• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Bahan Bangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Bahan Bangunan"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU AJAR

TEKNOLOGI BAHAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Pontianak, Januari 2009

Ketua Jurusan Teknik Sipil Penulis Buku

dan Perencanaan

Asmadi, ST,MT Susi Hariyani, ST,MT

Nip : 131926806 Nip : 132230698

MENGETAHUI

DIREKTUR POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

(2)

Buku ini diterbitkan dalam rangka pengadaan buku ajar untuk

PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

Hak Cipta pada Politeknik Negeri Pontianak, 2009

Data Katalog dalam Terbitan Susi Hariyani, ST,MT

TEKNOLOGI BAHAN Politeknik Negeri Pontianak 12a, 128 h, 18,5 cm

(3)

PRAKATA

Buku ajar ini dibuat untuk mendapatkan suatu bahan ajar yang sesuai dengan silabus yang diinginkan. Ini dikarenakan begitu banyaknya buku tentang bahan bangunan tetapi isinya tidak semuanya sesuai dengan silabus sehingga dosen ataupun mahasiswa harus mengumpulkan buku-buku tersebut, tentu saja ini kurang efektif. Hal ini yang mendorong penulis untuk membuat buku ajar dengan judul ”TEKNOLOGI BAHAN”.

Buku ini memberikan kemampuan mahasiswa dalam mengenal bahan-bangunan untuk yang bisa digunakan dalam lingkup bidang teknik sipil.serta mengembangkan kemampuan dalam menentukan bahan bangunan yang dipakai untuk perencanaan perumahan dan pemukiman

Buku Teknologi Bahan ini diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan tinggi jalur profesional D IV, terutama untuk mahasiswa Program Studi Teknik Perencanaan Perumahan dan Pemukiman, Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Politeknik Negeri Pontianak.

Dalam buku Teknologi Bahan ini berisi 11 bab, berisi tentang macam-macam bahan bangunan yaitu batuan dan klasifikasinya, macam-macam-macam-macam bahan pengikat (kapur dan pozzolan), aspal, kayu, bambu, bahan logam dan baja, bahan non logam dan polymer serta rekayasa bahan yang isinya mengenalkan bahan-bangunan baru dan juga ada bahan pembentuk beton, yang didalamnya membahas tentang semen, agregat, air, tulangan dan bahan tambah. Buku ini juga mengenalkan sifat-sifat dasar dari bahan bangunan serta mengenalkan macam-macam peraturan tentang bahan bangunan yang digunakan.

Agar saudara mendapatkan pemahaman yang baik tentang buku ajar ini, disarankan :

1. Baca petunjuk penggunaan buku ajar ini

2. Baca uraian teori, contoh-contoh, latihan-latihan dalam tiap sub bab 3. Kerjakan latihan setiap sub bab

(4)

4. Baca rangkuman pada akhir setiap bab, dan tandai kata-kata kuncinya. 5. Jawab latihan pada akhir setiap bab dan hasinya bisa dikonsultasikan

lepada dosen anda.

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… 1a HALAMAN PENGESAHAN ……….. 2a HAK CIPTA ... 3a PRAKATA ………... 12a DAFTAR ISI ……… 4a DAFTAR G.AMBAR …..……… 8a DAFTAR TABEL ... ……… 11a

BAB I SIFAT-SIFAT DASAR BAHAN BANGUNAN

Hasil Pembelajaran ………. 1

Kriteria Penilaian ……… 1

Sumber Pustaka ……….. 1

Pendahuluan ... 2

Sifat- sifat Mekanis ... 2

Sifat Thermal ……… 6

Sifat Listrik ... 7

Sifat Kimia ... 7

1.6. Rangkuman ... 8

1.7 Soal Pelatihan ... 9

BAB II STANDAR-STANDAR PERATURAN MENGENAI BAHAN KONSTRUKSI Hasil Pembelajaran ……… 10

Kriteria Penilaian ……… 10

Sumber Pustaka ……….. 10

2.1 Dari Indonesia ……… 11

(6)

2.4 Soal Pelatihan ……… 13

BAB III BATUAN DAN KLASIFIKASINYA Hasil Pembelajaran ………. 14 Kriteria Penilaian ……… 14 Sumber Pustaka ……….. 14 3.1 Batuan Beku ……… 15 3.2 Batuan Metamorfosa ……… 16 3.3 Batuan Sedimen ……….. 18

3.4 Testing Pada Batuan ... 20

3.5 Rangkuman ... 21

3.6 Soal Pelatihan ... 21

BAB IV AGREGAT UNTUK ADUKAN Hasil Pembelajaran ………. 22

Kriteria Penilaian ……… 22

Sumber Pustaka ……….. 22

4.1 Fungsi agregat ... 23

4.2 Pengelompokan Agregat ... 23

4.3 Sifat Permukaan Agregat, Kekuatan, Kepadatan, dan Penyerapan Air... 27

4.4 Bahan-bahan merugikan yang terdapat didalam agregat ... 31

4.5 Susunan Butir Agregat ... 33

4.6 Menggabungkan Agregat ... 35

4.7 Rangkuman ... 40

4.8 Soal Pelatihan ... 40

(7)

Kriteria Penilaian ……… 42 Sumber Pustaka ……….. 42 5.1 Kapur ……… 43 5.2 Pozzolan ………... 44 5.3 Rangkuman ……….. 45 5.4 Soal Pelatihan ……….. 45

BAB VI BAHAN BANGUNAN KAYU DAN BAMBU Hasil Pembelajaran ……… 46

Kriteria Penilaian ……… 46

Sumber Pustaka ……….. 46

6.1 Jenis-Jenis Kayu Yang Digunakan Untuk Bahan Bangunan ………… 47

6.2 Mutu Kayu, Kelas Kayu, Sifat Kayu Dan Cara Pengawetan Kayu …. 48 6.3 Bambu ……….. 51

6.4 Jenis Pengujian untuk Kayu dan Bambu ……….. 63

6.5 Rangkuman ………... 65

6.6 Soal Pelatihan ……… 65

BAB VII BAHAN ASPAL Hasil Pembelajaran ………. 66

Kriteria Penilaian ……… 66

Sumber Pustaka ……….. 66

7.1 Pendahuluan ……….. 67

7.2 Aspal Alam Serta Penggunaannya ……… 68

7.3 Aspal Buatan Serta Penggunaannya ………. 69

7.4 Jenis Pengujian Aspal ……… 72

7.5 Rangkuman ……… 73

(8)

BAB VIII BAHAN LOGAM DAN BAJA

Hasil Pembelajaran ………. 74

Kriteria Penilaian ……… 74

Sumber Pustaka ……….. 74

8.1 Unsur-Unsur Pembentuk Bahan Besi Dan Baja ……… 75

8.2 Penggunaan Besi Dan Baja ……….. 79

8.3 Karat Pada Baja Dan Besi ………. 79

8.4 Rangkuman ………... 84

8.5 Soal Pelatihan ……….... 85

BAB IX BAHAN NON LOGAM DAN POLYMER Hasil Pembelajaran ………. 86

Kriteria Penilaian ……… 86

Sumber Pustaka ………. 86

9.1 Bahan Non Logam Yang Dapat Digunakan Sebagai Bahan Bangunan ……….. 87

9.2 Bahan Polymer Yang Dapat Digunakan Sebagai Bahan Bangunan …. 88 9.3 Rangkuman ……… 90

9.4 Soal Pelatihan ……… 91

BAB X BAHAN PEMBENTUK BETON Hasil Pembelajaran ………. 92 Kriteria Penilaian ……… 92 Sumber Pustaka ……….. 92 10.1 Pengertian Beton ………. 93 10.2 Agregat ……… 95 10.3 Air ……… 95

(9)

10.5 Tulangan ………. 106

10.6 Bahan Tambah ……… 112

10.7 Rangkuman ………. 113

10.8 Soal Pelatihan ………. 115

BAB XI REKAYASA BAHAN BANGUNAN Hasil Pembelajaran ………. 116 Kriteria Penilaian ……… 116 Sumber Pustaka ……….. 116 11.1 Beton ringan ………. 117 11.2 Beton Massa ………. 117 11.3 Ferrosemen ……….. 121 11.4 Beton Serat ………... 123

11.5 Beton Non Pasir ……… 125

11.6 Beton Siklop ………. 127

11.7 Beton Hampa ……… 127

11.8 Rangkuman ……….. 128

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Deformasi bahan ... 4

Gambar 1.2 Diagram Tegangan dan regangan macam-macam material ... 4

Gambar 3.1 Tekstrus dari batuan beku ………..……... 15

Gambar 3.2 Contoh batuan beku ……….. 16

Gambar 3.3 Tekstur dari batuan metamorfosa ………. 16

Gambar 3.4 Contoh batuan metamorf ……….. 17

Gambar 3.5 Tekstur dari batuan redimen ………. 18

Gambar 3.6 Contoh batuan redimen ………. 19

Gambar 4.1 Keadaan kandungan air dalam agregat ... 31

Gambar 6.1 Gambar tegangan regangan berbagai jenis bambu dan baja ... 50

Gambar 6.2 Umpak beton sebagai landasan (Bandara, 1990) ……….. 52

Gambar 6.3 Fondasi tiang (Bandara, 1990) ... 52

Gambar 6.4 Fondasi strip (Jayanetti dan Follet, 1998) ... 53

Gambar 6.5 Fondasi komposit antara bambu dan beton (Janssen, 1995)……… 53

Gambar 6.6.Fondasi tiang pancang beton dengan tulangan bambu ………….. 53

Gambar 6.7 Lantai dari galar bambu dengan rangka penyangganya (Siopongco et al, 1987) ………. 53

Gambar 6.8 Lantai dari bambu bilah dengan rangka penyangganya (Janssen, 1995) ……… 53

Gambar 6.9 Lantai dari bambu bulat dengan rangka penyangganya (Janssen, 1995) ……… 54

Gambar 6.10 Lantai dari bambu galar dengan rangka penyangganya (Janssen, 1995) ……… 54

Gambar 6.11 Contoh berbagai motif anyaman bamboo ………... 55

Gambar 6. 12 Dinding bambu utuh (Janssen, 1995) ……… 56

Gambar 6. 13 Dinding bambu setengah bulat (Bandara, 1990) ……….. 56

(11)

Gambar 6. 15 Dinding Quincha (Siopongco et al, 1987) ……… 57

Gambar 6. 16 Dinding anyaman bamboo (Sioponco et al, 1987) ……… 57

Gambar 6. 17 Pintu sorong dari bambu (Siopongco et al, 1987) ……… 59

Gambar 6.18 Pintu sorong dari bambu ( Siopongco et al, 1987) …..……… 59

Gambar 6.19 Atap bambu setengah bulat ( Mather et al, 1964) …… …….. 59

Gambar 6.20 Berbagai bentuk rangka kuda-kuda bambu (Tular et al, 1984 dan Janssen, 1995) ……… 61

Gambar 6.21 King-post truss (Siopongco, 1987) ………. 62

Gambar 6,22 Fink truss (Punhani et al, 1989) …...……….. 62

Gambar 6.23 Truss (Janssen, 1995) ………. 62

Gambar 7.1 Destilasi Minyak Bumi Sumber : Sukirman ,S …...……… 66

Gambar 10.1 Ciri-ciri tampak baja beton ... 107

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar daya hantar panas beberapa material ... 6

Tabel 1.2 Beberapa bahan keperluan teknik dengan tahanan listriknya ... 8

Tabel 1.3 Kecenderungan Elektrolit bahan logam dan paduannya ... 8

Tabel 4.1. Daftar ayakan standar ASTM, BS dan ISO ……….…. 33

Tabel 4.2 Contoh perhitungan angka analis ayak untuk agregat kasar ……… 34

Tabel 4.3 Contoh perhitungan angka analis ayak untuk agregat halus ... 35

Tabel 4.4 Syarat gradasi agregat halus /pasir ………...……… 38

Tabel 4.5 Gradasi kerikil menurut BS ……...……… 39

Tabel 4.6 Syarat susunan butir agregat gabungan ………..………. 39

Tabel 6.1 Berat jebis kayu berdasarkan kelas berat kayu …………...… 49

Tabel 8.1 Standar jumlah rata-rata korosi baja karbon tanpa treantemnt khusus : …..……….. 82

Tabel 8.2 Jumlah rata-rata kehilangan oleh korosi untuk baja karbon tanpa treatment ……….. 82

Tabel 9.1 Daftar Logam Bukan Besi (Non Ferro) ……..……… 87

Tabel 9.2 Nilai kuat tarik tiap satuan berat : ……….. 90

Tabel 10.1 Mutu baja Tulangan (PBI, tabel 3.7.1) ………..………… 107

Tabel 10.2 Mutu baja Tulangan ………….……… 107

Tabel 11.1 Batas-batas gradasi agregat kasar untuk beton massa …..….…… 119

Tabel 11.2. Batas-batas gradasi agregat halus untuk beton massa ………...… 119

Tabel 11.3 Faktor air semen optimal, kebutuhan semen, dan kuat tekan beton non-pasir dengan agregat pecahan genteng keramik ……...……..126

(13)

BAB I

SIFAT DASAR BAHAN BANGUNAN

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu menjelaskan sifat-sifat dasar dan jenis pengujian bahan bangunan dengan benar

Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini, dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mampu menjelaskan klasifikasi sifat fisik dan pengujiannya 2. Mampu menjelaskan sifat kimia dan pengujiannya

3. Mampu menjelaskan sifat thermal dan pengujiannya 4. Mampu menjelaskan sifat mekanis dan pengujiannya

1. _______. Teknologi Bahan II, PEDC , Bandung 2. _______. KOnstruksi Kayu, PEDC , Bandung

3. Heinz F. Ilmu Konstruksi Bangunan , 1981, Karisma, Bandung 4. Luc Vasseur, Masory Construction No 95/75/21379

5.

Rosjid Sastraminarja, Ir, 1989, Bahan Perkerasan, Jakarta Hasil Pembelajaran

Kriteria Penilaian

(14)

Secara umum bahan atau unsur-unsur bahan yang membentuknya bersifat stabil. Suatu benda yang terkena pengaruh gaya luar atau energi dari luar akan memberikan reaksi, untuk menekan gaya luar tadi. Terjadinya reaksi dari bahan ini akan menimbulkan sifat-sifat tertentu

Pada umumnya bahan memiliki sifat-sifat : 1. Mekanis

2. Thermal 3. Listrik 4. Kimia

1.1 SIFAT MEKANIS

Suatu bahan atau benda apabila mendapat gaya luar akan memberikan suatu reaksi akibat gaya tersebut dan akibat adanya gaya luar itu benda atau bahan dapat berubah bentuknya dan akan timbul TEGANGAN

Adanya gaya luar dapat timbul perubahan bentuk/DEFORMASI. Besarnya deformasi dibandingkan dengan ukuran benda semula disebut REGANGAN ( Strain)

1.1.1 Tegangan, Deformasi Dan Regangan Tegangan adalah beban dibagi luas bidang, ditulis :

Arah tegangan pada suatu bahan dapat terjadi 3 :

a. Tegangan Axial : terjadi satu arah, misalnya pada pembebanan tarik atau tekan

b. Tegangan Bi atau Tri axial : terjadi dua atau tiga arah pembebanan dimana arahnya axial yang dua arah lainnya arahnya tegak lurus sumbu axial

Suatu bahan apabila mendapat beban akan mengalami perubahan bentuk (deformasi). Perlawanan (reaksi) suatu benda akibat pembebanan dapat menimbulkan 3 macam deformasi :

2 2 2 / , / , / (kg cm t m N mm A P

(15)

a. Deformasi Elastis : Suatu deformasi yang akan dapat hilang lagi bila beban yang diberikan kepada bahan tersebut dihilangkan.

Pada keadaan tersebut, besarnya regangan yang terjadi “berbanding lurus” dengan besarnya tegangan.

Perbandingan antara tegangan dan regangan disebut MODULUS ELASTISITAS ( atau Modulus Young).

”Regangan dinyatakan dalam persen”

b. Deformasi plastis : suatu deformasi akibat pembebanan yang pembebanan yang melampaui batas elastis. Disini bahan yang dibebani akan mencapai kondisi “plastis”, sehingga meskipun beban dihilangkan, bahan tetap berubah bentuk (deformasi/regangannya tidak hilang)

c. Deformasi Viscous/Patah : merupakan kelanjutan dari deformasi plastis, dimana terjadi gejala mengalir

Untuk bahan yang bersifat liat, gejala mengalir ini dapat terlihat, dimana meskipun beban yang diberikan pada bahan akan terus berubah bentuknya sampai ia patah/putus atau hancur. Bagi bahan yang bersifat “regas”, gejala ini tidak terlihat tetapi bagi logam murni misalny, gejala ini dapat terlihat. Dari pengertian diatas hendaknya pemberian beban pada suatu benda jangan sampai besarnya beban tersebut melampaui sifat elastisitasnya agar bahan tersebut “awet dan aman

Suatu bahan diberi gaya tekan atau tarik, deformasi yang terjadi searah dengan Δl, ukuran panjang/tinggi benda = L, panjang setelah ditekan/ditarik = Lt, maka ΔL = L – Lt dan regangan.

) / (kg cm3 Rcgangan Tegangan E   L L E

(16)

Gambar 1.1 Deformasi bahan

1.1.2 Modulus Elastisitas

Suatu benda apabila diberi beban yang relatif rendah dan pembebanan itu masih dalam batas elastis, besarnya regangan yang timbul akan sebanding dengan tegangan yang diberika, serta konstan sifatnya. Dalam keadaan demikian berlaku HUKUM HOOKE :

σ = E x ε atau

Diagram Tegangan dan Regangan beberapa jenis material

Gambar 1.2 Diagram Tegangan dan regangan macam-macam material ΔL Lt Δd tarik d L b c d a E

(17)

a. Ketangguhan (toughness)

Diartikan bahwa kemampuan suatu bahan untuk dapat menyerap energi sampai patah. Hal ini ditunjukkan oleh luas bidang tegangan-tegangan bahan 1 (jenis logam dan tembaga) memiliki luas bidang OABC yang lebih luas dari bahan no 2 (keramik) dengan luas OA1B1C1

b. Kelentingan

merupakan ukuran kemampuan suatu bahan dapat melenting tanpa berubah sifatnya. Ini ditandai dengan tingginya tegangan dan regangan pada batas elastis (Proposional). Ukuran kelentingan dapat dilihat dari luasnya bidang OA2A2

c. Keuletan (ductility)

merupakan ukuran kemampuan suatu ukuran besarnya regangan suatu bahan sebelum patah. Dari grafik diatas dapat dilihat, makin besar jarak ini makin ulet bahannya atau sebaliknya bahan yang regas tegangannya kecil d. Kekerasan (hardness)

adalah kemampuan bahan untuk menahan beban yang masuk dari permukaan. Cara pengujian dilakukan dengan memberi beban dari permukaan, lalu diukur berapa dalam masuknya beban tersebut. Cara uji ini dilakukan terhadap bahan yang bersifat ulet (liat), misal : logam, karet, plastic. Untuk bahan yang sifatnya regas, bahan keramik atau beton dan batuan diuji dengan cara “goresan/gesekan/geseran”. Cara uji kekerasan lain yaitu cara goresan dengan alat pembanding kekerasan yang telah diketahui. Cara ini diciptakan oleh Fredirch Mohs tahun 1882 yang telah menyusun suatu skala kekerasan berdasarkan berbagai kristal mineral yang disebut “skala kekerasan” (Moh Scale Hardness) mulai dari 1 s.d 10.Benda atau bahan yang memiliki angka kekerasan lebih tinggi akan dapat menggores benda yang angka kekerasannya lebih rendah

Talk ; 1 Osthoklas : 6

Gips : 2 Quartz : 7

Kalsit : 3 Topaz : 8

Flourit : 4 Korundum : 9

(18)

1.2 SIFAT THERMAL

Suatu bahan bila terpengaruh panas dapat berubah keadaannya, dari keadaan padat misalnya menjadi cair dan kemudian menguap. Perubahan dari keadaan padat ke cair dan menjadi uap disertai dengan pemuaian. Secara umum bahan yang terbentuk oleh ikatan ion yang kuat, memiliki titik leleh yang tinggi. Bahan logam umunya memiliki titik leleh yang sedang dan dengan ikatan kovalen titik lelehnya lebih rendah lagi.

1.2.1 Daya Hantar Panas

Daya hantar panas adalah kemampuan bahan menghantarkan panas dari daerah panas tinggi ke panas yang l;ebih rendah. Kelompok bahan logam merupakan bahan yang baik sebagai penghantar panas. Kelompok bahan keramik lebih buruk (rendah) daya hantar panasnya.Kelompok bahan polymer (bahan molekuler) buruk daya hantar panasnya.Daya hantar panas diukur dengan British Thermal Unit (BTU), perjam penyaluran, per 1 ft persegi dari bahan setebal 1 inchi tiap perbedaan 1°F atau ditulis : BTU/hr/sqft/ini/°F. Bila suatu bahan titik lelehnya tinggi, maka pemuaian thermalnya rendah dan sebaliknya. Berikut ini tabel beberapa bahan keperluan teknik, sifat thermal, koefisisen thermal dan daya hantar panasnya.

Tabel 1.1 Daftar daya hantar panas beberapa material Kelompok Jenis Bahan Titik leleh (°F) Hantar

Panas

Koef. Muai thermal Logam Baja karbon

Baja stanless Aluminium Paduan Tembaga 2700 – 28000 2700 – 28000 1100 – 12000 1800 - 2000 300 – 500 100 – 150 500 – 1500 500 – 2500 0,5 7 9 12,5 Keramik Bata Merah

Beton Plat kaca 2000-500 3000 1500 3 – 6 5 – 10 5 – 6 Bahan molekuler Kayu Plastik ABS 400 200-300 1 – 2 1 – 2 10 – 30 50 Polymer Plastik Acrylik

PlastikVinyl Silicom 200 – 300 200 – 300 400 - 600 0,5 – 1 1 30 – 50 50 1 - 100

(19)

1.3 SIFAT LISTRIK

Daya hantar listrik suatu bahan disebabkan oleh adanya gerakan elektron bebas. Pada bahan yang daya hantar listrik rendah tetapi didalamnya terselip bahan logam atau ada zat pelarut yang memungkinkan terbentuknya terbentuknya ion-ion dimana akan ada gerakan elektro, misalnya pada kayu basah, maka kayu itu akan menghantarkan arus listrik, tapi bila kayu itu kering (tanpa air) tidak menghantarkan listrik Logam memiliki tahanan listrik rendah atau daya hantar listrik tinggi. Sebaliknya keramik mempunyai tahanan listrik tinggi, daya hantar listrik rendah. Tahanan listrik dinyatakan dalam ohm/sqft

1.4 SIFAT KIMIA

Udara dan kelembaban dimana bahan bangunan akan dipengaruhi olehnya mengandung sedikitnya bahan kimia aktif. Pada keadaan tertentu bahan kimia itu dapat bereaksi dengan bahan tadi dan merusak. Kelompok bahan keramik dalam keadaan normal dapat tahan terhadap pengaruh tersebut. Untuk bahan kelompok logam, keadaan lebih rumit karena logam dapat rusak atau terkorosi, akibat terjadi sejumlah kecil tenaga listrik dari salah satu daerah yang disebut “Anoda” ke daerah lain yang disebut “katoda”. Unsur utama yang terjadi dalam sistem korosi ialah anoda, katoda dan aliran yang menjadi media (elektrolit) yang menghubungkan anoda dan katoda tadi

Tabel 1.2 beberapa bahan keperluan teknik dengan tahanan listrinya

Kelompok Jenis Bahan Tahanan Listrik (ohm/sqft)

Logam Baja karbon

Baja stanless Paduan Aluminium Paduan Tembaga 6.10-6 2.10-3 10-4 5.10-3

Keramik Bata Merah

Beton Plat kaca

4.106 4.106 10.1012

Polymer Plastik ABS

Plastik Acrylik Plastik Vinyl Silicom 1015– 0,1.1015 100.1012 100.109 1012

(20)

Berikut ini tabel galvanis menurut tingkat kemungkinan terjadi anoda, dapat dipakai untuk menduga kemungkinan terjadinya korosi pada bahan logam

Tabel 1.3 Kecenderungan Elektrolit bahan logma dan paduannya

Kecenderungan Elektrolit Bahan Logam atau Paduan Bersifat Anodik (naik) ↑ Paduan magnesium

Seng (Zn)

Bersifat Katodik (turun) ↓ Paduan aluminium Baja karbon

Baja Stanless active Timah hitam Pb Timah putih Sn Kuningan Tembaga Perunggu

Baja Stanless Passive Emas

1.5 RANGKUMAN

1. Sifat mekanis suatu bahan atau benda adalah apabila mendapat gaya luar akan memberikan suatu reaksi akibat gaya tersebut dan akibat adanya gaya luar itu benda atau bahan dapat berubah bentuknya dan akan timbul tegangan juga dapat menimbulkan perubahan bentuk/deformasi.

2 Sifat thermal suatu bahan adalah bila terpengaruh panas dapat berubah keadaannya, dari keadaan padat misalnya menjadi cair dan kemudian menguap.

3 Sifat listrik adalah gerakan elektron pada bahan logam memungkinkan panas atau tenaga listrik disalurkan. Daya hantar listrik suatu bahan disebabkan oleh adanya gerakan elektron bebas.

4 Sifat kimia Udara dan kelembaban dimana bahan bangunan akan dipengaruhi olehnya mengandung sedikitnya bahan kimia aktif. Pada keadaan tertentu bahan kimia itu dapat bereaksi dengan bahan tadi dan merusak.

(21)

1.6 SOAL PELATIHAN

1. Apa yang dimaksud dengan Modulus Elastisitas sutau bahan

2. Jelaskan jenis0jenis deformasi yang kalian ketahui dan berikan contohnya 3. Bagaimanakan sifat listrik dari bahan kayu

4. Bagaimanakah sifat termak bahan keramik 5. Bagaimanakah sifat kimia bahan logam

(22)

BAB II

PERATURAN BAHAN BANGUNAN

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu mengenal pedoman-pedoman standar dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bahan bangunan dengan baik

Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini, dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mampu menjelaskan peraturan mengenai bahan bangunan yang ada di Inonesia

2. Mampu menjelaskan peraturan mengenai bahan bangunan yang diambil dari luar negeri

1. _______. Teknologi Bahan II, PEDC , Bandung 2. _______. KOnstruksi Kayu, PEDC , Bandung

3. Heinz F. Ilmu Konstruksi Bangunan , 1981, Karisma, Bandung 4. Luc Vasseur, Masory Construction No 95/75/21379

5.

Rosjid Sastraminarja, Ir, 1989, Bahan Perkerasan, Jakarta Hasil Pembelajaran

Kriteria Penilaian

(23)

Peraturan bahan bangunan merupakan hasil dari perjanjian-perjanjian dari badan/lembaga yang terkait dengan kepentinga tersebut, yang antara lain :

1. perusaahan yang independen 2. serikat dagang berbagai produk 3. organisasi profesiaonal keteknikan 4. pemetintah

2.1 Di INDONESIA

Peraturan bahan bangunan yang biasa digunakan didalam negeri antara lain: 1. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk masing-masing bahan

2. PUBI (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia) – 1982 3. PBI 1971 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)

4. PKKI – 1961 (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia)

5. Standar “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung”-1991 (SNI T-15-Gedung”-1991-03

6. PPBBI (Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia)

PUBI 1982

Berisikan ketentuan-ketentuan teknis bahan bangunan yang dapat digunakan sebagai pedoman pada pelaksanaan pembangunan. Pada bahan tersebut perlu diketahui persyaratan-persyaratan penggunaan, mutu dan jenis dari bahan-bahan bangunan tersebut. Tiap-tiap bahan-bahann bangunan dibuatkan pasal yang berisikan pengertian mengenai bahan itu sendiri, persyaratan mengenai ukuran, mutu, referensi mengenai dari mana estándar pengujian diambil.

2.1.2 PBI 1971

PBI merupakan peraturan mengenai beton yang pertama ada di Indonesia, yang diadopsi dari berbagai peraturan-peraturan beton yang ada di Eropa (Inggris, Francis, Belanda dan Amerika Serikat). Yang disesuaikan dengan keadaan yang ada di Inonesia. Isinya berupa penjelasan umum, bahan-bahan, pelaksanaan,

(24)

konstruksi, perhitungan kekuatan, statika dan perhitungan kekuatan pada konstruksi tertentu serta berisi syarat-syarat khusus

2.1.3 PKKI 1961

Peraturan ini tentang kayu, dimana didalam PPKI ini berisikan : peraturan umum, peraturan pemeriksaan kayu (syarat umum, mutu kayu), peraturan perhitungan perencanaan konstruksi kayu, tegangan-tegangan yang diperkenankan, penetapan usuran kayu, sambungan dan alat penyambung, konstruksi dengan perekat, pelaksanaan pembangunan dan percobaab pembebanan

2.1.4 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung

Estándar ini dibuat sebagai acuan bagi perencana dan pelaksana dalam melakukan pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan struktur beton dengan tujuan untuk mengarahkan terciptanya pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan beton yang memenuhi ketentuan minimum serta mendapatkan hasil pekerjaan struktur yang aman dan ekonomis.

Isinya tentang deskripsi, ppersyaratan, ketentuan-ketentuan dan cara perencanaan.

2.2 DARI LUAR NEGERI

Sementara itu ada juga peraturan-peraturan dari luar negeri yang digunakan masyarkat Inndonesia antara lain :

1. ASTM (American Society for Testing and Materials) 2. BS (Brithis Standard) – Inggris

3. JIS (Japan Industrial Standard) 4. ACI ( American Concrete Institute) 5. NZS (Peraturan Beton New Zealand)

(25)

2.3 RANGKUMAN

Peraturan bahan bangunan yang biasa digunakan didalam negeri antara lain: Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk masing-masing bahan, PUBI (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia) – 1982, PBI 1971 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia), PKKI – 1961 (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia), Standar “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung”-1991 (SNI T-15-1991-03 dan PPBBI (Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia)

2.4 SOAL PELATIHAN

1. Jelaskan untuk apa stándar/peraturan itu dibuat

2. Sebutkan perauran tentang bahan yang dipakai di Indonesia 2. Sebutkan isi dari peraturan bahan bangunan PKKI 1971

(26)

BAB III

BATUAN DAN KLASIFIKASINYA

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu Menjelaskan tentang batuan dan klasifikasinya dengan benar

Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini, dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mampu menjelaskan batuan beku sebagai bahan bangunan 2. Mampu menjelaskan batuan sedimen sebagai bahan bangunan 3. Mampu menjelaskan batuan metamorf sebagai bahan bangunan 4. Mampu menjelaskan pemilihan batuan untuk bahan konstruki 5. Mampu menjelaskan jenis pengujian batuan

1. _______. Teknologi Bahan II, PEDC , Bandung 2. _______. Konstruksi Kayu, PEDC , Bandung

3. Heinz F. Ilmu Konstruksi Bangunan , 1981, Karisma, Bandung 4. Luc Vasseur, Masory Construction No 95/75/21379

5.

Rosjid Sastraminarja, Ir, 1989, Bahan Perkerasan, Jakarta Hasil Pembelajaran

Kriteria Penilaian

(27)

PENDAHULUAN

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.

3.1 BATUAN BEKU (igneous rocks)

Gambar 3.1 Tekstrus dari batuan beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api)

(28)

sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite

Gambar 3.2 Contoh batuan beku

3.2 BATUAN METAMORFOSA/MALIHAN (METAMORPHIC ROCKS)

Gambar 3.3 Tekstur dari batuan metamorfosa

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula

Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi

(29)

a. Gneiss

cara pembentukannya sebagai hasil rekristalisasi di bawah tekanan tinggi. b. Clay Shale

adalah batu lempung (clay rock) yang keras. Clay Shale terbentuk dari lempung dimana terjadi proses pemampatan yang sangat tinggi dan sebagian mengalami rekristalisasi oleh pengaruh tekanan tinggi. Clay shale jauh lebih keras dari lempung, tidak dipengaruhi air apabila direndam c. Batu pualam

Terdiri dari kristal-kristal kasar kalsit, kadang-kadang tercampur dengan butir-butir dolomit. Kristal-kristal ini dapat terlihat dengan mata biasa dan kristal tersebut terikat satu dengan lainnya dengan sangat kuat tanpa adanya bahan pengikat.Batu pualam terjadi dari batu kapur, oleh pengaruh tekanan dan temperatur yang sangat tinggi sehingga terjadi rekristalisasi. Kuat tekan 1200 – 3000 kg/cm2

d. Quartzite

Batuan pasir silika yang mengalami metamorfose dimana kwarts mengalami rekristalisasi. Daya tahan terhadap pelapukan cukup baik, kuat tekan mencapai 4000 kg/cm2

Contoh batuan metamorf

(30)

3.3 BATUAN SEDIMENT (SEDIMENTARY ROCKS)

Gambar 3.5 Tekstur dari batuan sedimen

Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Batuan sediment ini biasa digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sediment mekanis, batuan sediment kimia, dan batuan sediment organik.

A. . Batuan sedimen mekanis

Batuan sediment mekanis terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks).

a.Batuan pecah (lepas)

dibedakan berdasarkan besar batuan : - butiran kasar > 2 mm sebagai kerikil

- butiran sedang 2,0 – 0,1 mm, misalnya pasir - butiran halus 0,1 – 0,01mm, partikel berupa debu

- butiran halus sekali < 0,01 mm, lumpur yang sangat halus, deposit sebagai hasil pencucian air, deposit sebagai hasil hembusan angin

b. Cemented rock

adalah batuan yang pecah-pecah (fragmental rock) yang oleh suatu bahan pengikat (lempung, silika, kalsit, dll) terikat menjadi satu. Batu pasir

(31)

B. Batuan sedimen organis

Batuan sediment organik terbentuk akibat aktivitas kehidupan dan organisme-organisme yang mati yang berasal dari laut ataupun danau-danau air tawar.

Contohnya adalah jenis-jenis batuan karbonat dan siliceus spot, batu kapur, kapur kerang, karang, diatomit yang banyak dipakai dalam bangunan.

C. Batuan sedimen kimia

Batuan sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi.

Contohnya :

- Magnesium (MgCO) dipakai dalam pembuatan bahan-bahan tahan api - Dolbant (CaCO3MgCO3) dapat dipakai sebagai batu pecah dan

pembuatan bata tahan api

- Gips (gypsum – CaSO42H2O) dipakai dalam pembuatan gypsum binder juga dalam pembuatan semen PC

Contoh batuan sedimen

Gambar 3.6 Contoh batuan redimen

3.4 TESTING PADA BATUAN 3.4 1 Untuk Testing Kekerasan

1. Gesekan antar fragmen/agregat satu sama lain. Apabila timbul bunga api, atau bau seperti barang terbakar, jenis batuan beku tersebut relatif keras, sangat baik untuk agregat, ataupun pavement rel kereta api atau jalan

(32)

2. Goreskan paku pada permukaan batuan, apabila pada paku berbekas, artinya batuan lebih keras daripada paku. Artinya batuan mempunyai nilai kekerasan kurang dari lebih tujuh, artinya sangat baik dimanfaatkan sebagai agregat.

3.4.2 Untuk Testing Pelapukan

Agregat ditetesi dengan cairan asam clorida (HCL- 0,1 n), apabila pada permukaan agregat terlihat ada buih, maka batuan tersebut mulai lapuk pada bagian luarnya. Kemungkinan besar bagian dalam belum lapuk. Apabila terdapat gejala seperti ini untuk menghilangkan lapisan yang lapuk, cukup dicuci dengan air.

Petunjuk tersebut diatas, merupakan petunjuk praktis untuk mengetahui apakah jenis batuan itu layak dimanfaatkan sebagai agregat atau tidak. Akan lebih sempurna apabila penelitian lapangan dikombinasikan dengan penelitian laboratorium antara lain

O kekuatan daya tekan O kekuatan daya aus

(33)

3.5 RANGKUMAN

SOAL PELATIHAN

1 .Jelaskan proses terjadinya batuan metamorfosa

2. Batu kapur termasuk jenis batuan endapan, bagaimanakah proses pembentukannya

3. Jelaskan macam-macam jenis batuan sedimen 4. Jelaskan pengujian batu dilapangan

(34)

BAB IV

AGREGAT UNTUK ADUKAN

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu Menjelaskan sifat-sifat agregat untuk aduk beton dengan baik dan benar.

Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini, dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mampu menjelaskan fungsi agregat untuk adukan 2. Mampu menjelaskan Pengelompokan Agregat

3. Mampu menjelaskan Sifat Permukaan Agregat, Kekuatan, Kepadatan, dan Penyerapan Air

4. Mampu menjelaskan Zat-zat yang merugikan agregat 5. Mampu menjelaskan Susunan Butir Agregat

6. Mampu menjelaskan . penggabungan Agregat

1. _______. Teknologi Bahan II, PEDC , Bandung 2. _______. Konstruksi Kayu, PEDC , Bandung

3. Heinz F. Ilmu Konstruksi Bangunan , 1981, Karisma, Bandung 4. Luc Vasseur, Masory Construction No 95/75/21379

5.

Rosjid Sastraminarja, Ir, 1989, Bahan Perkerasan, Jakarta Hasil Pembelajaran

Kriteria Penilaian

(35)

4. 1 FUNGSI AGREGAT

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat ini menempati 70% volume beton. Walaupun sebagai bahan pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat betonnya, sehingga pemilihan agregat merupakan bagian penting dalam pembuatan beton.Cara membedakan jenis agregat dilakukan dengan didasarkan pada ukuran butirnya.

Fungsi agregat sebaga berikut : a. sebagai bahan pengisi

b. menentukan kekuatan aduk/beton

c. membuat beton/adukan stabil terhadap pengaruh luar dan cuaca, memperendah sifat susut dan muai

d. memperkecil pemakaian perekat

4.2 PENGELOMPOKAN AGREGAT / KLASIFIKASI

Dalam rekayasa beton agregat yang digunakan terdiri dari banyak klasifikasi

4.2.1 Ditinjau Dari Asalnya

Pada dasarnya agregat aduk dan beton didapat dengan dua cara : a. Agregat Alam

Agregat alam umumnya menggunakan bahan baku batu alam atau hasil penghancurannya. Batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku.

Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok : 1. Kerikil dan pasir alam

Merupakan hasil penghancuran oleh alam dari batuan induknya, terdapat dekat atau jauh dari asalnya, karena terbawa oleh arus air atau angin dan mengendap di suatu tempat.

2. Agregat batu pecah

Agregat batu pecah dibuat dari batuan alam yang dipecah. 3. Agregat batu apung

(36)

Batu apung merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu vulkanis halus dan bahan-bahan yang bukan vilkanis, misalnya lempung.

b. Agregat Buatan

Agregat buatan adalah agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan tertentu atau karena kekurangan agregat batuan alam. Agregat buatan dibuat adalah agregat ringan. Berikut adalah beberapa contoh agregat buatan :

1. Klinker dan breeze

Agregat ini banyak dipergunakan selama bertahun-tahun untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi atau penyekat dalam dan tembok interior lainnya.Sumber utama agregat jenis ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. 2. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang

Agregat ini dibuat dari tanah liat biru jenis khusus, diproses, kemudian mengembang jika dipanaskan. Bahan yang dihasilkan terdiri atas butiran bulat, keras, kulit padat tetapi bagian dalam keropos. Bahan yang bersisi tajam dapat diperoleh dengan memecah butiran-butiran yang terlalu besar. 3. Coke breeze

Coke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang sempurna pembakarannya, dan biasanya terdapat ada dapur-dapur rumah tangga di negara Eropa.

4. Hydite

Agregat ini terbuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar, pada suhu tinggi. Sehingga bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan tanah yang mengembang dan hampir leleh, lalu dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan. 5. Lelite

Lelite dibuat dari batu metamorf atau shale yang mengandung senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dibakar dalam dapur vertikal pada suhu ( 1550C). Pada suhu ini butiran

(37)

mengembang,terkumpul didasar dapur berupa lempeng-lempeng, kemudian lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayak untuk mendapatkan butiran agregat yang diinginkan.

4.2.2 Ditinjau Dari Berat jenisnya.

Ditinjau dari berat jenisnya, agregat diibedakan atas tiga macam : 1. Agregat ringan

Agregat ringan yaitu agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0 (berat sendiri yang rendah, sehingga strukturnya ringan) digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini dapat juga digunakan untuk beton struktural atau blok dinding tembok.,contohnya agregat batu apung, hydite,rocklite,lelite,dsb. 2. Agregat normal

Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. Agregat ini berasal dari batuan granit, basalt,kuarsa dsb, beton yang dihasilkan dinamakan beton normal.

3. Agregat berat

Agregat berat memiliki berat jenis lebih dari 2,8. Contoh agregat ini : magnetik (Fe3O4) dan barytes (BaSO4), atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan memiliki berat jenis yang tinggi juga (dapat sampai 5,0). Beton jenis ini efektif digunakan sebgai dinding pelindung sinar radiadsi sinar X.

4.2.3 Ditinjau Dari Bentuknya

Agregat alam maupun batu pecah mempunyai berbagai bentuk butiran. yaitu :

1. Bulat

Umumnya agregat jenis ini berbentuk bulat atau bulat telur. Pasir kerikil jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga udara minimum 33%. Agregat seperti ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya.

(38)

Bentuk ini tidak beratruran, mempunyai sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar, Yang termasuk jenis ini adalah batu pecah semua jenis, yaitu hasil pmecahan dengan mesin dari berbagai jenis batuan.Agregat ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.

3. Pipih

Agregat pipih ialah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan tertebal pada butiran itu lebih dari 3. Agregat jenis ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.

4. memanjang

Butir Agregat dikatakan memanjang (lonjong) jika perbandingan ukuran yang terpanjang (terbesar) dan terlebar lebih dari 3

4.2.4 Ditinjau dari Tekstur Permukaan

Jika ditinjau dari tekstur permukaannya agregat dapat dibedakan atas : 1. Agregat dengah permukaan seperti gelas, mengkilat,

Contohnya : flint hitam, obsidian 2. Agregat dengan permukaan kasar

Umumnya berupa pecahan batan, permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contohnya jenis ini, misalnya basalt, felsite, prophyry, batu kapur

3. Agregat dengan permukakan licin

Agregat ini ditemukan pada batuan yang butiran-butirannya kecil (halus), contohnya kerikil sungai, chart, batu lapis, marmer dan beberapa rhyolite 4. Agregat dengan permukaan berbutir

Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya butir-butir bulat yang merata, misalnya batuan pasir, colite

5. Agregat berpori dan berongga

Batuan ini mempunyai pori dan rongga yang mudah terliat. Contohnya batu apung, batu klinker, tanah liat yang dikembangkan dan batuan dari lahar gunung merapi.

(39)

4.2.5 Ditinjau dari Besar Butirannya

Ditinjau dari besar butirannya, maka agregat dapat dibedakan menjadi 3 : 1. Agregat halus

Agregat halus adalah agregat yang butirannya menembus ayakan 4,8 mm terdiri dari 3 jenis yaitu :

a. Pasir galian

Pasir ini diperoleh langsung dari permukaan tanah, atau dengan cara menggali dari dalam tanah.

b. Pasir sungai

Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai c. Pasir laut

Pasir ini adalah pasir yang diambil dari pantai 2. Agregat kasar

Agregat kasar adalah agregat dengan butiran-butiran tertinggal di atas ayakan dengan lubang 4,8, tetapi lolos ayakan 40 mm

3. Batu

Batu adalah agregat yang besar butirnya lebih besar dari 40 mm.

4.3 SIFAT PERMUKAAN AGREGAT, KEKUATAN, KEPADATAN DAN PENYERAPAN

4.3.1 Sifat Permukaan Agregat.

Keadaan permukaan agregat akan mempengaruhi sifat ikatan antara pasta semen dan permukaan agregat. Ikatan antara pasta semen dan agregat merupakan faktor penting terhadap kekuatan beton terutama kekuatan lenturnya. Agregat yang permukaannya kasar atau berpori akan menghasilkan ikatan yang lebih baik dari pada agregat yang licin. Batu pecah akan mempunyai ikatan yang lebih baik

dari kerikil sungai yang permukaannya licin. Bentuk butiran agregat mempunyai hubungan erat dengan luas permukaan serta rongga yang ada pada agregat.

(40)

jumlah air pengaduk yang diperlukan untuk pembuatan beton.Makin besar luas permukaan makin banyak air yang dibutuhkan dan demikian sebaliknya.

Pada sejumlah tertentu agregat, perbedaan bentuk akan memberikan perbedaan jumlah rongga yang terdapat didalammnya.Didalam beton rongga pada agregat akan diisi pasta semen. Makin besar jumlah rongga akan makin banyak pasta semen yang diperlukan mengisi rongga dan menutup permukaan agregat. Berarti untuk suatu tingkat kelecakan (kemampuan dikerjakan) akan diperlukan lebih banyak semen dan air pencampur.Bisa dilihat bila kita bandingkan dua macam agregat yaitu pasir dan kerikil sungai dengan batu pecah dan pasir hasil pemecahan batu.

4.3.2 Kekuatan Agregat

Kekuatan dan elastisitas agregat tergantung dari jenis batuannya, susunan mineralnya tekstur butiran atau kristalnya. Kekuatan agregat sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton, agregat yang lemah tidak akan menghasilkan beton yang kuat,Kekuatan agregat beton diperoleh dengan cara pengujian kekuatan secara tidak langsung yaitu diuji sejumlah contoh yang dalam bentuk beberapa ukuran butir pada volume tertentu (secara bulk).

Dalam pengujian kekuatan ini terdapat cara dan istilah yang dipergunakan, kekuatan hancur, nilai kekuatan pukul (impact), ketahanan aus. Sebagai contoh dapatlah disebutkan disini biasa digunakan :ASTM Standar C 131 dan C 5353 memakai cara pengujian geseran dengan mesin aus Los Angeles dan ketahanan aus dinyatakan dengan persentase bagian yang aus dari contoh agregat kasar. Cara ini dianut di Indonesia, dalam SII 0087-75.

4.3.3 Kepadatan Agregat Berat jenis

Dalam hubungan dengan sifat agregat terdapat istilah-istilah berat jenis berikut : a. berat jenis absolut,

(41)

adalah volume masip tidak termasuk pori-pori yang terdapat didalamnya. Untuk menentukan berat jenis ini benda harus dibuat berbentu tepung, sehingga pori-pori didalamnya dapat dihilangkan.

b. berat jenis nyata

seperti berat jenis absolut tetapi didalam volume benda termasuk pori-pori yang tidak tembus air dan tidak termasuk volume pori-pori kapiler yang yang dapat terisi oleh air.

c. berat jenis pada keadaan jenuh kering muka (s.s.d.condition)

ialah perbandingan antara berat pada keadaan jenuh atau kering muka dengan berat air murni pada volume yang sama pada suhu tertentu. Disini volume benda termasuk volume pori-pori yang tidak tertembus air

d. berat jenis dalam keadaan kering,

seperti pada berat jenis pada keadaan jenuh tetapi didalam volume benda termasuk volume seluruh pori-pori yang terkandung dalam benda.

Didalam teknologi beton terutama dipergunakan istilah atau pengertian berat jenis pada keadaan jenuh air kering muka (saturated and surface dry condition).

Berat jenis agregat berbeda satu sama lainnya tergantung dari jenis batuan, susunan mineral, struktural butiran dan porositas batuannya.

Berat Isi Agregat (bulk density)

Berat isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dan isinya, yang biasanya dinyatakan dalam satuan kg per liter atau kg per meter kubik. Hal ini secara angka sama dengan berat jenis, bila volume benda diukur atau ditentukan bagi masing-masing butirannya. Tetapi tidak mungkin menghindari adanya rongga-rongga antara butiran-butiran agregat bila kita mengisikan agregat kedalam suatu tempat atau ruangan yang isinya tertentu. Berat agregat yang mengisi suatu tempat atau ruang dalam satuan volume tertentu disebut isi atau bulk density. Akan didapat angka yang berbeda dengan berat jenis, karena ruangan tempat agregat terisi rongga antar partikel dari agregatnya.Contohnya : kerikil sungai dari batuan andesit mempunyai berat jenis 2,60 sedangkan berat/

(42)

isinya1,5 kg/liter.Pasir sungai berat jenisnya2,25 kg/liter, dan berat / isinya 1,4 kg/liter.

Untuk agregat dengan berat jenis yang sama, dapat memberikan nilai berat isi yang berbeda-beda tergantung bagaimana padatnya kita mengisikannya, bentuk butiran dan susunan besar butirnya.

Nilai berat atau isi ini biasanya dipergunakan untuk mengkonversikan sesuatu jumlah dalam satuan berat kepada satuan volume.

4.3.4 Penyerapan Air

Porositas dan daya serap air.

Pori-pori yang terdapat didalam agregat dapat berupa rongga yang tersebar dibagian batuannya dan berupa pori-pori kapiler.Batuan mengandung pori atau rongga yang terjadi dalam proses pembentukan batuan tersebutJumlah volume rongga atau pori yang terdapat batuan disebut porositas dan biasanya dinyatakan dalam prosen terhadap volume batunya.

Adanya rongga atau pori dalam agregat ini sangat erat hubungannya dengan berat jenis, daya serap air, sifat kedap air, modulus elastisitas, ketahanan aus dan stabilitas terhadap zat kimia dari beton yang dibuat dari agregat tersebut.

Bila semua pori terisi oleh air, keadaan ini disebut jenuh dan kering muka (s.s.d).Bila keadaan ini dibiarkan mengering, sebagian air dalam pori menguap, sehingga dia tidak jenuh lagi, maka keadaan ini disebut kering udara. Sedangkan bila dikeringkan terus (didalam oven) sampai semua airnya menguap maka disebut keadaan kering mutlak atau disebut juga kering oven. Pada keadaan dimana permukaan butiran agregat mengandung air (biasanya disebut air permukaan), maka agregat disebut basah. Jadi terdapat empat keadaan kandungan air dalam agregat, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

(43)

Gambar 4.1 Keadaan kandungan air dalam agregat

Kadar air pada agregat

Dari empat kandungan air dalam agregat seperti tersebut diatas, dapatlah dibedakan kadar air yang diserap (dinyatakan dalam proses perhitungan terhadap berat agregat kering)dan kadar air bebas(dinyatakan dalam prosen terhadap berat agregat jenuh kering muka). Kadar air total adalah kadar air yang diserap ditambah kadar air bebas

Air bebas pada pasir

Pasir yang basah mengandung sejumlah air pada permukaannya. Air ini mengisi ruangan antar partikel atau butiran pasir, sehingga pasir yang basah akan mengisi ruangan yang lebih besar daripada pasir kering dari berat yang sama. (volumenya lebih besar).

4.4 BAHAN-BAHAN YANG MERUGIKAN YANG TERDAPAT

DIDALAM AGREGAT

Agregat beton baik agregat kasar maupun agregat halus mengandung beberapa macam bahan-bahan yang dapat berpengaruh jelek kepada beton.

Bahan-bahan tersebut adalah sebagai berikut : a. Zat organik

Zat organik ini biasanya berasal dari hasil penghancuran zat tumbuhan, terutama asam tanin dan derivatnya, berbentuk humus dan lumpur organik.

(44)

b. Tanah liat, lumpur dan debu dan sangat halus.

Tanah liat dalam agregat berbentuk gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan butiran agregat. Tanah liat pada permukaan butiran agregat akan mengurangi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat, sehingga akan mengurangi kekuatan dan ketahanan beton.

Selain tanah liat, terdapat pula lumpur dan debu halus dari hasil pemecahan batu yaitu partikel berukuran antara 0,002 mm dan 0,006 m (2-6 micron). c. Garam chlorida dan sulfat

Pasir yang terdapat di pantai atau dimuara sungai yang berhubungan dengan air laut, kemungkinan mengandung garam-garam chlorida dan sulfat antara lain, Na, Mg, Ca, chlorida Na dan Mg sulfat.

Garam-garam ini dapat dihilangkan dengan cara mencuci pasirnya dengan air tawar.Bila garam-garam ini tidak dihilangkan, dapat merusak konstruksi beton yang dibuat memakai pasir ini. Adanya chlorida beton akan memberi resiko berkaratnya baja tulangan yang selanjutnya memecah betonnya dan tidak berfungsinya tulangan didalam konstruksi.

Sedangkan garam-garam sulfat, terutama garam Mg sulfat sangat agresif terhadap semen, yang reaksinya dengan semen menghasilkan senyawa-senyawa yang volumenya mengembang lalu sedikit merusak beton.

Disamping itu agregat dari pantai, juga mengandung kulit kerang. Jika kadar karang ini cukup tinggi, dapat berakibat lebih rendahnya kekuatan dan ketahanan beton.

d. Partikel-partikel yang tidak kekal

Didalam agregat ada kemungkinan terdapat partikel-partikel yang ringan, lunak dan dapat berubah komposisinya/hancur. Partikel ringan dapat berupa arang, kayu dan mika. Partikel lunak yaitu lumpur dan tanah liat yang mengeras yang kalau terendam air akan mengembang dan kemudian pecah. Partikel ringan dan lunak ini akan mengurangi kekuatan dan ketahan beton, dan menambah kebutuhan air pencampur pada waktu pembuatan beton.

(45)

4.5 SUSUNAN BUTIR AGREGAT

Dalam rekayasa beton, agregat beton secara grafis besarnya terbagi dalam 2 kelompok susunan butir yaitu : agregat halus dan agregat kasar. Disamping itu, agregat dalam suatu timbunan terdiri dari butiran-butiran dengan berbagai ukuran, dari ukuran yang terkecil sampai kemungkinan terbesar menurut batas emakaiannya.Bila butiran-butiran tadi kita pisahkan kedalam beberapa ukuran tertentu, akan diperoleh suatu pembagian fraksi butir. Untuk memisahkan butiran-butiran menurut fraksinya (kelompoknya) itu dipergunakan ayakan dengan berbagai ukuran lubang yang oleh beberapa negara telah distandarkan. Pemisahan fraksi-fraksi butir tadi dengan ayakan, kita sebut analisa ayak, dan dengan hasil analisa ayak ini akan digambarkan suatu kurva susun butir dari agregat tersebut.

4.5.1 Analisa Ayak

Ayakan yang akan dipakai untuk menguji besar butir agregat beton mempunyai lubang -lubang persegi. Ukuran lubang dinyatakan dengan satuan inci, milimeter atau dengan nomor untuk ayakan yang besar lubangnya kurang 5 mm.

Ayakan-ayakan ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Daftar ayakan standar ASTM, BS dan ISO

Standard ASTM-E11-70 Standard British BS 410-1969 Standard ISO

Lubang Ayakan dalam mm Lubang ayakan dalam mm Lubang ayakan dalam mm

152 76 38 19 9,5 4,75 2,36 1,18 0,60 0,30 0,15 0,075 150 75 37,5 20 10 5 2,36 1,18 0,60 0,30 0,15 0,075 128 64 32 16 8 4 2 1 0,5 0,25 1,125 0,062

(46)

a. Jumlah contoh untuk analisa ayak

Dalam melakukan analisa ayak diperlukan sejumlah contoh yang diambil dari suatu timbunan agregat. Contoh ini harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari timbunan tersebut dan dapat mewakili sifat-sifat dari sejunlah besar agregat,

b. Contoh perhitungan hasil analisa ayak.

Contoh agregat dikeringkan dalam oven pada suhu 105C sampai berat tetap, lalu dibiarkan sampai dingin. Kemudian diambil sejumlah contoh untuk dilakukan analisa ayak sesuai dengan persyaratan standar. Agregat yang tertinggal diatas masing-masing ukuran ayakan kemudian ditimbang.

1. Agregat kasar

Tabel 4.2 Contoh perhitungan angka analis ayak untuk agregat kasar Lubang ayakan, mm Berat ter tinggal gram Persen tertinggal Persen terting gal kumulatif Persen tem bus kumulatif 75 50 37.5 30 25 19 12 9.5 4.75 2.36 1.18 0.60 0.30 0.15 van 0 530 1680 2730 4410 6385 3152 175 25 13 0 0 0 0 0 0 2,8 8,8 14,3 23,1 33,4 16,5 0,9 0,13 0,07 0 0 0 0 0 0 2,8 11,6 25,9 49 82,4 98,9 99,8 99,9 100 100 100 100 100 -100 97,2 88,4 74,1 51,0 17,6 1,1 0,2 0,1 0 0 0 0 0 0 jumlah 19100 100 793,7 Angka kehalusan : 793,7 : 100 = 7,937

(47)

2. Agregat halus

Tabel 4.3Contoh perhitungan angka analis ayak untuk agregat halus

Lubang ayakan, mm Berat tertinggal gram Persen tertinggal Persen tertinggal kumulatif Persen tembus kumulatif 9,5 4,75 2,36 1,18 0,60 0,30 0,15 0,15 0 9,0 13,2 140,0 209,0 103,9 32,5 6,0 0 1,8 2,5 27,2 40,7 20,2 6,4 1,2 0 1,8 4,3 31,5 72,2 92,4 98,8 -100 89,2 95,7 68,5 27,8 7,6 1,2 -jumlah 504,6 100 301,0 Angka kehalusan : 301,0 : 100 = 3,010 4.6 MENGGABUNGKAN AGREGAT.

4.6.1 Cara Menggabungkan Dua Atau Lebih Jenis Pasir,

Misalnya kita mempunyai pasir jenis A, jenis B, jenis C dan pasir D, yang masing-masing susunan butirnya tidak memenuhi syarat. Agar kita mendapatkan pasir yang besar butirannya menuhi syarat, kita dapat menggabungkan dua jenis pasir atau lebih dari pasir-pasir itu. Rumus yang digunakan untuk menggabungkan beberapa jenis pasir adalah sebagai berikut :

Yc . 100 c Yb . 100 b Ya . 100 a Y   a + b + c = 100% Dimana :

Y = ordinat dari kurva susunan gabungan pada salah satu lbang ayakan Ya = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis A pada salah satu

lubang ayakan yang sama pada lubnag ayakan pada Y Yb = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis B pada salah satu

(48)

Yc = ordinat dari kurva susunan butir pasir jenis C pada salah satu lubang ayakan yang sama pada lubnag ayakan pada Y

a,b,c = perbandingan berat antara pasir jenis A, B dan C dan seterusnya. Contoh Ukuran ayakan (mm) Persen Tembus Pasir A Pasir B 9,5 4,75 2,36 1,19 0,60 0,30 0,15 100 89 74 46 19 5 1 100 100 99 95 88 49 9

Misalnya kita ingin menggunakan pasir zone 2 dari British Standard. Tentukan satu atau dua titik persentase terbaik dari kurva pasir zone 2 pada garis lubang ayakan tertentu. Misal kita pilih ayakan 0,60 mm. Titik persentase yang diisyaratkan adalah antara 35% - 59%. Pada ayakan 0,60 mm koordinat pasir A adalah 19 dan koordinat pasir B adalah 88. Kita pilih titik atau ordinat 45%. Sehingga jika angka itu kita masukkan kedalam rumus diatas, kita dapatkan persamaan

Yc . 100 c Yb . 100 b Ya . 100 a Y   88 . 100 b 19 . 100 a 45  a + b = 100 Jadi didapat :

88 . 100 a 100 19 . 100 a 45   4500 = 19.a + 8800 - 88.a

(49)

88.a – 19.a = 8800 – 4500 69.a = 4300

Didapat a = 64, dan b = 100 – 64 = 36

Dengan demikian untuk membuat pasir zone 2, maka pasir gabungan terdiri dari 64 % pasir A dan 36% pasir B. Sesudah didapat komposisi campurannya , kemudian masing-masing ayakan dicari harga Y nya. Untuk pasir zone 2 dengan gabungan 64% pasir A dan 36% pasir B, didapat :

Ukuran

ayakan % tembus kumulatif Gabungan 64% pasir A + 36% pasir B

(mm) Ya Yb 64/100. Ya 36/100. Yb Y gabungan 9,50 4,75 2,36 1,19 0,60 0,30 0,15 100 89 74 46 19 5 1 100 100 99 95 88 49 9 64 57 47 29 12 3 0,60 36 36 36 34 32 18 3 100 93 83 63 44 21 3,60

4.6.2 Cara Menggabungkan Agregat Kasar

Untuk menggabungkan du atau lebih jenis agregat kasar, dapat menggunakan rumus yang digunakan untuk menggabungkan dua jenis atau lebih agregat halus :

Yc . 100 c Yb . 100 b Ya . 100 a Y   dengan a + b + c = 100% Dimana :

Y = kordinat fraksi pada ayakan tertentu agregat gabungan Ya = kordinat agregat A pada fraksi yang sama dengan Y Yb = kordinat agregat B pada fraksi yang sama dengan Y

Yc = kordinat agregat C pada fraksi yang sama dengan Y

(50)

4.6.3 Menggabungkan Agregat Halus Dan Agregat Kasar

Menggabungkan agregat halus dan agregat kasar agar mendapatkan agregat dengan kurva susunan butir yang sesuai dengan persyaratan, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus untuk menggabungkan dua jenis agregat halus (pasir) atau dua jenis agregat kasar.

Yb . 100 b Ya . 100 a Y  dengan a + b = 100% Dimana :

Y = kordinat fraksi pada ayakan tertentu agregat gabungan Ya = kordinat agregat halus pada fraksi yang sama dengan Y Yb = kordinat agregat kasar pada fraksi yang sama dengan Y a = persentase agregat halus

b = persentase agregat kasar

4.6.4 Persyaratan –Persyaratan Susunan Besar Butir Agregat

 Syarat-syarat susunan besar butir halus menurut British Standard BS 882-1965 dan Standard C 33 – 74

Tabel 4.4 Syarat gradasi agregat halus /pasir Lubang

Ayakan B.S. Dalam mm

Persentase tembus kumulatif (persen berat) Menurut ASTM C 33 - 74 Menurut BS 882 : 1965

Zone 1 Zone 2 Zone 3 Zone 4 9,52 4,76 2,40 1,10 0,60 0,30 0,15 100 90-100 60-95 30-70 15-34 5-20 0-10 100 90-100 75-100 55-100 35-59 8-30 0-10 100 95-100 85-100 75-100 60-79 12-40 0-10 100 95-100 95-100 90-100 80-100 15-50 0-15 100 95-100 80-100 50-85 25-60 10-30 2-10

(51)

 Syarat-syarat susunan besar butir agregat kasar menurut British Standard BS 882-1973 (untuk graded aggregate)

Tabel 4.5 gradasi kerikil menurut BS

Lubang Ayakan B.S

Dalam mm

Persentase tembus kumulatif (persen berat) Ukuran butir normal

38,1 – 4,76 mm 19,0 – 4,76 mm 9,6 – 4,76 mm 79,2 38,1 19,0 9,52 4,76 100 95-100 30-70 10-35 0-5 -100 95-100 25-55 0-10 -100 50-85 0-10  Syarat susunan besar butir untuk agregat gabungan (agregat halus + agregat

kasar) menurut British Standard BS 882-1965 (untuk agregat gabungan)

Tabel 4.6 Syarat susunan butir agregat gabungan

Lubang ayakan B.S dalam mm

Persentase tembus kumulatif untuk ukuran butir nominal 38,1 mm ( 1 in) 19,0 mm (3/4 in) 76,2 38,1 19,0 4,76 0,60 0,15 100 950 – 100 45 – 75 25 – 45 8 – 30 0 – 6 -100 95 – 100 30 – 50 10 – 35 0 – 6

(52)

4.7 RANGKUMAN

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati banyak 70% volume mortar atau beton.

Dalam rekayasa beton agregat dibedakan atas asalnya, berat jenisnya,bentukmnya , tekstur permukaannya dan besar butirannya.

Adapun sifat-sifat agregat yang berpengaruh kepada mutu dari beton antara lain : Bentuk butir dan keadaan permukaannya,kekuatan agregat,berat jenis dan berat isi,porositas dan daya serap air., kadar air pada agregat,air bebas pada pasir,bahan-bahan yang merugikan yang terdapat didalam agregat,sifat kekal agregat,reaksi alkali agregat, sifat-sifat thermal

Pemisahan fraksi-fraksi butir tadi dengan ayakan, kita sebut analisa ayak, dan dengan hasil analisa ayak ini akan digambarkan suatu kurva susun butir dari agregat tersebut.

4.8 SOAL PELATIHAN

1.Jelaskan maksud penggunaan agregat (pasir atau kerikil) didalam adukan beton 2.Tentukan persen tertingal, persen tertinggal kumulatif , persen tembus kumulatif

dan angka kehalusan dari data hasil anlaisa saringan agregat kasar berikut ini : Lubang ayakan, mm Berat tertinggal gram Persen tertinggal Persen tertinggal kumulatif Persen tembus kumulatif 37,5 30 25 19 12,5 9,5 4,75 2,36 1,18 0,60 0,30 0,15 van 1008 1870 4650 6655 2952 105 75 13 0 0 0 0 0

(53)

3. Ada 3 jenis agregat A dan agregat B dan C , tentukan persentase susunan butir gabungan 3 agregat itu dengan data analisa ayak sebagai berikut :

Ayakan (mm)

Susunan butir agregat tembus ayakan, %

A B C 38 19,2 9,6 4,8 2,4 1,2 0,6 0,3 0,15 100 100 99 90 86 57 39 15 8 100 89 56 13 5 2 0 100 76 50 23 10 0

(54)

BAB V

BAHAN PENGIKAT

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu menjelaskan bahan pengikat yaitu kapur, dan pozzolan dengan baik

Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini, dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mampu menjelaskan kapur sebagai bahan pengikat 2. Mampu menjelaskan pozzolan sebagai bahan pengikat 3. Mampu menjelaskan . jenis pengujian bahan pengikat

1. _______. Teknologi Bahan II, PEDC , Bandung 2. _______. KOnstruksi Kayu, PEDC , Bandung

3. Heinz F. Ilmu Konstruksi Bangunan , 1981, Karisma, Bandung 4. Luc Vasseur, Masory Construction No 95/75/21379

5.

Rosjid Sastraminarja, Ir, 1989, Bahan Perkerasan, Jakarta Hasil Pembelajaran

Kriteria Penilaian

(55)

5.1 KAPUR

Kapur sebagai bahan bangunan digunakan sebagai bahan perekat terutama untuk adukan atau untuk kapur pemutih, selain itu dapat dipakai pula sebagai batuan alam untuk pondasi sebagai batu pecah atau sebagai kapur tohor atau kapur padam untuk pengolahan air. Kapur bangunan dibuat dengan cara membakar batu kapur sampai pada suhu kalsinasinya, untuk menguraikan atau melepaskan karbonata yang terkandung, sehingga berubah menjadi oksida kalsium atau oksida kapur yang biasa disebut kapur tohor. Kapur tohor ini kemudian direaksikan dengan air akan berubah menjadi hidroksida kapur atau biasa disebut hydrat kapur atau kapur padam yang dipakai sebagai bahan perekat dalam kapur bangunan

5.1.1 Bahan Pembentuk

Sebagai bahan pembuatan kapur bangunan, adalah batu kapur yaitu bahan yang mengandung unsur utama kalsium (Ca) atau Mg. Di alam umumnya bahan kapur yang berbentuk batu kapur, kandungan utamanya berupa senyawa kalsium karbonat (CaCO3).Batuan kapur yang terdapat di Indonesia sebagian besar adalah batu kapur kalsium. Kepadatan batuan kapur juga bervariasi dari mulai yang lunak tercampur tanah sampai batuan yang cukup keras, sudah mencapai tingkat batuan marmer

Untuk merubah batu kapur menjadi kapur tohor, batu ini perlu dilepaskan karbonatnya, sehingga menjadi oksida kapur melalui proses pembakaran Peristiwa penguraian karbonat dari batuan kapur akibat pembakaran :

CaCO3 + panas CaO + CO2

CaCO3 MgCO3+ panas CaO MgO+ CO2

Secara umum dalam praktek, pembakaran batu kapur dilakukan pada suhu 1000-1340°C untuk kapur kalsium dan 940-1230°C untuk kapor dolonit. Bila suhu kurang dari itu banyak batu yang masih mentah

(56)

5.2 POZZOLAN

Pozolan bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen. Bahan pozolan itu sendiri dicampur air tidak mengeras

Jenis pozolan terbagi menjadi : 1. Pozolan alam

Umumnya mengandung lapukan dari batuan yang mengandung senyawa silika, sebagian besar berupa lapukan dari batuan gunung api atau batuan beku, seperti : andesit, gabro, basalt

2. Pozolan buatan

Umunya bekas hasil bakaran dari tanah, abu batu bara dan sejenisnya, dapat bersifat pozolan

gilingan tanah liat atau bekas bakaran benda keramik jika bakaranya cukup tinggi dapat bersifat pozolan

Sifat pozolan adalah bila gilingan bahan ini dicampur dengan kapur padam dan air, dapat mengeras, membatu dan akan membentuk senyawa monokalsium silikat. Bila dicampur dengan semen atau dipakai dalam beton, pozolan akan mengikat kelebihan kapur yang ada dalam semen atau dibebaskan oleh semen, adukan atau betonnya menjadi lebih rapat dan akan lebih tahan terhadap rembesan air dan sulfat.

5.2.1 Identifikasi Pozolan

Cara identifikasi pozolan adalah mereaksikannya dengan kapur padam. Campuran ini diaduk dengan air sampai lumat dan plastis, setelah itu adonan tersebut direndam dalam air. Bila adonan itu mampu mengeras paling lama setelah 4 hari direndam, maka bubuk yang diduga pozolan, tetapi bila mengeras mengerasnya lebih dari 4 hari, sifat pozolannya kurang atau tidak baik

(57)

5.2.2 Pemakaian Pozolan

Karena sifatnya yang dapat mengeras dengan kapur, maka pozolan dipakai terutama untuk adukan kapur, pembuatan bata kapur tras, dicampur dengan semen portland, atau dicampur kedalam beton, dengan tujuan dapat mengikat kapur bebas, dan mempertinggi kerapatan air dari aduk atau betonnya.. Pozolan juga digunakan untuk bangunan air dan terutama bangunan dimana akan ada gangguan sulfat (sebagai musuh utama beton)

5.3 RANGKUMAN

Kapur sebagai bahan bangunan digunakan sebagai bahan perekat terutama untuk adukan atau untuk kapur pemutih, selain itu dapat dipakai pula sebagai batuan alam untuk pondasi sebagai batu pecah atau sebagai kapur tohor atau kapur padam untuk pengolahan air.

Pozzolan merupakan istilah bagi suatu bahan baik yang berasal dari alam atau bahan buatan, yang apabila bahan itu dicampur dengan kapur padam dan air akan mengeras.Bahan pozolan itu sendiri dicampur air tidak mengeras

5.4 SOAL PELATIHAN

1. Jekaskan kegunaan kapur sebgai bahan bahan bangunan 2. jelaskan kegunaan pozzoloan sebagai bahan bangunan 3. jelaskan proses pengujian berat jenis untuk bahan pengikat

(58)

BAB VI

BAHAN BANGUNAN KAYU DAN BAMBU

Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu menjelaskan kayu dan bamboo sebagai bahan bangunan dengan baik dan benar.

Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini, dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mampu menjelaskan jenis-jenis kayu yang digunakan untuk bahan bangunan

2. Mampu menjelaskan mutu kayu, kelas kayu, sifat kayu dan cara pengawetan kayu

3. Mampu menjelaskan jenis pengujian untuk kayu dan bambu

1. _______. Teknologi Bahan II, PEDC , Bandung 2. _______. Konstruksi Kayu, PEDC , Bandung

3. Heinz F. Ilmu Konstruksi Bangunan , 1981, Karisma, Bandung 4. Luc Vasseur, Masory Construction No 95/75/21379

5.

Rosjid Sastraminarja, Ir, 1989, Bahan Perkerasan, Jakarta Hasil Pembelajaran

Kriteria Penilaian

Gambar

Diagram Tegangan dan Regangan beberapa jenis material
Tabel 1.1 Daftar daya hantar panas beberapa material Kelompok Jenis Bahan Titik leleh (°F) Hantar
Tabel 1.2 beberapa bahan keperluan teknik dengan tahanan listrinya
Tabel 1.3 Kecenderungan Elektrolit bahan logma dan paduannya Kecenderungan Elektrolit Bahan Logam atau Paduan Bersifat Anodik (naik) ↑ Paduan magnesium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Protein juga sebagai komponen lipoprotein yang berfungsi mentransportasi vitamin yang larut dalam lemak dan metabolit lemak yang lain, sebagai komponen enzim yang

Sampel yang diujikan adalah enzim dari ekstrak protein kasar bakteri asal perairan papuma Kabupaten Jember.Hasil pengujian zimografi menunjukan adanya satu pita

Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning berbantuan media visual pada materi

Semua staff dan karyawan KSP Bangun Jaya Makmur yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Akhir ini.. Ibu Suharnanik,

Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma 3 Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan

Sementara sebagian pelaku pasar ada yang skeptis tapering akan dilakukan tahun ini dan malah jika Janet Yellen yang terpilih sebagai gubernur Fed yang baru, program tapering

Dalam skripsi ini secara garis besar membahas “ Persepsi Wisatawan Asing Terhadap Pusat Informasi Pariwisata Kota Surabaya (Surabaya Tourism Information Center”.. Hasil