SKRIPSI
Oleh:
BAYU SETIAWAN 0612010075 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Rahmat dan Hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang
berjudul “PERILAKU MANAJER PENJUALAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERFORMA TENAGA PENJUALAN (Studi Pada Tenaga Penjualan Dealer Dealer Suzuki di Surabaya)”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini Peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Muhadjir Anwar, SE., MM. Selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Kepada kedua Orangtuaku yang tercinta yang telah mendoakan dan memberikan dukungan baik moril ataupun material.
7. Untuk adik-adik tersayang terima kasih dukungannya.
8. Kepada teman, dan sahabat yang telah membantu dan memberikan dukungan selama ini.
9. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Peneliti sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, sebagai ungkapan dan doa semoga jasa baik yang diberikan oleh semua pihak akan mendapat pahala yang berlimpah dari Allah S.W.T. dan harapan Peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang ingin mempelajari dan mengkaji pokok-pokok yang terkandung didalamnya.
Salam hormat, Surabaya, Mei 2010
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1. Definisi Pemasaran ... 9
2.2.2. Manajemen Pemasaran ... 10
2.2.3. Perilaku Konsumen ... 10
2.2.3.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 10
2.2.3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 11
2.2.3.3. Tahap-tahap Dalam Proses Pembelian ... 12
2.2.4. Perilaku Manajer Penjualan ... 14
2.2.4.1. Indikator Perilaku Manajer Penjualan ... 15
2.2.5. Kepercayaan Pada Manajer Penjualan ... 17
2.2.5.1. Indikator Yang Membentuk Kepercayaan Pada Manajer Penjualan ... 18
2.2.8. Pengaruh Kepercayaan Tenaga Penjualan Terhadap
Performa Tenaga Penjualan... 22
2.3. Kerangka Konseptual ... 23
2.4. Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 25
3.1.1. Definisi Operasional ... 25
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 28
3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 29
3.2.1. Populasi ... 29
3.2.2. Sampel ... 29
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.3.1 Jenis Data ... 30
3.3.2 Metode Pengumpulan Data ... 31
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32
3.4.1. Teknik Analisis SEM ... 32
3.4.2. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 33
3.4.2.1. Uji Validitas ... 33
3.4.2.2. Uji Reliabilitas ... 33
3.4.3. Uji Outliers Univariat dan Multivariat ... 33
3.4.3.1. Uji Outliers Univariat ... 34
3.4.3.2. Uji Outliers Multivariat ... 34
3.4.4. Uji Normalitas dan Linieritas ... 35
3.4.5. Analisis Faktor dan Konfirmatori ... 35
4.1.3. Deskripsi Kepercayaan Tenaga Penjualan ... 44
4.1.4. Deskripsi Performa Tenaga Penjualan ... 46
4.2. Analisis Data ... 47
4.1.2. Evaluasi Outlier ... 47
4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ... 49
4.2.3. Evaluasi Validitas ... 50
4.2.4. Evaluasi Construct Reliability dan Varance Extracted ... 51
4.2.5. Evaluasi Normalitas ... 52
4.2.6. Model Pengukuran Measurement ... 53
4.2.6.1. Analisis Unidimensi First Order ... 53
4.2.7. Structural Equation Modeling (SEM) ... 54
4.2.7.1. Analisis Model One-Step Approach To SEM ... 54
4.2.8. Evaluasi Kausalitas ... 56
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57
4.3.1. Pengaruh Perilaku Manajer Penjualan Terhadap Kepercayaan Tenaga Penjualan ... 57
4.3.2. Pengaruh Kepercayaan Tenaga Penjualan Terhadap Performa Tenaga Penjualan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 60
5.2. Saran ... 60
TABEL Hal
1.1. Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2008 dan 2009 ... 4
4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...40
4.2. Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...41
4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...41
4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Perilaku Manajer Penjualan...42
4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepercayaan Tenaga Penjualan...44
4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Performa Tenaga Penjualan...45
4.7. Outlier Data ...48
4.8. Reliabilitas Data ...49
4.9. Validitas Data ...50
4.10. Construct Reliability Dan Variance Extracted ...51
4.11. Normalitas Data ...53
4.12. Unidimensi First Order ...53
4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One Step Approach-Base Model ...55
4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One Step Approach-Elimination Model ...56
2.1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 12 2.2. Kerangka Konseptual ... 23 3.1. Structural Equation Model Untuk Penelitian Perilaku
Manajer Penjualan Pengaruhnya Terhadap Performa Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Penjualan Dealer
Suzuki Motor Sales Surabaya) ... 37 4.1. Model Pengukuran dan Struktural Manager Behavior,
Salesperson Trust , & Salesperson Performance
One Step Approach – Base Model ... 54 4.2. Model Pengukuran dan Struktural Manager Behavior,
Salesperson Trust , & Salesperson Performance
Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden
Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Lampiran 4 : Hasil Uji Outlier
Oleh
BAYU SETIAWAN
ABSTRAKSI
Perilaku manajer penjualan yang baik dan diterima oleh para tenaga penjualan berimplikasi positif pada performa tenaga penjualan, hal tersebut sesuai dengan harapan para tenaga penjualan melalui peran perilaku manajer dalam mewujudkan kepercayaan pada manajer, motivasi tenaga penjualan, kepuasan kerja dan performa tenaga penjualan. Hasil kinerja penjualan sebagian besar berasal dari kemampuan tenaga penjual dalam menciptakan dan memodifikasi pesan melalui komunikasi yang interaktif dengan pelanggannya. Yang tak kalah pentingnya adalah keterlibatan manajer penjualan sebagai pemimpin yang proaktif, kredibel dan efektif, hal ini untuk mewujudkan sinergi di organisasi pemasaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini tujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku manajer penjualan dan kepercayaan tenaga penjualan terhadap performa tenaga penjualan
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 responden dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Teknik analisis yang dipergunakan adalah Structural Equation Modeling untuk mengetahui kausalitas antar variabel yang dianalisis.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diperoleh kesimpulan bahwa faktor Perilaku Manajer Penjualan berpengaruh positif terhadap faktor Kepercayaan Tenaga Penjualan, tidak dapat diterima atau tidak signifikan (negatif), dan faktor Kepercayaan Tenaga Penjualan berpengaruh positif terhadap faktor Performa Tenaga Penjualan, tidak dapat diterima atau tidak signifikan (positif). Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori tidak sepenuhnya didukung oleh fakta.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
dalam mewujudkan kepercayaan pada manajer, motivasi tenaga penjualan, kepuasan kerja dan performa tenaga penjualan.
Rich (1997) dalam Martono (2004:23) yang telah melakukan penelitian pada sejumlah perusahaan di Amerika Serikat dengan sampel tenaga penjualan yang rata-rata memiliki hubungan dekat dengan manajer penjualan mereka, menyimpulkan bahwa masih ada perbedaan persepsi diantara para tenaga penjualan terhadap peran perilaku manajer dalam mewujudkan performa penjualan. Kesimpulan yang didapat bahwa peran perilaku manajer secara langsung mempunyai pengaruh yang sangat kecil pada performa, pengaruh yang kuat dan kepercayaan tenaga penjualan pada manajer serta secara tak langsung lemah pada performa tenaga penjualan. Fenomena tersebut menimbulkan dugaan akan belum optimalnya peran perilaku manajer penjualan mereka pada masing-masing tenaga penjualan. Hal tersebut sebagai akibat adanya beda dan ketidakadilan perlakuan, ketidaklancaran komunikasi serta konsistensi perilaku manajer yang cenderung berubah.
Kemunculan kendaraan roda dua membuktikan bahwa sepeda motor bukan hanya alat transportasi gerak cepat, melainkan alat transportasi yang praktis dan terjangkau. Sepeda motor merupakan jenis kendaraan yang bias dimiliki oleh berbgaai kalangan ekonomi, mulai dari kalangan atas, menengah, bahkan kalangan ekonomi bawahpun juga tidak sedikit yang memiliki kendaraan roda dua.
Dalam perindustrian sepeda motor di Indonesia, dari produsen yang tergabung dalam AISI, posisi pertama pangsa pasar sepeda motor di Indonesia pada tahun 2009 masih di tempati Honda yaitu 45,95%, kemudian di ikuti oleh Yamaha yang hanya selisih tipis dengan honda di posisi ke dua yaitu 45,57%, di posisi ke tiga di tempati oleh Suzuki dengan 7,40%, kemudian di posisi ke empat di tempati oleh Kawasaki dengan 1,04%, dan merek-merek lain yang yang juga tergabung dalam AISI hanya memperoleh pangsa pasar 0,04%. (www.kompas.com)
Table 1.1.
Data Penjualan Sepeda Motor Tahun 2008 dan 2009
Merek Penjualan 2008 (unit) Penjualan 2009 (unit)
Nasional Surabaya Nasional Surabaya
Honda 2.874.576 52.254 2.704.097 56.219
Yamaha 2.465.546 36.875 2.674.892 41.229
Suzuki 793.548 6.916 438.158 6.016
Kawasaki 44.690 628 61.217 523
Sumber: www.google.com data penjualan sepeda motor (aisi dan suara Surabaya).
Dari data penjualan sepeda motor Suzuki di atas, penurunan penjualan tersebut diduga karena sinergi di organisasi pemasaran belum sepenuhnya terwujud dimana belum optimalnya peran perilaku manajer penjualan mereka pada masing-masing tenaga penjualan. Hal tersebut sebagai akibat adanya beda dan ketidakadilan perlakuan, ketidaklancaran komunikasi serta konsistensi perilaku manajer yang cenderung berubah, padahal perilaku manajer masih diyakini sebagai stimulant ataupun predictor pada variabel yang relevan dalam pencapaian performa tenaga penjualan, sehingga menjadi penting untuk diidentifikasi dan dikaji efektivitasnya.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah variabel perilaku manajer penjualan berpengaruh terhadap kepercayaan tenaga penjualan?
2. Apakah variabel kepercayaan tenaga penjualan berpengaruh terhadap performa tenaga penjualan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk analisis :
1. Untuk mengetahui tentang pengaruh perilaku manajer penjualan terhadap kepercayaan tenaga penjualan.
2. Untuk mengetahui tentang pengaruh kepercayaan tenaga penjualan berpengaruh terhadap performa tenaga penjualan.
1.4. Manfaat penelitian
Bertitik tolak dari tujuan penelitian diatas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk :
1. Bagi peneliti
pada manajer dan motivasi tenaga penjualan, serta performa tenaga penjualan
2. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini dijadikan bahan acuan dan memberikan gambaran yang lebih luas mengenai perilaku manajer penjualan, kepercayaan tenaga penjualan pada manajer dan motivasi tenaga penjualan, serta performa tenaga penjualan.
3. Bagi Universitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai bahan masukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ir. Martono, MM. yang berjudul “STUDI MENGENAI PERILAKU MANAJER PENJUALAN DAN PERFORMA PENJUALAN” (Studi Empiris Distributor Pabrikan Air Minum Kemasan Di Jateng dan DIY).
Penelitian dilaksanakan pada 8 perusahaan distributor pabrikan air minum kemasan di wilayah pemasaran Jawa Tengah dan DIY. Responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 118 tenaga penjualan dengan permodelan dan teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM) dan Amos 4.01 yang digunakan untuk menguji 6 hipotesis yang dikembangkan. Dari pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, dalam konteks tenaga penjualan perusahaan air mineral, dapat disimpulkan bahwa:
b. Semakin baik perilaku manajer penjualan akan meningkatkan motivasi tenaga penjualan. Terbukti. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa komunikasi manajer dengan tenaga penjualan baik dalam kaitan hubungan pekerjaan maupun social mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap manajer penjualan.
c. Semakin kuat kepercayaan tenaga penjualan pada manajer penjualan terbukti semakin meningkatkan kepuasan kerja tenaga penjualan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dimensi tenaga penjualan percaya pada manajer atas perilaku yang konsisten apa yang diperankan demi kesejahteraan dan kemajuan bersama mempunyai pengaruh yang paling besar.
d. Semakin kuat kepercayaan tenaga penjualan terhadap manajer, terbukti semakin meningkatkan performa tenaga penjualan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dimensi tenaga penjualan percaya pada manajer atas perilaku yang konsisten apa yang diperankan demi kesejahteraan dan kemajuan bersama mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap performa tenaga penjualan.
f. Semakin besar kepuasan kerja tenaga penjualan semakin meningkatkan performa tenaga penjualan, terbukti. Kepuasan kerja akan dirasakan apabila sebagian besar keinginan yang diharapkan dipenuhi oleh manajemen perusahaan memlalui kebijakan manajernya sehingga performa tenaga penjualan semakin meningkat. Dari hasil penelitian pengaruh terbesar pada dimensi kepuasan kerja tenaga penjualan terhadap sukses yang telah dicapai.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Definisi Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang harus dijalankan perusahaan demi mempertahankan hidup, mengmebangkan produk/jasa dan memperoleh keuntungan.
Menurut Sofjan (2007:5) pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Hal ini didukung oleh Kotler dan Armstrong (2001:5) bahwa pemasaran adalah proses pemberian kepuasan kepada konsumen untuk mendapatkan laba.
2.2.2. Manajemen Pemasaran
Menurut Sofjan (2007: 12) bahwa Manajemen Pemasaran merupakan kegiatan penganalisisan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program– program yang dibuat untuk membentuk, membangun, dan memelihara, keuntungan dari pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang.
Hal ini didukung oleh Kotler dan Armstrong (2001:16) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi.
Dari kedua definisi tersebut mempertegas bahwa manajemen pemsaran adalah kegiatan analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program–program yang dibuat untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan keuntungan dari pertukaran dengan pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi dalam jangka panjang.
2.2.3. Perilaku Konsumen
2.2.3.1. Pengertian Perilaku Konsumen
menghabiskan produk/jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Sedangkan menurut Sumarwan (2004: 26) perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal –hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
Jadi, dengan melihat kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah suatu semua tindakan individu dalam mendapatkan, menggunakan, menghabiskan produk/jasa dan mengevaluasinya.
2.2.3.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Setiadi (2003:11) bahwa keputusan pemebelian dari pembeli dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi.
Faktor Kebudayaan. Kebudayaan merupakan faktor penentu
yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk – makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia pada umunya dipelajari.
tersusun secara hiriarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minta dan perilaku yang serupa.
Faktor Sosial. Faktor sosial yag terdiri dari kelompok referensi,
keluarga, peran dan status mempunyai pengaruh lansung terhadap sikap dan konsep jati diri seseorang karena pada pada umumnya seseorang ingin menyesuaikan diri. Serta dapat menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat mempenngaruhi pilihan produk dan merek seseorang.
Faktor Pribadi. Keputusan seseorang pembeli juga dapat
dipengaruhi oleh umur, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
Faktor Psikologis. Pilihan pembeli seseorang juga dipengaruhi
oleh faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.
2.2.3.3. Tahap – Tahap dalam Proses Pembelian
Menurut Setiadi (2003: 16) terdapat proses pembelian spesifik yang terdiri urutan kejadian berikut : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Terlihat pada gambar beikut :
Gambar 2.1
Secara rinci Setiadi (2003) tahap – tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah Kebutuhan.
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkan.
2. Pencarian Informasi.
Seseorang konsumen yang mulai timbul mintanya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Proses pencarian informasi secara aktif dimana ia mencari bahan – bahan bacaan, menelepon teman – temannya, dan melakukan kegiatan – kegiatan untuk mempelajari yang informasi yang lain.
3. Evaluasi Alternatif.
Seorang konsumen dapat membentuk penilaian terhadap produk berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.
4. Keputusan Pembelian.
Pada tahap ini konsumen akan menyusun pilihan – pilihan merek yang terdapar pada perankat pilihan. Dan menentukan tujuan pembelian untuk merek yang paling disukai.
5. Perilaku pasca pembelian.
2.2.4. Perilaku Manajer Penjualan
Perilaku manajer diartikan sebagai tindakan untuk menyesuaikan tuntutan keadaan dimana manajer tersebut berada dalam suatu sistem organisasi pemasaran (Martono, 2004:25). Tanpa adanya kesadaran individu yang kuat, untuk merubah perilaku yang tidak baik akan berdampak kontra produktif pada lingkungan dimana individu berada. Kondisi seperti ini cukup beralasan apabila individu tersebut sebagai manajer penjualan, akan berpengaruh serius apabila perilakunya tidak diterima atau direspon secara positif oleh para anggota tenaga penjualan, sehingga kinerjanya dibagian pemasaran dapat menurun.
House & Shamir (1993) dalam Martono (2004:26) berpendapat bahwa seorang pemimpin harus bisa menimbulkan suatu kesan kepada bawahannya melalui sifat-sifat kepercayaan, perilaku yang baik dan mempunyai legitimasi untuk dikembangkan, yaitu memimpin melalui keteladanan yang konsisten dalam mencapai sasaran organisasi.
2.2.4.1. Indikator Perilaku Manajer Penjualan
Menurut Robin (1996) dalam Martono (2004:25) bahwa indikator dari perilaku manajer penjualan antara lain :
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan mencakup suatu proses pengaruh dari seorang pemimpin terhadap para pengikutnya dalam mencapai suatu tujuan. Menurut Tyagi (1985) dalam Lagace (1991:50, dalam Martono, 2004:26) telah melakukan studi mengenai perilaku kepemimpinan para manajer penjualan dan telah menemukan suatu konstruk yanag mempengaruhi motivasi kerja dan produktivitas pada kepercayaan pemimpin.
Jadi definisi kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan.
b. Komunikasi
Robbins (1996:5) dalam Martono (2004:26) menyatakan bahwa komunikasi mempunyai empat fungsi utama yaitu pengendalian (kontak, pengawasan), Motivasi, pengungkapan emosional dan informasi.
Menurut Busch (1980) dalam Lagace (1991:50) berkeyakinan bahwa rasa saling percaya antara manajer dengan para tenaga penjualan adalah sangat penting untuk dikembangkan menjadi komunikasi terbuka antar kedua pihak.
Komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan dalam suatu organisasi haris dibina secara lebih baik dan efektif untuk mentransfer makna yang terkandung pada strategi dan kontrak yang semua itu harus dipahami oleh seluruh bawahannya.
Jadi komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi baik secara formal maupun informal tentang segala sesuatu terkait dengan tugas, keluhan, pengaruh kebijakan dan lain-lain dengan satu prinsip bahwa persepsi bawahan / sales force sesuai dengan apa yang diharapkan oleh atasan / sales manager.
Keadilan yang diberikan manajer penjualan kepada tenaga penjualan menyangkut kebijakan yang bersifat otonomi, rasa keadilan yang diberikan dapat dirasakan bawahan tanpa terpengaruh adanya ”pilih kasih / diskriminasi” yang menyangkut berbagai hal, termasuk usulan gaji, kompensasi, promosi, tindakan administratif, tempat dan fasilitas kerja, tanggung jawab dan kebebasan ruang gerak dalam menjalankan tugas. (Martono, 2004:27).
Ketidakadilan terjadi ketika individu merasakan bahwa perbandingan yang dihasilkannya dengan masukan / input tidak sepadan bila hal tersebut dibandingkan dengan referensi orang lain, misalnya dengan seorang koleganya sendiri (Adams, 1965 dalam Dubinsky dkk, 1993:5 dalam Martono, 2004:27).
Tuntutan terhadap diberlakukannya keadilan tanpa memandang siapa tetapi apa yang telah diperbuat untuk perusahaan dengan mempertimbangkan secara proporsional merupakan hal yang didambakan oleh setiap tenaga penjualan.
2.2.5. Kepercayaan Pada Manajer Penjualan
Boss (1978) dalam Lagace (1991:55) (dalam Martono 2004:25) telah melakukan studi tentang kepercayaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinan, pemecahan masalah dengan memberi kesan bahwa kepercayaan antara pimpinan dan bawahan merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dengan perilaku pimpinan itu sendiri. Jika kepercayaan telah diberikan kepada seseorang dan tak mungkin untuk dikurangi atau dihilangkan, ini berarti seseorang yang menerima kepercayaan tersebut dipersepsikan mempunyai peran yang positif.
Kepercayaan terhadap manajer dalam kontek penelitian ini didefinisikan sebagai besarnya kepercayaan / keyakinan tenaga penjualan kepada manajernya atas segala peran, dedikasi dan perhatiannya dalam memperjuangkan kemajuan tenaga penjualan dalam segala hal (Martono, 2004:25).
2.2.5.1. Indikator Kepercayaan Pada Manajer Penjualan
Menurut Driscoll (1978) dalam Lagace (1991:50) dalam Martono (2004:28), bahwa indikator kepercayaan pada manajer penjualan antara lain :
a. Integritas
Yaitu ketulusan hati tenaga penjualan dalam bekerja b. Loyalitas
c. Percaya
Merupakan Kepercayaan Tenaga penjualan pada manajer atas konsistensi peran manajer demi kesejahteraan dan kemajuan bersama.
2.2.6. Performa Tenaga Penjualan
Brown dan Petersen (1993) dalam Martono (2004:29) mendefinisikan sales performance atau performa tenaga penjualan secara umum diartikan sebagai produktivitas penjualan atau pencapaian volume penjualan / unit penjualan oleh tenaga penjualan. Performa penjualan diukur berapa jumlah volume / unit terjual yang berhasil dibukukan, yang bisa dicapai melalui pertumbuhan jumlah outlet / agen penjualan / pelanggan dan pertumbuhan penjualan dari masing-masing outlet dalam kurun waktu tertentu.
Untuk mencapai performa penjualan yang diharapkan harus memupus ganjalan yang ada menyangkut kualitas kepemimpinan, kualitas komunikasi dan penerapan keadilan antara manajer penjualan dan para tenaga penjualan
Kepuasan tenaga penjualan tercapai bila dia mampu memenuhi target penjualan, tercapainya rasa puas terhadap profesinya sendiri dan peran manajer yang memadai pada kemajuan tenaga penjualan.
dengan performa, meskipun menurut individu yang berbeda, hubungan ini mempunyai fungsi yang penting.
2.2.6.1. Indikator Performa Tenaga Penjualan
Indikator kinerja tenaga penjualan yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir-butir yang dikembangkan oleh Brown dan Petersen (1993) dan diadaptasi dari Martono (2004:29), adalah sebagai berikut:
1. Volume penjualan
Merupakan jumlah unit yang terjual yang berhasil dibukukan sebagai hasil penjualan yang telah dicapai oleh tenaga penjualan selama bekerja.
2. Tingkat pertumbuhan Outlet
Merupakan pertumbuhan jumlah outlet / agen penjualan / dari masing-masing tenaga penjualan dalam kurun waktu tertentu.
3. Pertumbuhan pelanggan
2.2.7. Pengaruh Perilaku Manajer Penjualan Terhadap Kepercayaan
Tenaga Penjualan
Busch (1980) dalam Lagace (1991:50) seperti yang dikutip Martono (2004:26), berkeyakinan bahwa rasa saling percaya antara manajer dengan para tenaga penjualan adalah sangat penting untuk dikembangkan menjadi komunikasi terbuka antar kedua belah pihak.
Komunikasi berfungsi sebagai kendali terhadap perilaku bawahannya, sehingga patuh terhadap atasan yang mempunyai hirarki wewenang dan garis panduan formal. Mengkomunikasikan adanya keluhan atau bentuk feedback lainnya dari bawahan terhadap tugas-tugas yang diberikan adanya pengaruh kebijakan dan lain-lain.
Keadilan yang diberikan manajer penjualan kepada tenaga penjualan menyangkut kebijakan yang bersifat otonomi, rasa keadilan yang diberikan dapat dirasakan bawahan tanpa terpengaruh adanya ”pilih kasih / diskriminasi” yang menyangkut berbagai hal, termasuk usulan gaji, kompensasi, promosi, tindakan administratif, tempat dan fasilitas kerja, tanggung jawab dan kebebasan ruang gerak dalam menjalankan tugas.
penjualan semakin meningkatkan kepercayaan tenaga penjualan pada manajer penjualan.
2.2.8. Pengaruh Kepercayaan Tenaga Penjualan Pada Manajer Penjualan
Terhadap Performa Tenaga Penjualan
Banyak literatur bidang pemasaran yang memfokuskan kajian pada topik performa telah dihasilkan oleh periset. Berbagai variabel dengan istilah-istilah yang berpengaruh pada performa penjualan telah diteliti, baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada performa.Variabel-variabel terdiri diantaranya : motivasi, bakat / kecerdasan tenaga penjualan, peran tekanan, kepuasan keirja, komitmen dan keterlibatan pemimpin. (Churchill dkk. 1985; Corner dan Dubinsky, 1985, dalam Skinner (2000:37)) dalam Martono (2004:30).
2.3. Kerangka Konsep
Gambar 2.2.
Bagan Kerangka Konseptual
PERILAKU MANAJER PENJUALAN
KEPERCAYAAN TENAGA PENJUALAN
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori diatas, maka perumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Diduga Perilaku Manajer Penjualan berpengaruh positif terhadap Kepercayaan Tenaga Penjualan dealer Suzuki motor Sales Surabaya
?
2. Diduga Kepercayaan Tenaga Penjualan berpengaruh positif terhadap Kinerja Tenaga Penjualan dealer Suzuki motor Sales
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional danPengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah menerangkan bagaimana mengukur atau mengoperasikan suatu konsep. Adapun operasional dari variabel-variabel penelitian sebagai berikut :
1. Perilaku Manajer Penjualan (X1)
Perilaku manajer diartikan sebagai tindakan untuk menyesuaikan tuntutan keadaan dimana manajer tersebut berada dalam suatu sistem organisasi pemasaran (Martono, 2004:25). Tanpa adanya kesadaran individu yang kuat, untuk merubah perilaku yang tidak baik akan berdampak kontra produktif pada lingkungan dimana individu berada.
Indikator yang dipergunakan dalam membentuk variabel perilaku penjualan mengacu pada butir-butir yang dikembangkan oleh Robin (1996) dalam Martono (2004:25) bahwa indikator dari perilaku manajer penjualan antara lain :
a. Kepemimpinan
b. Komunikasi
Adalah suatu proses penyampaian informasi baik secara formal maupun informal tentang segala sesuatu terkait dengan tugas, keluhan, pengaruh kebijakan dan lain-lain.
c. Keadilan
Adalah kemampuan Manajer Penjualan berlaku adil tanpa memandang siapa tetapi apa yang telah diperbuat untuk perusahaan dengan mempertimbangkan secara proporsional.
2. Kepercayaan Pada Manajer Penjualan
Kepercayaan terhadap manajer dalam kontek penelitian ini didefinisikan sebagai besarnya kepercayaan / keyakinan tenaga penjualan kepada manajernya atas segala peran, dedikasi dan perhatiannya dalam memperjuangkan kemajuan tenaga penjualan dalam segala hal (Martono, 2004:25).
Menurut Driscoll (1978) dalam Lagace (1991:50) dalam Martono (2004:28), bahwa indikator kepercayaan pada manajer penjualan antara lain :
a. Integritas
Yaitu ketulusan hati tenaga penjualan dalam bekerja b. Loyalitas
c. Percaya
Merupakan Kepercayaan Tenaga penjualan pada manajer atas konsistensi peran manajer demi kesejahteraan dan kemajuan bersama.
3. Performa Tenaga Penjualan (X3)
Brown dan Petersen (1993) dalam Martono (2004:29) mendefinisikan sales performance atau performa tenaga penjualan secara umum diartikan sebagai produktivitas penjualan atau pencapaian volume penjualan / unit penjualan oleh tenaga penjualan. Performa penjualan diukur berapa jumlah volume / unit terjual yang berhasil dibukukan, yang bisa dicapai melalui pertumbuhan jumlah outlet / agen penjualan / pelanggan dan pertumbuhan penjualan dari masing-masing outlet dalam kurun waktu tertentu.
Indikator kinerja tenaga penjualan yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir-butir yang dikembangkan oleh Brown dan Petersen (1993) dan diadaptasi dari Martono (2004:29), adalah sebagai berikut:
1. Volume penjualan
2. Tingkat pertumbuhan Outlet
Merupakan pertumbuhan jumlah outlet / agen penjualan / dari masing-masing tenaga penjualan dalam kurun waktu tertentu. 3. Pertumbuhan pelanggan
Merupakan pertumbuhan jumlah pelanggan dan pertumbuhan penjualan dari masing-masing tenaga penjualan dalam kurun waktu tertentu.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan tehnik pengukuran menggunakan Semantic Differential Scale, yaitu metode pengukuran yang berusaha mengukur sikap dan karakteristik tertentu. Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dengan klasifikasi yaitu sebagai berikut :
Sangat Tidak Bagus Sangat Bagus
1 5
Skala ini disusun dalam satu garis kontinyu dengan jawaban positif terletak disebelah kanan garis, jawaban negatif terletak disebelah kiri. Data yang digunakan diukur dengan skala interval skor 1 – 5.
1 = Tidak Setuju 2 = Agak Tidak Setuju 3 = Netral
4 = Agak Setuju 5 = Setuju
3.2. Teknik penentuan populasi dan sampel
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan sekelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri - ciri atau. karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek lain (Sumarsono, 2004 : 44). Populasi dalam penelitian ini adalah para tenaga penjualan Dealer Suzuki Motor Sales di Surabaya sebanyak 100 orang tenaga penjualan,yang terdiri dari tenaga penjual pada dealer Suzuki motor sales,tenaga penjual pada dealer UMC,tenaga penjual pada dealer Suzuki Arjuna,tenaga penjual pada dealer IJMG urip sumoharjo,tenaga penjual pada dealer IJMG ngagel.
3.2.2. Sampel
tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan karena mereka adalah satu – satunya yang memiliki atau memenuhi beberapa beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran,2006:136).
Kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga penjualan Dealer Suzuki Motor Sales di Surabaya.
b. Telah bekerja pada Dealer Suzuki Motor Sales Surabaya minimal selama 1 tahun.
Pedoman pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. 100 - 200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10. bila terdapat 14 indikator, besarnya sampel adalah antara 100-200. Untuk penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 105 tenaga penjualan Dealer Suzuki Motor Sales di Surabaya.
3.3. Teknik pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Data Primer dalam penelitian ini berupa tanggapan atau pernyataan responden atas pertanyaan yang diajukan. Sedangkan data sekunder adalah data pendukung berupa gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan lain-lain.
a. Data Primer :
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah para tenaga penjualan Sepeda Motor Suzuki di Wilayah Surabaya.
b. Data Sekunder :
Data yang diperoleh peneliti dari jurnal, majalah dan literatur yang sesuai dengan topik penelitian.
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Dalam upaya untuk mengumpulkan data-data tersebut di atas, maka digunakan teknik yaitu :
a. Survey pendahuluan :
Yaitu dengan melakukan pengamatan secara umum pada para tenaga penjualan Sepeda Motor Suzuki di Wilayah Surabaya sebagai dasar untuk mengidentifikasi permasalahan yang dibahas.
b. Survey lapangan :
Mempelajari berbagai literatur dan bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Tehnik Analisis SEM
Model SEM adalah sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan ynag relative “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Masing-masing variabel dependen dan independen dapat berbentuk faktor (atau konstruk yang dibangun dari beberapa indikator). Tentu saja variabel-variabel itu dapat berbentuk sebuah variabel tunggal yang diobservasi atau yang diukur langsung dalam sebuah proses penelitian.
3.4.2. Uji Reliabilitas dan Validitas
Dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya dimana hal ini dijelaskan sebagai berikut :
3.4.2.1. Uji Validitas
Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya yang kita ukur.
3.4.2.2. Uji Reliabilitas
Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien alpha Cronbach. Jika nilai alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, dengan kata lain instrument tersebut dapat diandalkan. (Ferdinand, 2002 : 193).
3.4.3. Uji Outlier Univariat dan Multivariat
karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya. (Ferdinand, 2002 : 52).
3.4.3.1. Uji Outlier Univariat
Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan menentukan ambang batas yang akan dikatagorikan sebagai outlier dengan cara mengkonfensi nilai data penelitian kedalam standard score
atau yang biasa disebut z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai - nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel ambang batas dari z-score
itu berada pada rentang 3 sampai 4 (Hair dkk, 1995 dalam Ferdinand, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang memiliki z-score≥ 3,0 akan dikatagorikan sebagai outlier.
3.4.3.2. Uji Outlier Multivariat
Evaluasi terhadap multivariat outlier perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outlier bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (The Mahalanobis Distance)
Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak mahalanobis dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai c2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian, dan apabila jarak mahalanobisnya lebih besar dari nilai c2tabel adalah outlier multivariate. (Ferdinand, 2002 : 102-103).
3.4.4. Uji Normalitas dan Linieritas
Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk pemodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas multivariate dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Uji linieritas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan
memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linieritas.
3.4.5. Analisis Faktor dan Konfirmatori
Confirmatory factor analysis dapat dikembangkan untuk analisis terhadap lebih dari satu faktor atau variabel laten sekaligus baik untuk faktor-faktor yang diperlukan sebagai variabel laten independen maupun sebagai variabel dependen.
3.4.6. Uji Hipotesis
Model yang dimaksud dalam penelitian ini terlihat pada gambar 2. berikut :
Gambar 3.1. Structural Equation Model untuk Penelitian
Perilaku Manajer Penjualan Pengaruhnya Terhadap Performa Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Penjualan Dealer Suzuki Motor Sales Surabaya)
Keterangan simbol-simbol di atas adalah sebagai berikut :
Faktor / konstruk / laten variable /
unobserved variable yaitu variabel bentukan, yang dibentuk melalui indikator yang diamati dalam dunia nyata.
Variabel terukur / observed variable /
indicator variable yaitu variabel yang d_KTPM PADA MANAJER (X2)
datanya harus dicari melalui observasi misalnya melalui instrument-instrumen survey.
Garis dengan anak panah satu arah │→│ ═ garis yang
menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan antara dua variabel yang dituju anak panah merupakan variabel dependen.
Garis dengan anak panah dua arah │↔│═ garis yang
menunjukkan hubungan yang tidak dapat dihipotesiskan antara dua variabel dimana kedua variabel berkorelasi.
Keterangan gambar 2 :
X1 = Variabel Perilaku Penjualan.
X2 = Variabel Kepercayan Tenaga Penjualan Pada Manajer Penjualan. Y1 = Variabel Kinerja Tenaga Penjualan
X1.i = Indikator Perilaku Penjualan yang sudah di komposit
X2.i = Indikator Kepercayan Tenaga Penjualan Pada Manajer Penjualan. yang sudah di komposit
Y1.i = Indikator Kinerja Tenaga Penjualan yang sudah di komposit. er_i = Error terms masing-masing indikator yang sudah dikomposit. d_i = Disturbance error masing-masing variabel laten (konstrain).
Berikut ini disajikan beberapa indeks kesesuaian dan cut - off valuenya untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.
Indeks kesesuaian (fit indeks) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan (Bentler, 1983 ; Tanaka dan Huba, 1989).
2. CMIN / DF
The minimum sample discrepancy function (CMIN) di bagi dengan degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN / DF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model dalam hal ini (MIN / DF tidak lain adalah statistic chi-square, c2 dibagi DFnya sehingga c2 relatif. Nilai c2 relatif kurang dari 20 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah indikasi dari acceptatable fit
antara model dan data (Arbuckle, 1997). 3. CIF (Comparative Fit Indeks)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pernyataan-pernyataan yang diajukan di dalam kuesioner yang telah diberikan, dimana penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 21 s.d. 22 April 2011. Berdasarkan 105 kuesioner yang disebarkan hanya 100 kuesioner yang dapat digunakan sebagai data penelitian sedangkan sisanya tidak dapat digunakan sebagai data karena rusak (terdapat pengisian yang tidak lengkap). Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah ini :
a. Usia
Dari 100 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Prosentase
1 18-27 tahun 25 25%
2 28-37 tahun 38 38%
3 38-47 tahun 33 33%
4 >47 tahun 4 4%
Total 100 100%
Sumber : Data kuisioner diolah
persentase 38 %. Urutan kedua terbanyak adalah 38 – 47 tahun dengan persentase 33 %, urutan ketiga terbanyak adalah 18 – 27 tahun dengan persentase 25 %, dan sisanya 4% adalah yang berusia > 47 tahun urutan keempat.
b. Jenis Kelamin
Dari 100 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki-laki 72 72%
2 Perempuan 28 28%
Total 100 100%
Sumber: Data kuisioner diolah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki mempunyai proporsi yang lebih dominan yaitu 72% dibandingkan perempuan dengan persentase 28%.
c. Pendidikan
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase
1 SMU/Sederajat 40 40 %
Sumber : Data kuisioner diolah
Berdasarkan distribusi pendidikan terakhir yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar responden tamatan SMU/Sederajat dengan persentase 40%, urutan kedua terbanyak adalah tamatan D3 dengan persentase 23%, urutan ketiga adalah tamatan S-1 dengan persentase 20%, urutan keempat terbanyak adalah tamatan D1 dengan persentase 12% , dan tamatan pendidikan lainnya sebesar 5% diurutan kelima.
4.1.2. Deskripsi Perilaku Manajer Penjualan (Manager Behavior)
Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Perilaku Manajer Penjualan
No Pertanyaan Skor Jawaban Skor
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut :
1. Indikator pertama dari Perilaku Manajer Penjualan yaitu Kemampuan manajer mempengaruhi kelompok mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 67 atau 67 %, kemudian terbanyak kedua pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 31 atau 31 %. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 67 responden atau 67 %, kemudian yang menjawab agak setuju sebanyak 31 atau sebanyak 31 % sedangkan yang menjawab netral sebanyak 2 responden atau sebanyak 2 % .
2. Indikator kedua dari Perilaku Manajer Penjualan yaitu Kemampuan manajer dalam menyampaikan informasi mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 71 atau 71 %, kemudian terbanyak kedua pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 29 atau 29 %. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 71 responden atau 71 %, kemudian yang menjawab agak setuju sebanyak 29 atau sebanyak 29 %.
setuju sebanyak 27 atau 6sebanyak 26 % sedangkan yang menjawab netral sebanyak 2 responden atau sebanyak 2 %.
4.1.3. Deskripsi Kepercayaan Tenaga Penjualan (Salesperson Trust)
Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Kepercayaan Tenaga Penjualan
No Pertanyaan Skor Jawaban Skor
%
2 Kesetiaan dalam bekerja
3 Kepercayaan pada manajer penjualan Sumber : Data diolah
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut :
2. Indikator kedua dari Kepercayaan Tenaga Penjualan yaitu Kesetiaan dalam bekerja mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 75 atau 75 %, kemudian terbanyak kedua pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 24 atau 24%. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 75 responden atau 75 %, kemudian yang menjawab agak setuju sebanyak 24 atau sebanyak 24 % sedangkan yang menjawab netral sebanyak 1responden atau sebanyak 1 %.
4.1.4. Deskripsi Performa Tenaga Penjualan (Salesperson Performance)
Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Performa Tenaga Penjualan
No Pertanyaan Skor Jawaban Skor
% Sumber : Data diolah
Berdasarkan Tabel di atas diketahui sebagai berikut :
1. Indikator pertama dari Performa Tenaga Penjualan yaitu Kemampuan menghasilkan volume penjualan mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 74 atau 74 %, kemudian terbanyak kedua pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 24 atau 24 %. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 74 responden atau 74 %, kemudian yang menjawab agak setuju sebanyak 24 atau sebanyak 24 % sedangkan yang menjawab netral sebanyak 2 responden atau sebanyak 2%.
responden sebanyak 36 atau 36 %. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 64 responden atau 64 %, kemudian yang menjawab agak setuju sebanyak 36 atau sebanyak 36 %. sedangkan yang menjawab netral sebanyak 16 responden atau sebanyak 16 %, dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 4 responden atau 4 %.
3. Indikator ketiga dari Performa Tenaga Penjualan yaitu Kemampuan meningkatkan pertumbuhan jumlah pelanggan mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 83 atau 83 %, kemudian terbanyak kedua pada skor 4 dengan jumlah responden sebanyak 17 atau 17 %. Artinya sebagian besar responden yang menjawab setuju sebanyak 83 responden atau 83 %, kemudian yang menjawab agak setuju sebanyak 17 atau sebanyak 17 %.
4.2. Analisis Data
4.2.1. Evaluasi Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau multivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap
dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate
dilakukan dengan menggunakan Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ2 (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut : Tabel 4.7. Outlier Data
Standard Error of Predicted
Value 6.067 14.044 8.758 1.849 100
Adjusted Predicted Value -0.279 79.709 50.498 11.844 100
Residual -50.390 52.684 0.000 26.982 100
Sumber : Lampiran
dengan jumlah indikator 9 adalah sebesar 27,877. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 23,393 kurang dari χ2 tabel 27,877 tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.
4.2.2. Evaluasi Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabilitas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2003). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8. Reliabilitas Data
Konstrak Indikator Item to Total Correlation
nilai item to total correlation belum seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang tereleminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach’s alpha. Perhitungan cronbach’s dilakukan setelah proses eleminasi.
Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap
construct di atas menunjukkan hasil cukup baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].
4.2.3. Evaluasi Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading factor
dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.9. Validitas Data
Konstrak Indikator Faktor Loading
1 2 3 4
Sumber : Lampiran
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa
construct belum seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.
4.2.4. Evaluasi Construct Reliability Dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2003). Variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.10. Construct Reliability Dan Variance Extracted
Konstrak Indikator
Standardize
[εj] Reliability Construct
Variance
Batas Dapat Diterima
≥ 0,7 ≥ 0,5
Sumber : Lampiran
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability
bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted
direkomendasikan pada tingkat 0,50.
4.2.5. Evaluasi Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai – Z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar ± 2,58.
Hasil analisis tampak pada tabel berikut : Tabel 4.11. Normalitas Data
Sumber: Data diolah
4.2.6. Model Pengukuran Measurement
4.2.6.1. Analisis Unidimensi First Order
Tabel 4.12. Unidimensi First Order
Regression Weights Ustd Std
Estimate Estimate Prob. X12 <-- Manager_Behavior 0.246 0.542 0.121 X13 <-- Manager_Behavior 0.256 0.513 0.122 X21 <-- Salesperson_Trust 1.000 0.143 0.000 X22 <-- Salesperson_Trust 2.047 0.321 0.034 X23 <-- Salesperson_Trust 7.282 0.929 0.011 Y1 <-- Salesperson_Performance 1.000 0.221 0.000 Y2 <-- Salesperson_Performance -1.021 -0.240 0.221
Sumber : Lampiran
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua hubungan dan pengaruh yang dianalisis berada pada tingkat signifikan yang diharapkan. Secara khusus terlihat bahwa koefisien pengaruh dari masing-masing hubungan regresi yang dikembangkan adalah signifikan. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa dimensi-dimensi tersebut merupakan dimensi dari
4.2.7. Stuctural Equation Modeling (SEM)
4.2.7.1. Analisis Model One-Step Approach To SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model
dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama (one step approach to SEM). Hasil estimasi dan fit model one step approach to
SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS 4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit berikut ini :
Gambar 4.1
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Manager Behavior, Salesperson Trust, & Salesperson Performance
Model Specification : One Step Approach - Base Model
1
Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ModelOne Step Approach - Base Model
Kriteria Hasil Nilai Kritis
Sumber : Lampiran
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap model One Step Modifikasi
ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, belum seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model belum sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori belum sepenuhnya didukung oleh fakta. Berdasarkan uji reliability Consistency Internal terdapat indikator tereliminasi sehingga model berubah sebagaimana terdapat dibawah ini :
Gambar 4.2 MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL
Manager Behavior, Salesperson Trust, & Salesperson Performance Model Specification : One Step Approach - Elimination Model
1
Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ModelOne Step Approach - Elimination Model
Sumber : Lampiran
Dari hasil evaluasi terhadap model one step elimination ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model.
4.2.8. Evaluasi Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 33,359,30 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau
singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini :
Kriteria Hasil Nilai Kritis
Evaluasi Model Cmin/DF 1.023 ≤ 2,00 baik Probability 0.425 ≥ 0,05 baik
RMSEA 0.015 ≤ 0,08 baik
GFI 0.965 ≥ 0,90 baik
AGFI 0.924 ≥ 0,90 baik
TLI 0.980 ≥ 0,95 baik
Tabel 4.15. Hasil Uji Kausalitas Uji Hipotesis Kausalitas
Regression Weights Ustd Std
Prob. Faktor ⇦ Faktor Estimate Estimate
Salesperson_Trust ⇦ Manager_Behavior -0.014 -0.199 0.278 Salesperson_Performance ⇦ Salesperson_Trust 1.220 0.780 0.158
Batas Signifikansi ≤ 0,10
Sumber : Lampiran
Dilihat dari Prob. Arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :
a) Faktor Perilaku Manajer Penjualan berpengaruh positif terhadap Faktor Kepercayaan Tenaga Penjualan, tidak dapat diterima (Prob. Kausalnya 0,278 > 0,10 ( tidak signifikan (negatif)).
b) Faktor Kepercayaan Tenaga Penjualan berpengaruh positif terhadap Faktor Kinerja Tenaga Penjualan, tidak dapat diterima (Prob. Kausalnya 0,158 > 0,10 ( tidak signifikan (positif)).
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1. Pengaruh Perilaku Manajer Penjualan Terhadap Kepercayaan
Tenaga Penjualan
Dari hasil uji kausalitas pada Tabel 4.14 menunjukkan bahwa Perilaku Manajer Penjualan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Kepercayaan Tenaga Penjualan, (Prob. Kausalnya 0,278 > 0,10 ( tidak signifikan (negatif)).
segala sesuatu terkait dengan tugas, keluhan, pengaruh kebijakan dan lain-lain, selain itu manajer harus mampu berlaku adil tanpa memandang siapa tetapi apa yang telah diperbuat untuk perusahaan dengan mempertimbangkan secara proporsional. Namun tenaga penjualan belum sepenuhnya percaya kepada manajer penjualan bahwa manajer penjualan dapat melakukan kedua hal tersebut dengan baik dan obyektif. Artinya meskipun manajer penjualan memiliki perilaku yang baik tetapi tidak dapat meningkatkan kepercayaan tenaga penjualan pada manajer penjualan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martono (2004), bahwa faktor perilaku manajer penjualan berpengaruh positif terhadap kepercayaan tenaga penjualan, dapat diterima atau signifikan (positif) artinya semakin baik perilaku manajer penjualan semakin meningkatkan kepercayaan tenaga penjualan kepada manajer penjualan.
4.3.2. Pengaruh Kepercayaan Tenaga Penjualan Terhadap Performa
Tenaga Penjualan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martono (2004), bahwa faktor Kepercayaan tenaga penjualan berpengaruh positif terhadap performa tenaga penjualan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis SEM maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hipotesis yang menyatakan bahwa Perilaku Manajer Penjualan berpengaruh positif terhadap Kepercayaan Tenaga Penjualan, tidak dapat diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif Perilaku Manajer Penjualan terhadap Kepercayaan Tenaga Penjualan.
2. Hipotesis yang menyatakan bahwa Kepercayaan Tenaga Penjualan berpengaruh positif terhadap Kinerja Tenaga Penjualan, tidak dapat diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif Kepercayaan Tenaga Penjualan terhadap Kinerja Tenaga Penjualan.
5.2. Saran
Sebagai impilikasi dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan atau dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut :
tenaga penjualan dapat terjalin sehingga dapat meningkatkan kepercayaan tenaga penjualan pada manajer penjualan.
2. Tenaga Penjualan sebaiknya meningkatkan kemampuannya dalam hal meningkatkan volume penjualan maupun persentase pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun sehingga kinerja tenaga penjualan meningkat dan tujuan perusahaan dapat tercapai.
Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach,
Psycological Bulletin. 103 (3) : 411-23.
Assauri, Sofjan, 2007. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep & Strategi, Penerbit : RajaGrafindo Perseda, Jakarta.
Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling, Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117.
Ferdinand, Augusty, 2002. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen, Penerbit BP Undip Semarang.
Hair, J.F. et. al. [1998], Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.
Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell. 1996, “The Management of
Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of
Marketing. 60 (4) : 52-70.
Kotler, Philip, and Amstrong, Gary, 2001, Dasar – Dasar Pemasaran, Jilid 1 & 2, Edisi kesembilan, Penerbit : PT. Indeks, Jakarta.
Martono, Ir.,MM., 2004. Studi Mengenai Perilaku Manajer Penjualan Dan Performa Penjualan (Studi Empiris Distributor Pabrikan Air Minum Kemasan Di Jateng Dan DIY), Jurnal Sains Pemasaran Indonesia,
Volume III, Mei 2004, halaman 23-40.
Purwanto, BM, 2003. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of
Multigroup Structural Equation Modeling [MSEM], Jurnal Manajemen,
Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20
Setiadi, Nugroho J, 2003. Perilaku Konsumen: Konsep & implikasi untuk strategi & penelitian pemasaran, Penerbit: Kencana, Jakarta.
Sumarwan, Ujang, 2004. Perilaku Konsumen : Teori & Penerapannya dalam pemasaran, Penerbit : PT. Graha Indonesia, Bogor.