• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERAN NINIAK MAMAK DALAM PERKAWINAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENCATATAN NIKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PERAN NINIAK MAMAK DALAM PERKAWINAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENCATATAN NIKAH"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

62 Kamang Kabupaten Agam

Indonesia merupakan Negara yang memiliki ribuan suku yang masing-masing memiliki adat istiadat sendiri. Adat istiadat ini juga sangat berpengaruh terhadap ritual proses pernikahan suatu pasangan. Ritual prosesi pernikahan di Indonesia akan mengikuti darimana kedua pasangan itu berasal. Seperti di Minangkabau sendiri, bahwa proses pernikahan antara masyarakat Padang dengan masyarakat Agam itu berbeda. Disini akan dijelaskan proses pernikahan masyarakatKabupaten Agam khususnya kenagarian Gadut.

1.1 Memilih Jodoh

Hidup berumah tangga tidak mungkin dilakukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan biologis semata, namun perlu dipersiapkan sedemikian rupa oleh mempelai, mengingat dampaknya terhadap kelangsungan hidup bangsa demikian penting dan menentukan. Islam mengarahkan dalam mempersiapkan kehidupan perkawinan dimulai dari memilih jodoh (Ulfatmi 2010, 14).

Menurut pandangan orang Minangkabau khusus di daerah kenagarian Gadut, perkawinan tidak hanya menghubungkan seorang lelaki dan seorang perempuan sebagai suami istri, tetapi juga menghubungkan dua suku dalam hubungan persemendaan. Oleh karena itu memilih jodoh juga menjadi urusan keluarga. Tambahan lagi akibat perkawinan itu nanti seperti urusan keturunan tidak akan lepas daripada urusan keluarga (Erpis, 2017). Sebagaimana yang beliau tuturkan:

Yo kalau masalah nikah ko dak yang laki-laki jo yang padusi se yang nikah do, keluarga iyo lo. Maksuiknyo hubungan antaro sumando laki-laki jo sumando padusi tu harus dakek lo. Jadi kalau masalah nikah ko, jo keluarga-keluarga gai talibaik.”

(2)

(Masalah nikah bukan hanya menjalin hubungan antara laki-laki dengan perempuan saja namun juga hubungan kekeluargaan. Maksudnya hubungan antara semenda laki-laki dengan semenda perempuan juga harus dekat. Jadi kalau masalah nikah keluarga juga terlibat).

Namun sekarang anak gadis di Minangkabau banyak yang keluar rumah (marantau) untuk belajar ataupun bekerja dan mereka akan bergaul dengan banyak lelaki, maka jika si gadis menemukan calon suaminya, keluarga dekatnya akan mempertimbangkan untuk dibawa ke majlis musyawarah keluarga. Selain itu, bukan hanya orangtua saja yang terlibat dalam memilih jodoh namun mamak,

niniak mamak juga terlibat untuk memilih jodoh bagi kemenakan mereka.

1.1.1. Orangtua kemenakan menyampaikan atau melaporkan kepada niniak mamak dalam suku atau kaum bahwa anaknya telah patut untuk menikah. Namun apabila anak kemenakan belum memiliki jodoh, maka niniak mamaklah yang memberi saran calon jodoh kemenakan.

1.1.2. Kemudian niniak mamak menetapkan hari musyawarah. Dalam musyawarah ini, niniak mamakmenanyakan siapa yang akan menjadi pasangannya, menanyakan kepribadian pasangannya baik dari segi perilaku, agama, keturunan dan lain-lain. Sedangkan apabila jodoh dicarikan oleh niniak mamak maka terlebih dahulu niniak mamak tersebut telah mengetahui sikap, prilaku, keagamaan calon jodoh kemenakannya.

1.1.3. Apabila niniak mamak menetapkan bahwa orang tersebut dapat menjadi pasangan, barulah tahap selanjutnya dapat dilakukan. Namun sebelumnya kemenakannya harus membawa calon pasangannya ke rumah niniak mamak untuk mengenalkan calon pasangannya.

(3)

Setiap keputusan yang diambil harus melalui musyawarah dengan

niniak mamak. Niniak mamak yang nantinya akan menentukan siapa dan yang mana jodoh kemenakannya. Namun niniak mamak tentu tidak asal mencarikan jodoh kemenakannya tapi dasar yang paling penting untuk jodoh kemenakannya adalah orangyang tahu agama. Kaya atau miskin tidak menjadi permasalahan, yang penting berasal dari keluarga yang baik-baik. (Wahilman 2017)

1.2.Marambah

Marambah merupakan salah satu proses awal menuju perkawinan yang berlaku di kenagarian Gadut. Marambah ialah suatu aktivitas memperkenalkan diri dari pihak keluarga calon mempelai perempuan kepada pihak keluarga calon mempelai laki-laki untuk mempererat silaturrahmi antara keluarga keduabelah pihak. Karena pernikahan bukan hanya mempertemukan dua pasangan tapi juga menjalin silaturrahmi antara keluargaistri dengan keluarga suami (Yusnita, 2017). Sebagaimana yang dituturkan oleh beliau:

“Marambah ko buliah ado buliah indak, tagantuang kesepakatan baduo antaro keluarga laki-laki jo keluarga padusi. Urang banyak jo yang indak mangarajokan. Tapi bia hubungan kekeluargaan dakek, bia kito labiah kenal tu mangkonyo ado marambah.”

(Marabah hukumnya boleh, tergantung kesepakatan keduabelah pihak antara keluarga laki-laki dengan keluarga perempuan. Banyak juga masyarakat yang tidak melakukannya namun agar hubungan kekeluargaan lebih dekat maka diperlukanlah acara

marambah).

Marambah ini dihadiri oleh ayah, ibu mempelai perempuan dan kadang juga dihadiri oleh kakak dan adik calon mempelai perempuan. Namun mamak ataupun niniak mamak tidak terlibat dalam hal ini karena marambah merupakan pertemuan awal untuk mencoba menjalin silaturrahmi. Adat kenagarian Gadut biasanya keluarga calon mempelai perempuan membawa pisang dan kue serta kedatangan mereka disambut oleh keluarga calon mempelai laki-laki

(4)

dengan menyuguhkan makanan. Keluarga perempuan terlebih dahulu diberitahukan kepada niniak mamak.Niniak mamak akan mengarahkan proses marambah mengenai hal yang akan dipersiapkan untuk acara marambah, penunjukan pihak yang menghadirinya hingga tata pakaian yang akan dipakai oleh orang yang akan pergi marambah (Indri 2017).

1.3.Maminang (Batuka Tando)

Batimbang Tando atau bertukar tanda merupakan suatu simbol pengikat perjanjian yang tidak bisa dibatalkan oleh sebelah pihak apabila kedua keluarga calon mempelai bersepakat untuk melanjutkan ke proses selanjutnya. Biasanya yang ditukarkan adalah benda pusaka seperti keris, kain adat, atau benda lain yang bernilai sejarah bagi keluarga.

Proses batimbang tando ini diawali dengan keluarga calon mempelai wanita mengunjungi rumah keluarga calon mempelai pria.Acara ini melibatkan orangtua, niniak mamak dan para sesepuh dari keduabelah pihak.Rombongan yang datang membawa sirih, pinang lengkap disusun dalam carano atau kampia (tas yang terbuat dari daun pandan).Sepatah kata dari pihak laki-laki yang biasanya dilontarkan oleh niniak mamak.Kemudian pihak perempuan yang datang juga menjawab pepatah dengan berbagai ungkapan.Hal ini tergantung kesepakatan antara kedua keluarga mereka.Biasanya muncul kata “kalau bulek alah bisa digolongkan” atau “pipih alah bisa dilayangkan”.(Erpis 2017)

1.4.Manakok Hari

Manakok hari ialah suatu proses perkawinan untuk menentukan waktu pelaksanaan pernikahan yang dilakukan dirumah laki-laki.

Manakok hari ini terbagi kepada dua, yaitu manakok hari yang dilakukan di rumah calon mempelai perempuan dan manakok hari

(5)

dilakukan 3 atau 4 bulan sebelum pernikahan dilaksanakan. Adapun tahap-tahap manakok hari ialah:

1.4.1.Terlebih dahulu kedua masing-masing pihak melakukan musyawarah antara orang tua, kerabat dekat, mamak dan

niniak mamak mengenai waktu pelaksanaan perkawinan baik waktu akad nikah maupun pesta perkawinan.

1.4.2.Setelah waktu perkawinan ditentukan dan ditetapkan oleh

niniak mamak barulah hasil musyawarah dibawa ke majlis (pertemuan) keduabelah pihak yang biasanya dilakukan di rumah calon mempelai laki-laki.

1.4.3.Selanjutnya ayah, ibu, niniak mamak, mamak dan keluarga dekat lainnya datang ke rumah laki-laki dengan membawa berbagai makanan telah ditetapkan baik dari segi ukuran ataupun jumlahnya tergantung adat yang berlaku disuatu daerah. Adat nagari Gadut sendiri makanan yang dibawa seperti pisang, ayam singgang, kue bolu, beras pulut putih (nasi lamak), puding dan siriah langkok (carano berisi sirih, sadah, gambir dan rokok). Kemudian niniak mamak dari pihak laki-laki selaku tuan rumah menyampaikan sambah-menyambah (petatah-petitih) (Wahilman 2017):

Samantaro pun siriah alun dimakan, pinang alun digatok, nan kini alah dapek dimakan. Kok apo tujuan dari datuak alah bisa disampaikan”.

(Sementara sirih belum dimakan, pinang belum dilalap, dan sekarang sudah bisa dimakan. Maka apa tujuan datuk sudah bisa disampaikan).

Kemudian dijawab oleh niniak mamak dari pihak laki-laki:

Nan kini lah tibo pulo pada cucu kamanakan kito didalam suku kito ko. Kok kaciak lah gadang, kok gadang lah patuik barumah tanggo. Kok lamah lah tibo urang kamanungkeknyo, kok senteng lah ado urang kamaulehnyo, itulah tuan dek dicari siriah sakapua, disabuik kato sapatah, kok jauah lah datang, kok dakek lah tibo, nan kini jalannyo bana dek dicari siriah sakapua panyabuik kato nan sapatah. Manolah kato nan sapatah nak

(6)

mamintak iyo dan tido. Kok iyo bakeh lalu, kok indak bakeh baranti.

(Sekarang telah datang masanya pada cucu kemenakan kita didalam suku ini, kalau kecil sudah besar, kalau besar telah patut berumahtangga, kalau lemah telah datang orang yang mengayominya, itulah dicari sirih yang sekapur, disebut kata yang sepatah, kalau jauh sudah datang, kalau dekat sudah tiba, dan sekarang jalannya yang dicari sirih sekapur penyebut kata yang sepatah, dimana kata yang sepatah meminta iya dan tidak, kalau iya dilanjukan, kalau tidak maka berhenti).

Setelah itu barulah ditentukan waktu pelaksanaan pernikahan, dimana dilakukan dan waktu resepsi perkawinan. Dari hasil musyawarah, maka ditemukanlah ketentukan pasti waktu perkawinan. Kemudian pihak laki-laki mempersilahkan untuk menyantap hidangan yang telah disuguhkan. (Wahilman 2017)

1.5.Marapek Kaki Alek

Marapek kaki alek merupakan prosedur yang tidak bisa ditinggalkan untuk menuju perkawinan yang berlaku di nagari Gadut. Rapek kaki alek ini dilakukan di masing-masing rumah keduabelah pihak baik laki-laki ataupun perempuan. Orangtua dari pihak laki-laki ataupun perempuan memanggil seluruh kerabatnya seperti niniak mamak, mamak, urang sumando, etek, dan keluarga dekat lainnya untuk datangbermusyawarah (Fitri 2017). Dalam hal ini datuk/niniak mamaklah yang lebih berperan disini karena ia sebagai kepala kaum yang akan membimbing anak-kemenakannya dalam beberapa hal:

1.5.1. Pembagian tugas setiap kegiatan

1.5.2. Waktu mengundangmasyarakat untuk datang ke perkawinan atau waktu mengantarkan undangan, pihak yang akan diundang, pihak (orang) yang akan mengundang.

1.5.3. Pelaminan apa yang dipakai

(7)

1.5.5. Dan segala hal yang menyangkut dengan perkawinan (Yusnita, 2017).

1.6.Mahanta Siriah

Mahanta siriah merupakan acara meminta izin atau memohon doa restu kedua calon mempelai kepada mamak-mamak/niniak mamak

nya, saudara ayah, saudara ibu, kakak yang telahberkeluarga dan sesepuh yang dihormati sekaligus memberitahukan rencana pernikahannya. Calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau kepada mereka. Sementara calon mempelai wanita menyertakan sirih lengkap. Sesampai di rumah mamak, maka calon mempelai diberi nasehat oleh mamak ataupun

niniak mamak mengenai pernikahan kemenakannya. Nasehat yang diberikan berupa cara membina rumahtangga agar menjadi keluarga sakinah, mawaddah warahmah, hak dan kewajiban suami-istri dalam berumahtangga, serta cara menghadapi bahtera rumahtangga dikemudian hari. Dalam hal ini niniak mamak sangat berperan terhadap kemenakannya agar terwujud keluarga yang patuh dengan ajaran agama Islam. (Wahilman, 2017)

1.7.Akad Perkawinan

Akad perkawinan dilakukan di rumah pengantin perempuan atau di masjid sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan. Namun sebelum akad dilaksanakan maka terlebih dahulu utusan dari pihak perempuan yaitu mamak dan keluarga dekat yang perempuan akan menjemput pengantin laki-laki. Namun niniak mamak tidak ikut, karena dalam hal ini ia sebagai pembimbing atau mengarahkan pihak yang akan terlibat dalam penjemputan. Rombongan dinanti oleh keluarga laki-laki kemudian pengantin laki-laki dibawa ke masjid atau ke rumah mempelai perempuan. Sedangkan jika akad perkawinannya dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA) maka

(8)

kedua calon tersebut datang ke Kantor Urusan Agama tanpa adanya penjemputan dari pihak perempuan.(Okziarni 2017)

Akad pernikahan biasanya dilakukan pada hari Jum’at sebelum shalat Jum’at. Dihadiri oleh orangtua mempelai, karib kerabat, masyarakat, dan niniak mamak. Untuk niniak mamak terlebih dahulu telah diberitahukan atau dipanggil untuk menghadiri pernikahan kemenakannya. (Raflis 2017)

1.8.Pesta Perkawinan (Walimatul Urs)

Islam mengajarkan kepada orang yang melakukan perkawinan untuk mengadakan walimah, tetapi tidak memberikan bentuk minimum atau maksimum dari walimah itu. Hal ini memberikan isyarat bahwa walimah itu diadakan sesuai dengan kemampuan seseorang yang melaksanakan perkawinannya, dengan batas sesuai dengan syari’at seperti tidak ada pemborosan, kemubaziran, lebih-lebih dengan sifat angkuh dan membanggakan diri (Tihami, Sahrani 2010, 137).

Walimah ini sebagai wujud rasa syukur keluarga dan kedua penganten terhadap Allah. Khususnya untuk masyarakat Gadut sendiri bahwa duduk basandiang dianggap suatu yang wajib karena sebagai sebagai pemberitahuan kepada masyarakat lingkungan agar tidak menimbulkan fitnah dan masyarakat dapat melaksanakan kontrol sosialnya.

1.9.Manjapuik Marapulai

Manjapuik marapulaimerupakan acara ritual paling penting dalam pernikahan adat Gadut. Acara ini diawali dengan rombongan dari keluarga calon mempelai wanita (memakai baju kurung bagi perempuan) dan niniak mamak datang menjemput calon mempelai pria dandibawa ke rumah calon mempelai wanita untuk melangsungkan akad nikah dengan membawa perlengkapan berupa sirih lengkap dalam cerana, pakaian pengantin pria lengkap,

(9)

singgang ayam, lauk pauk, dan lain-lain. Selain itu, dalam acara ini juga akan dilakukan pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai simbol kedewasaan. Setelah proses sambah menyambah oleh niniak mamak dan mengutarakan maksud kedatangan mereka, serta barang-barang diserahkan.Calon pengantin pria beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita. (Indri 2017)

1.10.Tradisi usai akad nikah

1.10.1.Melewakan gala

Malewakan gala merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan gelar terhadap menantu laki-laki yang berasal dari Minang yang dilakukan oleh niniak mamak. Gelar adat yang diberikan oleh kaumnya disampaikan secara resmi dalam kesempatan ini langsung oleh niniak mamak atau yang mewakili keluarga pengantin laki-laki.(Erpis 2017)

1.10.2.Manjalang Mintuo

Manjalang mintuo merupakan acara terakhir dari perkawinan menurut adat di kenagarian Gadut dimana pihak perempuan datang ke rumah keluarga suaminya dengan membawa makanan. Manjalang mintuo ini tidak harus dilakukan oleh setiap pihak. Tujuan acara ini untuk menjalin silaturrahmi antara menantu dengan mertua. Biasanya dilakukan ketika awal Ramadhan. (Rosmanizar 2017)

2. Kedudukan Niniak mamak dalam Kebudayaan Masyarakat Di Kenagarian Gadut Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam

Secara bahasa budaya adalah akal budi, pikiran, sesuatu yang berkenaan dengan hasil karya budi (Tim Prima Pena tt, 160). Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

(10)

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa masyarakat tersebut. (Yunus 2017, 225)

Seperti kebudayaan yang berlaku bagi masyarakat Gadut adalah

manyiriah (mengunyah sirih). Manyiriah adalah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Gadut yang akan melakukan perkawinan untuk mengundang masyarakat ke sebuah acara atau dengan kata lain manyiriah

dianggap sebagai pengganti undangan. Tradisi manyiriah ini digunakan untuk mengundang masyarakat dalam kegiatan pesta seperti pesta pernikahan, akikah atau pesta peresmian gelar seorang datuak (alek datuak). Kebiasaan masyarakat Gadut manyiriah ini dilakukan oleh perempuan untuk mengundang masyarakat yang perempuan dengan membawa siriah langkok seperti sirih, gambir, pinang dan sadah, sedangkan untuk mengundang laki-laki dilakukan oleh laki-laki dengan membawa rokok dari daun enau dan tembakau. (Rosmanizar 2017)

Niniak mamak adalah seorang laki-laki dalam suatu kaum sebagai pemimpin yang didahulukan salangkah, ditinggikan sarantiang. Mereka punya kedudukan kuat dalam kaumnya (Yunus 2015, 326). Niniak mamak

adalah seorang laki-laki dari suatu kaum telah dituakan dan jadi “tampek baiyo dan bamolah” (bermusyawarah). Setiap suku haruslah memiliki

niniak mamak. Tidak ada kewajiban bahwa niniak mamak haruslah dari golongan kaya ataupun telah dewasa (tua) apakah dia alim ulama, cerdik pandai, pemuka masyarakat, buruh, petani atau sebagai pejabat sekalipun juga dapat diangkat menjadi niniak mamak. Karena niniak mamak

hanyalah simbol kepemimpinan dalam suku sedangkan yang menjalankan tugasnya adalah panungkek (wakil niniak mamak). Niniak mamak tidak hanya menjabat dalam kaumnya namun ia juga menjabat dalam nagari dengan membuat suatu badan yang disebut Kerapatan Adat Nagari (KAN). KAN dianggotai oleh niniak mamak yang diutus dari setiap jorong 3 orang. Niniak mamak bertugas mengurus hal-ihwal adat termasuk

(11)

menyelesaikan perselisihan mengenai tanah pusaka.Sebagai anggota

niniak mamak dia adalah perwakilan dari kaumnya (dalam istilah Minang disebut Andiko) dalam pemerintahan nagari yang mewakili konstituennya untuk menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi kaum yang

dipimpinnya serta untuk membantu menyelesaikan berbagai

permasalahan yang timbul pada anak kemenakannya dalam nagari, “Andiko didalam kampuang kusuak nan kamanyalasai karuah nan kamampajaniah”.(Erpis 2017) Diantara para niniak mamak itu dipilih salah satu untuk menjadi ketuanya itulah yang dinamakan Ketua KAN.Orang-orang yang tergabung dalam KAN inilah yang disebut niniak mamak,Niniak mamak dalam nagari pai tampek batanyo pulang tampek babarito” (niniak mamakdalam nagari pergi tempat bertanya pulang tempat berberita).

Jabatan niniak mamak adalah sebagai pemegang sako datuak secara turun temurun menurut garis keturunan ibu dalam sistem matrilineal.Sebagai pemimpin adat maka dia memelihara, menjaga, mengawasi, mengurusi dan menjalankan seluk beluk adat.Dia adalah pemimpin dan pelindung kaumnya atau anak kemenakannya menurut sepanjang adat.Keberadaan niniak mamak di tengah masyarakat lebih jauh terlihat dalam petatah petitih kato pusako ;

Bakbaringin di tangah koto, Ureknyo tampek baselo, Batangnyo tampek basanda. Dahannyo tampek bagantuang,

Daunnyo tampek bataduah kahujanan, Tampek balinduang kapanehan,

Nan didahulukan salangkah, Nan ditinggikan sarantiang, Kapai tampek bantanyo,

Kapulungtampek barito(Wahilman 2017)

(Seperti pohon beringin di tengah kota, akarnya tempat bersila duduk, batangnya tempat bersandar, dahannya tempat bergantung, daunnya tempat berteduh bila hujan, tempat berteduh bila kepanasan, yang di

(12)

dahulukan selangkah, yang di tinggikan seranting, kalau pergi tempat bertanya, kalau pulang tempat berita).

Niniak mamak mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibanding jabatan lainnya yang ada dalam masyarakat, merupakan tempat sandaran dan tempat bertanya tentang berbagai permasalahan yang dihadapi warga dalam suatu nagari.Niniak mamak tidak hanya berperan dalam perkawinan kemenakannya, namun ia berperan dalam segala hal yang terkait dengan kemenakannya. Adapun kedudukan niniak mamak dalam kebudayaan masyarakat adalah:

2.1. Kedudukan dalam adat, nagari dan masyarakat

Di Minangkabau khususnya nagari Gadut banyak unsur yang berperan berbasis di lembaga (dulu) Kerapatan Nagari (KN) sekarang Kerapatan Adat Nagari (KAN). Di antara unsur yang terpenting, unsur fungsionaris talitigo sapilin dan tungku tigo sajarangan yakni: unsur

niniak mamak dipimpin penghulu dan atau datuak, unsur ulama dipimpin ketua majelis ulama nagari dan atau tuanku, dan unsur

cadiak pandai dipimpin yang cerdik cendekia dan atau yang piawai. Di dalam kelembagaan penghulu/datuk secara umum ada urang nan-4

jinih yakni: penghulu, manti, malin dan dubalang.(Yunus 2015, 325) Adapun tugasniniak mamak ditingkat adat, nagari dan masyarakat ialah (Neparli 2017):

2.1.1.Rapat dengan datuk-datuk (anggota KAN) lain untuk memecahan persoalan apa yang timbul dan terjadi, dan jalan apa yang harus ditempuh, begitupun sengketa yang terjadi dalam masyarakat.

2.1.2.Memikirkan dan memecahkan persoalan pembangunan nagari, kampung halaman dan rumahtangganya, dan mendorong anak kemenakan untuk melaksanakan barek sapikua ringan sajenjeng

(13)

gedung sekolah, kantor, mesjid, jalan raya, kebersihan nagari dan kampung.

2.1.3.Menjadi seorang pemimpin yang tulus dan ikhlas dalam membantu setiap kegiatan nagari dan menyukseskan lancarnya jalan pemerintahan nagari serta memikirkan kemajuan nagari dalam segala bidang.

2.2.Kedudukan niniak mamak terhadap keluarga (menyelesaikan persoalan kemenakan)

Di nagari Gadut mamak sangat dituntut sekali peranannya dalam keluarga. Sebab mamak itu, berkedudukan penting dalam membina dan membimbing kemenakan-kemenakannya, diantaranya ialah: 2.2.1.Mamak sebagai kepala kaum

Peranan mamak sebagai kepala kaum terutama diperuntukkan bagi seorang penghulu yang dipilih sebagai mamak kaum.Mamak kaum bertugas memimpin seluruh anggota yang berdiam pada kelompok suatu rumah gadang.Mamak di dalam kaumnya berperan sebagaimana peran seorang laki-laki di dalam kaumnya sebab yang dipimpinnya adalah sebuah kaum yang jumlahnya cukup banyak.Ia harus menempatkan diri secara adil sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku. (Zulfahmi 2003, 75)

Tugas niniak mamak sebagai kepala kaum mencakupi segala bidang seperti: masalah perekonomian anak kemenakan, pendidikan, kesehatan, keamanan, pelaksanaan menjalankan keagamaannya dan lain-lain. Dalam bidang perekonomian, biasanya mamak mengikutsertakan kemenakan dalam kegiatan produktif di sawah dan ladang, seperti membajak, mencangkul, menjaga air sawah, menanam padi, memetik hasil dan sebagainya. Hal semacam ini akan berguna sekali bagi kemenakan karena dapat mengetahui seluk beluk pertanian. Jadi

(14)

secara tidak langsung mamak atau datuk akan memberikan tanggung jawab pada kemenakannya dalam menyelenggarakan kehidupan ekonomi demi peningkatan kehidupan keluarganya nanti. Selain itu, mamak juga menanamkan kepada kemenakannya cara hidup yang hemat dan bekerja keras seperti memelihara perlengkapan seperti rumah, cangkul, baja dan lain-lain. (Neparli 2017)

2.2.2.Mamak sebagai kepala waris

Menurut peraturan adat Minangkabau pusaka harta maupun gelar diwariskan dari niniak mamakkepada mamak, dari mamak kepada kemenakan berdasarkan garis keturunan ibubaik pusaka gelar maupun pusaka harta tidak boleh diwariskan kepada anak, karena semuanya itu di Minangkabau pada hakikatnya adalah milik kaum perempuan.Pengelolaan harta tersebut dipimpin oleh laki-laki tertua dalam sebuah rumah gadang yang bertugas sebagai mamak kepala waris.

Mamak kepala waris bertanggungjawab untuk

mengembangkan warisan sehingga dapat memelihara keutuhan, kebersamaan dan kesejahteraan kemenakan. Seperti dalam pengelolaan sawah, sawah tersebut dikelola secara bergiliran dan yang memperoleh hasilnya pun didapat secara bergiliran. Misalnya panen tahun ini dipetik oleh Agus sedangkan tahun selanjutnya dipetik oleh Ahmad. (Neparli 2017)

2.2.3.Mamak sebagai pembimbing

Mamak sangat dituntut sekali perannya dalam membimbing kemenakan. Peran mamak sebagai pembimbing kemenakan ini

terhadap kemenakan laki-laki telah mempersiapkan

kemenakannya agar suatu saat bisa menggantikan

(15)

penghuluia mempersiapkan kemenakannya untuk menjadi seorang penghulu. (Zulfahmi 2003, 76).

Dalam upacara adat misalnya batagak penghuluatau datuk, niniak mamak selalu memberi kesempatan kepada kemenakan untuk mencoba ikut aktif dalam acara tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mendidik kemenakannya agar mandiri atau wawasan berfikir kearah kehidupan bermasyarakat, agar suatu saat ketika kemenakannya telah dewasa dapat menjadi pemimpin yang disegani orang. (Raflis 2017)

Di dalam kaumnya, mamak berfungsi dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan kaumnya, namun apabila belum didapat kepuasan, maka berikutnya barulah penghulu yang akan melakukan tugasnya, hal itu pun telah digambarkan oleh pepatah:

Kamanakan baraja kamamak Mamak barajo kapanghulu

Panghulu barajo kapado alua dan patut.(Anwar 1997, 15) (Kemenakan belajar kepada mamak

Mamak belajar kepada penghulu

Penghulu belajar kepada yang benar dan patut) 2.3. Kedudukan niniak mamak dalam perkawinan kemenakan

Bimbingan mamak terhadap kemenakannya bukanlah sekadar memimpin atau mengepalai saja, tapi melengkapi bidang lahir, batin, dan mental spritual, seperti: ekonomi, pendidikan, kesehatan, agama dan lain-lain. Dalam bidang agama seperti perkawinan seorang niniak mamakmemiliki keterlibatan yang sangat kuat terhadap proses perkawinan kemenakannya mulai dari memilih jodoh, marambah

hingga akad perkawinan, pesta perkawinan dan segala perkawinan kemenakannya. Dalam perkawinan kemenakannya mamak bertugas sebagai pembimbing yang akan mengarahkan kemenakan ke arah jalan yang lurus yang sesuai dengan syariat Islam dan adat yang berlaku. (Wahilman 2017)

(16)

Kedudukan niniak mamak dalam perkawinan kemenakannya di Kenagarian Gadutadalah sebagai syarat. Pernikahan kemenakan baru dapat berlangsung apabila ada niniak mamakmenghadiri dan menyaksikan pernikahan mereka. Sehingga apabila niniak mamak

tidak menghadiri pernikahan mereka maka pernikahan mereka tidak dapat berlangsung kecuali dalam hal niniak mamakberhalangan hadir seperti sakit yang tidak memungkinkan untuk menghadirinya.

Selain itu, izin niniak mamak juga merupakan syarat agar bisa dilangsungkannya perkawinan secara sah dan tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA). Sehingga apabila pernikahan mereka tidak mendapatkan izin niniak mamak yang dibuktikan dengan lampiran izin niniak mamakkemudian diberi materai maka syaratnya tidak dapat diteruskan ke Kantor Urusan Agama untuk mendapatkan Akta Nikah. (Okziarni 2017)

3. Dampak Peran Niniak mamak terhadap Pencatatan Nikah di Kenagarian Gadut Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam

Peranan seorang laki-laki dengan anak saudara perempuannya adalah sebagai mamak, dan kedudukannya dengan saudara laki-laki ibunya adalah sebagai kemenakan. Sebagai kemenakan seorang mesti patuh kepada mamaknya dan sebagai mamak seorang mesti menjaga kemenakannya (Kamaluddin 2005, 98). Mamak dituntut untuk membimbing kemenakannya yang perempuan dalam mempersiapkan diri mereka untuk menyambut warih bajawek (waris diterima), yaitu mewariskan nilai-nilai adat yang menempatkan perempuan sebagai titik pusat kelompoknya di rumah selagi ibu atau nenek yang mendirikan keturunannya dan sebagai istri yang menjadi penghubung dengan suku lain. Terhadap kemenakan laki-laki mamak memberikan bimbingan dalam

pusako batolong, yaitu menunjang dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi kemenakan, khususnya kemenakan kandung.

(17)

Penghulu harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya terhadap saudara dan kemenakannya dalam membina, mengayomi, melindungi dan mengatur pemanfaatan harta pusaka tinggi dan tanah ulayat untuk kemakmuran saudara dan kemenakannya, namun dia juga harus tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga di rumah tangganya terhadap anak dan istrinya, “Anak dipangku jo pancarian(anak dipangku dengan pencarian), kemenakan dibimbiang jo pusakokemenakan dibimbing dengan pusaka)”.(Usman 2017)

Niniak mamak memiliki peran terhadap pernikahan kemenakannya sebagaimana yangtelah disebutkan dalam sub bab sebelumnya (proses perkawinan di Kenagarian Gadut Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam). Selain itu, niniak mamak juga berperan dalam memberi izin setiap kemenakannya yang akan menikah yang dilampirkan dengan surat keterangan. Pada tahun 2014 tercatat 153 pasangan memenuhi prosedur pencatatan nikah serta mendapat izin dari niniak mamak dan pada tahun 2015 tercatat 125 pasangan yang mendapat izin dari niniak mamak.

Namun ada beberapa pasangan pada tahun 2015 yang menikah tanpa izin

niniak mamak.(Gusmissari 2017)

Pertama, kasus yang terjadi di kenagaraian Gadut, dimana pernikahan antara LR dan YP yang telah dilaksanakan secara syari’at Islam yang menjadi wali nikah YP adalah Saparudin. Bahwa pernikahan mereka telah memenuhi rukun dan syarat perkawinan menurut syari’at Islam dan persyaratan administrasi serta surat-surat yang berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan tersebut.Namun niniak mamak dari YP tidak mau memberikan tanda tangan persetujuan atas pernikahan mereka sehingga pihak Kantor Urusan Agama setempat tidak bersedia memproses persyaratan perkawinan mereka dan berakhir mereka tidak memiliki akta nikah. (Putriani 2017)

Menurut penuturan Marjodi Dt. Mangkudun bahwa YP tidak memberi izin karena adanya permasalahan antara niniak mamak dengan YP seperti

(18)

YP tidak patuh kepada niniak mamak, YP tidak pernah terlibat dalam kaum atau tidak acuh terhadap hal yang terjadi dalam kaumnya. Sehingga niniak mamak berharap bahwa YP mau merubah sikapnya terlebih dahulu sebelum menikah demi kepentingan YP sendiri.(Marjodi 2017)

Berdasarkan hasil wawancara dari pihak Kantor Urusan Agama bahwa YP tidak pernah datang ke Kantor Urusan Agama untuk mengurus pernikahannya.Namun apabila YP datang, maka kami tetap tidak menikahkannya secara tercatat karena peran niniak mamak dalam perkawinan kemenakan merupakan adat yang telah berlaku secara turun temurun.Apabila niniak mamak tidak memberi izin, pastilah disebabkan ketidakpatuhan kemenakan kepada niniak mamak.Hal ini juga berkaitan dengan aturan bahwa “adat salingka nagari”.Sedangkan tugas kami (pihak Kantor Urusan Agama) hanya menikahkan pasangan yang telah memenuhi rukun dan syarat perkawinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Jadi YP tidak memenuhi salah satu syaratnya. (Akmal 2017)

Kedua, niniak mamak atau datuak suku Tanjuang tidak memberi izin pernikahan WR dengan R dengan alasan bahwa mereka menikah sesuku yang berasal dari suku Tanjuang (Mulyati 2017). Adapun alasan niniak mamak melarang mereka menikah sesuku dikarenakan sesuku dianggap seperti bersaudara, kekerabatan yang telah dekat sehingga dianggap seperti keluarga yang dilarang untuk menikah sesama suku serta aturan ini telah berlaku sejak dahulu secara turun temurun. Sedangkan menurut ketentuan nagari bahwa nikah sesuku atau sama suku telah diperbolehkan semenjak 10 tahun terakhir ini dengan syarat calon mempelai bukan dari

datuak atau kaum yang sama namun tergantung kepada suku atau niniak mamak dalam suku tersebut.

Adapunalasan dari pihak nagari disebabkanbahwa nagari tersebut tidak mau menandatangani sebelum niniak mamak dari kaum tersebut menandatanganinya dan ini merupakan aturan niniak mamak dalam kaum tersebut (Okziarni 2017). Sehingga ada inisiatif dari kedua pasangan

(19)

tersebut untuk menikah ke luar daerah yang mana kewenangan niniak mamak tidak diperlukan dalam perkawinan (Mulyati 2017).

Ketiga, pasangan L dengan T yang menikah tidak mendapat izin darininiak mamak karena niniak mamak tidak menyetujuinya L menikah untuk kedua kalinya sedangkan hubungan L dengan suami pertama telah bercerai. Selain itu niniak mamak L melarang disebabkan karena L memiliki anak yang masih berusia 13 tahun sehingga dikhawatirkan apabila L menikah kembali maka anak-anaknya terlantar.(Jonardi 2017)

Menurut penuturan pihak Kantor Urusan Agama bahwa pihak Kantor Urusan Agama tidak akan menikahkan pasangan yang tidak memenuhi rukun dan syarat perkawinan yang berlaku seperti pernikahan WR dengan R serta pernikahan L dengan T. Alasan penolakan Kantor Urusan Agama ini berdasarkan pepatah “adat salingka nagari. Bahwa kemenakan harus patuh kepada niniak mamaksebagai kepala kaum yang akan memimpin kemenakannya dan penolakan niniak mamakpastilah disebabkan ketidakpatuhan kemenakan kepadanya. (Akmal 2017)

Telah dijelaskan bahwa niniak mamakmemiliki peran penting terhadap kemenakannya terutama dalam perkawinan kemenakannya.

Sebegitu pentingnya peran niniak mamakdalam perkawinan

kemenakannya sehingga hal ini dianggap tabu untuk dilanggar. Namun meskipun demikian, tidak semua masyarakat memiliki pemikiran yang sama terkhusus di kenagarian Gadut. Sebagian mereka menganggap hal ini memberatkan masyarakat yang ingin menikah karena al-Qur’an yang

menjadi pedoman hidup manusia tidak pernah mengatur

demikian.(Putriani 2017)sehingga ada beberapa diantara mereka yang melanggar hal ini.

Adanya peran niniak mamak dalam perkawinan kemenakan

merupakan aturan yang berlaku secara turun temurun. Meskipun aturan ini tidak tertulis namun hal ini sangat tabu untuk dilarang sehingga berdampak terhadap kemenakannya baik kemenakan yang mendapat izin

(20)

niniak mamak ataupun kemenakan yang tidak mendapat izin niniak mamak. Adapun dampak yang ditimbulkan adalah:

3.1. Dampak Psikologis

Dampak psikologis yang timbul apabila kemenakan menikah mendapat izin niniak mamak antara lain bahwa kemenakan hormat kepada niniak mamak sehingga kemenakan tidak enggan bertanya ataupun meminta bantuan kepada niniak mamak . Sedangkan apabila pernikahan kemenakan tidak mendapat izin dari niniak mamak juga berdampak terhadap psikologis kemenekan diantaranya kemenakan malu bertemu niniak mamak, kemenakan enggan bertanya atau meminta bantuan kepada niniak mamak, kemenakan memiliki rasa dendam kepada niniak mamak atau sebaliknya dan lain-lain. (Wahilman 2017).

3.2. Dampak Sosial

Dampak sosial yang timbul apabila kemenakan menikah mendapat izin niniak mamak antara lain hubungan antara niniak mamak dengan kemenakan bertambah baik, niniak mamak mau membantu kemenakan dalam segala hal dan lain-lain. Sedangkan dampak sosial yang ditimbulkan apabila kemenakan menikah tanpa izin niniak mamak antara lain: niniak mamak dengan kemenakan tidak tegur sapa, kemenakan semena-mena kepada mamak, niniak mamak yang meremehkan kemenakan, niniak mamak tidak memperhatikan terhadap hal-hal terjadi pada kemenakan dan lain sebagainya. Adanya kesenjangan antara kedua pihak ini menyebabkan putusnya tali persaudaraan diantara mereka, yang dalam hal ini Islam sangat melarang. Namun bukan saja demikian, bahkan hubungan keluarga dengan masyarakat setempat tidak baik. (Yusneti 2017)

(21)

3.3. Dampak Secara Hukum dan Adat

3.3.1.Tidak mendapatkan Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama Setiap pasangan yang hendak menikah dan telah memenuhi rukun, syarat serta persyaratan pencatatan perkawinan maka berhak untuk dicatatkan pernikahan oleh Pegawai Pencatat Nikah dan mendapatkan Kutipan Akta Nikah. Bagi pasangan yang tidak memenuhi salah satu rukun atau syarat atau salah satu syarat pencatatan perkawinan maka perkawinan mereka tidak dapat dicatatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah atau tidak mendapatkan Kutipan Akta Nikah.Seperti yang terjadi di kenagarian Gadut bahwaizin

niniak mamak merupakan salah satu syarat agar pernikahan pasangan tersebut tercatat untuk mendapatkan Kutipan Akta Nikah(Okziarni 2017).

Surat izin niniak mamak tadi bertujuan bahwa kita hidup dalam ranah hukum Minangkabau, dan harus tunduk pada hukum adat Minang.Selain itu, hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan di kemudian hari seperti perceraian.Sebelum perceraian secara hukum diizinkan oleh Pengadilan Agama, pastilah diselesaikan secara kekeluargaan terlebih dahulu.Maka untuk menyelesaikannya dibantulah oleh

niniak mamak selaku pemimpin kaum.Bagaimana perselisihan kita dapat diselesaikan secara kekeluargaan, sedangkan perkawinan tidak diberitahukan kepada niniak mamak. (Usman 2017)

Telah dijelaskan bahwa niniak mamak memiliki peran penting terhadap kemenakannya terutama dalam perkawinan kemenakannya. Sebegitu pentingnya peran niniak mamak

dalam perkawinan kemenakannya sehingga hal ini dianggap tabu untuk dilanggar. Namun meskipun demikian, tidak semua

(22)

masyarakat memiliki pemikiran yang sama terkhusus di kenagarian Gadut. Sebagian mereka menganggap hal ini memberatkan masyarakat yang ingin menikah karena al-Qur’an yang menjadi pedoman hidup manusia tidak pernah mengatur demikian.(Putriani 2017)Sehingga ada beberapa diantara mereka yang melanggar hal ini.

Aturan ini hanya berlaku di daerah Minangkabau yang merupakan aturan yang telah turun temurun sejak nenek moyang dahulu. Meskipun aturan ini tidak tertulis namun memiliki peran yang sangat penting.(Okziarni 2017)

3.3.2.Denda

Pasangan yang akan menikah namun tidak mendapat izin

niniak mamak maka harus membayar satu ekor kambing kepada

niniak mamak untuk membersihkan nama kaum. Namun karena perkembangan zaman hal ini tidak lagi ditemukan dalam masyarakat. Sedangkan pasangan yang mendapat izin niniak mamak tentu tidak dikenakan denda apapun.

Telah dijelaskan bahwaniniak mamak terlibat dalam perkawinan kemenakan sehingga berdampak terhadap pencatatan perkawinan, baik pasangan yang menikah mendapat izin niniak mamak maupun pasangan yang menikah tidak mendapat izin niniak mamak.Adapun pasangan yang tidak

mendapat izin niniak mamak bertujuan menunjang

terlaksananya aturan hukum di Kecamatan Tilatang Kamang khususnya di Nagari Gadut.Hal ini disebabkan dengan tercatatnya perkawinan berakibat pernikahan mereka memiliki kekuatan hukum sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada masa yang akan datang maka dapat dibuktikan dengan Akta Nikah.

(23)

Meskipun pasangan yang tidak mendapat izin niniak mamak

berdampak tidak tercatat pernikahan mereka oleh Pegawai Pencatat Nikah atau tidak memiliki Akta Nikah maka tidak menafikan adanya peran niniak mamakdalam perkawinan kemenakan yang mendapat izin. Adanya dampak yang timbul dari ketidakizinan niniak mamak memberikan pelajaran bahwa kita harus tunduk pada hukum yang berlaku dan kasus yang terjadi di Kenagarian Gadut merupakan kesalahan kemenakan karena apabila kemenakan patuh kepada niniak mamaktentu

niniak mamak memberi izin pernikahan mereka. Selain itu, tidak ada alasan niniak mamak tidak memberi izin terhadap pernikahan kemenakan tanpa alasan yang jelas dan sesuai aturan.Jika dikaitkan dengan pencatatan perkawinan maka ini menegaskan penerapan hukum yang berlaku Indonesia.

4. Tinjauan Hukum Islam terhadap Peran Niniak Mamakdalam Perkawinan di Kenagarian Gadut Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam

Berhubung perkawinan adalah proses penjalinan hubungan antara keluarga laki-laki dan keluarga perempuan maka syarat sebuah perkawinan tersebut adalah adanya kesediaan dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dari masing-masing keluarga. Amir MS menyatakan bahwa syarat untuk penjalinan sebuah perkawinan yang baik itu adalah bahwa kedua calon haruslah beragama Islam, tidak bertali darah dan harus memiliki sumber pencarian guna membiayai kehidupan keluarganya.

Perkawinan tidak hanya dengan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan yang didahului dengan akad maka perkawinan telah sah. Namun perkawinan tidak semudah itu bagi masyarakat Gadut, perkawinan harus dilakukan dengan beberapa proses untuk sampai menjadi perkawinan yang sah seperti keterlibatan niniak mamak dalam

(24)

perkawinan. Dalam perkawinan tidak hanya wali yang memiliki peran terhadap anaknya namun niniak mamak juga memiliki peran yang sangat penting terhadap perkawinan kemenakannya. Sebagaimana pepatah mengatakan anak dipangku kamanakan dibimbiang, urang kampuang dipatenggangkan(anak diapangku kemenakan dibimbing, orang kampung disegani). Peran niniak mamak dalam perkawinan kemenakannya dapat dilihat dari proses perkawinan. (Raflis 2017)

Menurut ketentuan perundang-undangan Indonesia bahwa

perkawinan harus dicatatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah agar memiliki kekuatan hukum. Hal ini diatur dalam pasal 2 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi:

Pasal 2

(1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu.

(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan ini dipertegas oleh Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam pasal 4-6 yang berbunyi:

Pasal 4

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pasal 5

(1)Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.

(2)Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1946 jo Undang-Undang No. 32 tahun 1954.

Pasal 6

(1)Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah.

(2)Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.

(25)

Tujuan pencatatan perkawinan ini untuk menunjang pernikahan yang mempunyai kekuatan hukum terhadap setiap pasangan yang menikah. Sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada masa yang akan datang maka dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya Akta Nikah seperti menuntut nafkah ‘iddahdalam masa ‘iddah.

Selain itu, untuk membantu merealisasikan pencatatan perkawinan maka diperlukanlah peran niniak mamak.Menurut hemat penulis, peran

niniak mamak dalam perkawinan kemenakan sangat besar karena hampir setiap proses perkawinan dibantu atau adanya kewenangan niniak mamak

seperti izin niniak mamak terhadap pasangan yang akan menikah.Apabila seseorang menikah tidak mendapat izin niniak mamak maka pernikahan mereka tidak dapat dicatatkan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang terjadi di Kenagarian Gadut. Meskipun sebanyak 125 pasangan yang menikah di Nagari Gadut dengan izin niniak mamak sedangkan 3 pasang menikah dengan tidak izin niniak mamak dan berdampak terhadap pencatatan nikah maka ini tidak menghapuskan adanya peran niniak mamak dalam perkawinan kemenakan yang pernikahan mereka mendapat izin dari niniak mamak. Karena niniak mamak memiliki peran penting terhadap pernikahan kemenakan. Adapun tujuan dari peran niniak mamak

dalam perkawinan kemenakan terhadap masyarakat Gadut diantara: (Wahilman 2017)

4.1.Mengajarkan kepada masyarakat untuk mematuhi hukum yang berlaku

Maksudnya adalah bahwa mengajarkan masyarakat khususnya nagari Gadut untuk tidak sewenang-wenang dalam melakukan suatu hal, namun ada aturan yang harus dipatuhi dan ditaati.

4.2.Menghindari generasi masyarakat dari perbuatan zina,

Setiap pasangan yang akan menikah terlebih dahulu ditanya oleh

niniak mamak mengenai hubungan mereka. Apabila diketahui perempuan ataupun laki-laki pernah melakukan hubungan sebelum

(26)

nikah, maka keduanya diarah sekeliling kampung untuk memberi efek jera kepada mereka dan menjadi pelajaran bagi masyarakat lain. 4.3.Mencegah terjadinya talak liar

Dalam adat Gadut bahwa setiap pasangan yang akan menikah pastilah terlebih dahulu menemui niniak mamak untuk meminta doa dan izin menikah dari mereka yang disebut dengan mahanta siriah.

Kemudianniniak mamak menasehati mereka mengenai perkawinan seperti cara membina rumah tangga, tugas suami dan istri, tanggung jawab masing-masing pihak dan lain-lain. Hal ini juga berlaku ketika pasangan tersebut memiliki masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pasangan tersebut maka dibantulah oleh niniak mamak. Niniak mamak yang akan menasehati mereka sehingga mereka dapat melanjutkan perkawinannya. Jalan terakhir yang ditempuh ketika masalah mereka tidak dapat diselesaikan oleh niniak mamakdan mereka ingin bercerai maka harus dilakukan di depan niniak mamak

agar tidak terjadi perceraian sesuka hati.

4.4.Mempertahankan dan menjalankan adat yang telah berlaku secara turun temurun.

Bahwa peran niniak mamakterhadap kemenakannya dalam segala hal merupakan suatu adat yang telah berlaku secara turun temurun bagi masyarakat Gadut sehingga harus dilestarikan dan dipertahankan mengingat kemaslahatannya.

4.5.Membantu menjalankan syari’at Islam

Adapun keterlibatan niniak mamak dalam perkawinan kemenakan antara memilih jodoh.Niniak mamak akan memilihkan jodoh bagi kemenakannya sesuai dengan syari’at Islam.

Hal ini merupakan suatu kebiasaan atau adat bagi masyarakat Minangkabau khususnya di nagari Gadut yang berlaku secara turun temurun.Meskipun kebiasaan atau adat ini tidak tertulis namun hal ini telah mendarah daging bagi masyarakat sehingga tabu untuk

(27)

dilanggar.Kondisi ini dapat dikatakan bahwa hukum Islam mengikuti keberadaan kebiasaan dan adat yang berlaku ditengah masyarakat. Dalam bahasa Arab, adat disebut 'urf. (Firdaus 2013, 90).

Menurut penulis, dengan adanya keterlibatan niniak mamak dalam perkawinan kemenakan sehingga dapat tercatat oleh Pegawai Pencatat Nikah merupakan ‘urf atau kebiasaan yang baik dan dapat dipertahankan mengingat kemaslahatan yang diperoleh.

Adapun dalil yang digunakan adalah:

3.1. Sebagaimana kaidah fiqih yang berbunyi (Zaidan 2008, 164):1

“Adat kebiasaan dapat dijadikan hukum.”

Ketika adat kebiasaan mengandung kemaslahatan dan tidak bertentangan dengan hukum Islam maka hukum tidak akan menolaknya. Dengan kata lain adat dapat diterima sepenuhnya dalam hukum Islam demi kemaslahatan.Untuk diterima satu ‘urf (adat) sebagai rujukan hukum syari’at para ahli fikih mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut:

3.1.1. ‘Urf hanya boleh dijadikan rujukan hukum syari’at apabila tidak ada nash dalam masalah itu. Apabila terdapat nash syari’at, maka nash yang lebih utama untuk diikuti.2

3.1.2. 'Urf itu tidak bertentangan dengan nash yang ada, baik al-Quran atau Sunnah, ataupun kaidah dasar hukum Islam. (Dahlan 1996, 1878).

3.1.3. Dapat diterima dengan kemantapan jiwa oleh masyarakatnya, sesuai dengan pertimbangan akal sehat, perasaan dan sifat fitrah manusia.

1Abdul Karim Zaidan. Al-Wajiz fi Syarhi Qawaid Fiqhiyyah fi asy-Syari’ah

al-Islamiyah. Diterjemahkan oleh Muhyiddin Mas Rida. 2008. Al-Wajiz 100 Kaidah Fikih dalam Kehidupan Sehari-hari. (Jakarta: Pustaka al-Kautsar)

2Umar bin Abdul Karim, 1414 H. al-‘Urf wa al’amal fi al-Mazhab Maliki. (Maghrib:

(28)

3.1.4. Menjadi kebiasaan bagi semua atau mayoritas penduduk atau satu kelompok masyarakat saja dan dijalankan secara berterusan. Artinya'urf itu berlaku dalam kebanyakan kasus yang terjadi dalam masyarakat dan keberlakuannya dianut oleh mayoritas masyarakat tersebut (Dahlan 1996, 1878).

3.1.5. 'Urf itu harus benar-benar terjadi pada waktu hukum ijtihady ditetapkan dan dirasakan masyarakat sebagai peraturan yang mempunyai kekuatan mengikat, yang harus dipatuhi dan mempunyai akibat hukum.

Dari penjelasan di atas maka penulis berpendapat bahwa peranan

niniak mamak dalam proses perkawinan merupakan suatu aturan yang harus dilakukan dan dipertahankan mengingat kemaslahatan yang diperoleh. Karena peranan niniak mamak ini tidak bertentangan dengan hukum Islam.

3.2. Sebagaimana kaidah fikih (Dahlan 2014, 213):

Yang berlaku berdasarkan 'urf (seperti) berlaku berdasarkan dalil nash.

3.3. Ucapan sahabat Rasulullah SAW: Abdullah bin Mas’ud (Az-Zuhaili 1986, 750):

“Sesuatu yang dinilai baik oleh kaum muslimin adalah baik di sisiAllah”.

Ungkapan Abdullah bin Mas’ud di atas, baik dari segi redaksi maupun maksudnya, menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan baik yang berlaku di dalam masyarakat muslim yang sejalan dengan tuntutan umum syariat Islam adalah juga merupakan sesuatu yang baik di sisi Allah. Sebaliknya hal-hal yang bertentangan dengan

(29)

kebiasaan yang dinilai baik oleh masyarakat, akan melahirkan kesulitan dan kesempitan dalam kehidupan sehari-hari (Dahlan 2014, 212).

3.4. Pendapat Imam Mazhab

Ulama Ushul Fikih sepakah bahwa 'urf yang tidak bertentangan dengan syari’at, dapat dijadikan hujjah dalam menetapkan hukum syari’at. Menurut imam al-Qarafi ahli fikih mazhab Maliki, seorang mujtahid dalam menetapkan suatu hukum harus terlebih dahulu meneliti sehingga hukum yang ditetapkan itu tidak bertentangan atau menghilangkan kemaslahatan masyarakat tersebut (Dahlan 1996, 1876).

Fuqaha khususnya mazhab Hanafi dan Maliki menganggap ‘urf sebagai sumber hukum syari’at yang bersifat ijtihady. ‘Urf disini berarti pemahaman dan praktek-praktek yang telah menjadi kebiasaan, dipandang baik dan telah menjadi kebiasaan, dipandang baik dan telah menjadi kemantapan jiwa oleh masyarakat, serta tidak bertentangan dengan suatu nash syari’. Bahkan fuqaha Hanafi mendakwa bahwa urf yang shahih lebih kuat dari qiyas, dan boleh menjadi pentakhsis (pengkhusus) dalil syar’i. Adapun fuqaha Syafi’i menerima ‘urf amaly dan apa yang didukung atau didiamkan oleh nash saja dan tidak menerima ‘urf qauly dan apa yang dibatalkan oleh nash (Kamaludin 2005, 91).

3.5. Tinjauan hukum Islam di Indonesia

Peran niniak mamakdalam perkawinan kemenakan yang memiliki dampak terhadap pencatatan nikah ini merupakan aturan yang harus ditaati karena pencatatan perkawinan bertujuan agar pernikahan mempunyai kekuatan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 2 Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi:

(30)

(3) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu.

(4) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan ini dipertegas oleh Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam pasal 4-6 yang berbunyi:

Pasal 4

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pasal 5

(3) Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.

(4) Pencatatan perkawinan tersebut pada ayat (1) dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1946 jo Undang-Undang-Undang-Undang No. 32 tahun 1954. Pasal 6

(3) Untuk memenuhi ketentuan dalam pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah.

(4) Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum.

Meskipun peran niniak mamak tidak diatur dalam perundang-undangan Indonesia, hanya diatur dalam aturan Minangkabau khususnya Nagari Gadut, tapi tidak menghapuskan peran niniak mamak

karena adanya kemaslahatan yang diperoleh sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Jadi menurut penulis, adanya peran niniak mamakdalam perkawinan kemenakan sehingga berdampak terhadap pencatatan nikah apabila pasangan tersebut tidak mematuhinya merupakan aturan yang baik atau 'urf yang shahih dan harus dipertahankan.

Referensi

Dokumen terkait

a. Faktor internal yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan gerakan literasi sekolah adalah : 1) Indikator ketersediaan dana merupakan faktor yang menjadi

Beton yang sudah keras dapat dianggap sebagai batu tiruan dengan rongga-rongga antara butiran yang besar (agregat kasar, kerikil atau batu pecah) diisi oleh butiran yang

KAN, Wali Nagari, Niniak Mamak dan pemuka masyarakat bersama pihak pemerintah melakukan sosialisasi tentang pembangunan fasum di wilayah tanah ulayat tersebut.. Dalam

Saat ini belum ada sistem jaringan untuk kebutuhan air bersih oleh PDAM di kelurahan Gurabunga, disebabkan karena wilayah tersebut berada pada daerah ketinggian

Untuk mengetahui presentase kejadian dari masing-masing kategori DRPs meliputi obat salah, ketidaktepatan dosis yaitu dosis kurang dan dosis lebih serta potensial interaksi obat

Kawasan perbatasan mempunyai nilai strategis dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional, hal tersebut ditunjukkan oleh karakteristik kegiatan yang mempunyai

1) Ilmu politik disebut sebagai ilmu pengetahuan sosial paling tua karena ilmu ini berkumpul dan berkembang sejak peradaban Yunani Kuno. Ilmu ini juga dikembangkan di

Brown(2007: 201) menjelaskan beberapa keuntungan dalam penggunaan media onlinedi internet, diantaranya adalah memberi kesempatan bagi siswa untuk memperhatikan