KIMIA DI SMA
KIMIA DI SMA
MAKALAH MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Untuk memenuhi tugas matakuliah Problematik Pendidikan Bidang Studi Problematik Pendidikan Bidang Studi
yang dibina oleh Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed. yang dibina oleh Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed.
Oleh: Oleh:
Pendidikan Kimia Pendidikan Kimia 1.
1. Dwi Dwi Agustina Agustina Romiyatun Romiyatun / / Kelas Kelas B B (130331811071)(130331811071) 2.
2. Rosyidah Syafaatur RohmRosyidah Syafaatur Rohmah/ Kelas B (130331811095)ah/ Kelas B (130331811095) 3.
3. Supriadi Supriadi / / Kelas Kelas A A (130331811075)(130331811075)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
Agustus 2014 Agustus 2014
OPTIMALISASI PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk mencari solusi terkait m asalah yang sering terjadi pada pembuatan modul dan penerapannya dalam
pembelajaran. Modul pembelajaran kimia yang dikembangkan oleh guru-guru kimia cenderung kurang memenuhi karakteristik modul
pembelajaran yang baik dan menarik, sehingga dikhawatirkan peran modul pembelajaran yang menggantikan peran guru dalam mengajar tidak berjalan dengan baik. Fungsi modul pada pembelajaran dengan modul yang dilakukan di sekolah hanya sebagai pelengkap. Guru masih berperan aktif dalam pembelajaran dan menggunakan modul sebagai lembar kerja siswa (LKS). Dari hasil analisis literatur didapatkan solusi dari permasalahan tersebut, yaitu dengan cara guru-guru kimia diberikan suatu pelatihan menulis modul pembelajaran yang baik dan menarik.
modul akan dikatakan baik apabila terdapat karakteristik self instructional , self contained , stand alone, adaptive, dan user friendly . Penerapan
pembelajaran dengan modul adalah belajar mandiri. Guru membagikan modul ke siswa, kemudian siswa bekerja sendiri. Guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa apablia diperlukan.
PENDAHULUAN Fakta
Pembelajaran kimia dalam kurikulum 2013 menuntut pembelajaran yang bersifat konstruktivistik, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa, sementara guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru lebih sering memandu siswa untuk melakukan aktivitas belajar sehingga
informasi bisa berjalan dari dua arah. (Rasyid, 2008). Pembelajaran kimia pada kurikulum 2013 sedikit berbeda dari kurikulum sebelumnya dalam hal urutan dan kedalaman materi. Namun kompetensi dasar yang harus dikuasai untuk tiap-tiap materi sama dengan kurikulum kimia sebelumnya.
Salah satu pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam kurikulum 2013 adalah pembelajaran menggunakan modul, karena
pembelajaran menggunakan modul menuntut siswa untuk belajar mandiri. Selain membaca, siswa juga akan dituntun untuk melakukan praktikum sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan dalam modul, sehingga proses pembelajaran tidak hanya bersifat membaca dan memahami, namun juga terdapat kerja laboratoriumnya.
Pembelajaran menggunakan modul menuntut siswa untuk belajar secara mandiri, dengan demikian modul menggantikan peran guru
sebagai pengajar, sehingga guru hendaknya menyusun modul
pembelajaran yang baik dan menarik yang dapat mendorong siswa untuk belajar secara mandiri. Modul pembelajaran kimia yang d ikembangkan oleh guru-guru kimia cenderung kurang memenuhi karakteristik modul pembelajaran kimia yang baik dan menarik. Telah dilakukan analisis terhadap “Modul Kimia 2B SMA Lab Kelas XI Ilmu Alam”, modul tersebut kurang memenuhi karakteristik modul pembelajaran yang baik dan
menarik karena: materi yang disajikan dalam modul kurang mendalam dan kurang mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis; materi tidak dituliskan per indikator; materi kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa; materi, kegiatan, dan evaluasi tergabung menjadi satu dalam Lembar Kerja Siswa; bahasa yang dipakai dalam modul kurang sederhana dan komunikatif; contoh kurang mendukung kejelasan pemaparan materi
pembelajaran; ilustrasi yang tersedia sangat sedikit dan kurang
mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; tidak terdapat rangkuman materi pembelajaran; tidak terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan siswa melakukan self assessment ; serta tidak tersedia informasi tentang rujukan atau pengayaan yang mendukung materi pembelajaran.
Teori
Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa. Modul disebut juga media untuk
belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, siswa dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran guru secara langsung. Bahasa, pola, dan sifat kelengkapan lainnya yang terdapat dalam modul ini diatur sehingga modul seolah-olah merupakan “bahasa pengajar” atau bahasa guru yang sedang memberikan
pengajaran kepada siswa-siswanya. Maka dari itulah, modul sering
disebut bahan instruksional mandiri. Guru tidak secara langsung memberi pelajaran atau mengajarkan sesuatu kepada para siswa-siswanya dengan tatap muka, tetapi cukup dengan modul.
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi
materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Menurut Diktendik (2008), sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut.
Self Instructional ; yaitu melalui modul tersebut siswa mampu
membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.Untuk memenuhi karakter self instructional , maka dalam modul harus:
berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit
menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajaran;
menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya;
kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan
suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; terdapat rangkuman materi pembelajaran;
terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan
siswa melakukan self assessment ;
terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya untuk
mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya
mengetahui tingkat penguasaan materi; dan
tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang
mendukung materi pembelajaran dimaksud.
Self Contained ; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit
kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan
kesempatan siswa mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan
kompetensi yang harus dikuasai.
Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak
tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk
mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media lain selain modul
yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan sebagai media yang berdiri sendiri.
Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Dengan memperhatikan percepatan
perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul multimedia hendaknya tetap“up to date”. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
User Friendly ; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya.
Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly .
Tidak banyak berbeda dengan kriteria Diktendik (2008) tentang karakteristik modul yang baik dan menarik, menurut Setyosari (1990), kriteria umum yang dapat digunakan untuk menilai efektifitas modul yang disusun, yaitu antara lain:
Apakah tujuan pengajaran cukup komprehensif?
Bagaimana penjabaran tujuan khusus pengajaran dilihat kualitas
maupun kuantitas?
Apakah rumusan tujuan khusus pengajaran cukup jelas, spesifik, dan
operasional?
Apakah terdapat koherensi antara:
Tujuan dengan materi Tujuan dengan kegiatan Tujuan dengan evaluasi
Materi, kegiatan dan evaluasi
Apakah bahan yang disajikan cukup akurat?
Apakah susunan dan urutan pengajaran cukup jelas dan logis
Apakah bahan itu cukup bermanfaat bagi siswa? Apakah cakupan bahan itu sudah memadai?
Apakah penggunaan bahasa sudah tepat dan mudah dipahami? Apakah isi materi mampu mendorong siswa berpikir kritis?
Apakah petunjuk yang disajikan mudah dipahami?
Adakah media/alat yang dapat digunakan untuk membantu kegiatan
siswa bila hal itu diperlukan?
Adakah kesesuaian modul dengan siswa yang mempelajari?
Sudahkah modul itu dilengkapi deskripsi tentang siswa yang dijadikan
target?
Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari siswa dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan
kondisinya. Sistem belajar mandiri adalah cara belajar yang lebih menitikberatkan pada peran otonomi belajar siswa. Menurut Diktendik (2008) belajar mandiri adalah suatu proses dimana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk m endiagnosa
kebutuhan belajarnya sendiri; merumuskan/menentukan tujuan belajarnya sendiri; mengidentifikasi sumber-sumber belajar; memilih dan
melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.
Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Sebagai proses, belajar mandiri mengandung makna sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana siswa diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mandiri sebagai produk mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran tertentu siswa menjadi seorang pebelajar mandiri.
Masalah
Modul pembelajaran kimia yang dikembangkan oleh guru-guru
kimia cenderung kurang memenuhi karakteristik modul pembelajaran yang baik dan menarik, sehingga dikhawatirkan peran modul pembelajaran
yang menggantikan peran guru dalam mengajar tidak berjalan dengan baik.
Pembelajaran menggunakan modul adalah salah satu
pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam kurikulum 2013, karena pembelajaran menggunakan modul menuntut siswa untuk aktif membaca dan memahami sendiri suatu materi dalam modul pembelajaran ki mia. Akan tetapi, pada pembelajaran dengan modul, fungsi modul hanya
sebagai pelengkap. Guru berperan aktif dalam pembelajaran dan menggunakan modul sebagai lembar kerja siswa (LKS).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik modul yang baik?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran dengan modul?
PEMBAHASAN
Karakteristik Modul yang Baik
Berdasarkan hasil analisis terhadap “Modul Kimia 2B SMA Lab Kelas XI Ilmu Alam” yang telah dibandingkan dengan karakteristik modul pembelajaran yang baik dan menarik menurut Diktendik (2008), untuk kriteria self instructional , modul pembelajaran ini kurang memenuhi kriteria ini. Tujuan umum dan tujuan khusus dalam modul ini telah dirumuskan secara jelas, perumusan tujuan ditunjukkan secara eksplisit sebelum
mempelajari modul, sehingga baik guru maupun siswa dapat menentukan arah proses belajar mengajarnya. Setiap tingkah laku (perbuatan)
dirumuskan secara jelas, dengan demikian tidak terdapat penafsiran yang lain dari tujuan tersebut.
Materi pembelajaran dalam modul tidak dikemas ke dalam unit -unit kecil/spesifik sehingga kurang memudahkan siswa belajar secara tuntas, hal ini dikarenakan materi tidak dituliskan per indikator yang akan dicapai, materi dituliskan untuk satu Kompetensi Dasar secara utuh. Materi yang disajikan dalam modul kurang mendalam dan kurang mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis, hal ini dikarenakan materi disajikan secara
singkat. Menurut Setyosari (1990), materi pelajaran yang baik disajikan berupa pertanyaan problematik, skenario, dan lain -lain yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang dapat mendorong siswa untuk memahami konsep secara mendalam dan mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis.
Contoh dan ilustrasi yang disajikan dalam modul ini terdapat dalam jumlah yang sedikit sehingga kurang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran, serta gambar-gambar sebagai ilustrasi dicetak hitam putih, bukan warna, sehingga dirasa kurang menarik bagi siswa untuk belajar menggunakan modul ini, hal ini disebabkan butuh biaya yang tidak sedikit untukmencetak modul dengan tinta berwarna-warni.
Dalam modul ini terdapat soal-soal latihan yang tercantum dalam Lembar Kerja Siswa yang memungkinkan siswa memberikan respon terhadap tingkat penguasaan materinya.
Bahasa yang digunakan dalam modul ini kurang sederhana dan komunikatif, modul sebagai pengganti guru dalam mengajar hendaknya disusun dengan bahasa yang sederhana sehingga siswa mudah untuk memahaminya, serta menggunakan bahasa yang komunikatif atau
menggunakan bahasa pengajar, seolah-olah guru berhadapan langsung dengan siswa, sehingga siswa tertarik untuk belajar menggunakan modul.
Rangkuman materi tidak terdapat dalam modul ini serta informasi tentang rujukan atau pengayaan yang mendukung materi pembelajaran, sehingga siswa sebagai pemakai tidak dapat memperdalam penjelasan materi pembelajaran yang terdapat dalam modul.
Dalam modul ini tidak disertai instrumen penilaian/assessment , yang memungkinkan siswa untuk melakukan “self assessment” , instrumen
ini dapat berupa lembar penilaian diri. Oleh karena itu, siswa tidak dapat melakukan penilaian terhadap diri sendiri sejauh mana pemahaman dari siswa tersebut.
Untuk kriteria self contained , modul pembelajaran ini telah
memenuhi kriteria ini, karena seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh, tidak terpisah-pisah dalam beberapa modul. Sehingga siswa dapat mempelajari materi pembelajaran secara tuntas.
Untuk kriteria stand alone, modul pembelajaran ini juga memenuhi kriteria ini, karena modul ini tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran lain.
Dengan menggunakan modul, siswa tidak tergantung dan harus
menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.
Untuk kriteria adaptive, modul ini juga telah memenuhi kriteria ini, karena modul berisi materi pembelajaran yang dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu, modul ini sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk kriteria user friendly , modul ini kurang memenuhi kriteria ini. Modul ini kurang menggantikan peran guru karena bahasa yang dipakai
masih seperti bahasa buku, bukan bahasa guru sebagai pengajar. Modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan
pemakainya, termasuk kemudahan siswa dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan.
Pengembangan modul pembelajaran kimia yang dilakukan oleh guru-guru kimia kurang memenuhi karakteristik modul pembelajaran yang baik dan menarik siswa untuk belajar secara mandiri, hal ini dapat diatasi dengan cara guru-guru kimia diberikan suatu pelatihan menulis modul pembelajaran yang baik dan menarik menggunakan panduan dari Diktendik misalnya.
Penerapan Pembelajaran dengan Modul
Menurut Russel (dalam Setyosari, 1990) modul merupakan suatu usaha untuk mengadakan belajar mandiri dengan memberikan
kemungkinan kepada siswa untuk menguasai satu satuan isi bahan ajaran sebelum berpindah pada satuan isi lainnya atau berikutnya.
Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari siswa dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan
kondisinya (Diktendik, 2008). Secara umum pembelajaran dengan modul mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Modul merupakan unit
pembelajaran terkecil dan lengkap;(2) Modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan secara sistematis; (3) Modul memuat tujuan belajar khusus; (4) Modul memberi kemungkinan siswa belajar mandiri; (5) Modul merupakan perwujudan pengajaran individual.
Pembelajaran dengan modul berbeda dengan pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran konvensional, siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatatnya, kemudian mengadakan praktikum di laboratorium untuk verifikasi. Dalam pembelajaran dengan modul, guru dituntut untuk menggunakan metode yang berbeda dari konvensional.
Metode yang bisa digunakan adalah active learning , dimana siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru (misalnya menulis, berdiskusi, bertanya) tetapi juga melakukan kegiatan kognitif tingkat tinggi (high-order cognitive activities) seperti sintesis dan evaluasi. (Connolly, 2002).
Pelaksanaan pembelajaran dengan modul adalah belajar mandiri. Guru membagikan modul ke siswa, kemudian siswa bekerja sendiri. Guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa apablia diperlukan. Siswa yang dapat menyelesaikan modul langsung diberi tugas pengayaan, atau diberi tugas sebagai tutorial. Sedangkan siswa yang lambat mengerjakan modul diberi tambahan waktu untuk menyelesaikan modul yang menjadi tanggung jawabnya, atau diberi bantuan khusus untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi, yang tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas guru dalam pembelajaran dengan modul bukan lagi sebagai pemberi informasi seperti pada pembelajaran konvensional. Menurut Setyosari (1990), peranan guru dalam pembelajaran dengan modul berupa:
1. Membaca modul yang akan diajarkan sebelum waktu pelajaran
dimulai, sehingga guru sudah siap apabila ada pertanyaan dari siswa, atau apabila ada siswa yang meminta bantuannya
2. Menjelaskan proses kegiatan belajar-mengajar kepada siswa sebelum mereka belajar
3. Mengawasi kegiatan belajar-mengajar, agar para siswa dapat belajar secara tepat sekaligus memberi bimbingan kepada mereka yang mengalami kesulitan
4. Menilai hasil pekerjaan setiap siswa yang telah menyelesaikan modul 5. Menentukan langkah selanjutnya yang akan dilakukan siswa, sebagai
hasil penilaiannya terhadap pekerjaan siswa. Apakah siswa bisa
melanjutkan ke modul berikutnya, atau siswa perlu memperbaiki hasil kerjanya
Pembelajaran menggunakan modul bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut: (1) meningkatkan efektivitas pembelajaran tanpa harus melalui tatap muka secara teratur karena kondisi geografis, sosial
ekonomi, dan situasi masyarakat; (2) menentukan dan menetapkan waktu belajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan belajar siswa; (3) secara tegas mengetahui pencapaian kompetensi siswa secara bertahap melalui kriteria yang telah ditetapkan dalam modul; (4)
mengetahui kelemahan atau kompetensi yang belum dicapai siswa berdasarkan kriteria yangditetapkan dalam modul sehingga guru dapat memutuskan dan membantu siswa untuk memperbaiki belajarnya serta melakukan remediasi.
Tujuan pembelajaran menggunakan modul untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar siswa melalui kegiatan belajar
mandiri.Pelaksanaan pembelajaran modul lebih banyak melibatkan peran siswa secara individual dibandingkan dengan guru. Guru sebagai
fasilitator kegiatan belajar, hanya membantu siswa memahami tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran, melakukan evaluasi, serta menyiapkan dokumen.
Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika siswa
diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila siswa tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria siswa didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar
pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul.
Menurut Setyosari (1990), ada beberapa kelebihan dalam pembelajaran dengan modul, diantaranya: (1) Motivasi siswa dapat ditingkatkan; (2) Hasil pekerjaan secepatnya dapat diketahui; (3) Hasil kerja yang dicapai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sendiri; (4)
Beban pelajaran terbagi secara merata pada setiap semester; (5) Efisiensi dan efektifitas tercapai.
Selain kelebihan, pembalajaran dengan modul juga memiliki
kekurangan, yaitu: (1) Ikatan kelas menjadi renggang; (2) Perkembangan jiwa sosial kelas kurang mendapat perhatian; (3) Aspek kemanusiaan,
harkat manusia seolah diabaikan karena manusia dianggap seperti mesin yang dapat berproduksi tinggi.
KESIMPULAN
1. Modul dikatakan baik apabila terdapat karakteristik self instructional , self contained , stand alone, adaptive, dan user friendly .
2. Penerapan pembelajaran dengan modul adalah belajar mandiri. Guru membagikan modul ke siswa, kemudian siswa bekerja sendiri. Guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa apabila diperlukan.
REFERENSI
Connolly, M. 2002. University of St. Thomas: Using Modules to Teach General Chemistry . Wisconsin: The Institute on Learning
Technology.
Diktendik. 2008. Penulisan Modul . Jakarta: Depdiknas.
Rasyid, M.R. 2008. Optimalisasi Peran Guru dalam Proses Transformasi Pengetahuan dengan Menggunakan Media Pembelajaran. Lentera Pendidikan, 11(1): 55-68.
Setyosari, P., Effendi, M. 1990. Pengajaran Modul. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.