• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN ` 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN ` 1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan jalan saling berkaitan dengan perkembangan teknologi yang ditemukan umat manusia. Begitu banyak gambaran nyata tentang kerusakan jalan baik berupa retakan, lubang, ataupun lendutan pada permukaan perkerasan jalan. Peningkatan prasarana jalan sebagai salah satu faktor penting dalam bidang transportasi semakin banyak berkembang. Hal ini dapat dilihat dari pembuatan jalan baru, maupun peningkatan kualitas perkerasan jalan. Peningkatan intensitas beban kendaraan menuntut kualitas bahan perkerasan yang mampu menahan beban tersebut tanpa mengabaikan biaya pembuatan jalan.

Bahan yang digunakan untuk pekerjaan pada perkerasan beraspal terdiri atas agregat dan aspal dengan persyaratan mutu dan gradasi yang memenuhi peryaratan tertentu. Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca (Sukirman, 2003). Gradasi merupakan salah satu dari sifat agregat yang berpengaruh terhadap kualitas perkerasan secara keseluruhan. Dalam spesifikasi gradasi agregat terdapat batasan-batasan gradasi yang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap karakteristik campuran aspal panas.

Berbagai jenis konstruksi perkerasan jalan seperti konstruksi perkerasan lentur dan kaku sudah umum digunakan untuk menghasilkan jalan dengan kualitas yang lebih baik. Konstruksi perkerasan jalan dengan aspal sebagai bahan pengikat disebut konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), (Sukirman, 2003). Struktur pada konstruksi perkerasan jalan terdiri atas beberapa lapisan, yaitu lapisan tanah dasar, lapisan pondasi bawah, lapisan pondasi, dan lapisan permukaan (Dep.PU, 2006). Lapisan-lapisan ini berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan dibawahnya.

Lapisan Tipis Aspal Pasir (Latasir) merupakan lapisan permukaan atau lapisan teratas dari struktur konstruksi perkerasan jalan yang langsung berhubungan dengan roda kendaraan dan kondisi lingkungan.

(2)

Campuran Latasir dimaksudkan untuk jalan dengan lalu lintas ringan. Sesuai gradasi agregatnya, campuran latasir dapat dibedakan atas Latasir Kelas A (HRSS-A) dan Latasir Kelas B (HRSS-B) yang digunakan untuk lalu lintas ringan yaitu Lalu Lintas (LL) < 0,5 juta ESA sampai lalu lintas sedang yaitu Lalu Lintas (LL) > 0,5 juta ESA dan < 1 juta ESA. Latasir Kelas A memiliki tebal nominal minimum 1,5 cm, sedangkan Latasir Kelas B memiliki tebal nominal minimum 2 cm dan gradasi agregatnya lebih kasar dari Latasir Kelas A. Latasir Kelas B dapat dibuat dengan atau tanpa agregat kasar, tergantung gradasi pasir yang tersedia (Depkimpraswil, 2004). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan agregat kasar berupa potongan batu cadas hitam sehingga dipilih campuran Latasir Kelas A yang campurannya harus dibuat menggunakan agregat kasar.

Adapun agregat yang umum dipergunakan pada lapisan perkerasan jalan adalah agregat kasar berupa batu pecah atau krikil dan agregat halus berupa pasir halus, yaitu pasir hasil pecahan batu yang bersumber dari alam. Penggunaan material alam ini perlu digunakan seminimal mungkin guna melestarikan sumber daya alam yang sudah semakin terbatas keberadaannya di alam. Penggunaan material bekas merupakan salah satu alternatif sebagai agregat pada lapisan perkerasan jalan untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan material yang bersumber dari alam. Bongkaran bangunan baik berupa beton, bata, atau batako juga bisa digunakan sebagai bahan campuran dalam lapis perkerasan. Penggunaan agregat bekas dari bongkaran beton sebagai agregat kasar dan bongkaran bangunan sebagai agregat halus juga sudah dipergunakan pada HRS yang memberikan hasil yang dapat digunakan pada lalu-lintas ringan hingga sedang (Dwimayanti, 2010). Selain itu, penggunaaan agregat bekas dari bongkaran jalan sebagai agregat kasar dan bongkaran bangunan sebagai agregat halus juga sudah dipergunakan pada HRS yang memberikan hasil memuaskan (Widayanti, 2009).

Pecahan botol atau kaca bekas dapat dipergunakan sebagai bahan pencampur aspal dalam jumlah yang terbatas. Percobaan ini menggunakan 30% pecahan botol atau kaca bekas untuk campuran hot mix dan memberikan hasil yang memuaskan (Nicholle and Lay, 2002). Sejumlah 30% pecahan botol atau kaca bekas juga sudah dipergunakan pada CAED (Campuran Aspal Emulsi

(3)

Dingin) sebagai komponen agregat kasar dan halus yang memberikan hasil memuaskan (Thanaya, 2006).

Potongan batu cadas hitam yang merupakan limbah dari pembuatan pelinggih di Bali juga bisa digunakan sebagai bahan campuran dalam lapisan perkerasan. Material bekas pada umumnya memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan agregat alam. Dalam usaha pelestarian terhadap alam, maka dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggunakan agregat kasar dari sisa potongan batu cadas hitam, pecahan kaca bekas sebagai bahan agregat halus, dan abu batu bata sebagai filler untuk campuran Latasir dengan harapan dapat meminimalisasikan penggunaan material yang bersumber dari alam.

Material pecahan kaca bekas didapatkan dari toko-toko kaca, dan pengepul barang bekas. Material pecahan kaca bekas merupakan limbah yang keberadaannya sudah semakin meningkat, namun sampai saat ini masih sangat terbatas ketersediaan data-data mengenai penggunaan pecahan kaca bekas yang digunakan sebagai bahan agregat halus untuk konstruksi teknik sipil umumnya dan khususnya untuk konstuksi pekerjaan jalan. Limbah kaca bekas dapat berupa pecahan kaca bekas, botol bekas, dan cermin bekas. Namun sejauh ini pemanfaatan limbah kaca hanya digunakan sebagai kerajinan seperti : hiasan miniatur bangunan, patung, tempat lampu dan manik-manik.

Material sisa potongan batu cadas hitam didapatkan dari pengerajin pelinggih. Material sisa potongan batu cadas hitam merupakan limbah yang ketersediaannya belum terkumpul secara sistematis dan masih sangat terbatas. Sampai saat ini pemanfaatan material sisa potongan batu cadas hitam hanya sebagai pengisi bangunan pelinggih (pengresek) dan sebagai bahan urugan. Potensi lain dalam pemanfaatan sisa potongan batu cadas hitam yaitu dapat dimanfaatkan sebagai alternatif agregat pada lapisan perkerasan jalan untuk jalan lingkungan, jalan lokal, dan jalan dengan lalu lintas rendah.

Filler merupakan bahan pengisi campuran beraspal. Alternatif bahan bekas yang digunakan sebagai filler antara lain : abu batu kapur, abu sekam padi, fly ash, dan abu batu bata. Pecahan batu bata merupakan limbah yang sampai saat ini pemanfaatannya hanya sebagai bahan urugan, namun potensi lain dalam pemanfaatan pecahan batu bata yaitu dapat digunakan sebagai bahan pengisi

(4)

campuran beraspal (filler) yang berupa abu batu bata. Material abu batu bata didapatkan dari bekas bongkaran tembok, dan sisa pecahan batu bata pada proyek pembangunan.

Sehubungan dengan hal diatas maka karakteristik sisa potongan batu cadas hitam yang akan digunakan sebagai agregat kasar, pecahan kaca bekas yang akan digunakan sebagai agregat halus, dan abu batu bata yang digunakan sebagai filler perlu diteliti terlebih dahulu baik karakteristik materialnya, maupun karakteristik campuran Latasir yang menggunakan material tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas pada tugas akhir ini, antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik potongan batu cadas hitam sebagai bahan agregat

kasar, pecahan kaca bekas sebagai bahan agregat halus, dan abu batu bata sebagai filler untuk campuran Latasir Kelas A?

2. Berapa kadar aspal optimum Latasir Kelas A dengan mempergunakan potongan batu cadas hitam sebagai agregat kasar, pecahan kaca bekas sebagai agregat halus, dan abu batu bata sebagai filler?

3. Bagaimana karakteristik Latasir Kelas A dengan mempergunakan potongan batu cadas hitam sebagai agregat kasar, pecahan kaca bekas sebagai agregat halus, dan abu batu bata sebagai filler?

1.3 Tujuan

Penelitian yang ada pada tugas akhir ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis karakteristik potongan batu cadas sebagai bahan agregat kasar, pecahan kaca bekas sebagai bahan agregat halus, dan abu batu bata sebagai filler pada campuran Latasir Kelas A.

2. Untuk menentukan kadar aspal optimum Latasir Kelas A dengan mempergunakan potongan batu cadas sebagai pengganti seluruh agregat kasar, pecahan kaca bekas sebagai pengganti seluruh agregat halus, dan abu batu bata sebagai filler.

(5)

3. Untuk menganalisis karakteristik Latasir Kelas A dengan mempergunakan potongan batu cadas sebagai pengganti seluruh agregat kasar, pecahan kaca bekas sebagai pengganti seluruh agregat halus, dan abu batu bata sebagai filler.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang terdapat dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi peneliti :

a. Penelitian ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi peneliti untuk menerapkan teori-teori yang telah didapatkan di bangku kuliah, serta untuk lebih memahami, mengembangkan dan menguasai permasalahan yang ada hubungannya dengan subyek penelitian, sebagai bahan sebelum terjun di lapangan.

b. Sebagai tugas akhir untuk memenuhi persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana.

2. Manfaat bagi instansi pendidikan :

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dipakai sebagai salah satu bahan pembelajaran dalam ilmu trasportasi terutama dalam bidang perkerasan jalan.

3. Manfaat bagi instansi keteknikan :

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan atau pembelajaran di dalam proses perencanaan campuran perkerasan jalan lebih lanjut.

b. Untuk mengurangi penggunaan material yang bersumber dari alam dalam usaha pelestarian terhadap alam.

c. Untuk mencari alternatif material lain sebagai bahan agregat kasar, agregat halus, dan filler dalam lapisan perkerasan jalan.

d. Untuk memanfaatkan material bekas berupa potongan batu cadas sebagai bahan agregat kasar, pecahan kaca sebagai bahan agregat halus, dan abu batu bata sebagai filler pada lapisan perkerasan jalan.

(6)

1.5 Batasan Masalah dan Lingkup Studi

Dalam penyusunan tugas akhir ini permasalahan yang ada cukup luas sehingga perlu dibatasi dalam beberapa hal sebagai berikut :

1. Jenis aspal yang digunakan adalah aspal dengan penetrasi 60/70.

2. Untuk mendapatkan karakteristik campuran dilakukan dengan menggunakan test Marshall dan PRD berdasarkan spesifikasi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Tahun 2004 untuk campuran Latasir Kelas A.

3. Penelitian ini tidak membahahas tentang analisis kimia dan analisis ekonomi dari bahan yang dipakai.

Referensi

Dokumen terkait

1) Semen yang digunakan adalah semen gersik. 2) Agregat halus yang digunakan berupa pasir yang berasal dari Kaliworo, Klaten. 3) Agregat kasar yang digunakan berupa batu pecah

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa penelitian tentang beton ringan menggunakan agregat batu apung sebagai pengganti agregat

d) Takar agregat halus dan kasar dengan alat takar yang berbeda untuk masing- masing agregat halus dan agregat kasar atau fraksi dari agregat kasar dengan ketelitian 2%. 2)

Beton adalah campuran dari agregat halus dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain) Diaduk dengan semen, yang dipersatukan oleh air

Agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 4,75 mm. Agregat kasar juga disebut kerikil, batu pecah, ataupun split. Adapun syarat-syarat halus yang

Sehingga dalam hal ini penggunaan batu apung ( Pumice ) sebagai aggregat kasar dan pasir Bangka sebagai aggregat halus, merupakan campuran yang lebih menekankan pada

Litotripsi (ESWL) menggunakan gelombang kejut untuk memecah batu ginjal menjadi potongan-potongan kecil yang dengan lebih mudah keluar melalui saluran kemih dan keluar dari

"Pemanfaatan Limbah Batu Marmer sebagai Substitusi Parsial Agregat Kasar pada Campuran Beton terhadap Kuat Tekan Beton", Dinamika Rekayasa, 2023 Publication Submitted to Fakultas