• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD PALBAPANG BARU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD PALBAPANG BARU."

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD PALBAPANG BARU

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh Anida Mikantri NIM 13108244025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

(2)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD PALBAPANG BARU

Oleh:

Anida Mikantri NIM 13108244025

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui efektivitas penggunaan media grafis terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V SD Palbapang Baru.

Pendekatan penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian eksperimen dalam desain eksperimen semu (quasi-experimental design). Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group, sehingga ada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini. Populasi penelitian ini ialah seluruh siswa kelas V yang semua berjumlah 42 siswa yang terdiri dari 21 siswa kelas VA dan 21 siswa kelas VB. Kelas VA sebagai kelompok eksperimen, dan kelas VB sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes kinerja berupa observasi, angket, dan dokumentasi. Instrumen penelitan diuji melalui uji validasi product moment, uji reliabilitas cronbach alpha. Teknik analisis data menggunakan uji t dengan melalui uji prasyarat analisis terlebih dahulu yaitu uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan uji Lavene.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media grafis efektif terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V SD Palbapang Baru. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan uji t dimana diperoleh thitung > ttabel yaitu 6.532 > 2.093 dan Asymptotic Sig < taraf signifikansi 5% yaitu 0,000 < 0,05. Maka dapat diartikan bahwa keaktifan belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Dengan demikian menunjukkan bahwa penggunaan media grafis efektif terhadap keaktifan belajar siswa.

(3)

THE EFFECTIVENESS OF THE USE OF GRAPHIC MEDIA TOWARD THE LIVELINESS OF STUDENT LEARNING ON CIVIC EDUCATION

SUBJECT IN V GRADE PALBAPANG BARU STATE ELEMENTARY SCHOOL

By:

Anida Mikantri NIM 13108244025

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the effectiveness of the use of graphic media toward the liveliness of student learning in civics subjects V grade of Palbapang Baru state elementary school.

This research using quantitative approach which is experimental research in experimental design challenges. This research uses Nonequivalent Control Group, so there is a control group and experimental group used in this research. The population of this research is all students of V grade with total number 42 students, consisting 21 students from VA class and 21 students from VB class.VA Class as a group of experiments, and class VB as a control group. Data collection techniques in this research are using performance tests in the form of observation, question form, and documentation. The research instruments are tested through validation test product moment, and reliability test cronbach alpha. Data analysis techniques using t-test with the prerequisite analysis in advance i.e. normality test with the Kolmogorov-Smirnov test and homogeneity test with Lavene test

The results of this research shows that the use of graphic media effective toward the liveliness of student learning in civics subjects V grade of Palbapang Baru state elementary school. It is proved by the results of the calculation of t test which obtained tcount> ttable i.e. 6,532 > 2.093 and Asymptotic Sig significance level 5% < i.e. 0.000 < 0.05. Then it can be concluded that the liveliness of students learning in experimental group is higher than the control group. Thus suggest that the use of graphic media effective against the liveliness of student learning.

Keywords: Media graphics, Liveliness learning.

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

Pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan, tapi harus dicari pula dengan semangat dan disertai ketekunan.

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Akripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Grafis Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas V SD Palbapang Barudapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd. selaku Dosen Pemimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd. selaku Validator Instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd., Drs. Sigit Dwi Kusrahmadi, M.Si., dan Estu Miyarso, M.Pd. selaku Ketua Penguji, Sekretaris Penguji, dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

4. Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku ketua Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

5. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelakasanaan Tugas Akhir Skripsi.

6. Rahayu Condro Murti, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan. 7. Suwarni, S.Pd. selaku Kepala SD Palbapang Baru yang telah memberi ijin dan

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

ABSTRAK ...ii

SURAT PERNYATAAN...iv

LEMBAR PERSETUJUAN...v

LEMBAR PENGESAHAN ...vi

MOTTO ...vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C.Batasan Masalah ...5

D.Rumusan Masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN TEORI A.Keaktifan Belajar ...8

1. Pengertian Keaktifan Belajar ...8

2. Kriteria Keaktifan Belajar ...12

3. Klasifikasi Keaktifan Belajar ...18

4. Prinsip Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa ...22

B. Media Pembelajaran ...25

1. Pengertian Media Pembelajaran ...25

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran ...26

3. Manfaat Media Pembelajaran ...29

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ...31

C.Media Grafis ...35

1. Pengertian Media Grafis ...35

2. Jenis-jenis Media Grafis ...36

3. Kelebihan Media Grafis ...42

4. Kekurangan Media Grafis ...42

D.Pendidikan Kewarganegaraan ...43

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ...43

2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...44

E. Pemanfaatan Media Grafis dalam Pembelajaran PKn ...45

(12)

2. Materi ...47

F. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ...48

G.Kerangka Pikir ...51

H.Penelitian yang Relevan ...54

I. Hipotesis Penelitian ...55

BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ...56

B. Setting Penelitian ...57

C.Populasi Penelitian ...58

D.Variabel Penelitian ...58

E. Definisi Operasional Variabel ...59

F. Teknik Pengumpulan Data ...60

G.Instrumen Penelitian ...62

H.Uji Validasi dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...66

I. Teknik Analisis Data ...68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Populasi Penelitian ...72

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...73

C. Uji Prasyarat Analisis ...83

D. Uji Hipotesis ...84

E. Pembahasan ...86

F. Keterbatasan Penelitian ...92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...94

B. Implikasi ...94

C. Saran ...95

DAFTAR PUSTAKA ...96

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Materi ... 48

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 63

Tabel 3. Interpelasi Data ... 68

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 68

Tabel 5. Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif Penelitian ... 71

Tabel 6. Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Palbapang Baru ... 72

Tabel 7. Kriteria Keaktifan Belajar ... 75

Tabel 8. Hasil Statistik Nilai Awal (Pretest) Hasil Observasi Keaktifan Belajar SiswaKelompok Eksperimen ... 76

Tabel 9. Hasil Statistik Nilai Awal Angket Keaktifan BelajarSiswa Kelompok Eksperimen ... 77

Tabel 10. Harga Statistik Nilai Akhir (Posttest) Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 78

Tabel 11. Harga Statistik Nilai Akhir Angket Keaktifan Belajar Ssiswa Kelompok Eksperimen ... 79

Tabel 12. Harga Statistik Nilai Awal (Pretest) Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 80

Tabel 13. Harga Statistik Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 81

Tabel 14. Harga Statistik Nilai Akhir (Posttest) Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 82

Tabel 15. Harga Statistik Nilai Akhir Angket Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 83

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ... 53 Gambar 2. Nonequivalent Control Group Design ... 56 Gambar 3. Grafik Histogram Nilai Awal (Pretest) Hasil Observasi

Keaktifan Belajar SiswaKelompok Eksperimen ... 76 Gambar 4. Grafik Histogram Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa

Kelompok Eksperimen ... 77 Gambar 5. Grafik Histogram Nilai Akhir (Posttest) Hasil Observasi

Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 78 Gambar 6. Grafik Histogram Nilai Akhir Hasil Angket Keaktifan Belajar

Siswa Kelompok Eksperimen ... 79 Gambar 7. Grafik Histogram Nilai Awal (Pretest) Hasil Observasi

Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 80 Gambar 8. Grafik Histogram Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa

Kelompok Kontrol ... 81 Gambar 9. Grafik Histograam Nilai Akhir (Posttest) Hasil Observasi

Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 82 Gambar 10. Grafik Histograam Nilai Akhir Hasil Angket Keaktifan Belajar

Siswa Kelompok Kontrol ... 83 Gambar 11. Grafik Rata-Rata Nilai Pretest-Posttest Hasil Observasi

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Subjek Penelitian ... 100

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen dan Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 102

Lampiran 3. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 106

Lmapiran 4. Hasil Uji Validitas Realibilitas ... 107

Lampiran 5. Nilai Pretest-Posttest Siswa ... 114

Lampiran 6. Hasil Perhitungan Statistik ... 115

Lampiran 7. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 125

Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 128

Lampiran 9. Dokumentasi ... 176

Lampiran 10. Surat Keterangan Validasi ... 179

Lampiran 11. Rubrik Tes Kinerja ... 181

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya untuk

mendapatkan informasi baru, sikap, maupun keterampilan yang belum dimiliki.

Adanya interaksi dengan lingkungan menandakan adanya aktivitas di dalam

sebuah proses belajar. Aktivitas tersebut dilakukan secara sengaja dan terencana

untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Proses belajar akan berjalan baik

ketika prinsip-prinsip belajar dapat terpenuhi dengan baik pula. Salah satu prinsip

yang mempengaruhi proses belajar ialah keaktifan belajar.

Keaktifan berasal dari kata dasar aktif yang menurut Sadulloh, dkk (2010:

147) berarti giat, baik itu giat secara lahiriah atau giat dalam arti batinnya atau

rohaniahnya. Keaktifan jasmaniah meliputi kegiatan anggota badan saat proses

pembelajaran berlangsung seperti mempraktikkan, mencoba, membaca,

mendengar, mengamati, menulis, dan sebagainya. Keaktifan mental meliputi

kegiatan psikis siswa seperti fokus terhadap proses pembelajaran berlangsung,

menyimpulkan kegiatan pembelajaran, memahami konsep-konsep, memecahkan

masalah yang ditemukan, dan kegiatan psikis lainnya. Suatu proses belajar

dikatakan baik jika adanya keaktifan siswa baik secara fisik maupun psikis.

Peran guru sangat dibutuhkan untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif.

Hal ini sejalan dengan pendapat Yamin (2007: 78) yang menyatakan bahwa guru

tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap kepada siswa akan tetapi guru harus mampu membawa siswa untuk aktif

(17)

tidak akan berjalan satu arah. Dengan demikian akan tercipta sebuah interaksi

baik antara guru dan siswa, antar siswa, maupun siswa dengan lingkungannya.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 63) menyatakan salah satu cara untuk

menimbulkan keaktifan belajar siswa ialah dengan menggunakan multi metode

dan multi media di dalam pembelajaran. Media pendidikan merupakan alat

perantara penyampaian pesan yang akan disampaikan pendidik kepada siswa.

Media pendidikan menjadi salah satu hal terpenting dalam upaya memudahkan

dan memperjelas penyampaian informasi. Penggunaan media yang tepat dapat

membantu siswa untuk lebih memahami materi yang disampaikan. Siswa akan

lebih tertarik untuk mengamati media dan mencari tahu dengan sendiri melalui

media yang disediakan guru sehingga menumbuhkan keaktifan belajar siswa.

Media pembelajaran terkait manfaatnya yaitu akan lebih banyak memberi

peluang kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Maka untuk

mengantisipasi siswa pasif dalam proses pembelajaran, penggunaan media

pembelajaran diharapkan dapat mengaktifkan siswa selama proses belajar. Oleh

karena itu, guru juga berperan penting dalam penggunaan media pembelajaran

selama proses belajar.

Kenyataannya banyak kegiatan belajar tidak sepenuhnya menumbuhkan

keaktifan belajar siswa. Sehingga proses pembelajaran tidak berjalan secara

optimal. Begitu halnya yang dialami di salah satu Sekolah Dasar (SD) di wilayah

Bantul. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 19

November 2016 di SD Palbapang Baru yang beralamat di Kadirojo, Palbapang,

(18)

Pada SD Palbapang Baru kelas 5 terdiri dari kelas paralel yaitu V A, dan V B.

Saat observasi dilakukan di kelas VA dan VB pada proses pembelajaran PKn

ditemukan siswa-siswi kelas tersebut masih pasif dalam pembelajaran yang

berakibat pada tidak kondusifnya proses pembelajaran. Beberapa siswa kurang

memperhatikan penjelasan guru dan sibuk sendiri. Hanya siswa tertentu yang aktif

saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya adalah proses pembelajaran masih didominasi dengan ceramah,

kurang maksimalnya pemanfaatan papan tulis, serta masih belum optimalnya

pemanfaatan media pembelajaran. Pembelajaran menjadi membosankan, hal ini

terlihat ketika siswa kurang antusias dan kurang tertarik pada pembelajaran,

sehingga berdampak pada kurang aktifnya siswa saat proses pembelajaran. Saat

proses tanya jawab berlangsung kebanyakan dari siswa hanya diam dan hanya

beberapa siswa tertentu yang berani untuk mengungkapkan pendapatnya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan wali kelas VA dan VB, guru

mengungkapkan bahwa saat proses pembelajaran pada mata pelajaran lainnya

seperti matematika, bahasa Indonesia serta Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), para

siswa sudah cukup aktif. Hal tersebut dikatakan sebab, mata pelajaran tersebut

memuat materi yang dapat mengaktifkan siswa seperti halnya praktik, membuat

karangan-karangan atau karya. Jadi, selama proses pembelajaran tersebut siswa

sudah ikut terlibat dalam proses belajar. Guru juga menambahkan bahwasanya

untuk mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) yang diketahui banyak materi yang abstrak membuat

(19)

pembelajaran. Ditambah lagi siswa dituntut untuk banyak menghafalkan.

Penggunaan media pembelajaran juga masih kurang maksimal, hal ini disebabkan

karena adanya kekhawatiran guru jika harus menggunakan media materi tidak

dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Guru lebih memilih untuk

menyampaikan semua materi dengan menggunakan metode ceramah saja.

Berdasarkan pemaparan masalah yang ditemukan di SD Palbapang Baru

berkaitan dengan kurangnya keaktifan belajar, maka peneliti akan menguji

efektivitas penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran terhadap keaktifan

belajar siswa. Hal ini berdasarkan terori manfaat dari media pendidikan yaitu

dapat mendorong partisipasi aktif siswa (Arsyad, 2011: 25). Salah satu media

pendidikan yang dapat digunakan yaitu media grafis.

Sadiman, dkk. (2009: 28) berpendapat bahwa media grafis merupakan alat

bantu penyampaian pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi

visual. Seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster,

peta/globe, papan flanel/flannel board. Media grafis ini tergolong media yang sederhana dan mudah untuk dibuat, namun masih banyak guru yang belum

menggunakannya.

Berdasar pemaparan identifikasi masalah di atas maka peneliti akan

melakukan penelitian dengan jenis penelitian eksperimen di SD Palbapang Baru

dengan judul penelitian “Efektivitas Penggunaan Media Grafis Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di

(20)

efektivitas penggunaan media grafis terhadap keaktifan belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan kewarganegaraan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang sudah dituliskan di atas

dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran

2. Pemanfaatan media grafis dalam pembelajaran kurang maksimal

3. Proses pembelajaran masih konvensional

4. Proses pembelajaran berpusat pada guru

5. Pendidikan Kewargenagaraan (PKn) berisikan materi abstrak kurang bisa

dipahami siswa

C.Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan sebelumnya, peneliti membatasi penelitian ini agar lebih terfokus yaitu

pertama kurangnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran, kedua pemanfaatan

media grafis kurang efektif, dan kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran

PKn.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Apakah penggunaan media grafis efektif terhadap keaktifan belajar siswa

pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD Palbapang

(21)

E.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penggunaan media

grafis terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan di kelas V SD Palbapang Baru.

F. Manfaat

Hasil dilakukannya penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan motivasi dan menciptakan daya tarik serta rasa senang belajar

pendidikan kewarganegaraan

b. Meningkatkan keaktifan siswa

c. Menumbuhkan sikap saling menghargai satu sama lain

d. Melatih dan memberikan kemudahan siswa dalam mengemukakan pendapat

2. Bagi Guru

a. Penelitian ini dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam pelaksanaan

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

b. Media grafis sebagai alternatif lain bagi guru dalam memilih media

pembelajaran yang tepat dalam menumbuhkan keaktifan belajar siswa

khususnya pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

c. Sebagai salah satu cara guru dalam mengatasi kendala pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan

d. Dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan dalam pengelolaan kelas

(22)

3. Bagi Sekolah

a. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi media

pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan.

b. Kualitas hasil pembelajaran meningkat, terutama keaktifan belajar siswa dalam

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

4. Bagi Peneliti

a. Menambah keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penggunaan

media pembelajaran.

b. Memperoleh fakta data lapangan untuk menyusun tugas akhir dalam rangka

meraih gelar S.Pd.

c. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Program Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Jurusan Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Dasar

(23)

BAB II KAJIAN TEORI A.Keaktifan Belajar

1. Pengertian Keaktifan Belajar

Belajar dapat dikatakan suatu aktifitas, sebab merupakan suatu usaha untuk

mendapat pengetahuan. Belajar efektif jika siswa aktif dari fisik, intelektual, dan

emosional. Seperti pernyataan Sardiman (2007: 21) yang menyatakan belajar

merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan

pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa,

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kegiatan belajar berarti seluruh anggota

badan baik fisik maupun rohani melakukan aktivitas belajar. Belajar tidak terbatas

pada pengetahuan saja, tetapi suatu bentuk kegitan yang juga berpengaruh

terhadap perilaku, dan perasaan. Jadi, dampak dari adanya kegiatan belajar ialah

adanya perubahan terhadap tingkah laku. Belajar menuntut adanya kegiatan

seluruh anggota badan dan jiwa, tanpa keduanya proses belajar tidak akan

maksimal. Oleh karena itu, diperlukan latihan-latihan selama proses belajar

tersebut. Latihan-latihan yang dimaksudkan dalam belajar tidak hanya mendengar

atau memperhatikan saja, tetapi seluruh kegiatan fisik maupun mental. Kegiatan

fisik, misalnya membaca, menulis, mencoba, mendengar, menemukan fakta atau

konsep, dan sebagainya. Kegiatan mental berupa seluruh jiwanya difokuskan

untuk belajar seperti, menganalisis, mencari solusi pemecahan suatu masalah,

memprediksi, menyimpulkan, dan sebagainya.

Belajar diartikan oleh Djamarah (2002: 13) ialah sebagai serangkaian

(24)

dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut

kognitif, afektif, dan psikomotor. Jika seseorang ingin mendapatkan berbagai

kecakapan tersebut tentunya diperlukan suatu usaha-usaha dalam bentuk kegiatan

atau disebut dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar tentunya seperti halnya

mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan. Seseorang dikatakan belajar

dapat dilihat dari perubahan yang terjadi setelah memperoleh pengetahuan

tentunya perubahan dalam hal pengetahuan atau pemikiran, sikap, dan perilaku.

Bagaimana seseorang tersebut dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat

terhadap suatu situasi baru.

Pernyataan lain tentang belajar dinyatakan oleh Purwanto (2010: 38) yaitu

sebuah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk

mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Proses tersebut berupa suatu kegiatan

yang mengharuskan adanya proses interaksi antara individu dan lingkungannya.

Proses interaksi tersebut diharapkan adanya perubahan terhadap individu tersebut.

Berarti belajar perlu adanya sautu usaha yang dilakukan untuk adanya suatu

perubahan.

Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas dalam bentuk kegiatan, baik

fisik maupun mental untuk memperoleh berbagai kecakapan seperti pengetahuan,

sikap, dan keterampilan. Belajar dapat dilihat dari dampaknya seseorang yang

melakukan aktivitas belajar tersebut yaitu adanya perubahan. Jadi seseorang

dikatakan belajar jika ada perubahan terhadap diri individu tersebut, dari

(25)

Penjelasan sebelumnya mengartikan bahwa belajar merupakan sebuah

aktivitas untuk menemukan pengetahuan baru. Dikatakan belajar jika adanya

keaktifan dari si pembelajar. Keaktifan terdiri dari kata dasar aktif yang menurut

Kamus Umum Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha), sedangakan

keaktifan berarti kegiatan; kesibukan. Dapat diketahui berdasarkan penjelasan

tersebut keaktifan merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam bentuk

kegiatan.

Hal yang sama ditambahkan oleh Sadulloh, dkk (2010: 147) tentang aktif

yang berarti giat, baik itu giat secara lahiriah atau giat dalam arti batinnya atau

rohaniahnya. Kegiatan yang dilakukan tidak terbatas pada kegiatan fisik saja

tetapi rohaninya juga ikut aktif. Ketika melakukan suatu kegiatan apapun itu

rohaninya juga ikut aktif yang berarti ikut berfokus pada kegaitan yang dilakukan.

Merujuk dari beberapa pendapat tentang keaktifan dapat diperoleh

kesimpulan bahwa keaktifan merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam bentuk

kegiatan baik fisik maupun lahiriyah. Bertujuan untuk melakukan sesuatu hal

yang diingikan, atau untuk memperoleh sesuatu. Kegiatan fisik berarti melakukan

suatu perbuatan, dan kegiatan lahiriyah ialah baik jiwa dan pikirannya berfokus

terhadap sesuatu yang sedang dilakukan.

Lebih lanjut mengenai pengertian keaktifan dalam belajar dipaparkan oleh

Hasibuan dan Moedjiono (2006: 7) dimana bentuknya beraneka ragam seperti

mendengarkan (ceramah), mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis,

memecahkan suatu masalah, menyatakan gagasan dengan bahasa sendiri, dan

(26)

mental dan emosinya turut berpusat pada proses belajar. Belajar tidak hanya

mengembangkan pengetahuan saja, melainkan sikap dan keterampilan juga harus

ada perubahan. Perubahan yang mengarah kepada hal baik setelah memperoleh

pengalaman belajar tersebut. Bagaimana aktivitas siswa selama proses

pembelajaran seperti halnya aktivitas mental seperti memperhatikan penjelasan

guru, bersikap terhadap antar siswa maupun guru seperti halnya menghargai

ketika siswa lainnya berpendapat.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 45) menjelaskan lagi bahwa keaktifan belajar

berarti anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan

yang diperolehnya. Siswa tidak hanya menerima apa saja yang diberikan oleh

guru. Jadi sebagai pendidik harus merencanakan sebaik mungkin proses

pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan

sendiri belajarnya.

Aunurrahman (2010: 119) menambahkan keaktifan belajar ditandai oleh

adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika

dibutuhkan. Ketika seluruh jiwa dan raga siswa terfokus pada proses

pembelajaran, pengetahuan yang akan disampaikan mudah diterima. Dengan

demikian pembelajaran akan berjalan lancar, serta kualitas belajar akan baik.

Penjelasan lain mengenai keaktifan belajar siswa dinyatakan oleh Slameto

(2003: 36) bahwa keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran yaitu seperti siswa

menemukan sendiri pengetahuan yang akan dipelajari, mengolah dan

menyampaikan pengetahuan yang didapat dengan bahasa sendiri, serta bertanya,

(27)

dll. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa pembelajaran berpusat pada siswa.

Siswa dituntut lebih aktif dalam menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan.

Siswa melakukan kegiatan fisik dan mental selama proses pembelajaran

berlangsung. Sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan keaktifan merupakan segala

bentuk kegiatan fisik dan mental seperti mencari, menemukan, dan mengolah

informasi yang telah diperoleh. Dalam pembelajaran maka keaktifan belajar

merupakan segala kegiatan fisik, mental, dan emosional siswa yang dilakukan

selama proses pembelajaran. Dengan mengalami sendiri untuk menemukan

masalah dan memecahkannya akan memberikan pesan yang bermakna. Pesan

yang bermakna tersebut seterusnya akan melekat pada diri siswa. Siswa tidak

akan mudah lupa ketika mengalami sendiri proses belajar tersebut.

2. Kriteria Keaktifan Belajar

Sudjana (2009: 61) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dari:

a. keikutsertaan siswa dalam proses belajar.

b. ikut terlibat dalam pemecahan suatu masalah.

c. bertanya kepada guru maupun teman terkait materi yang tidak dipahami

maupun permasalahan yang dihadapi.

d. berusaha dalam menemukan dan mencari informasi yang diperlukan untuk

memecahkan suatu masalah.

e. melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan instruksi guru.

f. menilai kemampuan diri maupun hasil yang diperoleh.

(28)

h. menggunakan dan menerapkan pengalaman yang diperoleh dalam

menyelesaikan tugas maupun persoalan baru.

Jadi, berdasarkan kriteria di atas dapat dikelompokkan ke dalam keaktifan

fisik dan mental. Keaktifan fisik yang dapat diamti meliputi, (1) ikut terlibat

dalam melakukan kegiatan belajar, (2) bertanya kepada siswa lain maupun guru

terkait materi maupun hal yang belum dipahami, (3) melaksanakan diskusi

kelompok sesuai dengan arahan guru, (4) menilai kemampuan diri dan hasil-hasil

yang diperoleh selama pembelajaran. Kemudian keaktifan mental siswa yang

dapat diamati yaitu (1) siswa turut terlibat dalam pemecahan masalah, (2) mencari

dan menemukan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, (3)

melatih diri untuk memecahkan soal maupun masalah yang sejenis, (4)

menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas dan persoalan yang

dihadapi. Kriteria keaktifan belajar tersebut sudah meliputi kegiatan fisik maupun

kegiatan mental. Hal ini tergambar jelas bahwa seluruh pikiran, dan fisik peserta

didik tertuju pada proses pembelajaran.

Uno dan Mohamad (2014: 33) memaparkan ciri pembelajaran yang

mengaktifkan siswa adalah sebagai berikut.

a. Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya, dan membuat

kesimpulan.

b. Adanya interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa.

c. Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karya sendiri.

(29)

Dapat diketahui berdasarkan pendapat di atas keaktifan siswa ditandai dengan

siswa mengkontruksi pengetahuan sendiri tetapi dengan bimbingan guru. Berani

mengutarakan pendapat dan dapat ikut menyimpulkan pengetahuan yang didapat.

Terjadi interaksi aktif antar siswa maupun dengan guru. Siswa juga diberikan

kesempatan untuk dapat menilai diri dan hasil, serta siswa memanfaatkan sumber

belajar secara optimal yang ada di lingkungan. Uraian tersebut sudah mencirikan

keaktifan fisik maupun mental dalam kegiatan belajar.

Keachie dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 119) mengemukakan 7 (tujuh)

terjadinya suatu pembelajaran yang aktif, berikut penjelasannya.

a. Siswa berpartisipasi dalam menetapkan tujuan pembelajaran.

b. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran terutama interaksi

antarsiswa.

c. Kekompakan kelas sebagai suatu kelompok.

d. Memberi kesempatan sebebasnya terhadap siswa untuk mengambil keputusan

penting dalam kehidupan sekolah.

e. Jumlah waktu yang digunakan dalam menanggulangi masalah pribadi siswa.

Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat diketahui jika siswa tidak hanya

aktif dalam menemukan dan mencari informasi tetapi siswa juga ikut serta dalam

menetapkan tujuan pembelajaran. Sehingga siswa tahu arah yang harus dicapai

selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan interaksi yang terjalin antar

siswa maupun guru, kekompakan kelas selama proses pembelajaran maupun di

luar pembelajaran juga harus terjaga. Guru juga hendaknya mengikutsertakan

(30)

dalam proses pembelajaran. Tidak dipungkiri selama pelaksanaan pembelajaran

terdapat masalah-masalah yang ditemukan baik berkaitan dengan pelajaran

maupun pribadi siswa, untuk itu guru juga harus menyediakan waktu untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi.

Keaktifan dalam proses belajar merupakan suatu bentuk usaha kegiatan yang

dilakukan untuk menemukan pengetahuan. Adapun Sagala (2009: 169)

menjelaskan kriteria belajar yang dapat mengaktifkan siswa ialah sebagai berikut.

a. Belajar dengan melakukan perbuatan, maka akan dapat pengalaman.

b. Banyak indera yang terlibat, sehingga makna semakin kuat.

c. Interaksi dapat terjadi melalui belajar kelompok, dan diskusi.

d. Bangunan makna terjadi, dengan demikian makna yang salah segera terkoreksi.

e. Terjadi komunikasi, presentasi, dan laporan.

f. Adanya tanggapan.

g. Adanya refleksi, umpan balik dari guru.

h. Makna akan terbangun.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui kriteria yang dapat

menumbuhkan keaktifan belajar siswa diantarannya adalah siswa banyak

melakukan kegiatan sendiri untuk menemukan dan mencari pengetahun, sehingga

siswa mengalami sendiri. Siswa yang mengalami sendiri untuk menemukan maka

pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah dipahami siswa. Lebih banyak

indera yang terlibat selama proses pembelajaran maka makna yang diperoleh akan

semakin kuat. Interaksi antar siswa dan guru dapat terjalin melalui diskusi

(31)

salah akan mudah terkoreksi. Selain itu juga menumbuhkan komunikasi, berupa

tanggapan, penyampaian pengetahuan yang didapat, refleksi, dan umpan balik

dari guru.

Peran aktif siswa akan menimbulkan partisipasi didalam kegiatan

pembelajaran untuk menemukan pengetahuan. Joni dan Yamin dalam Yamin

(2007: 80) menjelaskan karakteristik keaktifan yang dapat dilaksanakan dalam

kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

a. Pembelajaran dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa cenderung

sebagai pemegang peran dalam proses pembelajaran. Seperti ikut berperan

dalam perencanaan, pelaksanaan, mengembangkan cara belajar sendiri, dan

lebih mengutamakan siswa mengalami sendiri proses belajar.

b. Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar.

Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga memberikan

peluang sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk menemukan, mengolah, dan

menyelesaikan masalah dengan tetap ada arahan dari guru.

c. Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai mencakup kemampuan minimal siswa

(kompetensi dasar). Selain itu kegiatan pembelajaran juga mengembangkan

kemampuan siswa secara utuh.

d. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan kreativitas siswa,

meningkatkan kemampuan, mencintapkan siswa kreatif dan menguasai

konsep.

e. Adanya penilaian secara kontinu terhadap kemampuan kognitif, afektif, dan

(32)

Jadi, kriteria keaktifan siswa yang telah disebutkan yaitu berpusat pada siswa,

guru sebagai fasilitator, kompetensi dasar minimum harus tercapai.

Pengembangan kemampuan siswa secara optimal baik aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor. Pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, serta

adanya penilaian secera berkelanjutan baik kognitif, afektif, dan keterampilan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria

keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa

meliputi, keikutsertaan siswa dalam mencari dan menemukan pengetahun dengan

mengalami sendiri tetapi tetap dalam bimbingan guru. Ikut terlibat dalam

menyelesaikan masalah, adanya interaksi antar siswa dan guru melalui diskusi,

belajar kelompok, refleksi, tanggapan, dan umpan balik dari guru. Siswa ikut

terlibat dalam menetapkan tujuan pembelajaran dan mengambil setiap keputusan

yang akan diberlakukan selama proses pembelajaran.

Kriteria dari keaktifan belajar lainnya ialah memaksimalkan penggunaan

seluruh panca indera, memberi waktu dalam penyelesaian masalah yang

ditemukan, adanya penilaian yang kontinu dari aspek kognitif, afektif, dan

psikomotor, serta siswa mampu menilai kemampuan dan hasil karya sendiri.

Selain itu guru hanya berperan sebagai fasilitator yang bertugas memberikan

arahan dan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Sehingga siswa dituntut untuk banyak aktif selama proses pembelajaran. Dengan

demikian siswa akan memperoleh pengetahuan secara langsung, maka

(33)

3. Klasifikasi Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar menurut Diedrich dalam Sardiman (2007: 101)

diklasifikasikan menjadi, visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities, berikut pemaparan lebih jelasnya.

a. Visual activities, merupakan kegiatan yang melibatkan penggunaan panca indera penglihatan seperti membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan

percobaan, memperhatikan pekerjaan, dll.

b. Oral activities, merupakan kegiatan lisan seperti menyatakan pendapat,

bertanya, memberikan saran, diskusi, merumuskan, mengadakan wawancara.

c. Listening activities, merupakan kegiatan yang mengoptimalkan penggunaan indera pendengaran seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik,

pidato, penjelasan.

d. Writting activities, seperti menulis rangkuman, cerita, laporan, menyalin,

karangan.

e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat sebuah grafik, peta konsep, diagram.

f. Motor activities, yang termasuk dalam kegiatan tersebuat antara lain: melakukan percobaan, bermain, berkebun, praktek, dan beternak.

g. Mental activities, beberapa contohnya ialah: menanggapi, mengingat pengalaman-pengalaman sebelumnya, memecahkan soal, menganalisis,

(34)

h. Emotional activities, suatu kegiatan yang melibatkan perasaan seperti misalnya: menaruh minat, bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang,

gugup.

Berdasarkan pemaparan klasifikasi keaktifan belajar dapat disimpulkan

bahwa terdapat beraneka ragam bentuk keaktifan belajar. Meliputi keaktifan yang

melibatkan indera penglihatan, lisan, pendengaran, menulis, menggambar, motor,

mental, dan emosional siswa. Jika berbagai jenis keaktifan belajar tersebut dapat

diterapkan maksimal di lingkungan sekolah maka proses belajar siswa akan

optimal. Tentunya dengan diterapkan secara maksimal maka kondisi belajar di

sekolah akan menjadi lebih dinamis, menyenangkan dan menarik perhatian siswa

untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Dengan hal itu diharapkan

berpengaruh terhadap pemahaman materi siswa.

Djamarah (2002: 38) menyebutkan aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam

keaktifan belajar ialah mendengar, memandang, meraba, membau,

mencicipi/mengecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat ihtisar atau

ringkasan, menggaris bawahi, mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, maupun

bagan-bagan, menyusun papaer atau kertas kerja, mengingat, berpikir, dan latihan

atau praktek. Penjelasan mengenai aktivitas-aktivitas belajar adalah sebagai

berikut.

a. Mendengarkan, suatu bentuk aktivitas dengan menggunakan indera

pendengaran untuk mengamati penjelasan guru.

b. Memandang, aktivitas memandang dalam belajar ini bertujuan sesuai dengan

(35)

Memandang berarti menggunakan indera penglihatan untuk diarahkan ke suatu

objek.

c. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap, aktivitas tersebut termasuk dalam

keaktifan belajar dengan didasari tujuan untuk memperoleh perubahan tingkah

laku dengan situasi tertentu.

d. Menulis atau mencatat, merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan

dari aktivitas belajar. Menulis atau mencatat dikatakan sebagai aktivitas belajar

jika dalam mencatat individu itu menyadari akan kebutuhan dan tujuannya.

Dan menggunakan seperangkat tertentu agar catatan yang dibuat berguna untuk

mencapai tujuan.

e. Membaca, aktivitas ini yang paling banyak dilakukan namun tidak terbatas

pada membaca buku saja namun dapat juga majalah, tabloid, jurnal, catatan,

maupun sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan materi.

f. Membuat ihtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi, menuliskan hal-hal

pokok untuk dijadikan sebuah pokok materi yang harus dipelajari. Serta

menggaris bawahi hal-hal penting.

g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan, dalam buku

maupun media yang digunakan pada saat penjelasan dari guru sering dijumpai

pemanfaatan tabel, diagram, maupun bagan. Hal tersebut bertujuan unutk

memperjelas uraian yang dijelaskan guru maupun dalam buku. Adanya tabel,

diagram, atau bagan untuk menumbuhkan pengertian dalam waktu singkat.

h. Menyusun paper atau kertas kerja, suatu kegiatan tulis menulis, maupun

(36)

i. Mengingat, merupakan sebuah aktivitas memasukkan, menyimpan, dan

mengangkat kembali ke alam bawah sadar. Dalam belajar mengingat seperti

sedang menghafal bahan pelajaran, berupa dalil, kaidah, pengertian, rumus, dan

sebagainya.

j. Berpikir, merupakan sebuah aktivitas untuk memperoleh penemuan baru, atau

menjadi tahu akan hubungan antara sesuatu. Selain itu berpikir juga dapat

dilakukan untuk pemecahan suatu masalah.

k. Latihan atau praktik, setelah mendapatkan penjelasan materi perlu adanya

latihan atau praktiek. Hal ini berguna agar kesan-kesan yang diterima

fungsional. Serta dengan mengalami sendiri siswa akan lebih memahami

materi. Selain itu dapat melatih siswa dalam menemukan pengetahuan,

pemecahan masalah secara mandiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan klasifikasi

keaktifan belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi delapan aspek yaitu; 1)

visual activities yaitu kegiatan yang melibatkan penggunaan panca indera penglihatan saja seperti, membaca, memandang, mengamati tabel, diagram,

bagan; 2) oral activities yaitu kegiatan lisan seperti bertanya, berpendapat,

diskusi, merumuskan; 3) listening activities yaitu kegiatan yang menggunakan indera pendengaran seperti, mendengarkan penjelasan, uraian, percakapan,

diskusi; 4) writting activities yaitu kegitan menulis seperti, mencatat rangkuman, cerita, laporan, paper atau kertas kerja, menyalin, menggaris bawahi, membuat

ihtisar; 5) drawing activities kegiatan membuat gambar atau sketsa seperti

(37)

kegiatan yang membuat siswa bergerak seperti, melakukan percobaan, mencicipi,

meraba, membau, praktik atau latihan; 7) mental activities seperti menanggapi,

berpikir, menganalisis, memecahkan soal, menghubungkan, mengingat,

menyimpulkan, merumuskan; 8) emotional activities yaitu kegiatan yang

melibatkan perasaan seperti adanya minat, senang, bosan, bersemangat, berani,

tanggung jawab maupun perasaan lainnya.

4. Prinsip Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa

Ada beberapa hal harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran

yang dapat mengaktifkan siswa. Uno dan Mohamad (2014: 33) menyebutkan

beberapa prinsip yang harus diperhatikan lebih jelasnya sebagai berikut.

a. Merencanakan pembelajaran yang dapat melibatkan keaktifan siswa secara

optimal dalam proses belajar. Keaktifan tersebut baik fisik, mental, dan

emosional diupayakan melibatkan sebanyak mungkin indera siswa. semakin

banyak indera yang terlibat maka semakin maksimal keaktifan siswa.

b. Menghindarkan siswa ketergantungan belajar terhadap guru seperti cara belajar

DDCH (Duduk, Dengar, Catat, Hafal) yang mengakibatkan siswa belajar masih

dalam pengaruh arahan guru.

c. Penilaian hasil belajar yaitu prestasi belajar siswa tergambar dalam berbagai

bentuk kegiatan belajar siswa maka penilaian tersebut diadakan dalam bentuk

ujian lisan, tertulis, tes buku terbuka, tes yang dikerjakan di rumah, dll.

Berdasarkan uraian di atas, prinsip-prinsip keaktifan belajar siswa yaitu

perencanaan pembelajaran dirancang untuk dapat memaksimalkan keaktifan

(38)

belajar diambil dari berbagai kegiatan siswa yang berlangsung selama proses

pembelajaran. Siswa dituntut untuk banyak melakukan kegiatan dibanding guru.

Guru bertugas untuk mengarahkan dan membimbing siswa selama proses

pembelajaran.

Semiawan, dkk. (1992: 9-13) mengemukakan prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan agar aktifitas siswa optimal dalam proses pembelajaran. Adapun

prinsip-prinsip tersebut lebih jelasnya ialah:

a. prinsip motivasi, guru harus berperan merangsang dan menumbuhkan motif

positif siswa dalam proses belajar.

b. prinsip latar atau konteks, adanya keterhubungan antara pengalaman yang

telah diperoleh dengan yang baru.

c. prinsip keterarahan, pola pengajaran yang dihubungkan dengan seluruh aspek

pengajaran.

d. prinsip belajar sambil bekerja, penggabungan antara pengalaman dengan

kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual.

e. prinsip perbedaan perorangan, guru memperhatikan cara belajar siswa yang

mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga tidak diberlakukan

secara klasikal.

f. prinsip menemukan, memberi peluang siswa untuk menemukan informasi yang

dibutuhkan dengan arahan guru.

g. prinsip pemecahan masalah, siswa diarahkan untuk peka terhadap masalah dan

(39)

Adapun penjelasan di atas tentang prinsip–prinsip yang harus diperhatikan

agar kegiatan pembelajaran dapat mengaktifkan siswa ialah guru memegang

peranan penting untuk memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa agar

lebih aktif selama proses belajar dengan melibatkan peserta didik dalam seluruh

kegiatan proses pembelajaran. Guru harus memberikan motivasi kepada siswa

sebelum pembelajaran dimulai agar menumbuhkan minat siswa serta akan tertarik

untuk mengikuti proses belajar. Guru harus memperhatikan keterhubungan antara

pengalaman yang akan diperoleh dengan yang sudah dialami. Pembelajaran

hendaknya terarah bagi siswa agar banyak melakukan kegiatan fisik maupun

mental. Guru juga harus memperhatikan perbedaan karakteristik siswa, siswa

lebih banyak menemukan sendiri pengetahuan yang akan disampaikan guru.

Selain itu siswa dibiasakan untuk tanggap terhadap masalah dan mampu

menyelesaikannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui prinsip-prinsip yang

harus diperhatikan agar pembelajaran dapat mengaktifkan siswa secara optimal.

Prinsip tersebut meliputi siswa ikut terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan suatu

proses pembelajaran, siswa diajarkan mandiri dalam menemukan informasi,

penilaian dilakukan dari seluruh kegiatan yang dilakukan siswa selama proses

pembelajarah, menumbuhkan motivasi siswa, keterhubungan materi,

pembelajaran terarah, pembelajaran menggabungkan kegiatan fisik maupun

mental siswa, memperhatikan perbedaan karakteristik setiap siswa, menumbuhkan

(40)

memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diharapkan pembelajaran menjadi lebih

aktif. Selain itu pembelajaran menjadi lebih efektif.

B.Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media merupakan salah satu perantara penyampaian informasi kepada

penerima. Yamin (2007: 197) mendefinisikan media sebagai suatu perangkat yang

dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi. Pengertian

media memiliki batasan pengertian seperti yang dinyatakan Sadiman, dkk (2009:

6) adalah sebagai berikut.

a. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technologi/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.

b. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

c. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

d. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) mengartikan media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa media merupakan suatu

perangkat yang berupa audio maupun cetak yang dapat menyalurkan informasi

atau pesan. Melalui perantara ini akan merangsang siswa untuk belajar, selain itu

sebagai alat bantu untuk mempermudah penyampaian pesan kepada penerima.

Media dalam pembelajaran menurut Daryanto (2010: 7) adalah komponen

integral dari sistem pembelajaran. Menjadi sangat penting dalam sistem

pembelajaran, sebab sebuah komunikasi antara pendidik dengan peserta didik

(41)

tidak optimal. Perantara yang digunakan dapat memanfaatkan berbagai sumber

yang ada di lingkungan sekitar. Tentunya dengan memperhatikan karakteristik

siswa serta kekonkretan media tersebut.

Pendapat lain tentang media pembelajaran dinyatakan oleh Briggs dalam

Yamin (2007: 199) yaitu sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi

pembelajaran. Jadi, sarana fisik tersebut berupa segala bentuk alat yang dapat

digunakan untuk penyampaian materi kepada peserta didik. Alat ini sebagai alat

bantu guru dalam penyampaian.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan media

pembelajaran merupakan segala alat yang dapat dijadikan perantara penyampaian

pesan kepada peserta didik, dengan tujuan dapat merangsang pikiran, perasaan,

minat siswa untuk belajar. Tumbuhnya minat siswa untuk belajar, melalui media

pembelajaran dapat memancing keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

Media pembelajaran tidak terbatas pada alat yang dibuat mandiri oleh pendidik,

namun dapat memanfaatkan segala benda atau alat yang ditemui dan ada disekitar

lingkungan belajar siswa.

2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu proses pengajaran mempunyai

beberapa jenis. Suwarno, dkk. (2006: 118) menyatakan media pembelajaran

dibagi menjadi tiga yaitu media auditif, media visual, dan media audiovisual,

(42)

a. Media auditif, media yang dapat diamati menggunakan indera pendengaran

saja. Dapat diaktakan sebagai media yang menggunakan kemampuan suara

saja. Misalnya radio, video-cassette, piringan audio.

b. Media visual, yaitu media yang memaksimalkan penggunaan alat indera

penglihatan untuk mengamatinya. Seperti gambar diam film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan, peta konsep, kartun.

c. Media audivisual, media ini mengandalkan indera penglihatan dan

pendengaran. Mempunyai unsur suara dan gambar, media ini juga dibagi lagi

jenisnya yaitu (1) audiovisual diam yang menampilkan suara dan gambar diam

contohnya bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, (2) audiovisual gerak, yaitu media yang menampilkan unsur suara dan gambar bergerak

seperti film suara dan video cassette.

Media pembelajaran menurut pendapat di atas dibagi menjadi tiga yang

pertama ialah media audio, yaitu media yang menggunakan unsur suara saja. Jadi

media tersebut hanya dapat diamati dengan menggunakan indera pendengaran.

Kedua, adalah media visual yaitu media yang memaksimalkan penggunaan indera

penglihatan saja untuk mengamatinya. Ketiga ialah media audiovisual yaitu media

yang dapat diamati dengan lebih satu indera yaitu indera penglihatan dan

pendengaran. Media audiovisual ini dapat dilihat sekaligus didengarkan sebab

menggunakan unsur suara dan gambar. Dengan kata lain media dapat lebih luas

(43)

Klasifikasi media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2010: 3) ada

empat berikut pemaparannya.

a. Media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang memiliki ukuran

panjang dan lebar. Contoh dari media ini adalah gamabr, foto, grafik, bagan

atau diagram, poster, kartun, dan lain-lain.

b. Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk model padat (solid model), model susun, diorama, model kerja, mock up, dan lain-lain.

c. Media proyeksi seperti film, flm strips, slides, penggunaan OHP, dan lain-lain. d. Penggunaan lingkungan, yaitu memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media

dalam pembelajaran.

Pendapat di atas membagi media pembelajaran menjadi empat yaitu media

grafis dimana penggunaan media tersebut memaksimalkan pada pengamatan

indera penglihatan. Kedua yaitu media tiga dimensi atau memiliki ukuran

panjang, lebar, dan tinggi. Ketiga, ialah media proyeksi yaitu lebih memanfaatkan

kecanggihan teknologi, dan yang keempat ialah media lingkungan sekitar.

Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat ahli dapat diketahui bahwa media

pembelajaran diklasifikasikan menjadi media grafis atau media visual yaitu media

yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar serta hanya menggunakan indera

penglihatan saja untuk mengamatinya. Media audio yaitu media yang hanya

memiliki unsur suara sehingga hanya dapat diamati menggunakan indera

pendengaran saja tanpa penggunaan indera yang lainnya. Media audiovisual yaitu

media yang mempunyai unsur suara dan penglihatan. Dapat diketahui media ini

(44)

contoh media proyeksi seperti yang ditulisan sebelumnya dapat diklasifikasikan

kedalam media audiovisual seperti film. Beberapa klasifikasi tersebut jika dilihat

dari unsur dasar penggunaan indera maka dapat diklasifikasikan menjadi media

visual atau grafis, media audio, dan media audiovisual.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran menjadi salah satu komponen penting dalam sistem

pembelajaran, bertujuan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran berlangsung.

Hal ini tentunya memiliki beberapa manfaat sehingga dapat dikatakan integral

dalam sistem pendidikan, adapun manfaat media pembelajaran menurut Sudjana

dan Rivai (2010: 2) penjelasannya adalah sebagai berikut.

a. Menarik perhatian siswa, perhatian, dan motivasi untuk belajar

b. Memperjelas makna materi, meningkatkan pemahaman siswa, dan mencapai

tujuan pembelajaran dengan baik

c. Metode pembelajaran yang digunakan akan lebih bervariasi

d. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

Banyaknya manfaat media pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran

lebih efektif dan efisien. Pembelajaran semakin menarik dan dapat merangsang

keaktifan siswa, selain itu dapat mempertinggi kualitas dari pembelajaran. Sesuai

dengan taraf perkembangan berpikir siswa dari konkret menuju abstrak melalui

media ini materi yang sangat abstrak dapat dikonkretkan melalui media. Berkaitan

dengan manfaat media pembelajaran dimana dapat mengaktifkan siswa, maka

(45)

pembelajaran yang bertujuan membuat siswa aktif selama proses pembelajaran

tersebut.

Kemp dan Dayton dalam Yamin (2007: 200) menyebutkan delapan manfaat

media dalam kegiatan pembelajaran. Berikut kedelapan manfaat media dalam

kegiatan pembelajaran.

a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik

c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

f. Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja

g. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif

Berdasarkan pernyataan di atas, media dalam kegiatan pembelajaran

mempunyai manfaat tidak lain untuk memperlancar proses belajar siswa, serta

memperlancar interaksi antar siswa maupun guru. Materi yang disampaikan guru

dengan media akan membuat setiap siswa memperoleh informasi yang sama

seperti siswa-siswa lainnya. Penggunaan media bervariasi, akan memancing

ketertarikan siswa untuk mengikuti proses belajar. Proses belajar akan menjadi

lebih interaktif baik antar siswa, dengan guru, maupun lingkungannya. Dapat

disimpulkan lagi manfaat media pembelajaran lebih spesifik lagi berpengaruh

pada keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran.

Waktu yang digunakan untuk penyampaian materi akan lebih efisien. Melalui

media tersebut dapat meningkatkan kualitas belajar siswa, pembelajaran pun

menjadi lebih fleksibel dari segi tempat maupun waktu. Meningkatnya

(46)

positif siswa terhadap bahan pelajaran dan prosesnya. Peran guru pun menjadi

lebih positif dan produktif.

4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Setiap proses pembelajaran pasti dirancang dan direncanakan dengan baik.

Sama halnya dengan media pembelajaran, harus dirancang dengan disesuaikan

terhadap minat dan karakteristik siswa. Pemilihan media yang tepat akan

berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Adapun kriteria dalam

pemilihan media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2010: 4) beserta

penjelasannya adalah sebagai berikut.

a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran; pemilihan media yang akan digunakan hendaknya sesuai dengan tujuan pengajaran yang instruksional dimana sudah

ditetapkan. Tujuan instruksioanl tersebut seperti unsur pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; media yang digunakan hendaknya

mendukung bahan dari pelajaran yang bersifat fakta, prinsip, konsep dan

generalisasi.

c. Kemudahan memperoleh media, media yang ingin digunakan lebih baik jika

mudah diperoleh, serta mudah dibuatnya. Media grafis ini biasanya dapat

dibuat tanpa biaya mahal, sederhana serta praktis.

d. Keterampilan guru menggunakannya, syarat utama dari penggunaan media ialah guru harus dapat menggunakan media tersebut. Serta yang paling penting

ialah dampak dari penggunakaan media tersebut terhadap terjadinya interaksi

(47)

e. Tersedianya waktu untuk menggunakannya, apabila waktu cukup dalam penggunaan media maka daapt bermanfaat bagi siswa selama proses belajar

berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, hendaknya pemilihan media yang akan

digunakan memperhatikan kesesuaian dengan karakteristik siswa. sehingga

materi yang tersampaikan dapat dipahami siswa dengan mudah.

Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan hendaknya

memperhatikan beberapa kriteria yang sudah dipaparkan di atas. Diharapkannya

penggunaan media sebagaimana mesti fungsinya yaitu perantara penyampaian

pesan. Apabila memperhatikan kriteria tersebut media akan menjadi tepat dan

mencapai tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Dick dan Carey dalam Sadiman, dkk. (2009: 86) menambahkan kriteria

pemilihan media pembelajaran di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku

belajarnya ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan. Penjelasannya

adalah sebagai berikut.

a. Ketersediaan sumber setempat, apabila media yang akan digunakan tidak ada

pada sumber yang ada atau dekat dengan lingkungan siswa maka harus

mencari ke sumber lain atau dengan membeli.

b. Ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas untuk membeli maupun memproduksi

media tersebut.

c. Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media dalam jangka waktu lama.

d. Efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang. Artinya apabila media

(48)

digunakan berulang-ulang maka akan menjadi lebih murah, dibandingkan

dengan produksi murah tetapi tidap dapat digunakan berulang dalam jangka

waktu lama.

Berdasarkan empat faktor tambahan kriteria pemilihan media pembelajaran

dapat disimpulkan bahwa dalam memilih media pembelajaran selain harus

memperhatikan dengan tujuan pelajaran juga harus memperhatikan faktor

pertama ialah ketersediaan sumber media di lingkungan sekitar siswa. Faktor

kedua, adnya ketersediaan dana, tenaga, serta fasilitas yang memadai untuk

memproduksi media tersebut. Faktor ketiga keluwesan, ketahanan, dan

kepraktisan media. Terakhir ialah efektivitas biaya yang digunakan dalam jangka

panjang. Dengan beberapa pertimbangan dalam memilih media pembelajaran

maka media yang digunakan selain dapat memperlancar pembelajaran juga efektif

jika digunakan.

Arsyad (2011: 75-76) menambahkan kriteria pemilihan media pembelajaran

adalah sebagai berikut.

1. Pemilihan media pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Penentuan tujuan pembelajaran hendaknya

mencakaup tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pencapaian tujuan ini

dapat dilakukan dengan melibatkan kegiatan fisik siswa.

2. Media pembelajaran harus tepat mendukung isi pelajaran yang bersifat fakta,

konsep, dan prinsip. Media yang digunakan hendaknya senada dengan

(49)

3. Media pembelajaran hendaknya yang praktis, dan luwes digunakan serta dapat

bertahan lama.

4. Guru harus terampil dalam penggunaan media pembelajaran.

5. Pengelompokan media berdasarkan sasaran dari peserta didik yaitu, kelompok

besar, sedang, kecil, dan perorangan.

6. Mutu teknis dari media pembelajaran yang digunakan.

Peneliti menyimpulkan pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan

pertama harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Itu

menjadi point penting, sebab tujuan pembelajaran menjadi arah utama proses

belajar. Kedua, media harus mendukung isi pelajaran, jika tidak mendukung

bahkan tidak memberi dampak bagi materi yang akan diajarkan maka media

pembelajaran tersebut tidak efektif. Ketiga, media pembelajaran dapat digunakan

dimana saja, dan kapan saja, maka media tersebut harus praktis, luwes, dan

berthan lama. Keempat, guru harus bisa menggunakannya, jika media sudah

bagus, dan dapat mendukung materi pelajaran tetapi guru tidak bisa menggunkaan

itu akan sama saja tidak membantu proses belajar mengajar. Kelima, media dibuat

harus disesuaikan dengan seberapa banyak siswa yang akan mengamati. Jika

siswa banyak maka media tersebut haruslah dapat diamati oleh seluruh peserta

didik di dalam kelas. Keenam, ialah mutu teknis dari media pembelajaran

tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa

kriteria dalam pemilihan media pembelajaran yaitu tepat dengan tujuan

(50)

digunakan, ketersediaan dana, tenaga, fasilitas, dan waktu penggunaan. Selain itu

adanya materi pelajaran yang mendukung untuk pemanfaatan media, luwes,

praktis, awet, sesuai dengan taraf berpikir siswa, guru juga harus terampil

menggunakannya, serta efektivitas media dalam jangka waktu panjang. Dengan

memperhatikan kriteria tersebut diharapkan penggunaan media pembelajaran

benar-benar dapat membantu penjelasan materi. Tanpa memberatkan guru

maupun peserta didik, sehingga media pembelajaran yang digunakan sebagaimana

fungsinya. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai akan menjadi lebih mudah

tercapai melalui bantuan media pembelajaran tersebut. Guru harus memperhatikan

sekali kriteria pemilihan media dalam penggunaan media pembelajaran.

C.Media Grafis

1. Pengertian Media Grafis

Pendapat dari Sudjana dan Rivai (2010: 27) tentang media grafis adalah,

sebuah media yang dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan

secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan

gambar. Pengetahuan yang akan disampaikan oleh guru dituangkan ke dalam

bahasa visual. Untuk memperjelas konsep yang abstrak dimana sulit dimengerti

oleh siswa diolah ke dalam bentuk visual.

Daryanto (2010: 19) mengungkapkan media grafis adalah suatu penyajian

secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar,

tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud mengihtisarkan,

(51)

terbatas pada gambar saja, tetapi lebih luas. Yaitu berupa titik-titik, maupu garis

yang digambarkan sebagai simbol dari pesan yang akan disampaikan.

Pendapat yang sama ditambahkan oleh Sadiman, dkk. (2009: 28) media grafis

merupakan saluran yang dipakai untuk penyampaian pesan menyangkut indera

penglihatan sehingga dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Jadi,

media ini terbatas pada penggunaan indera penglihatan saja untuk mengamatinya.

Simbol-simbol visual yang dimaksudkan tidak terbatas pada gambar saja

melainkan pada simbol-simbol garis, titik, dan sebagainya.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media grafis merupakan

segala sesuatu yang dijadikan alat untuk penyampaian pesan/informasi kepada

penerima dengan cara dituangkan ke dalam simbol-simbol visual, yaitu

ditekankan pada pengamatan yang mengoptimalkan indera penglihatan saja.

Seperti gambar, grafik, titik-titik, tulisan, dan simbol visual lainnya yang dapat

memperjelas suatu ide atau gagasan yang akan disampaikan.

2. Jenis-Jenis Media Grafis

Media grafis merupakan media pembelajaran yang sederhana dan praktis juga

memiliki banyak jenisnya yang dapat disesuaikan dengan kriteria pemilihan media

yang tepat. Apabila media grafis ini digunakan secara tepat maka manfaat dari

penggunaan media grafis ini akan berdampak positif pula terhadap siswa maupun

guru. Adanya pengetahuan mengenai berbagai jenis media grafis ini diharapkan

dapat memberikan variasi dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat.

(52)

grafis ini. Adapun jenis-jenis media grafis menurut beberapa pendapat ahli adalah

sebagai berikut.

a. Gambar atau Foto

Berdasarkan beberapa jenis media pendidikan, media gambar/foto merupakan

media yang paling umum dipakai. Media tersebut merupakan bahasa yang umum,

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Tabel. 2 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa Selama Proses
Tabel 6. Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Palbapang Baru
Tabel 7. Kriteria Keaktifan Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Media dakon berpengaruh terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 3 Kartasura. 3) Media dakon lebih efektif dibandingkan pohon faktor

(2) Media dakon berpengaruh terhadap motivasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Ngabeyan 3 Kartasura. 3) Media dakon lebih efektif dibandingkan pohon faktor

Apakah penggunaan media SEQIP dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu. Pengatahuan Alam (IPA) siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan berbagai

Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata keaktifan siswa pada setiap siklusnya yaitu sebelum tindakan rata-rata keaktifan siswa 23,12%, pada siklus I pertemuan ke-1

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh cara-cara meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas V SD Negeri II Tekaran yang berjumlah 27 siswa dan subjek

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan media Puzzle pada siswa kelas V SDN I Jatipurwo