• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

70 1. Deskripsi Responden Penelitian

Responden dari penelitian ini adalah mahasiswa program studi ekonomi syariah STAIN Pekalongan angkatan tahun 2012. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling artinya penetapan responden berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.

Pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang terkumpul sesuai dengan jumlah sampel yaitu 31 kuesioner. Pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu pertanyaan mengenai data atau identitas responden dan pertanyaan mengenai ketiga variabel independen penelitian yaitu iklan media televisi, harga dan religiusitas dan variabel dependen yaitu keputusan membeli rokok pada mahasiswa program studi ekonomi syariah STAIN Pekalongan angakatan tahun 2012.

Pendistribusian dan pengumpulan data kuesioner berlangsung dari bulan Juni-Juli 2016. Kuesioner pda penelitian ini terdiri dari 33 item pertanyaan, namun setelah melalui uji validitas dan reliabilitas, terdapat 2 item yang tidak valid, dengan demikian total pertanyaan kuesioner menjadi 31 item yang dapat diuji lebih lanjut dengan pengujian hipotesis dan analisis data.

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identitas responden berdasarkan umur dan pekerjaan responden. Penggolongan yang dilakukan

(2)

ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas gambaran responden sebagai objek penelitian. Gambaran umum satu persatu dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Berdasarkan data primer yang telah diolah, maka hasil persebaran responden berdasarkan umur dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.1 , berikut ini :

Tabel 4.1

Responden berdasarkan umur

No Umur Jumlah Prosentase (%)

1 20 1 3,2

2 21 3 9,7

3 22 16 51,6

4 23 8 25,8

5 24 3 9,7

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari penelitian terhadap 31 responden, menunjukkan paling banyak berusia 22 tahun dengan prosentase sebesar 51,6 % dari total responden, kemudian diikuti oleh responden dengan usia 23 tahun dengan prosentase sebesar 25,8 %, kemudian responden dengan usia 21 tahun dan 24 tahun yang keduanya sama-sama sebesar 9,7 %, sisanya adalah umur 20 tahun yaitu sebesar 3,2 %.

(3)

b. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Pada penelitian ini, 31 mahasiswa yang menjadi responden dapat diklasifikasikan berdasarkan pekerjaannya dapat ditunjukkan dalam tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2

Responden berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1 Mahasiswa murni 25 80,6

2 Kuliah sambil bekerja 6 19,4

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Gambar 4.1

Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

(4)

Berdasarkan tabel dan diagram di atas, responden didominasi oleh mahasiswa murni, yaitu sebesar 25 responden dengan prosentase 80,6 %. Responden yang mempunyai pekerjaan sejumlah 6 responden dan prosentase sebesar 19,4 %.

2. Tanggapan jawaban responden per variabel

Tanggapan jawaban responden merupakan langkah yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai jawaban responden penelitian ini, khususnya mengenai variabel-variabel penelitian penelitian yang digunakan. Berikut ini adalah tanggapan dari para responden.

Tabel 4.3

Frekuensi jawaban variabel iklan media televisi (X1)

Instrumen Pernyataan

Jawaban

1 2 3 4 5

Item_1 Saya banyak memperoleh informasi mengenai produk rokok melalui iklan media TV.

0 4 10 8 9

Item_2 Visualisasi Pesan multimedia

(Gambar, Animasi dan Suara) yang diusung oleh produk iklan rokok di media TV sangat menarik

0 5 2 16 8

Item_3 Iklan rokok di televisi mudah dipahami.

0 5 10 8 8

(5)

informasi tentang keunggulan rokok. Item_5 Suasana dan ilustrasi iklan rokok

sesuai dengan kejadian sehari-hari

0 3 4 16 8

Item_6 Kata-kata dalam iklan rokok

membuat saya yakin untuk membeli produk rokok.

0 4 4 14 9

Item_7 Iklan rokok di televisi jelas dan sederhana.

0 4 6 13 8

Item_8 Frekuensi/intensitas iklan produk rokok di media televisi sering ditayangkan, sehingga produk rokok mudah diingat.

0 3 5 14 9

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Tabel 4.4

Frekuensi jawaban varibel harga (X2)

Instrumen Pernyataan Jawaban

1 2 3 4 5

Item_9 Harga produk rokok terjangkau. 1 1 12 15 2 Item_10 Sebelum membeli, saya

membandingkan harga rokok yang lain.

1 5 10 14 1

(6)

membeli produk rokok.

Item_12 Harga merupakan faktor penting ketika memilih rokok.

0 4 10 13 4

Item_13 Harga rokok sesuai dengan daya beli saya

1 4 9 13 4

Item_14 Harga rokok sesuai dengan manfaat yang diberikan

1 4 7 15 4

Item_15 Harga rokok sesuai dengan kualitas yang diberikan

0 5 7 13 6

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Tabel 4.5

Frekuensi Jawaban Variabel Religiusitas

Instrumen Pernyataan Jawaban

1 2 3 4 5

Dimensi Keyakinan

Item_16 Saya mempunyai keyakinan bahwa Islam adalah sumber dari segala hukum.

0 6 6 10 9

Item_17 Saya percaya bahwa hukum Islam lebih baik bagi manusia.

0 6 4 10 11

Dimensi Praktek agama

(7)

waktu tepat waktu.

Item_19 Saya menjalankan sholat sunnah. 0 5 10 13 3 Item_20 Saya membaca Al-qur’an setiap

hari.

0 4 9 13 5

Dimensi Pengalaman Item_21 Ketika saya sholat dengan teratur

maka masalah yang saya alami terasa semakin berkurang.

0 5 5 15 6

Item_22 Saya merasa kecewa saat tidak dapat melaksanakan sholat berjamaah.

0 5 9 7 10

Dimensi Pengetahuan Agama Item_23 Saya suka membaca buku-buku

tentang Islam

0 5 11 10 5

Item_24 Saya mengetahui bahwa hukum rokok adalah makruh.

0 5 6 12 8

Item_25 Saya setuju dengan fatwa MUI tentang keharaman merokok.

0 2 4 16 4

Dimensi Konsekuensi Item_26 Saya merasa tidak tenang ketika

mengkonsumsi produk yang hukumnya subhat (diragukan).

0 6 4 18 3

(8)

melakukan dosa kecil Item_28 Saya merasa berdosa ketika

melakukan dosa besar

0 6 3 10 12

Sumber : Data yang diolah, 2016

Tabel 4.6

Frekuensi Jawaban Keputusan Pembelian

Instrumen Pernyataan Jawaban

1 2 3 4 5

Item_29 Saya membeli rokok untuk memenuhi kebutuhan saya.

0 1 2 16 12

Item_30 Saya membeli rokok karena ingin mencobanya.

0 2 6 15 8

Item_31 Saya membeli rokok karena terbiasa merokok.

0 0 3 12 16

Sumber : Data yang diolah, 2016

B. Analisis Data 1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak sahnya suatu kuesioner. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.1

1 Tukiran Taniredja, Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar),

(9)

Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah melakukan uji siginfikansi dengan tingkat signifikansi 5% dan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Hasil uji validitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7

Hasil Uji Validitas Variabel X

Variabel Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan

Iklan media televisi (X1) 1 0,931 0,355 Valid 2 0,919 0,355 Valid 3 0,898 0,355 Valid 4 0,948 0,355 Valid 5 0,940 0,355 Valid 6 0,943 0,355 Valid 7 0,943 0,355 Valid 8 0,957 0,355 Valid Harga (X2) 1 0,789 0,355 Valid 2 0,883 0,355 Valid 3 0,936 0,355 Valid 4 0,917 0,355 Valid 5 0,923 0,355 Valid 6 0,942 0,355 Valid 7 0,915 0,355 Valid Religiusitas (X3) 1 0,911 0,355 Valid 2 0,923 0,355 Valid 3 0,914 0,355 Valid 4 0,907 0,355 Valid

(10)

5 0,928 0,355 Valid 6 0,962 0,355 Valid 7 0,879 0,355 Valid 8 0,901 0,355 Valid 9 0,926 0,355 Valid 10 0,881 0,355 Valid 11 0,947 0,355 Valid 12 0,921 0,355 Valid 13 0,925 0,355 Valid

Sumber Output SPSS, 2016, data diolah

Tabel 4.8

Hasil Uji Validitas Keputusan Pembelian (Y)

Variabel Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan Keputusan

Pembelian (Y)

1 0,808 0,355 Valid

2 0,859 0,355 Valid

3 0,821 0,355 Valid

Sumber Output SPSS, 2016, data diolah

Dari tampilan tabel 4.10 diatas, terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator pertanyaan terhadap skor total variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid. Hal ini dikarenakan nilai korelasi masing-masing item menunjukkan angka yang lebih besar dari rtabel pada signifikansi 0,05 dengan N = 31 yaitu 0,355.

(11)

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi dari suatu variabel. Suatu alat ukur dikatakan reliabel bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama.2 Butir pertanyaan dalam variabel dikatakan reliabel atau terpercaya apabila jawaban responden adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,70.3 Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil uji Reliabilitas

Variabel Cronbach

Alpha Nilai A Keterangan

Iklan Media Televisi

(X1) 0,979 0,70 Reliabel

Harga (X2) 0,961 0,70 Reliabel

Religiusitas (X3) 0,983 0,70 Reliabel

Keputusan

Pembelian (Y) 0,769 0,70 Reliabel

Sumber : Output SPSS, 2016, data diolah

Dari tampilan tabel 4.9 output SPSS diatas terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator variabel terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel pertanyaan adalah

2 Tukiran Taniredja, Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar),

(Bandung : Alfabeta, 2012), hlm 43

3 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19,

(12)

reliabel. Hal tersebut dikarenakan nilai korelasi masing-masing item menunjukkan angka yang lebih besar dari nilai cronbach alpha yaitu > 0,70.

2. Uji asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 18. Uji asumsi klasik dilakukan sebagai prasyarat analisis regresi berganda. Dalam uji asumsi klasik ini meliputi beberapa uji diantaranya uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas dan Uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memeiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendekteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yakni dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Non parametric kolmogorov-smirnov (K-S). jika sigifikansi hasil uji Non parametric kolmogorov-smirnov (K-S) nilainya lebih besar dari 5% (0,05) berarti data terdistribusi normal. Hasil uji Non parametric kolmogorov-smirnov (K-S) dalam penelitian ini adalah :

(13)

Tabel 4.10

Hasil uji Normalitas dengan uji Non parametric kolmogorov-smirnov

Sumber : output SPSS, 2016, data diolah

Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dapat diketahui bahwa hasil uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,278. Hal ini berarti data yang digunakan tersistribusi normal karena tingkat signifikansi diatas 0,05.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan terhadap salah satu asumsi klasik yang mensyaratkan adanya heteroskedastisitas, pengujian ada tidaknya gejala heteroskedastisitas memakai metode grafik dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot dari variabel dependen, dimana jika tidak terdapat pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan begitu sebaliknya.

(14)

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Sumber : Output SPSS, 2016, data diolah

Dari gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar di sekitar nol pada sumbu vertikal dan tidak membentuk pola tertentu (acak), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas. Namun demikian dengan hanya melihat grafik scatterplot kurang memberikan hasil yag maksimal. Kemudian dijelaskan kembali melalui uji gletser pada tabel 4.11 di bawah ini :

(15)

Tabel 4.11 Hasil Uji Gletser

Sumber : Output SPPS, 2016, data diolah

Tabel 4.11 diatas menunjukkan nilai signifikansi masing-masing variabel lebih besar dari 0,05 yaitu variabel iklan media televisi dengan nilai sig 0,689 kemudian variabel harga dengan nilai sig 0,480 dan yang terakhir adalah variabel religiusitas dengan nilai sig 0,482 sehingga dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar ariabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian multikolonieritas penelitian ini menggunakan nilai collinearity statistics tolerance (T) dan Variance Inflation Factor

(VIF). Nilai cutoff yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Di bawah ini merupakan hasil dari pengujian multikolinearitas.

(16)

Tabel 4.12

Hasil uji Multikolinearitas

Sumber : Output SPSS, 2016, data diolah

Berdasarkan dari tabel 4.12 diatas, dapat diketahui bahwa hasil uji multiolinearitas menunjukkan nilai Collinearity statistics tolerance

≤ 0,10 yaitu variabel iklan media televisi adalah 0,939 lalu harga 0,964 dan religiusitas 0,974. Selanjutnya dilihat dari nilai Collinearity statistcs VIF menujukkan nilai ≥ 10 yaitu variabel iklan media televisi 1,065 lalu harga 1,037 dan religiusitas 1,027. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas.

d. Uji Linearitas

Uji Linearitas ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik. Hasil uji linearitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(17)

Tabel 4.13 Hasil Uji Linearitas

Sumber : Output SPSS, 2016, data diolah

Berdasarkan dari tabel 4.13 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai sig linearity variabel iklan media televisi adalah sebesar 0,007 (lebih kecil dari 0,05) dan nilai sig deviation from linearity data tersebut adalah 0,106 (lebih besar dari 0,05) artinya data yang dipergunakan dapat dijelaskan oleh regresi linear dengan cukup baik. Pada variabel harga nilai sig linearity adalah sebesar 0,034 (lebih kecil

(18)

dari 0,05) dan nilai sig deviation from linearity data tersebut adalah 0,920 (lebih besar dari 0,05) artinya data yang dipergunakan dapat dijelaskan oleh regresi linear dengan cukup baik. Begitupun pada variabel religiusitas nilai sig linearity adalah sebesar 0,027 (lebih kecil dari 0,05) dan nilai sig deviation from linearity data tersebut adalah 0,054 (lebih besar dari 0,05) artinya data yang dipergunakan dapat dijelaskan oleh regresi linear dengan cukup baik.

3. Analisis Regresi Berganda

Besarnya perubahan pada faktor dependen (Y) akibat perubahan pada faktor independen (X) secara parsial dijelaskan melalui persamaan regresi linear berganda. Dengan menggunakan program SPSS 18 for windows diperoleh hasil seperti tertera pada tabel 4.13 dibawah ini :

Tabel 4.14

Hasil uji Regresi Linear Berganda

Sumber : Output SPSS, 2016, data yang diolah

Berdasarkan data output dari tabel 4.14, diatas, maka dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

Keputusan Pembelian = 15,902 – 0,083 iklan media televisi – 0,111 harga + 0,041 religiusitas.

(19)

Persamaan tersebut mempunyai makna :

a. Nilai Konstanta sebesar 15,902 menyatakan bahwa apabila iklan media televisi (X1), harga (X2), dan religiusitas bernilai nol maka keputusan pembelian bernilai 15,902.

b. Koefisien regresi iklan media televisi sebesar -0,083 dan bertanda negatif, hal ini berarti menujukkan setiap kenaikan satu persen iklan media televisi dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka iklan media televisi akan mengalami penurunan sebesar -0,083

c. Koefisien regresi harga sebesar -0,111 dan bertanda negatif, hal ini berarti menujukkan setiap kenaikan satu persen harga dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka harga akan mengalami penurunan sebesar -0,111

d. Koefisien regresi religiusitas sebesar 0,041 dan bertanda positif, hal ini berarti menujukkan setiap kenaikan satu persen religiusitas dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka religiusitas akan mengalami kenaikan sebesar 0,041

4. Uji Signifikansi a. Uji t (Uji Parsial)

Uji t (t-test) digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara parsial. Pengujian signifikansi yang dilakukan uji t ditetapkan dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Jika thitung > ttabel, maka menerima Ha, yang berarti variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat. Berdasarkan

(20)

output SPSS dari tiga variabel bebas yaitu iklan media televisi, harga dan religiusitas terhadap keputusan pembelian ditunjukkan pada tabel 4.15 dibawah ini :

Tabel 4.15

Hasil uji t (Regresi parsial)

Sumber : Output SPSS, 2016, data diolah

Dari hasil analisis regresi secara parsial di atas dapat disimpulkan bahwa :

1) Iklan media televisi

Nilai signifikansi pada iklan media televisi sebesar 0,046 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa iklan media televisi signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel iklan media televisi mempunyai thitung sebesar (-2,097) dan ttabel sebesar 2,05183, karena thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa variabel iklan media televisi berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

2) Harga

Nilai signifikansi pada variabel harga sebesar 0,029 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

(21)

harga signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel harga mempunyai thitung sebesar (-2,307) dan ttabel sebesar 2,05183, karena thitung > ttabel maka disimpulakn bahwa variabel harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

3) Religiusitas

Nilai signifikansi pada religiusitas sebesar 0,088 lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas tidak signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel religiusitas mempunyai thitung sebesar 1,771 dan ttabel sebesar 2,05183, karena thitung < ttabel maka disimpulakan variabel religiusitas tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. b. Uji F ( Uji Simultan)

Uji F (simultan) yaitu pengujian untuk menguji apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian signifikansi yang dilakukan uji F ditetapkan dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, serta membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Berdasarkan output SPSS dari tiga variabel bebas yaitu iklan media televisi, harga dan religiusitas terhadap keputusan pembelian ditunjukkan pada tabel 4.16 dibawah ini :

(22)

Tabel 4.16

Hasil Uji f (Regresi Simultan)

Sumber : Output SPSS, 2016, data diolah

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 18 maka hasil ouput dapat dilihat pada tabel 4.16, Nampak bahwa secara simultan pengaruh dari tiga variabel bebas yaitu iklan media televisi, harga dan religiusitas terhadap keputusan pembelian mempunyai fhitung sebesar 5,572 dengan tingkat signifikansi 0,004. Sedangkan untuk nilai Ftabel sebesar 2,96 dengan tingkat signifikansi 0,05. Karena 5,572 > 2,96 maka fhitung > ftabel dan nilai signifikansi 0,004 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa iklan media televisi, harga dan religiusitas berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar presentase perubahan variabel dari variabel dependen bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari variabel independen. Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi dapat dijelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen.

(23)

Semakin tinggi nilai koefisien determinasi akan semakin baik kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen. Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai

adjusted R square pada analisis regresi berganda pada tabel 4.16 dibawah ini :

Tabel 4.17

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber : Output SPSS, 2016, data diolah.

Berdasarkan tabel 4.17 diatas, koefisien determinasi memiliki

adjusted R square sebesar 0,314. Hal ini berarti 31,4 % variabel dependen yaitu keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu iklan media televisi, harga dan religiusitas. Sedangkan sisanya yaitu (100% - 31,4% = 68,6%) dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

C. Pembahasan hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dipaparkan pembahasan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh antara iklan media televisi, harga dan religiusitas terhadap keputusan pembelian rokok pada mahasiswa program studi ekonomi syariah

(24)

STAIN Pekalongan angkatan tahun 2012. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan jumlah fhitung sebesar 5,572 dengan tingkat signifikansi 0,004. Sedangkan untuk nilai Ftabel sebesar 2,96 dengan tingkat signifikansi 0,05. Karena 5,572 > 2,96 maka fhitung > ftabel dan nilai signifikansi 0,004 < 0,05, sehingga terbukti secara simultan terdapat pengaruh antara iklan media televisi, harga dan religiusitas terhadap keputusan pembelian.

1. Pengaruh Iklan media televisi terhadap keputusan pembelian

Kecanggihan bidang telekomunikasi menjadikan televisi sebagai alat yang dipercaya mampu berkomunikasi dengan khalayak umum, melalui iklan yang ditayangkan di televisi para produsen rokok dapat menampilkan pesan-pesan dan keunggulan-keunggulan produknya agar mampu mempengaruhi para konsumen untuk membeli produknya. Berdasarkan tabel pada uji regresi parsial dapat dijelaskan bahwa nilai t hitung iklan media televisi sebesar (-2,097) dengan signifikansi sebesar 0,046. Karena nilai signifikansi 0,046 < 0,05 dan thitung lebih besar dari t tabel (-2,097) > 2,05183, maka variabel iklan media televisi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Aprilyana Saputri (2009) bahwa hasil hubungan antara Iklan Media TV dengan Keputusan Pembelian Konsumen adalah kuat, signifikan dan searah.

Demikian pula pada penelitian Setyo Ferry Wibowo dan Maya Puspita Karimah (2012) bahwa terdapat berpengaruh yang signifikan antara iklan

(25)

televisi terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik iklan televisi maka semakin tinggi keputusan pembelian.

Tayangan iklan produk rokok di media televisi memberikan banyak persepsi pada konsumen mahasiswa STAIN Pekalongan yang menjadi responden penelitian. Iklan dapat menarik perhatian konsumen, yang mengakibatkan pengolahan yang memadai.4 Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa iklan media televisi mempunyai pengaruh negatif terhadap keputusan pembelian rokok, sehingga semakin sering iklan yang diterima oleh mahasiswa STAIN Pekalongan justru semakin rendah pula peluang untuk melakukan keputusan pembelian rokok. Ini berarti kemampuan perusahaan rokok dalam mempromosikan produknya memberikan pengaruh yang negatif bagi responden mahasiswa STAIN Pekalongan. Hal ini dikarenakan (1) Objek penelitian yaitu mahasiswa STAIN yang memiliki intelektual tinggi, sehingga responden mahasiswa mampu mengolah iklan rokok di media televisi sehingga sadar akan bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, (2) Iklan rokok yang ditayangkan di media televisi tidak sesuai dengan produk yang ditawarkan, (3) Bermunculan iklan-iklan rokok yang berisikan pesan akan bahaya-bahaya merokok sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin sering reponden mahasiswa menyaksikan iklan rokok melalui media televisi maka semakin rendah keputusan mereka untuk melakukan pembelian

4 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran edisi 12, ( Jakarta : Indeks,

(26)

rokok dapat menarik perhatian konsumen mahasiswa STAIN Pekalongan program studi ekonomi syariah angkatan tahun 2012.

2. Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian

Setiap harga yang ditentukan perusahaan akan membawa kepada tingkat permintaan yang berbeda dan oleh karenanya akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap sasarannya. Di dalam kasus yang normal, hubungan harga dengan permintaan adalah berlawanan, yaitu semakin rendah harga maka semakin tinggi minat untuk mengkonsumsinya begitupun sebaliknya jika semakin tinggi harga maka semakin rendah minat untuk mengkonsuminya.

Hasil penelitian sejalan dengan hukum permintaan yang kita kenal selama ini yaitu hukum permintaan yang semakin menurun (low of diminishing demand) yaitu jika harga rokok turun,. maka keputusan pembelian rokok pada mahasiswa STAIN Pekalongan program studi ekonomi syariah angkatan tahun 2012 akan tinggi, begitupun sebaliknya, jika harga naik maka keputusan pembelian rokok pada mahasiswa STAIN Pekalongan program studi ekonomi syariah angkatan tahun 2012 akan turun. Penelitian ini mendukung penelitian Yuliyana Dwi Frasetya Samba yang menyatakan bahwa harga berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil ini menunjukkan seberapa besar harga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Artinya, harga suatu produk merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan konsumen untuk melakukan pembelian. Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa,

(27)

atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki, menggunakan produk atau jasa tersebut.5

Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian dari Ndaru Kusuma Dewa (2009) bahwa harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli. Berdasarkan tabel pada uji regresi parsial dapat dijelaskan bahwa nilai thitung harga sebesar (-2,307) dengan signifikansi sebesar 0,029. Karena nilai signifikansi 0,029 < 0,05 dan thitung lebih besar dari ttabel (-2,307) > 2,05183, maka variabel harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Nilai thitung yang negatif artinya bahwa harga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap keputusan pembelian, artinya semakin tinggi harga produk rokok maka semakin rendah keputusan untuk membeli rokok, begitupun sebaliknya jika harga rokok semakin rendah atau murah makan keputusan untuk membeli produk rokok akan semakin meningkat.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa harga masih menjadi salah satu faktor penentu konsumen mahasiswa STAIN Pekalongan dalam membuat keputusan pembelian rokok. Dalam hal ini berarti mahasiswa membeli rokok sesuai melihat dari sisi harganya. Rokok yang dikonsumsi oleh para mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini berarti telah sesuai harganya dengan kemampuan daya belinya.

3. Pengaruh religiusitas terhadap keputusan pembelian

Agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam berbagai dimensinya. Perilaku dan pengalaman manusia dalam beragama

(28)

menjadi menarik untuk dijadikan kajian dalam penelitian. Pemahaman keagamaan atau religiusitas yang dimaksud peneliti disini adalah besarnya kepatuhan, pengabdian agama dan pengetahuan terhadap ilmu agama.

Berdasarkan tabel pada uji regresi parsial dapat dijelaskan bahwa nilai thitung iklan media televisi sebesar 1,771 dengan signifikansi sebesar 0,088. Karena nilai signifikansi 0,088 > 0,05 dan thitung lebih kecil dari ttabel 1,771 < 2,05183, maka variabel religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rinda Asytuti (2009) yang meneliti tentang religiusitas dan perilaku investor di pasar modal, dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa praktek keagamaan (ibadah ritual) yang dilakukan oleh seseorang ternyata tidak selalu sebanding dengan perilaku investasinya. Begitupun pada penelitian Dwi Wiyati Astogini, Wahyudin dan Siti Zulaikha Wulandari (2011) bahwa Berdasarkan Uji F dan Uji t yang dilakukan dalam dari hasil penelitian, diketahui bahwa aspek religiusitas tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk halal.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa keputusan pembelian yang diambil oleh mahasiswa STAIN Pekalongan tidak dipengaruhi oleh religiusitasnya. Tingkat religiusitas tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena religiusitas bukanlah merupakan suatu yang tunggal dan jelas bentuknya, melainkan merupakan sistem yang terdiri dari beberapa

(29)

aspek.6 Mahasiswa STAIN Pekalongan program studi ekonomi syariah angkatan 2012 mempunyai religiusitas dan pengetahuan agama yang baik, namun pengetahuan akan agama tidak mempengaruhi keputusan untuk mengkonsmsi rokok, artinya bahwa perilaku beragama mahasiswa tidak mempengaruhi keputusannya untuk mengkonsumsi rokok. Karena mengkonsumsi rokok sudah menjadi kebiasaan dan kebutuhan tersendiri. Salah satu hal menarik yang diperoleh dalam penelitian ini adalah meskipun responden menyatakan bahwa religiuistas mereka tinggi, pengetahuan agama mereka mengerti tentang hukum rokok yang makruh namun mereka akan tetap mengkonsumsinya.

Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Febby Indra Firmansyah (2010) bahwa religiusitas sangat mempengaruhi keputusan menggunakan jasa, studi kasus pada rumah sakit di mana di dalamnya melekat nuansa agama. Fakta bahwa lebih banyaknya masyarakat Indonesia yang beragama Islam (termasuk Semarang) ternyata menjadi bagian penting yang perlu dipertimbangkan oleh para pelaku pasar. Agama menjadi bagian yang dapat disoroti dan diminati.

Dilihat dari item pertanyaan nomer 3 bahwa responden menjalankan sholat lima waktu tepat waktu, bahwa dari 31 responden sebanyak 19 menjawab setuju, artinya sebanyak 61,3% responden dapat dkatakan religius dan sisanya 38,7% kurang religius karena tidak setuju dengan utem pertanyaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa meski

6 M.A. Subandi, Psikologi Agama dan Kesehatan Mental, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

(30)

dapat dikatakan religius , namun sebanyak 38,7% tidak religius sehingga religius tidak mempengaruhi keputusan pembelian rokok.

Selanjutnya terkait fatwa MUI bahwa 20 responden atau 64,5% setuju dengan iem pertnyaan tersebut, namun mereka tetap saja melakukan aktivitas merokok. Hal ini menunjukkan bahwa bisa jadi para responden beraliran NU yang mengatakan bahwa rokok adalah makruh bukan haram. Sehingga dari hasil penelitian ini religiusitas atau faktor agama tidak mempengaruhi keputusan pembelian rokok pada mahasiwa STAIN Pekalongan program studi ekonomi syariah angkatan tahun 2012.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas tidak menjadi salah satu faktor penentu keputusan pembelian konsumen. Mereka mengetahui bahwa hukum rokok adalah makhruh, dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan nomer 9 menjawab dengan respon positif yaitu sebanyak 20 responden atau sebanyak 64,5% namun hal ini tidak menjadi penentu untuk tidak merokok. Keputusan mereka untuk merokok didasarkan pada kebiasaan dan terbiasa untuk mengkonsuminya, bukan dari faktor agama atau religiusitasnya.

Gambar

Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.9  Hasil uji Reliabilitas
Gambar 4.2  Grafik Scatterplot
Tabel 4.11  Hasil Uji Gletser

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diatas antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sumatera Utara

Salah satu upaya peningkatan produksi kacang hijau yaitu dengan penggunaan pupuk dolomit dan pupuk kandang sapi dengan tujuan meningkatkan kesuburan tanah sehingga turut

lingkungan dengan mengadakan kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk menjaga kebersihan. Salah satu permasalahan terbesar yang dihadapi Taman Margasatwa Semarang

Tapi kenyataannya, beberapa makanan yang memiliki IG yang rendah atau kandungan karbohidrat yang sangat kecil ternyata dapat menyebabkan suatu respons insulin yang tinggi

Mari kita kembali kepada Tuhan, biarlah diri kita berada dalam kuasa Yesus untuk mengalahkan iblis.. Jangan pernah menyerah terhadap iblis karena Yesuslah yang lebih

Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan manajemen risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas atau kegiatan di Puskesmas pada

Survey GPS untuk pemantauan penurunan muka tanah yang dilakukan di Jakarta ini telah dilakukan tiga belas kali dimulai dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2011, seperti

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia