• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON Agathis loranthifolia DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT ELVIA SARI UTAMI E

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON Agathis loranthifolia DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT ELVIA SARI UTAMI E"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON

Agathis loranthifolia

DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

SUKABUMI JAWA BARAT

ELVIA SARI UTAMI

E14070061

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

RINGKASAN

ELVIA SARI UTAMI. E14070061. Karakteristik Biometrik Pohon Agathis loranthifolia di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh MUHDIN.

Agathis loranthifolia merupakan salah satu jenis pohon yang tumbuh baik di

Indonesia. Untuk mengenali suatu jenis pohon, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik pohon yang bersangkutan, baik morfologi maupun fisiologinya. Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk keperluan ini adalah kajian terhadap karakteristik biometrik suatu jenis pohon tersebut, dengan cara mengidentifikasi karakterisitk fisiknya atau mengukur dimensi-dimensi pohonnya.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ukuran-ukuran kuantitatif dimensi pohon (biometrik pohon) yang secara spesifik dapat menggambarkan karakteristik pohon agathis. Penelitian diharapkan dapat menambah informasi tentang karakteristik biometrik pohon agathis dan dapat bermanfaat untuk kepentingan pendugaan potensi kayu atau biomassa pohon agathis.

Pengambilan data dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat selama satu minggu pada bulan Februari 2011. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah phiband/ pita ukur, Range Finder, Criterion RD 1000, tally sheet, dan kamera.

Pemilihan pohon contoh menggunakan metode purposive sampling. Data dimensi

pohon yang dikumpulkan meliputi : diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, serta tinggi tajuk setiap pohon contoh. Volume batang pohon perseksi dihitung menggunakan rumus Smalian. Angka bentuk yang dihitung yaitu angka bentuk absolut dan setinggi dada. Kusen bentuk yang dihitung berupa kusen bentuk normal dan absolut. Analisis data yang dilakukan yaitu mendeskripsikan secara statistik dimensi pohon, menghitung rasio antar satu dimensi dengan dimensi lainnya, menghitung korelasi antara dimensi pohon, mencari persamaan regresi antar dimensi, serta persamaan tapernya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software microsoft Excel

dan Minitab versi 14.

Dari hasil perhitungan diperoleh dimensi pohon agathis yang paling banyak berkorelasi dengan dimensi pohon agathis yang lain adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada, dan tinggi total. Korelasi tertinggi antara diameter pangkal dengan diameter setinggi dada. Rata-rata rasio antar dimensi sebagai berikut : Dp /

Dbh = 1.143 ; Dbc / Dbh = 0.566 ; Dbc / Dp = 0.497; Dp / D tajuk = 0.137 ; Dbh / D tajuk = 0.118 ; T tajuk / T total = 0.411 ; Tbc / T total = 0.589. Nilai angka

bentuk absolut pohon agathis adalah 0,360 dan setinggi dada sebesar 0.465. Nilai kusen bentuk normal pohon agathis sebesar 0,630 dan kusen bentuk absolut sebesar 0,697. Persamaan taper untuk pohon agathis adalah d/D = 0.818+0.481h/H-1.92(h/H)2.

Kata kunci : Agathis loranthifolia, karakteristik biometrik, angka bentuk, kusen bentuk, persamaan taper

(3)

SUMMARY

ELVIA SARI UTAMI. E14070061. Biometric Characteristics of Agathis loranthifolia at Gunung Walat University Forest. Under supervision by MUHDIN

Agathis loranthifolia is a species of tree that grow well in Indonesia. To

recognize a tree species , need tree characteristic knowledge include the morphology and physiology. One of methods that can be used to identify tree characteristics is tree biometric characteristic by identifying tree of its physical characteristic.

This research aims to describe agathis tree biometric characteristics. Hopefull, the research will enrich information addition on agathis tree characteristic and benefit for forest planning practice.

The research was conducted at Gunung Walat University Forest in February 2011. Tools used were phiband, Range Finder, Criterion RD 1000, tally sheet, and

camera. Dimension measured were foot diameters (Dp), diameter breast height (Dbh), clear length bole diameter (Dbc), crown diameter (Dt), total height (Tt) , clear length bole height (Tbc), and crown length (Tcrown). Tree volume was measured using Smalian formula. Form factor measured were breast high form value and absolute form value. Form quotien measured were normal quotient value and absolute quotient value. Data analysis was done by statistically describe tree dimension, measured the ratio between each dimension, analyzed the correlation between tree dimension, analyzed regression equation between tree dimensions and taper equation. The data were analyzed using Microsoft Excel and Minitab version 14.

The results of this measurements were Agathis tree dimension with most correlation with other agathis tree dimension were foot diameter, diameter breast high, and total height. The highest correlation achieved from foot diameter and diameter breast high. Mean ration between dimension: Dp/Dbh = 1,143; Dbc/Dbh = 0,566; Dbc/Dp = 0,497; Dp/Dt = 0,137; Dbh/Dt = 0,118; Tcrown/Total height = 0,411; Tbc/Tt = 0,372. Absolut form value of agathis tree was 0,360 and breast high form value 0.465. Normal quotient value of agathis tree was 0.630 and absolute quotient value were 0.697. The formula for agathis is d/D = 0.818 + 0.481 h/H – 1.92 (h/H)2.

Key word : Agathis loranthifolia, biometric characteristics, form factor, form

(4)

KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON

Agathis loranthifolia

DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

SUKABUMI JAWA BARAT

ELVIA SARI UTAMI E14070061

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Biometrik Pohon Agathis loranthifolia di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa

Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing danbelum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi dan lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkanmaupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November2011

Elvia Sari Utami

(6)

Judul Penelitian : KARAKTERISTIK BIOMETRIK POHON Agathis loranthifolia DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI JAWA BARAT

Nama : Elvia Sari Utami NRP : E14070061

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Ir. Muhdin, M.Sc.F.Trop. NIP. 19660610 199103 1006

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan,

Dr .Ir .Didik Suharjito, M.S. NIP. 19630401 199403 1001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang mana atas berkah, rahmat, dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakteristik Biometrik Pohon Agathis loranthifolia di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi

Jawa Barat. Penyusunan skripsi ini berguna untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan di Institut Pertanian Bogor.

Karya ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada Februari 2011. Untuk mengenali suatu jenis pohon, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik pohon yang bersangkutan, baik morfologi maupun fisiologinya. Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk keperluan ini adalah kajian terhadap karakteristik biometrik suatu jenis pohon tersebut, dengan cara mengidentifikasi karakterisitk fisiknya atau mengukur dimensi-dimensi pohonnya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh kerena itu penulis mohon kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Bogor , November 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Elvia Sari Utami, dilahirkan di Padang pada tanggal 20 Juni 1989, dari orang tua yang bernama Amrizal dan Eliwati. Penulis merupakan anak sulung dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2007 penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan memilih Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan antara lain sebagai staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) Forest

Management Student Club (FMSC) tahun 2009-2010 dan 2010-201. Selain itu

penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan acara kemahasiswaan seperti komisi disiplin Temu Manager 2009 dan Bina Corps Rimbawan 2010. Penulis mendapatkan kesempatan sebagai asisten praktikum mata kuliah Inventarisasi Hutan dan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H 2011).

Selama perkuliahan, penulis juga melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Gunung Sawal dan Pangandaran, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Wira Karya Sakti, Jambi.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Karakteristik Biometrik Pohon Agathis di Hutan Pendidikan

(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

1. Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis.

2. Ayah dan Ibu serta adik-adikku atas segala doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

3. Bapak Ir. Muhdin, M.Sc.F.Trop selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan masukan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Seluruh dosen Departemen Manajemen Hutan yang telah memberikan ilmu dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis.

5. Bapak Ir. Achmad, MS selaku penguji dan Bapak Ir. Sudaryanto selaku ketua pada sidang skripsi penulis atas koreksian dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

6. Seluruh staf Tata Usaha Departemen Manajemen Hutan yang telah membantu dalam administrasi penulis selama perkuliahan.

7. Seluruh Bapak dan Ibu yang ada di Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah membantu penulis selama penelitian.

8. Rini dan Resty sebagai teman satu kost atas kebersamaan dan dukungannya kepada penulis.

9. Dian, Fathia, dan Ado yang telah membantu dalam segala hal dan dukungannya kepada penulis.

10.Trijaya Suharto atas segala doa, kesabaran, perhatian, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

11.Teman-teman Manajemen Hutan 44.

12.Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih untuk semuanya.

(10)

DAFTAR

ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………. i

RIWAYAT HIDUP………. ii

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL……… v DAFTAR LAMPIRAN………... vi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………... 1 1.2. Tujuan………. 1 1.3. Manfaat……….. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agathis loranthifolia R.A. Salisbury………. 3

2.2. Dimensi Pohon……….. 4

2.3. Bentuk Batang………... 5

2.4. Korelasi Linier Antar Peubah... 6

2.5. Perkembangan Penelitian Tentang Karakteristik Biometrik Pohon………... 7

BAB III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data………... 8

3.2. Alat dan Obyek Penelitian………. 8

3.3. Metode Penelitian……….. 8

3.4. Pengolahan Data……… 9

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI 4.1. Lokasi dan Luas………. 14

4.2. Topografi dan Iklim……… 14

4.3. Tanah dan Hidrologi……….. 14

4.4. Vegetasi……….. 14

4.5 Satwa……….. 15

4.6 Panorama Alam dan Fasilitas……… 15

(11)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sebaran Pohon Contoh………. 16

5.2. Rasio antar Dimensi Pohon……….. 17

5.3. Korelasi antar Dimensi Pohon………. 18

5.4. Persamaan Regresi antar Dimensi………... 20

5.5. Angka Bentuk Batang Rata-Rata... 25

5.6. Kusen Bentuk Batang Rata-Rata………. 26

5.7. Penyusunan Persamaan Taper………. 27

5.8. Rekapitulasi Karakteristik Biometik Hasil-hasil Penelitia Sebelumnya……… 28

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan………. 30

6.2. Saran………... 30

DAFTAR PUSTAKA……….. 31

(12)

DAFTAR

TABEL

No Halaman

1. Kelas diameter setinggi dada pohon contoh agathis……….. 16

2. Deskripsi statistik pohon contoh……… 17

3. Deskripsi statistik rasio antar dimensi pohon agathis……… 18

4. Korelasi antar dimensi pohon agathis……… 19

5. Persamaan regresi untuk hubungan diameter pangkal dengan dimensi pohon agathis lainnya……… 20

6. Persamaan regresi untuk hubungan diameter setinggi dada dengan dimensi pohon agathis lainnya………. 21

7. Persamaan regresi untuk hubungan antara diameter bebas cabang dengan dimensi pohon agathis lainnya……… 22

8. Persamaan regresi untuk hubungan diameter tajuk dengan dimensi pohon agathis lainnya……….. 23

9. Persamaan regresi hubungan tinggi total dengan dimensi pohon agathis lainnya………. 23

10. Persamaan regresi hubungan tinggi bebas cabang dengan dimensi pohon agathis lainnya………. 24

11. Persamaan regresi hubungan tinggi tajuk dengan dimensi pohon agathis yang lain………. 25

12. Deskripsi statistik angka bentuk pohon agathis………. 26

13. Hasil uji validasi angka bentuk……….. 26

14. Deskripsi statistik kusen bentuk pohon agathis... 27

15. Persamaan Taper……… 27

(13)

DAFTAR

LAMPIRAN

No Halaman

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agathis loranthifolia merupakan salah satu jenis pohon yang daerah

penyebaran alaminya meliputi Papua New Guinea, New Britain, Indonesia (Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya), Philipina, dan Malaya. Pohon ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena mampu memberikan hasil multiguna. Kayunya diklasifikasikan agak kuat namun tidak awet dan tidak tahan terhadap pembusukan. Kayunya terutama digunakan untuk korek api, perabot rumah tangga, vinir bermutu baik, kayu lapis dan pulp. Pohon agathis juga menghasilkan getah (kopal) yang merupakan bagian penting dalam pembuatan pelitur dan dahulu digunakan dalam pembuatan minyak pelapis lantai dan dapur (Nurhasybi dan Sudrajat 2001).

Untuk mengenali suatu jenis pohon, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik pohon yang bersangkutan, baik morfologi maupun fisiologinya. Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk keperluan ini adalah kajian terhadap karakteristik biometrik suatu jenis pohon tersebut, dengan cara mengidentifikasi karakterisitk fisiknya atau mengukur dimensi-dimensi pohonnya.

Untuk mengetahui karakteristik biometrik suatu jenis pohon diperlukan adanya data fisik pohon yang dapat diperoleh melalui pengukuran dimensi-dimensi pohon, seperti diameter setinggi dada dan tinggi pohon. Penelitian ini mencoba mencari macam dimensi pohon agathis (dimensi dasar atau turunannya) yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk yang khas bagi bentuk pohon dan bisa digunakan untuk mencirikan karakteristik pohon agathis secara umum.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh ukuran-ukuran kuantitatif dimensi pohon (biometrik pohon) yang secara spesifik dapat menggambarkan karakteristik pohon agathis.

(15)

1.3 Manfaat

Penelitian diharapkan dapat menambah informasi tentang karakteristik biometrik pohon agathis dan dapat bermanfaat untuk kepentingan pendugaan potensi kayu atau biomassa pohon agathis.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agathis loranthifolia

Pohon damar (Agathis loranthifolia ) adalah sejenis pohon anggota tumbuhan

runjung (Gymnospermae) yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga ke Filipina (Palawan dan Samar). Jenis ini umumnya tumbuh pada dataran tinggi (300 – 1.200 m dpl) dengan kelembaban 3.000 – 4.000 mm/tahun. Temperatur rata-rata tahunan 25 – 300 C. Pada dataran rendah, jenis ini ditemukan pada tanah berbatu seperti pasir podzolik (pada hutan kerangas), ultrabasa, tanah kapur, dan batuan endapan. Di Jawa, tumbuhan ini dibudidayakan untuk diambil getah atau hars-nya. Getah damar ini diolah untuk dijadikan kopal (Nurhasybi dan Sudrajat 2001).

Genus Agathis, umumnya disebut damar, atau dalam bahasa Maori disebut

kauri, adalah genus dari 21 spesies pohon yang berdaun sepanjang tahun dari famili

konifer purba Araucariaceae. Meskipun dahulunya menyebar luas selama periode Jurasik, sekarang mereka hanya ditemukan di daerah yang lebih kecil di belahan bumi selatan. Pohon-pohon ini bercirikan batang yang sangat besar dan percabangan sedikit atau tidak pada beberapa bagian ke atas. Pohon muda biasanya berbentuk kerucut; hanya saat dewasa tajuknya menjadi lebih membulat atau tidak beraturan.

Tinggi pohon agathis dapat mencapai 55 m, panjang batang bebas cabang 12-25 m, diameter 150 cm atau lebih, bentuk batang silindris dan lurus. Tajuk berbentuk kerucut dan warna hijau dengan percabangan mendatar melingkari batang. Kulit luar berwarna kelabu sampai coklat tua, mengelupas kecil-kecil berbentuk bundar atau bulat telur. Pohon tidak berbanir, mengeluarkan damar yang lazim disebut kopal (Martawijaya et al. 1981).

Daun muda pada semua spesies Agathis lebih besar daripada daun tua, bentuknya pun bermacam-macam dari bentuk ovata (membulat telur) hingga lanceolata (panjang, lebar di tengah). Daun tua biasanya berbentuk elips, sangat kasar

(17)

Runjung serbuk sari jantan muncul biasanya hanya muncul pada pohon yang lebih besar setelah runjung biji muncul. Runjung biji betina biasanya berkembang pada anak cabang samping yang pendek dan menjadi dewasa setelah dua tahun.

2.2 Dimensi Pohon

Diameter pohon adalah panjang garis lurus yang menghubungkan dua buah titik pada lingkaran luar pohon dan melalui titik pusat penampang melintangnya. Besarnya diameter pohon bervariasi menurut ketinggian dari permukaan tanah. Oleh karena itu, dikenal istilah diameter setinggi dada atau diameter at breast height (dbh),

yaitu diameter yang diukur pada ketinggian setinggi dada dari permukaan tanah. Di USA, diameter pohon berdiri diukur pada 4,5 ft di atas permukaan tanah, sedangkan pada negara dengan sistem metrik, diameter pohon berdiri diukur pada ketinggian 1,3 m dari permukaaan tanah. Diameter pada titik lainya sepanjang batang pohon sering ditunjukkan dengan : d0,5h = diameter pada setengah tinggi total; d0,1h = diameter pada 0,1 tinggi total; d6 = diameter pada ketinggian 6 m dari permukaan tanah (Husch et al. 2003).

Husch et al. (2003) mengemukakan bahwa tinggi pohon merupakan jarak

antara titik atas pada batang pohon dengan titik proyeksinya pada bidang mendatar yang melalui titik bawah (pangkal pohon).

Dalam kegiatan inventarisasi hutan dikenal beberapa macam pengukuran tinggi pohon (Departemen Kehutanan 1992), yaitu :

1. Tinggi pohon total yaitu dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon dan pengukurannya adalah untuk menentukan volume batang pohon total (volume sampai puncak pohon).

2. Tinggi pohon sampai cabang pertama yaitu tinggi pohon dari pohon dari pangkal batang di permukaan tanah sampai cabang pertama yang membentuk tajuk dan tujuan pengukurannya untuk menentukan volume kayu pertukangan (volume batang bebas cabang).

3. Tinggi batang komersial, yaitu batang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan.

(18)

Tinggi pohon adalah jarak antara titik yang diukur tingginya pada pohon dengan proyeksinya pada bidang horizontal. Untuk menentukan volume kayu tebal digunakan tinggi pohon yang diukur sampai pada bagian batang berdiameter 7 cm dengan kulit (Suhendang 1990).

Untuk jenis kayu konifer yang digunakan untuk pulp, tinggi batang yang mempunyai nilai jual (merchantable) diukur dari permukaan tanah hingga ketinggian

pada`diameter batang 10 cm (Husch et al. 2003).

2.3 Bentuk Batang

Angka Bentuk Batang (f) didefinisikan sebagai perbandingan atau rasio antara volume batang yang sebenarnya dengan volume silinder yang memiliki tinggi atau panjang sama. Berdasarkan diameter yang digunakan untuk menghitung volume silindernya, angka bentuk dibedakan atas : (1) angka bentuk mutlak ; (2) angka bentuk buatan ; (3) angka bentuk normal. Angka bentuk mutlak (absolute form

factor) adalah angka bentuk di mana volume silindernya menggunakan lbds

berdasarkan diameter pada pangkal batang. Angka bentuk buatan (artificial form

factor) adalah angka bentuk di mana volume silindernya menggunakan lbds

berdasarkan dbh. Sedangkan angka bentuk normal (true form factor) adalah angka

bentuk di mana volume silindernya menggunakan lbds berdasarkan diameter pada ketinggian 1/10 tinggi pohon. Oleh karena dbh biasa digunakan sebagai ciri diameter pohon, maka angka bentuk yang sering digunakanpun adalah angka bentuk buatan.

Kusen bentuk adalah nilai dari perbandingan antara diameter atas dan diameter bawah batang pohon, dikarenakan setiap batang pohon tidak berbentuk silindris sehingga ada faktor keruncingan. Macam kusen bentuk ada dua, yaitu kusen bentuk normal dan kusen bentuk absolute. Dimana kusen bentuk normal merupakan perbandingan antara diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon dengan diameter setinggi dada dan kusen bentuk absolut merupakan perbandingan antara diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon dengan diameter pada ketinggian 10 % dari tinggi pohon, dihitung dari pangkal pohon (Belyea 1950).

(19)

Banyak peneliti telah mencoba menjelaskan bentuk batang berbagai macam jenis pohon. Tetapi teori yang telah dikembangkan tidak ada yang dapat menjelaskan semua variasi bentuk batang pohon. Oleh karena itu, persamaan taper sangat diperlukan untuk memprediksi volume pohon berdiri dan memberikan informasi tentang ketinggian dan diameter pohon (Filho 1999).

Menurut Husch et al. (2003), taper diartikan sebagai suatu bentuk yang

meruncing. Sedangkan definisi taper pohon adalah pengurangan atau semakin mengecilnya diameter batang atau seksi batang pohon dari pangkal hingga ujungnya. Taper pohon ini secara umum disebut pula bentuk batang atau lengkung bentuk.

Menurut Husch (1963) bentuk batang dibagi menjadi dua tipe, yaitu :

1. Excurrent, yaitu bentuk batang yang teratur dan lurus memanjang yang biasanya

terdapat pada jenis-jenis conifer atau daun jarum.

2. Deliquescient, yaitu pohon yang berbentuk tidak teratur, dimana pada ketinggian

tertentu bercabang-cabang besar yang banyak dijumpai pada jenis-jenis kayu berdaun lebar.

Menurut Husch et al. (2003), bentuk-bentuk batang yang menyusun suatu

pohon ada 4 macam, yaitu silinder, paraboloid, kerucut, dan neiloid. Keempat macam bentuk batang tersebut tidak selalu ada pada pohon, namun yang sering dijumpai adalah bentuk neiloid, kerucut, dan paraboloid.

2.4 Korelasi Linier Antar Peubah

Koefisien korelasi linier adalah ukuran hubungan linear antara dua peubah

acak X dan Y, dan dilambangkan r. Jadi, r mengukur sejauh mana titik-titik menggerombol sekitar sebuah garis lurus. Bila titik-titik menggerombol mengikuti garis lurus dengan kemiringan positif, maka ada korelasi positif yang tinggi antar kedua peubah. Akan tetapi bila titik-titik menggerombol mengikuti sebuah garis dengan kemiringan negatif, maka antara kedua peubah itu terdapat korelasi negative yang tinggi. Korelasi antara kedua peubah semakin menurun secara numeric dengan semakin memencarnya atau menjauhnya titik-titik dari suatu garis lurus (Walpole 1997).

(20)

2.5. Perkembangan Penelitian Tentang Karakteristik Biometrik Pohon

Baroroh (2006) melakukan penelitian mengenai Karakteristik Biometrik Pohon Shorea leprosula Miq. di Hutan Tanaman Haurbentes, Kecamatan Jasinga,

Kabupaten Bogor pada pohon umur 13 tahun, 20 tahun, 21 tahun, 37 tahun, 54 tahun dan 66 tahun. Dimensi pohon yang diukur meliputi diameter setinggi dada, diameter pangkal, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang serta panjang seksi. Penelitian ini mencari hubungan antara diameter pohon dengan dimensi yang lainnya, hubungan antara diameter batang relatif dengan tinggi batang relatif, angka bentuk rata-rata , dan hubungan antara rasio diameter dengan angka bentuk pohon. Hubungan antar dimensi pohon tererat dimiliki oleh hubungan antara diameter setinggi dada dengan diameter pangkal.

Maulidian (2007) melakukan penelitian mengenai Karakteristik Biometrik Pohon Belian (Eusideroxylon swageri T.et.B.) pada tegakan hutan sumber benih

Plomas, Kabupaten Sanggau, Propinsi Kalimantan Barat. Dimensi pohon yang diukur meliputi diameter setinggi dada, diameter pangkal, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk serta panjang seksi. Penelitian ini menghasilkan hubungan antar dimensi pohon tererat dimiliki oleh hubungan antara diameter setinggi dada dengan diameter pangkal pohon. Angka bentuk absolut yang diperoleh sebesar 0,69 dan angka bentuk setinggi dada sebesar 0,80.

Wijayanti (2008) melakukan penelitian mengenai Karakteristik Biometrik Pohon Agathis loranthifolia r.a. Salisbury di BKPH Gunung Slamet Barat KPH

Banyumas Timur Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Dimensi pohon yang diukur Diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, panjang seksi batang, tinggi total, tinggi bebas cabang, panjang tajuk serta banyak cabang dari setiap pohon contoh. Penelitian ini juga menghasilkan hubungan antar dimensi pohon tererat dimiliki oleh hubungan antara diameter setinggi dada dengan diameter pangkal pohon. Angka bentuk absolut = 0,5739 dan angka bentuk setinggi dada = 0,783.

(21)

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat selama satu minggu pada bulan Februari.

3.2 Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam. Alat yang pertama yaitu alat yang digunakan di lapangan, seperti:

1. Phiband/ pita ukur

2. Range Finder

3. Criterion RD 1000 4. Tally sheet

5. Kamera

Sedangkan alat yang kedua yaitu alat yang digunakan pada saat pengolahan data, seperti:

1. Kalkulator

2. Komputer dengan software microsoft excel dan minitab

Objek dalam penelitian ini adalah pohon contoh Agathis loranthifolia yang

tersebar dalam beberapa kelas diameter.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pemilihan Pohon Contoh

Pemilihan pohon contoh menggunakan metode purposive sampling yaitu

pemilihan dengan mempertimbangkan sebaran diameter dan kondisi pohon sehingga keterwakilan data dapat terpenuhi. Pohon yang dipilih sebagai pohon contoh adalah pohon-pohon agathis yang memiliki bentuk batang baik, tidak memiliki cacat, tidak miring atau bengkok.

(22)

3.3.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data dimensi pohon meliputi : diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, serta tinggi tajuk setiap pohon contoh. Data sekunder yang diambil berupa keadaan umum lokasi pengambilan data yaitu di hutan pendidikan gunung walat.

Pengukuran diameter perseksi batang dimulai dari pangkal batang hingga tinggi pada diameter 10 cm dengan panjang perseksi masing-masing 2 m atau jika pohon berbanir pengukuran dimulai dari atas banir.

3.4 Pengolahan Data

3.4.1 Perhitungan Volume Pohon Contoh

Volume yang dihitung adalah volume batang perseksi dengan menggunakan rumus Smalian yaitu:

Vi = Bp + Bu x L 2

Ket : Vi = volume batang seksi (m3)

Bp = luas bidang dasar pangkal seksi (m2) Bu = luas bidang dasar ujung seksi (m2) L = panjang seksi(m)

Dengan luas bidang dasar (LBDS) yaitu: B = ¼ π (D/100)2

Ket: D = diameter seksi (cm)

Sedangkan untuk menghitung volume pohon aktual dapat dihitung dengan rumus : Va = ∑ Vi

3.4.2 Penentuan Angka Bentuk Pohon

Angka bentuk pohon (f) ditentukan dengan cara membandingkan volume aktual yang diperoleh dengan menggunakan rumus Smalian dengan volume silindernya, yaitu : f = Va/Vs

(23)

di mana :

Va = Volume aktual pohon Vs = Volume silinder,

Terdapat dua macam angka bentuk yang akan dicari, yaitu : a. Angka bentuk setinggi dada (fbh)

fbh = Va 0.25Π(dbh)2Tbc

b. Angka bentuk absolut (fabs) fabs = Va

0.25Π(Dp)2Tbc di mana :

Va = volume pohon sebenarnya Tbc = tinggi bebas cabang Dbh = diameter setinggi dada Dp = diameter pangkal

fbh = angka bentuk setinggi dada fabs = angka bentuk absolut

3.4.3.Penentuan kusen bentuk pohon

Terdapat dua macam kusen bentuk yang dicari, yaitu: a. Kusen bentuk normal = D 0.5T

Dbh b Kusen bentuk absolut = D 0.5T D 10%T

Ket: D 0.5T = diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon D10%T= diameter pada ketinggian 10 % dari tinggi pohon

(24)

3.4.4. Deskripsi statistik pohon contoh

Untuk menggambarkan karakteristik biometrik pohon agathis perlu diketahui deskripsi statistik dari pohon contoh yang diukur. Data statistik yang diukur seperti banyaknya contoh (n), nilai minimum dan nilai maksimum data yang diukur, serta rata-rata atau nilai tengah (mean). Nilai ini ditentukan dengan membandingkan antar dimensi yang satu dengan dimensi yang lain.

Rasio dimensi-dimensi pohon agathis yang diukur seperti: 1. diameter pangkal (Dp)/ diameter setinggi dada (Dbh) 2. diameter bebas cabang (Dbc)/ diameter setinggi dada (Dbh) 3. diameter bebas cabang (Dbc)/ diameter pangkal (Dp) 4. diameter pangkal (Dp)/ diameter tajuk (Dt)

5. diameter setinggi dada (Dbh)/ diameter tajuk (Dt) 6. diameter pangkal (Dp)/ banyak cabang

7. panjang tajuk (Ttajuk)/ banyak cabang 8. panjang tajuk (Ttajuk)/ tinggi total (Ttotal) 9. tinggi bebas cabang (Tbc)/ tinggi total (Ttotal).

3.4.5. Korelasi antar dimensi pohon

Data dimensi pohon (diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, dan tinggi tajuk) yang didapat dari hasil pengukuran akan dilakukan perhitungan secara matematis. Setelah itu akan dicari koefisien korelasinya untuk mengetahui hubungan antar peubah, apakah antar kedua peubah saling bergantung atau tidak. Koefisien ini akan membantu dalam menggambarkan karakteristik biometrik pohon agathis.

Nilai koefisien korelasi (r) merupakan variabel yang dapat menunjukkan keeratan hubungan antar dimensi pohon. Besarnya nilai r berkisar antara -1 sampai +1. Jika nilai r = -1 maka hubungan diameter dengan tinggi merupakan korelasi negatif sempurna dan sebaliknya jika nilai r = +1 maka hubungan diameter dengan tinggi merupakan korelasi positif sempurna. Bila r mendekati -1 atau +1 maka

(25)

hubungan antara peubah itu kuat dan terdapat korelasi yang tinggi antara keduanya (Walpole 1997).

3.4.6. Penyusunan persamaan regresi

Data hasil pengukuran dimensi seperti diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), diameter bebas cabang, diameter per seksi, diameter tajuk, tinggi total, tinggi bebas cabang, dan tinggi tajuk dianalisis secara statistik untuk mendapatkan persamaan regresi hubungan antar peubah tersebut. Persamaan regresi ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam penggambaran karakteristik biometrik pohon. Analisis ini dilakukan setelah terbukti bahwa antar peubah terdapat hubungan yang nyata.

Persamaan yang dibuat menggunakan model regresi linier, yaitu: Y = bo + b1Xi + ei. Dalam hubungan ini X diasumsikan tetap, artinya tidak mempunyai

sebaran, sedangkan Y diasumsikan merupakan suatu peubah acak yang mengikuti

suatu sebaran dengan nilai tengah bo+b1X dan ragam V(e) (Draper N & Smith H

1992).

3.4.7. Kriteria Ketepatan Model

Beberapa ukuran yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian ketepatan sebuah model yaitu koefisien determinasi (R2), koefisien determinasi yang terkoreksi (R2adj).

Adapun kriteria yang dipakai untuk menguji sebuah model adalah sebagai berikut :

a. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah ukuran dari besarnya keragaman respon yang dapat diterangkan oleh keragaman peubah peramalnya. Perhitungan besarnya koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan rumus :

R2 =

JKtotal x 100 % JKregresi

(26)

Jika nilai koefisien determinasi sebesar 50% mempunyai pengertian bahwa 50% variasi peubah x dapat menerangkan secara memuaskan variasi peubah y, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain.

b. Koefisien determinasi yang terkoreksi (R2adj)

Koefisien determinasi yang terkoreksi (R2adj) adalah koefisien determinsi yang telah dikoreksi dengan derajat bebas (db) dari JKS dan JKT-nya.

R2adj = 1 - ( JKS)/( np) x 100%

( JKT)/( n−1)

di mana :

JKS = Jumlah kuadrat sisa JKT = Jumlah kuadrat total (n-p) = Derajat bebas sisaan (n-1) = Derajat bebas total

(27)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI

4.1 Lokasi dan Luas

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 km dari poros jalan Sukabumi – Bogor (Segog). Dari simpang Ciawi berjarak 46 km dan dari Sukabumi 12 km. Secara Geografis HPGW berada pada 106°48'27"BB sampai 106°50'29"BT dan -6°54'23"LU sampai -6°55'35"LS. Secara administratif pemerintahan, HPGW terletak di wilayah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, sedangkan secara administratif kehutanan termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Sukabumi.

Luas kawasan HPGW adalah 359 Ha, terdiri dari tiga blok, yaitu blok timur (Cikatomang) seluas 120 Ha, Blok barat (Cimenyan) seluas 125 Ha, dan blok tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha (Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009).

4.2 Topografi dan Iklim

HPGW terletak pada ketinggian 460-715 m dpl. Topografi bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan ke bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam. Pada punggung bukit kawasan ini terdapat dua blok patok triangulasi KN 2.212 (670 m dpl) dan KN 2.213 (720 m dpl).

Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B, dengan nilai Q = 14,3%-33% dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600-4400 mm. Suhu udara maksimum di siang hari 29°C dan minimum 19°C di malam hari (Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009).

4.3 Tanah dan Hidrologi

Tanah di HPGW adalah kompleks dari podsolik, latosol dan litisol dari batu endapan dan bekuan daerah bukit, sedangkan bagian barat daya terdapat areal peralihan dengan jenis batuan karst, sehingga di wilayah tersebut terbentuk beberapa gua alam karst (gamping). HPGW merupakan sumber air bersih yang penting bagi masyarakat sekitarnya terutama di bagian selatan yang mempunyai anak sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas, dan Legok Pusar. Kawasan HPGW masuk ke dalam sistem pengelolaan DAS Cimandiri (Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009).

4.4 Vegetasi

Tegakan hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis loranthifolia),

pinus (Pinus sp.), puspa (Schima sp.), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni

(28)

sonokeling (Dalbergia latifolia), akasia (Acacia auriculiformis), Acacia mangium,

jati (Tectona grandis), rasamala (Altingia excelsa) dan Shorea sp. Di HPGW paling

sedikit ada 44 jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu. Selain itu terdapat tumbuhan obat sebanyak 68 jenis.

Potensi tegakan hutan ± 10.855 m3 kayu damar, 9741 m3 kayu pinus, 464 m3 puspa, 132 m3 sengon, dan 88 m3 kayu mahoni. Pohon damar dan pinus juga menghasilkan getah kopal dan getah pinus. Di HPGW juga ditemukan lebih dari 100 pohon plus damar, pinus, kayu afrika sebagai sumber benih dan bibit unggul (Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009).

4.5 Satwa

Di area HPGW terdapat beranekaragam jenis satwa liar yang meliputi jenis-jenis mamalia, reptillia, burung, dan ikan. Dari kelompok jenis-jenis mamalia terdapat babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kelinci liar

(Nesolagus sp), meong congko (Felis bengalensis), tupai (Calociurus sp.j),

trenggiling (Manis javanica)¸musang (Paradoxurus hermaphroditic). Dari kelompok

jenis burung (Aves) terdapat sekitar 20 jenis burung, antara lain Elang Jawa, Emprit, Kutilang, dll. Jenis-jenis reptilia antara lain, biawak, ular, dan bunglon. Terdapat berbagai jenis ikan sungai seperti ikan lubang dan jenis ikan lainnya. Selain itu terdapat pula lebah hutan (Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009).

4.6 Panorama Alam dan Fasilitas

Panorama alam dan iklim mikro yang sejuk merupakan objek rekreasi yang dominan di HPGW, terutama karena bentang alam perbukitan yang memanjang dari ujung barat ke timur.

Fasilitas dan kapasitas untuk pendidikan dan latihan yang telah dibangun adalah gedung serba guna/aula (280-300 orang), asrama (190-220 orang), ruang kuliah (120-160 orang), wisma tamu (40 orang), mushola (250 orang), ruang kerja, kantor, ruang informasi, tempat parkir, ruang makan dan MCK, sedangkan fasilitas rekreasi yang telah ada adalah jalan setapak, gardu pandang, gardu istirahat, areal perkemahan, dan papan-papan petunjuk (Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009).

4.7 Penduduk Sekitar

Penduduk di sekitar HPGW umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian, dan buruh pabrik. Pertanian dilakukan berupa sawah lahan basah dan lahan kering. Hasil pertanian dari lahan agroforestry seperti singkong, kapulaga, pisang, cabe, padi gogo, kopi, sereh dll (Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009).  

(29)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sebaran Pohon Contoh

Pohon contoh sebanyak 120 pohon dipilih secara purposive, yaitu pohon yang

tumbuh normal dan sehat, sehingga dapat memenuhi keterwakilan keadaan pohon secara umum dalam populasi serta memenuhi keterwakilan kelas ukuran dimensi pohon. Pengukuran pohon contoh dilakukan pada 120 pohon yang dikelompokkan menjadi 14 kelas diameter setinggi dada. Pembagian kelas diameter setinggi dada dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kelas diameter setinggi dada pohon contoh agathis.

No Kelas Dbh (cm) Jumlah 1 20-24.9 2 2 25-29.9 2 3 30-34.9 2 4 35-39.9 13 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 40-44.9 45-49.9 50-54.9 55-59.9 60-64.9 65-69.9 70-74.9 75-79.9 80-84.9 85-89.9 10 11 15 15 15 15 10 4 2 3

Data yang diukur meliputi diameter pangkal (Dp), diameter setinggi dada (Dbh), diameter bebas cabang (Dbc), diameter per seksi, diameter tajuk (Dt), panjang

(30)

seksi batang, tinggi total (T total), tinggi bebas cabang (Tbc), tinggi tajuk (T tajuk) dari setiap pohon contoh. Data yang diambil tersebut merupakan informasi awal dalam mengenali karakteristik biometrik agathis yang selanjutnya dilakukan perhitungan matematis sehingga didapat karakteristik yang lebih detail.

Tabel 2 Deskripsi statistik dimensi pohon contoh.

Dimensi Nilai minimum Nilai maksimum Rata-rata

Diameter setinggi dada (cm) Diameter pangkal (cm) Diameter bebas cabang (cm) Diameter tajuk (m)

Tinggi total (m)

Tinggi bebas cabang (m) Tinggi tajuk (m) 20.5 21 10.3 1.96 16.1 10.8 2.4 89.2 107.7 61.6 9.70 45.8 27.3 24.9 56.162 63.979 32.128 5.05 34.835 20.288 14.548 Deskripsi statistik dimensi pada Tabel 2 merupakan rekapitulasi data hasil pengukuran dimensi pohon pada berbagai kelas diameter yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan. Dari Tabel 2 diketahui bahwa tinggi total maksimum pohon Agathis loranthifolia di HPGW adalah 45.8m, di mana hal ini tidak

melewati batasan karakteristik biometrik Agathis loranthifolia yaitu bahwa tinggi

total Agathis loranthifolia maksimum mencapai 55m (Martawijaya et al. 1981).

5.2. Rasio Antar Dimensi Pohon

Rasio antar dimensi pohon yang diukur meliputi diameter pangkal (Dp)/diameter setinggi dada (Dbh), diameter bebas cabang (Dbc)/ diameter setinggi dada (Dbh), diameter bebas cabang (Dbc)/ diameter pangkal (Dp), diameter pangkal (Dp)/ diameter tajuk (Dt), diameter setinggi dada (Dbh)/diameter tajuk (Dt), tinggi tajuk (T tajuk)/ tinggi total (T total) dan tinggi bebas cabang (Tbc)/ tinggi total (T total). Rasio antar dimensi pohon dimaksudkan untuk mendapatkan besarnya nilai salah satu dimensi jika dimensi yang lainnya diketahui.

(31)

Tabel 3 Deskripsi statistik rasio antar dimensi pohon agathis.

Rasio antar dimensi Minimal Maksimal Rata-rata

Dp/dbh Dbc/dbh Dbc/dp Dp/dtajuk Dbh/dtajuk Ttajuk/ttot Tbc/ttot 0.917 0.274 0.246 0.055 0.044 0.119 0.332 1.469 0.806 0.754 0.337 0.301 0.668 0.881 1.143 0.566 0.497 0.135 0.118 0.411 0.589

5.3. Korelasi antar dimensi pohon

Kekuatan hubungan linear antar dimensi pohon dapat diukur dari besarnya nilai koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi ini menyatakan apakah antara dua peubah saling berubah bersamaan dan tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua peubah tersebut.

Sel pada baris pertama dalam Tabel 4 menunjukkan besarnya persen korelasi antar dimensi. Sedangkan baris kedua menunjukkan besarnya nilai-p, dimana antar kedua dimensi akan memiliki korelasi yang sangat nyata bila nilai-p < 0.01, nyata pada nilai-p antara 0.01 – 0.05 dan korelasi tidak nyata pada saat nilai-p ≥ 0.05.

Diameter pangkal memiliki hubungan paling erat dengan diameter setinggi dada yang berkorelasi sangat nyata. Begitu pula sebaliknya, diameter setinggi dada memiliki hubungan paling erat dengan diameter pangkal. Keseluruhan dari koefisien korelasinya bernilai positif, berarti bahwa setiap peningkatan diameter pangkal akan diikuti oleh peningkatan dimensi yang lainnya.

Diameter bebas cabang berkorelasi tidak nyata dengan tinggi bebas cabang. Hal ini dapat dilihat dari nilai-p nya yang melebihi tingkat nyata 0.05. Nilai koefisien korelasinya bernilai negatif, yang berarti setiap peningkatan diameter bebas cabang diikuti dengan penurunan tinggi bebas cabang. Begitu pula dengan diameter tajuk dan tinggi tajuk.

(32)

Tinggi total memiliki korelasi sangat nyata terbesar dengan tinggi tajuk, sementara tinggi bebas cabang memiliki korelasi sangat nyata terbesar dengan tinggi total.

Matrik hasil korelasi antar dimensi pohon agathis dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Korelasi antar dimensi pohon Agathis.

Dimensi Dp Dbh Dbc Dtajuk Ttot Tbc Ttajuk

Dp 0.962(a) 0.000(b) 0.791(a) 0.000(b) 0.355(a) 0.000(b) 0.590(a) 0.000(b) 0.235(a) 0.010(b) 0.492(a) 0.000(b) Dbh 0.962(a) 0.000(b) 0.821(a) 0.000(b) 0.333(a) 0.000(b) 0.611(a) 0.000(b) 0.226(a) 0.013(b) 0.523(a) 0.000(b) Dbc 0.791(a) 0.000(b) 0.821(a) 0.000(b) 0.238(a) 0.001(b) 0.566(a) 0.000(b) -0.049(a) 0.593(b) 0.685(a) 0.000(b) Dtajuk 0.355(a) 0.000(b) 0.333(a) 0.000(b) 0.238(a) 0.001(b) 0.067(a) 0.674(b) 0.129(a) 0.362(b) -0.024(a) 0.821(b) Ttot 0.590(a) 0.000(b) 0.611(a) 0.000(b) 0.566(a) 0.000(b) 0.067(a) 0.674(b) 0.512(a) 0.000(b) 0.746(a) 0.000(b) Tbc 0.235(a) 0.010(b) 0.226(a) 0.013(b) -0.049(a) 0.593(b) 0.129(a) 0.362(b) 0.512(a) 0.000(b) -0.191(a) 0.037(b) Ttajuk 0.492(a) 0.000(b) 0.523(a) 0.000(b) 0.685(a) 0.000(b) -0.024(a) 0.821(b) 0.746(a) 0.000(b) -0.191(a) 0.037(b)

Ket: (a) Nilai Korelasi Pearson (b) Nilai-p

Secara keseluruhan hubungan tererat adalah hubungan antara diameter pangkal dengan diameter setinggi dada, dilihat dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,962. Sebagian besar dari koefisien korelasi bernilai positif, menyatakan setiap peningkatan satu dimensi akan diikuti dengan peningkatan dimensi lainnya yang berhubungan.

(33)

5.4. Persamaan Regresi Antar Dimensi

Penyusunan persamaan regresi bertujuan untuk mengetahui apakah dimensi yang satu dapat menjelaskan dimensi lainnya. Dari hasil pengukuran dimensi pohon dianalisis secara statistik untuk mendapatkan persamaan regresi hubungan antar variabel tersebut. Persamaan regresi yang terbentuk dengan menggunakan peubah bebas diameter pangkal dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Persamaan regresi untuk hubungan diameter pangkal dengan dimensi pohon agathis lainnya.

No Persamaan R-sq R-sq(adj) Nilai-p

1 2 3 4 5 6 Dbh = 0.69 + 0.867 D pangkal D tajuk = 256 + 4.03 D pangkal Tbc = 16.7 + 0.0564 D pangkal Dbc = - 4.66 + 0.575 D pangkal Ttot = 21.5 + 0.209 D pangkal T tajuk = 4.80 + 0.152 D pangkal 92.6 13.4 5.5 62.6 34.8 24.2 92.5 12.6 4.7 62.3 34.3 23.6 0.000 0.000 0.010 0.000 0.000 0.000 Dari hasil analisis regresi pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa model terbaik yang dapat dijelaskan oleh diameter pangkal adalah model ke-1. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi terkoreksi (R-sq(adj)) yang lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi model lainnya yaitu 92.5%. Nilai koefisien determinasi sebesar 92,6% berarti sebesar 92,6% keragaman dari diameter setinggi dada dapat dijelaskan oleh model regresi sederhana atau keragaman diameter pangkal dapat menjelaskan 92,6% keragaman diameter setinggi dada, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel atau faktor lainnya.

Berdasarkan model persamaan dengan peubah respon diameter setinggi dada menunjukkan bahwa perubahan satu satuan diameter pangkal akan meningkatkan perubahan diameter setinggi dada sebesar 0,867 satuan. Berdasarkan nilai p yang diperoleh dapat dilihat bahwa dalam persamaan tersebut besarnya nilai-p 0,000 jauh lebih kecil dibanding tingkat nyata 0,01. Ini berarti bahwa model yang dibuat

(34)

memiliki ketepatan yang tinggi dan menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99%, diameter pangkal berpengaruh sangat nyata dalam pendugaan nilai diameter setinggi dada, tinggi total, diameter tajuk, diameter bebas cabang, tinggi tajuk pada persamaan yang diuji, sedangkan untuk pendugaan nilai tinggi bebas cabang, diameter pangkal berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dikarenakan nilai-p nya 0.010. Ini membuktikan bahwa hipotesis adanya hubungan linier antara diameter pangkal dengan dimensi-dimensi diatas dapat diterima.

Persamaan regresi yang menyajikan pendugaan dimensi agathis dengan peubah peramal diameter setinggi dada dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Persamaan regresi untuk hubungan diameter setinggi dada dengan dimensi pohon agathis lainnya.

No Persamaan R-sq R-sq(adj) Nilai-p

1 2 3 4 5 6 D pangkal = 4.01 + 1.07 Dbh D tajuk = 276 + 4.23 Dbh tbc = 16.9 + 0.0602 Dbh Dbc = - 5.04 + 0.662 Dbh Ttot = 21.4 + 0.240 Dbh T tajuk = 4.45 + 0.180 Dbh 92.6 12.0 5.1 67.4 37.4 27.4 92.5 11.2 4.3 67.1 36.8 26.8 0.000 0.000 0.013 0.000 0.000 0.000 Hasil analisis persamaan regresi dengan menggunakan peubah peramal diameter setinggi dada didapatkan bahwa peubah respon terbaik yang dapat dijelaskan oleh diameter setinggi dada adalah diameter pangkal. Ditunjukkan dengan besarnya nilai koefisien determinasi terkoreksi sebesar 92,5%. Besarnya koefisien determinasi sebesar 92,6% menyatakan bahwa sebanyak 92,6% dari keragaman nilai diameter pangkal dapat dijelaskan oleh diameter setinggi dada, selebihnya dijelaskan oleh faktor lainnya.

Nilai-p pada tabel diatas menunjukkan nilai yang sangat kecil yaitu 0,000 menunjukkan bahwa model tersebut memiliki tingkat ketelitian yang tinggi. Nilai-p lebih kecil dari α = 0,01, menunjukkan bahwa diameter setinggi dada berpengaruh

(35)

sangat nyata terhadap perubahan diameter pangkal, tinggi total, diameter bebas cabang, diameter tajuk, panjang tajuk serta tinggi bebas cabang pada tingkat kepercayaan 99%. Tetapi diameter setinggi dada berpengaruh nyata terhadap tinggi bebas cabang pada tingkat kepercayaan 95%, dikarenakan nilai-p nya 0.013.

Persamaan regresi yang terbentuk dengan menggunakan peubah peramal diameter bebas cabang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Persamaan regresi untuk hubungan antara diameter bebas cabang dengan dimensi pohon agathis lainnya.

No Persamaan R-sq R-sq(adj) Nilai-p

1 2 3 4 5 D pangkal = 29.0 + 1.09 Dbc Dbh = 23.5 + 1.02 Dbc D tajuk = 369 + 4.49 Dbc Ttot = 26.0 + 0.276 Dbc T tajuk = 5.17 + 0.292 Dbc 62.6 67.4 8.8 32.1 47 62.3 67.1 8 31.5 46.5 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa model persamaan regresi terbaik adalah model persamaan kedua. Dilihat dari besarnya nilai koefisien determinasi terkoreksi sebesar 67.1%, sedangkan besarnya koefisien determinasi sebesar 67.4% menunjukkan bahwa diameter bebas cabang dapat menjelaskan keragaman diameter setinggi dada sebesar 67.4%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lainnya.

Dari keseluruhan persamaan diatas memiliki nilai-p sebesar 0,000 dan 0.001 lebih kecil dari taraf nyata 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak pada tingkat nyata 99%, berarti dugaan adanya pengaruh peningkatan diameter bebas cabang terhadap diameter setinggi dada, diameter pangkal, diameter tajuk, tinggi total dan tinggi tajuk bisa diterima, dengan pengaruh yang sangat nyata.

Persamaan regresi yang terbentuk dari peubah peramal diameter tajuk dengan peubah respon dimensi pohon damar lainnya disajikan dalam Tabel 8. Keragaman diameter tajuk mampu menjelaskan keragaman diameter pangkal lebih besar dibanding dengan dimensi lainnya. Keragaman diameter tajuk mampu menerangkan

(36)

keragaman diameter pangkal sebesar 13.4% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya. Setiap penambahan satu satuan diameter tajuk akan meningkatkan diameter pangkal sebesar 0.0332 satuan..

Tabel 8 Persamaan regresi untuk hubungan diameter tajuk dengan dimensi pohon agathis lainnya.

No Persamaan R-sq R-sq(adj) Nilai-p

1 2 3 D pangkal = 46.9 + 0.0332 D tajuk Dbh = 41.6 + 0.0283 D tajuk Dbc = 22.1 + 0.0195 D tajuk 13.4 12 8.8 12.6 11.2 8 0.000 0.000 0.001 Seluruh model regresi pada Tabel 8 sudah mewakili data yang ada, dilihat dari nilai-p pada model regresi yang tidak melebihi taraf nyata 0,01. Nilai-p lebih kecil dari tingkat nyata 0,01, menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 99%, keragaman diameter tajuk berpengaruh sangat nyata terhadap keragaman diameter pangkal, diameter setinggi dada, dan diameter bebas cabang.

Persamaan regresi yang dibuat dengan menggunakan peubah peramal tinggi total dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Persamaan regresi hubungan tinggi total dengan dimensi pohon agathis lainnya.

no persamaan R-sq R-sq(adj) Nilai-p

1 2 3 4 5 D pangkal = 5.87 + 1.67 Ttot Dbh = 1.93 + 1.56 Ttot Tbc = 8.19 + 0.347 Ttot Dbc = - 8.39 + 1.16 Ttot T tajuk = - 8.19 + 0.653 Ttot 34.8 37.4 26.2 32.1 55.6 34.3 36.8 25.6 31.5 55.2 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 Dari kelima persamaan regresi pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa koefisien determinasi terbesar dimiliki oleh persamaan ke 5. Sebesar 55.6% keragaman dari

(37)

tinggi tajuk dapat diterangkan oleh keragaman tinggi total, sisanya dijelaskan oleh faktor lainnya.

Nilai-p kurang dari tingkat nyata 0,01, secara statistik berarti bahwa tidak ada parameter model bernilai nol yang menunjukkan bahwa model regresi linear yang dibuat telah mewakili data yang ada. Tinggi total mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap diameter setinggi dada, diameter pangkal, diameter bebas cabang, tinggi tajuk, dan tinggi bebas cabang.

Persamaan regresi yang menerangkan tentang pengaruh tinggi bebas cabang terhadap dimensi pohon damar lainnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Persamaan regresi hubungan tinggi bebas cabang dengan dimensi pohon.

No Persamaan R-sq R-sq(adj) Nilai-p

1 2 3 4 D pangkal = 44.1 + 0.978 tbc Dbh = 39.0 + 0.848 tbc Ttot = 19.5 + 0.754 tbc T tajuk = 19.5 - 0.246 tbc 5.5 5.1 26.2 3.6 4.7 4.3 25.6 2.8 0.010 0.013 0.000 0.037 Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa tinggi bebas cabang mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi total pada tingkat kepercayaan 99%, sedangkan dengan ketiga dimensi lainnya mempunyai pengaruh yang nyata. Besarnya nilai-p pada persamaan ketiga tidak melebihi tingkat nyata 0.01. Sebesar 26.2% keragaman dari tinggi bebas cabang dapat diterangkan oleh keragaman tinggi total, sisanya dijelaskan oleh faktor lainnya. Setiap penambahan satu satuan tinggi bebas cabang akan diikuti dengan penambahan tinggi total sebesar 0,754 satuan. Sedangkan untuk ketiga persamaan lainnya tinggi bebas cabang hanya berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95%.

Persamaan regresi yang dibuat dengan menggunakan peubah peramal tinggi tajuk dapat dilihat pada Tabel 11. Tinggi tajuk memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap diameter pangkal, diameter setinggi dada, diameter bebas cabang, tinggi total, dan ditunjukkan dengan besarnya nilai-p yang lebih kecil dari tingkat nyata 0,01

(38)

Tabel 11 Persamaan regresi hubungan antara tinggi tajuk dengan dimensi pohon agathis yang lain.

No Persamaan R-sq R-sq(adj) Nilai-p

1 2 3 4 D pangkal = 40.9 + 1.59 T tajuk Dbh = 34.0 + 1.52 T tajuk Dbc = 8.73 + 1.61 T tajuk Ttot = 22.4 + 0.852 T tajuk 24.2 27.4 47.0 55.6 23.6 26.8 46.5 55.2 0.000 0.000 0.000 0.000 Uji keterandalan persamaan menunjukkan bahwa persamaan keempat merupakan persamaan terbaik. Nilai koefisien determinasi terkoreksi sebesar 55,2%. Sedangkan besarnya koefisien determinasi sebesar 55.6% berarti bahwa keragaman tinggi total dapat diterangkan sebesar 55.6% oleh keragaman tinggi tajuk. Dari persamaan keempat dapat dilihat bahwa setiap penambahan tinggi tajuk akan mengakibatkan peningkatan tinggi total sebesar 0.852 satuan.

Dari keseluruhan persamaan regresi yang terbentuk dari beberapa peubah peramal yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa peubah peramal yang mampu menjadi peubah kunci guna menerangkan karakteristik biometrik pohon agathis adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada, dan tinggi pohon.

5.5. Angka Bentuk Batang Rata-Rata

Angka bentuk batang agathis diperoleh dari rata-rata rasio volume aktual dengan volume silinder pada ketinggian sampai diameter 10 cm. Perhitungan angka bentuk menggunakan 68 pohon contoh dan 30 pohon untuk uji validasi, karena pohon yang memiliki diameter sampai 10 cm hanya 98 pohon. Angka bentuk yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Angka bentuk absolut pada ketinggian sampai diameter 10 cm sebesar 0,365 2. Angka bentuk setinggi dada pada ketinggian sampai diameter 10 cm sebesar 0,465 3. Angka bentuk absolut pada ketinggian sampai tinggi bebas cabang sebesar 0.514 4. Angka bentuk setinggi dada pada ketinggian sampai tinggi bebas cabang sebesar

(39)

Tabel 12 Deskripsi statistik angka bentuk pohon agathis.

Angka bentuk n Maksimal Minimal Rata-rata

Absolut di D10 Setinggi dada di D10 Absolut di Tbc Setinggi dada di Tbc 68 68 68 68 0.576 0.683 0.764 0.887 0.168 0.228 0.189 0.257 0,365 0,465 0.514 0.665 Angka bentuk merupakan suatu nilai hasil perbandingan antara volume pohon dengan volume silinder yang besarnya kurang dari satu (Husch 1963). Hal ini juga dapat dilihat dari nilai angka bentuk yang ada pada Tabel 12 yang menunjukkan nilai angka bentuk absolut dan nilai angka bentuk setinggi dadanya kurang dari satu.

Untuk mengetahui angka bentuk mana yang tingkat akurasinya lebih baik dalam pendugaan volume, dilakukan uji validasi. Hasil dari uji validasi dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan hasil uji Khi-kuadrat, diperoleh bahwa keempat angka bentuk memiliki nilai X2hitung < X2tabel, hal ini berarti bahwa nilai volume dugaan tidak

berbeda dengan volume sebenarnya. Dari nilai Bias, SA, SR, dan RMSE yang diperoleh, didapat bahwa angka bentuk setinggi dada pada ketinggian sampai diameter 10 cm memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan angka bentuk lainnya.

Tabel 13 Hasil uji validasi angka bentuk.

no Angka bentuk X2hit X2tab Bias SA SR RMSE

1 Absolut di D10 3.044 117.206 4.283 7.379 12.379 2.767

2 Setinggi dada di D10 1.830 110.510 -0.508 1.830 10.698 2.320 3 Absolut di Tbc 52.652 117.206 47.483 49.182 47.483 8.791 4 Setinggi dada di Tbc 3.133 110.510 9.170 11.283 12.442 2.682

5.6. Kusen Bentuk Batang Rata-Rata

Kusen bentuk batang agathis diperoleh dari perbandingan antara diameter atas dan diameter bawah batang pohon. Dimana kusen bentuk normal merupakan perbandingan antara diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon dengan

(40)

diameter setinggi dada dan kusen bentuk absolut merupakan perbandingan antara diameter pada ketinggian setengah dari tinggi pohon dengan diameter pada ketinggian 10 % dari tinggi pohon, dihitung dari pangkal pohon (Belyea 1950).

Kusen bentuk yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kusen bentuk normal sebesar 0,630

2. Kusen bentuk absolut sebesar 0,697

Tabel 14 Deskripsi statistik kusen bentuk pohon agathis.

Kusen bentuk n Maksimal Minimal Rata-rata

Normal Absolut 120 120 0.835 0.872 0.407 0.482 0.630 0.697

5.7 Penyusunan Persamaan Taper

Persamaan taper disusun berdasarkan hubungan antar diameter relatif dengan tinggi relatif. Pada penelitian ini ada enam persamaan taper yang dianalisis statistik dengan menggunakan data diameter relatif sebagai peubah respon dan tinggi relatif sebagai peubah peramal. Dari keenam persamaan tersebut kemudian dicari satu persamaan terbaik yang akan digunakan sebagai salah satu persamaan yang menggambarkan karakteristik pohon agathis.

Tabel 15 Persamaan Taper

No Persamaan R-sq R-sq(adj) Nilai-p

1 2 3 4 5 6 d/D = 0.996 - 0.707 h/H d/D = 0.818 + 0.481 h/H - 1.92 (h/H)2 d/D = 0.874 - 0.09 h/H - 0.0 (h/H)2 - 2.1 (h/H)3 (d/D)2 = 0.942 - 1.07 h/H (d/D)2 = 0.739 + 0.28 h/H - 2.19 (h/H)2 (d/D)2 = 0.644 + 1.26 h/H - 5.5 (h/H)2 + 3.5 (h/H)3 23.7 24.6 24.6 23.8 24.3 24.4 23.0 23.3 22.7 23.2 23.1 22.4 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

(41)

Model taper terpilih harus memenuhi persyaratan keabsahan persamaan regresi, yaitu bahwa semua peubah bebas harus berperan nyata di dalam model, serta sebaiknya mempunyai nilai koefisien determinasi (R2

adj) yang tinggi (Herbagung & Krisnawati H

2009).

Persamaan taper terbaik dapat dilihat pada Tabel 15 yaitu persamaan nomor 2, ditunjukkan dengan nilai R-sq dan R-sq (adj) yang lebih besar dari keenam persamaan. Uji keterwakilan data dapat dilihat dari besarnya nilai-p. Nilai-p dari keenam persamaan pada Tabel 15 sebesar 0,000 jauh lebih kecil dibanding tingkat nyata 0,01. Ini menunjukkan bahwa persamaan tersebut telah mampu mewakili data yang ada. Besarnya nilai-p ini dipergunakan pula untuk menguji pengaruh peubah peramal terhadap peubah respon. Nilai-p lebih kecil dari tingkat nyata 0,01, berarti semua tinggi relatif pada masing-masing persamaan taper yang diuji berpengaruh sangat nyata terhadap diameter relatif agathis. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa persamaan taper disusun berdasarkan hubungan antara diameter relatif dengan tinggi relatif dapat diterima.

5.8 Rekapitulasi Hasil-hasil Penelitian Karakteristik Biometrik

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa setiap jenis pohon memiliki karakteristik biometrik yang berbeda. Baroroh (2006) menyatakan bahwa angka bentuk setinggi dada pohon Shorea leprosula yaitu 0.77, sementara Maulidian (2007)

menyatakan angka bentuk setinggi dada pohon belian 0.69.

Wijayanti (2008) meneliti tentang pohon agathis yang merupakan pohon berdaun jarum. Wijayanti (2008) menghitung nilai angka bentuk berdasarkan nilai Tbc pohonnya dan didapat nilai angka bentuk setinggi dadanya 0.7834. Sementara dalam penelitian ini dihitung nilai angka bentuk berdasarkan tinggi pohon di ketinggian pada diameter 10 cm dan tinggi bebas cabang pohon. Nilai masing-masing angka bentuk setinggi dada yaitu 0.465 dan 0.665, sementara nilai angka bentuk absolutnya 0.360 dan 0.514.

(42)

Tabel 16 Rekapitulasi hasil-hasil penelitian karakteristik biometrik. Karakteristik Shorea leprosulaa) Belian b) Agathis BTc) Agathisd) Dp maks. 126.10 58.00 97.00 107.7 Dbh maks. 125.50 54.50 83.00 89.2 Tbc maks. 20.80 14.80 22.50 27.3 Tt maks. 39.00 28.00 37.50 45.8 Angka bentuk setinggi dada 0.77 0.69 0.7834 0,465* 0.665** Angka bentuk absolut 0.71 0.80 0.5739 0.360* 0.514** Persamaan taper (d/D)2 = 1.06 – 0.436 h/H – 0.726 (h/H)2 + 0.627 (h/H)3 (d/D)2 = 1.01 – 0.277 h/H – 0.673 (h/H)2 + 0.481 (h/H)3 d/D = 1.04 – 1.22 h/H + 0.584 (h/H)2 d/D = 0.818 + 0.481 h/H - 1.92 (h/H)2 Keterangan :

a) Shorea leprosula di Haurbentes Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor (Baroroh 2006)

b) Belian (Eusideroxylon swageri T.et.B.) di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat (Maulidian 2007) c) Agathis loranthifolia R.A. Salisbury di KPH Banyumas Timur Jawa Tengah (Wijayanti 2008) d) Agathis loranthifolia R.A. Salisbury di Hutan Pendidikan Gunung Walat

* Angka bentuk pada ketinggian di diameter 10 cm **Angka bentuk di Tbc

(43)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Karakteristik pohon Agathis loranthifolia R.A Salisbury di Hutan pendidikan

Gunung Walat adalah sebagai berikut :

1. Dimensi pohon agathis yang paling banyak berkorelasi dengan dimensi pohon agathis yang lain adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada, dan tinggi total. Korelasi tertinggi antara diameter pangkal dengan diameter setinggi dada.

2. Persamaan regresi terbaik yang terbentuk dari hubungan dimensi kunci dengan dimensi lainnya adalah persamaan regresi antara diameter pangkal dengan diameter setinggi dada yaitu Dbh = 0.69 + 0.867 D pangkal dengan nilai koefisien determinasi 92.6 % dan koefisien determinasi terkoreksi 92.5% 3. Nilai angka bentuk absolut pohon Agathis sebesar 0,360 dan angka bentuk

setinggi dadanya sebesar 0,465. Nilai kusen bentuk normal pohon Agathis sebesar 0,630 sementara kusen bentuk absolut sebesar 0,697

4. Persamaan taper Agathis loranthifolia di Hutan Pendidikan Gunung Walat

dapat disusun berdasarkan hubungan antara diameter relatif dan tinggi relatif. Persamaan taper terbaik yang dihasilkan adalah d/D = 0.818 + 0.481 h/H - 1.92 (h/H)2 dengan nilai koefisien determinasi 24.6 % dan koefisien determinasi terkoreksi 23.3 %

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian serupa pada berbagai jenis pohon kehutanan lainnya sehingga secara akumulatif dapat diperoleh gambaran tentang kekhasan setiap jenis pohon berdasarkan karakteristik biometriknya.

2. Perlu adanya pedoman baku tentang ukuran-ukuran kuantitatif yang digunakan dalam penelitian mengenai karakteristik biometrik pohon supaya adanya keseragaman dalam setiap penelitian, sehingga dapat diperbandingkan antar jenis pohon.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat. 2009. Rencana Pengembangan Hutan Pendidikan Gunung Walat 2009-2013. Bogor : Badan Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Baroroh AN. 2006. Karakteristik Biometik Pohon Shorea Leprosula Miq. (Studi

Kasus pada Hutan Tanaman Haurbentes, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor) [Skipsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Belyea HC. 1950. Forest Measurement. New York: John Willey and Sons Inc.

Departemen Kehutanan RI. 1992. Manual Kehutanan. Jakarta : Departemen Kehutanan RI.

Draper N, Smith H. 1981. Analisis Regresi Terapan. Sumantri B, penerjemah.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Applied Regression Analysis.

Filho AF. 1999. Comparison between predicted volumes estimated by taper equations and true volume obtained by the water displacement technique (xylometer).

Canadian Journal of Forest research 29: 451 – 461.

http://search.proquest.com/docview/230527808?accountid=3281 [7 November 2011].

Herbagung, Krisnawati H. 2009. Model Taper Batang Tanaman Khaya anthoteca

C.DC. di hutan Penelitian Pasirhantap, Sukabumi, Jawa Barat. [Jurnal]

Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. VI No. 1 : 13-24.

Husch B. 1963. Forest Mensuration and Statistic. New York : The Ronald Press

Company.

Husch C, Thomas WB, John AK. 2003. Forest Mensuration. New Jersey : John Wiley & Sons Inc.

Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, dan Prawira SA. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid I. Bogor. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Maulidian. 2007. Karakteristik Biometik Pohon Belian (Eusideroxylon swageri T.et

B.) (Studi Kasus pada Tegakan Hutan Sumber Benih Plomas, Kabupaten Sangau, Propinsi Kalimantan Barat) [Skipsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

(45)

Nurhasybi, Sudrajat DJ . 2001. Agathis loranthifolia R.A. Salisbury. Informasi

Singkat Benih. No.14. Desember. Bogor: Balai Informasi Perbenihan.

Suhendang E. 1990. Hubungan Antara Dimensi Tegakan Hutan Tanaman dengan Faktor Tempat Tumbuh dan Tindakan Silvikultur pada Hutan Tanaman Pinus merkusii Jungh et de Vriese di Pulau Jawa [disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Walpole RE. 1997. Pengantar Statistik Edisi ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wijayanti SDW. 2008. Karakteristik Biometrik Pohon Agathis loranthifolia R.A.

Salisbury. di BKPH Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [Skipsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. 

(46)
(47)

Lampiran 1. Rekapitulasi data dimensi pohon contoh No. Pohon Dp (cm) Dbh (cm) Dtj (m) Tbc (m) Dbc (cm) Ttot (m) Ttj (m) T10

(m) fa10 fb10 fabc fbbc qn qabs

1 25.80 24.20 3.75 11.50 11.20 18.00 6.50 12.60 0.47 0.54 0.52 0.60 0.66 0.66 2 21.00 20.50 3.80 10.80 12.10 16.10 5.30 15.30 0.48 0.50 0.60 0.63 0.67 0.68 3 35.70 29.00 3.75 16.10 11.30 19.60 3.50 17.80 0.23 0.35 0.26 0.39 0.53 0.77 4 73.80 63.30 7.78 20.00 19.50 28.60 8.60 23.20 0.17 0.23 0.19 0.26 0.41 0.79 5 62.50 53.30 4.38 22.70 24.80 39.50 16.80 31.10 0.31 0.42 0.40 0.54 0.53 0.65 6 78.00 66.40 8.03 24.50 29.60 33.40 8.90 - - - 0.43 0.59 0.64 0.71 7 52.60 41.10 4.60 18.50 26.10 31.20 12.70 - - - 0.51 0.84 0.77 0.80 8 42.40 38.90 3.55 13.10 18.20 29.30 16.20 - - - 0.44 0.52 0.48 0.64 9 61.30 55.40 4.80 25.20 21.20 35.30 10.10 - - - 0.35 0.43 0.53 0.66 10 91.00 85.10 7.70 19.90 39.90 33.40 13.50 - - - 0.44 0.51 0.53 0.63 11 61.30 52.90 5.45 26.90 30.10 36.00 9.10 - - - 0.56 0.76 0.78 0.77 12 77.10 72.80 6.23 20.30 58.10 34.00 13.70 - - - 0.76 0.86 0.81 0.85 13 41.80 37.60 4.34 17.70 10.30 20.10 2.40 17.30 0.28 0.35 0.28 0.35 0.42 0.48 14 59.40 54.80 5.25 21.50 24.60 30.70 9.20 - - - 0.51 0.60 0.66 0.71 15 65.00 57.20 4.04 20.40 26.20 34.30 13.90 - - - 0.55 0.71 0.68 0.74 16 82.50 64.60 8.53 20.00 47.60 37.00 17.00 - - - 0.52 0.85 0.74 0.77 17 30.30 26.10 4.75 14.90 18.00 19.40 4.50 - - - 0.62 0.84 0.84 0.85 18 44.90 39.70 3.88 22.20 20.20 32.40 10.20 - - - 0.51 0.65 0.69 0.76 19 71.70 64.10 4.95 26.60 33.30 37.40 10.80 - - - 0.50 0.63 0.67 0.76 20 61.80 56.80 5.53 26.30 29.10 32.30 6.00 - - - 0.46 0.54 0.64 0.72 21 63.70 57.40 5.39 24.20 31.30 30.10 5.90 - - - 0.47 0.57 0.65 0.72 22 74.30 65.80 5.20 22.40 39.70 29.40 7.00 - - - 0.58 0.74 0.77 0.82 23 60.30 51.80 6.64 25.90 24.90 37.40 11.50 32.20 0.40 0.55 0.49 0.66 0.71 0.74 24 46.50 41.10 3.86 14.70 24.80 33.40 18.70 21.30 0.35 0.45 0.48 0.62 0.45 0.56 25 70.20 64.50 5.07 17.60 47.50 36.20 18.60 31.50 0.44 0.52 0.71 0.84 0.69 0.71 26 81.90 69.60 4.57 21.80 37.10 33.30 11.50 - - - 0.41 0.56 0.59 0.64 34   

(48)

No. Pohon Dp (cm) Dbh (cm) Dtj (m) Tbc (m) Dbc (cm) Ttot (m) Ttj (m) T10

(m) fa10 fb10 fabc fbbc qn qabs

27 107.70 87.10 6.51 18.20 37.20 30.40 12.20 - - - 0.40 0.61 0.54 0.56 28 74.30 66.50 6.19 19.30 39.40 35.00 15.70 31.80 0.36 0.45 0.55 0.69 0.61 0.66 29 70.50 67.30 5.98 22.00 49.30 40.20 18.20 - - - 0.74 0.81 0.75 0.78 30 71.40 60.20 5.79 21.80 32.80 34.60 12.80 - - - 0.50 0.70 0.66 0.67 31 71.90 62.50 6.44 22.80 30.80 40.30 17.50 - - - 0.47 0.62 0.55 0.61 32 62.20 53.00 4.60 22.30 30.60 35.50 13.20 - - - 0.52 0.72 0.70 0.74 33 73.20 62.20 6.71 18.90 30.10 31.80 12.90 23.60 0.33 0.46 0.41 0.57 0.53 0.62 34 52.80 48.70 3.40 11.30 26.00 32.00 20.70 21.60 0.29 0.34 0.47 0.55 0.41 0.50 35 61.30 59.00 3.28 16.40 32.10 36.00 19.60 29.80 0.33 0.36 0.50 0.53 0.53 0.63 36 73.10 60.10 4.34 15.20 47.80 34.50 19.30 31.20 0.37 0.54 0.60 0.89 0.67 0.70 37 81.80 89.20 4.30 19.10 46.60 38.90 19.80 34.70 0.40 0.33 0.67 0.56 0.51 0.54 38 63.50 53.80 3.66 14.90 27.30 30.30 15.40 25.20 0.29 0.41 0.45 0.63 0.49 0.52 39 79.40 76.10 6.55 16.00 49.40 36.20 20.20 30.50 0.44 0.47 0.71 0.78 0.55 0.58 40 65.40 58.70 4.62 17.60 32.50 35.80 18.20 29.00 0.37 0.46 0.55 0.68 0.55 0.58 41 69.30 62.00 5.75 22.20 37.80 35.70 13.50 33.60 0.46 0.57 0.65 0.81 0.75 0.78 42 95.00 79.70 9.70 14.80 61.60 38.30 23.50 34.20 0.32 0.46 0.58 0.82 0.60 0.66 43 48.50 45.60 7.86 20.30 22.30 32.90 12.60 29.00 0.41 0.47 0.55 0.62 0.60 0.63 44 89.50 80.30 6.19 15.40 60.90 33.20 17.80 30.30 0.36 0.45 0.64 0.80 0.57 0.61 45 80.80 74.10 4.33 18.20 47.20 35.10 16.90 32.00 0.45 0.54 0.69 0.82 0.69 0.72 46 67.50 58.30 3.67 16.60 31.00 31.50 14.90 29.60 0.29 0.39 0.46 0.61 0.64 0.74 47 73.30 59.20 4.12 20.70 29.00 34.80 14.10 31.00 0.30 0.46 0.41 0.63 0.56 0.63 48 76.00 68.70 4.82 23.10 43.00 41.10 18.00 38.70 0.38 0.47 0.57 0.70 0.71 0.81 49 60.00 54.90 3.40 17.70 34.80 32.10 14.40 29.10 0.41 0.49 0.59 0.71 0.65 0.67 50 44.10 39.10 3.74 11.80 29.50 35.50 23.70 27.80 0.39 0.50 0.66 0.84 0.61 0.64 51 70.80 64.00 6.27 23.30 40.30 43.60 20.30 37.10 0.44 0.54 0.62 0.76 0.69 0.74 52 71.80 54.60 3.37 16.40 37.20 38.40 22.00 32.20 0.31 0.53 0.47 0.81 0.71 0.74 53 70.90 62.20 3.93 17.80 38.80 42.70 24.90 35.70 0.33 0.43 0.54 0.70 0.55 0.60 54 79.40 71.70 3.64 20.80 36.30 38.50 17.70 32.50 0.33 0.40 0.46 0.57 0.53 0.56

Lanjutan Lampiran 1. Rekapitulasi data dimensi pohon contoh

35   

Referensi

Dokumen terkait

WIDODO SUDIYONO,

Sebuah prinsip yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada pembelajaran writing adalah siswa sebaiknya tidak diminta untuk menulis sesuatu yang tidak

Beradasrkan penagmatan yang dilakukan selama tiga siklus terhadap kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran,

Namun karena perempuan atau istri bekerja maka relasi yang terjadi dalam keluarga cenderung cair, di mana tugas yang dibebankan oleh perempuan dalam rumah tidak jarang

Program pelatihan kerja yang disusun secara berjejang mengacu pada jenjang Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) dalam penetapan kualifikasi tenaga kerja, sedangkan

Salah satu bentuk pelayanan perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah adalah izin gangguan, yaitu pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk melakukan kegiatan

tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang