• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREDIKSI CADANGAN AIRTANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN GROBOGAN BAGIAN BARAT, JAWA TENGAH NURUL HIDAYATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PREDIKSI CADANGAN AIRTANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN GROBOGAN BAGIAN BARAT, JAWA TENGAH NURUL HIDAYATI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

GEOLISTRIK DI KABUPATEN GROBOGAN

BAGIAN BARAT, JAWA TENGAH

NURUL HIDAYATI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOG I PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Prediksi Cadangan

Airtanah dengan Metode Geolistrik di Kabupaten Grobogan Bagian Barat, Jawa

Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Nurul Hidayati

NIM F44120038

(4)
(5)

Kabupaten Grobogan Bagian Barat, Jawa Tengah. Dibimbing oleh ROH

SANTOSO BUDI WASPODO.

Airtanah mempunyai kuantitas yang terbatas karena tergantung pada geometri dan

sebaran akuifernya. Oleh karena itu penelitian yang berkaitan dengan airtanah

perlu dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Tujuan penelitian untuk

mengidentifikasi litologi lapisan tanah dan posisi ketebalan akuifer, menentukan

nilai konduktivitas hidrolik dan memprediksi cadangan airtanah dengan

persamaan

darcy

di Kabupaten Grobogan bagian Barat. Data yang diolah

merupakan data sekunder geolistrik dengan konfigurasi

schlumberger

, peta

hidrogeologi, dan peta geologi Kabupaten Grobogan. Dari hasil rata-rata tebal

lapisan akuifer di lokasi penelitian diperoleh ketebalan akuifer bebas adalah 10,49

m dan ketebalan akuifer tertekan sebesar 19,85 m. Diprediksi litologi tanah

berupa tanah lempung, pasir, kerikil, batu gamping, dan batu napal dengan nilai

konduktivitas hidrolik sebesar 3,68 m/hari untuk akuifer bebas dan 0,49 m/hari

untuk akuifer tertekan. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan

darcy

didapatkan prediksi cadangan airtanah sebesar 77,93 lt/detik untuk akuifer

bebas dan 5,33 lt/detik untuk akuifer tertekan.

Kata kunci: airtanah, akuifer, litologi, metode geolistrik, persamaan

darcy

ABSTRACT

NURUL HIDAYATI.

Groundwater Reserve Prediction with Geoelectricity

Method in West Grobogan District, Central Java. Supervised by ROH

SANTOSO BUDI WASPODO.

Groundwater has a limited quantity because it depends on the geometry and the

distribution of aquifer. Therefore research related to groundwater need to be

conducted in an integrated and sustainable way. The purpose of the study were to

identify lithology of soil layer and aquifer thickness, to determine hydraulic

conductivity value and to predict groundwater potential using darcy’s law in west

Grobogan district. The processed data were secondary data and consisted of:

geoelectricity data using Schlumberger configuration, hydrogeological maps, and

geological maps of Grobogan district. From average aquifer thickness on research

area, it was obtained that unconfined aquifer thickness was 10,49 m and confined

aquifer thickness was 19,85 m. Soil lithology was predicted consisted of clay,

sand, gravel, limestone and marl with hydraulic conductivity values of 3,68 m/day

for unconfined aquifer and 0,49 m/day for confined aquifer. From the calculation,

it was obtained that unconfined aquifer had groundwater potential of 77,93 lt/s

and 5,33 lt/s for confined aquifer.

(6)
(7)

BAGIAN BARAT, JAWA TENGAH

NURUL HIDAYATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOG I PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia, hidayah, dan

rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Prediksi Cadangan Airtanah dengan Metode

Geolistrik di Kabupaten Grobogan Bagian Barat, Jawa Tengah” dapat

diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan

Lingkungan.

Kelancaran penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan dan

petunjuk serta kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1.

Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT selaku dosen pembimbing tugas akhir

yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan dukungan dalam bidang

akademik, moral dan spiritual.

2.

Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, M.S dan Dr. Ir. Prastowo, M.Eng sebagai dosen

penguji atas segala masukannya untuk kelengkapan karya ilmiah ini.

3.

Bapak Fathurochman , Ibu Mukraminingsih dan segenap keluarga tercinta

yang selalu memberikan doa dan dukungan moral serta materi.

4.

Nauratul Aslah, Fajar Nur Huda, Tadzalli Tigin Syahidan, Tiar Ansori,

Halimanto Sapta Triyoga, Alifia Octasuzan, Jemmy Arismaya, dan serta

keluarga besar mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan

49.

5.

Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

terlaksananya penelitian hingga tersusunnya laporan ini.

Karya ilmiah ini jauh dari sempurna, tetapi diharapkan karya ilmiah ini

tetap bermanfaat bagi akademisi khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bogor, September 2016

(11)

DAFTAR ISI

PRAKATA

iii

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Airtanah

2

Geolistrik

4

Konduktivitas Hidrolik Tanah

7

METODE PENELITIAN

8

Waktu dan Tempat

8

Alat dan Bahan

8

Prosedur Penelitian

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

12

Kondisi Umum Daerah Penelitian

12

Garis Aliran Airtanah (

Flownet

)

13

Karakteristik Akuifer

14

Cadangan Airtanah

20

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

25

(12)

DAFTAR TABEL

1. Keunggulan geolistrik

4

2. Nilai konduktivitas hidrolik

7

3. Data jumlah desa dusun dan luas kecamatan di Kabupaten Grobogan.

12

4. Data elevasi dan posisi akuifer lokasi penelitian

13

5. Klasifikasi nilai konduktivitas hidrolik

14

6. Data kedalaman dan ketebalan akuifer

15

7. Data elevasi akuifer bebas dan akuifer terteka n

18

8. Pengukuran kedalaman muka airtanah

19

9. Data nilai parameter dari persamaan

darcy

21

10. Data prediksi kapasitas potensi cadangan airtanah

21

11. Hasil perhitungan besar eksploitasi airtanah katagori aman

21

DAFTAR GAMBAR

1.Kondisi akuifer ideal

3

2.Aliran arus listrik pada pengukuran geolistrik

4

3.Konfigurasi elektroda yang umum digunakan

5

4.Susunan elektroda konfigurasi

Wenner-Schlumberger

6

5.Lokasi dan titik penelitian

8

6.Diagram alir penelitian

10

7.Parameter

darcy

di lapangan

11

8.Aplikasi persamaan

darcy

di lapangan

12

9.Ketebalan akuifer pada Kabupaten Grobogan bagian Barat

16

10. Panjang penampang akuifer (W)

17

11. Potongan melintang panjang penampang akuifer (W) dari Barat ke Timur 17

12. Penampang melintang akuifer bebas dari selatan ke Utara.

19

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1.Peta Geologi lokasi penelitian

25

2.Peta Hidrogeologi lokasi penelitian

26

3.Peta Cekungan airtanah lokasi penelitian

27

4.Peta Daerah Aliran Sungai Lokasi Penelitian

28

5.Garis aliran airtanah akuifer bebas di Kabupaten Grobogan

29

6.Garis aliran airtanah akuifer tertekan di Kabupaten Grobogan

30

7.Borelog Penampang Pengukuran Geolistrik GL 1 - GL 11

31

8.Borelog Penampang Pengukuran Geolistrik GL 12 - GL 20

32

9.Borelog Penampang Pengukuran Geolistrik GL 21- GL 24

33

10. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 1

34

11. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 2

35

12. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 3

36

13. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 4

37

14. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 5

38

15. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 6

39

16. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 7

40

17. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 8

41

18. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 9

42

19. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 10

43

20. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 11

44

21. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 12

45

22. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 13

46

23. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 14

47

24. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 15

48

25. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 16

49

26. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 17

50

27. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 18

51

28. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 19

52

29. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 20

53

30. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 21

54

31. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 22

55

32. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 23

56

33. Data Lapangan

Resistivity Sounding

(VES) GL 24

57

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang vital pada kebutuhan mahluk hidup

terutama manusia (Widodo 2013). Penyediaan air bersih di suatu daerah mutlak

dilakukan baik saat ini maupun saat mendatang (Waspodo 2002). Penyediaan air

bersih dapat memanfaatkan potensi air permukaan, yang kemudian diolah

sehingga memenuhi persyaratan. Namun jika air permukaan suatu daerah

kuantitas dan kualitasnya tidak memenuhi syarat standar maka digunakan

alternatif potensi air lain yaitu dengan memanfaatkan potensi airtanah.

Airtanah sebagai sumberdaya alam tidak dapat terlihat secara langsung

karena terdapat di dalam tanah dan batuan tetapi hampir semua penduduk

memanfaatkannya baik untuk keperluan domestik maupun industri (Pratitnyo

2008). Kebutuhan airtanah akan selalu meningkat sesuai dengan perkembangan

suatu daerah baik secara fisik maupun sosial, oleh karena itu penelitian yang

berkaitan dengan sumber daya airtanah perlu dilakukan secara terpadu dan

berkelanjutan. Perlu adanya pengaturan dan pemanfaatan airtanah bagi kebutuhan

tersebut sesuai dengan cadangan airtanah yang tersedia (Sudarto 2012). Jika

dibandingkan dengan sumber air bersih lainnya, maka airtanah mempunyai nilai

ekonomis yang lebih tinggi karena biaya produksi yang rendah dan kualitas lebih

baik. Meskipun demikian airtanah mempunyai kuantitas yang terbatas karena

tergantung pada geometri dan sebaran akuifernya (Naryanto 2008). Akuifer

adalah suatu lapisan pembawa airtanah dengan permeabilitas yang cukup untuk

mengantarkan dan ditempati oleh airtanah dalam jumlah ekonomis (Azwar 2009).

Kabupaten Grobogan adalah daerah di Jawa Tengah yang masyarakatnya

biasa menggunakan airtanah untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Masyarakat

daerah Grobogan memiliki perekonomian utama di bidang pertanian, namun

daerah Gerobogan cenderung sulit mendapatkan air. Maka kajian hidrogeologi di

Kabupaten Grobogan perlu untuk mengetahui potensi cadangan airtanah di

Grobogan. Menentukan potensi cadangan airtanah banyak metode yang dapat

digunakan, salah satunya ialah metode geolistrik. Metode geolistrik merupakan

metode penyelidikan permukaan tanah yang banyak sekali digunakan dan

hasilnya cukup baik. Metode ini memberikan gambaran susunan dan kedalaman

lapisan batuan dari sifat kelistrikan batuan, sehingga diketahui lapisan batuan

pembawa air (akuifer) yang memiliki sifat-sifat batuan yang khas.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah debit pada

akuifer bebas dan akuifer tertekan yang terdapat di lokasi penelitian, nilai

konduktivitas di lokasi penelitian dan bagaimana litologi lapisan tanah di lokasi

penelitian.

(16)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1.

Mengidentifikasi litologi lapisan tanah dan posisi ketebalan akuifer di

Kabupaten Grobogan bagian Barat, yaitu Kecamatan Tegowanu, Kecamatan

Gubug,

Kecamatan

Tanggungharjo,

Kecamatan

Godong,

Kecamatan

Penawangan, Kecamatan Kadungjati, dan Kecamatan Karangrayung.

2.

Menentukan nilai konduktivitas hidrolik tanah di lokasi penelitian.

3.

Memprediksi potensi cadangan airtanah di lokasi penelitian.

Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini yaitu :

1.

Memberikan informasi mengenai litologi lapisan tanah dan posisi ketebalan

akuifer di Kabupaten Grobogan bagian Barat, yaitu Kecamatan Tegowanu,

Kecamatan

Gubug,

Kecamatan

Tanggungharjo,

Kecamatan

Godong,

Kecamatan

Penawangan,

Kecamatan

Kadungjati,

dan

Kecamatan

Karangrayung.

2.

Memberikan informasi mengenai besarnya nilai konduktivitas hidrolik tanah

di lokasi penelitian.

3.

Memberikan informasi mengenai prediksi cadangan airtanah di lokasi

penelitian.

4.

Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dan pihak terkait dalam membuat

program atau kegiatan pembangunan fisik di Kabupaten Grobogan yang

terkain dengan potensi cadangan airtanah.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini :

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Kecamatan Tegowanu, Kecamatan

Gubug,

Kecamatan

Tanggungharjo,

Kecamatan

Godong,

Kecamatan

Penawangan, Kecamatan Kadungjati, dan Kecamatan Karangrayung.

2. Penelitian ini terbatas pada nilai resistivitas berdasarkan data geolistrik

dengan metode

schlumberger

, data pada topografi dan peta hidrogeologi.

3. Penelitian ini tidak menghitung masukan air berdasarkan curah hujan.

TINJAUAN PUSTAKA

Airtanah

Airtanah merupakan semua air yang terdapat dalam lapisan tanah atau

batuan yang berada dibawah permukaan tanah (Kodoatie 2012). Sumber airtanah

berasal dari air yang ada di permukaan tanah (air hujan, air danau dan sebagainya)

kemudian meresap ke dalam tanah di daerah imbuhan (

recharge area

) dan

(17)

mengalir ke daerah lepasan (

discharge area

) (Sosiawan 2010). Menurut Todd

(1995), airtanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam

ruang antar butir-butir tanah yang meresap kedalam tanah dan bergabung

membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Formasi – formasi yang berisi atau

menyimpan airtanah disebut sebagai akuifer (Indarto 2012).

Akuifer merupakan lapisan pembawa atau mengandung air karna terdapat

cukup batuan yang mampu meloloskan air. Contoh krikil, pasir, batu gamping

rekahan yang disebut dengan lapisan permeabel. Lampisan yang sulit dilalui

airtanah disebut impermeabel, yakni lapisan kedap air dan lapisan kebal air

(Hardiyatmo 2006) . Lapisan impermeabel terdiri dari dua jenis yakni lapisan

batuan (

rock

) disebut lapisan kebal air (

aquifuge

), sedangkan lapisan yang sulit

dilalui airtanah seperti lapisan lempung disebut lapisan kedap air (

aquiclude

)

(Todd 1995). Kondisi akuifer ideal pada Gambar 1 (Sutandi 2012).

Gambar 1 Kondisi akuifer ideal

Aliran airtanah dapat dibedakan dalam aliran akuifer bebas (

unconfined

aquifer

) atau akuifer tertekan (

confined aquifer

) (Kodoatie dan Sjarief 2005).

Akuifer bebas/tak tertekan

(unconfined aquifer)

adalah lapisan rembesan air yang

mempunyai lapisan dasar kedap air, tetapi bagian atas muka airtanah lapisan ini

tidak kedap air, sehingga kandungan airtanah yang bertekanan sama dengan

tekanan udara bebas/tekanan atmosfir. Ciri khusus dari akuifer bebas ini adalah

muka airtanah yang sekaligus juga merupakan batas atas dari zona jenuh akuifer

tersebut.

Akuifer tertekan/terkekang

(confined aquifer)

adalah lapisan rembesan air

yang mengandung kandungan airtanah yang bertekanan lebih besar dari tekanan

udara bebas/tekanan atmosfir, karena bagian bawah dan atas dari akuifer ini

tersusun dari lapisan kedap air (biasanya tanah liat). Muka airtanah dalam

kedudukan ini disebut pisometri, yang dapat berada di atas maupun di bawah

muka tanah.

Data

mengenai

karakteristik

akuifer merupakan faktor yang harus

diperhatikan dalam mempelajari airtanah, khususnya untuk mengetahui kapasitas

airtanah yang dapat disimpan dalam lapisan tanah dan kapasitas yang dapat

digunakan. Sesuai dengan sifat dan lokasinya dalam siklus hidrologi, maka

lapisan akuifer mempunyai fungsi ganda sebagai media penampung (

storage

(18)

fungtion

) dan media aliran (

conduit fungtion

). Analisi karakteristik akuifer pada

penelitian dapat dilakukan berdasarkan pada pendugaan geolistrik.

Geolistrik

Metode geolistrik adalah metode geofisika yang dapat menginterpretasi

jenis batuan atau mineral di bawah permukaan berdasarkan sifat kelistrikan dari

batuan penyusunnya (Yulianto dan Widodo 2008). Keunggulan Geolistrik

disampaikan pada Tabel 1 (Damtoro 2007).

Tabel 1 Keunggulan geolistrik

Item Keunggulan

Harga peralatan Relatif murah

Biaya Survei Relatif murah

Waktu yang dibutuhkan Relatif sangat cepat, bisa mencapai 4 titik dalam sehari

Beban perkerjaan Peralatan yang kecil dan ringan sehingga

mudah untuk mobilisasi.

Kebutuhan personal Sekitar 5 orang, terutama dibutuhkan untuk

konfigurasi Schlumberger.

Analisis data Secara global bisa langsung diprediksi saat

dilapangan dan kesalahan pengukuran dapat

segera diketahui.

Metode geolistrik bekerja karena pengukuran beda potensial pada titik-titik

di permukaan bumi yang diproduksi dengan langsung mengalirkan arus ke bawah

permukaan yang dianggap homogen. Hal ini bermanfaat untuk menentukan

distribusi resistivitas di bawah permukaan dan kemudian digunakan untuk

interpretasi material-material yang ada di dalam bumi. Aliran arus listrik dapat

diberikan melaluli satu elektroda maupun melalui sepasang elektroda. Gambar 2

(Møller

et al

. 2001) menunjukkan skematik sederhana pengukuran geolistrik pada

medium yang homogen.

Gambar 2 Aliran arus listrik pada pengukuran geolistrik

Resistivitas adalah ukuran bagaimana suatu material mengalirkan aliran arus

listrik. Batuan berpori dengan kandungan fluida yang bersifat elektrolit biasanya

(19)

memiliki

nilai

resistivitas yang rendah, artinya batuan tersebut memiliki

kemampuan yang baik dalam mengalirkan aliran arus listrik atau batuan tersebut

bersifat konduktif. Distribusi resistivitas di bawah permukaan bumi diperoleh dari

hasil perekaman beda potensial di permukaan akibat dari adanya arus listrik yang

diinjeksikan ke dalam bumi melalui suatu elektroda. Besar resistivitas dipengaruhi

oleh konfigurasi elektroda yang digunakan, hal ini disebabkan karena setiap

konfigurasi elektroda memiliki faktor yang berbeda berdasarkan susunan dari

elektrodanya (Huda 2011).

Pengukuran geolistrik berkaitan erat dengan geometri susunan elektroda

arus dan potensial yang digunakan. Perkiraan distribusi resistivitas secara

horizontal atau lateral dari data sekunder memungkinkan untuk melakukan

pengukuran geolistrik dengan teknik

sounding

atau

profiling

. Geolistrik

sounding

atau

Vertical Electrical Sounding

merupakan salah satu teknik metode geolistrik

1-Dimensi yang melihat perubahan nilai resistivitas yang bervariasi terhadap

kedalaman di satu titik. Keluaran dari survei geolistrik berupa data satu dimensi

(1D) sebaran

resistivity

pada suatu titik dari kedalaman 0 m sampai ratusan meter

di bawah permukaan, atau menyerupai data bor (Kuswanto 2005). Namun

demikian, menurut Tripp

et al

. (1984), pada penerapan praktis model 1D kurang

baik apabila diterapkan pada eksplorasi. Variasi perubahan nilai resistivitas secara

lateral dapat dilihat secara tepat dengan teknik geolistrik

profiling

atau geolistrik

2-Dimensi pada Gambar 3 (Milsom 2003).

Gambar 3 Konfigurasi elektroda yang umum digunakan

Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, setiap konfigurasi

mempunyai metode perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan

tahanan jenis batuan di bawah permukaan. Beberapa konfigurasi elektroda yang

(20)

umum digunakan adalah

Schlumberger

,

Wenner

, Dipole-dipole, dan

Gradient

Array

(Hendrajaya dan Idam 1990).

Metode geolistrik mengalirkan arus DC dari sepasang elektroda sumber arus

dan sepasang elektroda penerima beda pontensial. Arus listrik DC (

Direct

Current

) dialirkan ke bawah permukaan tanah dengan dua buah elektroda. Injeksi

arus listrik menggunakan dua buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke

dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan

meyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.

Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan

listrik dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur

dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui dua buah “elektroda

tegangan” M dan N yang jaraknya lebih pendek dari jarak elektroda AB. Bila

posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang

terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang

ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar (Broto dan Afifah

2008). Susunan elektroda konfigurasi

Wenner-Schlumberger

disampaikan pada

Gambar 4 (Mutowal 2008).

Gambar 4 Susunan elektroda konfigurasi

Wenner-Schlumberger

Pengukuran resistivitas secara umum adalah dengan cara menginjeksikan

arus kedalam tanah melalui 2 elektroda arus (A dan B), dan mengukur tegangan

yang ditimbulkannya pada 2 elektroda potensial (M dan N). Dari data nilai arus (I)

dan tegangan (V), secara teoritis dapat dihitung nilai resistivitas menggunakan

rumus konfigurasi

Wenner-Schlumberger

pada persamaan (1).

a

V

(1)

Keterangan:

a

apparent resistivity (Ωm)

K

= faktor geometri yang tergantung susunan elektroda/konfigurasi dimana k

(m) adalah faktor geometri yang tergantung pada jenis konfigurasi jarak

AB/2 dan MN/2.

V

= beda potensial yang terukur (volt)

I

= tegangan arus (A)

Salah satunya adalah konfigurasi yang ke empat buah elektrodanya terletak

dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap

(21)

titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi

Wenner

dan

Schlumberger

(Damtoro

2007). Metode konfigurasi

Schlumberger

merupakan metode favorit yang banyak

digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah. Selain murah

metode

memiliki

kedalaman

investigasi

yang

lebih

besar

dibandingkan

konfigurasi yang lain.

Konduktivitas Hidrolik Tanah

Parameter atau ukuran yang dapat menggabarkan kemampuan tanah dalam

melewatkan air disebut sebagai konduktivitas hidrolik (

hydrolic conductivity

) atau

sebagai permeabilitas tanah (Klute dan Dirksen 1986). Menurut Hanudin dkk.

(2015) Konduktivitas hidrolik adalah sifat fisika tanah atau ukuran yang dapat

menggambarkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Menurut Tood dan

Mays (2005), konduktivitas hidrolik atau kelolosan air merupakan kemampuan

batuan untuk meloloskan air di dalam rongga-rongga batuan tanpa mengubah

sifat-sifat airnya.

Konduktivitas hidrolik diperlukan untuk mengetahui kecepatan air dalam

memasuki suatu permukaan tanah. Susunan tanah yang berbeda-beda pada tiap

lokasi mempengaruhi kecepatan air dalam mengisi airtanah. Konduktivitas

hidrolik sering disebut sebagai permeabilitas atau koefisien permeabilitas.

Konduktivitas hidrolik merupakan tingkat dimana airtanah mengalir melalui

satuan luas akuifer di bawah gradien unit hidrolik. Konduktivitas hidrolik

memiliki dimesi kecepatan (LT

-1

) dengan tipikal unit seperti ft/hari, gal/(hari.ft

2

),

m/detik, cm/detik, atau m/hari. Jika nilai konduktivitas hidrolik dan gradient

hidrolik

telah

diketahui,

besar

kecepatan

airtanah

(v),

dapat

dihitung

menggunakan hukum

darcy.

(Dawson dan Istok 1991). Nilai konduktivitas

hidrolika dari beberapa macam batuan dapat dilihat dalam Tabel 2 (Todd dan

Mays 2005).

Tabel 2 Nilai konduktivitas hidrolik

R merupakan sampel kemasan (repack ed sample), H merupakan konduktivitas hidrolik horizontal, V merupakan konduktivitas hidrolik vertikal

(22)

Konduktivitas hidrolik tanah didefinisikan oleh hukum

darcy

untuk satu

dimensi yaitu aliran secara vertikal. Sifat ini sangat dipengaruhi oleh sifat fisik

yaitu porositas, ukuran butir, susunan butir, bentuk butir dan distribusinya.

Menurut Dariah

et al.

(2006) ukuran pori dan adanya hubungan antar

pori-pori tersebut sangat menentukan apakah tanah mempunyai permeabilitas rendah

atau tinggi. Air dapat mengalir dengan mudah di dalam tanah yang mempunyai

pori-pori besar dan mempunyai hubungan antar pori yang baik. Pori-pori yang

kecil dengan hubungan antar pori yang seragam akan mempunyai permeabilitas

lebih rendah, sebab air akan mengalir melalui tanah lebih lambat.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan dari bulan Maret hingga April 2016.

Pengamatan geolistrik di tujuh Kecamatan di Kabupaten Grobogan, yaitu

Kecamatan

Tegowanu,

Kecamatan

Gubug,

Kecamatan

Tanggungharjo,

Kecamatan Godong, Kecamatan Penawangan, Kecamatan. Kadungjati, dan

Kecamatan Karangrayung. Penelitian dilakukan di 24 titik yang terletak di antara

7°1'58.321" - 7°12'48.316" Lintang Selatan dan 110°35'59.125" - 110°49'46.138"

Bujur Timur, yang disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Lokasi dan titik penelitian

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data

sekunder yang digunakan merupakan data perhitungan geolistrik dengan

menggunakan metode

schlumberger

, muka air tanah,

borelog

CAT Kabupaten

(23)

Grobogan, peta hidrogeologi, peta geologi dan peta administrasi Kabupaten

Grobogan. Alat yang digunakan yaitu

Surfer version 11

dan

Arcgis version 10

.

(24)

Prosedur Penelitian

Langkah awal dari penelitian ini adalah studi pustaka mengenai prediksi

potensi cadangan airtanah, aplikasi metode geolistrik dalam interpretasi

material-material yang ada di dalam bumi, karateristik litologi lapisan bawah permukaan dari

nilai konduktivitas hidrolik dan karakteristik akuifer. Langkah selanjutnya adalah

pengumpulan data sekunder berupa data geolistrik. Data yang telah didapat kemudian

diolah untuk mendapatkan lapisan dan sebaran akuifer di lokasi penelitian. Tahap

akhir adalah data dianalisis dengan persamaan

darcy

untuk mendapatkan prediksi

potensi cadangan airtanah di lokasi penelitian. Secara garis besar, skema penelitian

secara keseluruhan disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Diagram alir penelitian

Mulai

Studi pustaka

Perumusan masalah

Pengumpulan data sekunder

Data Geolistrik:

-

Nilai resistivitas

-

Borelog

-

Peta titik pengukuran

-

Muka airtanah

Karakteristik akuifer

Garis aliran (f

lownet

)

Penampang akuifer

Persamaan

darcy

Prediksi cadangan airtanah

(25)

Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data

geolistrik tersebut berupa nilai resistivitas

sounding VES (Vertical Electrical

Sounding)

konfigurasi

Schlumberger

, data

borelog

Kabupaten Grobogan, data

pengukuran muka airtanah dan data peta titik pengukuran geolistrik. Untuk

melakukan pembahasan diperlukan pengumpulan data melalui studi literatur baik

melalui buku, skripsi maupun jurnal dari hasil penelitian sebelumnya serta melalui

internet.

Borelog

Kabupaten Grobogan berisi data litologi lapisan tanah yang

dapat digunakan dalam mengetahui keberadaan akuifer pada suatu lapisan tanah

dan dapat mengetahui ketebalan akuifer pada tiap titik penelitian.

Pengolahan Data

Data diolah dengan bantuan

software Microsoft excel

dan

surfer version 11.

Pengolahan data pada

software Microsoft excel

berupa data elevasi serta data

koordinat pada setiap titik penelitian. Elevasi didapat dari data

borelog

Kabupaten

Grobogan dan data koordinat didapat dari peta titik pengukuran dengan bantuan

Arcgis version 10

. Garis aliran (

flownet

) ditampilkan selanjutnya lapisan akuifer

ditentukan dan kemudian data kedalaman akuifer dan ketebalan akuifer pada

lokasi penelitian dapat ditentukan.

Penampang akuifer perlu ditentukan untuk mengetahui nilai W dan δL

pada hukum

darcy

. Cara menentukan penampang akuifer pada suatu lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar 7 (Kusnandar 2012).

Gambar 7 Parameter

darcy

di lapangan

Berdasarkan Gambar 7 diketahui jika aliran mengalir dari Timur ke Barat maka

panjang lintasan akuifer berada pada arah aliran x dan memiliki penampang

akuifer abcd. Jika aliran mengalir dari Selatan ke Uara, maka panjang lintasan

akuifer berada pada arah aliran y dan memiliki penampang cdef (Kusnandar

2012).

(26)

Analisis Data

Nilai debit dari cadangan airtanah Kabupaten Grobogan dapat diketahui

dengan menggunakan persamaan

darcy

. Persamaan

darcy

digunakan dalam

proses analisis data untuk menduga cadangan airtanah baik pada akuifer bebas

maupun akuifer tertekan. Hukum

darcy

adalah persamaan yang mendefinisikan

kemampuan suatu fluida mengalir melalui media berpori seperti batu. Hal ini

bergantung pada prinsip bahwa jumlah aliran antara dua titik adalah berbanding

lurus dengan perbedaan tekanan antara titik-titik dan kemampuan media melalui

yang mengalir untuk menghambat arus.

Parameter yang digunakan untuk mengisi persamaan tersebut adalah

konduktivitas hidrolik, gradien hidrolik serta luas penampang akuifer. Luas

penampang akuifer dapat diperoleh dengan mengalikan nilai panjang penampang

akuifer (W) dengan ketebalan akuifer (b). Gradien hidrolik dapat diperoleh

dengan membagi beda kedalaman muka airtanah dengan panjang lintasan

airtanah. Berdasarkan Todd dan Mays (2005) nilai debit dapat ditentukan dengan

rumus pada persamaan (2). Gambar 8 (Kusnandar 2012) menjelaskan

komponen-komponen dari persamaan

darcy

di lapangan.

Q = k x A x ἰ

(2)

Dengan

ἰ =

(3)

A= W x b

aquifer

(4)

Keterangan:

Q = Debit, m

3

/hari

A = Luas penampang akuifer, m

2

W = Panjang penampang akuifer, m

b = ketebalan akuifer, m

k = Konduktivitas Hidrolik, m/hari

i = Gradien hidrolik

δh Beda kedalaman muka airtanah, m

δL = Panjang lintasan airtanah, m

(27)
(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Grobogan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah,

terletak diantara 7 ˚ LS - 7 ˚ 30’ LS dan 110˚ 15’ BT - 111˚ 25’ BT. Wilayah

Kabupaten Grobogan terletak di antara dua pegunungan Kendeng yang membujur

dari arah barat ke timur, dengan kondisi tanah berupa daerah pegunungan kapur,

perbukitan dan dataran di bagian tengahnya. Kabupahten Grobogan berbatasan

dengan beberapa kabupaten lain, yaitu Kabupaten Kudus, Pati dan Blora (sebelah

utara), Kabupaten Blora (sebelah timur), Kabupaten Ngawi, Sragen, Boyolali dan

Semarang (sebelah selatan) serta Kabupaten Semarang dan Demak (sebelah

barat). Tabel 3 merupakan data jumlah desa dusun dan luas kecamatan di

Kabupaten Grobogan (BAPPEDA 2006).

Tabel 3 Data jumlah desa dusun dan luas kecamatan di Kabupaten Grobogan.

No. Nama Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Dusun Luas (Ha)

1 Kedungjati 12 76 13.034 2 Karangrayung 19 100 14.059 3 Penawangan 20 71 7.418 4 Toroh 16 118 11.930 5 Geyer 13 102 19.618 6 Pulokulon 13 112 13.364 7 Kradenan 14 79 10.773 8 Gabus 14 87 16.536 9 Ngaringan 12 78 11.672 10 Wirosari 14 86 15.430 11 Tawangharjo 10 58 8.360 12 Grobogan 12 52 10.456 13 Purwodadi 17 104 7.764 14 Brati 9 51 5.489 15 Klambu 9 44 4.656 16 Godong 28 86 8.678 17 Gubug 21 63 7.111 18 Tegowanu 18 54 5.166 19 Tanggungharjo 9 31 6.062 Jumlah 280 1452 197.576

Kabupaten Grobogan memiliki perekonomian yang besar di bidang

pertanian. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan lahan pada Kabupaten

Grobogan. Penggunaan lahan di Wilayah Kabupaten Grobogan seluas 197.586 Ha

terdiri dari lahan pertanian sawah 67.605 Ha, lahan pertanian bukan sawah 44.129

Ha dan lahan bukan pertanian 85.852 Ha.

(29)

Garis Aliran Airtanah (

Flownet

)

Setiap permukaan tanah memiliki kemiringan yang menjadikan adanya

pergerakan airtanah. Permukaan airtanah bebas memiliki gradien hidrolik, maka

air akan bergerak menuju arah yang memiliki gradien rendah. Pergerakan airtanah

dapat diketahui dengan pola garis aliran airtanah. Aliran airtanah adalah airtanah

yang bergerak menuju ruang antar butiran tanah yang tembus air. Garis aliran

airtanah berfungsi untuk mengetahui area penampang akuifer dari pergerakan

airtanah yang dibutuhkan dalam percamaan

darcy

. Berikut merupakan data

elevasi dan posisi akuifer lokasi penelitian pada Tabel 4.

Tabel 4 Data elevasi dan posisi akuifer lokasi penelitian

Titik Koordinat Elevasi

(mdpl) Akuifer dangkal (m bmt) Akuifer dalam (m bmt) LS BT GL 1 7°1'58.321" 110°38'0.353" 10 40 GL 2 7°6'59.26" 110°35'59.125" 43 2,8 GL 3 7°7'14.172" 110°39'34.992" 29 25,0 GL 4 7°7'19.128"S 110°40'34.561" 26 2,0 GL 5 7°7'34.4" 110°40'14.874" 28 12,5 GL 6 7°8'59.519" 110°39'15.238" 48 8,2 GL 7 7°9'34.435" 110°38'45.696" 50 3,9 GL 8 7°9'35.015" 110°39'29.969" 41 1,2 GL 9 7°10'19.823" 110°40'30.061" 48 12,0 GL 10 7°10'28.349" 110°36'4.409" 91 15,5 GL 11 7°10'49.12" 110°36'35.001" 54 6,3 GL 12 7°10'49.289" 110°40'10.362" 52 2,0 GL 13 7°12'48.316" 110°40'34.875" 127 1,7 GL 14 7°3'34.01" 110°39'49.976" 13 21,5 GL 15 7°9'35.797" 110°42'34.308" 111 2,0 GL 16 7°10'24.883" 110°47'0.675" 62 2,7 GL 17 7°10'33.193" 110°48'24.871" 64 1,6 GL 18 7°2'17.895" 110°45'34.959" 15 11,2 40 GL 19 7°1'59.007" 110°47'59.857" 19 16,0 GL 20 7°3'5.147" 110°50'59.782" 23 40 GL 21 7°4'43.863" 110°49'44.712" 26 31,0 GL 22 7°5'44.332" 110°49'0.182" 24 25,0 GL 23 7°6'43.801" 110°49'44.667" 28 4,6 GL 24 7°10'26.099" 110°49'46.138" 42 12,8 40

Daerah Salam, Kecamatan Kedungjati merupakan GL 13 dengan koordinat

7°12'48,316" LS dan 110°40'34,875" BT memiliki elevasi tertinggi yang terdapat

didaerah Pegunungan Kendeng. Daerah Kali Telon, Kecamatan Tegowanu

merupakan GL 1 dengan koordinat 7°1'58,321" LS dan 110°38'0,353" BT

memiliki elevasi terendah yang terdapat di dataran rendah. Arah pergerakan

airtanah di Kabupaten Grobogan yaitu mengikuti kontur tanah setempat dengan

(30)

arah aliran air berdasarkan jejaring aliran airtanah yang terdapat di Lampiran 5

untuk akuifer bebas dan Lampiran 6 untuk akuifer tertekan.

Karakteristik Akuifer

Litologi dan konduktivitas hidrolik

Terhadap airtanah, sifat batuan sangat mempengaruhi keberadaan dan

keterdapatan airtanah. Airtanah terdapat banyak tipe formasi geologi yang dapat

meloloskan air. Pada peta geologi (Lampiran 1), Kabupaten Grobogan terlekak di

formasi aluvium, miosen fasies sedimen, pliosen fasies sedimen dan plistosen

fasies sedimen. Aluvium merupakan hasil endapan sungai dan endapan banjir dari

sungai-sungai yang ada di lokasi penelitian, contoh batuan nepal. Sedimen

merupakan material hasil rombakan dari batuan beku, batuan metamorf, dan

batuan sedimen lain yang dibawa oleh aliran sungai kemudian diendapkan di

tempat lain baik di darat maupun laut, contoh batuan pasir lempung dan gamping.

Pengukuran

geolistrik

dilakukan

untuk

mengetahui

kondisi

bawah

permukaan tanah. Metode geolistrik merupakan metode geofisika yang sering

digunakan untuk menentukan lapisan pembawa air (akuifer). Metode geolistrik

digunakan untuk diperoleh susunan, kedalaman dan penyebaran lapisan bawah

permukaan berdasarkan nilai resistivitas. Hasil pengukuran 24 titik geolistrik di

Kabupaten Grobogan bagian Barat dilihat pada Lampiran 10 sampai Lampiran 33.

Pada peta hidrogeologi (Lampiran 2), Kabupaten Grobogan memiliki

Akuifer produktif sedang sampai kecil, akuifer setempat, akuifer dengan

penyebaran luas dan daerah airtanah langkah. Nilai resistivitas yang didapat

kemudian digunakaan untuk mengetahui susunan dan kedalaman batuan yang ada

dan menggambarkan penampang vertikalnya. Penampang vertikal lapisan tanah

sering disebut

borelog

. Data

borelog

pada Kabupaten Grobogan bagian Barat

dapat dilihat pada Lampiran 7 sampai Lampiran 9.

Dari data nilai resistivitas kemudian dengan mencocokan peta geologi dan

hidrogeologi maka ditentukan nilai konduktivitas hidroliknya. Nilai konduktivitas

hidrolik yang digunakan merupakan referensi dari Todd dan Mays. Interpretasi

jenis batuan dan nilai konduktivitas hidrolik berdasarkan nilai resistivitasnya

disajikan pada Lampiran 34. Pasir, lempung dan batu gamping adalah jenis batuan

yang diperkirakan merupakan lapisan pembawa air. Sehingga nilai konduktivitas

hidrolik dari setiap jenis batuan pembawa air tersebut dirata-ratakan dan

didapatkan 3,68 m/hari untuk akuifer bebas dan 0,49 m/hari untuk akuifer

tertekan.

Tabel 5 Klasifikasi nilai konduktivitas hidrolik

Kelas Permeabilitas m/hari

Sangat lambat <0,03 lambat 0,03-0,12 agak lambat 0,12-0,48 sedang 0,48-1,50 agak cepat 1,5-3,00 cepat 3,00-6,00 sangat cepat > 6,00

(31)

lasifikasi permeabilitas tanah menurut Uhland dan O’Neil (dalam LPT 1979)

disajikan pada Tabel 5. Dari kalsifikasi nilai konduktivitas hidrolik, Kabupaten

Grobogan memiliki tanah yang dapat meloloskan air agak cepat sampai cepat.

Ketebalan Akuifer

Berikut merupakan data kedalaman akuifer bebas dan tertekan dari

interpretasi data

borelog

pada Tabel 6 (BAPPEDA 2006).

Tabel 6 Data kedalaman dan ketebalan akuifer pada Kabupaten Grobogan bagian

Barat.

Titik

Akuifer Bebas Akuifer Tertekan

atas (m bmt) bawah (m bmt) ketebalan (m) atas (m bmt) bawah (m bmt) ketebalan (m) GL 1 40 88,0 48,0 GL 2 2,8 3,6 0,8 GL 3 25,0 33,0 8,0 GL 4 2,0 40,0 38,0 GL 5 12,5 25,0 12,5 GL 6 8,2 35,6 27,4 GL 7 3,9 5,1 1,2 GL 8 1,2 26,1 24,9 GL 9 12,0 20,0 8,0 GL 10 15,5 26,3 10,8 GL 11 6,3 9,8 3,5 GL 12 2,0 5,7 3,7 GL 13 1,7 11,1 9,4 GL 14 21,5 32,2 10,7 GL 15 2,0 3,0 1,0 GL 16 2,7 3,8 1,1 GL 17 1,6 2,6 1,0 GL 18 11,2 14,2 3,0 40 48,6 8,6 GL 19 16,0 28,0 12,0 GL 20 40 58,0 18,0 GL 21 31,0 40,0 9,0 GL 22 25,0 39,0 14,0 GL 23 4,6 8,0 3,4 GL 24 12,8 40,0 27,2 40 44,8 4,8

(32)

Gambar 9 Ketebalan akuifer pada Kabupaten Grobogan bagian Barat

Terlihat data Tabel 6 yang kosong, hal ini disebabkan prediksi sebaran

akuifer yang tidak menyebar secara merata. Sebaran akuifer bebas dan tertekan

sangat dipengaruhi oleh geometri dari Kabupaten Grobogan bagian Barat. Tabel 6

dapat diketahui muka airtanah pada akuifer bebas dan akuifer tertekan. Muka

airtanah pada akuifer bebas ditemui pada kedalaman 2-21,5 m bmt dan pada

akuifer tertekan sebesar 40-88 m bmt.

Ketebalan akuifer merupakan selisih antara batas atas dan batas bawah

akuifer. Berdasarkan data ketebalan akuifer pada Table 4 diketahui nilai ketebalan

akuifer bebas rata sebesar 10,49 m dan nilai ketebalan akuifer tertekan

rata-rata sebesar 19,85 m dan dapat diinterpretasikan pada Gambar 9.

Panjang Penampang Akuifer

Panjang lintasan akuifer merupakan tegak lurus aral aliran airtanah. Selain

arah aliran airtanah, panjang penampang akuifer (W) juga ditentukan dari luasan

daerah aliran sungai (DAS) pada Lampiran 4 dan luasan cekungan airtanah (CAT)

pada Lampiran 3. Setelah mengganalisis dari peta DAS dan CAT maka

didapatkan panjang penampang akuifer (W) yang sama, karena panjang

penampang DAS dan CAT di Kabupaten Grobogan bagian Barat dianggap sama.

Sehingga penetapan nilai penampang akuifer (W) dapat ditunjukan pada Gambar

10.

U

10,49m 19,85m K et ing gi an ( m dp l)

(33)

Gambar 10 Panjang penampang akuifer (W)

Panjang penampang akuifer (W) untuk akuifer bebas dan akuifer tertekan

ditunjukan pada Gambar 10 ditunjukan dengan garis warna merah. Panjang

penampang akuifer (W) dengan bantuan

software Google Earth

didapat nilai

sebesar 30.480 m. Gambar 11 merupakan panjang penampang akuifer dari Barat

ke Timur.

Gambar 11 Potongan melintang panjang penampang akuifer (W) dari Barat ke

Timur

30.480m

m

K e ti n g g ia n ( m d p l) Jarak (km) -

(34)

Gradien Hidrolik

Berikut merupakan data elevasi akuifer bebas dan akuifer tertekan pada

Tabel 7.

Tabel 7 Data elevasi akuifer bebas dan akuifer tertekan

Titik Elevasi

(m dpl)

Akuifer Dangkal (m dpl) Akuifer Dalam (m dpl)

Atas Bawah Atas Bawah

GL 1 10 -30 -78 GL 2 43 40,2 39,4 GL 3 29 4,0 -4,0 GL 4 26 24,0 -14,0 GL 5 28 15,5 3,0 GL 6 48 39,8 12,4 GL 7 50 46,1 44,9 GL 8 41 39,8 14,9 GL 9 48 36,0 28,0 GL 10 91 75,5 64,6 GL 11 54 47,7 44,2 GL 12 52 50,0 46,3 GL 13 127 125,3 115,9 GL 14 13 -8,5 -19,2 GL 15 111 109,0 108 GL 16 62 59,3 58,2 GL 17 64 62,4 61,4 GL 18 15 3,8 0,8 -25 -33,6 GL 19 19 3,0 -9,0 GL 20 23 -17 -35,0 GL 21 26 -5,0 -14,0 GL 22 24 -1,0 -15,0 GL 23 28 23,4 20,0 GL 24 42 29,2 2,0 -2 -2.8

Nilai gradien hidrolik merupakan hasil pembagian dari beda kedalaman muka

akuifer (δh) dengan panjang lintasan akuifer (δL). Titik pengukuran yang

digunakan untuk menentukan nilai gradien hidrolik tegak lurus dengan panjang

penampang akuifer (W) searah dengan arah

flownet

. Gambar 12 merupakan

penampang melintang akuifer bebas dari Selatan ke Utara.

(35)

Gambar 12 Penampang melintang akuifer bebas dari selatan ke Utara.

Gambar 12 menunjukan air mengalir dari GL 13 daerah Salam, Kecamatan

Kedungjati ke GL 1 daerah Kali Telon, Kecamatan Tegowanu. Pada GL 13

memiliki kedalaman batas atas akuifer bebas pada 125,5 m sedangkan pada GL 1

memiliki kedalaman batas atas akuifer bebas pada 10 m. Sehingga memiliki beda

kedalaman muka akuifer (δh) sebesar 115,3 m. Kemudian jarak GL 13 ke GL 1

merupakan panjang lintasan akuifer (δL) sebesar 20160 m. Maka nilai gradien

hidrolik pada akuifer bebas didapatkan 0,0057.

Gradien hidrolik pada akuifer tertekan menggunakan data kedalaman muka

airtanah yang disajikan pada Tabel 8. Titik pengukuran yang digunakan untuk

menentukan nilai gradien hidrolik tegak lurus dengan panjang penampang akuifer

(W) searah dengan arah

flownet

.Gambar 13 merupakan penampang melintang

muka airtanah dari Selatan ke Utara. Gambar 13 menunjukan air mengalir dari

Gebangan, Kecamatan Penawang ke Gundi, Kecamatan Penawang. Pada

Gebangan memiliki kedalaman muka airtanah sebesar 40,61 m sedangkan pada

Gundi memiliki kedalaman muka airtanah sebesar 16,45 m. Sehingga memiliki

beda kedalaman muka airtanah (δh) sebesar 24,16 m. Kemudian jarak Gebangan

ke Gundi merupakan panjang lintasan akuifer (δL) sebesar 12.230 m. Maka nilai

gradien hidrolik pada akuifer tertekan didapatkan 0,0019.

Tabel 8 Pengukuran kedalaman muka airtanah

No Koordinat lokasi elevasi (m dpl) kedalaman (m bmt) elevasi muka airtanah (m dpl) LS BT 1 7° 4'12.99" 110°44'50.99" Nglaban, Godong 14 2,99 11,01 K e ti n g g ia n ( m d p l) Jarak (km) = Topografi = Batas Atas = Batas Bawah

(36)

2 7° 2'3.00" 110°44'18.01" Rajek, Gobong 12 3,78 8,22 3 7° 9'48.99" 110°49'15.01" Gebangan,Penawangan 50 9,39 40,61 4 7° 9'22.99" 110°50'14.00" Kejawan, Penawangan 36 2,41 33,59 5 7° 8'43.00" 110°50'28.00" Kalitelon, Penawangan 32 3,70 28,30 6 7° 9'2.01" 110°49'52.00" Lobangtengah, Penawangan 45 9,57 35,43 7 7° 3'47.83" 110°49'4.10" Pepe, Penawangan 23 3,86 19,14 8 7° 3'43.00" 110°48'16.99" Plosorejo, Penawangan 20 3,55 16,45 9 7° 6'40.02" 110°49'27.99" Leyanang, Penawang 29 2,85 26,15 10 7° 3'19.00" 110°48'18.01" Gundi, Penawangan 20 3,55 16,45 11 7° 5'45.00" 110°49'3.01" Juragan, Penawangan 26 1,65 24,35 12 7° 3'1.01" 110°37'30.00" Gebang, Tugowanu 11 3,01 7,99 13 7° 1'56.99" 110°38'6.00" Kalitelon, Tegowanu 14 1,72 12,28 14 7° 2'46.99" 110°36'25.99" Krajansatu, Tegowanu 13 4,65 8,35 15 7° 7'7.02" 110°48'14.01" Pulomangin, Karangayung 36 4,04 31,96 16 7° 9'41.99" 110°45'49.01" Sendang, Karangayung 73 7,40 65,60 17 7°13'14.02" 110°46'46.00" Dombang, Karangayung 82 8.30 73,70 18 7°12'12.00" 110°36'2.98" Glompong, Kedungjati 107 55,35 51,65 19 7°11'58.01" 110°36'16.00" Tepusan, Kedungjati 90 65,35 24,65 20 7°10'26.00" 110°36'0.01" Kedokan, Kedungjati 99 5,35 93,65 21 7° 9'30.02" 110°38'31.01" Klitikan, Kedungjati 44 4,45 39,55 22 7° 7'58.00" 110°38'46.02" Kalimoro, Kedungjati 34 4,45 29,55

Gambar 13 Penampang melintang akuifer tertekan dari selatan ke Utara

Cadangan Airtanah

Prediksi potensi cadangan airtanah secara kuantitas di prediksi dengan

persamaan

darcy

. Tabel 9 merupakan data nilai parameter dari persamaan

darcy

yang sudah didapatkan. Pada Table 8 menunjukan parameter dari persamaan

darcy

untuk dapat memprediksi potensi cadangan airtanah pada Kabupaten

Jarak (km) K e ti n g g ia n m u k a a ir ta n a h ( m d p l)

(37)

Grobogan bagian Barat. Luas penampang akuifer bebas didapatkan dari perkalian

ketebalan lapisan akuifer (b) dan panjang penampang akuifer (W). Luas

penampang akuifer (A) akuifer bebas sebesar 319.679,78 m

2

dan akuifer tertekan

605.028 m

2

.

Tabel 9 Data nilai parameter dari persamaan

darcy

Variabel Nilai Akuifer

Bebas

Nilai Akuifer

Tertekan Satuan

Konduktivitas hidrolik (k) 3,680 0,490 m/hari

Luas penampang akuifer (A) 319,679 605,028 km2

Gradien hidrolik (i) 0,005 0,001 m

Dengan persamaan 2 pada metologi penelitian maka didapatkan nilai

kapasitas potensi cadangan airtanah Kabupaten Grobogan bagian Barat. Tabel 10

merupakan data prediksi kapasitas potensi cadangan airtanah Kabupaten

Grobogan bagian Barat.

Tabel 10 Data prediksi kapasitas potensi cadangan airtanah

Jenis airtanah Prediksi kapasitas cadangan airtanah

m3/hari l/dt

Dangkal 6.732,98 77,93

Dalam 460,57 5,33

Pada Tabel 10 merupakan prediksi kapasitas potensi cadangan airtanah

Kabupaten Grobogan bagian Barat secara kuantitas. Jenis airtanah dangkal

merupakan airtanah yang berasal dari akuifer dangkal, nilai debit yang didapat

untuk airtanah dangkal adalah 77,93 l/dt. Jenis airtanah dalam merupakan airtanah

yang berasal dari akuifer tertekan , nilai debit yang didapatkan untuk airtanah

dalam adalah 4,85 l/dt. Jumlah prediksi debit tersebut dapat terus dijadikan acuan

untuk 10 atau 20 tahun kedepan, dengan syarat tanah pada lokasi tetap jenuh.

Nilai debit ini belum mempertimbangkan keamaan keseimbangan antara daerah

imbuhan dengan daerah lepasan.

Secara alami airtanah tidak dibatasi oleh wilayah maupun batas kepemilikan

lahan. Sehingga airtanah merupakan sumberdaya alam milik bersama. Apabila di

suatu daerah mengeksplotasi air berlebihan maka akan berpengaruh pada daerah

lain di sekitarnya. Pembatasan pengambilan airtanah harus ada untuk menghindari

dampak yang akan terjadi. Terdapatnya ketentuan besarnya batasan pengambilan

airtanah tercamtum dalam Kepmen ESDM Nomor 1451.K/10/MEM/2000 tentang

Pedoman Teknis Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Pada

peraturan tersebut terdapat batasan katagori aman dalam pengekspoitasi airtanah,

yaitu sebesar kurang dari 40% dari total ketersediaan airtanah yang tersedia. Tabel

11 merupakan hasil perhitungan besar eksploitasi airtanah katagori aman di

Kabupaten Grobogan bagian Barat.

Tabel 11 Hasil perhitungan besar eksploitasi airtanah katagori aman

Jenis airtanah Kapasitas cadangan airtanah

eksploitasi airtanah katagori aman

l/dt l/dt

(38)

Dalam 5,33 < 2,13

Pada Tabel 11 menunjukan airtanah di Kabupaten Grobogan bagian Barat

dapat dieksploitasi aman sebesar < 31,17 l/dt untuk airtanah dangkal dan <2,13

l/dt untuk airtanah dalam.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa litologi di Kabupaten

Grobogan bagian Barat terdiri dari lempung, pasir, kerilik, batu gamping dan batu

napal. Ketebalan akuifer bebas berkisar 2-21,5 m bmt dan pada akuifer tertekan

sebesar 40-88 m bmt. Kemudian nilai konduktivitas hidrolik sebesar 3,68 m/ hari

untuk akuifer bebas dan 0,49 m/hari untuk akuifer tertekan. Terakhir prediksi

cadangan airtanah dangkal 77,93 lt/detik dan cadangan airtanah dalam 5,33

lt/detik.

Saran

Penyediaan sumur resapan agar imbuhan airtanah dengan eksploitasi

airtanah tetap seimbang. Perlu adanya pembatasan pada eksploitasi airtanah agar

tidak terjadi dampak negarif, seperti penurunan kualitas airtanah, penurunan muka

airtanah, instrsi muka air laut dan penurunan permukaan tanah. Perlu adanya

kajian hidrogeologi lebih mendalam di Kabupaten Grobogan untuk menjaga

keberlangsungan airtanah. Perlu adanya kajian mendalam tentang kualitas

airtanah di Kabupaten Grobogan untuk mengetahui kriteria air sesuai peraturan

Mentri Kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar H. 2009. Pemodelan lapisan airtanah dalam (akuifer) di Desa Telogorejo

Kab. Demak berdasarkan data tahanan jenis [skripsi]. Jakarta (ID):

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2006. Pemetaan sumber

airtanah dalam di Kabupaten Grobogan. Grobogan (ID): BAPPEDA.

Broto S, Afifah SR. 2008. Pengolahan data geolistrik dengan metode

Schlumberger

.

Jurnal

Teknik

. 29(2): 120-128.

Damtoro J. 2007. Metode Geofisika. [Internet]. [diunduh 2016 Feb 16]. Tersedia

pada: http://www.bravo3x.com/Damtoro/Ceofisik.htm.

Dariah Ai, Yusrizal, Mazwar. 2006. Sifat Fisika Tanah dan Metode Analisisnya.

Bogor (ID): Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

Dawson KJ, Istok JD. 1991.

Aquifer Testing: Design and Analysis of Pumping

(39)

Hendrajaya L, Idam A. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Monografi : Metode

Eksplorasi [catatan penelitian]. Bandung (ID). Institut Teknologi Bandung.

Hanudin E, Maharani PH, Sunarminto BH. 2015. Penggunaan fungsi pedotransfer

untuk memperbaiki permeabilitas tanah di Sumatra Selatan dan Riau

.

Jurnal Ilmu Pertanian

. 18(1)2015:37-43.

Hardiyatmo HC. 2006.

Penanganan Tanah Longsor dan Erosi

. Yogyakarta (ID):

UGM Press.

Huda AMM. 2011. Pemetaan airtanah menggunakan metode resistivitas

Wenner

sounding

.

Jurnal Neutrino

. 3(2): 175-188.

Indarto. 2012.

Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi

.

Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.

[Kepmen ESDM] Keputusan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral. Pedoman

Teknis Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah. Keputusan

Mentri ESDM Nomor 1451 Tahun 2000.

Klute A, Dirksen C. 1986.

Hydraulic conductivity and diffusivity: Laboratory

method. Methods of Soil Analysis Part 1. Physical and Mineralogical

Methods 2nd edition.

Madison Wisconsin (US): ASSA Inc.

Kodoatie RJ. 2012.

Tata Ruang Airtanah

. Yogyakarta (ID): Andi.

Kodoatie RJ, Sjarief R. 2005.

Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

.

Yogyakarta (ID): Andi.

Kusnandar H. 2012. Prediksi potensi cadangan airtanah menggunakan persamaan

darcy di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Kuswanto A. 2005. Aplikasi metoda Res-2D untuk eksplorasi air bawah tanah di

daerah kars.

Jurnal Air Indonesia

. 1(2):226-234.

[LPT] Lembaga Penelitian Tanah. 1979. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Bogor

(ID): LPT.

Milsom J. 2003.

Field Geophysis The Goeological Field Guide Series

. London

(UK): Inggris University College London.

Møller I, Jacobsen BH, Christensen NB. 2001. Rapid inversion of 2-D

geoelectrical data by multichannel deconvolution.

Geophysics

. 66(3): 800–

808.

Mutowal W. 2008. Penentuan Sebaran Akuifer dan Pola Aliran Airtanah dengan

Metode Tahanan Jenis (Resisitivity Method) di Desa Cisalak, Kecamatan

Sukmajaya, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Naryanto HS. 2008. Potensi tanah di daerah Cikarang dan sekitarnya, Kabupaten

Bekasi berdasarkan analisis pengukuran geolistrik.

Jurnal Air Indonesia

.

4(1): 38-49.

Pratitnyo P. 2008. Sistem akuifer dan cadangan airtanah di Propinsi Sulawesi

Selatan.

Jurnal Ilmiah MTG

. 1(1):1-10.

Sosiawan H. 2010.

Identifikasi Airtanah dan Pemanfaatannya untuk Pertanian

.

Bogor (ID): Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Sudarto L. 2012. Prediksi Penurunan Muka Airtanah Akibat Pemompaan Di

Daerah Jogonalan Klaten Jawa Tengah [skripsi]. Yogyakarta (ID):

Universitas Pembangunan Negri Yogyakarta.

(40)

Sutandi MC. 2012.

Airtanah

. Bandung (ID): Universitas Kristen Maranatha Pr.

Hlm 1-26; [Diunduh tanggal 28 Februari 2016]. Tersedia pada:

http://www.repository.maranatha.edu/3914/1/Air%20Tanah.pdf.

Todd DK. 1995.

Groudwater Hydrology Second Edition

. Singapore (SG): John

Wiley & Sons, inc.

Todd DK, Mays LW. 2005.

Groundwater Hydrology

. 3th ed. Denver (US): John

Wiley & Sons, inc.

Tripp AC, Hohmant GW, Swift CM. 1984. Two dimensional resistivity inversion.

Geophysics

. 49(10):1708-1717.

Waspodo RSB. 2002. Permodelan aliran airtanah pada akuifer tertekan dengan

menggunakan

metoda

beda

hingga

(finite

difference

method)

di

Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka.

J Keteknikan Pertanian

.

16(2): 61-68.

Widodo T. 2013. Kajian ketersediaan airtanah terkait pemanfaatan lahan di

Kabupaten Blitar.

Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota

. 9(2):122-133.

Yulianto T, Widodo S. 2008. Indentifikasi penyebaran dan ketebalan batu bara

menggunakan metode geolistrik resistivitas.

Jurnal Fisika Indonesia

.

11(2):59-66.

(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

Lampiran 7 Borelog Penampang Pengukuran Geolistrik GL 1 - GL 11

Keterangan:

0

-20

-40

-60

-80

-100

-120

-140

(50)

Lampiran 8 Borelog Penampang Pengukuran Geolistrik GL 12 - GL 20

Keterangan:

0

-20

-40

-60

-80

-100

-120

-140

(51)

Lampiran 9 Borelog Penampang Pengukuran Geolistrik GL 21- GL 24

Keterangan:

0

-20

-40

-60

-80

-100

-120

-140

Gambar

Gambar  1 Kondisi  akuifer  ideal
Gambar  2 Aliran  arus  listrik  pada pengukuran  geolistrik
Gambar  3 Konfigurasi  elektroda  yang  umum  digunakan
Gambar  4 Susunan  elektroda  konfigurasi  Wenner-Schlumberger
+7

Referensi

Dokumen terkait