• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Pendahuluan. 1.1Latar Belakang Permanent Establishment atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) sudah sangat lazim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. Pendahuluan. 1.1Latar Belakang Permanent Establishment atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) sudah sangat lazim"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Permanent Establishment atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) sudah sangat lazim dipergunakan sebagai sarana usaha dari Wajib Pajak Luar Negeri baik badan maupun orang pribadi. Sebagai Wajib Pajak Luar Negeri, BUT mempunyai banyak perlakuan khusus, baik dalam hal penentuan sebagai BUT-nya, pengenaan perpajakannya, dan banyak permasalahan lainnya.

Penentuan dan perlakuan pengenaan pajak atas BUT secara spesifik akan diatur pada masing-masing Negara. Namun demikian, penentuan dan perlakuan perpajakan dari BUT tersebut ketika berkaitan dengan Penghindaran Pengenaan Pajak Berganda (P3B) perlu diatur secara khusus antara Negara yang melakukan P3B dengan mitra P3B.

Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang diakui di Indonesia adalah sesuai dengan tercantum pada Undang-undang PPh, adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi atau badan sebagai Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai penghasilan pada Negara Indonesia sebagai Negara sumber penghasilan.

Jenis atau tipe Bentuk Usaha Tetap ada empat, yaitu BUT tipe fasilitas fisik, BUT tipe aktivitas proyek konstruksi, instalasi, dan perakitan, BUT tipe keagenan dan BUT tipe asuransi. Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah BUT tipe keagenan dan tipe asuransi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap?

2. Bagaimana cara menentukan apakah WPLN tersebut mempunyai BUT di Indonesia?

(2)

3. Apa saja jenis atau tipe BUT?

4. Apa yang dimaksud dengan BUT tipe keagenan? 5. Apa yang dimaksud dengan BUT tipe asuransi?

1.3 Tujuan

Dalam makalah ini ada beberapa tujuan. Adapun tujuan penulisan rangkuman ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian mengenai bentuk usaha tetap.

2. Untuk mengetahui bagaimana WPLN tersebut dikatakan mempunyai BUT di Indonesia.

3. Untuk mengetahui apa saja jenis atau tipe BUT.

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BUT tipe keagenan. 5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BUT tipe keagenan.

1.4 Manfaat

Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai pengertian bentuk usaha tetap, cara menentukan apakah WPLN tersebut mempunyai BUT di Indonesia atau tidak, jenis atau tipe BUT, mengetahui lebih dalam mengenai BUT tipe keagenan dan tipe asuransi.

(3)

Pembahasan

2.1

Pengertian Permanent Establishment atau BUT (Bentuk Usaha

Tetap)

Permanent establishment atau dalam bahasa Indonesia Bentuk Usaha Tetap [BUT] adalah istilah penting dalam perpajakan Internasional karena berkaitan dengan:

a. taxing right atau hak pemajakan.

b. source rules yaitu sekumpulan ketentuan hukum yang menentukan apa syarat-syaratnya bagi suatu jenis penghasilan agar negara tempat diterimanya penghasilan itu menjadi negara sumber yang berhak memungut pajak atas penghasilan.

c. threshold atau ambang batas yaitu kriteria yang memungkinkan suatu negara sumber untuk memajaki penghasilan usaha antar negara.

Hak pemajakan dari penghasilan usaha (business profit) sepenuhnya diserahkan kepada negara domisili atau negara dimana Wajib Pajak terdaftar sebagai

(4)

Wajib Pajak dalam negeri. Pengecualian dari ketentuan tersebut adalah jika penghasilan usaha tersebut didapat atau dilakukan melalui Bentuk Usaha Tetap [BUT].

Sebelum lebih jauh, tulisan ini berkaitan dengan BUT di tax treaty. Karena itu dibawah disebut OECD model dan UN model. OECD model dibuat oleh negara-negara maju, sedangkan UN model dibuat oleh para ahli perpajakan PBB tetapi dasarnya tetap OECD model. Boleh dibilang UN model adalah modifikasi OECD model. Keduanya adalah contoh yang menjadi acuan negara-negara dalam negosiasi tax treaty. Karena masih “model” maka dalam tax treaty yang disepakati, mungkin saja tidak sama dengan modelnya.

Jika kegiatan usaha dilakukan oleh BUT maka hak pemajakan sepenuhnya milik negara sumber (exclusively taxing rights). Karena itu, pengertian Bentuk Usaha Tetap tersebut sangat penting agar diketahui dengan jelas negara mana yang berhak mengenakan pajak. OECD model dan UN model memuat pengertian Bentuk Usaha Tetap dalam Pasal 5 ayat (1), yaitu: For the purposes of this Convention, the term “permanent establishment” means a fixed place of business through which the business of an enterprise is wholly or partly carried on.

Menurut Pak Rachmanto Surahmat [dalam buku yang berjudul Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda – sebuah pengantar], fixed place sebagaimana diatur di Pasal 5 ayat (1) ini memiliki pengertian bahwa suatu Bentuk Usaha Tetap mengandung tiga syarat :

a. adanya tempat usaha berupa prasarana, seperti yang disebutkan dalam Pasal 5 ayat (2) yaitu: tempat manajemen perusahaan, cabang, kantor, pabrik, bengkel dan tambang, sumur minyak atau gas, galian atau tempat lain untuk mengambil sumber daya alam;

(5)

c. kegiatan usaha perusahaan tersebut dilakukan melalui tempat tetap tersebut. Selain itu, karakteristik lain dari dari Bentuk Usaha Tetap adalah bersifat produktif, artinya ia turut memberikan andil dalam memperoleh laba usaha bagi kantor pusatnya.

2.2

Time Test

BUT merupakan cabang perusahaan, atau tempat kedudukan manajemen,kantor, pabrik, tempat kerja atau suatu hak penambangan dan kekayaan alamlainnya. Dalam pengertian ini juga termasuk proyek pembuatan gedung ataukonstruksi yang dilakukan dan melewati tes waktu yang ditentukan dalamUndang-Undang di negara domisili, di Indonesia diatur dalam Pasal 2 ayat 5 bahwa untuk dianggap BUT, apabila mereka melakukan kegiatan di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, sedangkan untuk pemberian jasa, waktu tes yang diberikan untuk menjadi BUT apabila jasa yang diberikan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan.

Sedangkan, untuk penghasilan yang diperoleh penduduk dari suatu Negara Pihak pada Persetujuan sehubungan dengan jasa-jasa profesional atau pekerjaan bebas lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara itu kecuali dalam hal dibawah ini, dimana penghasilan itu dapat juga dikenai pajak di Negara pada persetujuan lainnya :

(6)

a. Jika ia mempunyai suatu tempat tertentu yang tersedia secara teratur dipergunakan untuk menjalankan pekerjaan di Negara Pihak lainnya pada Persetujuan itu, penghasilan tersebut dapat dikenakan pajak di Negara Pihak lainnya itu tetapi hanya bagian penghasilan yang dianggap berasal dari tempat tertentu itu ;atau b. Jika ia tinggal di Negara Pihak lainnya itu selama suatu masa atau masa masa

yang tidak melebihi 183 hari dalam masa 12 bulan yang mulai atau berakhir pada satu tahun pajak, dalam hal ini hanya penghasilan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Negara lain itulah yang akan dikenakan pajak di Negara Pihak lainnya itu.

Dengan demikian suatu usaha yang dilakukan oleh penduduk asing di Negara Indonesia harus ditentukan saat kapan mereka menjadi Bentuk UsahaTetap atau Tempat Usaha Tetap.Penentuan tersebut jika tidak diatur dalam P3B, maka berlaku ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan. Dibawah ini disajikan tes waktu untuk BUT , sebagai berikut :

TIME TEST P3B YANGBERLAKU EFEKTIF (BENTUK USAHA TETAP)

NO. NEGARA KONSTRUKS I INSTALAS I PERAKITA N PENGAWASAN KONSTRUKSI JASA LAINNYA

1 Algeria 3 months 3 months 3 months 3 months 3 months/12 months

2 Australia 120 days 120 days 120 days 120 days 120 days/12 months

3 Austria 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months

(7)

4 Bangladesh 183 days 183 days 183 days 183 days 91 days/12 months

5

Belgium 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months

6 Brunei Darussalam 183 days 3 months 3 months 183 days 3 months/12 months

7 Bulgaria 6 months 6 months 6 months 6 months 120 days/12 months

8

Canada 120 days 120 days 120 days 120 days 120 days/12 months

9 Czech 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months /12 months

10 China 6 months 6 months 6 months 6 months 6 months/12 months

11 Denmark 6 months 3 months 3 months 6 months 3 months/12 months

12 Egypt 6 months 4 months 4 months 6 months 3 months/12 months

13 Finland 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months

14 France 6 months N/A 6 months 183 days/12 months 183 days/12 months

(8)

NO. NEGARA KONSTRUKS I INSTALAS I PERAKITA N PENGAWASAN KONSTRUKSI JASA LAINNYA

16 Hungary 3 months 3 months 3 months 3 months 4 months/12 months

17 India 183 days 183 days 183 days 183 days 91 days/12 months

18 Italy 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months

19 Japan 6 months 6 months N/A 6 months N/A

20 Jordan 6 months 6 months 6 months 6 months 1 month/12 months

21 Korea, Republic of

6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months 22 Korea, Democratic People's Republic of

12 months 12 months 12 months 12 months 6 months/12 months

23 Kuwait 3 months 3 months 3 months 3 months 3 months/12 months

24 Luxembour g

5 months 5 months 5 months 5 months 10%

25 Malaysia 6 months 6 months 6 months N/A 3 months/12 months

(9)

months

27 Mongolia 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months

28 Netherlands 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/ 12 months

29 New Zealand

6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months

30 Norway 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months

31 Pakistan 3 months 3 months 3 months 3 months 15%

32 Philippines 6 months 3 months 3 months 6 months 183 days/12 months

33 Poland 183 days 183 days 183 days 183 days 120 days/12 months

34 Portuguese

6 months 6 months 6 months 6 months 183 days/12 months

35 Qatar

6 months 6 months 6 months 6 months 6 months/12 months

36 Romania 6 months 6 months 6 months 6 months 4 months/12 months

37 Russia 3 months 3 months 3 months 3 months TanpaTime Test 38

(10)

NO. NEGARA KONSTRUKS I INSTALAS I PERAKITA N PENGAWASAN KONSTRUKSI JASA LAINNYA Arabia*

39 Seychelles 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months /12 months

40 Singapore 183 days 183 days 183 days 6 months 90 days/12 months

41 Slovak 6 months 6 months 6 months 6 months 91 days/12 months

42 South Africa 6 months 6 months 6 months 6 months 120 days/12 months

43 Spain 183 days 183 days 183 days 183 days 3 months/12 months

44 SriLanka 90 days 90 days 90 days 90 days 90 days/12 months

45 Sudan 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months

46 Sweden 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months 47 Switzerland 183 days 183 days 183 days 183 days 5%

48 Syria 6 months 6 months 6 months 6 months 183 days/12 months

49 Taipei /Taiwan

6 months 6 months 6 months 6 months 120 days/12 months

(11)

50

Thailand 6 months 6 months 6 months 6 months 6 months/12 months

51 Tunisia 3 months 3 months 3 months 3 months 3 months/12 months

52 Turkey 6 months 6 months 6 months 6 months 183 days/12 months 53 UAE (United Arab Emirates)

6 months 6 months 6 months 6 months 6 months

54 Ukraine 6 months 6 months 6 months 6 months 4 months/12 months 55

United

Kingdom 183 days 183 days 183 days 183 days 91 days/12 months 56

United States of America

120 days 120 days 120 days 120 days 120 days/12 months

57 Uzbekistan 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months 58 Venezuela 6 months 6 months 6 months 6 months 10%

59 Vietnam 6 months 6 months 6 months 6 months 3 months/12 months

Notes: P3B antara Indonesia dengan Saudi Arabia hanya mengaturmengenai transportasi penerbangan dalam jalur internasional.

(12)

2.3

Jenis atau Tipe BUT (Bentuk Usaha Tetap)

1.

BUT Fasilitas Fisik (Asset)

BUT Fasilitas Fisik Keberadaan BUT di Indonesia akan timbul apabila perusahaan asing tersebut memiliki fasilitas fisik sebagai tempat untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usahanya di Indonesia. Fasilitas fisik tersebut merupakan milik sendiri atau disewa dari pihak lain. BUT tipe fisik atau aset ini disebutkan di Pasal 5 ayat (1). Tipe Aset memiliki tiga ciri atau karakteristik atau pengujian [test], yaitu :

place of business, yaitu tempat baik satu ruangan kecil atau kantor yang lebih luas. Tempat tersebut bisa milik sendiri atau hanya sewa yang penting perusahaan luar negeri memiliki hak untuk menggunakan tempat tersebut. Karena itu, pada era digital ini isu server komputer menjadi topik hangat.

fixed, yaitu derajat kepermanenan baik secara geografis (dimensi ruang)

maupun berkelanjutan (dimensi waktu). Ini menurut Pak Gunadi [dalam buku yang berjudul Pajak Internasional]. Perlu ada hubungan antara komersial dan geografis [commercial and geographic coherence] secara nature of the business. Tetapi menurut Pak Rachmanto Surahmat, “tetap” berkaitan antara tempat tersebut dan titik geografis. Keberadaan suatu peralatan di satu lokasi sudah cukup untuk dianggap berada di satu tempat tetap.

doing business through that fixed place.

2. BUT Aktivitas Proyek Konstruksi, Instalasi, dan Perakitan

BUT Aktivitas Keberadaan BUT di Indonesia timbul apabila perusahaan asing tersebut menjalankan kegiatan jasa- jasa di Indonesia dalam jangka waktu melebihi tes waktu. Sesuai Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Yang termasuk BUT Aktivitas adalah: royek konstruksi, proyek perakitan, instalasi atau kegiatan pengawasan yang ada hubungannya dengan proyek

(13)

itu untuk tujuan tersebut, kegiatan itu berlangsung selama lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

a. Proyek bangunan, konstruksi, perakitan, instalasi, atau aktivitas supervisi untuk proyek tersebut selama 12 bulan. Ini yang ada di OECD model. Tetapi di UN model time test menjadi 6 bulan saja.

b. Kegiatan jasa termasuk konsultasi yang dilakukan perusahaan di negara lain selama 6 bulan dalam 12 bulan. Di OECD model jasa ini tidak diatur secara khusus tapi di UN model diatur yaitu di Pasal 5 ayat (3) huruf b. Negara-negara maju berpendirian bahwa jasa teknik dikenakan di Negara-negara domisili kecuali melalui agen tidak bebas. Tetapi negara-negara berkembang yang tergabung dalam UN tax experts group berpendapat bahwa hal ini merugikan mereka sehingga kegiatan pemberian jasa ditetapkan sebagai BUT jika melewati time test. Berbeda dengan [2.a.] diatas, time test jasa tidak perlu terus-menerus. Bisa putus-putus yang penting dalam 12 bulan ada 6 bulan. Pemberian jasa ini bisa dilakukan oleh pegawai perusahaan atau orang lain yang dipekerjakan oleh perusahaan itu untuk tujuan tersebut.

3. BUT Tipe Keagenan

BUT Keagenan dianggap timbul suatu BUT perusahaan asing di Indonesia apabila perusahaan asing tersebut menjalankan usahanya di Indonesia melalui perusahaan lain yang bertindak sebagai agen yang tidak bebas (dependent agent).Yang dimaksud dengan dependent agent adalah agen yang didalam melaksanakan usahanya bertindak atas nama perusahaan di luar negeri atau

(14)

kegiatan agen tersebut seluruhnya atau hampir seluruhnya untuk perusahaan di luar negeri.

4. BUT Tipe Asuransi

BUT jenis ini bisa timbul karena perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia memungut premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia melalui agen atau pegawainya.

BUT dalam P3B dikenal dengan istilah “permanent establishment”, yang menyatakan bahwa “Laba perusahaan dari Negara Pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di negara itu kecuali jika perusahaan itu menjalankan usaha di negara Pihak lainnya pada Persetujuan, melalui suatu bentuk usaha tetap yang berkedudukan disitu”. Apabila perusahaan tersebut menjalankan usahanya sebagaimana dimaksud diatas, maka laba perusahaan itu dapat dikenakan pajak di negara lainnya tetapi hanya atas bagian laba berasal dari bentuk usaha tetap tersebut”.

Oleh karena itu, jika suatu perusahaan dari suatu Negara Pihak pada Persetujuan menjalankan usaha di setiap negara melalui suatu bentuk usaha tetap yang berkedudukan disitu, maka yang akan diperhitungkan sebagai laba bentuk usaha tetap itu oleh masing-masing negara ialah laba yang diperolehnya di negara dimana BUT berkedudukan.

2.4

BUT Tipe Keagenan

Tidak semua agen merupakan BUT. Agen dibagi dua yaitu agen bebas dan agen tidak bebas. Nah, agen yang manjadi BUT adalah agen tidak bebas. Hal ini diatur di Pasal 5 ayat (5) OECD model. Bahwa orang atau badan dapat ditetapkan sebagai BUT jika melakukan aktivitas melalui agen tidak bebas. Agen tidak bebas dapat berupa orang pribadi atau badan asal :

(15)

b.

Mempunyai kuasa / kewenangan untuk menandatangani kontrak-kontrak atas nama perusahaan tersebut. Kewenangan tersebut bersifat tetap atau berlangsung terus menerus. Salah satu faktor yang menentukan untuk mengetahui sifat tetap atau terus menerus adalah apakah kegiatan tersebut dari awal mulanya dimaksudkan untuk jangka panjang atau hanya sementara.

c.

Tidak mempunyai kuasa seperti diatas, tetapi ia mempunyai kebiasaan menyimpan persediaan barang-barang atau barang dagangan dan secara teratur menyerahkan barang-barang tersebut atas nama perusahaan yang diwakilinya.

2.5

BUT Tipe Asuransi

Ada perbedaan antara OECD model dengan UN model berkaitan dengan BUT asuransi.OECD model menyarankan bahwa perusahaan asuransi dianggap memiliki Bentuk Usaha Tetap jika perusahaan asuransi tersebut memenuhi ketentuan ayat (1) atau ayat (5) yaitu melalui agen tidak bebas. Tetapi UN model menyarankan untuk mengatur sendiri tentang batasan Bentuk Usaha Tetap bagi usaha asuransi.

UN model mengatur perusahaan asuransi khusus di Pasal 5 ayat (6). Ayat ini mengatur bahwa perusahaan asuransi, kecuali berkenaan dengan reasuransi, dapat dianggap mempunyai BUT apabila perusahaan asuransi tersebut mengumpulkan atau menerima premi atau menanggung resiko di negara sumber melalui orang / badan yang bukan agen independent sebagaimana dimaksud ayat (7). Menurut negara-negara

(16)

berkembang, agen asuransi biasanya tidak memiliki kuasa untuk menutup kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) huruf a OECD model. Jadi, menurut UN model bagi agen perusahaan asuransi syarat Bentuk Usaha Tetap adalah agen di negara sumber yang bersangkutan mengumpulkan atau menerima premi dan menanggung resiko yang terletak di negara sumber tersebut.

Biasanya ada pengecualian di tax treaty yang biasanya disebutkan di Pasal 5 ayat (4). Sebagai contoh, berikut ini Pasal 5 ayat (4) tax treaty Indonesia – China : Menyimpang dari ketentuan-ketentuan sebelumnya dari Pasal ini, istilah "bentuk usaha tetap" dianggap tidak mencakup:

a.

penggunaan fasilitas-fasilitas semata-mata dengan maksud untuk menyimpan atau memamerkan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan;

b.

pengurusan terhadap persediaan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan semata-mata dengan maksud untuk disimpan atau dipamerkan;

c.

pengurusan terhadap persediaan barang-barang atau barang dagangan milik perusahaan semata-mata dengan maksud untuk diolah oleh perusahaan lain;

d.

pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuk melakukan pembelian barang-barang atau barang dagangan, atau untuk mengumpulkan informasi bagi keperluan perusahaan;

e.

pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata untuk tujuan periklanan atau penyediaan informasi;

f.

pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuk melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat sebagai kegiatan persiapan atau kegiatan penunjang, bagi keperluan perusahaan.

g.

pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata dengan maksud untuk melakukan gabungan kegiatan-kegiatan seperti disebutkan pada sub-ayat a) sampai dengan sub

(17)

Sesuai Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang PajakPenghasilan, diatur mengenai cakupan penghasilansuatu BUT perusahaan asing di Indonesia yaitu:

 Sesuai Attribution Rule, penghasilan suatuBUT perusahaan asing di Indonesia adalah penghasilanyang berasal dari kegiatan usahanya di Indonesia.Misalnya, apabila BUT perusahaan asing tersebutbergerak dibidang perdagangan, maka penghasilannyadi Indonesia adalah penghasilan yang berasal darikegitan usaha perdagangannya di Indonesia.

 Sesuai Force of Attraction Rule, penghasilan suatu BUT perusahaan asing di Indonesia adalah termasuk penghasilan kantor pusatnya dari Indonesia yang diperolehnya dari kegiatan usaha yang sejenis dengan kegiatan BUT nya di Indonesia. Dengan demikian, penghasilan yang diterima atau diperoleh kantor pusatnya dianggap sebagai penghasilan BUT nya di Indonesia.Ex: New York bank mempunyai cabang di Jakarta, apabila new york bank memperoleh penghasilan berupa bunga atas pinjaman yang diberikan kepada warga Indonesia tanpa melalui kantor cabangnya di indonesia penghasilan ini tetap dianggap sebagai penghasilan BUT (kantor cabang di Jakarta)

 Sesuai Effectively-Connected Rule, penghasilan pasif (misalnya: bunga dan royalty) yang diterima atau diperoleh kantor pusatnya dan memiliki hubungan efektif dengan kegiatan usaha BUT nya di Indonesia dianggap sebagai penghasilan BUT nya di Indonesia.Ex: (kasus di buku cetak) Jika Foodz hanya menerima royalti dan tidak memberi jasa manajemen maka royalti tidak termasuk penghasilan BUT karena tidak memiliki BUT. Tapi jika memberikan jasa maka

(18)

pendapatan royalti dihitung sebagai penghasilan BUT dari pemberian jasa manajemen

2.6

Contoh Kasus BUT Tipe Keagenan

Sun Smile Corp. merupakan perusahaan yang didirikan (incorporated), managed dan controlled di Amerika Serikat yang bergerak dalam bidang manufaktur dan penjualan alat-alat kedokteran.

Pada bulan Juni 2009 Sun Smile Corp mendirikan sebuah Representative Office di Jakarta yang dimaksudkan untuk menyediakan brosur dan display barang-barang hasil produksi perusahaan sebagai contoh bagi calon konsumen. Apabila ada calon konsumen yang berminat untuk membeli produk perusahaan, dapat menghubungi salah satu distributor resmi perusahaan di Indonesia. Sun Smile Corp selama ini melakukan penjualan produknya di Indonesia melalui beberapa distributor, misalnya PT X, PT Y dan PT Z. Distributor-distributor ini tidak hanya menyalurkan produk Sun Smile Corp. Total penjualan yang dilakukan Sun Smile Corp di Indonesia padatahun 2009 adalah sebesar Rp 80 Milyar (diluar PPN).

Melihat besarnya penjualan perusahaan di Indonesia, manajemen Sun Smile Corp memutuskan untuk mengubah Rep Office yang dimilikinya menjadi cabang (branch) perusahaan. Untuk keperluan ini, pada bulan Juli 2010 perusahaan mengirimkan dua orang karyawan perusahaan untuk mempersiapkan pembukaan cabang baru. Kedua karyawan tersebut berada di Indonesia sampai dengan Desember 2010. Pada tahun 2010 penjualan Sun Smile di Indonesia adalah sebesar Rp 65 Milyar (diluar PPN).

Pada awal tahun 2011, Sun Smile Corp secara resmi membuka cabang di Indonesia. Berikut adalah hasil operasi cabang Sun Smile Corp selama tahun 2011:

- Penjualan Rp 170.000.000.000

- Harga Pokok Penjualan Rp 140.000.000.000 - Biaya Umum dan Administrasi Rp 110.000.000.000

(19)

pusat yang mengawasi pendirian perusahaan dan operasi perusahaan pada tahun pertama. Gaji kedua karyawan tersebut adalah sebesar Rp 100 Juta

- Terdapat pembayaran bunga kepada kantor pusat atas sejumlah dana yang dipinjamkan kepada Sun Smile Indonesia. Besarnya pembayaran bunga adalah sebesar Rp 500.000.000

Informasi lainnya:

- Selama tahun 2011 Sun Smile Indonesia membayar PPhPasal 22 sebesar Rp 200 Juta dan PPh Pasal 23 sebesar Rp 100 Juta

- Hasil usaha Sun Smile Indonesia tidak akan digunakan untuk melakukan investasi lain di Indonesia, melainkan untuk mengembangkan usaha Sun Smile Corp di Indonesia.

Berdasarkan informasi diatas, Anda diminta :

1. Menjelaskan pengertian Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Undang-undang Pajakdi Indonesia dan menjelaskan klasifikasi subjek pajak untuk BUT

2. Menentukan apakah Sun Smile Corp memiliki BUT di Indonesia pada tahun 2009 dengan menjelaskan dasar pemikiran Anda

3. Menentukan apakah Sun Smile Corp memiliki BUT di Indonesia padatahun 2010 dengan menjelaskan dasar pemikiran Anda

4. Menentukan apakah Sun Smile Corp memiliki BUT di Indonesia pada tahun 2011 dengan menjelaskan dasar pemikiran Anda

5. Menentukan besarnya Pajak Penghasilan Terutang untuk tahun 2011 bagi Sun Smile Corp (Indonesia)

6. Menentukan besarnya Branch Profit Tax tahun 2011 bagi Sun Smile Corp

CATATAN :

Jawaban harus disertai pasal dalam Tax Treaty yang mendukung jawaban Anda! JAWABAN KASUS

(20)

1. Menjelaskan pengertian Bentuk Usaha Tetap berdasarkanU ndang-undang Pajakdi Indonesia dan menjelaskan klasifikasi subjekpajak untuk BUT

Menurut UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 2 ayat 5:

“Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. Tempat kedudukan manajemen; b. Cabang perusahaan; c. Kantor perwakilan; d. Gedung kandotr; e. Pabrik; f. Bengkel; g. Gudang;

h. Ruang untuk promosi dan penjualan;

i. Pertambangan dan penggalian sumber alam;

j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; l. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

m. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;

n. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; o. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan

(21)

usaha melalui internet.”

BUT adalah subjek pajak luar negeri yang kewajiban perpajakannya diperlakukan relatif sama dengan wajib pajak dalam negeri lainnya.

Sesuai OECD Model, yang dimaksud BUT adalah suatu tempat usaha tetap yang digunakan perusahaan untuk menjalankan seluruh atau sebagian besar usahanya. Pengertian tersebut mengandung beberapa karakteristik yang mewarnai suatu BUT perusahaan asing di Indonesia yaitu: (i) adanya tempat usaha berupa prasarana, (ii) tempat usaha ini harus bersifat tetap, (iii) kegiatan usaha perusahaan dilakukan melalui tempat usaha tersebut, dan (iv) sifatnya harus produktif, dimana BUT tersebut harus ikut andil dalam memberikan laba usaha bagi perusahaannya (kantor pusatnya).

Dalam rangka penghindaran pajak berganda, keberadaan suatu BUT sangat diperlukan sebagai kriteria untuk menentukan apakah Indonesia sebagai negara sumber memiliki hak untuk memajaki penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh penduduk dari negara treaty partner. Namun kriteria tersebut tidak berlaku apabila penerima penghasilan (beneficial owner) berasal dari negara non treaty partner.

Klasifikasi subjek pajak untuk BUT: a. BUT Fasilitas Fisik (assets type)

Keberadaan suatu BUT perusahaan asing di Indonesia timbul apabila perusahaan asing tersebut memiliki fasilitas fisik yang merupakan tempat untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usahanya di Indonesia. Fasilitas fisik tersebut merupakan milik sendiri atau disewa dari pihak lain. Contoh fasilitas fisik antara lain adalah tempat kedudukan manajemen (a place of management), suatu cabang (a branch), suatu kantor (an office), suatu pabrik (a factory), suatu bengkel (a workshop), suatu gudang atau tempat penyimpanan barang sebagai tempat penjualan (a warehouse or promises used as sales outlet), suatu tambang, sumur minyak atau gas, suatu tempat penggalian atau ekplorasi atau eksploitasi sumber

(22)

daya alam, rig untuk pengeboran atau kapal yang dipergunakan untuk eksplorasi atau ekploitasi sumber daya alam.

b. BUT Aktivitas (activity type)

Keberadaan suatu BUT perusahaan asing di Indonesia timbul apabila perusahaan asing tersebut menjalankan kegiatan jasa-jasa (furnishing of services) di Indonesia dalam jangka waktu melebihi tes waktu (time treshold). Sesuai Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang Pajak Penghasilan, termasuk BUT Aktivitas adalah proyek konstruksi, proyek perakitan, instalasi atau kegiatan pengawasan yang ada hubungannya dengan proyek tersebut, dan pemberian jasa termasuk jasa konsultan yang dilakukan oleh suatu perusahaan melalui karyawan atau orang lain yang dipekerjakan oleh perusahaan itu untuk tujuan tersebut, kegiatan itu berlangsung selama lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. c. BUT keagenan (Agency type)

Dianggap timbul suatu BUT perusahaan asing di Indonesia apabila perusahaan asing tersebut menjalankan usahanya di Indonesia melalui perusahaan lain yang bertindak sebagai agen yang tidak bebas (dependent agent). Yang dimaksud dengan dependent agent adalah agen yang didalam melaksanakan usahanya bertindak untuk dan/atau atas nama perusahaan di luar negeri atau kegiatan agen tersebut seluruhnya atau hampir seluruhnya untuk perusahaan di luar negeri. d. BUT asuransi (insurance type)

Keberadaan BUT perusahaan asuransi asing timbul di Indonesia apabila perusahaan asuransi tersebut menutup resiko secara langsung di Indonesia. Pada umumnya, jenis BUT ini belum ada karena perusahaan asing dilarang berusaha secara langsung di Indonesia kecuali dalam bentuk joint venture.

2. Menentukan apakah Sun Smile Corp memiliki BUT di Indonesia pada tahun 2009 dengan menjelaskan dasar pemikiran Anda

Pada bulan Juni 2009 Sun Smile Corp mendirikan sebuah Representative Office di Jakarta yang dimaksudkan untuk menyediakan brosur dan display barang-barang hasil produksi perusahaan sebagai contoh bagi calon konsumen. Apabila ada calon konsumen yang berminat untuk membeli produk perusahaan, dapat menghubungi salah satu distributor resmi perusahaan di Indonesia. Sun Smile Corp selama ini melakukan penjualan produknya di Indonesia melalui beberapa distributor, misalnya

(23)

2009 adalah sebesar Rp 80 Milyar (diluar PPN).

Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat article 5 ayat 3(e), yang berbunyi:

“Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat (1) dan (2), suatu bentuk usaha tetap tidak dianggap ada sehubungan dengan hal-hal berikut: pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata untuk tujuan periklanan, penyediaan informasi, riset ilmiah, atau untuk kegiatan-kegiatan serupa yang bersifat sebagai kegiatan persiapan atau kegiatan penunjang, bagi keperluan penduduk.”

Disini, Sun Smile Corp bertindak sebagai representative yang tidak melakukan kegiatan penjualan dan hanya melakukan kegiatan untuk tujuan periklanan (menyediakan brosur dan display barang-barang hasil produksi perusahaan).

Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat article 5 ayat 5, yang berbunyi:

“Penduduk salah satu Negara Pihak pada Perjanjian tidak akan dianggap mempunyai suatu bentuk usaha di Negara Pihak lainnya pada Perjanjian hanya semata-mata karena penduduk tersebut menjalankan usaha di Negara Pihak lainnya pada Perjanjian melalui makelar, komisioner umum, atau agen lainnya yang mempunyai kedudukan bebas, di mana makelar atau agen tersebut bertindak sesuai dengan kelaziman dalam usahanya.”

Sun Smile Corp selama ini melakukan penjualan produknya di Indonesia melalui beberapa distributor, misalnya PT X, PT Y dan PT Z. Distributor-distributor ini tidak hanya menyalurkan produk Sun Smile Corp.

Jadi, pada tahun 2009, Sun Smile Corp tidak memiliki bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

3. Menentukan apakah Sun Smile Corp memiliki BUT di Indonesia padatahun 2010 dengan menjelaskan dasar pemikiran Anda

Melihat besarnya penjualan perusahaan di Indonesia, manajemen Sun Smile Corp memutuskan untuk mengubah Rep. Office yang dimilikinya menjadi cabang (branch)

(24)

perusahaan. Untuk keperluan ini, pada bulan Juli 2010 perusahaan mengirimkan dua orang karyawan perusahaan untuk mempersiapkan pembukaan cabang baru. Kedua karyawan tersebut berada di Indonesia sampai dengan Desember 2010. Pada tahun 2010 penjualan Sun Smile di Indonesia adalah sebesar Rp 65 Milyar (diluar PPN). Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat article 5 ayat 3(e), yang berbunyi:

“Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat (1) dan (2), suatu bentuk usaha tetap tidak dianggap ada sehubungan dengan hal-hal berikut: pengurusan suatu tempat usaha tetap semata-mata untuk tujuan periklanan, penyediaan informasi, riset ilmiah, atau untuk kegiatan-kegiatan serupa yang bersifat sebagai kegiatan persiapan atau kegiatan penunjang, bagi keperluan penduduk.”

Disini, Sun Smile Corp mengirimkan dua orang karyawan untuk mempersiapkan pembukaan cabang baru. Di mana di Tax Treaty Indonesia-Amerika Serikat pasal 5 ayat 3 (e) tercantumkan bahwa Perusahaan ini tidak termasuk BUT karena pengiriman orang tersebut bertujuan sebagai kegiatan persiapan pembukaan cabang baru.

Jadi, pada tahun 2010, Sun Smile Corp tidak memiliki bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

4. Menentukan apakah Sun Smile Corp memiliki BUT di Indonesia pada tahun 2011 dengan menjelaskan dasar pemikiran Anda

Pada awal tahun 2011, Sun Smile Corp secara resmi membuka cabang di Indonesia. Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat article 5 ayat 2(b), yang berbunyi:

Istilah "bentuk usaha tetap" meliputi namun tidak terbatas pada : (a) suatu tempat kedudukan manajemen;

(b) suatu cabang; (c) suatu kantor; (d) suatu pabrik; (e) suatu bengkel;

(25)

(h) suatu tambang, sumur minyak atau gas, tempat penggalian, atau tempat pengambilan sumber daya alam lainnya;

(i) suatu bangunan atau konstruksi atau perakitan atau proyek instalasi, atau kegiatan pengawasan yang berhubungan dengannya, atau suatu instalasi atau anjungan pengeboran atau kapal yang digunakan untuk eksplorasi atau untuk mengeluarkan sumber daya alam, yang ada atau berlangsung untuk suatu masa lebih dari 120 (seratus dua puluh) hari;

(j) pemberian jasa-jasa, termasuk jasa konsultasi, melalui pegawai atau orang lain untuk tujuan tersebut, namun hanya jika kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung (untuk proyek yang sama atau yang berhubungan) lebih dari 120 (seratus dua puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, sepanjang tidak terdapat suatu bentuk usaha tetap pada tahun pajak di mana jasa-jasa tersebut dilakukan di Negara tersebut untuk suatu masa atau masa-masa yang keseluruhannya kurang dari 30 (tiga puluh) hari pada tahun pajak itu.

Jadi, pada tahun 2011, Sun Smile Corp memiliki bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

5. Menentukan besarnya Pajak Penghasilan Terutang untuk tahun 2011 bagi Sun Smile Corp (Indonesia)

Pada awal tahun 2011, Sun Smile Corp secara resmi membuka cabang di Indonesia. Berikut adalah hasil operasi cabang Sun Smile Corp selama tahun 2011:

- Penjualan Rp 170.000.000.000

- Harga Pokok Penjualan Rp 140.000.000.000 - Biaya Umum dan Administrasi Rp 110.000.000.000

(26)

 Di dalam Biaya Umum dan Administrasi terdapat gaji dua orang karyawan kantor pusat yang mengawasi pendirian perusahaan dan operasi perusahaan pada tahun pertama. Gaji kedua karyawan tersebut adalah sebesarRp 100 Juta  Terdapat pembayaran bunga kepada kantor pusat atas sejumlah dana yang

dipinjamkan kepada Sun Smile Indonesia. Besarnya pembayaran bunga adalah sebesar Rp 500.000.000

Berdasarkan Tax Treaty antara Indonesia dengan Amerika Serikat article 8 ayat 3 dikatakan bahwa:

“Dalam menentukan besarnya laba usaha suatu bentuk usaha tetap, dapat dikurangkan biaya-biaya yang berkaitan dengan laba usaha tersebut, termasuk biaya-biaya pimpinan dan administrasi umum, baik yang dikeluarkan di Negara Pihak pada Perjanjian di mana bentuk usaha tetap tersebut berada maupun yang dikeluarkan di tempat lain. Namun demikian, tidak diperkenankan untuk dikurangkan biaya, jika ada, yang dibayarkan (selain penggantian biaya-biaya yang benar-benar terjadi) oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya, dalam bentuk royalti, ongkos, atau pembayaran serupa lainnya sehubungan dengan penggunaan paten atau hak-hak lain, atau dalam bentuk komisi untuk jasa-jasa tertentu atau untuk manajemen, atau dalam bentuk bunga atas uang yang dipinjamkan kepada bentuk usaha tetap tersebut. Sebaliknya, tidak perlu diperhitungkan dalam penentuan laba bentuk usaha tetap, jumlah yang ditagihkan (selain penggantian biaya-biaya yang benar-benar terjadi) oleh bentuk usaha tetap kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya, dalam bentuk royalti, ongkos, atau pembayaran serupa lainnya sehubungan dengan penggunaan paten atau hak-hak lain, atau dalam bentuk komisi untuk jasa-jasa tertentu atau untuk manajemen, atau dalam bentuk bunga atas uang yang dipinjamkan kepada kantor pusatnya atau kantor-kantor lain milik kantor pusatnya.”

Sehingga, perhitungan Pajak Penghasilan Terutang nya adalah sebagai berikut: Biaya Umum dan Administrasi yang boleh dikurangkan

(27)

Penjualan Rp 170.000.000.000

- HPP Rp (140.000.000.000)

- Biaya Umum dan administrasi Rp (109.500.000.000) Penghasilan Kena Pajak Rp (79.500.000.000)

Karena Sun Smile Corp mengalami kerugian jadi tidak ada pemotongan Pajak Penghasilan pada tahun 2011. Kerugian ini dapat dikompensasikan selama 5 tahun ke depan dan kompensasi kerugian ini mulai berlaku pada tahun 2012.

6. Menentukan besarnya Branch Profit Tax tahun 2011 bagi Sun Smile Corp

Pada tahun 2011, Sun Smile Corp mengalami kerugian sebesar Rp 79.500.000.000 sehingga tidak adanya pemotongan Pajak Penghasilan. Selanjutnya, berdasarkan UU PPh Pasal 26 ayat 4,

Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak sebesar 20% (dua puluh persen), kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.”

Karena tidak ada pemotongan Pajak Penghasilan untuk Sun Smile Corp pada tahun 2011, jadi tidak ada juga pemotongan pajak branch profit tax terhadap cabang dari Sun Smile Corp di Indonesia pada tahun tersebut.

2.7

Contoh Kasus BUT Tipe Asuransi

PT. Aston adalah perusahaan broker reasuransi berkedudukan di Indonesia yang sahamnya dimiliki oleh PT. Aston dan Xenon Singapura (40%). PT. Aston memberikan jasa broker bagi perusahaan-perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia yang akan mere-asuransikan pertanggungan kliennya kepada perusahaan asuransi dan reasuransi di luar negeri, dalam hal ini adalah Xenon Singapura yang

(28)

adalah salah satu perusahaan broker re-asuransi terbaik di Asia. Sebagai imbalannya, PT. Aston akan menerima komisi dari Xenon Singapura atas jasa broker re-asuransi yang diberikan. Di lain pihak, Xenon Singapura akan menerbitkan tagihan premi dalam bentuk debit note langsung kepada perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia.

Jawaban:

Berdasarkan Pasal 5 P3B antara Indonesia dan Singapura, Xenon Singapura tidak akan dianggap mempunyai suatu bentuk usaha tetap di Indonesia hanya karena menjalankan usahanya melalui PT. Aston (salah satu anak perusahaan Xenon Singapura) yang berindak sebagai broker asuransi.

Berdasarkan P3B antara Republik Indonesia dengan Republik Singapura, hal tersebut diatur seperti berikut ini:

Article 5 Paragraf 6 “Notwithstanding the preceding provisions of this Article, an insurance enterprise of a Contracting State shall, except in regard to re-insurance, be deemed to have a permanent establishment in the other Contracting State if it collects premiums in the territory of that other State or insures risks situated therein through a person other than an agent of an independent status to whom paragraph 7 applies.”

Article 5 Paragraf 7 “An enterprise of a Contracting State shall not be deemed to have a permanent establishment in the other Contracting State merely because it carries on business in that other State through a broker, general commission agent or any other agent of an independent status, where such persons are acting in the ordinary course of their business. However, when the activities of such an agent are devoted wholly or almost wholly on behalf of the enterprise, he shall not be

(29)

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka:

 Sepanjang premi asuransi yang dipungut oleh Xenon Singapura berasal dari perusahaan-perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia yang mere-asuransikan pertanggungan kliennya, maka perusahaan luar negeri tersebut tidak dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia.

 Dalam hal premi asuransi yang dipungut bukan merupakan premi reasuransi, maka PT. Aston merupakan Bentuk Usaha Tetap (BUT) dari perusahaan asuransi luar negeri tersebut karena memenuhi kriteria sebagai agen tidak bebas.

BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh wajib pajak luar negeri untuk menjalankan usaha/kegiatan di Indonesia. Untuk dapat menentukan apakah wajib pajak luar negeri tersebut mempunyai BUT di Indonesia atau tidak adalah dengan melakukan time test (uji waktu). Time test dilakukan baik dalam UU Perpajakan domestik ataupun Tax treaty. Apabila telah melewati time test, maka WPLN tersebut mempunyai BUT di Indonesia. Artinya, BUT tersebut harus terdaftar di Indonesia dan melaksanakan kewajiban perpajakan di Indonesia sesuai

(30)

dengan UU Perpajakan di Indonesia. Sebaliknya, apabila tidak melewati time test, maka WPLN tersebut tidak mempunyai BUT di Indonesia. Artinya, BUT tersebut tidak harus melaksanakan kewajiban perpajakannya di Indonesia.

Bentuk usaha tetap ada empat tipe, yaitu BUT tipe fasilitas fisik, tipe aktivitas, tipe keagenan, dan tipe asuransi. Yang dimaksud BUT tipe keagenan adalah apabila perusahaan asing tersebut menjalankan usahanya di Indonesia melalui perusahaan lain yang bertindak sebagai agen yang tidak bebas (dependent agent). Sedangkan yang dimaksud BUT tipe asuransi adalah apabila perusahaan asuransi tersebut mengumpulkan atau menerima premi atau menanggung resiko di negara sumber melalui orang / badan yang bukan agen independent.

(31)

 Catatan perkuliahan mata kuliah Pengantar Perpajakan Internasional  Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

 Tax Treaty Indonesia-Singapura

 Tax Treaty Indonesia-Amerika Serikat

 Muljono, Djoko. 2010. Pajak Berganda? Tidak Lagi! – Pedoman Mudah dan Praktis

Memahami Tax Treaty. Yogyakarta: Andi.

 Surahmat, Rachmanto. 2011. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B): Suatu Kajian Terhadap Kebijakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.  http://dokumen.tips/download/link/kasus-but-pajak-internasionalrevised  http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20291999-T29722-Analisis%20formulasi.pdf  http://pajaktaxes.blogspot.co.id/2009/02/permanent-establishment.html  HTTP://WWW.MITRAKONSULTINDO.CO.ID/CATEGORY/BENTUK-USAHA-TETAP-BUT/

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel tersebut cukup jelas terlihat bahwa masyarakat di Pecinan Semarang memeluk agama atau kepercayaan yang berbeda-beda, namun berbedaan kepercayaan tersebut

pengajar sebab penggunaannya yang tidak sejalan dengan tujuan pengajaran. Karena itu tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai dasar atau acuan untuk menggunakan suatu

Pada beberapa aplikasi citra iner masih dibutuhkan, misalnya citra logo instansi (yang hanya terdiri atas warna hitam putih), citra kode batang (bar code) yang

HASIL NILAI SELEKSI TEST TERTULIS CALON ANGGOTA PPK PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR.. JAWA BARAT

Makalah ini membahas blue print yang terkait dengan pengembangan sarana TIK untuk PT, yaitu kebijakan, rencana strategis, program kerja tahunan TIK, pengembangan

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan fungsi Bimbingan Konseling Islam dalam upaya mengembangkan religiusitas remaja dan menekan atau mengontrol kenakalan remaja

Pemberian tepung bangun-bangun dalam ransum babi induk menyusui dapat meningkatkan pertambahan bobot badan anak sesuai pendapat dengan Damanik (2006) yang

Prediksi kondisi tekanan pori, berat jenis lumpur pemboran, serta arah sumur pemboran yang tepat dapat ditentukan dengan pendekatan geomekanika, meliputi penentuan