• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 5. Best Audit and Physical Performance Nasional II Sales Region III (Periode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 5. Best Audit and Physical Performance Nasional II Sales Region III (Periode"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PT. Limas Raga Inti didirikan pada tanggal 16 Agustus 1972 di Bandung dengan nama "CV. Limas Raga". Nama "Limas Raga" merupakan singkatan dari Lilin, Pelumas, Rapid dan Gas Elpiji yang merupakan produk-produk Pertamina pada saat itu. Di awal berdirinya, perusahaan ini berlokasi di Jl. Lengkong Besar No. 11 Bandung. Kemudian pada tahun 1977 perusahaan pindah menempati lokasi baru di Jl. Emong No. 21 Bandung, yang sampai sekarang menjadi Kantor Pusat dan Show Room Penjualan kompor, water heater, dan minyak pelumas Pertamina.

Selain memasarkan gas elpiji dan minyak pelumas produk Pertamina, produk-produk kompor dan spare part-nya, water heater, dan rice cooker, PT. Limas Raga Inti juga melayani jasa reparasi kompor dan pemasangan instalasi gas elpiji. Perusahaan mempunyai komitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen.

PT. Limas Raga Inti telah melayani konsumen sejak tahun 1972 sebagai dealer resmi elpiji dan minyak pelumas Pertamina. Berkantor pusat di Jl. Emong no. 21 Bandung dan memiliki 7 cabang yang tersebar di area Bandung Utara, Selatan, Timur, dan Barat. Kami juga memiliki gudang yang terletak di Jl. Soekarno Hatta Bandung, serta banyak Supply Point yang tersebar di berbagai lokasi.

(Sumber: Limas Raga Inti, 2014)

Berikut ini adalah beberapa penghargaan yang telah diperoleh PT. Limas Raga Inti: 1. Best Audit and Physical Performance Nasional II – Sales Region III (Periode

Oktober 2009 – September 2010)

2. Mendapat peringkat “Terbaik” sebagai Agen LPG non PSO Gas Domestik Region II (Periode Tahun 2010)

3. Best Performance Retail II (Periode Oktober 2011 – September 2012) 4. Best 1 Audit Agent Tingkat Nasional (Periode tahun 2011)

5. Best Audit and Physical Performance Nasional II – Sales Region III (Periode Oktober 2010 – September 2011)

6. Menjadi salah satu dari bintang-bintang bisnis Jawa Barat di Majalah SWA Edisi Khusus ( Edisi 28 April 2014)

(2)

2

PT. Limas Raga Inti mempunyai beberapa produk yang didistribusikan ke suluruh daerah kota Bandung, produk-produk tersebut dijelaskan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Produk PT. Limas Raga Inti Bandung (Sumber: Limas Raga Inti, 2014)

Produk Jenis Keterangan

Skid Tank Gas dalam Tangki Untuk gedung

LPG 50 Kg Warna Biru

12 Kg Warna Biru

Ease Gas 14 Kg Warna Emas

12 Kg Warna Emas

9 Kg Warna Emas

Pelumas Fastron Produk Pertamina

Mesran Produk Pertamina

Meditran Produk Pertamina

Kompor dan Sparepart Kompor, waterheater, dll Produk macam-macam

1.2 Latar Belakang Permasalahan

Setiap tahunnya pemerintah menganggarkan dana kurang lebih Rp 50 Trilyun untuk mensubsidi BBM: minyak tanah, premium dan solar. Dari ketiga jenis bahan bakar ini, minyak tanah adalah jenis bahan bakar yang mendapat subsidi terbesar (lebih dari 50% anggaran subsidi BBM digunakan untuk subsidi minyak tanah). Dari tahun ke tahun anggaran ini semakin tinggi, karena trend harga minyak dunia yang cenderung meningkat. (Pertamina, 2014). Anggaran untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk tahun anggaran 2014 diperkirakan bakal membengkak dari yang dialokasikan. "Salah satunya karena depresiasi rupiah yang signifikan," kata Direktur Jenderal Anggaran Askolani (Tempo, 2014).

Pemerintah telah melaksanakan kebijakan konversi minyak tanah (mitan) ke Liquefid Petroleum Gas (LPG) sejak 2007. Kebijakan ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM khususnya minyak tanah, menekan subsidi BBM, menimalisir penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi serta menyediakan bahan bakar yang praktis, bersih dan efisien. Pemerintah mengklaim program konversi minyak tanah ke liquefied petroleum gas (LPG) alias Elpiji yang digulirkan sejak 2007 telah menghemat uang negara sekitar Rp 70 triliun. (Tribun News, 2014). "Dari kebijakan ini, pemerintah berhasil melakukan penghematan yang diperoleh diperkirakan

(3)

3

mencapai Rp85 triliun hingga akhir 2013," ungkap Hidayat, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas (Okezone, 2014).

Meski awalnya banyak yang menyangsikan akan berhasil, konversi Minyak Tanah ke LPG menjadi fenomena penting program konversi energi di Indonesia. Apalagi, keberhasilan mengubah kebiasaan masyarakat yang turun termurun dari generasi ke generasi menggunakan Minyak Tanah beralih ke LPG bukan sekadar persoalan teknis, namun juga sarat dengan aspek sosial dan budaya. Alasan terpenting LPG menjadi pilihan pengganti Minyak Tanah adalah biaya produksi LPG lebih murah dibanding Minyak Tanah. Biaya produksi Minyak Tanah tanpa subsidi adalah sekitar Rp 6.700/liter. Jika dengan subsidi adalah Rp 2.500/liter. Untuk satu satuan setara Minyak Tanah, biaya produksi LPG tanpa subsidi adalah Rp 4.200/liter. Sedang LPG dengan subsidi adalah Rp 2.500/liter. Pemanfaatan LPG jelas mengurangi konsumsi subsidi Minyak Tanah (ESDM, 2012).

Tahun 2014 ini, Pertamina menaikan harga LPG 12 Kg menjadi Rp. 91.300,00 atau naik sebesar Rp. 1000,00. Kenaikan tersebut menyebabkan 5% dari total konsumen LPG 12 Kg di Bandung berpindah ke LPG 3 Kg (Marboen, 2014). Dari 5% bersebut, rata-rata penggunanya adalah rumah tangga. Untuk konsumen LPG 12 Kg lainnya seperti perusahaan, café, mall, rumah sakit, dan restoran tidak melakukan perpindahan ke LPG 3 Kg. Para konsumen tersebut tidak mempermasalahkan tentang kenaikan harga tersebut. Menurut salah satu konsumen LPG 12 Kg yang mempunyai pabrik roti di Bandung, menyebutkan bahwa kenaikan tidak terlalu berpengaruh, namun yang paling penting adalah distribusi LPG 12 Kg jangan sampai tersendat. Hal tersebut menjelaskan bahwa sebagian konsumen membutuhkan kecepatan proses distribusi untuk menunjang bisnis mereka (Haryadi, 2014).

Distribusi adalah proses penyaluran barang dari produsen ke konsumen. Proses tersebut mempunyai beberapa tahap yang salah satunya menggunakan jasa distributor. Perusahaan distributor mempunyai peranan penting dalam menyalurkan produk produsen kepada setiap konsumennya. Distributor juga dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam penjualan produk yang didistribusikan. Sebagai sebuah instrumen strategi, kebijakan tentang saluran distribusi dapat digunakan untuk memperkuat kemampuan bersaing suatu perusahaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi intensitas distribusi yang diterapkan, maka akan semakin kokoh kekuatan yang dimiliki dan semakin besar kemungkinan barang atau jasa yang ditawarkan dapat dijual pada pasar target tertentu (Ferdinand, 2000). Dalam proses distribusi, dibutuhkan sistem atau alur yang baik agar produk dapat diterima di tangan konsumen sesuai dengan yang diharapkan. Permintaan konsumen terhadap suatu produk bermacam-macam, sehingga distributor dipaksa untuk memberikan pelayanan terbaik untuk memenuhi permintaan konsumen serta target dari produsen. Dalam proses distribusi barang, aspek transportasi sangat dibutuhkan. Peran transportasi dapat memberikan efek pada loyalitas

(4)

4

konsumen. Dalam transportasi, kendala-kendala yang sering muncul adalah kendala lalu lintas seperti macet, banjir, jalanan rusak, dan sebagainya. Permasalahan juga dapat timbul akibat sistem distribusi yang kurang baik dan juga proses pengimplementasiannya (Investor, 2014).

PT. LRI mempunyai bebarapa armada yang digunakan untuk pendistribusian barang mereka. Armada tersebut mempunyai muatan serta jangkauan yang berbeda-beda. (Suryadi, 2014). Berdasarkan wawancara pada operator distribusi di kantor pusat PT. LRI di Jl. Emong adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Armada PT. Limas Raga Inti Bandung

Sumber: Kepala Operator Distribusi PT. LRI Jl. Emong No. 21, Wawancara pada tanggal 11 April 2014

Nama Armada Jumlah Muatan (dalam satuan LPG 12kg)

Engkle (Truk roda 4) 100

Toyota Kijang (pick-up) 50

Mota (motor) 3

Triseda (motor 3 roda) 16

Becak 6 – 7

Armada-armada tersebut digunakan jangkauan dan muatan untuk klasifikasi dan penentuan wilayahnya. (Suryadi, 2014). Contoh untuk Engkel, digunakan untuk wilayah yang mempunyai banyak permintaan, lalu Toyota Kijang untuk wilayah dengan permintaan sedang, dan untuk Mota, Triseda dan becak digunakan untuk wilayah yang dekat dengan pusat distribusi. Setiap armada diberikan target tiap hari yang harus di penuhi oleh tiap armada yaitu sebanyak 71 tabung LPG 12 Kg per hari. Untuk mempersempit jangkauan distribusi, PT. LRI menempatkan beberapa cabang atau supply point yang tersebar di seluruh daerah di Bandung. Cabang-cabang tersebut dijelaskan pada tabel 1.3 dibawah ini.

Tabel 1.3

Area Distribusi PT. Limas Raga Inti Bandung

Sumber: Kepala Operator Distribusi PT. LRI Jl. Emong No. 21, Wawancara pada tanggal 11 April 2014

Area Distribusi Alamat Cabang Kota

Tengah (kota) Jl. Emong No. 21 (Pusat) Bandung

(5)

5 (Sambungan)

Utara Jl. Sederhana No. 26 Bandung

Barat Jl. Rajawali Barat No. 233 Bandung

Selatan 1 Jl. Kopo Cirangrang No. 545 Bandung

Selatan 2 Jl. Terusan Buah Batu No. 284 Bandung

Timur 1 Jl. Jend. Ahmad Yani No. 624 Bandung

Timur 2 Jl. Gatot Subroto No. 229 Bandung

Cimahi Jl. Encep Kartawiria (Citeureup) No. 7 Cimahi

Cabang-cabang pada tabel 1.3 diatas, masing-masing mempunyai cakupan wilayah sendiri-sendiri dan mempunyai fasilitas armada yang disediakan menurut kebutuhan permintaan daerah masing-masing. PT. LRI juga mempunyai gudang yang digunakan untuk men-supply cabang-cabang dan pengambilan armada di Jl. Soekarno Hatta Bandung (Suryadi, 2014).

Sistem pendistribusian yang ada di pusat PT. LRI Jl. Emong, terdapat pembagian wilayah untuk setiap armada. Armada yang digunakan di pusat distribusi Jl. Emong sebanyak 20 armada, yang terdiri dari 2 truk engkel dan 18 Toyota Kijang. Setiap wilayah menggunakan 1 armada distribusi. Contohnya untuk daerah distrbusi D14 dengan cakupan wilayah Moh. Toha, Kembar, dan Mekar. Dalam wilayah tersebut, armada yang digunakan adalah Toyota Kijang sebanyak 1 buah (Suryadi, 2014).

Permasalahan distribusi yang ada di PT. LRI adalah lamanya waktu pengiriman LPG 12 Kg kepada konsumen. Waktu ideal pengiriman adalah maksimal 2 jam setelah pemesanan, namun terdapat sebagian armada membutuhkan waktu 3-4 jam untuk mengirimkan ke konsumen tertentu. Dalam wawancara yang dilakukan, sumber mengatakan bahwa permasalahan yang ada yaitu keterlambatan penyampaian barang pesanan (Suryadi, 2014). Hal tersebut dikarenakan kebijakan perusahaan yaitu telepon kirim. Kebijakan yang dimaksud adalah setelah konsumen melakukan pemesanan, operator distribusi menginstruksikan driver pada wilayah tersebut untuk mengantarkan langsung ke konsumen. Apabila driver armada sedang tidak ada tujuan, maka pesanan dapat diantarkan langsung, namun dari kebanyakan yang terjadi adalah armada sedang menuju 2-3 tempat tujuan saat menerima intruksi tersebut, sehingga pemesanan harus menunggu terlebih dahulu, Permasalahan yang kedua adalah konsumen malakukan pemesanan hingga 2-3 kali tiap harinya, sehingga proses distribusi tiap armada menjadi tidak efektif karena harus bolak-balik sehingga banyak pesanan konsumen lain yang terlambat. Keterangan pemesanan konsumen dapat dilihat pada tabel 1.4 dibawah ini

(6)

6

Tabel 1.4

Konsumen yang Melakukan Double Order pada Area D14 Sumber: Data Internal PT. Limas Raga Inti Bandung

Nama Alamat Kebutuhan

Pesanan tiap minggu

Pesanan tiap hari

SD Bintang Mulya Mekar Kencana 1 3 5x 2x

Aten Moh Toha 171 2 3x 2x

Aleh Mekar Sederhana 52 2 2x 2x

Wani Karasak Utara Gang 3-4 2 2x 2x

Mina H Pasir Luyu 2-1 1 1x 2x

Fery Karasak Utara 1-6A 1 1x 2x

David Subur 11A 1 2x 2x

SD Bintang Mulya Mekar Kencana 1 3 5x 2x

Tabel diatas menunjukan bahwa terdapat beberapa konsumen yang melakukan pemesanan lebih dari 2 kali dalam 1 hari. Hal tersebut dapat memberikan efek negatif pada kelancaran distribusi pada PT. Limas Raga Inti Bandung. Dengan demikian, dilakukan penelitian yang berhubungan dengan permasalahan diatas dalam bentuk skripsi dengan judul “OPTIMALISASI PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI MENGGUNAKAN SAVING MATRIX PADA PT. LIMAS RAGA INTI BANDUNG (STUDI KASUS PADA KANTOR PUSAT JL. EMONG NO, 21 BANDUNG)”

Sumber: Kepala Operator Distribusi PT. LRI Jl. Emong No. 21, Wawancara pada tanggal 11 April 2014

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, dapat disimpulkan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Seperti apa rute yang diusulkan berdasarkan masalah pada PT. Limas Raga Inti menggunakan metode saving matrix?

2. Optimalkah usulan rute tersebut pada distribusi di PT. Limas Raga Inti?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah antara lain untuk:

1. Mengetahui bagaimana rute yang diusulkan untuk permasalahan distribusi di PT. Limas Raga Inti dengan menggunakan metode saving matrix.

(7)

7 1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dipergunakan sebagai: 1. Secara Teoritis

Sebagai upaya untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang manajemen operasi dan distribusi serta menganalisis teori dengan prakteknya di lapangan. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

a. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat digunakan untuk menerapkan maupun membandingkan berbagai teori dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah diterima selama duduk di bangku kuliah ke dalam praktek yang sesungguhnya, khususnya di bidang manajemen operasional dan distribusi.

b. Bagi Akademik

Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk memperluas ilmu pengetahuan, serta dapat digunakan sebagai acuan dan referensi bahan pertimbangan bagi peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang.

2. Secara Praktis

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi: a. Bagi Institusi

Diharapkan dapat memberi masukan, gambaran/informasi, acuan, dan referensi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan atau bahan masukan untuk melakukan kebijakan dan strategi operasional yang berkaitan dengan distribusi. b. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan yang akan menambah informasi khususnya mengenai perkembangan PT. Limas Raga Inti Bandung.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan untuk memberikan gambaran penulisan dalam penelitian ini, berikut ini merupakan sistematika penulisan yang berisi informasi umum yang akan dibahas di setiap babnya.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pengantar menuju penelitian yang berisi gambaran singkat mengenai isi skripsi yang menyangkut latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

(8)

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Merupakan tinjauan yang memuat konsep teori sebagai penguat dalam skripsi ini. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai penelitian terdahulu, kerangka pemikiran yang digunakan. BAB III METODE PENELITIAN

Merupakan metode penelitian yang terdiri dari variabel penelitian dan definisi operasionalnya, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Merupakan hasil pembahasan berisi inti dari penulisan skripsi, gambaran umum obyek penelitian serta analisis data dan interpretasi hasilnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bab penutup, yang berisikan tentang kesimpulan, implikasi manajerial, saran, keterbatasan penelitian, dan agenda penelitian mendatang yang diberikan peneliti setelah melakukan analisis pembahasan.

Referensi

Dokumen terkait

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

Tujuan penelitan ini ialah untuk mengetahui pengaruh variasi kecepatan pengadukan terhadap penurunan kadar surfaktan pada limbah cair laundry dengan metode adsorpsi menggunakan

Kondisi optimum penentuan nitrit dengan metode ekstraksi-spektrofotometri sebagai kompleks 4-(4- nitrobenzenazo)-1-aminonaftalen dengan n-amil alkohol adalah : (1) Panjang

Pada umumnya, proses belajar mengajar adalah kegiatan interaksi antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar. Guru adalah salah satu faktor pendorong yang terpenting

Dengan mendeskripsikan kearifan lokal Bali, terungkap bahwa di dalam ungkapan-ungkapan tradisional Bali terkandung pesan dan nasehat yang berisikan nilai-nilai moral yang

Dari uraian diatas tertarik untuk membangun suatu sistem yang nantinya bisa membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi mengenai suatu wilayah dengan judul “ Sistem

Maka sesuai dengan judul Peraturan Daerah ini maka materi pokok yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah Pembentukan, Perubahan status Desa menjadi Kelurahan