST ---%--- 90 0.07 0.08 0.11 0.06 135 0.06 0.06 0.08 0.06 180 0.06 0.08 0.08 0.08 225 0.07 0.06 0.07 0.07 6 BST 90 0.05 0.06 0.06 0.05 135 0.06 0.06 0.05 0.06 180 0.05 0.07 0.05 0.06 225 0.07 0.08 0.06 0.07

Efisiensi serapan unsur P memiliki nilai yang berbeda pada organ daun, batang dan akar tebu dan nilainya semakin cenderung meningkat pada 1, 3 dan 6 BST. Serapan P tertinggi terdapat pada organ batang (Tabel 26) sehingga kandungan P batang nilainya paling tinggi (0.31%).

Tabel 26. Efisiensi Serapan P (%) pada Organ Tanaman Tebu

Perlakuan Daun Batang Akar

1 BST 3 BST 6 BST 3 BST 6 BST 3 BST 6 BST N1P1 0.0007 0.88 1.22 0.99 2.82 0.02 0.08 N1P2 0.0012 1.51 0.78 0.96 2.55 0.03 0.07 N1P3 0.0012 2.35 0.85 1.84 3.06 0.04 0.06 N1P4 0.0013 1.67 1.93 1.69 3.57 0.04 0.08 N2P1 0.0013 1.55 1.55 1.51 2.66 0.03 0.06 N2P2 0.0013 1.12 1.68 1.28 3.86 0.03 0.08 N2P3 0.0009 1.94 1.19 2.05 2.50 0.04 0.07 N2P4 0.0012 1.98 1.18 1.50 4.49 0.03 0.10 N3P1 0.0008 1.67 1.04 1.42 2.08 0.04 0.08 N3P2 0.0008 2.16 1.44 1.05 3.49 0.05 0.06 N3P3 0.0013 1.93 1.11 1.01 2.41 0.04 0.05 N3P4 0.0015 1.47 0.71 0.94 2.75 0.03 0.07 N4P1 0.0018 2.28 0.71 2.34 4.25 0.05 0.06 N4P2 0.0014 1.34 0.78 2.17 3.44 0.06 0.07 N4P3 0.0028 1.64 1.40 1.27 2.71 0.05 0.07 N4P4 0.0011 2.27 1.56 1.39 4.77 0.05 0.09 Rata-rata 0.0013 1.74 1.20 1.46 3.21 0.04 0.07

Rata-rata efisiensi serapan P pada organ batang dan akar mengalami kenaikan hingga 6 BST. Pada organ daun mengalami peningkatan hingga 3 BST kemudian berangsur-angsur turun (Gambar 10). Selain itu, batang tebu juga menggunakan

(20)

unsur P yang terbanyak (Tabel 27). Hal ini dikarenakan unsur P sangat diperlukan dalam proses pembentukan gula pada batang tebu.

Gambar 10. Rata-rata Efisiensi Serapan P pada Organ Tanaman Tebu saat 1, 3 dan 6 BST

Tabel 27. Efisiensi Penggunaan P pada Organ Tanaman Tebu saat Berumur 6 BST

Perlakuan Daun Batang

Serapan P* (kg/ha) PUE (%) Serapan P* (kg/ha) PUE (%)

N1P1 26.54 29.49 32.76 36.40 N1P2 29.32 32.57 32.99 36.65 N1P3 34.34 38.16 39.47 43.86 N1P4 26.03 28.92 28.17 31.30 N2P1 24.90 18.44 27.36 20.27 N2P2 30.23 22.39 39.16 29.00 N2P3 25.69 19.03 35.41 26.23 N2P4 35.41 26.23 41.47 30.72 N3P1 25.92 14.40 32.82 18.23 N3P2 35.51 19.73 46.85 26.03 N3P3 32.63 18.13 37.83 21.02 N3P4 27.94 15.52 33.48 18.60 N4P1 33.74 15.00 40.63 18.06 N4P2 30.98 13.77 47.63 21.17 N4P3 30.08 13.37 37.33 16.59 N4P4 30.26 13.45 55.35 24.60 Rata-rata 6.00 8.43 11.83 16.78 *) P2O5 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 1 BST 3 BST 6 BST P (%) Daun Batang Akar

(21)

Kandungan Kalium

Hasil analisis kandungan K daun, saat tanaman berumur 3 BST kadarnya lebih besar dari umur 6 BST (Tabel 28). Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian unsur K meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Ketersediaan K tanah yang rendah (0.13 cmol(+)/kg) menyebabkan unsur K yang diserap tanaman jumlahnya sedikit sehingga kecukupan unsur K pada tanaman tebu belum terpenuhi (Lampiran 12) walaupun pupuk K tetap diberikan dengan dosis 270 kg/ha untuk semua perlakuan. Unsur K banyak dibutuhkan tanaman tebu yang digunakan untuk aktivitas pertumbuhan seperti fotosintesis, translokasi gula ke batang, dan dapat menyeimbangkan penyerapan unsur N dan P (Sundara, 1998).

Tabel 28. Kandungan Hara K Daun Tebu pada Berbagai Dosis Pupuk N dan P (3 dan 6 BST)

Umur Pupuk N (kg/ha) Pupuk P (kg/ha)

36 72 108 144 3 BST ---%--- 90 1.47 1.56 1.53 2.01 135 2.03 1.68 1.54 1.75 180 1.55 1.40 2.26 1.81 225 2.30 2.00 1.77 1.63 6 BST 90 0.67 1.14 1.07 1.35 135 1.37 1.17 1.05 1.10 180 1.38 1.09 1.56 0.77 225 0.98 0.78 0.74 0.92 Pembahasan

Pengaruh Pupuk Nitrogen

Pupuk N tidak berpengaruh pada produksi tebu (Tabel 16) dan hablur (Tabel 17), walaupun pengaruhnya tampak pada beberapa peubah pertumbuhan seperti meningkatnya tinggi tanaman pada 4 BST (Tabel 2), jumlah tanaman per juring pada 7 dan 10 BST (Tabel 5), diameter batang bagian tengah pada 6 BST dan diameter bagian bawah pada 11 BST (Tabel 12). Hasil analisis tanah pada awal percobaan menunjukkan kandungan unsur N dalam tanah tergolong sangat rendah (0.09 %). Setelah pupuk N diberikan, maka akan terlihat respon yang nyata pada peubah pertumbuhan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(22)

Wagimin (1985) terhadap tanaman Saccharum spontaneum menunjukkan bahwa kandungan N total pada tanah yang cukup rendah menyebabkan N yang tersedia bagi tanaman juga rendah sehingga penambahan Nitrogen menyebabkan tanaman memberikan respon nyata.

Jumlah tanaman dipanen per juring juga tidak dipengaruhi oleh perlakuan Nitrogen (Tabel 15), meskipun jumlah tanaman per juring berpengaruh nyata pada 7 dan 10 BST. Penyebabnya adalah saat panen dilakukan, terdapat batang tebu yang tidak memenuhi kriteria tebang seperti sogolan (anakan tebu) yang tingginya kurang dari 1 m, tebu berpenyakit atau terkena hama penggerek dan tebu mati sehingga batang tersebut tidak dihitung dalam produksi. Peubah pertumbuhan seperti tinggi batang, jumlah tanaman dan diameter batang menjadi faktor yang menentukan tinggi rendahnya produksi (Apoen, 1975) yaitu semakin tinggi jumlah tanaman, tinggi batang dan diameter batang maka semakin besar pula produksi dan hablur yang dihasilkan.

Pupuk N yang diberikan dari 90, 135, 180 sampai 225 kg/ha tidak berpengaruh nyata terhadap peubah produksi tebu karena pada peubah pertumbuhan tersebut juga tidak berpengaruh nyata saat menjelang panen (11 BST). Hal tersebut dapat terjadi, diduga adanya kehilangan unsur N yang berdampak pada penurunan kandungan N dalam tanah.

Unsur N dalam tanah dapat berkurang jumlahnya karena diserap oleh tanaman tebu selama fase pertumbuhan. Selain diserap oleh tanaman, unsur N dapat hilang karena tekstur tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah lempung liat berpasir. Menurut Hardjowigeno (2003) tanah berpasir cenderung memiliki KTK tanah yang rendah seperti pada penelitian ini (4.78 cmol(+)/kg). Hardjowigeno (2003) menambahkan KTK tanah yang rendah akan berdampak pada sedikitnya kation (NH4+) yang dijerap oleh koloid-koloid tanah. Hal tersebut didukung oleh pendapat Leiwakabessy dan Sutadi (1998) yang menyatakan bahwa kehilangan N-NH3 dari pemberian sejumlah urea ternyata meningkat dengan menurunnya KTK tanah.

Kehilangan unsur N dapat juga terjadi karena volatilisasi yang prosesnya dibantu oleh mikroorganisme. Menurut Soepardi (1983) reduksi biokimia dari Nitrogen nitrat menjadi senyawa gas melibatkan jasad mikro dari golongan

(23)

heterotropik. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan mikroorganisme tersebut adalah pH tanah. Dalam penelitian ini, pH tanah termasuk dalam kategori agak masam (5.6). Pada kondisi ini memberikan lingkungan tumbuh yang baik untuk perkembangan bakteri (Hardjowigeno, 2003) dalam mereduksi Nitrogen nitrat menjadi gas. Kehilangan unsur N dapat pula disebabkan oleh curah hujan tinggi (1 280 mm) yang mengakibatkan terjadinya pencucian N. Pencucian yang tinggi terjadi pada tanah dengan tekstur berpasir. Tanah berpasir seperti pada penelitian ini, memiliki ruang pori drainase yang lebih besar sehingga kemampuan dalam memegang air rendah. Akibatnya, N yang terlarut dalam air akan lebih mudah hilang karena pencucian.

Pengaruh Pupuk Fosfor

Pupuk P juga tidak berpengaruh pada produksi tebu (Tabel 16) dan hablur (Tabel 17), Pengaruhnya hanya tampak pada peubah pertumbuhan yaitu meningkatnya jumlah tanaman per juring pada 5 dan 10 BST (Tabel 5). Respon yang berbeda, diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Suhadi, et al (1985) terhadap tanaman tebu varietas PS 56 dan F 154 yaitu pemupukan P memberikan pengaruh terhadap panjang daun, lebar daun, panjang batang, panjang ruas dan diameter batang akan tetapi tidak berbeda nyata terhadap jumlah anakan dan jumlah daun. Jumlah tanaman per juring merupakan salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya berat batang per hektar (produksi). Jumlah tanaman yang semakin banyak akan menghasilkan produksi yang semakin besar.

Dalam penelitian ini, pupuk P yang diberikan dari 36, 72, 108 sampai 144 kg/ha tidak memberikan pengaruh terhadap peubah pertumbuhan, produksi tebu, dan hablur. Hal ini diduga karena kebutuhan hara tebu terhadap unsur P sudah terpenuhi sehingga P dosis tinggi dan rendah menghasilkan respon yang tidak nyata. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Afrida (2009) yang melaporkan bahwa pemberian pupuk P tidak berpengaruh terhadap produksi dan sebagian besar peubah pertumbuhan tanaman pegagan pada kondisi kebutuhan tanaman akan unsur P sudah tercukupi. Selain itu, pupuk P dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara tidak langsung jika dibandingkan dengan pemberian

(24)

pupuk N (Soepardi, 1983). Menurut Sundara (1998) kebutuhan tanaman tebu akan unsur Fosfor relatif lebih rendah dari unsur N dan K.

Hasil analisis tanah pada awal percobaan menunjukkan kandungan unsur P dalam tanah tergolong sangat tinggi (187 ppm). Kandungan unsur P yang tinggi pada tanah diduga berasal dari residu pupuk TSP yang diberikan sebelumnya yaitu sebesar 350 kg/ha. Fosfor hanya berperan dalam proses metabolisme energetik dan biosintesis tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998) misalnya pada proses pembentukan gula, Fosfor diinkorporasikan dalam adenosin trifosfat (ATP) (Soepardi, 1983). Pada reaksi pembentukan sukrosa (Gambar 11), ATP digunakan bersama enzim untuk membentuk sukrosa (gula).

CO2 + O2 C6H12O6 + C6H12O6+O2

C6H12O6 + C6H12O6 C6H22O11 + H2O

Gambar 11. Reaksi Pembentukan Sukrosa

Tercukupinya Fosfor pada tanaman tebu diduga karena curah hujan yang tinggi (1 280 mm) menyebabkan Fosfor dilarutkan oleh air sehingga tersedia untuk tanaman dan memudahkan penyerapan unsur Fosfor secara difusi. Salah satu cara untuk meningkatkan keefisienan pengambilan Fosfor tanah yaitu dengan menurunkan kesukaran difusi melalui penambahan air dalam tanah (Sabiham et al., 1983). Tersedianya P bagi tanaman juga disebabkan oleh rendahnya kejenuhan Al (0.00 cmol(+)/kg) dan unsur Ca (3.33 cmol(+)/kg) yang sangat mudah mengikat unsur P menjadi bentuk senyawa yang tidak tersedia. Menurut Hardjowigeno (2003) salah satu penyebab kekurangan P di dalam tanah adalah pengikatan (fiksasi) oleh Al pada tanah masam atau Ca pada tanah alkalis.

Pengaruh Interaksi Pupuk Nitrogen dengan Fosfor

Interaksi Pupuk N dan P tidak berpengaruh pada produksi tebu (Tabel 16) dan hablur (Tabel 17), walaupun pengaruhnya tampak pada beberapa peubah pertumbuhan seperti tinggi batang pada 11 BST (Tabel 4), dan jumlah ruas pada 11 BST (Tabel 11). Jumlah ruas dan tinggi batang merupakan parameter untuk

Daun Matahari

Glukosa Fruktosa Sukrosa Enzim+ATP

(25)

melihat pemanjangan batang saat tebu memasuki fase pertumbuhan cepat. Bertambahnya tinggi batang akan diikuti oleh peningkatan jumlah ruas batang sehingga kedua peubah tersebut memiliki hubungan sinergis yang menentukan produksi. Saat panen, batang bawah tebu ditebang dengan ketinggian yang berbeda dari atas tanah sehingga panjang batang tebu menjadi lebih seragam. Hal tersebut menyebabkan tinggi batang tidak berpengaruh pada produksi.

Kombinasi pupuk N dan P yang diberikan berpengaruh terhadap peubah tinggi batang pada 11 BST tetapi tidak berpengaruh pada produksi dan hablur. Penelitian yang dilakukan oleh Saputro et al. (1990) melaporkan bahwa perlakuan pemupukan NPK yang dicobakan terhadap varietas tebu PSBM 86-418 dan PS 82-792 di Bungamayang menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap peubah produksi, rendemen dan hablur. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terganggunya keseimbangan unsur hara dalam tanah.

Penjelasan sebelumnya menunjukkan bahwa kandungan N dalam tanah dan organ tanaman tergolong rendah. Kehilangan N dalam tanah menyebabkan unsur N tersedia bagi tanaman juga rendah. Namun di sisi lain, kandungan P tersedia yang sangat tinggi menyebabkan kebutuhan tanaman tebu terhadap unsur P sudah tercukupi. Adanya ketidakseimbangan unsur hara tersebut akan mengganggu tanaman selama fase pertumbuhan. Menurut Foth (1988) peningkatan pertumbuhan dan produksi akibat pemberian Nitrogen tidak berubah apabila Fosfor, Kalium dan unsur penting lainnya tidak tersedia bagi tanaman dalam jumlah yang cukup. Hal tersebut menunjukkan bahwa keseimbangan unsur hara sangat diperlukan karena pemupukan yang berimbang berpengaruh baik terhadap produksi. Keseimbangan unsur hara di dalam tubuh tanah terjadi karena adanya interaksi antar unsur hara, sehingga untuk menjaga agar tetap diperoleh hasil gula yang tinggi, diperlukan adanya keseimbangan antar unsur hara yang satu dengan yang lain. (Usman, 1985).

Pada dasarnya, unsur N dan P memiliki hubungan yang sinergis yaitu jika pupuk Nitrogen diberikan dan pertumbuhan tanaman dirangsang, maka akan meningkatkan permintaan semua unsur hara tanaman lainnya misalnya pemakaian pupuk N-nitrat menyebabkan peningkatan penyerapan P dibanding pemakaian pupuk N-ammonium, sebagai konsekuensi meningkatnya reduksi nitrat menjadi

(26)

ammonium dalam metabolisme tanaman yang membutuhkan sejumlah energi ATP (Hanafiah, 2005). Selain itu, interaksi Fosfor dengan unsur Nitrogen mempengaruhi pemasakan (Sundara, 2004) dalam proses pembentukan gula (sukrosa). Marsadi dalam Maswal dan Abidin (1988) menyatakan bahwa Nitrogen merupakan unsur yang paling dominan diantara unsur yang diperlukan oleh tanaman tebu, yang berfungsi antara lain untuk mendorong pembentukan anakan yang akhirnya akan memperbanyak jumlah batang dan berat batang per hektar. Dalam keseimbangan yang serasi, Nitrogen, Fosfor, dan kalium merupakan pelengkap satu sama lainnya yang akan menaikkan produksi.

Pupuk N dan P tidak berpengaruh terhadap peubah produksi. Meskipun demikian, pupuk N dan P yang diberikan mampu menghasilkan rata-rata produksi yang lebih tinggi (83.2 ton/ha) jika dibandingkan dengan produksi tebu pabrik dan tebu rakyat (Lampiran 13). Hal ini diduga penggunaan dosis N yang lebih besar dari dosis sebelumnya (135 kg N/ha) pada perlakuan sehingga terdapat penambahan unsur N dalam tanah untuk meminimalisasi kehilangan unsur N selama fase pertumbuhan. Menurut Pawirosemadi dalam Maswal dan Abidin (1988), pada tanah yang kurang persediaan unsur hara N, P dan K, perlu ditambah unsur hara yang di perlukan dalam jumlah yang serasi, sebab masing-masing unsur hara akan memberikan pengaruh baik yang penuh kepada tanaman, jika unsur hara lain juga tersedia dalam jumlah yang cukup.

Gambar

Tabel  1.  Rekapitulasi  Sidik  Ragam  Pengaruh  Pupuk  Nitrogen  dan  Fosfor  terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tebu
Gambar 4. Pertumbuhan Tinggi
Gambar  5.  Hubungan  Persamaan  Antara  Jumlah  Tanaman  per  Juring  dengan Pupuk N
Tabel 7. Rata-rata Bobot Kering Akar, Batang, dan Daun (g) Tanaman  Tebu umur 1-11 BST  Peubah  1BST  3 BST  5 BST  9 BST  11 BST  BK Akar  0.20  8.50  30.10  42.90  41.50  BK Batang  0.58  99.43  509.32  1168.85  1319.58  BK Daun  0.30  93.76  174.22  227
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian dapat dibuktikan bahwa data citra dengan ukuran 138 kB akan menghasilkan rasio kompresi sebesar 42.75 % dengan menggunakan level kuantisasi 50 dan

Disamping itu waktu penelitian yang singkat (3,5 bulan), dimana tanaman alpukat ini termasuk kelompok tanaman yang pertumbuhannya lambat ( slow growing ). Tabel 1

Indeks kepuasan masyarakat terhadap pengelolaan sampah dalam wilayah kecamatan dan kelurahan.. DPA

 Menurut keterangan dari manajemen, satu pabrik baru bisa menghasilkan 100 juta liter air per tahun, atau sekitar 5% - 10% dari total kapasitas fasilitas produksi milik CLEO.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01/PMK.03/2007 tentang Penyesuaian Besarnya Peredaran Bruto bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Boleh Menghitung

Isu mengenai branding politik Presiden Jokowi di media massa daring dalam momentum 3 tahun pemerintahannya menarik untuk ditelaah lebih lanjut karena pada penelitian yang

Perubahan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Periode 18 November 2014 sampai dengan 28 Maret 2015 Tidak Memberikan Dampak Yang Nyata Terhadap Biaya Total Input Produksi Ayam

Berdasarkan hasil analisis korelasi dapat dilihat bahwa dari keenam faktor yang telah diidentifikasi, hanya terdapat dua faktor yang memiliki hubungan yang nyata terhadap