• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI DEFECT KEMASAN JAMUR KALENG DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT EKA TIMUR RAYA PASURUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI DEFECT KEMASAN JAMUR KALENG DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT EKA TIMUR RAYA PASURUAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN KUALITAS UNTUK MENGURANGI DEFECT KEMASAN JAMUR KALENG DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT EKA TIMUR RAYA PASURUAN Quality Control For Reducing Pack Defect Of Canned Mushrooms Using Six Sigma Method

at PT Eka Timur Raya Pasuruan

Devita Prima Sulistyowati1*, Sucipto2 dan Sakunda Anggarini2 1 Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universitas Brawijaya 2 Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian – FTP – Universitas Brawijaya

*Penulis Korespondensi : email : devitaprima@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengendalian kualitas pada proses produksi jamur kaleng di PT ETIRA menggunakan metode six sigma. Metode six sigma yang digunakan dibatasi pada tahap define, measure, analyze dan improve. Tahap improve dilakukan menggunakan salah satu alat implementasi kaizen yaitu Five M Checklist untuk memberikan rekomendasi perbaikan agar mengurangi defect pada kemasan jamur kaleng 4 oz. Berdasarkan hasil penelitian diketahui jenis cacat terbesar pada kemasan jamur kaleng adalah knocked down flange. Nilai sigma sebesar 3,46, final yield 97,5% dan nilai indeks kapabilitas proses (Cp) sebesar 1,15. Penyebab terjadinya knocked down flange adalah pekerja kurang teliti, pekerja kurang memahami SOP produksi, kesalahan setting up mesin, mesin seamer tidak stabil, komponen mesin seamer aus, material kemasan kurang baik dan area produksi tidak nyaman. Saran perbaikan dengan

Five M Checklist yang dapat dilakukan perusahaan adalah memberikan arahan pada pekerja,

melakukan training SOP untuk pekerja, melakukan kontrol dan perawatan mesin lebih ketat lagi, menjadwalkan penggantian komponen mesin, mengawasi dan memberikan pelatihan operator mesin, pemeriksaan material kaleng lebih ketat dan menambah turbine ventilator di pabrik.

Kata kunci : final yield, Five M Checklist, indeks kapabilitas proses, Kaizen ABSTRACT

The purpose of this study was to determine quality control in the production process of canned mushrooms in PT ETIRA using six sigma. Stages of six sigma method which were used was limited to the define, measure, analyze and improve. Improve stage was done using one of the implementation tools of kaizen namely Five M Checklist to provide recommendations for improvement to reduce defects in the packaging of 4 oz canned mushrooms. Based on the results of research known most types of defects in packaging canned mushrooms is knocked down flange.The measurement results showed 3,46 sigma value, 97,5% of final yield and 1,15 of process capability index (Cp). The cause of knocked down flanged were careless of workers,workers don’t understand the production SOP, machine setting up fault, unstability of seamer machine, worn out of seamer machine component, poor packaging material and uncomfortable production area. Suggested improvement using Five M Checklist for the company will give direction for workers, provide a SOP training for workers, control and maintenance of seamer machine, arrange schedule replacement of seamer machine components, supervise machine operator also provide machine operator training, perform a more rigorous inspection of cans material and add turbine ventilators in processing factory.

Keywords : final yield, Five M Checklist, Kaizen, process capability index PENDAHULUAN

PT Eka Timur Raya (ETIRA)

bergerak dalam pengolahan dan

pengalengan jamur kancing (champignon) sejak tahun 1999. Produksi jamur di PT ETIRA digunakan untuk memenuhi

kebutuhan pasar lokal serta ekspor ke beberapa negara di Timur Tengah, Amerika Serikat, dan Jepang. Produksi jamur kaleng terbanyak di PT ETIRA adalah jamur kaleng ukuran 4 oz (1 oz = 28,35 gram) dengan presentase 92,8% dari total produksi.

(2)

PT ETIRA selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pelanggan, baik dari segi mutu maupun harga. Kenyataannya, masih terdapat kerusakan atau cacat produk jamur kaleng ukuran 4 oz dalam proses produksi. Produk cacat akibat rusaknya kemasan mengakibatkan terjadinya dapat menyebabkan kerugian.

Pengendalian kualitas perlu

dilakukan agar perusahaan dapat

mengoreksi terjadinya penyimpangan

(defect) dalam proses produksi. Salah satu

metode pengendalian kualitas yang

mendekati zero defect adalah six sigma. Six

sigma berarti enam sigma, dimana sigma

memiliki pengertian distribusi penyebaran (variasi) dari rata-rata suatu proses. Six

sigma mempunyai tujuan untuk

memperkecil variasi sehingga akan

diperoleh tingkat kualitas yang lebih baik yaitu mendekati sempurna (zero defect) atau untuk memperoleh semua output dalam spesifikasi pelanggan. (Santoso, 2006). Six

sigma adalah konsep statistik untuk

mengukur sebuah proses di mana tingkat kegagalannya sebesar 3,4 dari 1 juta kesempatan (defects per million opportunities) dan juga merupakan filsafat manajemen yang memfokuskan diri pada pembatasan

kegagalan melalui praktek yang

mengutamakan pemahaman, pengukuran, serta penyempurnaan proses (Brue, 2005).

Six sigma dilakukan untuk

mengetahui kemampuan proses

perusahaan dengan nilai DPMO kemudian dikonversi ke dalam nilai sigma dan dilakukan analisis penyebab kecacatan produk dengan statistic tools. Upaya perbaikan (improve) untuk mengurangi

defect dapat dilakukan dengan menggunakan salat satu alat implementasi konsep kaizen yaitu Five M Checklist. Kaizen merupakan suatu pandangan komprehensif dan terintegrasi yang bertujuan untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus dengan memperkecil penggunaan material tanpa mengurangi mutu produk.

Penerapan metode six sigma sangat penting dilakukan untuk mengetahui seberapa baik proses produksi PT ETIRA selama ini. Metode six sigma dan kaizen diharapkan dapat menjadikan perusahaan berada pada level 6-sigma. Hal ini akan meningkatkan citra dan kepercayaan

konsumen PT ETIRA sehingga perusahaan

mampu bersaing dalam pasar

internasional.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2014 di PT Eka

Timur Raya (ETIRA), Jalan Raya

Nongkojajar KM 1,4 Purwodadi,

Kabupaten Pasuruan.

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Produk yang diamati adalah produk

dengan jumlah produksi terbesar yaitu jamur kaleng ukuran 4 oz

2. Pengamatan produk cacat dilakukan

dengan mengamati produk setelah proses sterilisasi

3. Penelitian fokus terhadap kerusakan

kemasan jamur kaleng secara visual

4. Penelitian dibatasi pada tahap Define (I),

Measure (M), Analyze (A) dan Improve (I)

5. Tahapan improve hanya merupakan

rekomendasi untuk perbaikan proses

6. Penelitian ini tidak membahas aspek

biaya

Tahapan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan seperti pada diagram tahapan penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Usulan Rencana Perbaikan (Improve) Survei

Pendahuluan Studi Literatur

Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan Penelitian

Identifikasi Permasalahan (Define)

Pengukuran Besaran Penyimpangan (Measure)

Analisis Penyebab Masalah (Analyze)

Kesimpulan dan Saran Pengumpulan

Data

Six Sigma

Five M Checklist – Kaizen

(3)

Tahap Identifikasi Permasalahan (Define)

Tahap define merupakan langkah operasional pertama dalam program peningkatan kualitas six sigma. Sebelum mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan dalam proyek six sigma maka perlu mengetahui model proses dengan menggunakan diagram input output. Diagram input output memperlihatkan input

yang diperlukan dan output yang

diharapkan dari sebuah proses. Proses

pengalengan jamur kaleng yang

berhubungan dengan kemasan kaleng dimulai dari proses pengisian dan penimbangan hingga proses can drying.

Hasil wawancara dengan quality

assurance PT ETIRA menunjukkan

masalah-masalah yang sering terjadi pada proses pengalengan jamur kaleng. Jenis kecacatan yang terjadi adalah penyok pada seam (dent

seam), penyok pada body kaleng (dent body), knocked down flange (KDF), poor code, buckle,

kaleng bocor, scratch, knock out dan leakage. Perbaikan proses dengan six sigma diperlukan untuk mengurangi cacat kemasan jamur kaleng ukuran 4 oz hingga mendekati 0%.

Tahap Pengukuran Besaran

Penyimpangan (Measure)

a. Pengambilan Sampel dan Uji

Normalitas

Rata-rata produksi jamur kaleng 4 oz pada bulan Januari hingga Juni 2013 di PT ETIRA adalah 1291594 kaleng. Penentuan jumlah sampel minimal yang

diperlukan jika ukuran populasi

diketahui dapat menggunakan rumus Slovin seperti berikut (Umar, 2002):

Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian

karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir

Sehingga, jumlah sampel yang dapat diambil dengan tingkat kesalahan 5% adalah 400 sampel. Uji kecukupan data

dilakukan dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan

software SPSS 17.

b. Pembuatan Peta Kendali np

Peta kendali np biasa digunakan untuk memetakan jumlah item cacat atau banyaknya cacat dari sebuah sampel yang diambil. Pembuatan peta kendali np dilakukan dengan menggunakan

software Minitab 17. Peta kendali np

menunjukkan semua titik np serta batas-batas kendalinya. Apabila ada titik yang

out of statistical control maka data harus

direvisi dengan menghilangkan data tersebut atau mengganti dengan data baru hingga diperoleh proses dalam keadaan in statistical control.

c. Perhitungan Nilai DPMO dan Nilai

Sigma

Penentuan nilai DPMO dilakukan untuk mengetahui ukuran kegagalan yang menunjukkan banyaknya produk cacat per satu juta produk. Rumus DPMO adalah

DPMO = x 1000000

Setelah diketahui nilai DPMO,

dilakukan konversi nilai DPMO menjadi nilai sigma dengan menggunakan tabel

Motorola’s 6-Sigma Process.

d. Pengukuran Kapabilitas Proses

Perhitungan kapabilitas proses

dilakukan untuk mengetahui

kemampuan dari proses untuk

menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi mutu dan sudah ditentukan sebelumnya. Perhitungan kapabilitas proses untuk sampel dapat dilihat dari % final yield yang dihasilkan oleh proses. Perhitungan final yield dilakukan dengan rumus :

Final yield = 100% - ( )x100% Perhitungan indeks kapabilitas proses untuk data atribut dapat dihitung dengan rumus :

Cp =

Tahap Analisis Penyebab Masalah (Analyze)

Langkah yang dilakukan dalam tahap analyze adalah mengidentifikasi faktor penyebab cacat kemasan jamur kaleng. Pada langkah ini diidentifikasi

sumber-sumber penyebab terjadinya

produk cacat dengan menggunakan diagram sebab akibat berdasarkan kategori sumber penyebab dari masalah kualitas.

(4)

Tahap Usulan Rencana Perbaikan (Improve)

Langkah ini dilakukan dengan alat implementasi kaizen yaitu Five M Checklist.

Five M checklist berfokus pada lima faktor

kunci yang terlibat dalam setiap proses, yaitu man (orang), machine (mesin), material (material), methods (metode) dan milieu (lingkungan).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengendalian Kualitas dengan Metode Six Sigma

Pengendalian kualitas kemasan

produk jamur kaleng dilakukan dengan metode six sigma yang akan dilakukan dengan menggunakan 4 tahapan yaitu

identifikasi permasalahan (Define),

pengukuran besaran penyimpangan

(Measure), analisis penyebab masalah (Analyze) dan usulan rencana perbaikan (Improve).

Tahap Identifikasi Permasalahan (Define)

Hasil pengamatan pada lini produksi dan quality assurance PT ETIRA selama bulan Januari 2013 hingga Juni 2013

menunjukkan terjadinya kecacatan

kemasan jamur kaleng ukuran 4 oz dari segi kenampakan visual. Jumlah cacat ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Kerusakan Kemasan Jamur

Kaleng Ukuran 4 oz Bulan Januari-Juni 2013

Jenis Cacat Jumlah Persentase

Knocked Down Flange 1153 34,6 %

Dent Body 896 26,9 % Dent Seam 763 22,9 % Buckle 327 9,81 % Leakage 45 1,35 % Knock Out 43 1,29 % Poor Code 42 1,26 % Bocor 41 1,23 % Scratch 22 0, 66 % Total 3332 100 %

Gambar 2 Diagram Pareto Jenis Cacat

Diagram pareto pada Gambar 2 menunjukkan bahwa frekuensi cacat terbesar adalah knocked down flange yaitu 34,6% kemudian dent body dengan presentase 26,9%, dent seam dengan presentase 22,9%, buckle dengan presentase 9,8%, leakage dengan presentase1,4% dan cacat lainnya sebesar 4,4%. Prioritas utama untuk mendapatkan perbaikan adalah cacat akibat knocked down flange. Menurut Blocher (2007), diagram pareto tidak hanya menunjukkan peringkat dari ukuran relatif masalah mutu, tetapi juga merupakan alat bantu visual yang bermanfaat. Diagram pareto juga dapat membantu manajemen memisahkan beberapa penyebab utama masalah mutu dari hal-hal yang sederhana dan menentukan bidang bidang yang menjadi penyebab utama masalah mutu yang rendah sehingga manajemen dapat memfokuskan upayanya pada

bidang-bidang yang mempunyai pengaruh

terbesar pada perbaikan mutu.

Tahap Pengukuran Besaran

Penyimpangan (Measure)

Pengukuran bertujuan agar memperoleh informasi nilai-nilai pengukuran stratergis yang akan dimanfaatkan dalam tahap-tahap selanjutnya (Hidayat, 2007).

a. Pengambilan Sampel dan Uji

Normalitas

Pengukuran cacat produk dilakukan dengan pengambilan sampel jamur kaleng 4 oz. Sampel yang diambil adalah 400 kaleng dengan membaginya selama 10 hari. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Agustus 2014. Hasil pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 2.

Uji normalitas menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,082. Juliandi, dkk (2014) menambahkan bahwa kriteria untuk menentukan normal atau tidaknya data dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Data adalah normal, jika nilai Kolmogorov-Smirnov adalah tidak signifikan (Asymp.Sig (2-tailed)>α0,05.

b. Pembuatan Peta Kendali np

Peta kendali np pada Gambar 3 menunjukkan semua titik berada di dalam batas UCL dan LCL. Marimin

(5)

(2006) berpendapat bahwa pola data dalam peta kontrol dapat menunjukkan keadaan terkendali atau tidaknya suatu proses. Selama titik-titik di dalam batas-batas pengendali, proses dianggap dalam keadaan terkendali dan tidak perlu tindakan apapun. Apabila pola data menunjukkan pola data yang random maka proses dikatakan tidak terkendali. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 4 3 2 1 0 Hari ke-To ta l C ac at __ NP=1 UCL=3,962 LCL=0

NP Chart of Cacat Knocked Down Flange

Gambar 3 Peta Kendali np Cacat Knocked Down Flange

c. Perhitungan Nilai DPMO dan Nilai

Sigma

Defect per million opportunities (DPMO)

merupakan kalkulasi yang digunakan dalam inisiatif perbaikan proses six

sigma yang menunjukkan jumlah cacat

dalam suatu proses per satu juta peluang (Tunggal, 2013). Jumlah sampel jamur kaleng 4 oz yang diperiksa adalah 400 buah dan terdapat 10 produk yang cacat knocked down flange. Nilai DPMO adalah 25000. Nilai DPMO kemudian dikonversi ke dalam nilai sigma dengan menggunakan tabel konversi nilai sigma dan didapatkan nilai sigma sebesar 3,46. Pencapaian nilai sigma sebesar 3,46 menunjukkan bahwa PT ETIRA berada di atas rata-rata industri di Indonesia yang berada pada level 2 sigma.

Tabel 2 Sampel Kerusakan Jamur Kaleng 4 oz pada Bulan Agustus 2014 Hari Ke- Jumlah Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total Cacat 1 40 1 2 1 0 0 0 0 0 0 4 2 40 0 0 1 0 0 0 0 1 0 2 3 40 0 1 2 1 0 0 0 0 0 4 4 40 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 5 40 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 6 40 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2 7 40 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2 8 40 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 9 40 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 10 40 1 1 0 0 0 0 0 1 0 3 Total 400 4 5 10 1 0 0 1 2 0 23 % - 17,39 21,74 43,47 4,35 - - 4,35 8,7 - 100 Keterangan :

1. Dent Seam 5. Knock Out 9. Scratch

2. Dent Body 6. Poor Code

3. Knocked Down Flange 7. Buckle

4. Bocor 8. Leakage

d. Pengukuran Kapabilitas Proses

Kapabilitas proses dapat diketahui dengan menghitung indeks kapabilitas proses (Cp) dan final yield. Menurut Sugian (2006), kapabilitas proses adalah

kemampuan proses untuk

memproduksi atau menyerahkan output

sesuai dengan ekspektasi dan

kebutuhan pelanggan. Nilai final yield sebesar 97,5 %. Hal ini menunjukkan kemampuan proses di PT ETIRA untuk menghasilkan produk tanpa cacat

adalah 97,5% dan produk cacat sebesar 2,5%. Nilai indeks kapabilitas proses (Cp) PT ETIRA adalah 1,15. Nilai Cp sebesar 1,15 menunjukkan produksi PT ETIRA tergolong memiliki kemampuan menengah (moderate capability). Hal ini menunjukkan bahwa masih perlu dilakukan pengendalian proses secara tegas untuk mengurangi terjadinya

defect sehingga nilai sigma dapat

(6)

Tahap Analisis Penyebab Masalah (Analyze)

Tujuan tahap ini adalah untuk menemukan berbagai formulasi dalam pemecahan masalah yang ada di dalam

berbagai aktivitas proses dan

dirumuskannya berbagai solusi dalam meningkatkan proses kerjanya (Hidayat, 2007). Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui cacat terbesar adalah knocked

down flange. Knocked down flange adalah

cacat kaleng yang berupa flange kaleng turun sehingga tidak dapat terjadi double

seam yang baik. Menurut Redaksi Trubus

(2010), saat rusaknya kaleng pasca proses sterilisasi, kerusakan sambungan kaleng serta terjadinya gesekan ketika proses pengisian atau filling dapat membuat

mikroorganisme mudah menyusup.

Gambar kaleng dengan defect knocked down

flange dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Cacat Knocked Down Flange

Cacat knocked down flange ini kemudian di analisis penyebab terjadinya dengan menggunakan fishbone diagram yang disajikan pada Gambar 5. Menurut Kuswadi dan Mutiara (2004), pembuatan diagram ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab dari suatu masalah atau penyimpangan. Hubungan antara sebab dan akibat dari masalah yang diketahui akan mempermudah menentukan tindakan pemecahan masalah.

Lingkungan Metode Manusia

Material Mesin

Knocked Down Flange

Seaming roll aus

Rantai pembawa aus

Baseplate tidak stabil

Flange rusak Lid rusak

Body can rusak Setting up mesin

salah Area produksi

panas dan tidak nyaman

Kurang teliti Kurang

memahami SOP

Gambar 5 Diagram Tulang Ikan Penyebab Knocked Down Flange

Penyebab terjadinya knocked down

flange disebabkan oleh 5 faktor utama yaitu

manusia, mesin, material, metode dan lingkungan dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Manusia (Man)

Proses produksi pada PT ETIRA melibatkan manusia untuk mengubah

input menjadi output. Kesalahan

manusia sebagai pekerja juga

berpengaruh terhadap terjadinya cacat produk. Kesalahan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh ketidaktelitian pekerja

dapat terjadi pada operator mesin yang salah melakukan setting up mesin sehingga mesin berjalan tidak stabil, selain itu pekerja pada bagian inspeksi kaleng yang membiarkan kaleng rusak tetap masuk ke line produksi sehingga kaleng rusak tetap terpakai. Pekerja yang kurang memahami SOP produksi juga berpengaruh karena pekerja tidak memahami tata cara produksi sehingga terjadi kesalahan dalam kegiatan produksi.

(7)

2. Mesin (Machine)

Mesin seamer menjadi salah satu faktor penting dalam keberhasilan proses

seaming. Mesin seamer di PT ETIRA

terkadang tidak stabil atau

komponennya aus. Bagian mesin seamer yang tidak stabil adalah baseplate. Komponen yang aus adalah seaming roll dan rantai pembawa. Bagian mesin yang menyebabkan kerusakan antara lain: a. Baseplate, merupakan bagian mesin

yang menjadi alas berdirinya kaleng ketika akan disambung dengan lid. Apabila bagian ini tidak stabil maka akan menyebabkan posisi kaleng tidak presisi dan proses seam gagal. b. Seaming roll, yaitu bagian penutup

kaleng pada proses seaming.

Komponen seaming roll yang aus

dapat menyebabkan lid tidak

tersambung baik dengan body kaleng. c. Rantai pembawa, merupakan alat yang membawa kaleng menuju ke

baseplate. Rantai pembawa yang aus

menyebabkan posisi kaleng tidak tepat sehingga proses double seam tidak pas dengan seaming roll.

3. Metode (Method)

Faktor metode yang berpengaruh pada cacat knocked down flange adalah kesalahan setting up mesin. Kesalahan ini dapat menyebabkan mesin berjalan tidak stabil terutama mesin seamer. Kesalahan setting up mesin terjadi karena operator tidak teliti dalam mengoperasikan mesin.

4. Material (Material)

Material yang tidak baik berpengaruh pada terjadinya knocked down flange. Material yang rusak ikut terbawa dalam proses selanjutnya karena proses inspeksi kaleng di awal yang kurang teliti atau terjadi kerusakan material di tengah proses. Bagian kaleng yang rusak adalah lid, flange dan body kaleng. a. Lid merupakan bagian tutup kaleng

yang digunakan untuk menutup open

top can. Kerusakan lid yang

menyebabkan knocked down flange dapat berupa lid penyok dan bibir lid tidak sempurna.

b. Flange merupakan bagian bibir open

top can yang berguna untuk

menyambung dengan lid. Flange yang rusak dapat menyebabkan proses double seam gagal.

c. Body kaleng adalah open top can yang akan diisi oleh produk. Body kaleng yang penyok juga menjadi salah satu penyebab knocked down flange. 5. Lingkungan (Milieu)

Areal kerja bagian produksi PT ETIRA juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada produk. Areal produksi PT ETIRA kondisinya lembab dan panas karena paparan panas dari mesin produksi. Kondisi lembab dan panas menyebabkan ketidaknyamanan pada

pekerja sehingga menyebabkan

konsentrasi pekerja menurun sehingga dapat terjadi kesalahan pada proses produksi.

Tahap Tahap Usulan Rencana Perbaikan (Improve)

Perbaikan proses (process

improvement) merupakan upaya untuk

memecahkan masalah yang terjadi pada suatu proses dengan tidak mengubah struktur dasar dari prose situ sendiri.

Tujuan perbaikan proses adalah

memberikan kepuasan pada customer, menghasilkan output yang bermutu, mendasarkan diri pada fakta dan data serta mempersyaratkan adanya kolaborasi yang baik antar fungsi yang berbeda-beda (Purnawanto, 2010). Usulan perbaikan dilakukan dengan Five M Checklist yang merupakan salah satu alat implementasi kaizen. Menurut Imai (1997), Five M

Checklist merupakan sebuah metode untuk

mengelola sumber daya pada kaizen. Bose (2011), menambahkan bahwa penyebab masalah dari kebanyakan produksi dan proses terkait masalah terletak pada 5M.

Melalui pengumpulan data atau

brainstorming, dapat dikaji bagaimana dan

seberapa banyak masing masing dari faktor M berkontribusi terhadap penyelesaian masalah atau pencarian solusi. Analisis pemecahan masalah dapat dilihat pada

(8)

Tabel 3 Analisis Pemecahan Masalah dengan Five M Checklist

Faktor Penyebab Masalah Pemecahan Masalah Referensi

Man

(Manusia)

 Operator mesin dan petugas inspeksi kaleng kurang teliti

 Pekerja kurang memahami SOP proses produksi

Memberikan arahan kepada pekerja agar lebih teliti dalam bekerja

Melakukan training SOP untuk pekerja Arifin dan Fauzi, 2007 Hardjana, 2001 Machine (Mesin)

Baseplate tidak stabil

Seaming roll aus

Rantai pembawa aus

 Memberi arahan untuk operator mesin supaya tidak salah melakukan setting up mesin dan mesin berjalan stabil

 Melakukan kontrol dan perawatan mesin lebih ketat lagi  Menjadwalkan penggantian komponen mesin Madura, 2007 Wibowo, 2007 Abbas dkk, 2009 Method

(Metode) Operator salah melakukan setting up mesin sehingga

mesin tidak stabil

 Mengawasi dan memberikan pelatihan pada operator mesin supaya tidak terjadi kesalahan pengoperasian mesin

Maarif dan Tanjung, 2003

Material

(Material)  Lid rusak Flange kaleng rusak

Body kaleng rusak

Melakukan pemeriksaan kaleng lebih ketat lagi agar material kaleng yang rusak tidak terbawa dalam proses

Suryani, 2007

Milieu

(Lingkungan) Areal proses produksi tidak nyaman, lembab dan panas

 Penambahan turbine ventilator pada area produksi

Mukti dkk, 2015

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai DPMO jamur kaleng 4 oz di PT

ETIRA adalah 25000 dengan nilai sigma 3,46. Nilai sigma menunjukkan bahwa PT ETIRA berada di atas rata-rata industri di Indonesia namun di bawah industri dunia. Nilai final yield sebesar 97,5% dan indeks kapabilitas proses (Cp) sebesar 1,15.

2. Jenis cacat produk kaleng terbanyak adalah knocked down flange yaitu 34,6% selama bulan Januari 2013 hingga Juni 2013. Jenis cacat ini disebabkan oleh pekerja kurang teliti, pekerja kurang memahami SOP, baseplate mesin seamer tidak stabil, komponen mesin seamer aus, kesalahan setting up mesin, material kaleng rusak dan area produksi yang tidak nyaman.

3. Usulan perbaikan dengan Five M

Checklist memberi arahan kepada

pekerja, melakukan training SOP untuk pekerja, melakukan perawatan mesin

seamer, menjadwalkan penggantian komponen mesin seamer, melakukan pengawasan serta memberi pelatihan

kepada operator mesin, melakukan pemeriksaan kaleng lebih ketat lagi dan menambah turbine ventilator di pabrik.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, B,S., Steven, E., Christian, H. dan Sumanto, T. 2009. Penjadwalan

Preventive Maintenance Mesin B.Flute Pada PT Adina Multi Wahana. Inasea 10(2):97-104.

Arifin, J. dan Fauzi, A. 2007. Aplikasi Excel

dalam Apek Kuantitatif Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Elex

Media Komputindo. Jakarta. Hal. 10. Blocher, E.J. 2007. Manajemen Biaya 2.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Hal.416.

Bose, T.K. 2011. Total Quality of

Management. Dorling Kindersley.

New Delhi. Hal. 330.

Hardjana, A.M. 2001. Training SDM Yang

Efektif. Kanisius. Yogyakarta. Hal.12.

Hidayat, A. 2007. Strategi Six Sigma. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Hal.55, 57 dan 175.

(9)

Imai, M. 1997. Gemba Kaizen: A

Commonsense, Low-Cost Approach to Management. McGraw-Hill. New

York. Hal. xxiv.

Juliandi, A., Irfan dan Manurung, S. 2014.

Metodologi Penelitian Bisnis.

UMSU Press. Medan. Hal. 160-161. Kuswadi dan Mutiara, E. 2004. Delta :

Delapan Langkah dan Tujuh Alat Statistik untuk Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. PT Elex Media

Komputindo. Jakarta. Hal 79, 119, 123.

Maarif, S.M dan Tanjung, H. Manajemen

Operasi. Grasindo. Jakarta. Hal.493.

Madura, J. 2007. Pengantar Bisnis Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta. Hal. 540-541.

Marimin, 2006. Teknik dan Aplikasi :

Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta. Hal. 54.

Mukti, I.F., Huda, L.N., dan Matondang,

A.R. 2015. Desain Perbaikan

Lingkungan Kerja Guna Mereduksi Paparan Panas Kerja Operator di PT XY. E-Journal Teknik Industri FT

USU 1(1) : 28-34.

Purnawanto, B. 2010. Manajemen SDM

Berbasis Proses. Grasindo. Jakarta.

Hal. 56.

Redaksi Trubus. 2010. Sehat dari Meja

Makan. Trubus Swadaya. Depok.

Hal.40 dan 64.

Santoso, H. 2006. Meningkatkan Kualitas

Layanan Industri Jasa Melalui Pendekatan Integrasi Metoda Six Sigma Atau Servqual-QFD. J@TI Undip 1(1) : 85-106.

Sugian, S. 2006. Kamus Manajemen

(Mutu). PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta. Hal. 134 dan 172. Suryani, A. 2007. Bisnis Kue Kering.

Penebar Swadaya. Jakarta. Hal.15.

Tunggal, A.W. 2013. Pengantar

Manajemen Mutu. Harvarindo. Jakarta. Hal.133.

Umar, H. 2002. Metode Riset Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 141-142.

Wibowo, S. 2007. Pedoman Mengelola

Perusahaan Kecil Edisi Revisi.

Niaga Swadaya. Bandung. Hal. 26-30.

Gambar

Gambar 1 Tahapan Penelitian
Tabel 1 Jumlah Kerusakan Kemasan Jamur  Kaleng  Ukuran  4  oz  Bulan  Januari-Juni  2013
Tabel 2 Sampel Kerusakan Jamur Kaleng 4 oz pada Bulan Agustus 2014  Hari  Ke-  Jumlah Sampel  1  2  3  4  5  6  7  8  9  Total Cacat  1  40  1  2  1  0  0  0  0  0  0  4  2  40  0  0  1  0  0  0  0  1  0  2  3  40  0  1  2  1  0  0  0  0  0  4  4  40  1  0
Gambar 4 Cacat Knocked Down Flange  Cacat  knocked  down  flange  ini  kemudian  di  analisis  penyebab  terjadinya  dengan  menggunakan  fishbone  diagram  yang  disajikan  pada  Gambar  5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berkat kemajuan ekonomi yang ada, upaya untuk menciptakan generasi mendatang yang lebih berkualitas bisa terbantu jika konsentrasi ibu tak terlalu dibebani dengan jumlah anak

Tujuan dari skripsi ini adalah mengetahui pengaruh penambahan kadar collector asam stearat serta frother asam kresilat terhadap perolehan unsur nikel yang

Ada beberapa cara untuk men- dapatkan harta dalam alam pikiran Minangkabau melalui pusako , yaitu menerima warisan (pusaka) dari mamak kepada kamanakan, tembilang

pal high tier gembangan l bekerja di tah kan pendapata n utilisasi k pada tahun la al Milik, penda kan utilisasi ngkan 73% pa sedikit perbai 015 dibandingk beberapa akti

Hasil tersebut menjelaskan bahwa untuk bahan baja karbon menengah seperti ST 60 akan menjadi sangat getas pada temperatur di bawah 0 0 C atau pada temperatur ekstrim, dan

Pengiriman data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan slot waktu yang diberikan pada node client secara acak. Ada 5 slot waktu yang ditentukan, yang mana

Berdasarkan hasil penelitian tentang, “Persepsi Siswa SMA Negeri 2 Padang Terhadap Proses Pembelajaran Olahraga Renang”, maka dapat disimpulkan Dari hasil analisis

Pada perempuan usia dewasa, kelebihan berat badan dinyatakan bila nilai IMT lebih besar atau sama dengan 23 dan lebih rendah dari 27, sedangkan dikatakan obesitas