214
Ukuran Telur dan Larva Abalon Haliotis asinina dari Induk yang Diberi Pakan
Rumput LautGracillaria arcuata dan Ulva fasciata
[Performance of Egg and Larvae of Abalone Broodstock Haliotis asinina Feed
WithMacroalgaeGracillaria arcuata and Ulva fasciata]
Ainul Hak
1), Agus Kurnia
2), Yusnaini
3) 1Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan2&3
Dosen Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo
Jl. HEA Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Telp/Fax (0401) 3193732
1)E-mail: ainul.haq128@gmail.com 2
E-mail: agus.kurnia@yahoo.com 3)E-mail: yusyusnaini@ymail.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengeahui ukuran telur dan larva abalon dari induk yang diberi pakan jenis Gracillaria arcuata dan Ulva fasciata. Penelitian ini dilakukan selama 111 hari sejak tanggal 2 November 2016 sampai tanggal 20 Februari 2017 dari pemilihan induk sampai pemijahan.Penelitian ini menggunakan pemijahan secara alami dan induk abalon jantan dan betina dipisahkan wadah pemijahannya.Induk abalon telah mencapai tingkat kematangan gonad (TKG) ke 2, Abalon dipelihara didalan keranjang 30x30 cm sebanyak 3 individu dalam satu wadah, kemudian wadah keranjang dimasukkan ke dalam bak fiber yang berkapasitas 1000liter air laut. Induk abalon dipelihara sampai mencapai TKG 3 dan 4 dan siap untuk dipijahkan, Induk abalon yang telah matang gonad dipindahkan ke dalam wadah berkapasitas 70 liter air laut. Telur dan larva yang berhasil menetas diukur dibawah mikroskop binokuler 100x perbesaran menggunakan eyepiece.Variabel yang diamati adalah diameter telur, panjang larva. Data yang di dapatkan dianalisis dengan analisis statistik menggunakan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter telur abalon dari induk yang diberi pakan jenis G. arcuata dan U. fasciatatidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan ukuran telur antara 150-200 µm dan panjang larva antara 210-230 µm.kesimpulan penelitian ini adalah kualitas pakan alami jenis G. arcuata dan U. fasciata memiliki pengaruh yang sama terhadap diameter telur dan panjang larva abalon.
Kata Kunci : Abalon, Telur, Larva
Abstract
The objective of this study was to know the eggs and larvae size of mature abalone fed with Gracillaria arcuata and Ulva fasciata. This research was conducted for 111 days from November 2, 2016 until February 20, 2017 from abalon selection to spawning. This research used spontaneous spawning and abalone males and females were separated spawning container. The abalone used in this research reached the level 2 of gonad maturity, abalone maintained basket of 30x30 cm as much as 3 individuals in one container, then container basket was put into a fiber tub with a capacity of 1000liters of sea water. The abalone maintained until reaching until level 3 and 4 gonad maturity and ready for spawning, mature abalone gonads were transferred into container with capacity 70 liters of sea water. Eggs and larvae were measured under a 100x magnification binoculars microscope using eyepiece. The variables observed were egg diameter and larval length. The data obtained were analyzed by statistical analysis using T test. The results showed that abalone egg diameter from abalone fed G. arcuata and U. fasciata did not show significant difference with egg size between 150-200 μm and larval length between 210-230 μm.The conclusion of this research is the quality of natural feed type G. arcuata and U. fasciatahad the same effect to egg diameter and length of abalone larvae.
Keyword: Abalone, Egg, Larvae
1.
Pendahuluan
Abalon merupakan organisme gastropoda bercangkang satu yang bentuknya menyerupai telinga dengan rentetan lubang respirasi disepanjang cangkang bagian sampingnya, umumnya cangkang dan otot kaki memiliki warna yang sama dengan makroalga yang dikonsumsi oleh abalon, abalon memiliki otot kaki yang digunakan untuk berpindah tempat dan melekat pada batu atau substrat.
Pembenihan merupakan faktor yang sangat penting karena benih akan menentukan hasil atau produksi abalon, benih dapat diperoleh dari induk yang dipelihara dengan pemeliharaan yang baik mulai dari ukuran induk, wadah pemeliharaan, media pemeliharaan dan pakan yang diberikan kepada induk. Reproduksi abalon pada dasarnya di tentukan oleh kualitas gonad dan komposisi biokimianya, kecepatan kematangan gonad abalon dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis abalon (Ahmed et al., 2008), umur abalon (Li et al.,
215 2017), lingkungan (Bilbao et al., 2010) dan
pakan (Takami et al., 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kematangan gonag (TKG) abalon adalah pakan, pakan yang cocok untuk abalon adalah rumput laut, abalon mengkonsumsi semua jenis rumput laut akan tetapi tidak semua jenis rumput laut dapat memenuhi kebutuhan nutrisi abalon terutama untuk reproduksi, karna ada beberapa jenis pakan yang hanya digunakan untuk bertahan hidup oleh abalon dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan sangat lambat.
Pakan memilki peran yang sangat penting pada proses pematangan gonad karena segala nutrisi yang dibutuhkan oleh abalon hanya bisa didapatkan oleh pakan (Takami Et al., 2017). Pakan digunakan oleh abalon untuk hidup, beraktivitas dan bereproduksi. Pakan sangat berperan penting pada reproduksi abalon dimana pakan akan mempengaruhi kualitas gonad abalon, kualitas gonad abalon sangat di tentukan oleh pakan karena nutrisi yang terkandung didalam pakan akan di gunakan oleh abalon untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Rumput laut yang disukai oleh abalon dari jenis alga seperti alga merah dan alga hijau, selain nutrisi yang dibutuhkan oleh abalon terdapat pada kedua jenis pakan tersebut, abalon juga menyukai kedua jenis pakan tersebut karena lmemiliki testur yang lebih lembut dan mudah dicerna oleh abalon.
Penelitian ini menggunakan 2 jenis rumput laut yaitu Gracillaria arcuata dari jenis alga merah dan Ulva fasciata dari jenis alga hijau. Jenis pakan tersebut sudah banyak digunakan sebagai pakan abalon untuk pemeliharaan akan tetapi untuk penelitian mengenai pengaruh pakan terhadap diameter dan ukuran larva masih sangat terbatas. Diameter telur abalon dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi oleh induk dimana nutrisi yang terdapat dalam pakan dikonversi menjadi telur sehingga menentukan kualitas telur.Kualitas telur sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan sedangkan untuk ukuran larva abalon dipengaruhi oleh diameter telur, semakin besar diameter telur maka semakin besar pula persentase keberhasilan menetasnya telur dan menjadi larva abalon.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 11 hari sejak tanggal 2 November 2016 sampai tanggal 20 Februari 2017. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk abalon H. asinina
yang diambil dari alam dengan panjang cangkang 5-6 cm dengan tingkat kematangan gonad ke 2 (TKG 2).Kemudian induk dipelihara sampai matang gonad atau telah mencapai TKG 3 atau 4.
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah pakan alami jenis Gracillaria arcuata
dan Ulva fasciata.Pakan di ambil dari alam dan
di stok pada wadah pakan induk.Pakan dipisahkan dari kotoran berupa batu karang, organisme pengganggu dan rumput laut jenis lainnya.
Wadah yang digunakan adalah keranjang ukuran 30x30 cm yang kemudian dimasukkan ke dalam bak pergantian air dengan kapasitas air 1 ton. Pemberian pakan kepada induk abalon dilakukann tiap 1 kali dalam waktu 2 hari dan pakan yang diberikan kepada induk sebanyak 20% dari bobot tubuh induk tiap wadah. Pengukuran bobot tubuh dilakukan di awal penelitian dan kemudian diukur kembali setiap 7 hari bersamaan dengan pengamatan perkembangan gonad hingga abalon siap untuk dipijahkan.
Pemijahan induk abalon secara alami di dalam wadah yang berkapasitas 70 l air laut. Induk jantan dan betina dipisahkan untuk memudahkan pengukuran diameter telur abalon. Setelah sampel pengambilan sampel untuk diameter telur, kemudian sel sperma dan telur di campurkan ke dalam satu wadah untuk pembuahan.
2.1 Parameter yang diamati 2.1.1 Diameter telur abalon
Diameter telur diukur 60 menit setelah abalon betina memijah, telur diambil dari wadah pemijahan menggunakan pipet tetes ukuran 10 ml, sampel di ambil sebanyak 1 ml dan diamati dibawah mikroskop, sampel telur sebanyak 50-100 butir diukur dan dilakukan sebanyak 3 kali pengambilan sampel dan pengamatan. Telur di ukur di bawah mikroskop binokuler menggunakan eyepiece mikrometer.Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil garis sepanjang axis/sumbu pertengahan telur, sejajar dengan gradienthorisontal mikrometer.
2.1.2 Panjang larva abalon
Larva abalon di ukur setelah proses pembuahan terjadi dimana bagian tubuh larva secara keseluruhan telah terbentuk. Sampel larva
216 abalon di ambil dari wadah pembuahan dengan
menggunakan pipet tetes sebanyak 1 ml dan diamati dibawah mikroskop. sampel larva sebanyak 50-100 diukur dan dilakukan sebanyak 3 kali pengambilan sampel dan pengamatan. Larva di ukur di bawah mikroskop binokuler menggunakan eyepiece mickometer.Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil garis sepanjang axis/sumbu pertengahan larva, sejajar dengan gradienthorisontal mikrometer.
2.1.3 Konsumsi pakan induk abalon
Pakan yang diberi kepada induk abalon ada 2 jenis yaitu G. arcuata dan U. fasciata.Pakan yang diberikan kepada induk abalon sebanyak 20% dari bobot tubuh induk abalon tiap wadah, pemberian pakan dilakukan setiap 2 hari. Rata-rata bobot tubuh abalon tiap wadah adalah 156,89 gram dan rata-rata berat pakan yang diberikan adalah 62,75 gram.
Konsumsi pakan induk abalon akan dihitung sebagai konsumsi pakan harian. Konsumsi pakan harian pada penelitian dihitung dengan menggunakan rumus yang direkomendasikan oleh Pereira, L. et al (2007) sebagai berikut :
FC = F1 – F2 (g)
Keterangan : F1 =berat pakan awal F2 =berat pakan akhir
2.2 Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik dengan uji T. 3. Hasil
Data ukuran telur dan Larva abalon
H.asinina yang diberi pakan rumput laut G.
arcuata dan U. fasciata serta konsumsi pakan
harian sebagai berikut:
3.1 Ukuran telur dan Larva abalon 3.1.1 Diameter telur abalon
Diameter telur abalon yang ditemukan pada penelitian ini tidak berbeda secara signifikan akan tetapi ukuran telur untuk tiap-tiap telur pada kedua perlakuan memiliki ukuran yang berbeda. Diameter G. arcuata antara 150-200 µm dan U. fasciata antara 160-200 µm.
100 µm
100 µm
Gambar 1.Ukuran telur dari induk yang diberi pakan berbeda (A) G. arcuata dan (B) U. fasciata. Bar 100 µm
Gambar 2.Ukuran Larva dari induk yang diberi pakan berbeda (A) G. arcuata dan (B) U. fasciata. Bar 100 µm
Amin
A max
AB min
B max
B min
B max
Amin
A max
A217
3.1.2
Panjang larva abalon
Larva abalon yang ditemukan pada
peneltian ini tidak berbeda secara signifikan
berdasarkan jenis pakan yang diberikan,
tetapi
secara
individu
panjang
larva
bervariasi pada setiap perlakuan.Panjang
larvaG. arcuata antara 210-230 µm dan
U.
fasciata antara 220-230 µm.
Hasil uji T yang dilakukan pada
perlakuan
G. arcuata dengan
U. fasciata
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara ukuran telur pada
setiap perlakuan dan ukuran larva pada
setiap perlakuan, akan tetapi setiap butir
telur dan individu larva memiliki variasi
ukuran
pada
setia
perlakuan,
variasi
diameter telur dari perlakuan
G. arcuata
antara 150-200 µm sedangkan perlakuan U.fasciata antara 160-200µm dan variasi panjang
larva dari perlakuan G. arcuata antara 210-230 µm sedangkan perlakuan U. fasciata antara 220-230 µm. Ukuran telur tidak berbeda secara signifikan dari 483 sampel telur yang dianalisis dari setiap perlakuan serta larva dari 205 sampel yang dianalisis.
Ukuran telur abalon yang diberi pakan G.
arcuataantara 174,66±14,31 µm dan larva
abalon antara 220,62±5,55µm sedangkan ukuran telur abalon yang diberi pakan U. fasciata antara 175,67±12,22µm dan larva abalon antara 223,52±4,92µm.Rata-rata diametertelur dan panjang larva abalon dpat dilihat pada histogram berikut.
3.2
Konsumsi pakan harian4. Pembahasan
Hasil pengukuran diameter telur dan panjang larva abalon tidak berbeda secara signifikan.Diameter telur secara keseluruhan
antara 150-200 µm dan panjang larva antara 210-230 µm. Penelitian sebelumnya telah dilakukan pada abalon tropis H. varia (Najmudden and Victor, 2004), ditemukan bahwa ukuran telur H. varia berada pada kisaran 0 50 100 150 200 250 G. Arcuata U. fascita Uk ura n (µm ) Jenis Pakan Telur Larva 0 5 10 15 20 25 G. arcuata U. fasciata K onsum si pak an (gram /hari ) Jenis pakan Jantan Betina
Gambar 4.Histogram konsumsi pakan harian. Induk abalon jantan dan betina
Gambar 3.Histogram rata-rata ukuran telur dan larva. n telur: 483 dan n larva: 205
218 180 µm dan dikategorikan sebagai ukuran telur
yang baik.diameter telur sangat dipengaruhi oleh kandungan kuning telur dan stadia perkembangan gonad abalon, besar dan kecilnya diameter telur mengacu pada stadia kematangan gonad dimana hal tersebut sejalan dengan siklus reproduksi abalon serta kandungan nutrisi dari pakan yang dikonsumsi selama proses pematangan gonad.
Diameter telur abalon memiliki perbedaan yang dipengaruhi oleh jenis abalon, Penelitian Li et al., 2017 menunjukkan bahwa rata-rata diameter telur abalon H. discus hannai memiliki ukuran 210-230 µm, salah satu faktor yang menyebabkan ukuran telur abalon H.
discus hannai bervariasi adalah volume atau
kepadatan telur abalon ketika masih berada pada kantung gonad. Sehingga diasumsikan bahwa semakin padat jumlah telur pada kantung gonad akan semakin berpengaruh pada diameter telur abalon.
Kandungan nutrisi dari pakan sangat mempengaruhi ukuran telur bahkan kualitas telur, karena tidak semua pakan dapat memberikan hasil atau mendukung siklus reproduksi sampai pada proses pematangan gonad sehingga pakan yang diberikan kepada indukan abalon harus bisa memenuhi kebutuhan hidup hingga siklus reproduksi abalon, pakan sangat menentukan kehidupan abalon terutama pada siklus reproduksinya, jenis pakan tentu sangat mempengaruhi tergantung dari komposisi setiap jenis pakan yang diberikan kepada induk abalon. Perbedaan jenis memperlihatkan komposisi biokimia yang beragam pada tingkat perkembangan yang berbeda tergantung pada proses dan tuntutan energi dari telur. Selain konsekuensi perbedaan jenis, kualitas nutrisi induk betina berpengaruh langsung pada perkembangan embrio dan larva untuk melewati
tahapan ketergantungan pada cadangan
energiendogen (Litaay, 2005)
Dari penelitian sebelumya tentang kandungan nutrisi dalam G. arcuata dan U.
fasciata tidak menunjukkan perbedaan yang
sangat jauh, kompoosisi kandungan nutrisi kedua jenis pakan tersebut berbeda tetapi secara keseluruhan tidak signifikan sehingga pada penelitian ini ukuran telur yang ditemukan tidak berbeda secara signifikan dengan mengasumsikan bahwa diameter telur sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pakan yang dikonsumsi oleh induk.
Beberapa pakan dari jenis alga merah dan alga hijau cukup baik dalam membantu siklus
reproduksi abalon, dmana kandungan nutrisi dari pakan tersebut dapat memenuhi kebutuhan abalon, nutrisi yang terkandung didalamnya diantaranya lemak dan protein. Nutrisi berupa lemak dan protein sebagai penyusun utama telur abalon, pada penelitian sebelumnya tentang kandungan nutrisi rumput laut G. arcuata dan U.
fasciata menunjukkan hasil analisis proksimat
pada rumput laut jenis G. arcuata dengan kandungan berupa protein 6,22%, lemak 0,96% dan serat kasar 8,37% (Rustandi, 2010) dan rumput laut jenis U. fasciata dengan kandungan nurtrisi berupa air 82%, abu 25,7%, protein 3,5%, serat kasar 4,8% dan lemak 1,7% (Latuhamallo, 2016) dimana apabila dikonsumsi oleh abalon secara berkelanjutan akan memberikn respon yang baik pada siklus reproduksi hingga pemijahan.
Nutrisi penting bagi setiap fase kehidpan abalon sangat ditentukan oleh pakan. (Patadjai, 2011) menyatakan bahwa lemak tidak hanya memliki peranan penting bagi moluskajuvenil dan abalon dewasa tetapi juga pada fase telur dan larva yang telah lama digunakan sebagai ndeks untuk memonitor status fisiologi dan nutrisi serta potensi untuk keberhasilan metamorphosis.protein memiliki peranan penting dalam hal suplai asam amino yang digunakan sebagai kebutuhan pokok abalon, pertumbuhan dan reproduksi. Kualitas nutrisi pada pakan akan sangat berpengaruh pada kualitas telur, perkembangan embrio dan kelangsungan hidup larva (Setyono, 2009). Kandungan nutrisi pakan yang dikonfersi ke dalam telur dapat dijadiakn sebagi indikator kualitas larva pada tahap perkembangannya dan membantu proses produksi ti hatchery (Raccota
et al., 2003).
Reproduksi abalon tropis yang diketahui terjadi sepanjang tahun juga menjadi faktor yang berpengaruh dimana abalon tropis bisa memijah berkali-kali dalam kurun waktu 1 tahun. Kondisi ini membuat siklus reproduksi abalon menjadi sangat cepat dan berpengaruh pada ukuran telur.Dibandingkan dengan abalon pada daerah empat musim siklus reproduksinya hanya bisa dijumpai pada bulan-bulan tertentu, sehingga menjadikan abalon pada daerah tersebut abalon yang pertumbuhannya bisa lebih besar dari abalon tropis dan ukuran telur dari abalon tersebut juga lebih besar dari ukuran telur abalon tropis.Kondisi yang membut abalon pada daerah empat musim menjadi abalon yang lebih besar dimana konsumsi pakannya selama beberapa bulan hanya digunakan untuk tumbuh dan
219 mematangkan gonad, sehingga dalam jangka
waktu yang cukup lama proes pematangan gonad menjadi sangat berpengaruh pada ukuran telur.
Nutrisi dalam pakan yang diknsumsi oleh induk abalon yang terdiri dari beberapa komposisi seperti lemak dan protein. Lemak digunakan pada telur abalon cukup banyak dimana telur abalon sendiri tersusun atas kandungan asam lemak, komposisi kandungan nutrisi dalam pakan alami lainnya seperti protein juga menjadi salah satu faktor penting dalam setiap fase perkembangan abalon hingga siklus reproduksi, diketahui bahwa protein memiliki regulasi yang sangat penting pada abalon dimana protein berperan pada proses penting pada kehidupan abalon seperti pada respirasi, kontraksi jaringan otot, aktivitas abalon, pertumbuhan dan reproduksi (Porras et al 2016). Tingkat kematangan gonag (TKG) sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan pakan. Kondisi lingkungan yang baik seperti kualitas air dan media pemeliharaan akan mempengaruhi aktivitas abalon dimana kualitas air yang buruk akan berdampak pada laju konsumsi pakan, induk abalon sulit untuk beraktifitas pada kondisi air yang buruk karena abalon akan menghemat penggunaan energi pada kondisi tersebut dan kondisi ini mengakibatkan abalon harus menggunakan lemak dan protein didalam tubuhnya sebagai sumber energi, lemak dan protein yang menumpuk pada abalon terdapat pada gonad abalon sehingga kondisi ini menyebabkan berkurangnya gonad. Media pemeliharaan induk menentukan penggunaan energi pada induk abalon, semakin luas media pemeliharaan maka akan menyebkan semakin banyak pula penggunaan energi. Pada penelitian ini wadah keranjang yang digunakan seluas 30x30 cm untuk meminimalisir penggunaan energi sehingga sumber energi dari pakan bisa dimaksimalkan ke proses pematangan gonad.
Panjang larva abalon di pengaruhi oleh ukuran telur. Larva abalon pada saat menetas memilki cadangan makanan dari kuning telur sehingga semakin banyak cadangan makanan akan berpengaruh pada ukuran larva. cadangan makanan berupa kuning telur menjadi ukuran kenberhasilan penetasan dimana semakin besar diameter telur maka semakin besar pula kemungkinan menetasnya larva dan semakin besar ukuran dari larva tersebut. Kuning telur mengandung asam lemak, asam amino dan lainnya.kuning telur yang berkualitas dihasilkan dari pakan yang dikonsumsi oleh induk.
Kualitaas pakan mempengaruhi kondisi telur dan larva dimana nutrisi atau komposisi biokimia pakan akan dimanfaatkan ketika larva telah menetas hingga larva melekat dan mengkonsumsi bentik diatom.
Panjang larva juga didukung oleh umur larva.larva yang lebih cepat menetas umumnya memilki ukuran yang lebih besar, larva yang menetas lebih cepat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana telur yang keluar lebih awal berpotensi menetas lebih dulu dengan catatan bahwa telur tesebut sudah dibuahi oleh sperma induk abalon jantan. Telur yang menetas danmengalami proses perubahan menjadi larva sangat di pengaruhi oleh suhu air. Dimana pada suhu yang lebih tinggi dari suhu normal akan menyababkan proses metamorphosis abalon akan semakin cepat, karena meningkatnya suhu 1oC akan menyebabkan proses metabolisme meningkat 10 kali pada kondisi suhu yang masih mendukung kelangsungan hidup larva. kondisi suhu yang baik untuk abalon dari stadia telur hingga induk adalah 19-29oC.perubahan suhu pada lingkungan larva abalon sejalan dengan perubahan kebiasaan larva itu sendiri dimana perubahan suhu akan mengakibatkan perubahan seperti kecepatan berenag larva dan konsumsi oksigen larva (Alter et al., 2017).
Hasil penelitian Cruz et al., 2012 tentang perkawinan silang antara abalon yang hidup pada daerah dengan empat musim, yaitu abalon
H. rufescens dengan abalon H. discus hannai
menunjukkan rata-rata ukuran telur abalon 218,6± 0,55 µm kemudian bermetamorfosis menjadi larva dengan rata-rata ukuran larva 261,8 ± 2,6 µm. factor lain yang mempengaruhi perbedaan ukuran larva abalon adalah cahaya dimana perbedaan warna cahaya memberikan respon yang berbeda-beda. Pada penelitian Gao
et al., 2016 menemuukan bahwa perbedaan
warna cahaya yang diberikan kepada telur memberikan respon yang berbeda-beda dari proses metamorfois sampai dengan terbentuknya larva secara sempurna. Penelitian tersebut menunjukkan perbedaan ukran larva antara 274,35 ± 6,42 – 295,79 ± 6,67 µm pada larva abalon H. discus hannai.
Larva abalon membutuhkan nutrisi pada saat perkembangannya. Larva abalon setelah menetas dengang ukuran 210-230 µm memiliki cadangan makanan dari kuning telur berupa lemak dan protein, setelah cadangan makanannya habis maka larva abalon akan mencari tempat untuk melekat dan mengkonsumsi bentik diatom seperti Navicula sp, Coconeis sp, Nitzchia sp.
220 bentik diatom yang dikonsumsi oleh larva
abalon akan menunjang pertumbuhan abalon dengan nutrisi yang dimiliki , seperti Nitzchia sp dengan kandungan protein 16%, lemak 1,8% dan karbohidrat 8,5% sedangkan Coconeis sp. dengan kandungan protein 14%, lemak 2,3% dan karbohidrat 9,6% (Bautista-Truel et al., 2017).
5. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah kualitas pakan alami jenis G. arcuata dan U. fasciata memiliki pengaruh yang sama terhadap diameter telur dan panjang larva abalon, dengan ukuran telur antara 150 – 200 µmdan ukuran larva antara 210 - 230 µm.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. AB. Susanto, M. Sc, selaku koor- dinator Kerjasama Program Beasiswa Unggulan, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Depdiknas Jakarta, dan juga terimakasih kepada Bapak Ir. Irwan Junaidi Effendy, M.Sc, selaku ketua Hatchery Abalon LP2T-SPK di Desa Tapulaga, Kecamatan Soropia Kabupaten Kona- we, Sulawesi Tenggara, atas izin penggunaan tempat penelitian.
Daftar Pustaka
Ahmed F, Y. Koike, C. A. Strussmann, I. Yamasaki, M. Yokota and S. Watanabe, 2008, Genetic characterization and go- nad development of artificially produced interspecific hybrids of the abalones,
Haliotis discus discus Reeve, Haliotis
gigantea Gmelin and Haliotis madaka
Habe, Aquaculture Research, 39, 532-541.
Alter K, S. J. Andrewartha, T. D. Clark And N. G. Elliott, 2017, Thermal preference increases during larval development of pure and hybrid abalone, Journal of Shellfish Research, Vol. 36, No. 1, 141– 149.
Bautista-Teruel M. N. B,J. R. H. Maquirang, M. R dela Peña andV. T Balinas. 2017, Use of agar-bound microparticulate diet as alternative foodfor tropical abalone,
Haliotis asinina (Linnaeus 1758) post-larvae in large-scale cultures, Aquacult Int.
Bilbao A, V. Tuset, M. Viera, G. C. De Vicose, H. Fernandez-Palacios, R. Haroun and
M. Izquierdo, 2010, Reproduction,
fecundity, and growth of abalone (Hali-
otis tuberculata coccinea, reeve 1846) in the canary islands, journal of shellfish research, vol. 29, no. 4, 959–967.
Cruz F. L. D, G. N. Acun and C. Gallardo-Escarate, 2012, Hybridization between Haliotis rufescensand Haliotis discus hannai: evaluation of fertilization, larval development, growth and thermal tole- rance, Aquaculture Research, 2012, 1– 15.
Gao X, X. Li, M. Zhang, L. Chi, C. Song and Y. Liu, 2016, Effects of LED light quality on the growth, survival and metamor- phosis of Haliotis discus hannai Ino larvae, Aquaculture Research, 2016, 1– 13.
Latuihamallo. M., J. W Loupatty., G. D. Manu- putty, 2016, The proximate of natural foods Gracilaria lichenoides and Ulva
fasciata for abalone Haliotis squamata
culture, Fish Aquac J 2016, 7:2
Li J, M. Wang, J. Fang, X. Liu, Y. Mao, G. Liu and D. Bian, 2017, Reproductive perfor- mance of one-year-old Pacific abalone (Haliotis discus hannai) and its cross- breeding effect on offspring growth and survival, Aquaculture 473 110–114. Litaay, M. 2005. Peranan nutrisi dalam siklus
reproduksi abalon.Oseana, Volume xxx, Nomor 3, 2005 : 1 - 7 Issn 0216-1877. Najmudeen, T.M. and A.C.C. Victor 2004. Seed
production and juvenile rearing of the Tropical abalone, Haliotis varia Linn- eaus 1758. Aquaculture 234:277-292. Patadjai.A.B. 2011. Analisis kualitas daging
abalon Haliotis asinina yang diberi pak- an formulasi dan pakan alami. Disertasi. Program pasca sarjana. Universitas Has- anuddin. Makassar.
Pereira L, Riqueme, and Hosokawa, 2007, Effect of there photoperiodregimes on the growth and mortality of the Japanese abalone Haliotis discus hannai, Journal of shellfish research, 26:763-767 p. Porras O.M, N. A. Botwright, A. Reverter, M.T.
Cook, J. O. Harris, G. Wijffels and M. L. Colgrave, 2016, Identification of differentially expressed reproductive and metabolic proteins in the female abalone (Haliotis laevigata) gonad following artificial induction of spa- wning, Comparative Biochemistry and
221 Physiology, Part D, CBD-00397; No of
Pages 12.
Racotta, I.S., E. Palacios & A.M. Ibarra. 2003. Shrimp larval quality in relation to broo- dstock condition. Aquaculture, 227: 107-130.
Rustandi, D. 2010. Pengaruh pemberian pakan makroalga berbeda terhadap waktu kematangan gonad induk abalon Halio-
tis asinina dan Haliotis squamata di
hatchery. Skripsi.Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan.Universitas Halu Oleo. Kendari
Setyono, D.E.D. 2009. Abalon: Biologi dan Reproduksi. LIPI, Jakarta. 92. hal.
Takami H, T. kawamura, N. won, D. muraoka, J. hayakawa and T. onitsuka, 2017. Effects of macroalgal expansion triggered by the 2011earthquake and tsunami on recruitment density of juvenile abalone Haliotis discus hannai at oshika penin- sula, Northeastern Japan, fish. Oceano- graphy. 26:2, 141–154.