• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Reaksi Oksidasi -Pinena Menjadi Pinonaldehida (3-Asetil-2,2- dimetilsiklobutanasetaldehida) Dengan Potasium Permanganat (KMnO4) Pada ph 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Reaksi Oksidasi -Pinena Menjadi Pinonaldehida (3-Asetil-2,2- dimetilsiklobutanasetaldehida) Dengan Potasium Permanganat (KMnO4) Pada ph 3"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Reaksi Oksidasi -Pinena Menjadi Pinonaldehida

(3-Asetil-2,2-dimetilsiklobutanasetaldehida) Dengan Potasium Permanganat (KMnO4) Pada

pH 3

Bagus Nurkam Ramadhan

1

, Masruri

1

, and Mohammad Farid Rahman

1 1Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya,

Jalan Veteran Malang 65145

E-mail: bagusdiago94@gmail.com

ABSTRAK

Sintesis pinonaldehyde (C10H16O2, 3-Acetyl-2,2-dimethylcyclobutaneacetaldehyde) dari  -pinena hasil distilasi minyak terpentin menggunakan campuran potasium permanganat dan buffer sodium asetat. Tahapan reaksi yaitu cleavage oxidation terhadap -pinena dalam kondisi asam pH 3. Oksidasi ini menggunakan perbandingan mol antara -pinena, potasium permanganat dan buffer sodium asetat pH 3 adalah (1:2,5:0,5). Reaksi berlangsung selama 6 jam dengan pengadukan konstan dalam suhu dipertahankan ±10oC. Setiap jam reaksi diuji menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Hasil absorbasi dari uji spektrofotometri UV-Vis menunjukkan semakin lama reaksi tingkat absorbansi meningkat mengalami pergeseran batokromik. Setelah reaksi selesai dilakukan proses filtrasi, ekstraksi dan evaporasi. Persen hasil dari produk kasar crude diperoleh sebesar 77,68%. Kemudian produk dianalisa menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS).

Kata Kunci: minyak terpentin, -pinena, cleavage oxidation, pinonaldehyde ABSTRACT

Synthesis of pinonaldehyde (C10H16O2, 3-Acetyl-2,2-dimethylcyclobutaneacetaldehyde) from

-pinene distilled turpentine oil by potassium permanganate and buffer sodium acetate mixed. Step of reaction is the “cleavage oxidation” of -pinene in acidic condition of pH 3. This oxidation using ratio mole among -pinena, potassium permanganate and buffer sodium acetate pH 3 is (1:2,5:0,5). The reaction lasted for 6 hours with constant stirring and stabilized temperature ±10oC. Every hour the reaction was tested using spectrophotometry UV-Vis and Fourier Transform Infra Red (FTIR). Absorption result by using test of spectrophotometry UV-Vis showed the longer reaction then absorption rate increased and shifted bathochromic. After the reaction was completed then performed the filtration, extraction and evaporation process. Percent yield from crude product obtained by 77.68%. then the product analyzed with Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS).

Key Word: turpentine oil, -pinene, cleavage oxidation, pinonaldehyde PENDAHULUAN

Terpentin (turpentine oil) salah satu produk unggulan non-kayu dari Perum Perhutani Indonesia berupa minyak hasil penyulingan dari getah pohon pinus. Komponen utama terpentin yaitu senyawa -pinena yang kandungannya mencapai 65-85% [1].

Pemanfaatan -pinena secara langsung mempunyai keterbatasan terkait masih rendahnya tingkat bioaktivitas dan volatilitasnya [2]. Dalam persaingan pasar global perlu dilakukan peningkatan kapaitas produksi -pinena dan mendapatkan senyawa-senyawa turunannya. Salah satu senyawa-senyawa turunan dari -pinena yang aplikasinya luas yaitu pinonaldehyde (C10

H

16

O

2

,

3-Acetyl-2,2-dimethylcyclobutaneacetaldehyde).

Senyawa pinonaldehyde merupakan hasil transformasi dari senyawa -pinena yang dimanfaatkan sebagai senyawa antara (intermediet compound) melalui cleavage oxidation atau dikenal dengan oksidasi pemutusan. Dengan katalis asam senyawa ini mengkonversi ke arah senyawa yang memiliki berat molekul lebih tinggi melalui jalur polimerisasi dan kondensasi [3].

Berbagai oksidasi untuk memperoleh senyawa pinonaldehyde telah banyak dipelajari contohnya melalui ozonisasi (O3), radikal OH dan NO3. Namun, kadar yang diperoleh masih tergolong rendah, bahkan banyak yang terabaikan menjadi produk lain [4].

Dalam upaya mendapatkan kadar yang lebih tinggi dan bersifat ramah lingkungan green chemistry, oksidasi dilakukan dengan

(2)

potasium permanganat (KMnO4) sebagai oksidator. Dalam reaksinya oksidator ini mampu memutus ikatan rangkap pada rantai alkena [5]. Reaksi ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi reaksi seperti keasaman, lama reaksi, jumlah katalis dan suhu reaksi [6]. Pada penelitian ini oksidasi dioptimalkan dalam kondisi asam pH 3 menggunakan buffer sodium asetat. Hal ini karena pada kondisi asam potasium permanganat bereaksi keras, sehingga lebih efektif dalam menjalankan proses cleavage oxidation [7].

METODE PENELITIAN Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain minyak terpentin diperoleh dari PT Perhutani Anugerah Kimia, potasium permanganat (Merck), buffer asetat pH 3, metanol (Smart Lab), aquades, etil asetat (Smart Lab), plat kromatografi lapis tipis silika gel F60 (Merck).

Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat distilasi fraksinasi dengan penurunan tekanan, seperangkat alat gelas, pengaduk dengan magnetik stirer, refraktometer Abbe, piknometer 2 mL, evaporator vakum (Rotary evaporator IKA®RV 10), neraca analitik sortous, UV-Visible 1601 SHIMADZU, spektofotometer FTIR (FTIR 8400S SHIMADZU), kromatografi gas-spektrometer massa (GCMS-QP 2010S SHIMADZU).

Prosedur

Preparasi bahan penelitian

Melakukan distilasi fraksinasi dengan penurunan tekanan terhadap minyak terpentin untuk memperoleh -pinena. Fraksi pertama yang termasuk -pinena, dianalisis sifat fisiknya termasuk warna larutan, bau, indeks

bias, berat jenis (densitas), dan Spektra melalui Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS), Fourier Transform Infra Red (FTIR). Reaksi oksidatif -pinena pada kondisi buffer pH 3

Larutan KMnO4 dipersiapkan dengan menimbang padatan 7,3 gram dalam 30 mL air. Sebelum dicampur dengan larutan KMnO4, larutan -pinena 3 mL dicampur dengan air 5 mL ke dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan termometer, corong penetes dan pengaduk magnetik. Kemudian ditambahkan buffer asetat pH 3 sebanyak 1,5 mL. Selanjutnya labu leher tiga didinginkan dengan menggunakan baskom berisi es. Larutan KMnO4 dalam corong penetes siap untuk diteteskan secara perlahan-lahan dalam labu bersamaan dengan pengadukan konstan stirrer selama 6 jam. Reaksi dijaga pada suhu ±10oC. Apabila larutan KMnO4 habis (tidak menetes) dilakukan proses refluks. Setiap jam dilakukan pengecekan kromatografi lapis tipis (KLT) dan di uji dengan spektrofotometri UV-Vis dan FTIR. Setelah reaksi selesai, dilakukan proses filtrasi untuk memisahkan endapan MnO2. Endapan dicuci dengan air sebanyak 5 mL x 3. Kemudian filtrat dicampur dengan pelarut etil asetat untuk diekstraksi. Ekstraksi dilakukan sebanyak 50 mL x 3. Terakhir, dilakukan evaporasi dengan rotary evaporator vacum untuk pemekatan produk. Hasilnya ditimbang dan dihitung kadarnya (% yield). Analisis produk dilakukan dengan instrumen Gas

Chromatography-Mass Spectrometry

(GC-MS).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Oksidasi -pinena dengan campuran potasium permanganat (KMnO4) dan buffer sodium asetat pH 3 ini dilakukan pengamatan setiap jam sekali selama 6 jam reaksi. Hasil oksidasi menunjukkan kenaikan absorbasi dalam setiap jamnya kecuali pada waktu 5 jam. Kemudian absorbansi meningkat drastis pada waktu 6 jam. 0,947 1,09 1,403 1,74 1,732 3,141 -1 1 3 5

1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Jam 6 Jam

A b sorban si (A ) Waktu Reaksi

(3)

Gambar.1 Pengamatan reaksi oksidasi -pinena selama 6 jam Hasil pengukuran dengan

spektrofotometri UV-Vis menunjukkan bahwa reaksi oksidasi selama 6 jam mengalami pergeseran batokromik (pergeseran merah). Hal ini menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan untuk mengeksitasikan elektron dalam ikatan adalah lebih sedikit. Peningkatan absorbansi terjadi karena pada waktu reaksi setiap jam mulai terjadi proses oksidasi  -pinena menjadi pinonaldehyde yang ditandai perubahan warna KMnO4 dari lembanyung ke coklat kehitaman.

Pengaruh pergeseran batokromik ini dipengaruhi akibat adanya transisi n  * yang mengarah ke panjang gelombang lebih panjang. Adanya gugus kromofor seperti C=O dan COH juga berpengaruh dalam pergeseran panjang gelombang.

Pengukuran menggunakan metode spektrofotometri FTIR menunjukkan informasi terkait karakteristik dari masing-masing gugus fungsi senyawa produk yang terbentuk pada setiap jam reaksi.

Gambar.2 Spektra IR hasil oksidasi -pinena selama reaksi 6 jam

Gambar.3 Spektra IR hasil reaksi oksidasi -pinena menjadi produk senyawa pinonaldehida (C10H16O2, 3-Acetyl-2,2-dimethylcyclobutaneacetaldehyde). 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2500 3000 3500 4000 1/cm 0 15 30 45 60 75 90 %T 34 31 .1 3 29 81 .7 4 29 20 .0 3 28 75 .6 7 28 35 .1 6 27 27 .1 6 17 20 .3 9 16 54 .8 1 14 44 .5 8 13 71 .2 9 78 6. 90

(4)

Masing-masing gugus fungsi diamati dan dibandingkan dengan referensi menurut Skoog et al [8]. Pada senyawa pinonaldehyde (C10H16O2, 3-Acetyl-2,2-dimethyl cyclobutane acetaldehyde), terdapat gugus C=O aldehid dan keton pada 1760-1690 cm-1. Sedangkan pada 2850-2970 cm-1 terdapat C-H alifatik sp3. Adanya puncak fermi doublet termasuk karakteristik dari gugus aldehid yaitu berkisar antara 2900 cm-1 dan 2700 cm-1. Dari data spektra IR diatas (Gambar 2) menunjukkan masih lemahnya puncak-puncak spektra setiap gugus fungsi produk bahkan ada yang tidak muncul. Hal ini disebabkan karena pada pengukuran sampel masih terlalu encer.

Pengukuran diulangi lagi setelah dilakukan proses filtrasi, ekstraksi dan evaporasi. Bentuk spektra IR dapat dilihat pada (Gambar 3). Hasilnya yaitu terdapat gugus aldehide -COH fermi doublet yang overlap pada kisaran 2900 cm-1 dan C-H sp3 pada 2920,03 cm-1. Selain itu, ada gugus karbonil C=O pada 1720,39 cm-1. Karakteristik senyawa -pinena terpenting yaitu adanya gugus C=C pada 1652,88 cm-1 dan gugus =C-H pada 3024,18 cm-1.

Identifikasi produk dilanjutkan dengan karakterisasi menggunakan Gas

Chromatography-Mass Spectrometry

(GC-MS).

Gambar.4 Kromatogram hasil oksidasi -pinena selama reaksi 6 jam.

Gambar.5 Spektrum massa senyawa pinonaldehyde hasil oksidasi -pinena selama reaksi 6 jam. Hasil identifikasi dari GC-MS menunjukkan

bahwa terdapat senyawa pinonaldehyde (C10H16O2) pada puncak dasar (base peak) dengan m/z 43 dan ion molekuler yang menunjukkan berat molekul pinonaldehyde pada m/z = 168. Persen area yang diperoleh hasil pengukuran ini adalah 61,06% (retention time 11,302). Hasil tersebut tergolong rendah sehingga dalam penelitian selanjutnya perlu dilakukan optimalisasi termasuk lama reaksi dan suhu.

KESIMPULAN

Reaksi oksidasi -pinena dengan potasium permanganat pada kondisi pH asam menunjukkan adanya produk pinonaldehyde (C10H12O2, 3-Acetyl-2,2 dimethyl cyclobutane acetaldehyde). Hal ini dibuktikan dengan data FTIR yang menunjukkan adanya gugus karbonil dan aldehid serta dengan GCMS yang

membuktikan hasil produk dengan spektra -massa (m/z) yang diperoleh. Prospek kedepannya yaitu dilakukan optimalisasi termasuk lama reaksi, suhu dan pemurniannya untuk mendukung tingginya selektivitas terbentuknya produk ini.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kami sampaikan kepada Masruri, S.Si.,M.Si.,Ph.D. dan Moh. Farid Rahman, S.Si., M.Si. Selaku dosen pembimbing penelitian dalam bidang Kimia Organik, Jurusan Kimia, Universitas Brawijaya. Staff Lab. Kimia Organik dan Lab Instrumen, Jurusan Kimia, Universitas Brawijaya. PT Perhutani Anugerah Kimia atas pemberian minyak terpentin hasil penyulingan getah pohon pinus merkusii.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Gscheidmeier, M., and Fleig, H., 2000, Turpentines, Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry, Germany, 542. 2. Masruri and Arie S., 2005, Natural, 9,1,

6-11.

3. Iunuma, Y., Boge, O., Gnauk, T., and Herrmann, H., 2004, Atmospheric Environment, 38, 5, 761-773.

4. Capouet, M., Muller, J. F., Ceulemans, K., Compernolle, S., Verrcken, L., and Peeters, J., 2008, Journal of Geophysical Research, 113, D02308.

5. Dash, S., Patel, S., and Mishra, B. K., 2008, Tetrahedron, 65, 859, 707-739. 6. Masruri, Rekfa W. K., and M. Farid

Rahman, 2015, Indonesian Journal of Chemistry, (review completed).

7. Clark, Jim, 2003, http://www.chem guide.co.uk/organic props/alkenes/km no4.htm l.

8. Skoog, Douglas A., Holler F. James, Crouch, Stanley R., 2007, Principles of Instrumental Analysis, Thomson Learning, Inc, Belmont, 461.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian batuan induk (source rock) hidrokarbon telah dilakukan di daerah Bogor pada batulempung dari Formasi jatiluhur yang bertujuan untuk memperoleh data permukaan

Setelah mendapatkan curah hujan rata-rata berbagai stasiun yang ada di daerah aliran sungai, selanjutnya dianalisis secara statistik untuk mendapatkan pola sebaran yang

Secara lebih jauh untuk menentukan kepuasan pelanggan akan sebuah produk film dapat dilihat pada seberapa banyak penonton yang menonton film tersebut, dan apakah film

Badan pemerintah dan instansi vertikal lainnya merupakan suatu organisasi yang mana zakatnya dipotong secara langsung dari pendapatan gajinya per bulan. Pada saat

Untuk menghitung kadar dalam cuplikan digunakan metode komparatif, untuk itu diperlukan cuplikan standar yang mengandung unsur yang akan ditentukan, yang jumlah dan komposisi

Tekniknya: Misalnya, pada saat pembacaan berlangsung, ada kata atau frase yang melekat dalam pikiran kita, “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase pembagian hasil yang diterima nelayan pemilik sebesar 64% dan nelayan penggarap sebesar 36%, sedangkan kondisi ketahanan

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, lemahnya citra teh celup dalam negeri diduga karena harga konsumen produk teh celup itu sendiri lebih rendah dari pada