• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON MAHONI DAUN LEBAR (Swietenia macrophylla King.) KASUS DI KPH TASIKMALAYA YANDI WIJAKSANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON MAHONI DAUN LEBAR (Swietenia macrophylla King.) KASUS DI KPH TASIKMALAYA YANDI WIJAKSANA"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON

MAHONI DAUN LEBAR (

Swietenia macrophylla

King.)

KASUS DI KPH TASIKMALAYA

YANDI WIJAKSANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON

MAHONI DAUN LEBAR (

Swietenia macrophylla

King.)

KASUS DI KPH TASIKMALAYA

YANDI WIJAKSANA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(3)

SUMMARY

YANDI WIJAKSANA. E14103052. Biometric Characteristics of Large-Leaved Mahogany Tree (Swietenia macrophylla King.) Case in KPH Tasikmalaya. Under Supervision Prof. Dr. Ir. H. Endang Suhendang, MS. and Ir. Budi Prihanto, MS.

INTRODUCTION. Research about tree biometric characteristics become an new issue at forest knowledge. This condition give some chance for all forester in biometric division to get more research which concentration at tree biometric characteristics. The knowledge about tree characteristics are needed to recognize a tree species. Tree biometric characteristics may be used to identify tree species by its physical characteristics. Physical data achieved through tree dimension measurements is needed in the process. The objective of this research is to describe mahoni tree biometric characteristics. The research will, hopefully, enrich scietific information, especially in mahoni tree characteristic information as well as benefit for forest planning practice. OBJECTS AND METHODS. The research was conducted at BKPH Singaparna KPH Tasikmalaya in September 2007. The research objects are 40 mahoni trees samples at various diameter breast high, chossen by purposive sampling. Tools used were phiband, haga hypsometer, Spiegel Relascop Bieterlich, rope, and tally sheet. Dimension measured were diameters element, height element, crown element, and total branch of each tree samples. Stem division was started from stem foot until clear length bole (2 meters for each section). Tree volume was measured using Smallian formula. Form value measured were breast high form value and absolute form value. Data analysis was done by statistically describe tree dimension, measured the ratio between each dimension, analyzed the correlation between tree dimension, between tree dimension and actual volume, stem form value and analyzed the correlation between volume and form value. Regression equation model was made using all the related correlations. The data were analyzed using Microsoft Excel and Minitab version 15.

RESULT AND CONCLUTION.The results were as follows: foot diameter (Dp) : minimum 24 cm, maximum 68 cm, mean 47,68 cm; diameter breast high (Dbh) : minimum 21 cm, maximum 64 cm, mean 42,66 cm ; clear length bole diameter (Dbc) : minimum 15 cm, maximum 49 cm, mean 30,77 cm ; crown diameter (Djuk) ; minimum 3,15 m, maximum 13,89 m, mean 8,089 m ; total height (Ttot): minimum 14 m, maximum 30 m, mean 22,60 m ; clear length bole height (Tbc) : minimum 3,5 m, maximum 17,5 m, mean 9,375 m ; crown length (Pjuk) : minimum 6,6 m, maximum 19,6 m, mean 13,22 m ; total branch (Jcab) : minimum 2, maximum 10, mean 3,525; Mahoni stem taper is 1,126. Mahoni tree dimension with most correlation with other mahoni tree dimension are total heigh, and crown length. The highest correlation achieved from foot diameter and diameter breast high. The formula for mahoni is d/D = 0,980 0,794 h/H + 0,364 (h/H)2with correlation varian value

is 8,50 %. Absolut form value of mahoni tree is 0,60 with correlation varian value is 15,00 % and breast high form value 0,76 with correlation varian value is 11,84 %.

(4)

RINGKASAN

YANDI WIJAKSANA. E 14103052. Karakteristik Biometrik Pohon Mahoni Daun Lebar (Swietenia macrophylla King.) Kasus di KPH Tasikmalaya. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. H. Endang Suhendang, MS. dan Ir. Budi Prihanto, MS.

Penelitian tentang karakteristik biometrik jenis pohon telah menjadi sebuah bahasan baru dalam dunia kehutanan. Kondisi tersebut, memberikan kesempatan kepada rimbawan di bagian biometrika untuk lebih banyak lagi menghasilkan penelitian yang berbasis karakteristik biometrik pohon. Pengetahuan tentang karakteristik biometrik pohon diperlukan untuk menggambarkan bentuk pohon yang bersangkutan. Untuk mengetahui karakteristik biometrik suatu jenis pohon, kita harus mengetahui data fisik pohon tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik biometrik pohon mahoni daun lebar. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai informasi tentang karakteristik biometrik pohon mahoni dan dapat berguna juga dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan hutan.

Penelitian ini dilaksanakan di BKPH Singaparna KPH Tasikmalaya pada bulan September 2007. Pengukuran dilakukan terhadap 40 pohon contoh pada berbagai ukuran diameter setinggi dada, dengan pengambilan contoh secara purposive. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pita ukur, Spiegel Relascope Bitterlich, Haga Hypsometer, tambang dan tally-sheet. Dimensi yang diukur meliputi dimensi diameter, dimensi tinggi, dimensi tajuk, dan banyak cabang tiap pohon contoh. Volume pohon dihitung dengan menggunakan rumus Smalian. Persamaan regresi yang dihasilkan merupakan kelanjutan dari uji korelasi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel and Minitab versi 15.

Data tentang dimensi pohon yaitu : diameter pangkal (Dp) : minimum 24 cm, maksimum 68 cm, rata 47,68 cm; diameter setinggi dada (Dbh) : minimum 21 cm, maksimum 64 cm, rata-rata 42,66 cm ; diameter bebas cabang (Dbc) : minimum 15 cm, maksimum 49 cm, rata-rata-rata-rata 30,77 cm ; diameter tajuk (Djuk) ; minimum 3,15 m, maksimum 13,89 m, rata-rata 8,089 m ; tinggi total (Ttot): minimum 14 m, maksimum 30 m, rata-rata 22,60 m ; tinggi bebas cabang (Tbc) : minimum 3,5 m, maksimum 17,5 m, rata-rata 9,375 m ; panjang tajuk (Pjuk) : minimum 6,6 m, maksimum 19,6 m, rata-rata 13,22 m ; jumlah cabang (Jcab) : minimum 2, maksimum 10, rata-rata 3,525. Faktor keruncingan pohon mahoni adalah sebesar 1,126. Dimensi yang paling banyak berkorelasi dengan dimensi lain adalah tinggi total dan panjang tajuk. Sedangkan dimensi yang memiliki hubungan yang paling erat yaitu antara diameter pangkal dan diameter setinggi dada. Persamaan taper terbaik yang dihasilkan adalah d/D = 0,980 0,794 h/H + 0,364 (h/H)2, dengan nilai koefisien

determinasi (R-sq) = 59,2 %, koefisien determinasi terkoreksi (R-sq(adj)) = 58,5 % dan nilai koefisien

keragaman (CV) = 8,50 %. Angka bentuk absolute mahoni sebesar 0,60 dengan niali CV sebesar 15,00 %, sedangkan angka bentuk setinggi dada sebesar 0,76 dengan nilai CV sebesar 11,84 %.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Biometrik Pohon Mahoni Daun Lebar (Swietenia macrophylla King.) Kasus di KPH Tasikmalaya adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2008

Yandi Wijaksana

(6)

Judul Penelitian :Karakteristik Biometrik Pohon Mahoni Daun Lebar (Swietenia macrophylla King.) Kasus di KPH Tasikmalaya Nama : Yandi Wijaksana

NRP : E14103052

Menyetujui :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Prof. Dr. Ir. H Endang Suhendang, MS Ir. Budi Prihanto, MS NIP 130 933 588 NIP 131 849 396

Mengetahui :

Dekan Fakultas Kehutanan IPB,

Dr. Ir. Hendrayanto, MAgr. NIP 131 578 788

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Alloh SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan September tahun 2007 adalah Karakteristik Biometrik Pohon Mahoni Daun Lebar (Swietenia macrophylla King.) Kasus di KPH Tasikmalaya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H. Endang Suhendang, MS dan Bapak Ir. Budi Prihanto, MS selaku dosen pembimbing. Bapak Prof. Dr. Ir. Zahrial Coto, Msc dan Bapak Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS selaku dosen penguji dari Departemen THH dan KSH. Bapak Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Papah, Mamah atas semua iringan do’a dan curahan kasih sayang, Trisni-nyawa hidupku-Yuliani, semua keluarga atas bantuannya, teman-teman Manajemen Hutan (Drie, Ze, Sin, Lit, Benz, Chal and @ll) atas segala pengertiannya, serta keluarga besar KPH Tasikmalaya yang telah banyak memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis atas nama Yandi Wijaksana dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat, tanggal 8 Januari 1984. Ayah bernama Atjeng Widjaksana dan Ibu bernama Cucu Sumiati.

Penulis mendapatkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Kirisik (tahun 1990-1996), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Wado (tahun 1996-1999), serta Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Sumedang (tahun 1999-2002). Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur SPMB dengan memilih Jurusan Manajemen Hutan dan mengambil bidang khusus Biometrika Hutan.

Kegiatan praktek lapang yang pernah diikuti antara lain, Praktek Pengenalan Hutan di daerah Leuweung Sancang - Gunung Kamojang Kabupaten Garut dan Praktek Pengelolaan Hutan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus tahun 2006. Kemudian pada bulan Februari – April tahun 2007, penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada PT. Korintiga Hutani di Kabupaten Pangkalan Bun, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian dengan judul Karakteristik Biometrik Pohon Mahoni Daun Lebar (Swietenia macrophylla King.) Kasus di KPH Tasikmalaya.

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mahoni Daun Lebar (Swietenia macrophyllaKing.) ... 3

2.1.1 Taksonomi dan Tatanama... 3

2.1.2 Penyebaran dan Habitat ... 3

2.1.3 Habitus... 3

2.1.4 Sifat-sifat kayu ... 4

2.1.5 Silvikultur ... 4

2.1.6 Kegunaan ... 5

2.2 Parameter Individu Pohon ... 5

2.2.1 Diameter Pohon ... 5

2.2.2 Tinggi Pohon ... 5

2.2.3 Bentuk Batang... 6

2.2.4 Tajuk... 8

2.2.5 Cabang ... 8

2.3 Perkembangan Penelitian Tentang Karakteristik Biometrik Pohon di Indonesia ... 9

BAB III KONDISI UMUM LOKASI 3.1 Letak Geografis dan Luas KPH Tasikmalaya ... 11

3.2 Pembagian Wilayah Kelas Perusahaan Mahoni...11

3.3 Kondisi Fisik Lapangan ... 12

(10)

BAB IV METODOLOGI

4.1 Lokasi Pengambilan Data ... 13

4.2 Alat dan Obyek Penelitian ... 13

4.3 Metode Penelitian ... 13

4.3.1 Pemilihan Pohon Contoh ... 13

4.3.2 Pengukuran Dimensi Pohon ... 14

4.3.3 Pembagian Batang ... 14

4.4 Analisis Data ... 14

4.4.1 Deskripsi Statistik Pohon Contoh ... 14

4.4.2 Rasio Antar Dimensi Pohon Contoh ... 14

4.4.3 Perhitungan Rasio Keruncingan Batang Pohon Contoh... 15

4.4.4 Korelasi Antar Dimensi Pohon Contoh ... 15

4.4.5 Penyusunan Persamaan Regresi Antar Dimensi Pohon ... 16

4.4.6 Penyusunan Persamaan Taper ... 16

4.4.7 Penentuan Angka Bentuk Batang ... 16

4.4.8 Penyusunan Persamaan Regresi Rasio Diameter ... 18

4.4.9 Pendugaan Konsistensi Karakteristik Biometrik Pohon Contoh ………18

4.4.10 Kriteria Ketepatan Model ... 18

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sebaran Pohon Contoh ... 21

5.2 Deskripsi Statistik Pohon Contoh ... 21

5.3 Rasio Antar Dimensi Pohon ... 21

5.4 Perhitungan Rasio Keruncingan Batang Pohon Contoh ... 22

5.5 Korelasi Antar Dimensi Pohon ... 23

5.6 Penyusunan Persamaan Regresi Antar Dimensi... 24

5.7 Penyusunan Persamaan Taper ... 27

5.8 Korelasi Antara Dimensi Pohon dengan Volume Aktual ... 28

5.9 Angka Bentuk Batang Rata-rata ... 28

5.10 Penyusunan Persamaan Regresi Rasio Diameter ... 28

5.11 Pendugaan Konsistensi Karakteristik Biometrik Pohon Contoh ………...…...29

(11)

5.11.1 Korelasi Antara Diameter Setinggi Dada dengan Rasio Dimensi Pohon Contoh ... 29 5.11.2 Korelasi Antara Diameter Setinggi Dada dengan Angka Bentuk ... 30 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 32 6.2 Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Ringkasan Data Penologi Pohon Mahoni... 4

2. Spesifikasi, Sortimen dan Ukuran Kayu Gergajian Mahoni... 8

3. Daftar Pembagian Kelas Perusahaan Mahoni Wilayah KPH Tasikmalaya... 11

4. Matrik Perhitungan Rasio Antar Dimensi Pohon Contoh... 11

5. Sebaran Kelas Diameter Setinggi Dada Pohon Contoh... 21

6. Deskripsi Statistik Dimensi Pohon Contoh... 21

7. Deskripsi Statistik Rasio Antar Dimensi Pohon Contoh... 22

8. Korelasi Antar Dimensi Pohon Contoh... 23

9. Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Diameter Setinggi Dada... 24

10. Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Diameter Pangkal... 25

11. Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Tinggi Bebas Cabang... 25

12. Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Tinggi Total... 26

13. Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Diameter Tajuk..26

14. Persamaan Taper Umum Pohon Contoh... 27

15. Deskripsi Statistik Angka Bentuk Pohon Contoh... 28

16. Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Rasio Diameter.. 28

17. Korelasi Diameter Setinggi Dada dengan Rasio Pohon Contoh... 29

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Rekapitulasi Data Pengukuran Dimensi Pohon Contoh

Berdasarkan Kelas Diameter... 35 2. Korelasi Data dan Model Umum Dimensi Pohon... 41 3. Model Umum Persamaan Taper... 60

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu jenis kayu daun lebar (hardwood) yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah kayu mahoni daun lebar atau yang dikenal dengan nama ilmiah Swietenia macrophylla King. Kayu ini termasuk bahan mebel bernilai ekonomi tinggi, selain itu karena sifatnya sebagai kayu keras maka kayu ini juga digunakan secara umum sebagai bahan bangunan, seperti tongkat, tiang, kusen, pintu dan lain-lainnya. Banyaknya kegunaan tersebut menyebabkan suatu kondisi dimana selalu ada saja permintaan masyarakat terhadap kayu ini.

Dewasa ini, bahasan tentang karakteristik biometrik jenis pohon telah menjadi sebuah bahasan baru dalam dunia kehutanan yang secara langsung memberi kesempatan kepada rimbawan untuk lebih banyak menghasilkan penelitian yang berbasis karakteristik biometrik tersebut. Untuk mengetahui karakteristik biometrik suatu pohon, harus diketahui data fisik pohon yang bersangkutan.

Suatu keadaan di masyarakat bahwa kayu mahoni banyak digunakan sebagai bahan bangunan, adalah sebuah alasan untuk memperkirakan bahwa permintaan terhadap kayu ini akan selalu ada dan kemungkinan akan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang berindikasi terhadap peningkatan bahan bangunan. Bertolak dari keadaan tersebut, informasi mengenai karakteristik biometrik pohon mahoni sangat diperlukan untuk membantu mempermudah dalam pengenalan dan perhitungan pendugaan dimensi pohon tersebut. Pengenalan dan perhitungan dimensi pohon sangat berguna dalam menentukan apakah suatu pohon dapat dijadikan bahan bangunan yang bernilai baik atau sebaliknya.

Inventarisasi data fisik pohon dalam penelitian ini, dilakukan dengan pengukuran dimensi-dimensi pohon pada ukuran diameter setinggi dada yang berbeda, selanjutnya dilakukan analisis karakteristik setiap dimensi pohon yang diukur.

(15)

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik biometrik pohon mahoni daun lebar yang dicirikan oleh satu atau lebih dimensi kunci jenis pohon yang dapat menerangkan dimensi pohon lain yang bersifat khas dalam menggambarkan bentuk pohonnya. Selain itu, memberikan gambaran bentuk hubungan antara dimensi kunci pohon tersebut dengan dimensi lain yang dapat menggambarkan secara khas bentuk pohon tersebut.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan pelaksanaan kegiatan perencanaan hutan, yaitu dalam hal :

a. Memberikan kemudahan dalam pengenalan karakteristik pohon mahoni daun lebar.

b. Dapat digunakan sebagai model acuan dalam kepentingan validasi data hasil inventarisasi terhadap jenis pohon yang sama, dan kondisi lingkungan tertentu.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mahoni Daun Lebar (Swietenia macrophylla King.)

2.1.1 Taksonomi dan Tatanama

Menurut Nurhasybi dan Sudrajat (2001),Swietenia macrophyllaKing. termasuk dalam famili Meliaceae. Merupakan sinonim dari Swietenia candolei Pittier, Swietenia krukovii Gleason, Swietenia belizensis Lundel, Swietenia macrophylla King. var. marabaensis Ledoux et Lobatu,Swietenia tessmanii Harms. Nama lokal/daerah dari jenis ini adalah mahoni daun lebar.

2.1.2 Penyebaran dan Habitat

Mahoni merupakan jenis pohon yang tumbuh di daerah lembab, menyebar secara alami dan dibudidayakan. Merupakan jenis asli dari Meksiko (Yucatan), bagian tengah dan utara Amerika Selatan (Wilayah Amazona). Penanaman secara luas terutama di Asia Selatan dan Pasifik, juga diintroduksi di Afrika Barat (Nurhasybi dan Sudrajat, 2001). Sedangkan di Indonesia, menurut Martawijaya et. al. (1981), pohon mahoni menyebar di seluruh Pulau Jawa.

2.1.3 Habitus

Menurut Nurhasybi dan Sudrajat (2001), pohon ini selalu hijau dengan tinggi antara 30 - 35 m. Kulit berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi coklat tua, menggelembung dan mengelupas setelah tua .Daun bertandan dan menyirip yang panjangnya berkisar 35 - 50 cm, tersusun bergantian, halus berpasangan, 4 - 6 pasang tiap-daun, panjangnya berkisar 9 - 18 cm. Bunga kecil berwarna putih, panjang 10 - 20 cm, malai bercabang. Buah kering merekah, umumnya berbentuk kapsul bercuping 5, keras, panjang 12 - 15 cm, abu-abu coklat, halus. Bagian luar buah mengeras, ketebalan 5 - 7 mm bagian dalam lebih tipis. Di bagian tengah mengeras seperti kayu, berbentuk kolom dengan 5 sudut yang memanjang menuju ujung. Buah akan pecah mulai dari ujung atau pangkal pada saat masak dan

(17)

kering. Biji menempel pada kolumela melalui sayapnya, meninggalkan bekas yang nyata setelah benih terlepas.

Umumnya setiap buah terdapat 35 - 45 biji. Benih berwarna coklat, lonjong padat, bagian atas memanjang melengkapi menjadi sayap, panjangnya mencapai 7,5 - 15 cm dengan extensive air spaces (biji disebarkan oleh angin), jumlah biji sekitar 1800 - 2500 per Kg.

2.1.4 Sifat-sifat kayu

Kayu teras berwarna coklat muda kemerah-merahan atau kekuning-kuningan sampai coklat tua kemerah-merahan, lambat laun menjadi lebih tua. Tekstur kayu agak halus. Arah serat berpadu, kadang-kadang bergelombang. Permukaan kayu agak licin dan mengkilap. Termasuk kelas awet III dan kelas kuat III (Martawijayaet. al., 1981).

2.1.5 Silvikultur

Bunga berkelamin satu dan pohon berumah satu. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Hibridisasi sering terjadi terutama dengan S. mahagoni apabila species tersebut tumbuh bersama. Biasanya hanya satu bunga yang menjadi buah, yang lainnya gugur. Pembentukan bunga sampai buah masak diperlukan waktu 9 - 12 bulan. Masa berbunga dan buah terjadi setiap tahun mulai umur 10 - 15 tahun tetapi pembentukan buah akan menurun apabila polinator berkurang. Waktu yang lama dalam pembentukan buah memungkinkan untuk menaksir hasil setiap bulan sebelum pemungutan hasil. Biasanya pembungaan terjadi ketika pohon menggugurkan daun atau pada saat daun baru muncul sesaat sebelum musim hujan (Nurhasybi dan Sudrajat, 2001).

Tabel 1 Ringkasan Data Penologi Pohon Mahoni

Daerah Penyebaran Musim bunga Musim buah

Amerika tengah dan utara April-Juni Januari-Maret Amerika selatan September-Oktober Juli-Agustus British Virgin Island Mei-Juni September-Oktober Costa Rica Maret-Apri Desember-Januari Pulau Solomon Juni-September

-Pilipina Maret-Juni Desember-Maret Indonesia September-Oktober Juni-Agustus

(18)

2.1.6 Kegunaan

Kayu mahoni termasuk bahan mebel bernilai tinggi karena dekoratif dan mudah dikerjakan. Ditanam secara luas di daerah tropis dalam program reboisasi dan penghijauan. Dalam sistem agroforestry digunakan sebagai tanaman naungan dan kayu bakar (Nurhasybi dan Sudrajat, 2001).

2.2 Parameter Individu Pohon 2.2.1 Diameter Pohon

Menurut Bruce dan Scumacher (1950), diameter adalah suatu garis lurus yang menghubungkan dua titik pada garis luar lingkaran luar pohon dan melalui titik pusat penampang melintangnya.

Diameter pohon merupakan salah satu dimensi pohon yang penting karena selain secara langsung menentukan volume pohon juga akan berperan sebagai pengganti dimensi umur pada hutan alam. Meskipun tidak selamanya pohon yang berdiameter kecil menunjukkan umur yang masih kecil (Richards, 1994).

Diameter pohon adalah panjang garis lurus yang menghubungkan dua buah titik pada lingkaran luar pohon dan melalui titik pusat penampang melintangnya. Besarnya diameter pohon bervariasi menurut ketinggian dari permukaan tanah. Oleh karena itu, dikenal istilah diameter setinggi dada atau diameter breast height (dbh), yaitu diameter yang diukur pada ketinggian setinggi dada dari permukaan tanah. Di USA, diameter pohon berdiri diukur pada 4,5 ft diatas permukaan tanah, sedangkan pada negara dengan sistem metrik, diameter pohon berdiri diukur pada ketinggian 1,3 m dari permukaaan tanah. Diameter pada titik lainya sepanjang batang pohon sering ditunjukkan dengan : d0,5h = diameter pada setengah tinggi total, d0,1h = diameter pada 0,1 total tinggi, d6 = dimaeter paad ketinggian 6 m dari permukaan tanah (Huschet al, 2003).

2.2.2 Tinggi Pohon

Dalam inventarisasi hutan, biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon, yaitu :

(19)

1. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon.

2. Tinggi batas bebas cabang atau permulaan tajuk, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di permukaan, sampai cabang pertama yang membentuk tajuk.

Husch et. al.(2003), mengemukakan bahwa tinggi pohon merupakan jarak antara titik atas pada batang pohon dengan titik proyeksinya pada bidang mendatar yang melalui titik bawah (pangkal pohon).

2.2.3 Bentuk Batang 1. Angka Bentuk

Angka bentuk atau faktor bentuk(form factor)merupakan suatu nilai/ angka hasil perbandingan antara volume pohon dan volume silinder yang besarnya kurang dari satu. Angka bentuk pohon dapat didefinisikan sebagai berikut :

a. Merupakan konstanta untuk mengkoreksi volume silinder guna mendapatkan volume sebenarnya pohon pada dimensi tinggi dan diameter setinggi dada yang sama.

b. Merupakan suatu angka pecahan (<1) hasil dari pembagian antara volume pohon sebenarnya oleh volume silinder yang memiliki dimensi diameter setinggi dada dan tinggi yang sama.

Macam-macam angka bentuk pohon menurut dimensi pohon yang digunakan untuk perhitungan yaitu : angka bentuk pohon absolut, setinggi dada, dan normal (Husch, 1963).

2. Kusen Bentuk

Pada umumnya setiap batang pohon tidak berbentuk silindris sehingga ada faktor keruncingan. Untuk mengetahui besar keruncingan perlu ada perbandingan antara diameter atas dan diameter bawah. Nilai dari perbandingan ini yang disebut dengan kusen bentuk.

Macam kusen bentuk ada dua kusen yaitu kusen bentuk normal yang merupakan perbandingan antara diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon dengan diameter setinggi dada dan kusen bentuk absolut yang merupakan perbandingan antara diameter pada ketinggian setengah dari

(20)

tinggi pohon dengan diameter pada ketinggian 10 % tinggi dari pangkal pohon (Belyea, 1950).

3. Taper

Menurut Husch (1963), bentuk batang dibagi menjadi dua tipe, yaitu : a. Excurrent, yaitu bentuk batang yang teratur dan lurus memanjang

dan biasanya terdapat pada jenis-jenis konifer atau daun jarum. b. Deliquescient, yaitu pohon yang berbentuk tidak teratur, dimana

pada ketinggian tertentu bercabang-cabang besar dan banyak dijumpai pada jenis-jenis kayu berdaun lebar.

Menurut Husch et. al. (2003), bentuk-bentuk batang yang menyusun suatu pohon ada 4 macam, yaitu silinder, paraboloid, kerucut, dan neiloid. Keempat macam bentuk batang tersebut tidak selalu ada pada pohon, namun yang sering dijumpai adalah bentuk neiloid, kerucut, dan paraboloid. Menurut Husch et. al. (2003), taper diartikan sebagai suatu bentuk yang meruncing. Sedangkan definisi taper pohon adalah pengurangan atau semakin mengecilnya diameter batang atau seksi batang pohon dari pangkal hingga ujungnya. Taper pohon ini secara umum disebut pula bentuk batang atau lengkung bentuk.

Laasasenaho (1993), menyatakan bahwa bentuk kurva taper hampir sama pada pohon-pohon yang berbeda ukuran pada jenis pohon yang sama, sehingga memungkinkan model taper dapat dibuat berdasarkan diameter relatif dan tinggi relatif. Bentuk persamaan umumnya adalah sebagai berikut :

(d/D) = f (h/H)

dimana : d = diameter ujung batang pada ketinggian h D = diameter setinggi dada (dbh)

H = tinggi total pohon dari atas permukaan tanah h = tinggi batang pada diameter d

(21)

2.2.4 Tajuk 1. Diameter Tajuk

Diameter tajuk adalah ukuran dimensi penampang melintang lingkaran tajuk sepanjang garis yang melalui titik pusat lingkaran yang titik ujungnya pada garis lingkaran tajuk (Husch, 1963). Diameter tajuk dapat diukur menggunakan meteran dengan cara mengukur proyeksi vertikal panjang garis yang melalui pangkal pohon dan dua titik pada proyeksi garis lingkaran tajuknya. Pengukuran menggunakan meteran dilaksanakan dua kali dengan posisi pengukuran yang saling tegak lurus dan hasilnya dirata-ratakan (Huschet. al. 2003).

2. Panjang Tajuk

Panjang tajuk adalah jarak awal percabangan antara tajuk dengan puncak pohon (Huschet al. 2003).

2.2.5 Cabang

Ketentuan ukuran minimal sortimen yang diperdagangkan, menjadi batasan dalam penentuan cabang pohon contoh yang akan diamati. Besarnya ukuran tebal, lebar dan panjang kayu gergajian harus sesuai dengan ukuran baku.

Tabel 2 Spesifikasi, Sortimen dan Ukuran Kayu Gergajian Mahoni

No Spesifikasi sortimen Ukuran Keterangan Tebal (cm) Lebar (cm)

Kayu Gergajian Kecil (KGK) 1. Papan tipis (boards) 5 10

2. Papan tebal (planks) > 5 15 t < ½ l 3. Papan sempit (strips) < ½ l < 10

4. Broti kecil (small scantlings ) ½ l 15

a. Reng 2 3 1 ½ 2 3 4 2 ½ 2 ½ Panjang 0,50 m b. Usuk 4 5 4 6 7 8 Panjang 1,00 m c. Kusen 6 8 10 6 8 12 12 12 15 15 Panjang 1,00 m

d. Komponen pintu, jendela - -5. Skuer kecil (small squares) l < 10 t < 10

(22)

Sumber : Departemen Kehutanan (2003)

2.3 Perkembangan Penelitian Tentang Karakteristik Biometrik Pohon di Indonesia

Harbagung (1985) melakukan penelitian tentang Model Penaksiran Isi Dolok Mahoni Daun Lebar di KPH Tasikmalaya. Penelitian tersebut menghasilkan bentuk model terbaik untuk penaksiran isi dolok mahoni : Log V = - 5,15512 – 1,88682.10-5 (Du2P) + 3,41940 (log Du) – 0,89532

(1/log Du) + 6,56305 (1/Du) – 4,57373.10-2 (Du) + 4,59874.10-4 (Du2) – 0,75042 (log P) + 0,50868 (P) – 3,21998.10-2 (P2)

dimana : V = taksiran isi dolok (m3)

Du = diameter ujung pucuk dolok (cm) P = panjang dolok (m)

Penelitian tersebut juga menghasilkan sebuah tabel yang memuat volume dolok mahoni daun lebar, pada berbagai ukuran diameter dan panjang dolok. Ukuran diameter berkisar antara 8 cm – 50 cm (dengan interval 1 cm), sedangkan ukuran panjang berkisar antara 0,8 – 6,0 m (dengan interval 0,2 m). Penelitian tersebut mempermudah dalam penaksiran volume dolok karena hanya dengan mengetahui ukuran diameter ujung pucuk dolok, maka bisa dihitung volume taksiran dolok yang bersangkutan. Pada umumnya, untuk menghitung volume dolok diperlukan 2 ukuran diameter, yaitu diameter pangkal dan ujung dolok.

Baroroh (2006) melakukan penelitian mengenai Karakteristik Biometrik Pohon Shorea leprosula Miq. di Hutan Tanaman Haurbentes, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor pada pohon umur 13 tahun, 20 tahun, 21 tahun, 37 tahun, 54 tahun dan 66 tahun. Dimensi pohon yang diukur meliputi diameter setinggi dada, diameter pangkal, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang serta panjang seksi. Penelitian ini mencari hubungan antara diameter pohon dengan dimensi yang lainnya, hubungan antara diameter batang relatif

No Spesifikasi sortimen Ukuran Keterangan Tebal (cm) Lebar (cm)

Kayu Gergajian Besar (KGB) 1. Broti besar (large scantlings) ½ l > 15

2. Skuer besar (large squares) l 10 t 10 Termasuk tiang 3. Balok dan swalep 10 20

(23)

dengan tinggi batang relatif, angka bentuk rata-rata, dan hubungan antara rasio diameter dengan angka bentuk pohon.

Maulidian (2007) melakukan penelitian mengenai Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon zwageri T.et.B.) pada Tegakan Hutan Sumber Benih Plomas, Kabupaten Sangau, Propinsi Kalimantan Barat. Dimensi pohon yang diukur meliputi diameter setinggi dada, diameter pangkal, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk serta panjang seksi. Penelitian ini mencari hubungan antar dimensi pohon, hubungan diameter pohon dengan dimensi lainnya, hubungan diameter relatif dengan tinggi relatif serta angka bentuk dari pohon tersebut.

(24)

BAB III

KONDISI UMUM LOKASI

3.1 Letak Geografis dan Luas KPH Tasikmalaya

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tasikmalaya dengan luas 45.585,54 Ha, secara administratif berada di Kabupaten Tasikmalaya dan Tasikmalaya Kota. Dengan batas – batas hutan sebagai berikut :

a. Bagian utara : berbatasan dengan wilayah kerja KPH Majalengka b. Bagian timur : berbatasan dengan wilayah kerja KPH Ciamis c. Bagian selatan : berbatasan dengan samudra Indonesia

d. Bagian barat : berbatasan dengan wilayah kerja KPH Garut Sedangkan berdasarkan letak geografis, wilayah KPH Tasikmalaya terletak pada : 1070 54’ 32’’ – 1080 28’ 5’’ BT dan 70 3’ 00’’ – 70 48’ 10’’ LS.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 195/KPTS-II/2003 tanggal 4 Juli 2003 tentang penunjukan kawasan hutan di wilayah propinsi Jawa Barat, yang tertuang di dalam revisi RPKH KPH Tasikmalaya. Luas areal Kelas Perusahaan Mahoni di KPH Tasikmalaya adalah 8.248,29 Ha.

3.2 Pembagian Wilayah Kelas Perusahaan Mahoni

Kelas perusahaan Mahoni KPH Tasikmalaya dengan luas hutan 8.248,29 ha hanya terdiri dari 1 (satu) bagian hutan yaitu bagian hutan Awilega.

Tabel 3 Daftar Pembagian KP Mahoni Wilayah KPH Tasikmalaya

No Sub KPH Bagian

Hutan DAS BKPH RPH Petak

1 2 3 4 5 6 7

1. 2.

Tasikmalaya Tasikmalaya

Awilega Ciwulan Singaparna Karangnunggal Sukaraja Cibalong Simpang 1 s.d 7 8 s.d 18 19 s.d 32 Petak 33 s.d 47 hutan cadangan

(25)

1 2 3 4 5 6 7 3. Tasikmalaya Taraju Simpang Sodong 61 s.d 73 74 s.d 78 33 s.d 60 79 s.d 92 3.3 Kondisi Fisik Lapangan

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Barat tahun 1969 skala 1 : 250.000 yang telah diperbaharui oleh Seksi Pengukuran dan Perpetaan (SPP) Perum Perhutani Unit III Jawa Barat tahun 1992, jenis-jenis tanah di kawasan hutan KP Mahoni di KPH Tasikmalaya adalah :

1. Kelompok podsolik merah kekuningan dan regosol dengan bahan induk batu pasir dan batuan liat terdapat di kelompok hutan Gunung Awilega, Gunung Kasur, Gunung Sodong, Gunung Singkup, Gunung Manggu sebelah barat, Gunung Keling, Gunung Cisaatgirang, dan Gunung Batu Lawang.

2. Komplek renzina, litosol, dan tanah coklat dengan bahan induk batu kapur, terdapat di kelompok hutan Gunung Awilega sebelah tenggara, sebagian besar Gunung Manggu, Gunung Saladaer, Gunung Urug dan Warung Peuyeum.

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, yang tercantum dalam buku RPKH KPH Tasikmalaya, dapat diketahui bahwa tipe iklim untuk wilayah KPH Tasikmalaya Kelas Perusahaan Mahoni termasuk tipe D. Sedangkan berdasarkan pengamatan di lapangan, keadaan topografi lahan landai.

3.4 Keadaan Hutan

Hutan di wilayah RPH Sukaraja merupakan hutan tanaman, yang dibagi ke dalam 7 petak. Terdiri dari jenis mahoni daun lebar, jati dan sengon. Tahun tanam tertua untuk pohon mahoni daun lebar adalah tahun 1965. Pohon mahoni daun lebar mendominasi tegakan hutan tanaman di RPH Sukaraja. Keadaan tumbuhan bawah kurang rapat terdiri dari semak belukar dan anakan pohon tingkat semai.

(26)

BAB IV

METODOLOGI

4.1 Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di hutan tanaman mahoni daun lebar di BKPH Singaparna KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, pada bulan September 2007.

4.2 Alat dan Obyek Penelitian

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Alat yang digunakan di lapangan, terdiri dari : phiband/pita meter, Haga Hypsometer, SRB (Spiegel Relascop Bieterlich) , tali tambang, sheet.

2. Alat yang digunakan pada saat pengolahan data, terdiri dari : kalkulator, personal komputer dengan software Minitab versi 15.0 dan Microsoft Excel.

Objek pengukuran dalam penelitian ini adalah pohon contoh jenis mahoni daun lebar dengan tingkat diameter yang berbeda. Ada dua macam data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data dimensi pohon meliputi : diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, panjang seksi batang, tinggi total, tinggi bebas cabang, panjang tajuk serta jumlah cabang dari setiap pohon contoh. Data sekunder yang diambil adalah keadaan umum lokasi pengambilan data.

4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Pemilihan Pohon Contoh

Pemilihan pohon contoh dilakukan secara purposive sampling (pemilihan contoh terarah dengan pertimbangan tertentu), yaitu dengan memperhatikan sebaran diameter setinggi dada dan keterwakilan dari dimensi lain pohon contoh.

(27)

Pohon contoh yang diukur adalah pohon mahoni yang diusahakan memiliki bentuk batang yang normal dan relatif lurus, memiliki sedikit cacat, tidak berpenyakit dan memiliki diameter setinggi dada lebih dari 20 cm.

4.3.2 Pengukuran Dimensi Pohon

Dimensi pohon yang diukur meliputi diameter pangkal (Dp), diameter setinggi dada (Dbh), diameter bebas cabang (Dbc), diameter per seksi, diameter tajuk (Djuk), panjang seksi batang, tinggi total (Ttot), tinggi bebas cabang (Tbc), panjang tajuk (Pjuk) serta jumlah cabang (Jcab) dari setiap pohon contoh.

4.3.3 Pembagian Batang

Setiap batang pohon contoh yang terpilih dibagi menjadi beberapa seksi. Pembagian batang ini dimulai dari pangkal batang hingga tinggi bebas cabang dengan panjang per seksi masing-masing 2 (dua) meter.

4.4 Analisis Data

4.4.1 Deskripsi Statistik Pohon Contoh

Data yang dihitung meliputi banyaknya contoh (n), nilai minimum dan nilai maksimum data yang diukur, rata-rata atau nilai tengah (mean), koefisien keragaman (CV), dan selang penduga pada tingkat kepercayaan 95% dan 99%.

4.4.2 Rasio Antar Dimensi Pohon Contoh

Tabel 4 Matrik Perhitungan Rasio Antar Dimensi Pohon Contoh

Dimensi Dbh Dbc Djuk Jcab Tbc Ttot Pjuk

Dp R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 Dbh R8 R9 R10 R11 R12 R13 Dbc R14 R15 R16 R17 R18 Djuk R19 R20 R21 R22 Jcab R23 R24 R25 Tbc R26 R27 Ttot R28 Keterangan : Ri = Rasio antar dimensi ke-i ; i = 1,2,3...n

(28)

4.4.3 Perhitungan Rasio Keruncingan Batang Pohon Contoh

Pada umumnya setiap batang pohon tidak berbentuk silindris sehingga ada faktor keruncingan. Untuk mengetahui besar keruncingan perlu ada perbandingan antara diameter atas dan diameter bawah. Nilai rasio ini akan dicari setiap ketinggian 2 meter. Perhitungan rasio antara diameter atas dengan diameter bawah sebagai berikut :

Rn = 1 + i i d d

Keterangan : Rn = Nilai rasio diameter ke-i

di = Diameter ke-i ; i = 1,2,3,...n

4.4.4 Korelasi Antar Dimensi Pohon Contoh

Nilai koefisien korelasi menggambarkan hubungan keeratan antara dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Koefisien ini membantu dalam menggambarkan karekteristik biometrik pohon mahoni daun lebar. Nilai koefisien korelasi dapat dihitung melalui rumus :

r =

∑ ∑

= = = = − − − n i n i n i n i i i i i i i i i n y y n x x n y x y x 1 1 1 1 2 2 2 2 } / ) ( }{ / ) ( { / ) )( (

Keterangan : xi= diameter pohon ke-i

i

y = tinggi pohon kr-i n = jumlah pohon

Besarnya nilai koefisien korelasi (r) merupakan variabel yang dapat menunjukkan keeratan hubungan antar dimensi pohon seperti antara diameter dengan tinggi pohon. Nilai koefisien korelasi (r) merupakan penduga tak bias dari koefisien korelasi (p). Besarnya nilai r berkisar antara -1 sampai +1. Jika nilai r = -1 maka hubungan diameter dengan tinggi merupakan korelasi negatif sempurna dan sebaliknya jika nilai r = +1 maka hubungan diameter dengan tinggi merupakan korelasi positif sempurna. Bila r mendekati -1 atau +1 maka hubungan antara variabel itu kuat dan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya (Walpole, 1993).

(29)

4.4.5 Penyusunan Persamaan Regresi Antar Dimensi Pohon

Pada penelitian ini, persamaan regresi yang dihasilkan mempunyai batasan bahwa variabel bebas dalam suatu persamaan merupakan dimensi pohon yang lebih mudah diukur di lapangan daripada variabel tak bebasnya. Jika terdapat suatu kondisi dimana ada variabel bebas yang tidak berpengaruh terhadap variabel tak bebasnya, hal itu tetap merupakan informasi yang harus dijelaskan. Model-model persamaan yang dibuat umumnya menggunakan hubungan variabel-variabel sebagai berikut : y = f(x)

Dari persamaan tersebut dapat dibuat model persamaan regresi liniernya yaitu : y = o + 1xi + ei

4.4.6 Penyusunan Persamaan Taper

Persamaan taper disusun berdasarkan hubungan fungsional antara diameter sepanjang batang (d) dengan panjang dari pangkal batang (h), yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : d = f(h)

Kurva taper dari jenis yang sama tetapi berbeda ukuran dapat disusun dengan bantuan diameter relatif dan tinggi relatif (Laasasenaho, 1982). Adapun persamaan yang akan dianalisis sebagai berikut :

(d/D) = f { (h/H) } (d/D)2 = f { (h/H), (h/H)2 }

(d/D)2 = f { (h/H) } (d/D) = f { (h/H), (h/H)2, (h/H)3 } (d/D) = f { (h/H), (h/H)2} (d/D)2 = f { (h/H), (h/H)2, (h/H)3 }

4.4.7 Penentuan Angka Bentuk Batang

Angka bentuk pohon (f) ditentukan dengan cara membandingkan volume aktual dengan volume silindernya :

f = sl a V V

Keterangan :Va = volume aktual pohon

Vsl = volume silinder, dengan menganggap bahwa bentuk

(30)

Terdapat dua macam angka bentuk yang akan dianalisis, yaitu : a. Angka bentuk setinggi dada (fbh)

fbh = bc a

T

dbh

V

2

)

(

25

.

0

π

b. Angka bentuk absolut (fabs)

fabs= bc a

T

dp

V

2

)

(

25

.

0

π

Keterangan :

Va = volume pohon sebenarnya

Tbc = tinggi bebas cabang

dbh = diameter setinggi dada dp = diameter pangkal

fbh = angka bentuk setinggi dada

fabs = angka bentuk absolut

Volume aktual dihitung dengan menjumlahkan volume tiap seksi batang pohon, dengan menggunakan rumus Smalian :

a V = si n i V

=1

Keterangan : Va = volume aktual

i

s

V = volume seksi batang ke-i, dimana i = 1, 2, 3,..., n.

Sedangkan untuk menghitung besarnya volume tiap seksi batang digunakan rumus Smalian, yaitu :

s V = 2 ) (G+g . L

Keterangan :

V

s = volume seksi batang

G = luas bidang dasar pangkal seksi batang g = luas bidang dasar ujung seksi batang L = panjang seksi batang

Besarnya luas bidang dasar dihitung dengan rumus : Lbds = 0,25π D2, dimana D = diameter yang diukur.

(31)

4.4.8 Penyusunan Persamaan Regresi Rasio Diameter

Persamaan regresi ini menggunakan variabel bebas berupa rasio diameter dan variabel tidak bebas yaitu angka bentuk pohon dan volume aktual.

4.4.9 Pendugaan Konsistensi Karakteristik Biometrik Pohon Contoh Umur merupakan variabel yang diduga dapat mempengaruhi karakteristik biometrik suatu jenis pohon. Pada penelitian ini, variabel umur diduga menggunakan dimensi diameter setinggi dada. Dengan asumsi bahwa semakin besar diameter setinggi dada maka umur pohon semakin tua.

a. Korelasi antara diameter setinggi dada dengan rasio dimensi pohon contoh Perhitungan ini akan menggambarkan suatu kondisi apakah suatu rasio dimensi pohon konsisten ataukah tidak konsisten dalam peranannya sebagai ciri yang khas dari suatu jenis pohon, pada berbagai tingkatan umur (diduga dari nilai dimensi diameter setinggi dada).

b. Korelasi antara diameter dengan angka bentuk

Perhitungan ini akan memberikan dugaan apakah angka bentuk suatu jenis pohon konsisten ataukah tidak konsisten dalam peranannya sebagai ciri yang khas dari suatu jenis pohon, pada berbagai tingkatan umur (diduga dari nilai dimensi diameter setinggi dada).

4.4.10 Kriteria Ketepatan Model

Kriteria yang dipakai untuk menguji ketepatan sebuah model adalah : a. Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas

Uji tingkat kepentingan peranan peubah bebas dimaksudkan untuk mengetahui peranan masing-masing peubah bebas di dalam persamaan dalam pembentukan model.

Hipotesis yang digunakan adalah : H0 :βi= 0, untuk semua i

H1 : setidaknya ada satuβi≠ 0

Kriteria yang digunakan adalah : Jika nilai-p <α maka tolak Ho

(32)

Uji nilai-p pada tingkat nyata tertentu (α), maka korelasi regresi antara variabel bebas dengan variabel tak bebasnya yaitu nyata (nilai-p < 0,05) dan sangat nyata (nilai-p < 0,01).

b. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah ukuran dari besarnya keragaman peubah tidak bebas yang dapat diterangkan oleh keragaman peubah bebasnya. Perhitungan besarnya koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan rumus : R2= ×100% total regresi JK JK

Jika nilai koefisien deteminasi sebesar 50% mempunyai pengertian bahwa 50% variasi peubah x dapat menerangkan secara memuaskan variasi peubah y, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.

c. Koefisien determinasi yang terkoreksi (R2adj)

Koefisien determinasi yang terkoreksi (R2adj) adalah koefisien determinasi yang tetah dikoreksi dengan derajat bebas (db) dari JKS dan JKT-nya dengan menggunakan rumus :

R2adj = 1 -) 1 ( ) ( ) ( ) ( − − n JKT p n JKS x 100%

Keterangan : JKS = Jumlah Kuadrat Sisa JKT = Jumlah Kuadrat Total (n-p) = derajat bebas sisaan (n-1) = derajat bebas total

d. Koefisien keragaman (CV)

Nilai koefisien keragaman menyatakan sejauh mana penyimpangan dari nilai dugaan terhadap garis linier nilai tengah variabel yang dihitung. Nilai koefisien keragaman ditentukan dengan rumus :

_

x s

(33)

Keterangan : sx = simpangan bakux

_

x = rata-ratax

Nilai s menunjukkan besarnya penyimpangan antara data aktual dengan dugaan model. Model makin terandalkan apabila nilai s makin kecil. Nilai s ditentukan dengan rumus :

s = s2 = ) ( 2 p n ei

Keterangan : s2 = kuadrat tengan sisaan ei = sisaan ke-i

(34)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sebaran Pohon Contoh

Berdasarkan syarat statistik, jumlah minimal pohon contoh yang diukur adalah 30 pohon. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran pohon contoh sebanyak 40 pohon. Pohon contoh dikelompokkan menjadi 5 kelas diameter setinggi dada.

Tabel 5 Sebaran Kelas Diameter Setinggi Dada Pohon Contoh

No Diameter setinggi dada (cm) Jumlah (pohon)

1. 20 – 29 8 2. 30 – 39 8 3. 40 – 49 8 4. 50 – 59 12 5. 60 – 69 4 Jumlah 40

5.2 Deskripsi Statistik Pohon Contoh

Dimensi yang dihitung meliputi diameter pangkal (Dp), diameter setinggi dada (Dbh), diameter bebas cabang (Dbc), diameter tajuk (Djuk), diameter per seksi, panjang seksi, tinggi total (Ttot), tinggi bebas cabang (Tbc), panjang tajuk (Pjuk) dan jumlah cabang (Jcab).

Tabel 6 Deskripsi Statistik Dimensi Pohon Contoh Dimensi n Min-maks

Rata-rata CV (%)

Selang Penduga Kepercayaan

95% 99% Dp (cm) 40 24 – 68 47,68 27,35 43,63 ; 51,72 42,38 ; 52,98 Dbh (cm) 40 21 – 64 42,66 29,72 38,73 ; 46,59 37,50 ; 47,81 Dbc (cm) 40 15 – 49 30,77 30,16 27,89 ; 33,65 26,99 ; 34,54 Djuk (m) 40 3,15 – 13,89 8,09 32,70 7,26 ; 8,91 7,01 ; 9,16 Ttot (m) 40 14 – 30 22,60 14,42 21,59 ; 23,61 21,27 ; 23,92 Tbc (m) 40 3,5 – 17,5 9,38 31,22 8,46 ; 10,28 8,18 ; 10,56 Pjuk (m) 40 6,6 – 19,6 13,22 23,22 12,26 ; 14,17 11,97 ; 14,47 Jcab 40 2 -10 3,52 54,97 2,92 ; 4,12 2,73 ; 4,31 5.3 Rasio Antar Dimensi Pohon

Perhitungan rasio antar dimensi pohon dimaksudkan untuk mendapatkan besaran nilai salah satu dimensi jika nilai dimensi yang lainnya diketahui.

(35)

Tabel 7 Deskripsi Statistik Rasio Antar Dimensi Rasio n Min Maks

Rata-rata CV (%)

Selang Penduga Kepercayaan

95% 99% Dp/Dbh 40 1,030 1,300 1,130 5,31 1,111 ; 1,149 1,106 ; 1,154 Dp/Dbc 40 1,260 2,720 1,570 15,92 1,493 ; 1,647 1,468 ; 1,672 Dp/Djuk 40 0,040 0,080 0,060 16,67 0,057 ; 0,063 0,056 ; 0,064 Dp/Jcab 40 0,030 0,320 0,160 43,75 0,138 ; 0,182 0,132 ; 0,188 Dp/Tbc 40 0,020 0,130 0,050 40,00 0,044 ; 0,056 0,042 ; 0,058 Dp/Ttot 40 0,010 0,030 0,020 21,74 0,021 ; 0,025 0,021 ; 0,025 Dp/Pjuk 40 0,010 0,060 0,040 25,00 0,037 ; 0,043 0,036 ; 0,044 Dbh/Dbc 40 1,105 2,330 1,398 15,02 1,333 ; 1,463 1,313 ; 1,483 Dbh/Djuk 40 0,033 0,072 0,054 16,67 0,051 ; 0,057 0,050 ; 0,058 Dbh/Jcab 40 0,030 0,310 0,146 44,66 0,126 ; 0,166 0,120 ; 0,172 Dbh/Tbc 40 0,020 0,115 0,049 38,78 0,043 ; 0,055 0,041 ; 0,057 Dbh/Ttot 40 0,009 0,029 0,188 2,66 0,186 ; 0,190 0,186; 0,190 Dbh/Pjuk 40 0,013 0,057 0,033 30,30 0,030 ; 0,036 0,029 ; 0,037 Dbc/Djuk 40 0,020 0,060 0,039 23,08 0,036 ; 0,042 0,035 ; 0,043 Dbc/Jcab 40 0,023 0,220 0,103 43,69 0,089 ; 0,117 0,085 ; 0,121 Dbc/Tbc 40 0,010 0,088 0,036 41,67 0,031 ; 0,041 0,030 ; 0,042 Dbc/Ttot 40 0,006 0,021 0,013 23,08 0,012 ; 0,014 0,012 ; 0,014 Dbc/Pjuk 40 0,011 0,039 0,023 26,09 0,021 ; 0,025 0,021 ; 0,025 Djuk/Jcab 40 0,704 6,945 2,852 53,30 2,381 ; 3,323 2,234 ; 3,470 Djuk/Tbc 40 0,362 1,920 0,924 40,15 0,809 ; 1,039 0,773 ; 1,075 Djuk/Ttot 40 0,137 0,636 0,357 30,50 0,323 ; 0,391 0,313 ; 0,401 Djuk/Pjuk 40 0,189 1,190 0,631 34,93 0,563 ; 0,700 0,542 ; 0,721 Jcab/Tbc 40 0,110 0,219 0,420 66,67 0,333 ; 0,507 0,306 ; 0,534 Jcab/Ttot 40 0,070 0,476 0,160 56,25 0,132 ; 0,188 0,123 ; 0,197 Jcab/Pjuk 40 0,110 0,781 0,270 55,56 0,224 ; 0,316 0,209 ; 0,331 Tbc/Ttot 40 0,175 0,713 0,414 26,32 0,380 ; 0,448 0,370 ; 0,458 Tbc/Pjuk 40 0,212 2,485 0,780 54,74 0,648 ; 0,912 0,606 ; 0,954 Ttot/Pjuk 40 1,210 3,480 1,780 23,60 1,650 ; 1,910 1,609 ; 1,951 5.4 Perhitungan Rasio Keruncingan Batang Pohon Contoh

Berdasarkan analisis rasio diameter pada setiap ketinggian 2 meter, batang pohon mahoni daun lebar memiliki pola pertumbuhan yang konstan. Hal tersebut dijelaskan oleh nilai koefisien keragaman (CV) sebesar 4,65%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hanya terdapat penyimpangan sebesar 4,65% dari garis linier nilai tengah rasio diameter pada setiap ketinggian 2 meter. Selain itu, pohon mahoni daun lebar memiliki faktor keruncingan sebesar 1,126.

(36)

5.5 Korelasi Antar Dimensi Pohon

Keeratan hubungan linier antar dimensi pohon dapat diukur dari besarnya nilai koefisien korelasi (r).

Tabel 8 Matrik Korelasi Antar Dimensi Pohon Contoh

Dimensi Dp Dbh Dbc Djuk Ttot Tbc Pjuk

Dbh 0,987 0,000** Dbc 0,917 0,000** 0,927 0,000** Djuk 0,808 0,000** 0,836 0,000** 0,717 0,000** Ttot 0,500 0,001** 0,491 0,001** 0,379 0,016* 0,455 0,003** Tbc 0,172 0,288tn 0,154 0,341tn -0,075 0,644tn 0,166 0,307tn 0,508 0,001** Pjuk 0,365 0,020* 0,373 0,018* 0,474 0,002** 0,324 0,041* 0,573 0,000** -0,414 0,008** Jcab 0,107 0,513tn 0,124 0,446tn 0,254 0,114tn -0,052 0,750tn -0,141 0,386tn -0,258 0,107tn 0,097 0,550tn

Keterangan: Korelasi pearson

Nilai-p (**= Sangat nyata ;* = Nyata ; tn = Tidak nyata) = 0,05 ; = 0,01

Berdasarkan matrik korelasi, dapat dilihat bahwa diameter setinggi dada memiliki korelasi yang paling tinggi dengan dimensi diameter pangkal yaitu sebesar 0,987 (p=0,000), nilai tersebut menggambarkan korelasi sangat nyata pada taraf 5% dan 1%. Sedangkan tinggi bebas cabang (p=0,341) dan jumlah cabang (p=0,446) tidak berkorelasi dengan diameter setinggi dada. Selain itu, diameter setinggi dada berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan diameter bebas cabang, diameter tajuk dan tinggi total, serta memiliki hubungan linier nyata dengan panjang tajuk.

Diameter pangkal berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter tajuk dan tinggi total. Sedangkan diameter pangkal berkorelasi nyata (p<0,05) dengan panjang tajuk. Tinggi bebas cabang (p=0,288) dan jumlah cabang (p=0,513) tidak berkorelasi dengan diameter pangkal.

Dimensi lain yang lazim digunakan dalam pengukuran di lapangan adalah tinggi bebas cabang. Berdasarkan matrik korelasi, tinggi bebas cabang memiliki korelasi yang paling tinggi dengan tinggi total yaitu sebesar 0,508 (p=0,001), nilai tersebut menggambarkan hubungan linier yang sangat nyata pada taraf 5% dan 1%. Sedangkan panjang tajuk memiliki korelasi

(37)

negatif dengan tinggi bebas cabang (r=-0,414) dengan nilai-p sebesar 0,008 yang menggambarkan hubungan linier sangat nyata. Dimensi pohon yang lain memiliki hubungan yang tidak nyata dengan tinggi bebas cabang.

Tinggi total memiliki hubungan linier sangat nyata dengan dimensi diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter tajuk, tinggi bebas cabang dan panjang tajuk, hal tersebut dijelaskan dari besarnya nilai-p (p<0,01). Sedangkan diameter bebas cabang memiliki hubungan linier nyata (p<0,05) dengan tinggi total. Dimensi jumlah cabang tidak memiliki hubungan linier dengan tinggi total.

Secara umum, berdasarkan matrik korelasi tersebut dimensi yang paling banyak berkorelasi dengan dimensi lain adalah tinggi total dan panjang tajuk.

5.6 Penyusunan Persamaan Regresi Antar Dimensi

Persamaan regresi disusun untuk mengetahui sejauh mana dimensi pohon yang dijadikan variabel bebas dapat menjelaskan dimensi pohon lain yang dijadikan variabel tak bebasnya, dengan batasan bahwa variabel bebas merupakan variabel yang lebih mudah dan lazim digunakan pada pengukuran di lapangan dibandingkan variabel tak bebasnya.

Tabel 9 Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Diameter Setinggi Dada No Persamaan R-sq (%) R-sq (adj) (%) CV (%) Nilai-p 1, Ttot = 17,2 + 12,6 Dbh 24,10 22,1 12,73 0,001 ** 2, Dp = 0,0440 + 1,01 Dbh 97,4 97,3 4,49 0,000 ** 3, Dbc = 0,0186 + 0,678 Dbh 85,9 85,5 11,49 0,000 ** 4, Djuk = 0,650 + 17,4 Dbh 69,9 69,1 18,18 0,000 ** 5, Pjuk = 9,37 + 9,02 Dbh 13,9 11,6 21,83 0,018 * 6, Tbc = 7,85 + 3,56 Dbh 2,4 0,0 31,25 0,341tn 7, Jcab = 2,72 + 1,89 Dbh 1,5 0,0 55,17 0,446tn = 0,01 ; = 0,05 **= Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Analisis persamaan regresi menggunakan variabel bebas diameter setinggi dada, menggambarkan bahwa diameter setinggi dada pohon mahoni berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan diameter pangkal, diameter bebas cabang, diameter tajuk dan tinggi total. Selain itu, diameter setinggi dada berkorelasi nyata (p<0,05) dengan panjang tajuk. Keragaman diameter

(38)

setinggi dada dapat menjelaskan keragaman variabel tak bebas diameter pangkal sebesar 97,4 %. Dimensi tinggi bebas cabang dan jumlah cabang tidak memiliki hubungan linier (p>0,05) dengan diameter setinggi dada. Tabel 10 Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Diameter

Pangkal No Persamaan R-sq (%) R-sq (adj) (%) CV (%) Nilai-p 1, Ttot = 16,6 + 12,5 Dp 25 23,1 12,65 0,001 ** 2, Dbc = - 0,0035 + 0,653 Dp 84,1 83,7 12,16 0,000 ** 3, Djuk = 0,277 + 16,4 Dp 65,2 64,3 19,54 0,000 ** 4, Pjuk = 9,12 + 8,60 Dp 13,3 11,1 21,90 0,020 * 5, Tbc = 7,53 + 3,87 Dp 3,0 0,4 31,16 0,288tn 6, Jcab = 2,77 + 1,58 Dp 1,1 0,0 55,29 0,513tn = 0,01 ; = 0,05 **= Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Analisis persamaan regresi menggunakan variabel bebas diameter pangkal, menggambarkan bahwa diameter pangkal pohon mahoni berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan diameter bebas cabang, diameter tajuk dan tinggi total. Selain itu, diameter pangkal berkorelasi nyata (p<0,05) dengan panjang tajuk. Keragaman diameter pangkal dapat menjelaskan keragaman variabel tak bebas diameter bebas cabang sebesar 84,1 %. Dimensi tinggi bebas cabang dan jumlah cabang tidak memiliki hubungan linier (p>0,05) dengan diameter pangkal. Persamaan regresi dengan variabel bebas diameter setinggi dada tidak dianalisis, karena batasan faktor kemudahan pengukuran di lapangan.

Tabel 11 Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Tinggi Bebas Cabang No Persamaan R-sq (%) R-sq (adj) (%) CV (%) Nilai-p 1, Ttot = 17,3 + 0,566 Tbc 25,8 23,9 12,57 0,001** 2, Pjuk = 17,3 - 0,435 Tbc 17,2 15,0 21,41 0,008** 3, Dbc = 0,330 - 0,00239 Tbc 0,6 0,0 30,23 0,644 tn 4, Djuk = 6,68 + 0,150 Tbc 2,7 0,2 32,67 0,307 tn 5, Jcab = 5,13 - 0,171 Tbc 6,7 4,2 53,64 0,107 tn = 0,01 ; = 0,05 **= Sangat nyata tn = Tidak nyata

Analisis persamaan regresi menggunakan variabel bebas tinggi bebas cabang, menggambarkan bahwa tinggi bebas cabang pohon mahoni berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan tinggi total dan panjang tajuk.

(39)

Keragaman tinggi bebas cabang dapat menjelaskan keragaman variabel tak bebas tinggi total sebesar 25,8 %. Dimensi diameter bebas cabang, diameter tajuk dan jumlah cabang tidak berkorelasi dengan tinggi bebas cabang (p>0,05). Persamaan regresi dengan variabel diameter setinggi dada dan diameter pangkal tidak dianalisis, karena batasan faktor kemudahan pengukuran di lapangan.

Tabel 12 Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Tinggi Total

No Persamaan R-sq (%) R-sq (adj) (%) CV (%) Nilai-p 1, Dbc = 0,0636 + 0,0108 Ttot 14,4 12,1 26,00 0,016* 2, Djuk = - 0,27 + 0,370 Ttot 20,7 18,7 29,42 0,003** 3, Pjuk = 1,02 + 0,540 Ttot 32,8 31,1 19,21 0,000** 4, Jcab = 5,41 - 0,0836 Ttot 2,0 0,0 54,97 0,386 tn = 0,01 ; = 0,05 **= Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Analisis persamaan regresi menggunakan variabel bebas tinggi total, menggambarkan bahwa tinggi total pohon mahoni berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan panjang tajuk dan diameter tajuk. Selain itu, tinggi total berkorelasi nyata (p<0,05) dengan diameter bebas cabang. Keragaman tinggi total dapat menjelaskan keragaman variabel tak bebas panjang tajuk sebesar 32,8 %. Jumlah cabang tidak berkorelasi dengan tinggi total (p>0,05). Persamaan regresi dengan variabel diameter setinggi dada, diameter pangkal dan tinggi bebas cabang tidak dianalisis, karena batasan faktor kemudahan pengukuran di lapangan.

Tabel 13 Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Diameter Tajuk

No Persamaan R-sq (%) R-sq (adj) (%) CV (%) Nilai-p 1. Dbc = 0,104 + 0,0251 Djuk 51,4 50,1 21,29 0,000 ** 2. Pjuk = 10,2 + 0,376 Djuk 10,5 8,2 22,25 0,041 * 3. Jcab = 3,83 - 0,038 Djuk 0,3 0,0 55,53 0,750 tn = 0,01 ; = 0,05 **= Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Analisis persamaan regresi menggunakan variabel bebas diameter tajuk, menggambarkan bahwa diameter tajuk pohon mahoni berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan diameter bebas cabang. Selain itu, diameter tajuk berkorelasi nyata (p<0,05) dengan panjang tajuk. Keragaman diameter tajuk dapat menjelaskan keragaman variabel tak bebas diameter bebas

(40)

cabang sebesar 51,4 %. Jumlah cabang tidak berkorelasi dengan diameter tajuk (p>0,05). Persamaan regresi dengan variabel diameter setinggi dada, diameter pangkal, tinggi bebas cabang dan tinggi total tidak dianalisis, karena batasan faktor kemudahan pengukuran di lapangan.

Dimensi diameter bebas cabang, panjang tajuk, dan jumlah cabang tidak dianalisis lebih lanjut, karena tidak lazim untuk dijadikan sebagai variabel bebas. Namun demikian, ketiga dimensi tersebut jika dianalisis dapat juga menghasilkan sebuah persamaan regresi, yang dapat menjelaskan hubungannya dengan dimensi lain. Dimensi jumlah cabang pohon mahoni daun lebar tidak berkorelasi dengan dimensi pohon yang lain.

5.7 Penyusunan Persamaan Taper

Pada penelitian ini ada enam persamaan taper yang dianalisis, dengan menggunakan data diameter relatif sebagai variabel tak bebas dan tinggi relatif sebagai variabel bebas.

Tabel 14 Persamaan Taper Umum Pohon Contoh

No Persamaan R-sq (%) R-sq(adj) (%) CV (%) Nilai-p 1. d/D = 0,954 - 0,571 h/H 58,4 58,2 8,55 0,000 ** 2. d/D = 0,980 - 0,794 h/H + 0,364 59,1 58,6 8,50 0,000 ** (h/H)2 3. d/D = 0,999 - 1,05 h/H + 1,27 59,2 58,5 8,51 0,000 ** (h/H)2 - 0,89 (h/H)3 4. (d/D)2 = 0,893 - 0,899 h/H 58,9 58,7 16,30 0,000 ** 5. (d/D)2= 0,959 - 1,46 h/H + 0,915 60,6 60,2 15,99 0,000 ** (h/H)2 6. (d/D)2 = 0,992 - 1,90 h/H + 2,46 60,8 60,2 16,00 0,000 ** (h/H)2 - 1,52 (h/H)3 = 0,01 ; = 0,05 **= Sangat nyata

Berdasarkan tabel di atas, persamaan ke-2 merupakan persamaan terbaik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai R-sq, R-sq (adj) dan CV, yaitu berturut-turut 59,1% ; 58,6% dan 8,50 %.

(41)

5.8 Korelasi Antara Dimensi Pohon dengan Volume Aktual

Tingkatan hubungan keeratan dari yang terbesar, antara volume aktual dengan dimensi pohon secara berurutan yaitu diameter setinggi dada, diameter pangkal, diameter bebas cabang, diameter tajuk, tinggi total dan tinggi bebas cabang. Sedangkan. panjang tajuk dan jumlah cabang tidak memiliki hubungan linier (p>0,05) dengan volume aktual.

5.9 Angka Bentuk Batang Rata-rata

Angka bentuk batang mahoni diperoleh dari rata-rata rasio volume aktual dengan volume silinder pohon. Besaran nilai angka bentuk pohon mahoni yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Angka bentuk absolut sebesar 0,6 2. Angka bentuk setinggi dada sebesar 0,76

Tabel 15 Deskripsi Statistik Angka Bentuk Pohon Mahoni daun lebar Angka

Bentuk n Min – maks

Rata-rata

CV (%)

Selang Penduga Kepercayaan

95% 99%

Absolut 40 0,36 – 0,74 0,60 15,00 0,57 ; 0,63 0,56 ; 0,64 Setinggi dada 40 0,55 – 0,95 0,76 11,84 0,73 ; 0,79 0,72 ; 0,80

Nilai koefisien keragaman (CV) pada kedua angka bentuk diatas menunjukkan bahwa besarnya penyimpangan terhadap garis linier nilai tengah angka bentuk absolut sebesar 15,00 % dan 11,84 % terhadap garis linier nilai tengah angka bentuk setinggi dada.

5.10 Penyusunan Persamaan Regresi Rasio Diameter

Persamaan ini disusun untuk mengefisienkan pengukuran, dimana hanya dengan mengetahui rasio diameter maka kita dapat menduga angka bentuk ataupun volume aktual pohon yang diukur.

Tabel 16 Persamaan Regresi Menggunakan Variabel Bebas Rasio Diameter

No Persamaan R-sq (%) R-sq(adj) (%) CV (%) Nilai-p 1 fbh = 0,688 + 0,060 Dp/Dbh 0,1 0,0 12,58 0,822tn 2 fabs = 1,68 – 0,959 Dp/Dbh 37,5 35,8 12,02 0,000** 3 Vaktual = 0,801 + 0,180 Dp/Dbc 0,5 0,0 60,07 0,674tn

(42)

Dari persamaan regresi antara angka bentuk dengan rasio diameter pangkal dan diameter setinggi dada didapat persamaan terbaik : fabs = 1,68 – 0,959 Dp/Dbh. Setiap peningkatan nilai rasio diameter pangkal dengan diameter setinggi dada akan menurunkan angka bentuk absolut sebesar 0,959 satuan. Sehingga, bentuk batang pohon mahoni akan semakin tidak silindris seiring dengan bertambahnya ukuran dimensi diameter pangkal dan diameter setinggi dada. Dari koefisien determinasi dapat dilihat bahwa sebesar 37,5% keragaman rasio diameter pangkal dengan diameter setinggi dada dapat menjelaskan keragaman dari angka bentuk absolut, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dianalisis. Rasio diameter pangkal dengan diameter setinggi dada berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap angka bentuk absolut.

Sedangkan berdasarkan nilai-p yang diperoleh pada persamaan ke-1 dan ke-3, dapat dilihat bahwa nilai-p lebih besar dari tingkat nyata 5%, berarti rasio diameter tidak berpengaruh terhadap angka bentuk setinggi dada maupun terhadap volume aktual pohon mahoni.

Dengan demikian, besaran nilai angka bentuk setinggi dada dan volume aktual pohon mahoni daun lebar, tidak dapat diduga dari persamaan regresi dengan variabel bebas berupa rasio diameter.

5.11 Pendugaan Konsistensi Karakteristik Biometrik Pohon Contoh

5.11.1 Korelasi Antara Diameter Setinggi Dada dengan Rasio Dimensi Pohon Contoh

Tabel 17 Korelasi Diameter Setinggi Dada dengan Rasio Pohon Contoh Hubungan

Dbh dengan rasio

Nilai r Nilai-p CV Rasio

(%) Keterangan

Dp/Dbh -0,578 0,000** 5,31 Tidak konsisten sebagai ciri Dp/Dbc -0,026 0,874tn 15,92 Konsisten sebagai ciri Dp/Djuk -0,075 0,646tn 16,67 Konsisten sebagai ciri Dp/Jcab 0,392 0,012* 43,75 Tidak konsisten sebagai ciri Dp/Tbc 0,560 0,000** 40,00 Tidak konsisten sebagai ciri Dp/Ttot 0,840 0,000** 21,74 Tidak konsisten sebagai ciri Dp/Pjuk 0,585 0,000** 25,00 Tidak konsisten sebagai ciri Dbh/Dbc 0,167 0,304tn 15,02 Konsisten sebagai ciri Dbh/Djuk 0,103 0,527tn 16,67 Konsisten sebagai ciri Dbh/Jcab 0,444 0,004** 44,66 Tidak konsisten sebagai ciri Dbh/Tbc 0,605 0,000** 38,78 Tidak konsisten sebagai ciri Dbh/Ttot 0,874 0,000** 2,66 Tidak konsisten sebagai ciri Dbh/Pjuk 0,656 0,000** 30,30 Tidak konsisten sebagai ciri

(43)

Hubungan Dbh dengan

Rasio

Nilai r Nilai-p CV Rasio

(%) Keterangan

Dbc/Djuk -0,050 0,759tn 23,08 Tidak konsisten sebagai ciri Dbc/Jcab 0,417 0,007** 43,69 Tidak konsisten sebagai ciri Dbc/Tbc 0,497 0,001** 41,67 Tidak konsisten sebagai ciri Dbc/Ttot 0,767 0,000** 23,08 Tidak konsisten sebagai ciri Dbc/Pjuk 0,678 0,000** 26,09 Tidak konsisten sebagai ciri Djuk/Jcab 0,341 0,031* 53,30 Tidak konsisten sebagai ciri Djuk/Tbc 0,561 0,000** 40,15 Tidak konsisten sebagai ciri Djuk/Ttot 0,712 0,000** 30,50 Tidak konsisten sebagai ciri Djuk/Pjuk 0,540 0,000** 34,93 Tidak konsisten sebagai ciri Jcab/Tbc 0,005 0,974tn 66,67 Tidak konsisten sebagai ciri Jcab/Ttot -0,016 0,921tn 56,25 Tidak konsisten sebagai ciri Jcab/Pjuk -0,067 0,683tn 55,56 Tidak konsisten sebagai ciri Tbc/Ttot -0,082 0,615tn 26,32 Tidak konsisten sebagai ciri Tbc/Pjuk -0,107 0,513tn 54,74 Tidak konsisten sebagai ciri Ttot/Pjuk -0,106 0,514tn 23,60 Tidak konsisten sebagai ciri

= 0,01 ; = 0,05 **= Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata

Jika diasumsikan bahwa diameter setinggi dada merupakan dimensi yang mewakili umur pohon maka berdasarkan tabel di atas, rasio dimensi pohon yang menyatakan konsisten sebagai ciri dapat dijadikan rasio dimensi acuan untuk menggambarkan karakteristik biometrik pohon mahoni daun lebar secara khas. Rasio dimensi pohon yang konsistenan sebagai ciri, mempunyai nilai yang relatif konstan pada berbagai tingkatan umur (dalam hal ini diduga dari dimensi diameter setinggi dada) pohon mahoni daun lebar. Sedangkan rasio dimensi pohon yang tidak konsisten sebagai ciri mempunyai nilai yang tidak konstan pada berbagai tingkatan umur pohon mahoni daun lebar. Sehingga tidak dapat dijadikan rasio acuan untuk menggambarkan karakteristik biometrik pohon mahoni daun lebar secara khas.

5.11.2 Korelasi Antara Diameter Setinggi Dada dengan Angka Bentuk Tabel 18 Korelasi Diameter Setinggi Dada dengan Angka Bentuk

Hubungan Dbh dengan Angka Bentuk

Nilai r Nilai-p CV Angka

Bentuk (%) Keterangan Absolut 0,157 0,335tn 15,07% Konsisten sebagai ciri Setinggi Dada -0,300 0,060tn 12,47% Konsisten sebagai ciri

(44)

Angka bentuk absolut maupun angka bentuk setinggi dada, mempunyai nilai yang relatif konstan pada berbagai tingkatan umur (dalam hal ini diduga dari dimensi diameter setinggi dada) pohon mahoni daun lebar. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk membantu menggambarkan bentuk batang pohon mahoni daun lebar tersebut.

(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Karakteristik pohon mahoni daun lebar di KPH Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

1. Analisis yang dilakukan terhadap 8 (delapan) dimensi pohon mahoni daun lebar, memperlihatkan bahwa dimensi tinggi total dan panjang tajuk memiliki hubungan linier yang paling banyak dengan dimensi pohon yang lain. Sehingga dimensi tersebut, dapat membantu menggambarkan bentuk pohon mahoni daun lebar secara khas. Sedangkan dimensi diameter pangkal dan diameter setinggi dada memiliki hubungan yang paling erat diantara dimensi pohon mahoni daun lebar tersebut, yaitu sebesar 0,987. Karakteristik lain yaitu, dimensi jumlah cabang pohon mahoni daun lebar tidak berkorelasi dengan dimensi yang lain.

2. Persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antar dimensi adalah : a.Dp = 0,0440 + 1,01 Dbh (R2 = 97,4 %)

b. Dbc = -0,0035 + 0,653 Dp (R2 = 84,1 %) c. Ttot = 17,3 + 0,566 Tbc (R2 = 25,8 %) d. Pjuk = 1,02 + 0,540 Ttot (R2 = 32,8 %) e. Dbc = 0,104 + 0,0251 Djuk (R2 = 51,4 %)

3. Persamaan fungsi taper untuk pohon mahoni adalah, d/D = 0,980 – 0,794 h/H + 0,364 (h/H)2 (R2 = 59,1 %)

4. Angka bentuk pohon mahoni adalah : a. Angka bentuk absolut = 0,60 b. Angka bentuk setinggi dada = 0,76

5. Nilai angka bentuk setinggi dada dan volume aktual pohon mahoni daun besar, tidak dapat diduga dari persamaan regresi dengan variabel bebas berupa rasio diameter.

(46)

33

6. Nilai rasio (dp/dbc ; dp/djuk ; dbh/dbc ; dbh/djuk) dan nilai angka bentuk (absolut dan setinggi dada) memiliki nilai yang relatif konstan pada berbagai tingkatan umur (diduga dengan dimensi diameter setingggi dada) pohon mahoni daun lebar. Sehingga dapat dijadikan acuan dalam membantu menggambarkan bentuk pohon mahoni daun lebar tersebut.

6.2 Saran

a. Untuk lebih meningkatkan keterandalan model yang dihasilkan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan analisis terhadap variabel lain berupa kondisi tempat tumbuh (jenis tanah, ketinggian tempat).

b. Untuk kepentingan pendugaan kualitas kayu dalam hubungannya dengan bentuk batang, diperlukan analisis hubungan antar dimensi dengan penampang melintang batang.

c. Keanekaragaman jenis pohon di Indonesia memungkinkan adanya penelitian yang serupa sehingga mempermudah dalam pengenalan berbagai pohon kehutanan khususnya pohon yang potensial.

Referensi