• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS CLOUD COMPUTING IMPLEMENTATION USING ROADMAP FOR CLOUD COMPUTING ADOPTION MODEL (ROCCA) ON EDUCATIONAL INSTITUTION (SEMARANG UNIVERSITY)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS CLOUD COMPUTING IMPLEMENTATION USING ROADMAP FOR CLOUD COMPUTING ADOPTION MODEL (ROCCA) ON EDUCATIONAL INSTITUTION (SEMARANG UNIVERSITY)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

IMPLEMENTASI CLOUD COMPUTING MENGGUNAKAN MODEL ADOPSI ROADMAP FOR CLOUD COMPUTING ADOPTION (ROCCA)

PADA INSTITUSI PENDIDIKAN (STUDI KASUS UNIVERSITAS SEMARANG)

CLOUD COMPUTING IMPLEMENTATION USING

ROADMAP FOR CLOUD COMPUTING ADOPTION MODEL (ROCCA) ON EDUCATIONAL INSTITUTION

(SEMARANG UNIVERSITY)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Master of Computer Science

MOHAMMAD SANI SUPRAYOGI 09/292187/PPA/03059

PROGRAM STUDI S2 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA 2014

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

What is courage?

This is courage...

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji, syukur, hormat dan kemuliaan penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas anugrah, karunia dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “Implementasi Cloud Computing Menggunakan Model Adopsi Roadmap For Cloud Computing Adoption (ROCCA) Pada Institusi Pendidikan (Studi Kasus Universitas Semarang)”.

Penyusunan tesis ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Master of Computer Science pada Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Komputer, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada. Penulis menyadari bahwa pada tesis ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan sehingga diharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun untuk penyempurnaan tesis ini dimasa yang akan datang.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku yang terkasih, papah Mohammad Adib, MM dan mamah Siti Kuniarsih, MM atas segala curahan kasih sayang yang tulus, perhatian serta doa yang tiada hentinya.

2. Adikku drh. Rosita Permatasari atas segala dukungan semangat selama studi S2 dan penyelesaian tesis ini.

3. Bapak Dr. Techn. Ahmad Ashari, M.Kom sebagai pembimbing Tesis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan lancar.

4. Bapak Drs. Tri Kuntoro Priyambodo, M.Sc; Bapak Drs. Suprapto, M.Ikom; Bapak Drs. Widodo Prijodiprodjo, M.Sc., EE selaku penguji yang telah membantu penulis meningkatkan kemampuan.

5. Seluruh staf pengajar Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada yang yang telah memberikan bekal ilmu bagi penulis sehingga bermanfaat serta bernilai guna yang tinggi dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.

(6)

v

6. Seluruh staf administrasi Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada terkhusus kepada bapak Sugeng dan ibu Rini yang dengan tulus ikhlas melayani keperluan penulis selama menjalani studi dan penulisan tesis ini.

7. Rekan-rekan pengajar di Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang yang terus memberikan dukungan selama penulisan tesis.

8. Rekan-rekan seperjuangan MMI angkatan 2009, kenangan belajar kelompok setiap menjelang ujian dan refreshing bersama tak akan terlupakan bagi penulis.

9. Ayu Amalia, M.Si yang telah memberikan dukungan luar biasa selama ini. 10.Sahabat-sahabatku dimanapun kalian berada yang selalu memberi

perhatian dan support selama penulis menjalani studi S2 dan dalam penyelesaian tesis ini.

Akhirnya dengan penuh kesungguhan hati, penulis berharap agar Allah SWT senantiasa melimpahkan berkat-Nya dan membalas semua budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

Yogyakarta, Januari 2014 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv DAFTAR ISI ... vi DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR TABEL ... x INTISARI ... xi ABSTRACT ... xii BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Batasan Masalah ... 3 1.4 Tujuan Penelitian ... 3 1.5 Manfaat Penelitian ... 4 1.6 Keaslian Penelitian ... 4 1.7 Metodologi Penelitian ... 4 1.8 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

(8)

vii

BAB III LANDASAN TEORI ... 11

3.1 Cloud Computing ... 11

3.2 Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) ... 19

3.3 Aturan Perundangan Pemanfaatan TI di Pendidikan ... 21

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN ... 23

4.1 Analisis terhadap Cloud Computing ... 23

4.2 Analisis terhadap ROCCA ... 25

4.2.1 Analisis Fase Analisis... 25

4.2.2 Analisis Fase Perancangan ... 27

4.2.3 Analisis Fase Adopsi ... 28

4.2.4 Analisis Fase Migrasi ... 29

4.2.5 Analisis Fase Pengelolaan ... 30

4.3 Cloud Computing untuk Institusi Pendidikan... 30

4.4 Perancangan Model Adopsi ROCCA Untuk Insitusi Pendidikan ... 31

BAB V IMPLEMENTASI ... 35

5.1 Tahap Analisis ... 35

5.1.1 Pengumpulan Data... 35

5.1.2 Analisis SWOT ... 37

5.1.2.1 Strategi Strength – Opportunity ... 39

5.1.2.2 Strategi Strength – Threat ... 39

5.1.2.3 Strategi Weakness – Opportunity ... 39

5.1.2.4 Strategi Weakness – Threat ... 40

(9)

viii

5.2.1 Pemilihan Teknologi Cloud ... 40

5.2.2 Perancangan Anggaran ... 41

5.2.3 Perancangan Adopsi dan Migrasi ... 42

5.3 Tahap Adopsi ... 44

5.3.1 Pelaksanaan Rencana Adopsi ... 45

5.4 Tahap Migrasi ... 47

5.5 Tahap Pengelolaan ... 50

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

6.1 Implementasi Cloud Computing ... 51

6.2 Model Adopsi ROCCA ... 55

BAB VII PENUTUP ... 57

7.1 Kesimpulan ... 57

7.2 Saran ... 57

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Manajemen Cloud Dengan VI Manager (Dukaric and Juric, 2013) . 15 Gambar 3.2 Unified Taxonomy of IaaS Architectures (Dukaric and Juric, 2013) 15

Gambar 3.3 IaaS Architectural Framework (Dukaric and Juric, 2013) ... 16

Gambar 3.4 Karakteristik Cloud Computing (Khajeh-Hosseini et al., 2010) ... 18

Gambar 3.5 Fase Tahapan ROCCA (Shimba, 2010) ... 19

Gambar 4.1 Model Adopsi ROCCA (Shimba, 2010) ... 31

Gambar 4.2 Modifikasi Model Adopsi ROCCA ... 32

Gambar 5.1 Skema Rancangan Private Cloud USM ... 43

Gambar 5.2 Cluster Node Proxmox ... 47

Gambar 5.3 Membuat Virtual Server ... 49

Gambar 5.4 Remote SSH Virtual Server ... 50

Gambar 6.1 Arsitektur Sebelumnya Pada Ruang Server ... 52

Gambar 6.2 Arsitektur Cloud Pada Ruang Server ... 53

Gambar 6.3 Dashboard Proxmox VE (Virtual Environment) ... 54

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka ... 10

Tabel 3.1 Model Cloud Computing (Mell and Grance, 2011) ... 12

Tabel 3.2 Tantangan Adopsi Pada Tiap Fase ROCCA (Shimba, 2010) ... 21

Tabel 4.1 Analisis Fase Analisis pada ROCCA ... 26

Tabel 4.2 Analisis Fase Perancangan pada ROCCA ... 27

Tabel 4.3 Analisis Fase Adopsi pada ROCCA ... 28

Tabel 4.4 Analisis Fase Migrasi pada ROCCA ... 29

Tabel 4.5 Analisis Fase Pengelolaan pada ROCCA ... 30

Tabel 5.1 Daftar Layanan TI di Universitas Semarang... 37

Tabel 5.2 Matriks Analisis SWOT Implementasi Cloud Computing di USM ... 38

Tabel 5.3 Model Layanan Cloud Computing (Hamzah, 2012) ... 41

Tabel 5.4 Detail Aplikasi Pada Tahap Adopsi dan Migrasi ... 44

Tabel 5.5 Rekomendasi Spesifikasi Server (Proxmox, 2013d)... 46

Tabel 5.6 Spesifikasi Server Cloud Universitas Semarang ... 46

(12)

xi

INTISARI

IMPLEMENTASI CLOUD COMPUTING MENGGUNAKAN MODEL ADOPSI ROADMAP FOR CLOUD COMPUTING ADOPTION (ROCCA)

PADA INSTITUSI PENDIDIKAN (STUDI KASUS UNIVERSITAS SEMARANG)

Oleh :

MOHAMMAD SANI SUPRAYOGI 09/292187/PPA/03059

. Implementasi cloud computing pada sektor pendidikan masih belum banyak diteliti, padahal cloud computing merupakan sebuah pengembangan infrastruktur Teknologi Informasi yang dapat memberikan solusi atas keterbatasan kemampuan universitas swasta dalam menyediakan perangkat server yang akan terus bertambah.

Penelitian ini meneliti model adopsi Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) yang digunakan untuk implementasi cloud computing di Universitas Semarang (USM). Model adopsi ini dirasa perlu untuk diteliti karena sebelumnya ROCCA baru diteliti pada sektor industri dan pemerintahan, sedangkan institusi pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda dengan kedua sektor tersebut. Penelitian ini akan menganalisis cloud computing beserta setiap fase pada ROCCA dan dibandingkan dengan kondisi pada institusi pendidikan.

Hasil penelitian ini berupa modifikasi model adopsi ROCCA, yang terdiri dari 5 (lima) tahapan, yaitu tahap Analisis, Perancangan, Adopsi, Migrasi, dan Pengelolaan. Kemudian menghasilkan implementasi cloud computing dengan model implementasi Private Cloud dan layanan Infrastructure as a Service (IaaS) untuk institusi pendidikan, dalam hal ini pada Universitas Semarang.

(13)

xii

ABSTRACT

CLOUD COMPUTING IMPLEMENTATION USING

ROADMAP FOR CLOUD COMPUTING ADOPTION MODEL (ROCCA) ON EDUCATIONAL INSTITUTION

(SEMARANG UNIVERSITY)

By:

MOHAMMAD SANI SUPRAYOGI 09/292187/PPA/03059

Implementation of cloud computing in the education sector is still not widely studied, whereas cloud computing is a development of IT infrastructure that can provide a solution to the limited ability for the private universities to provide a server that will continue to grow.

This study examines the adoption model Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) are used for implementing cloud computing at the Semarang University (USM). The adoption model is necessary to study, because previous ROCCA implementation previously researched in industry and government sectors, while educational institutions have different characteristics from the two sectors mentioned earlier. This study will analyze the cloud computing along with every phase of ROCCA and compared with the conditions of an educational institution.

The results of this study are modifications ROCCA adoption model, which consists of 5 (five) stages, there are: the Analysis, Design, Adoption, Migration, and Management. Continued by generating the implementation of cloud computing implementation model and service Private Cloud Infrastructure as a Service (IaaS) for educational institutions, in this case at the Semarang University.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Institusi pendidikan, dalam rangka melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat), sudah mulai memanfaatkan Teknologi Informasi. Namun dalam praktiknya masih menemui beberapa hambatan. Cenka et al. (2012) dalam penelitiannya menyebutkan ada beberapa faktor penghambat, antara lain infrastruktur yang kurang memadai, layanan yang tidak terintegrasi, kurangnya kompetensi dalam memanajemen, dan perlunya standarisasi dalam strategi implementasi IT.

Di saat yang bersamaaan, cloud computing sedang menjadi topik hangat. Shuai et al. (2010) menyatakan cloud computing merupakan pengembangan Grid Computing yang memaksimalkan penggunaan sejumlah perangkat Teknologi Informasi sekaligus menurunkan konsumsi energi. Apabila dimanfaatkan untuk sektor pendidikan, maka hal ini sesuai dengan pernyataan Cenka et al. (2012) bahwa pemanfaatan cloud computing di sektor pendidikan masih merupakan topik yang menarik dan memiliki peluang yang besar untuk diteliti lebih lanjut, dan diharapkan dapat mengurangi hambatan dalam pemanfaatan Teknologi Informasi.

Universitas Semarang (USM) adalah universitas swasta di kota Semarang yang akan menerapkan teknologi cloud computing. USM telah memiliki beberapa dedicatedserver yang digunakan untuk menjalankan aplikasi yang dikembangkan oleh programmer PSIT dan peneliti LPPM. Saat ini USM membutuhkan tambahan server untuk proses pengembangan. Sebagai universitas swasta dengan sumber dana mandiri tentu akan kesulitan jika harus terus menambah kapasitas server, oleh karena itu diperlukan cara untuk memanfaatkan server yang tersedia dengan lebih maksimal. Selain itu karena keamanan data adalah hal terpenting, maka data yang dimiliki USM harus selalu berada di USM.

(15)

2

Cloud computing adalah cara baru dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Hamzah (2012) dalam tesisnya mengatakan cloud computing merubah paradigma investasi infrastruktur komputasi. Sebelum adanya cloud computing, investasi di bidang infrastruktur komputasi dipandang sebagai aset, namun setelah adanya cloud computing maka investasi komputasi dipandang sebagai sebuah layanan (services).

Perubahan paradigma ini berdampak langsung pada biaya pengadaan infrastruktur komputasi. Pada komputasi yang tidak berbasis cloud computing, pengadaan insfrastruktur komputasi membutuhkan biaya yang tinggi. Sedangkan komputasi berbasis cloud computing, pengadaan infrastruktur komputasi membutuhkan sedikit atau bahkan tidak ada biaya investasi sama sekali (little or no upfront cost) (Shimba, 2010).

Proses adopsi cloud computing sebaiknya dilakukan secara sistematis, sehingga dibutuhkan model adopsi untuk menganalisis dan memberikan langkah tahapan proses penerapan cloud computing. Hanya saja menurut Shimba (2010) belum ada satu modelpun yang diterima secara luas sebagai model adopsi cloud computing. Maka dari itu perlu melakukan analisis terhadap model adopsi yang tersedia dan melakukan modifikasi supaya cocok diimplementasikan pada sektor pendidikan. Model adopsi yang akan dijadikan acuan adalah Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA).

Menurut Shimba (2010), Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) adalah model generik yang didasarkan pada riset terhadap hal-hal terkait adopsi cloud computing. Karena bersifat generik, model ini dapat diaplikasikan pada beberapa domain cloud computing, di organisasi manapun, serta platform dan infrastruktur Cloud apapun. Sehingga hal ini membuka peluang untuk memanfaatkan kerangka ROCCA dalam berbagai bentuk organisasi termasuk institusi pendidikan, dalam hal ini Universitas Semarang (USM).

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengimplementasikan Cloud Computing pada Universitas Semarang (USM)?

2. Apakah model adopsi Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) sesuai digunakan sebagai acuan pada institusi pendidikan?

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini diterapkan pada Universitas Semarang.

2. Penelitian ini mengacu pada model adopsi Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA).

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membangun Cloud Computing dengan mengacu pada model adopsi Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) yang diimplementasikan di Universitas Semarang (USM).

(17)

4

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Yayasan Alumni Undip dan Universitas Semarang dapat menghemat anggaran untuk pengadaan server dan pendukungnya

2. Bagi unit Pusat Komputer (PUSKOM) dapat mempermudah perawatan dan pengelolaan server milik Universitas Semarang.

3. Bagi civitas akademika USM yang membutuhkan server, dapat memperoleh sesuai dengan konfigurasi yang diinginkan.

1.6 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian di Indonesia yang membahas penerapan cloud computing di Indonesia sudah dilakukan. Model adopsi ROCCA baru diteliti pada sektor UMKM dan Pemerintahan. Tesis ini akan meneliti pada institusi pendidikan, dengan studi kasus pada Universitas Semarang.

1.7 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang mengikuti model adopsi ROCCA (Shimba, 2010) adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

Tahap ini untuk mengumpulkan pustaka dan mempelajari tentang cloud computing, ROCCA, dan sistem operasi Proxmox dengan cara membeli buku, mengunjungi ruang Tesis-Disertasi Perpustakaan Pusat UGM dan universitas lain, mengakses jurnal Internasional seperti IEEE dan IEEE Xplore serta jurnal Nasional melalui GARUDA Dikti, mendapatkan prosiding dari seminar nasional seperti Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) UII Yogyakarta.

(18)

b. Analisa dan Perancangan

Pada tahap ini akan terbagi menjadi dua tahap, yakni tahap analisa dan tahap perancangan.

a. Tahap Analisis

Pada tahap ini, melakukan analisis untuk menentukan kebutuhan dan kelayakan untuk melakukan migrasi dari infrastruktur yang berjalan sekarang ke cloud computing. Pertimbangan-pertimbangan dilakukan dalam hal memaksimalkan kelebihan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan hambatan, meminimalkan dampak kepada struktur, proses, dan budaya organisasi, dan biaya adopsi, serta memastikan kegunaan dan akses ke sumberdaya cloud. Selain itu dipertimbangkan pula kebijakan dalam hal keamanan. Penggunaan alat analisis SWOT dimungkinkan untuk menilai manfaat dan resiko yang akan dihadapi. Pada tahap ini pula mengindentifikasi kandidat sistem atau aplikasi yang akan dimigrasikan ke cloud.

b. Tahap Perancangan

Pada tahap ini, memilih platform dan infrastruktur cloud yang sesuai dengan hasil analisis dan aplikasi yang dimiliki. Langkah berikutnya adalah membuat rancangan pembiayaan. Langkah terakhir adalah menyusun rancangan pelaksanaan adopsi dan migrasi yang akan dilakukan pada tahapan selanjutnya.

c. Implementasi

Tahap ini akan terbagi menjadi dua tahap, yakni tahap adopsi dan tahap migrasi yang merupakan implementasi dari tahap perancangan.

a. Tahap Adopsi

Tahap ini melakukan persiapan integrasi aplikasi berbasis cloud computing dengan insfrastruktur IT pada Universitas Semarang. Secara teknis tahap ini menyiapkan infrastruktur cloud dimulai dari instalasi, clustering, hingga routing ke jaringan intranet

(19)

6

Universitas Semarang. Integrasi ini merupakan langkah awal sebelum aplikasi dapat beroperasional.

b. Tahap Migrasi

Pada tahap ini, memulai proses migrasi aplikasi dan data ke cloud setelah memastikan tahap adopsi selesai dilakukan.. Dukungan terhadap pengguna diberikan selama proses migrasi. Selain itu dilakukan proses monitoring dan pengendalian dari proyek migrasi yang dijalankan.

d. Pengelolaan

Pada tahap ini, mulai menggunakan aplikasi yang telah berjalan di cloud. Pada tahap awal pengoperasian sistem cloud ini, memberikan dukungan terhadap pengguna, serta review terhadap pelaksanaan migrasi.

1.8 Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini dibagi menjadi 7 bab. Pembagian tersebut dapat dijelaskan dengan struktur sebagai berikut:

a. BAB I. PENDAHULUAN

Bab I mengenai latar belakang dari permasalahan yang akan dibahas, pembatasan masalah, tujuan, dan manfaat yang diperoleh dari penulisan, metode yang digunakan, dan gambaran umum tiap bab serta sistematika penulisan.

b. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab II berisi tentang sumber-sumber teori yang dijadikan acuan dalam penulisan tesis yang memuat uraian sistematis tentang informasi hasil penelitian yang disajikan dalam pustaka dan menghubungkannya dengan masalah penelitian yang sedang diteliti.

c. BAB III. LANDASAN TEORI

Bab III ini menguraikan secara garis besar beberapa teori yang menjadi dasar tesis, diantaranya: cloud computing dan ROCCA.

(20)

d. BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab IV melakukan analisis terhadap model adopsi ROCCA dengan kondisi lingkungan penelitian pada sektor pendidikan, selanjutnya melakukan perancangan modifikasi model adopsi ROCCA yang akan kemudian akan digunakan pada proses implementasi.

e. BAB V. IMPLEMENTASI

Bab V menguraikan tentang proses implementasi cloud computing pada Universitas Semarang (USM) menggunakan modifikasi model adopsi ROCCA yang dilakukan pada bab sebelumnya.

f. BAB VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab VI menyajikan informasi ilmiah yang diperoleh dalam penelitian yang disusun secara sistematis disertai alasan yang rasional tentang masalah penelitian. Pembahasan terhadap hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam bentuk uraian teoritik.

g. BAB VII. PENUTUP

Bab VII berisi kesimpulan berdasarkan dari uraian-uraian yang diperoleh sebelumnya dan berupa saran untuk perbaikan serta pengembangan lebih lanjut.

(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Strategi adopsi cloud computing di Indonesia belum banyak diteliti, menurut Nimoko (2012) beberapa model yang tersedia baru dibangun dalam konteks perusahaan skala besar atau lembaga pemerintahan. Khamidah et al. (2010) pernah meneliti wacana penerapan cloud computing pada Universitas Islam Indonesia (UII) namun belum menggunakan model adopsi. Sedangkan Cenka et al. (2012) mengenalkan konsep aristektur cloud computing untuk lingkungan pendidikan, dikombinasikan dengan pendidikan berbasis ICT dan cloud computing, namun masih berupa prototipe yang perlu dikembangkan lagi.

Cenka et al. (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa penerapan cloud computing pada sektor pendidikan (Cloud Education) merupakan topik penelitian yang sedang hangat, juga merupakan solusi bagi institusi pendidikan yang memiliki dana terbatas untuk meningkatkan layanan berbasis Teknologi Informasi secara efektif. Hal ini dikarenakan institusi pendidikan memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan instansi lain dalam menerapkan cloud computing yang antara lain keterbatasan dalam hal IT Governance dan IT Infrastrucure.

Terdapat beberapa penelitian mengenai model adopsi Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) di Indonesia yaitu pada sektor UKM dan UMKM (Fardani and Surendro, 2011, Hamzah, 2012) serta sektor Pemerintahan pada Pemerintah Daerah Magelang oleh Nimoko (2012), dimana pada penelitian tersebut menggabungkan model Decision Framework for Cloud Migration (DFCM)yang memang ditujukan untuk sektor Pemerintahan (Kundra, 2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Nimoko (2012) telah menunjukkan analisa perbandingan untuk penggunaan model adopsi ROCCA pada organisasi komersial dengan pemerintah daerah. Disini ditemukan bahwa institusi pendidikan memiliki

(22)

kombinasi gabungan antara keduanya, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut untuk melakukan implementasi menggunakan model adopsi ROCCA pada institusi pendidikan.

Maka dari itu, tesis ini akan meneliti mengenai implementasi cloud computing pada institusi pendidikan dengan menggunakan model adopsi ROCCA. Selain itu diteliti kemungkinan implementasi Private Cloud dan layanan Infrastructure as a Service (IaaS) pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang dalam penelitian ini adalah Universitas Semarang (USM), yang memiliki keterbatasan dalam pengadaan server dan keterbatasan personel seperti yang dikatakan oleh Cenka et al. (2012).

2.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian mengenai implementasi cloud computing di Indonesia sudah dilakukan, adapun perbedaan masing-masing penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(23)

10

Tabel 2.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka

No Penulis Judul Model Implementasi Model Layanan Model Adopsi Objek

1 Khamidah et al. (2010)

Wacana Cloud Computing di Universitas Islam Indonesia

Private Cloud IaaS Tidak Ada Universitas

2 Fardani and Surendro (2011)

Strategi Adopsi Teknologi Informasi Berbasis Cloud Computing Untuk Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia

Public Cloud SaaS ROCCA UKM

3 Hamzah (2012)

Studi Kasus Penerapan Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Hybrid Cloud SaaS ROCCA UMKM

4 Nimoko (2012)

Kerangka Pemanfaatan Cloud Computing di Pemerintah Daerah

Public Cloud IaaS DFCM & ROCCA

Pemda

5 Cenka et al. (2012)

The Architecture of Cloud Computing for Educational Environment in Indonesia

Tidak ada Tidak ada Nan Cenka Architecture Universitas 6 Suprayogi (2013) Implementasi Cloud Computing Menggunakan

Model Adopsi Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA) Pada Institusi Pendidikan (Studi Kasus Universitas Semarang)

(24)

11

BAB III

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dituliskan teori pendukung penelitian yang antara lain membahas mengenai Cloud Computing, kerangka ROCCA, dan Pendidikan Tinggi di Indonesia.

3.1 Cloud Computing

Cloud computing atau komputasi awan merupakan istilah baru dalam dunia komputasi sehingga memiliki banyak definisi. Namun begitu, definisi dari The US National Institute of Standards and Technology (NIST) sepertinya paling mencakupi aspek-aspek umum dari cloud computing yang disetujui oleh berbagai pihak. NIST mendefinisikan cloud computing sebagai “Cloud computing is a model for enabling ubiquitous, convenient, on-demand network access to a shared pool of configurable computing resources (e.g., networks, servers, storage, applications, and services) that can be rapidly provisioned and released with minimal management effort or service provider interaction.” (Mell and Grance, 2011).

Model layanan berbasis cloud computing dapat berupa Software as a Services (SaaS), Platform as a Services (PaaS), dan Infrastructure as a Services (IaaS). Sedangkan model implementasi berbasis cloud computing dapat berupa Private Cloud, Community Cloud, Public Cloud, dan Hybrid Cloud (Mell and Grance, 2011)

Model cloud computing terdiri dari 5 karakteristik, 3 model layanan, dan 4 model implementasi seperti tampak pada Tabel 3.1.

(25)

12

Tabel 3.1 Model Cloud Computing (Mell and Grance, 2011)

Karakteristik Layanan Implementasi

On-demand self-service Software as a Services (SaaS) Private Cloud Broad network access Platform as a Service (PaaS) Community Cloud Resource pooling Infrastructure as a Service (IaaS) Public Cloud

Rapid elasticity Hybrid Cloud

Measured service

On-demand self-service berarti pengguna dapat mengatur kapabilitas layanan, seperti waktu layanan dan kapasitas penyimpanan, yang ingin digunakan secara mandiri dan otomatis tanpa ada interaksi dengan penyedia layanan. Broad network access berarti kapabilitas layanan dapat diakses melalui jaringan menggunakan berbagai perangkat sebagai client, misalnya PC, smartphone, laptop, dan PDA. Resource pooling berarti sumberdaya komputasi yang dimiliki oleh penyedia layanan dikumpulkan untuk melayani banyak pengguna dengan model multi-tenan. Rapid elasticity berarti kapabilitas dari layanan dapat ditingkatkan dengan cepat dan fleksibel. Measured service berarti sumberdaya yang digunakan dapat dikendalikan dan dioptimasi secara otomatis menggunakan suatu mekanisme pengukuran tertentu.

Software as a Services (SaaS) adalah layanan yang diberikan kepada pengguna berupa aplikasi yang berjalan pada infrastruktur penyedia layanan. Pengguna dari layanan ini tidak memiliki kendali atas infrastruktur yang ada dibawah layer aplikasi, sehingga pengguna hanya dapat melakukan pengaturan sebatas pada aplikasi yang disediakan (Mell and Grance, 2011). Aplikasi tersebut biasanya berbasis web, sehingga dapat diakses melalui web browser dari perangkat apapun dan pengguna hanya membayar biaya pemakaian saja. Contoh penyedia layanan SaaS yang cukup populer adalah Google Apps1. Pengguna cukup membayar biaya sebesar USD $5 per user per bulan, maka sudah dapat memanfaatkan layanan Google seperti Gmail, Calendar, Drive, Docs, Hangouts, Sites, Vaults, dan lain sebagainya. Google Apps ini dapat dikustomisasi sesuai

(26)

dengan keinginan pengguna dan memiliki kapasitas penyimpanan yang lebih besar dibandingkan layanan Google yang versi gratis (Google, 2013a). Contoh penyedia layanan SaaS yang lain adalah Dropbox2 yang merupakan layanan penyimpanan model awan (cloud storage). Pengguna akan mendapatkan tempat penyimpanan dengan kapasitas mulai 2 GB hingga 18 GB untuk yang versi gratis, selebihnya pengguna dapat membayar jika ingin memiliki kapasitas penyimpanan yang lebih besar. File yang tersimpan dapat diakses dari berbagai perangkat seperti laptop dan smartphone dan saling tersinkronisasi setelah sebelumnya menginstall aplikasi Dropbox di masing-masing perangkat, pengguna juga dapat berbagi file dengan orang lain menggunakan layanan ini (Dropbox, 2013).

Platform as a Service (PaaS) adalah layanan yang diberikan kepada pengguna berupa platform yang disediakan untuk membangun atau menjalankan aplikasi yang dibuat sendiri oleh pengguna dengan bahasa pemrograman, library, API, SDK, atau tools yang didukung oleh penyedia layanan (Mell and Grance, 2011). Google Cloud Platform3 adalah salah satu contoh produk PaaS milik Google, layanan ini memungkinkan pengguna untuk membangun aplikasi menggunakan bahasa Java, Phyton, Go, dan PHP. Selain itu juga disediakan Google Cloud SQL dan Google Cloud Storage untuk dukungan penyimpanan data (Google, 2013b). Contoh lain adalah Facebook Platform4 yang juga merupakan salah satu penyedia layanan PaaS, programmer dapat mengintegrasikan layanan Facebook kedalam aplikasi mobile, web, atau game dengan SDK yang telah disediakan, Facebook juga mendukung dalam hal pembuatan, pendistribusian, dan promosi aplikasi (Facebook, 2013).

Infrastructure as a Service (IaaS) adalah layanan yang diberikan kepada pengguna berupa sumberdaya komputasi fundamental (prosesor, storage, networks) untuk menjalankan software, termasuk sistem operasi, yang spesifikasi dibuat atau ditentukan sendiri oleh pengguna (Mell and Grance, 2011). Contoh

2 Dropbox – https://www.dropbox.com/

3 Google Cloud Platform - https://cloud.google.com/ 4 Facebook Platform - https://developers.facebook.com/

(27)

14

dari layanan IaaS ini adalah Amazon Web Services (AWS)5, divisi dari grup Amazon yang fokus pada bisnis Cloud Computing. Salah satu produk yang populer dari AWS adalah Amazon Elastic Compute Cloud (Amazon EC2) yang memungkinkan pengguna untuk mengatur sendiri spesifikasi server yang dibutuhkan dengan biaya yang minimal karena pengguna hanya dibebankan biaya penggunaan saja perbulannya, selain itu proses setup sangat cepat dan dapat mengatur konfigurasi dengan mudah. Amazon EC2 juga telah menyediakan sistem operasi siap pakai (instan) sehingga pengguna tidak perlu melakukan proses instalasi secara manual (Amazon, 2013). Microsoft sebagai salah satu raksasa teknologi juga memiliki produk serupa yakni Windows Azure6, ini merupakan solusi bagi pengguna yang ingin menggunakan server dengan produk dari Microsoft seperti Windows Server, Microsoft SQL Server, SharePoint Server, dan lain sebagainya (Microsoft, 2013).

Selain itu, pengguna juga dapat membangun layanan IaaS sendiri secara private dengan menggunakan Linux seperti Proxmox7 dan Ubuntu8. Layanan ini memanfaatkan sejumlah server untuk dijadikan dalam satu grup server, atau sering disebut dengan nama Grid Computing. Dalam perkembangannya, Grid Computing berubah menjadi Cloud Computing yang berfungsi untuk menyatukan banyak CPU yang bekerja secara paralel untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu, yang bisa dilakukan dalam sebuah network local atau internetworking. Seperti halnya Internet yang sering digambarkan seperti awan (cloud) (Artha and Utami, 2011).

Dukaric and Juric (2013) mengatakan bahwa kunci utama dalam membangun layanan IaaS adalah hal manajemen sumberdaya fisik maupun virtual seperti servers, storages, dan networks. Maka dari itu kita dapat menggunakan virtual infrastructure (VI) manager yang akan mengontrol semua sumberdaya yang tersedia seperti yang terlihat pada Gambar 3.1.

5

Amazon Web Services - http://aws.amazon.com/

6 Windows Azure - http://www.windowsazure.com/en-us/

7 Proxmox Virtual Environment - http://proxmox.com/proxmox-ve 8 Ubuntu OpenStack - http://www.ubuntu.com/cloud

(28)

Gambar 3.1 Manajemen Cloud Dengan VI Manager (Dukaric and Juric, 2013)

Sedangkan mekanisme untuk melakukan implementasi layanan IaaS, misalnya untuk melakukan identifikasi dan klasifikasi komponen fundamental dari layanan IaaS, Dukaric and Juric (2013) membuat sebuah taksonomi untuk layanan IaaS yang terbagi menjadi 7 (tujuh) layer seperti yang terlihat pada Gambar 3.2.

(29)

16

Untuk keperluan mendefinisikan struktur relasi, pengorganisasian, dan ketergantungan dari masing-masing layer, maka Dukaric and Juric (2013) juga membuat IaaS Architectural Framework seperti yang terlihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 IaaS Architectural Framework (Dukaric and Juric, 2013)

Private Cloud adalah infrastruktur cloud yang dimiliki dan digunakan sendiri oleh sebuah organisasi meskipun pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak ketiga. Organisasi yang akan menerapkan model ini setidaknya memiliki anggaran untuk pembelian server atau sudah memiliki server yang memadai. Selain itu sebaiknya juga memiliki divisi IT yang berpengalaman dalam hal implementasi cloud computing, atau setidaknya memiliki anggaran untuk merekrut personel untuk memperkuat divisi IT. Dalam hal deployment project, kecepatan tidak menjadi prioritas karena nantinya divisi IT akan dapat melakukan peninjauan terlebih dahulu untuk menentukan kebutuhan sumberdaya yang sesuai. Implementasi ini cocok untuk organisasi yang mengutamakan keamanan data, dimana nantinya data akan selalu tersimpan di datacenter milik organisasi (Canonical, 2012).

Community Cloud adalah infrastruktur cloud yang dimiliki dan digunakan oleh sekumpulan organisasi yang tergabung dalam satu komunitas tertentu meskipun pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak ketiga (Mell and Grance, 2011).

(30)

Public Cloud adalah infrastruktur cloud yang disediakan untuk publik atau sekumpulan organisasi dalam satu industri. Infrastruktur ini dimiliki oleh sebuah organisasi penyedia layanan cloud. Model implementasi ini cocok bagi organisasi yang memiliki keterbatasan anggaran pengadaan server atau ingin melakukan implementasi dengan biaya seminimal mungkin. Selain itu tidak memiliki atau tidak dapat membangun divisi IT yang berkompeten dalam bidang cloud computing. Sedangkan untuk deployment project menginginkan waktu sesingkat mungkin (instan) dan tidak keberatan apabila data diletakkan diluar organisasi (Canonical, 2012).

Hybrid Cloud adalah infrastruktur cloud yang berupa komposisi antara Private Cloud, Community Cloud, dan Public Cloud. Dalam Hybrid Cloud, ketiga model infrastruktur lainnya merupakan entitas yang unik namun disatukan oleh suatu standar tertentu. Organisasi yang akan menggunakan model implementasi ini sudah memiliki perangkat server yang memadai dan memiliki anggaran untuk pengadaan server baru, namun ada kalanya infrastruktur yang tersedia tidak sanggup melayani permintaan dari client di organisasi. Organisasi biasanya sudah memiliki divisi IT yang berkompeten, namun juga ingin mendapatkan kemudahan akses apabila divisi IT tidak mampu menangani masalah daripada harus merekrut personel baru. Dalam hal deployment project dapat menyesuaikan dengan kondisi, prosesnya bisa instan atau bisa juga harus melalui proses peninjauan terlebih dahulu oleh divisi IT. Untuk masalah privasi data cukup ketat, dimana data harus selalu berada di dalam organisasi, namun memiliki kebijakan lunak jika aplikasi front-end dan business logic berada diluar sedangkan data tetap berada didalam. Di masa mendatang juga memiliki keinginan supaya organisasi dapat dengan mudah berpindah baik project atau layanan dari penyedia layanan cloud (Canonical, 2012).

(31)

18

Gambar 3.4 Karakteristik Cloud Computing (Khajeh-Hosseini et al., 2010)

Dari Gambar 3.4 dapat terlihat bahwa ketiga model layanan cloud (SaaS, PaaS, IaaS) dapat diaplikasikan pada keempat model implementasi (private cloud, community cloud, publiccloud, atau hybrid cloud) (Khajeh-Hosseini et al., 2010).

Selain karakteristik yang telah didefinisikan oleh NIST, terdapat beberapa karakteristik lain dari cloud computing yang telah dirangkum oleh Shimba (2010) dari beberapa literatur, yaitu ketersediaan kapabilitas komputasi dan penyimpanan yang sangat besar, homogenitas, penggunaan teknologi virtualisasi, komputasi bersifat fleksibel, model pembayaran pay-as-you-go, biaya infrastruktur yang rendah atau bahkan tidak ada, pusat data, yang disebut dengan Cloud, yang terdistribusi secara geografis dengan biaya yang rendah untuk administrasi personel dan pengeluaran tambahan lainnya. Penggunaan teknologi virtualisasi sendiri bisa diartikan sebagai pembuatan sebuah bentuk atau versi virtual dari sesuatu yang bersifat fisik, misalnya sistem operasi, perangkat storage / penyimpanan data atau sumber daya jaringan (Artha and Utami, 2011).

(32)

3.2 Roadmap for Cloud Computing Adoption (ROCCA)

ROCCA adalah model generik yang didasarkan pada riset terhadap hal-hal terkait adopsi cloud computing. Karena bersifat generik, model ini dapat diaplikasikan pada beberapa domain cloud computing, di organisasi manapun, serta platform dan infrastruktur Cloud apapun (Shimba, 2010).

Model adopsi ini mengintegrasikan hal-hal yang menjadi fokus dalam adopsi cloud computing pada organisasi. Hal-hal tersebut meliputi :

1. Kepercayaan (trust) 2. Keamanan (security)

3. Kesesuaian aturan legal (legal and compliance) 4. Faktor organisasional (organitational issue)

Menurut Shimba (2010), sebuah organisasi yang akan menerapakan cloud computing perlu menjalani 5 tahap (fase) adopsi, yaitu tahap analisis, perencanaan, adopsi, migrasi, dan manajemen.

(33)

20

Seperti yang terlihat pada Gambar 3.5 proses adopsi cloud computing di dalam ROCCA terbagi menjadi 5 fase sebagaimana yang dijelaskan oleh Nimoko (2012) pada tesisnya.

1. Analisis

Fase ini bertujuan untuk memahami kebutuhan pengguna untuk melihat apakah suatu project dapat dijalankan. Di dalam fase ini kondisi sistem saat ini, sisi hukum, efek kepada budaya kerja, proses bisnis, struktur bisnis, biaya yang diperlukan, dan hal lain yang berkaitan perlu diperhitungkan.

2. Perancangan

Dalam fase ini ditentukan tolok ukur permasalahan keamanan, hukum dan kepatuhan. Tolok ukur ini harus dapat merefleksikan best practice, kebijakan, dan standar dalam organisasi dan bagaimana ini semua dapat dicapai setelah migrasi ke cloud computing. Dalam fase ini sudah harus ditentukan infrastruktur cloud computing mana yang akan digunakan, perencanaan anggaran, serta perencanaan proses adopsi dan migrasi. 3. Adopsi

Dalam fase ini persiapan proses migrasi dilakukan dengan mengintegrasikan dan menyesuaikan aplikasi dan data yang akan dimigrasikan dengan platform dan infrastruktur yang dituju. Fase ini harus bisa memastikan bahwa aplikasi akan dapat berfungsi dalam infrastruktur yang baru, dan tetap dapat beroperasi dengan aplikasi yang tidak ikut dimigrasi. Strategi outsourcing dan penentuan SLA juga harus ditentukan. 4. Migrasi

Tergantung dari hasil ketiga fase sebelumnya, proses migrasi dapat dilaksanakan. Seluruh proses migrasi harus selalu diatur dan diawasi. Selain itu perlu disediakan dukungan terhadap pemakai.

5. Pengelolaan

Setelah proses migrasi, perlu tetap dilakukan pengawasan terhadap kontrak dan penyedia layanan dalam pemenuhan SLA dengan

(34)

menggunakan alat ukur yang telah ditentukan di fase sebelumnya. Selain itu perlu tetap disediakan dukungan terhadap pemakai dan dilakukan peninjauan secara berkala.

Hamzah (2012) menambahkan bahwa aspek atau masalah penting yang harus dipertimbangkan dalam adopsi cloud computing adalah kepercayaan, keamanan, kesesuaian aturan legal, serta faktor organisasional. Dalam kerangka ROCCA, aspek-aspek tersebut dibahas di dalam sebagian tahapan adopsi seperti terlihat dalam Tabel 3.2

Tabel 3.2 Tantangan Adopsi Pada Tiap Fase ROCCA (Shimba, 2010)

Tantangan Fase

Kepercayaan (trust) Analisis, Perencanaan, Adopsi, Migrasi

Keamanan data (security) Analisis, Perencanaan, Migrasi

Kesesuaian aturan legal Analisis, Perencanaan

Faktor Organisasional Analisis, Perencanaan, Adopsi, Migrasi

3.3 Aturan Perundangan Pemanfaatan TI di Pendidikan

Berdasarkan pasal 48 PP RI No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, disebutkan bahwa dalam menyelenggarakan dan mengelola sistem pendidikan nasional di satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat mengembangkan dan melaksanakan sistem informasi pendidikan berbasis teknologi informasi. Sistem informasi pendidikan tersebut merupakakan subsistem dari sistem informasi pendidikan nasional dimana fungsinya memberikan akses informasi administrasi pendidikan dan akses sumber pembelajaran kepada satu dan atau program pendidikan (Presiden, 2010).

Selain itu dalam Peraturan Mendiknas No 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, disebutkan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) diwajibkan untuk membentuk unit khusus yang bertugas melaksanakan Peraturan Mendiknas tersebut (Mendiknas, 2008), sedangkan untuk Perguruan Tinggi Swasta (PTS)

(35)

22

tidak termasuk dalam Peraturan Mendiknas, sehingga dalam penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi di lingkungan PTS, tergantung dari kebijakan masing-masing pimpinan Perguruan Tinggi yang bersangkutan.

(36)

23

BAB IV

ANALISIS DAN PERANCANGAN

4.1 Analisis terhadap Cloud Computing

Infrastruktur TIK (jaringan, server, data center) milik institusi pendidikan biasanya terpusat di kompleks kampus tersebut. Indonesia rawan akan bencana sehingga ada baiknya data dan aplikasi yang ada dibuatkan cadangannya. Keuntungan cloud computing bahwa lokasi penyimpanan data yang bisa dimana saja dapat dimanfaatkan bila terjadi force majeur di lokasi pemilik data berada. Walaupun mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang parah, data yang terletak di cloud tetap aman. Selain itu cloud computing memungkinkan pemulihan layanan dengan cepat tanpa harus menunggu perbaikan infrastruktur selesai (Nimoko, 2012).

Pemanfaatan cloud computing memiliki resiko lock-in terhadap penyedia jasa. Pada IaaS resiko lock-in masih kecil karena masih memungkinkan pengguna untuk mengontrol sebagian besar lapisan teknologi. Pada PaaS resiko lock-in menjadi lebih besar, karena dalam hal ini pengguna mengembangkan aplikasi dengan memanfaatkan platform yang disediakan. Apabila aplikasi tersebut dikembangkan dengan dokumentasi yang baik, maka perpindahan ke penyedia jasa lain hanya perlu mengubah kode yang berhubungan dengan platform tersebut. SaaS memiliki resiko lock-in terbesar karena pengguna langsung memanfaatkan aplikasi yang disediakan oleh penyedia jasa, seringkali data yang tersimpan berbentuk format proprietary milik penyedia jasa.

Untuk aplikasi yang sensitif, pengguna memiliki pilihan untuk memanfaatkan on-premise private cloud yang memungkinkan pengguna memiliki kontrol penuh terhadap infrastruktur cloud, aplikasi, dan datanya. Sementara bila dilihat dari sisi kemudahan, pengguna dapat memanfaatkan external cloud sebab

(37)

24

tidak perlu menyiapkan dan melakukan perawatan pada infrastruktur. Li et al. (2009) menentukan ciri-ciri aplikasi yang cocok untuk external cloud :

1. Bukan merupakan keunggulan kompetitif. 2. Tidak mission-critical.

3. Bukan aplikasi bisnis inti.

4. Hanya mengandung sedikit data sensitif.

5. Tidak terpengaruh jaringan yang lambat maupun bandwidth.

SaaS lebih cocok bila ada aplikasi untuk hal yang umum dimanfaatkan oleh banyak pihak dan ada banyak pengguna yang memiliki model kebutuhan yang sama atau paling tidak sangat mirip. Untuk institusi pendidikan, SaaS lebih cocok untuk aplikasi seperti email atau website. Lebih lanjut Li et al. (2009) juga menyebutkan ciri-ciri tambahan untuk aplikasi yang cocok untuk SaaS :

1. Memang sudah saatnya didesain ulang. 2. Hanya perlu sedikit penyesuaian.

3. Memiliki alur kerja yang umum dan standar.

Model layanan PaaS pada dasarnya adalah IaaS yang dilengkapi dengan tools dan library yang dikembangkan dan disediakan oleh penyedia layanan sehingga terikat pada satu penyedia platform yang digunakan. Perpindahan aplikasi dari satu penyedia ke penyedia PaaS yang lain selain memerlukan migrasi data juga memerlukan perubahan maupun pemrograman ulang pada aplikasi.

Model layanan IaaS merupakan yang paling mudah diimplementasikan karena secara teknis pemanfaatan sebuah instance IaaS mirip dengan server tunggal yang berdiri sendiri. Bila diperlukan, sistem operasi dan aplikasi yang terpasang dalam IaaS dapat dipindah ke IaaS lain maupun server fisik lainnya.

Strategi pemanfaatan cloud computing yang disusun oleh perusahaan Intel, ditekankan pembuatan internal cloud sebagai langkah awal, yaitu dengan mengubah infrastruktur yang telah ada menjadi cloud dan mengubah semua layanan yang ada menjadi layanan berbasis cloud. Setelah transisi menjadi

(38)

internal cloud selesai maka mulai direncanakan migrasi layanan, baik yang baru maupun yang ada ke external cloud (Li et al., 2009). Melihat bahwa salah satu dasar dari cloud computing adalah virtualisasi, maka alternatif pemanfaatan yang dapat diambil oleh institusi pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Membuat private cloud di lokasi milik sendiri 2. Menjalankan aplikasi dalam server virtual. 4.2 Analisis terhadap ROCCA

ROCCA merupakan roadmap yang menggambarkan langkah yang perlu diambil dalam mengadopsi cloud computing. Selain ROCCA, terdapat model adopsi lain seperti Decision Framework for Cloud Migration yang ditujukan bagi pemerintahan (Kundra, 2011). Meskipun ditargetkan bagi perusahaan atau pemerintahan namun kedua roadmap ini memiliki beberapa langkah yang dapat dimanfaatkan organisasi manapun (Kundra, 2011, Shimba, 2010).

Pemilihan model adopsi ROCCA untuk institusi pendidikan lebih disebabkan karena langkah adopsi dalam ROCCA lebih banyak dan detail daripada Decision Framework for Cloud Migration. Fase analisis dan fase perencanaan dalam ROCCA mirip dengan fase pemilihan dalam Decision Framework for Cloud Migration. Fase adopsi dan fase migrasi dalam ROCCA mirip dengan fase pengadaan dalam Decision Framework for Cloud Migration. Fase pengelolaan dalam ROCCA mirip dengan fase pengelolaan dalam Decision Framework for Cloud Migration.

4.2.1 Analisis Fase Analisis

Fase analisis ditujukan untuk mengenali kebutuhan pemakai, kondisi organisasi, dan aspek lain yang mungkin relevan. Hal ini perlu dilakukan supaya teknologi yang dipilih benar-benar tepat guna. Perbedaan kondisi antara organisasi komersial, pemerintah daerah, dan institusi pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

(39)

26

Tabel 4.1 Analisis Fase Analisis pada ROCCA

Langkah Organisasi

Komersial Pemerintah Daerah Institusi Pendidikan

Analisis kondisi TIK

dan organisasi

Ada divisi yang khusus menangani TIK. Ada SKPD yang Tupoksi-nya pengelolaan TIK namun tiap SKPD memiliki kemandirian.

Ada unit Puskom yang bertanggung jawab atas infrastruktur TIK. Kebutuhan muncul sebagai inovasi untuk kelangsungan bisnis. Sebagian besar kebutuhan muncul karena ada petunjuk dari pusat atau tuntuan perundangan.

Kebutuhan muncul atas permintaan atasan dan pengguna, serta juga sebagai nilai tambah Universitas. Analisis keamanan dan kepatuhan hukum Faktor keamanan dan kepatuhan hukum sangat diperhatikan. Tingkat pemahaman akan kebutuhan keamanan berbeda-beda. Bila pemerintah daerah tidak memiliki standar keamanan, maka keamanan tergantung pada penyedia layanan.

Faktor keamanan sangat diperhatikan.

Kepatuhan hukum melihat peraturan perundangan lokal dan nasional. Analisis usabilitas dan aksesibilitas Berbagai tingkat ketergantungan dan interoperabilitas antar sistem. Jarang ada ketergantungan antar sistem

Belum ada ketergantungan antar sistem, terpisah dalam server dan

konfigurasi yang berbeda.

Analisis kesiapan organisasi Kesiapan sangat penting karena proses bisnis tidak boleh terganggu karena beresiko mengancam kelangsungan organisasi. Kesiapan penting, namun apapun yang terjadi pemerintahan tetap ada.

Kesiapan sangat penting, karena Proses Belajar-Mengajar (PBM) tidak boleh terganggu.

ROCCA mencontohkan matriks SWOT untuk mengidentifikasikan kondisi organisasi dan aplikasi yang akan dimigrasi, namun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan metode lain. Analisis ini dapat berguna bagi institusi pendidikan untuk mengenali kondisi sistem dan aplikasi yang dimilikinya dan

(40)

kesiapan organisasi. Framework ini juga mengasumsikan bahwa Puskom memiliki kontrol penuh dalam pengelolaan infrastruktur TIK dalam organisasi. 4.2.2 Analisis Fase Perancangan

ROCCA tidak menjelaskan fase ini secara detail, namun hanya pokok pikirannya saja. Untuk institusi pendidikan yang belum begitu memahami cloud computing, penyusunan rencana ini mungkin memerlukan bantuan ataupun konsultasi dengan pihak lain. Perbedaan kondisi antara organisasi komersial, pemerintah daerah, dan institusi pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Analisis Fase Perancangan pada ROCCA

Langkah Organisasi

Komersial Pemerintah Daerah Institusi Pendidikan Penentuan tolok ukur Menentukan best practice dan kebijakan. - - Pemilihan infrastruktrur cloud Tidak dijelaskan pertimbangan pemilihan.

Harus sudah memilih ketika akan melakukan pengadaan.

Berdasarkan analisis kebutuhan, kemudahan pengelolaan, dan faktor biaya. Perancangan Anggaran Ada perencanaan anggaran namun lebih fleksibel dengan keadaan. Anggaran annual, setelah ditetapkan harus dilaksanakan.

Anggaran bersifat kontrak yang diajukan di awal pengerjaan. Perancangan kepatuhan hukum Menentukan best practice yang harus dipenuhi. Operasional dilakukan oleh penyedia sehingga pelaksanaannya lebih tergantung pada bagaimana penyedia mematuhi peraturan. -. Perancangan proses adopsi dan migrasi Menentukan apakah akan melakukan prototype atau pilot project terlebih dahulu.

Dari awal sudah harus menentukan lingkup yang akan dicapai.

Menentukan apakah akan melakukan prototype atau

pilot project terlebih dahulu.

(41)

28

4.2.3 Analisis Fase Adopsi

Dalam fase ini institusi pendidikan disarankan untuk melakukan implementasi cloud computing secara mandiri tanpa melibatkan pihak ketiga, sehingga perbedaan kondisi antara organisasi komersial, pemerintah daerah, dan institusi pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Analisis Fase Adopsi pada ROCCA

Langkah Organisasi

Komersial Pemerintah Daerah Institusi Pendidikan

Integrasi aplikasi dan data Aplikasi yang dimigrasi harus tetap dapat berfungsi dengan aplikasi yang tidak dimigrasi. Belum terlalu mementingkan interoperabilitas karena tiap aplikasi cenderung berdiri sendiri-sendiri.

Belum terlalu mementingkan

interoperabilitas karena tiap aplikasi cenderung berdiri sendiri-sendiri. Outsourcing Outsourcing ditentukan berdasarkan evaluasi penyedia. Outsourcing ditentukan dari pemenang lelang pengadaan, kecuali pada penunjukan langsung.

Outsourcing dilakukan bila sumberdaya di institusi pendidikan tidak memadai.

SLA dan kebijakan lain. Pembuatan kontrak dengan penyedia Organisasi bisa memilih penyedia yang memiliki SLA yang sesuai. Ditentukan dengan pemenang lelang, kecuali pada penunjukan langsung.

Menentukan SLA sendiri tanpa membuat kontrak dengan pihak lain.

(42)

4.2.4 Analisis Fase Migrasi

Perbedaan kondisi antara organisasi komersial, pemerintah daerah, dan institusi pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sehubungan dengan proses implementasi cloud computing dilakukan secara mandiri, maka penyedia melakukan bentuk kerjasama secara internal. Bentuk dukungan dan kontrol juga dilakukan secara mandiri dalam lingkup internal.

Tabel 4.4 Analisis Fase Migrasi pada ROCCA

Langkah Organisasi

Komersial Pemerintah Daerah Institusi Pendidikan Pelaksanaan rencana adopsi Organisasi bekerjasama dengan penyedia. Tergantung pada penyedia. Bekerjasama dengan penyedia. Migrasi aplikasi dan data Organisasi bekerjasama dengan penyedia. Tergantung pada penyedia. Bekerjasama dengan penyedia.

Dukungan - Tergantung pada

penyedia.

Tergantung pada penyedia.

Pengawasan dan kontrol

- Melakukan

pengawasan

kelangsungan layanan.

(43)

30

4.2.5 Analisis Fase Pengelolaan

Fase ini adalah pengelolaan ketika cloud computing telah diimplementasikan. Dalam fase ini yang terpenting adalah pengawasan pemenuhan SLA seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Analisis Fase Pengelolaan pada ROCCA

Langkah Organisasi

Komersial Pemerintah Daerah Institusi Pendidikan Menjaga

komunikasi dengan penyedia

Perlu Perlu Perlu

Dokumentasi

Perlu Perlu Perlu

Dukungan teknis

Perlu Perlu Perlu

Peninjauan dan perawatan

Perlu Perlu Perlu

4.3 Cloud Computing untuk Institusi Pendidikan

Berdasarkan sub bab 3.3 dan 4.1 dapat disimpulkan bahwa cloud computing yang dapat dimanfaatkan oleh institusi pendidikan harus memenuhi beberapa syarat berikut :

1. Meskipun tidak ada peraturan perundangan yang mengatur pada institusi pendidikan swasta, sebaiknya tetap mengacu pada peraturan perundangan pendidikan yang berlaku. (sub bab 3.3)

2. Tidak terkunci pada satu penyelenggara layanan dan dapat berpindah ke penyelenggara layanan lain dengan relatif mudah. (sub bab 4.1)

3. Data dapat dimigrasi ke layanan lain atau ke format netral yang dapat dibaca dengan aplikasi lain. (sub bab 4.1)

(44)

4.4 Perancangan Model Adopsi ROCCA Untuk Insitusi Pendidikan ROCCA merupakan model adopsi cloud computing yang generik (umum) sehingga dapat diimplementasikan pada berbagai kondisi (Shimba, 2010), seperti sektor industri dan pemerintahan. Namun demikian, ROCCA lebih ditujukan untuk penggunaan model public cloud dengan layanan Software as a Service (SaaS) dimana pengguna cukup memilih salah satu penyedia jasa layanan cloud computing untuk diterapkan pada organisasinya. Hal inilah yang menyebabkan beberapa detail dalam tahapan ROCCA tidak digunakan oleh institusi pendidikan, antara lain penentuan tolok ukur, manajemen kontrak dengan outsourcing, dan penentuan Service Level Agreement (SLA). Sebab hal tersebut baru akan dilakukan jika institusi pendidikan hendak memanfaatkan jasa penyedia layanan cloud computing daripada membangunnya secara mandiri.

Berdasarkan analisis terhadap ROCCA (sub bab 4.2) dan setiap fase ROCCA (sub bab 4.2.1 sampai 4.2.5), maka perlu dilakukan modifikasi model adopsi ROCCA (Gambar 4.1) yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.1 Model Adopsi ROCCA (Shimba, 2010)

Analisis •Analisi kondisi TIK

dan organisasi •Analisis keamanan dan kepatuhan hukum •Analisis usabilitas dan aksesibilitas •Analisis kesiapan organisasi Perancangan •Penentuan tolok ukur •Pemilihan infrastruktur cloud Perancangan Anggaran •Perencanaan kepatuhan hukum •Perancangan proses adopsi dan migrasi Adopsi •Integrasi aplikasi dan data •Outsourcing •SLA dan kebijakan lain •Pembuatan kontrak dengan penyedia Migrasi •Pelaksanaan rencana adopsi Migrasi Aplikasi dan Data •Dukungan •Pengawasan dan kontrol Pengelolaan •Menjaga komunikasi dengan penyedia •Dokumentasi Dukungan teknis Peninjauan dan perawatan

(45)

32

Gambar 4.2 Modifikasi Model Adopsi ROCCA

Modifikasi model adopsi ROCCA (Gambar 4.2) masih menggunakan 5 (lima) tahapan asli, yaitu Analisis, Perancangan, Adopsi, Migrasi, dan Manajemen. Perubahan pada detail tiap-tiap tahapan dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Tahap Analisis

Tahap ini dimulai dengan melakukan pengumpulan data, hal terpenting adalah mengurus perijinan kepada pimpinan, misalnya Yayasan atau Rektorat. Langkah selanjutnya melakukan wawancara dengan pihak yang menangani infrastruktur IT, seperti puskom, departemen IT, programmer, dan lain sebagainya. Kemudian melakukan observasi infrastruktur IT yang sudah tersedia dan mendata perangkat dan aplikasi IT yang telah dimiliki. Berdasar hasil pengumpulan data tersebut, maka analisis dapat dilanjutkan dengan bantuan matriks SWOT untuk mengetahui kemampuan dan kebutuhan utamanya, sekaligus merencanakan strategi hasil analisis. 2. Tahap Perancangan

Tahap ini saatnya untuk memilih teknologi cloud yang akan digunakan, pemilihan teknologi ini berdasarkan hasil tahap analisis yang dilakukan sebelumnya. Kemudian melakukan perancangan anggaran berdasarkan teknologi cloud yang dipilih, dan terakhir melakukan perancangan proses adopsi dan migrasi. Pada tahap ini sebaiknya menggunakan model pilot project untuk mengetahui efektivitas implementasi cloud computing. Analisis •Pengumpulan Data •Analisis Kondisi •Analisis SWOT •Penyusunan Strategi SWOT. Perancangan •Pemilihan Teknologi Cloud •Perancangan Anggaran •Perancangan Adopsi dan Migrasi Adopsi •Memlilih Software •Konfigurasi Server •Konfigurasi Cluster •Konfigurasi Jaringan •Integrasi aplikasi dan data Migrasi •Pelaksanaan rencana adopsi •Migrasi Aplikasi dan Data Pengelolaan •Pendampingan Pengelolaan Infrastruktur •Dokumentasi & Buku Manual

(46)

Selain itu pada tahap ini sudah menentukan aplikasi apa saja yang akan mengalami proses migrasi ke infrastruktur baru.

3. Tahap Adopsi

Tahap ini adalah tahap persiapan. Institusi pendidikan mempersiapkan infrastruktur cloud yang akan dibangun. Dimulai dengan memilih perangkat lunak dan menyiapkan server dengan spesifikasi hardware yang direkomendasikan. Proses selanjutnya adalah melakukan instalasi dan dilanjutkan dengan membuat cluster. Terakhir melakukan routing dengan jaringan Intranet dan memasang firewall.

4. Tahap Migrasi

Tahap ini merupakan inti dari proses adopsi cloud computing, yakni melakukan pemindahan aplikasi dari server fisik ke virtual server. Diawali dengan menciptakan virtual server dengan spesifikasi default dan memberikan akses kepada pemilik aplikasi. Selanjutnya melakukan proses migrasi aplikasi dan data menggunakan berbagai metode migrasi yang tersedia. Disarankan menggunakan metode logical backup jika aplikasi yang mengalami migrasi tidak mempunyai ketergantungan dengan aplikasi yang lainnya.

5. Tahap Manajemen

Tahap ini berarti proses adopsi dan migrasi telah selesai dilakukan dengan indikator aplikasi yang mengalami migrasi dapat berjalan dengan normal. Selanjutnya memberikan wewenang pengelolaan kepada pihak terkait, misalnya unit Puskom dengan pendampingan selama beberapa waktu. Dokumentasi dan handbook dapat menjadi nilai tambah untuk mempermudah mengatasi permasalahan yang akan muncul. Pada tahap ini kegiatan yang sering dilakukan adalah monitoring dan support terhadap pengguna cloud.

Institusi pendidikan dapat melakukan implementasi cloud computing secara mandiri dengan urutan langkah di atas. Selain itu penerapan cloud computing secara mandiri pada institusi pendidikan dapat membuka peluang penelitian lebih

(47)

34

lanjut, yang nantinya akan mengembangkan cloud computing itu sendiri, sesuai dengan inti dari Tridharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat).

(48)

35

BAB V

IMPLEMENTASI

5.1 Tahap Analisis

Fase pertama dalam ROCCA adalah tahap analisis (Shimba, 2010). Sebelum memutuskan untuk mengadopsi layanan berbasis cloud computing, perlu dilakukan analisis pada beberapa hal yaitu kebutuhan fungsi aplikasi, misalnya kebutuhan untuk komunikasi, promosi, pengembangan aplikasi, penyediaan infrastruktur, dan lain sebagainya. Disamping itu, analisis dan indentifikasi juga diperlukan untuk mengetahui kemampuan sumber daya finansial dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Universitas, serta dampak adopsi aplikasi bagi organisasi.

5.1.1 Pengumpulan Data

Tahap awal sebelum memulai analisis adalah dengan mengumpulkan data-data yang relevan. Data yang dikumpulkan untuk tahap awal ini berasal dari proses wawancara yang melibatkan beberapa pihak, antara lain Kepala Puskom USM sebagai penanggung jawab jaringan dan infrastuktur komputer, Wakil Rektor I bidang akademik, Wakil Rektor II bidang keuangan, Koordinator Unit PSIT sebagai pihak developer aplikasi, dan Koordinator Tim IT sebagai perencana IT di Universitas Semarang.

Wawancara dilakukan mengacu pada artikel Canonical (2012) yang memfokuskan pada hal budget atau anggaran dana, sumberdaya manusia, waktu untuk deployment project, kebutuhan dan peningkatan teknologi IT, serta yang terakhir masalah keamanan dan privasi data. Semua ini untuk mendapatkan data yang dibutuhkan pada proses analisis.

Kesimpulan dari hasil wawancara yaitu pihak Rektorat dan Yayasan bersedia untuk dilaksanakan implementasi cloud computing pada Universitas Semarang dan berkomitmen untuk memberikan dukungan terkait masalah

(49)

36

administrasi dan anggaran, walaupun jumlahnya terbatas dan harus diajukan di awal pelaksanaan adopsi. Selain itu, pihak rektorat juga menugaskan Jurusan Teknologi Informasi untuk memberikan bantuan bila diperlukan. Puskom dan Tim IT memberikan data mengenai kondisi infrastruktur IT di lingkungan Universitas Semarang serta bersedia membuka akses yang diperlukan termasuk nantinya menerima tugas pengelolaan infrastruktur cloud computing. PSIT menegaskan kebutuhan server sudah dalam kondisi mendesak, dan diharapkan dapat menjadi solusi ketersediaan server dan dapat dilakukan secara mudah dan cepat.

Setelah proses pengumpulan data primer selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data sekunder berupa artikel mengenai implementasi cloud computing. Data sekunder digunakan untuk mempelajari konsep dan mengetahui berbagai jenis dari implementasi cloud computing. Sumber data yang lain berasal dari observasi terhadap sistem yang telah tersedia di Universitas Semarang, hal ini untuk mengetahui model implementasi dan layanan apa yang cocok untuk diterapkan.

Berdasarkan hasil observasi, daftar layanan teknologi informasi yang tersedia di Universitas Semarang dapat dilihat pada Tabel 5.1. Setiap layanan yang berlokasi di Ruang Server dilayani oleh satu buah server. Saat ini kondisi rak server sudah penuh sehingga bila terjadi penambahan aplikasi maka akan membutuhkan unit server baru dan unit tersebut akan diletakkan di luar rak server. Selain itu karena spesifikasi unit server yang digunakan tidak seragam, maka jika membutuhkan upgrade sistem tidak bisa melakukan subsidi silang dan membutuhkan waktu untuk proses pengadaan barang. Oleh karena itu dibutuhkan solusi untuk penambahan server dan perubahan konfirgurasi server secara singkat.

(50)

Tabel 5.1 Daftar Layanan TI di Universitas Semarang

Nama Layanan Lokasi Target Pengguna

Website usm.ac.id Web Hosting9 Umum Email @usm.ac.id Google Apps10 Internal Sistem Informasi Akademik (SIA) Ruang Server Internal

Sistem Informasi Jurnal Online (SIJALU) Ruang Server Umum dan Internal Digital Library (digilib) Ruang Server Umum dan Internal Kuliah Online (kulOn) Ruang Server Internal

Radio Streaming USM Ruang Server Umum dan Internal Radio Streaming FTIK Ruang Server Umum dan Internal PMB Online Ruang Server Umum dan Internal Sistem Informasi Keuangan Ruang Server Internal

Sistem Informasi Kepegawaian Ruang Server Internal 5.1.2 Analisis SWOT

Berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada sub bab 5.1.1 maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT terhadap pemanfaatan teknologi cloud computing pada Universitas Semarang (USM) yang dapat dilihat pada Tabel 5.2, kemudian selanjutnya menentukan strategi (action plan) berdasarkan keempat area tersebut (Swinton, 2004).

9 Website http://usm.ac.id diletakkan pada perusahaan hosting Rumahweb 10 Menggunakan layanan Google Apps for Education

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Tinjauan Pustaka
Tabel 3.1 Model Cloud Computing (Mell and Grance, 2011)
Gambar 3.2 Unified Taxonomy of IaaS Architectures (Dukaric and Juric, 2013)
Gambar 3.3 IaaS Architectural Framework (Dukaric and Juric, 2013)   Private  Cloud  adalah  infrastruktur  cloud  yang  dimiliki  dan  digunakan  sendiri  oleh  sebuah  organisasi  meskipun  pengelolaannya  dapat  diserahkan  pada  pihak  ketiga
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan cloud computing, kita dapat menggunakan sebuah layanan tanpa investasi yang signifikan di awal seperti server, aplikasi server dan ruangan untuk penyimpan server/data

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penanggungjawab perencanaan perlu diterapkan prinsip biaya departemen langsung, atas dasar prinsip ini

Perilaku merokok merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang dengan cara membakar tembakau dan menghisap asapnya, baik menggunakan rokok atau pipa (Sitepoe dalam Sari,

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan

Ancaman dari barang pengganti kuat ketika barang pengganti sudah siap tersedia dan memiliki harga yang menarik dan relatif lebih rendah dari barang yang sudah ada dan terjangkau

12 Berbeda dengan te- ori tersebut, berdasarkan hasil survey, plastik merupakan bahan dasar yang pal- ing dominan yang terdapat di lokasi penelitian (87,18 %) Sebagian

 Amazon memiliki Elastic Compute Cloud (EC2), sebuah layanan web yang menyediakan kapasitas komputasi berbasis cloud untuk pengembang aplikasi.  IBM memiliki Cloud Computing

Cloud/awan merupakan metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan computer, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga