• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengukuhkan Moderasi Islam untuk Menyelesaikan Terorisme dan Hoax

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengukuhkan Moderasi Islam untuk Menyelesaikan Terorisme dan Hoax"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Alvin Noor Sahab Rizal

Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Kajian Islam UIN Syarif Hidayatullah alvinriezal@yahoo.com

Abstract

Islam and Muslims today face at least three challenges; First, the tendency of some Muslims to be extreme and strict in understanding religious laws and try to impose such methods in Muslim communities, even in some cases by using violence. Secondly, other trends that are also extreme by being loose in religion and subject to negative thoughts originating from other cultures and civilizations. Third, the tendency of weak unity among Muslims, they are easily torn apart and easy to bear.

In the above three challenges manifested in acts of terror, between groups dropped each other and the rise of hoaxes which have recently been launched by some Muslims, whatever the motives behind it, including enforcing the truth and eradicating kemunkaran, have actually cornered Islam and Muslims in the world. With a different modus operandi, it is necessary for Muslims today to put forward moderation (tawassuth) as a manifestation of ummatan wasathan.

Keyword; Moderation of Islam, terror and hoaxes

Abstrak

Islam dan umat Islam dewasa ini menghadapi paling tidak, tiga tantangan; Pertama, kecenderungan sebagian kalangan umat Islam untuk bersikap ekstrem dan ketat dalam memahami hukum-hukum agama dan mencoba memaksakan cara tersebut di tengah masyarakat Muslim, bahkan dalam beberapa hal dengan menggunakan kekerasan. Kedua, kecenderungan lain yang juga ekstrem dengan bersikap longgar dalam beragama dan tunduk pada pemikiran negatif yang berasal dari budaya dan peradaban lain. Ketiga, kecenderungan lemahnya persatuan sesama umat Islam, mereka mudah sekali terkoyak dan mudah di adu- domba.

Dalam tiga tantangan diatas termanifestasikan kedalam aksi teror, antar kelompok saling menjatuhkan dan maraknya hoax yang belakangan ini banyak dilancarkan sebagian umat Islam, apapun motif dibalik itu, termasuk menegakkan kebenaran dan memberantas kemunkaran, secara nyata telah memojokkan Islam dan umat Islam di mata dunia. Dengan modus operandi yang berbeda, maka menjadi niscaya bagi umat Islam saat ini untuk mengedepankan sikap moderat (tawassuth) sebagai manifestasi dari ummatan wasathan.

(2)

Kunci: Moderasi Islam, Teroris dan Hoax Pendahuluan

Sikap ektrem dalam Islam bukanlah fenomena baru saat ini. Yang paling menonjol pada waktu setelah wafatnya rasulullah adalah sikap kelompok khawari dengan mudah mengatakan kafir jika bukan bagian dari kelompoknya. Kecenderungan sikap ektrem ini telah membuat citra negatif kepada Islam dan umat Islam sebagai agama inklusif dalam dakwahnya.1

Hal tersebut didasarkan atas kepentingan politik yang dikemas

dengan agama. Mereka selalu mengedepankan akar

fundamentalisme, maka tak heran jika interpretasi yang selalu menjadi semboyan adalah Islam sebagai agama dan ideologi. Meminjam istilah Prof Azyumardi—yang memodifikasi dari penelitian Martin E. Marty dengan prinsip pertama, oposisionalisme. Fundamentalisme dalam agama manapun selalu mengambil bentuk perlawanan— bukannya tak sering bersifat radikal— terhadap ancaman yang dipandang akan membahayakan eksistensi agama, baik yang berbentuk modernitas, sekularisasi maupun tata nilai barat. Acuan atau tolok ukur untuk menilai tingkat ancaman itu tentu saja adalah kitab suci yang dalam fundamentalisme Islam adalah al-Qur’an dan pada batas-batas tertentu juga hadis Nabi saw. Kedua, penolakan terhadap pluralisme dan relativisme. Bagi kaum fundamentalis, pluralisme merupakan pemahaman yang keliru terhadap teks kitab suci. Pemahaman dan

1 Dr. Muchlis M. Hanafi, Moderasi Islam Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama, (Tangsel: Ikatan Alumni Al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur’an, 2013), h. 40

(3)

sikap keagamaan yang tidak selaras dengan pandangan mereka merupakan bentuk relativisme keagamaan, terutama yang muncul tidak hanya dari intervensi nalar terhadap teks kitab suci, tetapi lebih karena perkembangan sosial kemasyarakatan yang telah lepas dari kendali agama.2

Dalam persoalan hoax, Umat Islam dewasa ini mengalami dampak dari perkembangan sebuah teknologi dan informasi. Teknologi dan informasi akan terus menerus mengalami tadarruj (graduasi), kondisi ini membantu manusia disatu sisi, akan tetapi disisi lain manusia dihadapkan oleh tantangan globalisasi.3 Dalam tantangan globalisasi salah satunya

termanifestasikan dengan maraknya isu-isu hoax yang belakangan ini banyak tersebar di khalayak umum. Tercatat pada Februari 2017 situs-situs hoax yang ada di internet sebanyak 34,9 persen.4 Sedangkan

menurut hasil survei pada Agustus 2018 yang dilakukan oleh Daily Social informasi hoax paling banyak ditemukan pada Facebook 82,25 persen, Whatsapp 56,55 persen, dan Instagram 29,48 persen.5 Hal ini

menunjukkan tingginya seseorang membuat dan menyebarkan berita bohong.

Permasalahan yang timbul dari maraknya berita bohong melalui media-media online secara cepat dan masif, mengakibatkan banyak

2 Agus Maftuh Abegebriel, Negara Tuhan “The Thematic Encyclopedia”, (Yogyakarta: SR-Ins Publishing, 2004), h. 127

3 Dr. Muchlis M. Hanafi, Moderasi Islam Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama, (Tangsel: Ikatan Alumni Al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur’an, 2013), h. 249

4 Luthfi Maulana, Kitab Suci dan Hoax: Pandangan Al-Qur’an Dalam Menyikapi Hoax, Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2 (Desember 2017), h. 210

5 https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-distribusi-hoax-di-media-sosial-2018, diakses pada 14 November 2018

(4)

orang tidak bisa membedakan mana berita hoax, mana berita asli. Apapun motif pembuatannya tentu tidak dibenarkan, sehingga banyak orang merasa dirugikan, timbulah rasa saling curiga, bahkan bisa menjadi provokasi antar kelompok. Tujuan dari pembuatan artikel ini agar masyarakat lebih bijak dan hati-hati dalam menyebarluaskan segala bentuk informasi. Sebelum menyebarkan alangkah lebih baiknya ditelusuri dahulu dari sumber-sumber terpercaya dan juga dari sudut kemanfaatannya. Agar berita tersebut tidak tergolong berita bohong dan menjadi fitnah di kalangan masyarakat. Untuk itu Moderasi Islam hadir sebagai jalan keluar dalam mengahadapi persoalan tersebut.

Karakteristik Moderasi Islam

Dalam KBBI Moderasi memiliki arti pengurangan kekerasan, penghindaran keektreman, kata Moderasi memiliki sinonim Moderat yang berarti berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah. Orang barat mengenal moderat dengan istilah Moderate dalam kamus The

American Heritage Dictionary of the English6 mengartikan not excessive or

extreme (tidak berlebihan atau ekstrem). Sedangkan di dunia Islam

moderat dikenal dengan kata al-Wasathiyyah berasal dari kata wasath berkonotasi adil, tengah, baik, dan seimbang.7 Hal ini senada dengan

al-Qur’an dalam QS. al-Baqarah (2): 143;

6 Houngton Mifflin Company, The American Heritage Dictionary of The English Language, (Boston: Houngton Mifflin Company, 2006), h. 912

7 Dr. Muchlis M. Hanafi, Moderasi Islam Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama, (Tangsel: Ikatan Alumni Al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur’an, 2013), h. 3

(5)

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),

umat yang adil dan pilihan8 agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)

manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu, dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”

Menurut Raghib al-Asfahani al-Wasathiyyah diartikan sebagai titik tengah, seimbang tidak terlalu ke kanan (ifrath) dan tidak terlalu ke kiri (tafrith), di dalamnya terkandung makna keadilan, kemulian, dan persamaan.9

Dari beberapa pengertian dan dalil ayat diatas dapat diartikan bahwa Moderasi Islam adalah suatu perilaku, karakteristik terpuji yang menjaga seseorang dari kecendrungan bersikap berlebihan tanpa kontrol dalam menanggapi sesuatu yang belum jelas illat nya. Agar nantinya tidak menjadi sebagai sebuah tindakan ekstrem tanpa mengedepankan prinsip-prinsip agama.10

Untuk memahami prinsip-prinsip keagamaan, Menurut Dr. Muchlis M. Hanafi11 ditandai dengan beberapa hal; Pertama, Memahami Realitas

(fiqh al-Waqi’) yaitu memahami segala sesuatu harus diperhitungkan

8 Umat Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.

9 Raghib Al-Asfahani, Mufradat Alfazh al-Qur’an, (Damaskus: Dar al Qalam, t.th), jilid. II, h. 513

10 Muchlis M. Hanafi, Konsep Al-Wasathiyyah Dalam Islam, Harmoni: Jurnal Multikultural dan Multireligius Vol VIII, No 32, 2009, h. 40

11 Muchlis M. Hanafi, Konsep Al-Wasathiyyah Dalam Islam, Harmoni: Jurnal Multikultural dan Multireligius Vol VIII, No 32, 2009, h. 21

(6)

maslahah dan mudharat-nya secara realistis, sehingga jangan sampai

keinginan melakukan ke-maslahat-an mendatangkan mudharat yang lebih besar. Kedua, Fikih Prioritas (fiqh al-Awlawiyyat) yaitu dalam pengimple-mentasikan hukum Islam, seorang moderat harus mengetahui ranah-ranah tingkatan prioritas dalam Islam, hal ini dilihat dari maqashid

syaria’ah dan meletakkan sesuatu sesuai peringkatnya. Ketiga, Memahami Sunnatullah Dalam Penciptaan maksudnya ialah adanya tadarruj

(berangsur-angsur) dalam memahami hukum-hukum agama. Sebagai contoh di dalam QS. an-Nahl (16): 67, QS. al-Baqarah (2): 219, QS. an-Nisa (4): 43, QS. al-Maidah (5): 90. Beberapa ayat tersebut menjelaskan

munasabah dan tahapan-tahapan mengenai haramnya minum khamar. Keempat, Memberikan Kemudahan Kepada Orang Lain Dalam Beragama

maksudnya ialah jika ada satu permasalahan ada dua pandangan berbeda, yang satu lebih ketat dan yang lainnya lebih mudah. Maka diambilah pandangan yang termudah, bukan berarti mengorbankan teks-teks keagamaan tetapi tetap memahami teks-teks secara mendalam untuk menemukan kemudahan yang diberikan oleh agama. Kelima, Memahami Teks-Teks Keagamaan Secara Komprehensif ialah memahami makna al-Qur’an dan hadits secara universal tidak parsial sehingga dapat menemukan makna yang sesungguhnya. Keenam, Terbuka Dengan Dunia Luar, Mengedepankan Dialog dan Bersikap Toleran maksudnya ialah seorang muslim dianjurkan untuk bersikap toleran kepada siapapun tanpa melihat agama, suku, dan ras. Dengan dasar tersebut maka seorang muslim moderat akan mudah melakukan kerjasama dalam menuntaskan permasalah-permasalahan di kehidupan sosial.

(7)

Mengukuhkan Moderasi Islam untuk Menyelesaikan Terorisme dan Hoax

Umat Islam pada abad 21 berbeda dengan umat Islam di zaman Nabi saw. Umat Islam dewasa ini mengalami situasi dan kondisi sulit dalam menghadapi tantangan globalisasi dan konspirasi musuh, di kalangan internal umat Islam terjadi berbagai aksi yang secara sengaja atau tidak sengaja berkontribusi menguatkan dugaan yang diembuskan oleh media international bahwa Islam adalah agama radikal dan umat Islam sebagai komoditas anti Toleransi. Beberapa contoh kasus berikut ini dapat memberi gambaran mengenai hal itu.

Aksi terorisme

Pada bulan Mei 2018 Indonesia di gunjang dengan aksi-aksi teror bom secara berturut- turut. Pertama, aksi teror bom bunuh diri pada 13 Mei 2018 di 3 Gereja di Surabaya, mirisnya semua pelakunya adalah satu keluarga. Kedua, tak lama dan tak jauh dari Surabaya tepatnya di Rusunawa Wonocolo Sidoarjo teror bom kembali meledak pada malam harinya. Ketiga, pasca sehari ledakan bom di Surabaya 14 Mei 2018 teror bom kembali meledak di Polrestabes Surabaya dan pelakunya suami istri beserta tiga orang anaknya.12

Dalam KBBI, teror diartikan dengan usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau golongan. Terorisme berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik); praktik-praktik

12

(8)

tindakan teror. Hampir semua negara yang memiliki kelompok Islam garis keras berupaya sekuat tenaga berkontribusi pandangan untuk mengatakan bahwa umat Islam itu bukan teroris, dan tidak semua aksi teroris itu mewakili umat Islam.13 Teroris tidak jauh dengan kekerasan,

kata tersebut sering menjadi tujuan berdakwah jihad fi sabilillah (penggunaan kekerasan atau perang di jalan Allah). Dari hal tersebut muncul konsep budaya bahwa gugur dalam peperangan atau mati syahid merupakan suatu tujuan yang diimpikan, pepatah Arab mengatakan شع

وأ اميرك

اديهش تم “hiduplah sebagai orang terhormat atau matilah sebagai syahid”. Munculah stigma kepada orang kafir. Orang kafir adalah musuh yang harus diperangi dan bahwa menakut-nakuti musuh merupakan suatu hal yang wajar dilakukan. QS. At-Taubah 9:29

“perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab

kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah14 dengan patuh sedang

mereka dalam Keadaan tunduk.”

Dari ayat diatas tergambar sebuah kondisi kejiwaan tertentu, orang dapat mengambil perintah diatas dengan mengesampingkan pertimbangan rasional. Misalnya ketika seseorang dihadapkan kepada kenyataan bahwa umat Islam terpinggirkan dalam kontestasi kekuasaan dan ekonomi. Bisa juga ketika seseorang melihat kegagalan negara

13 Agus Maftuh Abegebriel, Negara Tuhan “The Thematic Encyclopedia”, (Yogyakarta: SR-Ins Publishing, 2004), h. 727

14 Jizyah ialah pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang yang bukan Islam, sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka.

(9)

modern dalam menegakkan keadilan, memberikan perlindungan yang cukup kepada warga dan menjamin ketentraman hidup. Ketika kejahatan merajalela dan kemaksiatan menyebar di seluruh tempat dan minimnya menanggulangi hal tersebut. Seseorang lalu akan teringat kepada gambaran kejayaan yang gemilang dari masa lalu ketika umat Islam menjadi peradaban dunia. Agus Maftuh menganalisisa bahwa pada abad lalu Barat maju setelah meninggalkan agama Kristen, sementara kaum Muslimin mundur setelah meninggalkan agama Islam. Hal inilah yang menjadikan dasar mengembalikan kejayaan Islam, yaitu kembali kepada ajaran agama Islam yang fundamental.15

Konsep demikian sering disalahpahami, tidak hanya orang non-muslim, tetapi orang muslim juga tidak memahaminya secara baik, benar, dan utuh. Dalam QS. al-Hajj (22): 39-40

“telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan Kami hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa.”

Ayat diatas menunjukkan bahwa perang yang dibolehkan adalah dalam rangka mempertahankan diri, agama, dan tanah air. Hakekat

15 Agus Maftuh Abegebriel, Negara Tuhan “The Thematic Encyclopedia”, (Yogyakarta: SR-Ins Publishing, 2004), h. 811

(10)

manusia cenderung tidak menyukai perang atau kekerasan dan lebih menyukai perdamaian QS. al-Baqarah (2): 216.

“diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Salah satu nikmat Allah yang terbesar adalah nikmat keberagaman dan tidak berlebihan dalam hal apapun. Dengan kata lain, ajaran agama akan berfungsi secara baik sebagai hudan (petunjuk) bagi umat manusia manakala dipahami dengan tawassuth dan tawazun.16 Hal serupa

dikatakan Gamal Banna17 dalam forum ICIS (International Conference of Islamic Scholars) Jakarta tahun 2006:

الله ليبس ىف ايحن نأ نكلو ‘الله ليبس ىف تومن نأ وه سيل ثيدحلا رصعلا ىف داهجلا ّنإ

Jihad di abad modern bukanlah kita mencari mati di jalan Allah akan tetapi bagaimana kita bisa hidup bersama-sama di jalan Allah. Indah bukan?

Maraknya Berita Hoax

Peradaban teknologi dan komunikasi secara global berdampak pada kebebasan berekspresi di media online. Kebebasan tersebut seringkali disalahgunakan untuk menebar fitnah, baik untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya.18 Hal ini dibuktikan dengan banyak orang

16 Dr. Muchlis M. Hanafi, Moderasi Islam Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama, (Tangsel: Ikatan Alumni Al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur’an, 2013), h. 14

17 Robert Dreyfuss, Devil’s Game “Orchestra Iblis 60 Tahun Perselingkuhan Amerika-Religous Extremist”diterjemahkan Ashyabudin, (Yogyakarta: SR-Ins Publishing, 2007), h. xxix

18 RNS Koloay, Perkembangan Hukum Indonesia Berkenaan Dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jurnal Hukum Unsrat 22, No 5, 2016, h. 20

(11)

menjadi tersangka karena telah membuat dan menyebarkan berita hoax. Walaupun dahulu sejak zaman Nabi saw telah terjadi pertistiwa hoax.

Hoaks dalam KBBI diartikan berita bohong sedangkan oxford

dictionary mengartikan hoax adalah deceive somebody with a hoax

(memperdaya banyak orang dengan sebuah berita bohong).19 Sedangkan

istilah hoaks dalam al-Qur’an bisa diidentifikasikan dari kata كفلإا yang berarti keterbalikan (seperti gempa yang membalikkan negeri), tetapi dalam konteks ini ialah sebuah kebohongan besar, karena kebohongan adalah distorsi.

Sikap berbohong dalam Islam bukanlah fenomena baru dalam sejarah perkembanganya. Sejak zaman Nabi saw sudah terjadi peristiwa

hoax, bahkan peristiwa itu mengenai Aisyah ra istri Nabi saw. Hal itu

bermula saat Rasulullah saw selesai berperang dengan Bani Mustaliq pada tahun 5 Hijriah, dalam perjalanan pulang menuju Madinah Aisyah tertinggal dari rombongan karena mencari kalungnya yang terjatuh di jalan. Dia hanya menunggu dan berharap ada seseorang yang dapat menolongnya. Datanglah Sahabat Shafwan bin Mu’attal secara tidak sengaja dan menawarinya tumpangan menuju Madinah. Peristiwa berduaan Aisyah ra dan Shafwan ini kemudian disebarluaskan sebagai perselingkuhan. Dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw20

disebutkan bahwa penyebar hoax itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Berita tersebut telah mencemari nama baik Nabi saw dan keluarga Aisyah

19 Oxford University, Oxford: Learner’s Pocket Dictionary, (Oxford: Oxford University Press, 2011), h. 211

20 Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, Jilid II, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 202

(12)

ra selama hampir satu bulan. Dengan kesabaran Nabi saw dan kejujuran Aisyah ra memohon kepada Allah agar semuanya kembali secara normal. Dari peritiwa itu turunlah ayat al-Qur’an QS. an-Nur (24): 11-12 untuk menjelaskan dan menjawab persoalan tersebut.21

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya, dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar, mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."

Beberapa bulan terakhir ini, data Kemenkominfo menyebutkan bahwa “ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu," katanya.22 Peredaran berita hoax

mudah terjadi, terutama di masyarakat dengan tingkat literasi rendah. Biasanya, mereka mudah menerima dan menyebarkan informasi begitu saja tanpa melakukan pengecekan. Masyarakat akhirnya terjerumus dalam kesimpangsiuran berita, provokasi dan saling curiga.

Seperti kasus hoax Ratna Sarumpaet, dia telah menyebarkan berita bohong kepada anaknya saja awalnya, hingga berita itu menyebar ke beberapa teman terdekatnya dan semua orang di negeri ini akhirnya juga mengetahui bahwa lebam-lebam di bagian wajahnya bukan karena dipukul dan dikeroyok di Bandung tetapi efek dari prosedur

21 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Vol 9, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 299

22https://kominfo.go.id/content/detail/12008/ada-800000-situs-penyebar-hoax-di indonesia/0/sorotan_media, diakses pada 12 November 2018

(13)

pengangkatan lemak di pipi kanan dan kiri.23 Dalam situasi politik

menjelang pemilihan presiden 2019, Dia memanfaatkan berita bohong tersebut untuk menjatuhkan pihak lawan dan menginginkan simpatisan masyarakat. Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena orang-orang terdekatnya telah menjadi korban dari hoaksnya. Menurut analisis penulis, fenomena hoax dewasa ini tidak hanya dialami oleh masyarakat dengan literasi rendah, akan tetapi orang-orang yang memiliki intelektual tinggi juga bisa menjadi korban hoax.

Maka dari itu dalam Moderasi Islam telah mengatur bahwa sebagai

ummatan wasathan, hendaknya seseorang selalu berbaiksangka terlebih

dahulu dalam hal apapun. Selalu mengedepankan sikap toleransi meskipun dalam pertarungan politik, jangan sampai ada indikasi kecurangan melalui hoax salah satunya agar tidak terjadi perpecahan sesama umat Islam dan selalu mengedepankan ukhuwah Islamiyyah,

ukhuwah wathaniyyah, ukhuwah basyariyah demi keutuhan NKRI. Islam

menganjurkan untuk klarifikasi (tabayyun) terlebih dahulu sebelum menyebarkan berita. Hal ini tertera dalam QS. al-Hujurat (49): 6.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Ayat diatas juga telah memberikan keterangan jelas bahwa jangan sampai menyebarkan berita bohong sebelum klarifikasi agar tidak terjadi suatu musibah kepada suatu kaum. Jika seseorang menyebarkan berita

(14)

tanpa klarifikasi kebenarannya, Islam mengutuk keras bagi orang-orang yang telah menyebarkan hoax QS. an-Nur (24): 14-15;

“Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu (ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.”

Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa konsep Moderasi Islam mampu menjadi tiang agama inklusif dewasa. Pertama, masalah terorisme, berbagai persoalan ketidakadilan, kemiskinan, maraknya korupsi yang tak pernah terselesaikan membuat sebagian kelompok radikal memanfaatkan momentum tersebut sebagai dogma agama untuk menggulingkan pemerintah dengan aksi teror. Semangat keagamaan yang tinggi tanpa diiringi memahami teks-teks keagamaan secara utuh itulah yang akhirnya menjadi violence action. Kedua, Hoaks merupakan sebuah fenomena yang amat meresahkan di masyarakat. Hal tersebut memberikan dampak negatif, seperti membuat opini publik dalam kebohongan, membuat adu domba baik secara individu maupun antar kelompok, membuat provokatif, merugikan masyarakat. Tentunya umat Islam dewasa ini harus mengikuti dan meneladani seruan Moderasi Islam seperti dalam QS. al-Baqarah (2): 143 umat Islam disebut sebagai

ummatan wasathan dengan pengertian “tengahan”, “moderat”, “adil”,

(15)

dan meminimalkan isu-isu kemanusian lain yang tentunya akan terus berkembang seiring dengan peradaban zaman dengan motif-motif baru.

Daftar Pustaka

Al-Asfahani, Raghib. Mufradat Alfazh al-Qur’an. Damaskus: Dar al Qalam, t.th, jilid. II.

Chalil, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, Jilid II, Jakarta: Gema Insani, 2001.

Dreyfuss, Robert. Devil’s Game “Orchestra Iblis 60 Tahun Perselingkuhan

Amerika-Religous Extremist”diterjemahkan Ashyabudin.

Yogyakarta: SR-Ins Publishing, 2007.

Koloay, RNS. Perkembangan Hukum Indonesia Berkenaan Dengan

Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jurnal Hukum Unsrat 22, No

5, 2016.

Maftuh, Agus. Abegebriel. Negara Tuhan “The Thematic Encyclopedia”. Yogyakarta: SR-Ins Publishing, 2004.

Maulana, Luthfi. Kitab Suci dan Hoax: Pandangan Al-Qur’an Dalam

Menyikapi Hoax, Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 2.

Desember 2017.

M. Muchlis. Hanafi. Konsep Al-Wasathiyyah Dalam Islam. Harmoni Dalam Jurnal Multikultural dan Multireligius Vol VIII, Nomor 32, 2009.

Moderasi Islam Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama. Tangsel: Ikatan Alumni Al-Azhar dan Pusat Studi Al-Qur’an, 2013.

Mifflin, Houngton. Company. The American Heritage Dictionary of The

English Language. Boston: Houngton Mifflin Company, 2006.

Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an. Vol 9. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

University, Oxford. Oxford: Learner’s Pocket Dictionary. Oxford: Oxford University Press, 2011. Internet https://dailysocial.id/post/laporan-dailysocial-distribusi-hoax-di-media-sosial-2018 https://kominfo.go.id/content/detail/12008/ada-800000-situs-penyebar-hoax-di-indonesia/0/sorotan_media

(16)

https://www.bbc.com/indonesia/majalah-45749483

https://www.idntimes.com/news/indonesia/margith-juita-damanik/5-kasus-teror-di-indonesia-selama-mei/full

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian didasarkan pada hasil uji dengan menggunakan Crosstabs (tabel silang) serta melihat hasil uji Pearson Chi- Square yang dibandingkan dengan nilai

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui pengaruh yang di timbulkan oleh program

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: (1) sejarah Pura Tampurhyang dijadikan pusat Kawitan Catur Sanak di Desa

Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan pada Astra Credit Company (ACC) Cabang Bandung II berdasarkan hasil uji korelasi adalah sebesar 0,656

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Berbagai macam upaya dapat dilakukan untuk mendorong mereka berperan serta aktif dalam peningkatan team capacity building, antara lain dengan menngenalkan berbagai

1) Pola pergerakan yang dihasilkan menunjukkan bahwaindikasi dekonsentrasi telah terjadi. Semua pola pergerakan yang dihipotesakan terjadi dalam studi ini. Pola pergerakan yang