• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 MEDAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MNEGGUNAKAN AUTOGRAPH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 MEDAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MNEGGUNAKAN AUTOGRAPH."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI

15 MEDAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN AUTOGRAPH

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

IKA MAULIDA THAMIMI

NIM: 8126171012

PENDIDIKAN MATEMATIKA

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

IKA MAULIDA THAMIMI (2015). Pengembangan Modul untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Medan Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Autograph. Tesis. Medan. 2015. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui efektivitas (valid, praktis, efektif) modul yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph, dan (2) Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa terhadap modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph.

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah Modul Siswa (MS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Panduan Guru (BPG), dan Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (TKBKMS). Modul dan perangkat pembelajaran lainnya ini dikembangkan menggunakan modifikasi model 3-D Thiagarajan, dkk. Proses pengembangan tersebut terdiri atas tiga tahap, yaitu: pendefinisian, perancangan dan pengembangan. Data penelitian dianalisis secara deskriptif.

Modul dan perangkat pembelajaran lainnya dikatakan baik jika setelah divalidasi dan ujicoba, memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan yakni kriteria kevalidan para ahli termasuk kategori sangat valid, kriteria kepraktisan yang ditinjau dari kemampuan guru mengelola pembelajaran minimal cukup baik, respon siswa terhadap pembelajaran positif dengan kategoti baik, serta kriteria keefektifan ditinjau dari hasil belajar siswa memperoleh 80% bahwa siswa tuntas secara klasikal.

Kata Kunci: Pengembangan Modul, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Autograph.

(6)

ii ABSTRACT

IKA MAULIDA THAMIMI (2015). The Development of Modules to Improved of Mathematical Student’s Creative Thinking Ability at VII Grade SMP Country 15 Medan Through Problem Based Learning Model Using Autographs. Thesis. Medan. 2015. Study Program: Mathematics Education of Postgraduate of State University of Medan.

The aim of this research are: (1) to find out the effectiveness (valid, practical, effective) developed of modules to improved of mathematical student’s creative thinking ability through problem based learning model using autographs, and (2) to find out the improving of mathematical student’s creative thinking ability toward of the developed modules through problem based learning model using autographs.

This research is the developmental research. The learning instruments developed are student module (MS), the implementation plan (RPP), teacher guide books (BPG) and test of mathematical student’s creative thinking ability (TKBKMS). Modules and other learning instruments that were developed using a modified 3-D Thiagarajan et al,. The development process consists of three steps: defining, designing and development. Data were analyzed descriptively.

Modules and other learning instruments said to be good if after being validated and trials, which have qualify the criteria validity criteria of experts including a valid category, practicality criteria in terms of the ability of teachers to manage the learning of at least good enough, student responses to positive learning with good category, as well as the criteria of effectiveness in terms of learning outcomes students acquire 80% of students completed the classical style.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamin, puji syukur ke hadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Medan Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Autograph”. Shalawat dan salam ke-Ruh junjungan kita Rasulullah SAW, yang telah menuntun umatnya kepada jalan yang diridhai Allah.

Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar magister pendidikan (M.Pd) pada program studi pendidikan matematika. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development research). Sejak mulai persiapan hingga selesainya penulisan tesis ini, penulis

memperoleh dorongan, bantuan dan semangat yang tak henti-hentinya dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan serta penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang dengan tulus ikhlas membantu penulis baik dalam bantuan langsung maupun tidak langsung. Semoga Allah Ta‟ala memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan terkhusus penulis berikan kepada:

1. Ayahanda Zulham bin Alm. H. Hasan Thaib dan Ibu Hj. Zuraida, serta ibunda Supiah binti H. Basyirin T. dan IbuAlmh. Hj. Nafsiah yang telah mencurahkan kasih sayang, perhatian, keringa tdan air mata yang tak pernah putus selalu mendukung segala keputusan dan langkah yang penulis pilih hingga dapat menyelesaikan pendidikan pada tahap ini dan sampai kapanpun.

(8)

iv

maupun materil selama perkuliahan hingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

3. Ibu Dra. Ida Karnasih, M. Sc, Ph.D dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktunya di sela-sela kesibukannya tetap memberikan kesempatan penulis dalam bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti.

4. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, Bapak Prof. Dr.H. Sahat Saragih, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku ketua dan sekretaris serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku staf administrasi Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, nasehat dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Bapak Direktur, Asisten Direktur I, II dan III beserta para staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam segala urusan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak Drs. Sangka Harahap, MM selaku kepala sekolah SMP Negeri 15 Medan, para guru dan staf administrasi sekolah tersebut yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian lapangan di sekolah serta Bapak Zuheiri S.Pd.I, M.Pd selaku kepala sekolah SMP IT Al-Hijrah Percut Sei Tuan yang telah memberikan kesempatan penulis melakukan simulasi.

(9)

v

memperoleh gelar magister ini. Terima kasih telah memberikan waktu dan kesempatan untuk bisa belajar, bermain dan berpetualang bersama selama kurang lebih 2 tahun lamanya.

9. Semua pihak baik keluarga yang berada di Aceh seperti Kakek, Andung, Tante, Om, Uwak, Makcik, adek dan abang/kakak sepupu, teman-teman serta lainnya maupun di Medan seperti Yuni Selviani, Yasmin dan Bintang juga Julika Rahma Siagian, SE, Sy (Adik Daut), teman-teman di rumah Daut lainnya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dan hiburan kala penulis mengalami kepenatan dalam penyelesaian tesis ini. Dan teruntuk sepupuku yang jauh di sana, Miftahul Jannah Bahri yang sedang berjuang di jalan Allah dalam memperoleh gelar pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Semoga kita bisa sama-sama mengaplikasikan ilmu ini dalam keluarga, agama dan negara agar bermanfaat bagi semua. Amiiinnn. Yaa Rabbal „Alamiin.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian-penelitian yang terdahulu dan memberikan inspirasi untuk penelitian selanjutnya.

Medan, 09 April2015 Penulis

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Lembar Jawaban Siswa ... 9

2.1 Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21 ... 29

2.2 Posisi Kurikulum 2013 ... 30

2.3 Elemen Perubahan ... 31

2.4 Dampak Pengembangan Kurikulum 2013 ... 32

2.5 Problem Based Learning Process ... 56

2.6 Autograph 2D dan 3D ... 72

3.1 Diagram Alur Modifikasi Model 3-D ... 101

4.1 Tingkat Penguasaan Belajar Siswa pada Ujicoba I ... 188

4.2 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Ujicoba I ... 189

4.3 Tingkat Penguasaan Belajar Siswa pada Hasil Pre-Test Ujicoba II ... 197

4.4 Tingkat Penguasaan Belajar Siswa pada Hasil Post-Test Ujicoba II ... 198

4.5 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Ujicoba II ... 199

4.6Persentase Perbedaan Kemampuan Berpkir Kreatif Matematis Siswa pada Ujicoba IdanUjicoba II ... 202

4.7 Nilai Rata-Rata Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada Ujicoba I dan Ujicoba II ... 206

4.8 Persentase Respon Siswa pada Ujicoba I danUjicoba II ... 208

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A – 1 Lembar Observasi Awal ... 222

A – 2 Lembar Validasi ... 227

A – 3 Silabus ... 238

A – 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 245

B – 1 Modul Siswa (MS) ... 275

B – 2 Buku Panduan Guru (BPG) ... 337

B – 3 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (TKBKMS) ... 411

C – 1 Hasil Validasi ... 445

C – 2 Hasil Ujicoba/Simulasi ... 460

D – 1 Deskripsi Hasil Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ... 478

D – 2 Deskripsi Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 486

D – 3Data Angket Respon Siswa terhadap Modul dan Pelaksanaan Pembelajaran melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah menggunakan Autograph ... 488

D – 4 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (TKBKMS) ... 490

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pengembangan kurikulum matematika memiliki tuntutan yang lebih komprehensif sebagai dasar kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan, baik dalam mengembangkan pemikiran kritis, kreatif, sistematis, dan logis, juga memberikan kontribusi dalam kehidupan sehari-hari mulai dari hal yang sederhana seperti perhitungan dasar sampai hal yang kompleks dan abstrak seperti penerapan analisis numerik dalam bidang teknik dan sebagainya. Selain itu, kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah memiliki Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang menjadi tujuan tersendiri dari setiap satuan pendidikan yang ada di Indonesia meliputi kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan (Mulyasa, 2013: 23).

(13)

2

“Guru merupakan pengembang kurikulum bagi kelasnya, yang akan menterjemahkan, menjabarkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum peserta didik. Dalam hal ini, guru tidak hanya mentransfer pengetahuan (transfer knowledge) akan tetapi lebih dari itu, yaitu membelajarkan anak supaya dapat berpikir integral dan komprehensif, untuk membentuk kompetensi dan mencapai makna tertinggi. Kegiatan tersebut bukan hanya berwujud pembelajaran di kelas melainkan dapat berwujud kegiatan lain, seperti bimbingan belajar kepada peserta didik. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai bagian dari perangkat pembelajaran berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan bimbingan, karena isi kurikulum bukan hanya yang ada dalam mata pelajaran saja, melainkan mencakup hal lain di luar mata pelajaran sejauh masih menjadi tanggung jawab sekolah untuk diberikan kepada peserta didik seperti kerja keras, disiplin, kebiasaan

belajar yang baik dan jujur dalam belajar”.

Salah satu unsur pokok yang dipersiapkan guru adalah seperangkat pembelajaran yang dihadirkan dalam kelas untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga proses pembentukan pengetahuan pada diri siswa dapat berkembang maksimal. Dalam pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar sebagai perangkat pembelajaran merupakan bagian yang sangat berperan penting. Seperti yang diungkapkan oleh Suparno (Frisnoiry, 2013 :14):

„„Sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan

mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, kesemuaan ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran‟‟.

(14)

3

pemberi materi pelajaran, maka sekolah menyediakan sejumlah modul sebagai bahan ajar yang berisi panduan bagi siswa dalam memahami materi tanpa adanya sosok seorang guru saat pembelajaran dilaksanakan. Meskipun demikian, baik ada atau tanpa adanya seorang guru di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung, perangkat pembelajaran yang disusun tersebut memiliki tujuan yang sama yakni mengembangkan kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi setiap peserta didik yang belajar agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

Selain perangkat pembelajaran yang tersedia di sekolah, berdasarkan hal tersebut guru juga dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri khususnya modul yang bertujuan di antaranya sebagai berikut : (1) pedoman dalam mengelola pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi lapangan; (2) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai siswa ; (3) fleksibilitas guru dalam menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan alokasi waktu, metode/strategi, dan media pembelajaran dan segala fasilitas yang tersedia ; dan (4) tuntutan profesionalitas dan kredibilitas seorang guru dalam meningkatkan kemampuan yang ia miliki. Jadi dalam hal ini, pentingnya pengembangan bahan ajar terutama modul sama pentingnya dalam pengembangan perangkat pembelajaran karena modul adalah bagian dari perangkat pembelajaran. Kenyataan yang terjadi di lapangan sehubungan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap 2 orang guru matematika menyatakan bahwa:

(15)

4

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jika ada, hanya dalam bentuk RPP dan silabus yang tidak menggunakan sintaks/langkah-langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan strategi ataupun metode yang akan digunakan pada suatu materi tertentu. Penyampaian materi dan bahan ajar tidak tersusun dengan baik dan materi yang disajikan dalam buku cetak bersifat abstrak. Hal yang lebih memprihatinkan lagi bahwa guru tidak pernah memperhatikan/menguji apakah perangkat pembelajaran yang digunakan selama ini sudah efektif dalam meningkatkan kemampuan matematis siswa khususnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa karena untuk menghadapi perkembangan teknologi yang semakin pesat dituntut sumber daya manusia yang handal, yang memiliki kemampuan dan keterampilan serta kreativitas yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pandangan Rusman (2013a: 19) mengenai tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan siswanya untuk terjun ke dunia kerja.

(16)

5

Hal lain yang mendorong guru harus bisa mengembangkan sebuah perangkat pembelajaran sendiri adalah bahwa perangkat pembelajaran yang tersedia selama ini disusun orang lain tidak sesuai dengan kondisi dan karakteristik yang dimiliki oleh siswa secara keseluruhan. Artinya bahwa perangkat orang lain belum tentu dapat mencapai sasaran tujuan dari guru yang menggunakan perangkat tersebut. Misalnya dalam hal kemampuan awal siswa, kondisi sosial-budaya masyarakat, minat, keadaan demografis dan lain sebagainya. Maka dari itu, guru yang mengembangkan perangkat pembelajaran sendiri dapat mengatur situasi dan kondisi tersebut agar tujuan SKL tercapai maksimal sesuai sasaran.

(17)

6

Dewasa ini, hampir setiap orang mulai dari orang awam, pemimpin, lembaga pendidikan dan manajer perusahaan berbicara mengenai pentingnya kreativitas. Hal ini disebabkan karena kondisi dalam dunia persaingan pada masa sekarang menuntut setiap lulusan sekolah harus memiliki kreativitas. Ini sejalan dengan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa di abad 21 yaitu: (1) terampil berpikir kritis dan memecahkan masalah (critical thinking and doing), (2) bersikap selalu ingin tahu dan berimajinasi (creativity and innovation), (3) kolaborasiberbasis jaringan dan memimpin dengan pengaruh (collaboration, teamwork and leadership), (4) mampu mengubah arah dan bergerak secara cepat

dan efektif dan beradaptasi (cross cultural understanding), (5) mampu berbicara dan memiliki kemampuan menulis secara efektif (communication & media fluency), (6) mengakses dan menganalisis informasi (computing / ICT literacy),

dan (7) memiliki daya berinsiatif dan berkewirausahaan (career & learning self reliance). Namun Trianto (2010: 2) mengatakan bahwa kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan teknologi, sulit untuk dilatih kembali, kurang bisa mengembangkan diri dan kurang dalam berkarya artinya tidak memiliki kreativitas.

(18)

7

banyak perspektif terhadap suatu hal, membuat dan melakukan imajinasi, dan peduli akan hasil.

Senada dengan itu tujuan pendidikan matematika diberikan di sekolah berdasarkan standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi (Muliati, 2012: 3) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Hal ini juga sejalan dengan teori metakognisi yang dikemukakan Woolfolk (Uno, 2007: 134) bahwa berfikir kreatif merupakan salah satu dari 4 jenis keterampilan yang harus dimiliki siswa yaitu: (1) keterampilan pemecahan masalah (problems solving); (2) keterampilan pengambilan keputusan (decision making); (3) keterampilan berfikir kritis (critical thinking); dan (4) keterampilan

berfikir kreatif (creative thinking).

(19)

8

buku cetak, bukan pada kreativitas mereka sendiri. Hal ini diduga sebagai salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi masih berpusat pada guru, suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan suatu konsep dalam matematika dan materi pelajaran yang diterima siswa hanya sebagai suatu rumus yang harus diselesaikan menurut aturan tertentu sehingga siswa tidak dapat menemukan manfaat penggunaan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak mengarahkan siswa pada kemampuan matematika khususnya kemampuan berpikir kreatif matematis. Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner yang terkenal dengan belajar penemuan (Discovery Learning). Bruner (Trianto, 2011: 38) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari penyelesaian masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

(20)

9

contoh kasus yang demikian, hasil jawaban siswa tergambar dari lembar jawaban berikut ini.

Gambar 1.1: Lembar Jawaban Siswa

Dari permasalahan berikut, siswa kesulitan untuk menyelesaikannya dengan salah satu cara yang tersedia dari berbagai cara yang ada. Siswa juga mengalami kesulitan bagaimana langkah-langkah menggunakan metode dalam SPLDV, menggunakan teknik dalam mengimplementasikan suatu metode dan kesulitan dalam melakukan operasi hitung untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Penggunaan bahan ajar yang minim pun semakin menjadi alasan kuat bagi para siswa untuk tidak merespon matematika sebagai mata pelajaran penting yang harus diikuti.

(21)

10

Kondisi seperti ini menuntut guru untuk bisa mengarahkan siswa memiliki sebuah solusi dalam setiap permasalahan yang ada. Di sinilah peran guru harus bisa menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan untuk meningkatkan minat siswa terhadap matematika dan agar siswa bisa mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat memecahkan masalahnya sendiri yang nantinya diharapkan dapat memperbaiki prestasi belajar dan tujuan pendidikan tercapai dengan baik.

Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil belajar yang berkualitas. Untuk mendukung proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa selama pembelajaran, maka guru harus bisa menyesuaikan model pembelajaran dengan materi yang diberikan. Salah satunya yaitu model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa yang dominan, sedangkan peranan guru lebih sebagai fasilitator. Menurut Thomas (dalam Budiman, 2011) yang mengatakan karena pembelajaran berbasis masalah ini dimulai dengan sebuah masalah yang harus dipecahkan, maka siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

(22)

11

kurikulum 2013 tingkat SMP (Kemendikbud 2013) bahwa model pembelajaran ini menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.

Pembelajaran berbasis masalah menurut Arends (Muliati, 2012: 13) melibatkan siswa aktif secara optimal, memungkinkan siswa melakukan eksplorasi, observasi, eksperimen, investigasi, pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep-konsep dasar dari berbagai konten area. Belajar berbasis masalah berarti siswa memberi makna terhadap suatu situasi yang dihadapi serta berusaha membangun dan memahami konsep dari suatu materi dengan cara terlibat aktif dalam memecahkan masalah.

(23)

12

belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok (Kemendikbud, 2013: 231).

Dalam menjalankan model pembelajaran berbasis masalah secara baik sehingga tercapainya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa seperti kemampuan berpikir kreatif matematis yang dihadirkan dalam kelas, maka diperlukan segala sesuatu yang dibutuhkan seperti perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran tersebut meliputi serangkaian bahan ajar, alat, sumber dan media pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat merasakan sendiri dalam menemukan konsep. Selain itu, dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa berpikir reflektif, evaluasi krisis, cara berpikir berdaya guna dan kreativitas tinggi. Suhadi (Siregar, 2012: 8) juga menjelaskan bahwa perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Artinya bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut disusun berdasarkan sintaks/langkah-langkah dari model pembelajaran berbasis masalah. Dengan kata lain, perangkat pembelajaran tersebut akan berhasil dijalankan sesuai dengan aturan dari model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan berdasarkan kemampuan dan karakteristik siswa itu sendiri.

(24)

13

pembelajaran hanya pada modul. Penggunaan modul dalam proses pembelajaran di kelas biasanya terjadi hanya pada kelas terbuka karena selama ini modul yang dihadirkan dalam kelas berperan sebagai pengganti guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Siregar (2012) bahwa modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Lebih lanjut Daryanto (2013: 1) mengatakan bahwa fleksibilitas modul sebagai materi pelajaran atau bahan pembelajaran sangat tinggi. Setiap modul dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan setiap kompetensi lulusan dan pengembangan modul dapat diselaraskan dengan kebutuhan.

Dengan demikian modul merupakan seperangkat bahan ajar yang dipersiapkan guru untuk dapat digunakan secara sistematis dan siap pakai sehingga penggunanya dapat belajar kapan dan dimana saja. Dimana penggunaan modul merupakan proses mengembangkan pemahamannya sendiri terhadap suatu konsep dengan kegiatan mencoba dan berpikir secara mandiri sehingga dapat mereka rasakan sendiri dalam membentuk konsep. Dengan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk mengasah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang meliputi keterampilan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinal (originality) dan memperici (elaborate) yang akan diterapkan dalam model pembelajaran berbasis masalah.

(25)

14

model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tidak akan terlaksana.

Salah satu faktor yang mendukung adanya contoh konkrit sebagai pengalaman belajar yang dirasakan sendiri oleh siswa yaitu media pembelajaran yang di hadirkan di dalam kelas sebagai alat bantu dalam menanamkan konsep tersebut. Namun, kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa buku cetak sebagai satu-satunya sumber belajar yang digunakan guru dan siswa di dalam kelas menjadikan contoh konkrit dari setiap pengalaman belajar tersebut tidak akan terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran yang seharusnya digunakan guru hanya sebagai alat bantu siswa memahami materi dalam konteks di dalam buku cetak saja, bukan pada kondisi nyata.

Tuntutan penggunaan media pembelajaran oleh guru tidak bisa dilihat hanya dari satu sudut pandang bahwa guru tidak bisa menghadirkan media di dalam kelas. Ketersediaan media pembelajaran sebagai alat peraga di sekolah dan keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran itulah yang membuat media pembelajaran tersebut tidak bisa dihadirkan. Namun, apapun bentuknya seorang guru yang memiliki profesionalitas tinggi harus bisa menyediakan media sebagai alat bantu/peraga untuk dihadirkan di dalam kelas meskipun dengan benda seadanya.

(26)

15

media pembelajaran di dalam kelas. Sesuai dengan tingkat kognitif siswa, media pembelajaran tersebut secara singkat lalu dialihkan dengan media elektronik berbasis teknologi komputer dengan software yang tersedia di dalamnya. Salah satunya yaitu Autograph. Hal ini sejalan dengan prinsip dasar matematika sekolah (principles for school mathematics) yang menyatakan bahwa kehadiran teknologi dalam proses belajar mengajar sangat penting dalam mempengaruhi perkembangan otak untuk meningkatkan prestasi siswa dalam matematika.

Dari permasalahan yang terjadi di atas maka modul sebagai salah satu sebagai pelengkap perangkat pembelajaran dikembangkan untuk dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa menggunakan teknologi khususnya software Autograph yang bisa digunakan untuk kelas reguler dan hadirnya guru sebagai fasilitator dalam membimbing dan mengarahkan siswa selama proses pembelajaran dengan mengikuti sintaks yang terdapat dalam model pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka

penelitian ini berjudul “Pengembangan Modul untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Medan melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan Autograph.

B. Identifikasi Masalah

(27)

16

1. Guru tidak pernah mengembangkan perangkat pembelajaran khususnya modul melalui model pembelajaran berbasis masalah.

2. Proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak mengarahkan pada kemampuan matematika khususnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

3. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa rendah.

4. Belum tersedianya penggunaan bahan ajar modul melalui model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

5. Keterbatasan media pembelajaran sebagai alat peraga di sekolah dan keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup Iuas dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis membatasi masalah pada:

1. Kemampuan dasar matematika terutama pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

2. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah modul sebagai bahan ajar menggunakan langkah-langkah dari model pembelajaran berbasis masalah. 3. Media pembelajaran yang digunakan adalah media komputer berbasis software

(28)

17

D. Rumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah efektivitas (valid, praktis dan efektif) modul yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII SMP Negeri 15 Medan melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII SMP Negeri 15 Medan terhadap modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph ?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuanpenelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengembangan modul melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph di SMP. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui efektivitas (valid, praktis dan efektif) modul yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII SMP Negeri 15 Medan melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph.

(29)

18

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis adalah:

1. Untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan pengembangan modul, model pembelajaran, dan kemampuan berpikir kreatif matematis.

2. Sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelola lembaga pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji, mencari suatu pengembangan modul pembelajaran, pelatihan secara mendalam tentang penerapan model pembelajaran untuk berfikir kreatif matematis.

Sedangkan manfaat praktis dalam penelitian ini antara lain:

1. Menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran matematika dalam bentuk modul.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru tentang pengembangan modul melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph, sehingga dapat merancang pembelajaran yang lebih baik dengan mengaktifkan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.

(30)

19

G.Definisi Operasional

Dalam penelitian digunakan beberapa istilah. Agar makna dan istilah yang dimaksudkan dalam penelitian ini terarah dan tepat sasaran maka diperlukan definisi operasional untuk mengarahkannya.

1. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang dapat digunakan secara sistematis dan siap pakai sehingga penggunanya dapat belajar kapan dan dimana saja. 2. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan dalam merumuskan

masalah matematika secara bebas, bersifat penemuan, dan baru yang sejalan dengan ide-ide seperti fleksibilitas, kelancaran, orisinalitas dan merinci dalam membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban beragam.

3. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah-masalah yang kontekstual dan tidak terstruktur serta berusaha untuk mendapatkan solusi-solusi yang berarti.

Software Autograph adalah salah satu software pendidikan matematika tingkat

(31)

216

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph terhadap modul yang dikembangkan dengan menekankan pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Dihasilkan modul dan perangkat pembelajaran lainnya yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph yang ditinjau berdasarkan kriteria efektivitas modul sebagai berikut:

a. Tingkat kevalidan modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph termasuk kategori „„sangat valid‟‟ dengan hasil rata RPP sebesar 4,24, rata-rata Modul Siswa (MS) sebesar 4,17, rata-rata-rata-rata Buku Panduan Guru (BPG) sebesar 4,25 dan Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (TKBKMS) sebesar 4,16 telah memenuhi persyaratan kevalidan para ahli.

(32)

217

„„baik‟‟ sehingga memenuhi persyaratan kepraktisan.

c. Keefektifan modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph disimpulkan berdasarkan atas beberapa hal sebagai berikut: a) respon siswa terhadap modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph mendapat respon positif di atas 80 %, dan b) ketuntasan belajar siswa pada ujicoba II mencapai 80% telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal sehingga memenuhi persyaratan keefektifan.

2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa (gain) sebesar 0,55 (55%) dengan kategori “sedang”. Aspek berpikir kreatif matematis yang paling tinggi terutama pada aspek keluwesan (flexibility) terhadap modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph pada kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal:

(33)

218

2. Modul yang dihasilkan masih perlu diujicobakan lagi ke sekolah-sekolah yang lebih luas lagi untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang benar-benar berkualitas (sebagai tahapan penyebaran model 4-D).

3. Modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph sebagai alat bantunya dapat digunakan untuk materi lain yang sejenis Transformasi (translasi, refleksi, rotasi dan dilatasi) seperti materi bangun datar ataupun bangun ruang.

4. Modul yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan matematika pada diri siswa khususnya kemampuan berpikir kreatif matematis terutama pada aspek keluwesan (flexibility). Untuk itu, dapat dilakukan penelitian selanjutnya agar modul tersebut dapat meningkatkan aspek lain dari kemampuan berpikir kreatif matematis seperti aspke kelancaran (fluency), keaslian (originality) dan elaborasi (elaborate).

5. Pengaturan waktu menjadi faktor yang sangat penting dalam menjalankan segala hal yang direncanakan. Untuk itu, dalam penelitian selanjutnya alokasi waktu yang dijalankan di lapangan harus sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia agar berjalan optimal dan mencapai hasil yang maksimal.

(34)

219

DAFTAR PUSTAKA

Afriati, Vira. (2011). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik Siswa

dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph.

Medan: Tesis. Tidak diterbitkan

Amasari, Fety. H. (2011).Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran (AP) SMK Negeri 1 Depok pada Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem Posing Tipe Presolution Posing. Yogyakarta: Skripsi. Tidak diterbitkan

Arends, R. (2008). Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada Asmin dan Abil Mansur. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan

Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Badi, Jamal. Dkk. (2007). Islamic Creative Thinking. Bandung: Mizan Pustaka Budiman, Hedi. (2011). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif

Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Software Cabri 3D.Bandung: Skripsi. Tidak diterbitkan

Budiningsih, C. Asri. (2005).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dahar, R. Wilis. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Daryanto. (2013). Menyusun Modul. Yogyakarta: Gava Media

DePorter, Bobbi. dkk. (2007). Quantum Learning. Bandung: Mizan Pustaka Frisniory, Suci. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk

Membelajarkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP N 7 Binjai. Medan: Program Pascasarjana Unimed Medan.

(35)

220

Mahmudi, Ali. (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Yogyakarta: Seminar Nasional

Mandasari, Lola. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Model Problem Based Learning Menggunakan Software Autograph. Tesis pada PPs Unimed: Tidak diterbitkan

Mardianto (2010). Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Modul: Fakultas Tarbiyah IAIN SU

Mayasari, (2014). Pengembangan Bahan Ajar dengan Menggunakan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Negeri 6 Pematang Siantar. Tesis pada PPs Unimed: Tidak diterbitkan

Muliati, Sri. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Tesis pada PPs Unimed: Tidak diterbitkan

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

---. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosda Karya

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Ngalimun, dkk. (2013). Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Prasetyo, Wahyu. (2011). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Dengan Pendekatan PMR Pada Materi Lingkaran di Kelas VIII SMPN 2 Kepohbaru Bojonegoro. Bojonogoro: Skripsi. Tidak Diterbitkan

Rusman. (2013a). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta

---. (2013b). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

(36)

221

Sinaga. B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbaisi Budaya Batak. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA

Sinamo, J. (2010). 8 Etos Keguruan, Jakarta: Institut Darma Mahardika

Siregar, Nisah A. (2012). Pengembangan Modul Untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Pecahan Melalui Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) SMP. Tesis pada PPs Unimed: Tidak diterbitkan

Siregar, Sakinah U. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas V MIN pada Pokok bahasan Pecahan. Tesis pada PPs Unimed: Tidak diterbitkan

Sudijono, Anas. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

---. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudjana, Nana., dkk. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Suryana, Andri. (2012). Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Lanjut (Advanced Mathematical Thinking) dalam Mata Kuliah Statistika Matematika 1. Prosiding. Universitas Indraprasta PGRI Jakarta

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Susilo, Joko. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Trianto. (2011).Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Gambar

Gambar
Gambar 1.1: Lembar Jawaban Siswa
gambaran bagi

Referensi

Dokumen terkait

Jika tanah sudah tercemar limbah detergen, di khawatirkan bahan kimia yang terkandung pada detergen terakumulasi dalam tubuh dan dapat mengakibatkan penyakit sejenis kanker

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Khusus Sekolah Pascasarjana.

Penerapan Kegiatan Spray Painting Dalam Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Anak Usia Dini Di Kelompok B Kelas Anggur TK PGRI Lembang.... Peningkatan Kreativitas Seni

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pengelolaan Perpustakaan SMA Negeri 2 Payakumbuh sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 7329: 2009.. Ruang

Analisis Pengaruh Pengetahuan Gizi Siswa SMP Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Jajanan Sekolah Di Wilayah Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia

untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. e) Mendiskusikan dengan guru kelas dan teman sejawat yang akan diminta. menjadi seorang observer.

(1) Struktur kurikulum program sarjana (S-1) kependidikan bagi guru dalam jabatan terdiri atas mata kuliah yang dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka

[r]