• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Agar tidak salah dalam memakai informasi (laporan akuntansi) ini maka perlu diketahui secara benar pengertian dari proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses dari suatu proses pencatatan, pengukuran, interpretasi, dan komunikasi data keuangan. Menurut Arrens (2006:6), definisi akuntansi adalah “Accounting is the process of recording, classifying and summarizing of economical event in logical manner for the purpose of providing financial information for decision making”.

Proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan. Dalam proses akuntansi diidentifikasi berbagai transaksi atau peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi perusahaan, yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan penggolongan dan pengikhtisaran transaksi-transaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan serta

(2)

hasil perusahaan dalam suatu periode yang akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan atas perusahaan yang telah dipercayakan kepada pimpinan tersebut mengenai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan, pada hakekatnya merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

a. Pengertian Laporan Keuangan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan keuangan, berikut dikemukakan pengertian laporan keuangan antara lain

Menurut IAI (2004:2) adalah :

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Sedangkan menurut Harahap (2004:105) adalah “laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”. Selanjutnya menurut Munawir (2004:2) pengertian laporan keuangan adalah “laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

(3)

dengan tata atau aktivitas perusahaan tersebut”. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan posisi keuangan, kinerja perusahaan, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lain yang merupakan hasil dari proses akuntansi selama periode akuntansi dari suatu kesatuan usaha. Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Agar dalam melakukan analisis dan interpretasinya terhadap laporan keuangan itu hasilnya memuaskan, perlu adanya konsistensi penyajian yaitu keseragaman bentuk laporan keuangan untuk dianalisis.

b. Tujuan Laporan Keuangan

Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan diantaranya adalah laporan keuangan, laporan keuangan ini merupakan pencerminan dari prestasi manajemen prusahaan pada suatu periode tertentu. Selain sebagai suatu alat pertanggungjawaban, laporan keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.

Menurut IAI (2004:4) laporan keuangan bertujuan untuk :

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

(4)

3. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Menurut Harahap (2004:133) tujuan laporan keuangan dengan membaginya menjadi dua, yaitu :

1. Tujuan Umum

Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima.

2. Tujuan Khusus

Memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi lainnya yang relevan.

Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat mengevaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga

(5)

berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.

Selain untuk tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Jadi tujuan utama laporan keuangan dalah memberikan informasi yang berguna untuk mengambil keputusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan juga bertujuan untuk melaporkan kegiatan perusahaan yang mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan, dijelaskan dan diukur dan penting bagi peran perusahaan dalam lingkungan masyarakat. c. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Informasi yang ada dalam laporan keuangan dan laporan lainnya yang dibuat perusahaan untuk melaporkan kegiatannya harus memiliki karakteristik tertentu untuk memenuhi kebutuhan pemakainya. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menururt IAI (2004:7) terdapat empat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan yaitu :

“ 1. Dapat dipahami 2. Relevan

3. Keandalan

(6)

Informasi yang disediakan oleh laporan keuangan tidak akan berguna seandainya tidak relevan. Dalam membuat keputusan pemakai tidak hanya mengerti atau memahami informasi yang disajikan tetapi juga harus mampu menilai tingkat keandalan dan dapat diperbandingkan dengan informasi tentang kemungkinan alternatif dan pengalaman yang lalu.

d. Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat maka seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya. Menurut Prastowo dan Julianty (2005:4) pemakai laporan keuangan merupakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan atau disebut juga dengan Business Stakeholders yang meliputi :

1. Investor

2. Kreditor (pemberi pinjaman)

3. Pemasok dan kreditur usaha lainnya 4. Shareholders (para pemegang saham) 5. Pelanggan

6. Pemerintah 7. Karyawan 8. Masyarakat

(7)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan pemakai. Berhubung para investor merupakan penanam modal berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pemakai lain.

e. Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut IAI (2004:13) terdiri dari :

1. Neraca (Balance Sheet)

2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) 3. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)

4. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Charge in Equity) 5. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial

Statement)

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diambil, maka titik berat permasalahan yaitu neraca dan laporan laba rugi. Jenis dari laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas.

2. Laporan Laba Rugi

Menurut Prastowo dan Julianty (2005:22), untuk dapat menggambarkan informasi mengenai potensi perusahaan dalam

(8)

menghasilkan laba selama periode tertentu (kinerja), laporan laba rugi mempunyai dua unsur, yaitu :

1) Penghasilan (Income)

Yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban (yang menyebabkan kenaikan ekuitas selain yang berasal dari kontribusi pemilik) perusahaan selama periode tetentu dapat disubklasifikasikan menjadi :

a) Pendapatan (Revenues) b) Keuntungan (Gains) 2) Beban (Expense)

Yang diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban (yang menyebabkan penurunan ekonomis yang tidak menyangkut pembagian kepada pemilik) perusahaan selama periode tertentu, dapat disubklasifikasikan menjadi :

a) Beban

b) Kerugian (losses) 3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan dasar yang berisi mengenai aliran kas masuk dan keluar perusahaan. Laporan ini menggambarkan salah satu komponen neraca, yaitu kas dari satu periode berikutnya. Laporan arus kas ini menyediakan informasi yang berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menggunakan kasnya sehingga menghasilkan masukan berupa kas pula. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian :

1) Arus kas dari aktivasi operasi. 2) Arus kas dari aktivasi investasi. 3) Arus kas dari aktivitas pendanaan. 4. Laporan Perubahan Ekuitas

(9)

Laporan perubahan ekuitas yaitu suatu perubahan laporan atau mutasi laba yang ditahan yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk suatu periode tertentu. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan :

1) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.

2) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.

3) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. 4) Saldo akumulasi rugi dan laba pada awal dan akhir periode serta

perubahannya.

5) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahannya.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang etrdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan : 1) Informasi tentang dasar penyusutan laporan keuangan dan

kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.

(10)

2) Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.

3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

f. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Menurut Munawir (2004:6) laporan keuangan bersifat historis serta menyuluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :

“1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)

2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting conversation and postulate)

3. Pendapat pribadi (personal judgement).”

Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu menurut Munawir (2004:9) mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan final.

(11)

2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang keliahatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.

3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu.

4. Laporan keuangan tidak mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.

Menurut Harahap (2004:16) menjelaskan bahwa SAK (Standar Akuntansi Keuangan) menggambarkan sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja misalnya untuk Pajak, Bank.

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbagan.

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.

6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas), (substance over form).

7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode dan akuntansi yang dapat

digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat

dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

Dengan memahami sifat dan keterbatasan laporan keuangan, maka pengguna informasi laporan keuangan dapat menjaga kemungkinan

(12)

salah tafsir terhadap informasi yang diberikan, sehingga kesimpulan yang diambil lebih akurat.

2. Analisis Laporan Keuangan

a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Secara harafiah, analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata yaitu, analisis dan laporan keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini maka dapat dilihat dari arti masing-masing kata. Menurut Harahap (2004:189) pengertian analisis dan laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut “analisis adalah memecahkan atau menggabungkan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil”. Sedangkan “laporan keuangan adalah neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.”

Jika kedua pengertian di atas digabungkan maka pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2004:190) adalah :

Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalan proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Selanjutnya, analisis laporan keuangan menurut Astuti (2004:29) adalah “segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi.” Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah membedah dan menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk

(13)

mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat digunakan dalam membuat keputusan bisnis dan investasi.

b. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang cukup penting untuk pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuagan menyajikan informasi mengenai apa yang telah terjadi, sementara para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi mengenai apa yang mungkin terjadi di masa datang. Menurut Harahap (2004:195) tujuan analisis laporan keuangan yaitu :

1. Dapat memberikan informasi yang lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tamapk secara kasat mata dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan.

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).

6. Dapat memeberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang

(14)

dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisa laporan keuangan juga antara lain :

1) Dapat menilai prestasi perusahaan.

2) Dapat memproyeksi keuangan perusahaan.

3) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu :

a. Posisi keuangan (Assets, Neraca, dan Modal) b. Hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya) c. Likuiditas

d. Solvabilitas e. Aktivitas

f. Rentabilitas atau profitabilitas g. Indikator Pasar Modal

4) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu. 5) Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana.

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya.

10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.

Dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan maka akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

c. Prosedur Analisis Laporan Keuangan

Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo dan Julianty (2005:58) adalah sebagai berikut :

“1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan

(15)

3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan 4. Menganalisis laporan keuangan.”

d. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Banyak metode dan teknik yang dipakai dalam analisis laporan keuangan. Metode dan teknik ini merupakan cara bagaimana melakukan analisis. Di bawah ini akan dijelaskan bagaimana metode dan teknik yang dilakukan dalam menganalisis laporan keuangan. Secara umum menurut Prastowo dan Julianty (2005:59) metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu :

“1. Metode analisis horizontal (dinamis) 2. Metode analisis vertikal (statis).”

Kedua metode analisis laporan keuangan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Metode analisis horizontal (dinamis)

Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Dikatakan metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Selanjutnya dikatakan metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara

(16)

lain teknis analisis perbandingan, analisis trend (index), analisis sumber dan penggunaan dana, analisis perubahan laba kotor. 2. Metode analisis vertikal (statis)

Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama, maka disebut vertikal. Dikatakan metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis prosentase per komponen (Common-size), analisis rasio, dan analisis impas.

Teknik analisa yang biasa digunakan dalam analisa laporan keuangan menurut Munawir (2004:36) adalah sebagai berikut :

1. Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisa dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan :

a. Data absolut atau jumlah-jumah dalam rupiah b. Kenaikan atau penurunan jumlah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam prosentase d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio e. Prosentase dari total

2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size

(17)

presentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan junlah penjualannya.

4. Analisa sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

5. Analisa sumber dan penggunaan kas (Cash flow Statement Analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7. Analisis perubahan laba kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8. Analisis Break Event, adalah suatu analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisa break event ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

3. Analisis Rasio Keuangan

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2004:297) dalam bukunya “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan” adalah “angka yang diperoleh hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan

(18)

pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”.

Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena penggunaannya yang relatif mudah. Menurut Warsono (2003:34) jenis rasio dikelompokkan menjadi :

1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) 2. Rasio leverage (Leverage Ratio) 3. Rasio akitivitas (Activity Ratio)

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) 5. Rasio penilaian (Valuation Ratio).

1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratios)

Rasio-rasio likuiditas adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi. Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Ukuran rasio likuiditas terdiri dari yaitu : a. Rasio lancar (Current Ratio)

Besarnya hasil perhitungan rasio lancar menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang dijamin dengan aktiva lancar. Ini berarti semakin besar rasio lancar, maka likuiditas perusahaan semakin tinggi.

(19)

b. Rasio cepat (Quick or Acid Ratio)

Besarnya hasil perhitungan rasio cepat menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang dijamin dengan aktiva lancar di luar persediaan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio cepat, faktor keamanan bagi perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan semakin tinggi.

2. Rasio leverage (Leverage Ratios)

Rasio leverage/utang atau solvabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage dapat menggunakan dua ukuran yaitu :

a. Rasio utang total terhadap aktiva total (Total Debt to Total Assets Ratio)

Besarnya hasil perhitungan rasio utang menunjukkan besarnya utang total yang dapat dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio utang menunujukkan risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, karena utang membawa konsekuensi beban bunga tetap.

(20)

Besarnya hasil perhitungan rasio utang terhadap ekuitas menunjukkan seberapa besar utang jangka panjang yang dapat dijamin dengan ekuitas saham. Semakin tinggi rasio utang terhadap ekuitas, maka akan semakin besar risiko keuangan yang ditanggung perusahaan.

3. Rasio aktivitas (Activity Ratios)

Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola aktiva-aktivanya. Rasio aktivitas dapat diukur dengan yaitu :

a. Rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover)

Besarnya hasil perhitungan rasio perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persedian menjadi kas atau piutang dagang. Semakin tinggi rasio perputaran persedian, maka akan semakin cepat persediaan perusahaan menjadi kas atau piutang.

b. Rasio perputaran aktiva total (Total Assets Turnover)

Besarnya hasil perhitungan rasio perputaran aktiva total menunjukkan tingkat kecepatan seluruh aktiva perusahaan menjadi kas atau piutang. Semakin tinggi rasio perputaran seluruh aktiva, maka semakin efektif perusahaan dalam mendayagunakan seluruh aktiva yang dimilikinya.

(21)

4. Rasio profitabilitas (Profitability Ratios)

Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombinasi likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan lima macam rasio yaitu :

a. Rasio margin laba kotor (Gross Profit Margin)

Besarnya hasil perhitungan margin laba kotor menunjukkan seberapa besar laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.

b. Rasio margin laba operasi bersih (Net Operating Profit Margin)

Besarnya hasil perhitungan margin laba operasi bersih menunjukkan seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.

(22)

Besarnya hasil perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.

d. Rasio pengembalian atas investasi (Return On Investment)

Besarnya hasil perhitungan pengembalian atas investasi menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh aktiva yang dimilikinya.

e. Rasio pengembalian atas ekuitas (Return On Equity)

Besarnya hasil perhitungan pengembalian atas ekuitas menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan modal ekuitas yang dimilikinya.

5. Rasio nilai pasar (Market Value Ratios)

Berdasarkan indonesian Capital Market Directory, rasio nilai pasar bagi perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dikelompokkan menjadi dua macam ukuran, yaitu data per lembar saham (per share data) dan rasio-rasio keuangan. Kedua kelompok rasio keuangan tersebut dapat diperinci menjadi tujuh rasio, yaitu :

(23)

a. Laba per lembar saham (earnings per share/EPS)

Besarnya hasil perhitungan laba per lembar saham menunjukkan laba yang dapat dibukukan oleh perusahaan untuk setiap saham biasa yang digunakannya.

b. Ekuitas per lembar (Equity per share/EqPS)

Besarnya hasil perhitungan ekuitas per lembar saham menunjukkan besarnya nilai buku saham biasa setiap unitnya. EqPS yang tinggi menunjukkan akumulasi laba yang ditahan yang dihasilkan semakin besar.

c. Dividen per lembar saham (Dividend per share/DPS)

Besarnya hasil perhitungan dividen per lembar menunjukkan besarnya distribusi sebagian laba yang dihasilkan perusahaan setiap unit saham kepada para pemegang sahamnya.

d. Rasio harga/laba (price/earnings ratio/PER)

Besarnya hasil perhitungan rasio harga/pendapatan menunjukkan harga setiap unit yang berlaku untuk setiap pendapatan per lembar sahamnya. e. Rasio harga/nilai buku (Price book value/PBV)

(24)

Besarnya hasil perhitungan harga pasar saham terhadap nilai bukunya menunjukkan perbandingan antara kinerja saham perusahaan di pasar saham dengan nilai bukunya.

f. Rasio pembayaran dividen (Dividend payout ratio/DPR)

Besarnya hasil perhitungan rasio pembayaran dividen menunjukkan besarnya proporsi alokasi dari laba setiap lembar saham pada dividen setiap lembar sahamnya.

g. Yield dividen (Dividend yield/DY)

Besarnya perhitungan hasil dividen menunjukkan besarnya pengembalian yang diperoleh investor dari dividen yang dialokasikan oleh perusahaan.

Analisis rasio keuangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknik analisis lainnya, menurut Harahap (2004:298) keunggulan tersebut adalah :

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri yang lain.

4. Sangat berguna untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi Z-score atau Altman’s Bankruptcy prediction model merupakan suatu model untuk

(25)

meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan yang dibuat oleh Altman.

5. Menstandarisasi ukuran perusahaan.

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan yang lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik/time series.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

Keterbatasan analisis rasio keuangan menurut Sawir (2005:44) antara lain adalah :

1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

2. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

3. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda misalnya perbedaan metode penilaian persediaan.

4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

4. Kinerja

a. Definisi Kinerja

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan bahwa laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Terdapat beberapa definisi mengenai kinerja, yaitu :

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:503)

“Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.”

2. Menurut Bastian (2001:329) dalam bukunya “Akuntansi Sektor Publik” adalah :

(26)

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

Dari kedua definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu tindakan tertentu selama kurun waktu tertentu.

b. Pengukuran Kinerja

Menurut Helfert yang diterjemahkan oleh Widjdya dan Badjuri (1998:69), terdapat tiga ukuran kinerja keuangan perusahaan menurut bidang dan sudut pandang :

“1. Sudut pandang manajemen atau perusahaan 2. Sudut pandang pemilik

3. Sudut pandang pemberi pinjaman.” c. Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan

Menurut Martono dan Harjito (2005:52) mengungkapkan bahwa “kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (Stakeholder) seperti investor, kreditur, analisis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri.” Manfaat penilaian kinerja dilihat dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan dan kinerja perusahaan menurut Prastowo dan Julianty (2005:54), yaitu :

1. Para pemegang saham (investor) 2. Para kreditur

(27)

4. Analis sekuritas 5. Analis kredit.

d. Metode Tolak Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Warsono (2003:30), untuk menentukan apakah suatu perusahaan sehat atau tidak dari sisi keuangan dapat dilakukan dengan dua macam metode tolak ukur, yaitu :

1. Metode lintas waktu (time series)

Metode ini merupakan metode tolak ukur analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara membandingkan suatu rasio keuangan perusahaan dari suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya.

2. Metode lintas seksi/industri (cross section)

Yaitu metode tolak ukur yang digunakan untuk menentukan sehat tidaknya posisi keuangan perusahaan yang dilakukan dengan cara membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu dengan rasio keuangan rata-rata industrinya pada periode yang bersangkutan. Metode ini paling cocok digunakan untuk perusahaan yang sudah go public, atau yang sahamnya sudah tercatat di pasar modal.

e. Penerapan Metode Tolak Ukur

Di Indonesia tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan perusahaan, biasanya bergantung pada bentuknya. Untuk perusahaan kecil dan menengah mungkin lebih tepat menggunakan metode lintas waktu (time series), karena sulitnya data industri yang sepadan. Untuk perusahaan besar yang berbentuk perseroan terbatas (PT), ada dua kemungkinan tolak ukur yang dapat digunakan, yaitu dapat menggunakan metode time series atau menggunakan metode cross section. Hasil analisis laporan keuangan untuk perusahaan-perusahaan

(28)

yang tercatat di Pasar Modal Indonesia dapat dilihat dalam Indonesian Capital Market Directory yang dipublikasikan setiap tahunnya.

Menurut Warsono (2003:33), jika suatu perusahaan menggunakan tolak ukur cross section, dapat dilakukan dengan mengacu pada tolak ukur industri yang sesuai, dengan catatan ukuran perusahaan tersebut tidak berbeda terlalu jauh. Bagi perusahaan yang tercatat di pasar modal, penentuan tolak ukur kinerja tidak menjadi masalah, untuk perusahaan yang belum go public, sebaiknya memang menggunakan metode lintas waktu, tetapi jika akan menggunakan metode cross section, ukuran perusahaan yang akan diukur tersebut harus sebanding dengan ukuran perusahaan-perusahaan yang tercatat di pasar modal, khusus dalam satu industri.

5. Hubungan Analisis Laporan Keuangan dengan Kinerja Keuangan Perusahaan

Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Performa suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui keadaan finansial dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu.

Tingkat kesehatan perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisis

(29)

tersebut dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, dapat menggunakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Interpretasi atau analisis laporan keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan mereka masing-masing berbeda.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti (Tahun)

Judul Hasil Penelitian Periode Sampel Ina Mahdalia (2005) Analisis Laporan Keuangan dalam Menilai Kinerja Perusahaan Pada PT. Indosat Tbk. Menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada PT. Indosat Tbk. mengalami peningkatan pada tahun 2000 dan 2003, masing-masing dibandingkan dengan tahun 1999 dan tahun 2004. Serta mengalami penurunan pada tahun 2001 dan 2002. 1999-2003 Harfita Sulistyarini Sejati (2005) Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan pada perusahaan perkebunan [studi kasus pada PT. Perkebunan Menunjukkan bahwa pabrik gula Mojo dapat dikatakan likuid jika dilihat dari aktiva lancar yang dimilikinya. Tetapi jika dilihat dari kas dan aktiva perusahaan selain persediaan, pabrik gula

(30)

Nusantara IX (Persero) pabrik gula Mojo Sragen].

Mojo dikatakan dalam keadaan illikuid. M. Shodiqin (2006) Analisis Rasio-Rasio Keuangan Sebagai Dasar Penialian Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pada Industri Barang Konsumsi yang Listed di Bursa Efek Jakarta. Menunjukkan bahwa rasio keuangan yang telah dirumuskan dapat menjelaskan secara nyata atas terjadinya perbedaan kelompok perusahaan yang berkinerja baik dan tidak baik.

2003-2005

Sumber : Data diolah penulis, 2010

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Analisis Laporan Keuangan

Rasio Likuiditas Rasio Leverage Rasio Aktivitas Rasio Profitabilitas

Rasio Nilai Pasar

Kinerja Perusahaan Laporan Keuangan

(31)

Sumber : Data diolah penulis, 2010

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lima kelompok rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas (Current Ratio, Quick Ratio), rasio leverage (Debt to Equity Ratio), rasio aktivitas (Inventory Turnover, Total Assets Turnover), rasio profitabilitas (Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Investment, Return On Equity), dan rasio nilai pasar (Price Earning Ratio) sebagai dasar untuk menganalisis laporan keuangan. Dengan analisis laporan keuangan dapat diketahui mengenai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi perusahaan yang pada akhirnya akan memperlihatkan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang dapat menggambarkan performa atau kinerja dari perusahaan yang bersangkutan dan juga dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi kekurangan dan kemudian melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja perusahaan dan membuat keputusan yang rasional dalam hal perencanaan perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual  Analisis Laporan Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penentuan bilangan peroksida yang didapatkan pada penelitian ini ditampilkan pada Tabel 2, yang menggambarkan perbandingan kualitas dari penentuan bilangan peroksida

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan pajak menggunakan penundaan pengkreditan Pajak Masukan mampu meratakan Pajak Pertambahan Nilai terutang

2.7 Melakukan aktivitas (misalnya membuat slogan/ motto/ puisi) tentang kehidupan bersama di masyarakat sebagai karya Roh Kudus Hidup Bersama yang Dijiwai Roh Kudus

1) Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau bahan. 2) Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia harus dikelompokan dan disimpan dengan

Komponen-komponen dari suatu sistem tenaga listrik pada umumnya terdiri dari pusat pembangkit, dalam hal ini yang digambarkan adalah generatornya., transformator

Dikdasmen, Depdikbud, (2007), Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata pelajaran Kimia, Standar isi KTSP 2006, Jakarta.. Fersht, A., (1999), Structure and Mechanism in

Hal : Pengumuman nama-nama Peserta Kategori LULUS dan DISKUALIFIKASI Hasil Penilaian Portofolio

Kenaikan harga Surat Utang Negara pada perdagangan hari ini masih akan dipengaruhi terhadap berlanjutnya tren pelemahan nilai tukar rupiah yang didukung oleh