EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD PALBAPANG BARU
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh Anida Mikantri NIM 13108244025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD PALBAPANG BARU
Oleh:
Anida Mikantri NIM 13108244025
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui efektivitas penggunaan media grafis terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V SD Palbapang Baru.
Pendekatan penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian eksperimen dalam desain eksperimen semu (quasi-experimental design). Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group, sehingga ada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini. Populasi penelitian ini ialah seluruh siswa kelas V yang semua berjumlah 42 siswa yang terdiri dari 21 siswa kelas VA dan 21 siswa kelas VB. Kelas VA sebagai kelompok eksperimen, dan kelas VB sebagai kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes kinerja berupa observasi, angket, dan dokumentasi. Instrumen penelitan diuji melalui uji validasi product moment, uji reliabilitas cronbach alpha. Teknik analisis data menggunakan uji t dengan melalui uji prasyarat analisis terlebih dahulu yaitu uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan uji Lavene.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media grafis efektif terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas V SD Palbapang Baru. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan uji t dimana diperoleh thitung > ttabel yaitu 6.532 > 2.093 dan Asymptotic Sig < taraf signifikansi 5% yaitu 0,000 < 0,05. Maka dapat diartikan bahwa keaktifan belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Dengan demikian menunjukkan bahwa penggunaan media grafis efektif terhadap keaktifan belajar siswa.
THE EFFECTIVENESS OF THE USE OF GRAPHIC MEDIA TOWARD THE LIVELINESS OF STUDENT LEARNING ON CIVIC EDUCATION
SUBJECT IN V GRADE PALBAPANG BARU STATE ELEMENTARY SCHOOL
By:
Anida Mikantri NIM 13108244025
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effectiveness of the use of graphic media toward the liveliness of student learning in civics subjects V grade of Palbapang Baru state elementary school.
This research using quantitative approach which is experimental research in experimental design challenges. This research uses Nonequivalent Control Group, so there is a control group and experimental group used in this research. The population of this research is all students of V grade with total number 42 students, consisting 21 students from VA class and 21 students from VB class.VA Class as a group of experiments, and class VB as a control group. Data collection techniques in this research are using performance tests in the form of observation, question form, and documentation. The research instruments are tested through validation test product moment, and reliability test cronbach alpha. Data analysis techniques using t-test with the prerequisite analysis in advance i.e. normality test with the Kolmogorov-Smirnov test and homogeneity test with Lavene test
The results of this research shows that the use of graphic media effective toward the liveliness of student learning in civics subjects V grade of Palbapang Baru state elementary school. It is proved by the results of the calculation of t test which obtained tcount> ttable i.e. 6,532 > 2.093 and Asymptotic Sig significance level 5% < i.e. 0.000 < 0.05. Then it can be concluded that the liveliness of students learning in experimental group is higher than the control group. Thus suggest that the use of graphic media effective against the liveliness of student learning.
Keywords: Media graphics, Liveliness learning.
MOTTO
Pengetahuan tidak diperoleh secara kebetulan, tapi harus dicari pula dengan semangat dan disertai ketekunan.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Orang tua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Akripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Efektivitas Penggunaan Media Grafis Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas V SD Palbapang Baru” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd. selaku Dosen Pemimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd. selaku Validator Instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
3. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd., Drs. Sigit Dwi Kusrahmadi, M.Si., dan Estu Miyarso, M.Pd. selaku Ketua Penguji, Sekretaris Penguji, dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.
4. Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku ketua Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.
5. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelakasanaan Tugas Akhir Skripsi.
6. Rahayu Condro Murti, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan. 7. Suwarni, S.Pd. selaku Kepala SD Palbapang Baru yang telah memberi ijin dan
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
ABSTRAK ...ii
SURAT PERNYATAAN...iv
LEMBAR PERSETUJUAN...v
LEMBAR PENGESAHAN ...vi
MOTTO ...vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1
B. Identifikasi Masalah ...5
C.Batasan Masalah ...5
D.Rumusan Masalah ...5
E. Tujuan Penelitian ...6
F. Manfaat Penelitian ...6
BAB II KAJIAN TEORI A.Keaktifan Belajar ...8
1. Pengertian Keaktifan Belajar ...8
2. Kriteria Keaktifan Belajar ...12
3. Klasifikasi Keaktifan Belajar ...18
4. Prinsip Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa ...22
B. Media Pembelajaran ...25
1. Pengertian Media Pembelajaran ...25
2. Jenis-jenis Media Pembelajaran ...26
3. Manfaat Media Pembelajaran ...29
4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ...31
C.Media Grafis ...35
1. Pengertian Media Grafis ...35
2. Jenis-jenis Media Grafis ...36
3. Kelebihan Media Grafis ...42
4. Kekurangan Media Grafis ...42
D.Pendidikan Kewarganegaraan ...43
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ...43
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ...44
E. Pemanfaatan Media Grafis dalam Pembelajaran PKn ...45
2. Materi ...47
F. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ...48
G.Kerangka Pikir ...51
H.Penelitian yang Relevan ...54
I. Hipotesis Penelitian ...55
BAB III METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ...56
B. Setting Penelitian ...57
C.Populasi Penelitian ...58
D.Variabel Penelitian ...58
E. Definisi Operasional Variabel ...59
F. Teknik Pengumpulan Data ...60
G.Instrumen Penelitian ...62
H.Uji Validasi dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...66
I. Teknik Analisis Data ...68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Populasi Penelitian ...72
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...73
C. Uji Prasyarat Analisis ...83
D. Uji Hipotesis ...84
E. Pembahasan ...86
F. Keterbatasan Penelitian ...92
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...94
B. Implikasi ...94
C. Saran ...95
DAFTAR PUSTAKA ...96
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Materi ... 48
Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 63
Tabel 3. Interpelasi Data ... 68
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 68
Tabel 5. Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif Penelitian ... 71
Tabel 6. Daftar Jumlah Siswa Kelas V SD Palbapang Baru ... 72
Tabel 7. Kriteria Keaktifan Belajar ... 75
Tabel 8. Hasil Statistik Nilai Awal (Pretest) Hasil Observasi Keaktifan Belajar SiswaKelompok Eksperimen ... 76
Tabel 9. Hasil Statistik Nilai Awal Angket Keaktifan BelajarSiswa Kelompok Eksperimen ... 77
Tabel 10. Harga Statistik Nilai Akhir (Posttest) Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 78
Tabel 11. Harga Statistik Nilai Akhir Angket Keaktifan Belajar Ssiswa Kelompok Eksperimen ... 79
Tabel 12. Harga Statistik Nilai Awal (Pretest) Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 80
Tabel 13. Harga Statistik Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 81
Tabel 14. Harga Statistik Nilai Akhir (Posttest) Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 82
Tabel 15. Harga Statistik Nilai Akhir Angket Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 83
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Skema Kerangka Pikir ... 53 Gambar 2. Nonequivalent Control Group Design ... 56 Gambar 3. Grafik Histogram Nilai Awal (Pretest) Hasil Observasi
Keaktifan Belajar SiswaKelompok Eksperimen ... 76 Gambar 4. Grafik Histogram Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa
Kelompok Eksperimen ... 77 Gambar 5. Grafik Histogram Nilai Akhir (Posttest) Hasil Observasi
Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen ... 78 Gambar 6. Grafik Histogram Nilai Akhir Hasil Angket Keaktifan Belajar
Siswa Kelompok Eksperimen ... 79 Gambar 7. Grafik Histogram Nilai Awal (Pretest) Hasil Observasi
Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 80 Gambar 8. Grafik Histogram Nilai Awal Angket Keaktifan Belajar Siswa
Kelompok Kontrol ... 81 Gambar 9. Grafik Histograam Nilai Akhir (Posttest) Hasil Observasi
Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol ... 82 Gambar 10. Grafik Histograam Nilai Akhir Hasil Angket Keaktifan Belajar
Siswa Kelompok Kontrol ... 83 Gambar 11. Grafik Rata-Rata Nilai Pretest-Posttest Hasil Observasi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Subjek Penelitian ... 100
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen dan Angket Keaktifan Belajar Siswa ... 102
Lampiran 3. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa ... 106
Lmapiran 4. Hasil Uji Validitas Realibilitas ... 107
Lampiran 5. Nilai Pretest-Posttest Siswa ... 114
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Statistik ... 115
Lampiran 7. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 125
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 128
Lampiran 9. Dokumentasi ... 176
Lampiran 10. Surat Keterangan Validasi ... 179
Lampiran 11. Rubrik Tes Kinerja ... 181
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya untuk
mendapatkan informasi baru, sikap, maupun keterampilan yang belum dimiliki.
Adanya interaksi dengan lingkungan menandakan adanya aktivitas di dalam
sebuah proses belajar. Aktivitas tersebut dilakukan secara sengaja dan terencana
untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Proses belajar akan berjalan baik
ketika prinsip-prinsip belajar dapat terpenuhi dengan baik pula. Salah satu prinsip
yang mempengaruhi proses belajar ialah keaktifan belajar.
Keaktifan berasal dari kata dasar aktif yang menurut Sadulloh, dkk (2010:
147) berarti giat, baik itu giat secara lahiriah atau giat dalam arti batinnya atau
rohaniahnya. Keaktifan jasmaniah meliputi kegiatan anggota badan saat proses
pembelajaran berlangsung seperti mempraktikkan, mencoba, membaca,
mendengar, mengamati, menulis, dan sebagainya. Keaktifan mental meliputi
kegiatan psikis siswa seperti fokus terhadap proses pembelajaran berlangsung,
menyimpulkan kegiatan pembelajaran, memahami konsep-konsep, memecahkan
masalah yang ditemukan, dan kegiatan psikis lainnya. Suatu proses belajar
dikatakan baik jika adanya keaktifan siswa baik secara fisik maupun psikis.
Peran guru sangat dibutuhkan untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif.
Hal ini sejalan dengan pendapat Yamin (2007: 78) yang menyatakan bahwa guru
tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kepada siswa akan tetapi guru harus mampu membawa siswa untuk aktif
tidak akan berjalan satu arah. Dengan demikian akan tercipta sebuah interaksi
baik antara guru dan siswa, antar siswa, maupun siswa dengan lingkungannya.
Dimyati dan Mudjiono (2002: 63) menyatakan salah satu cara untuk
menimbulkan keaktifan belajar siswa ialah dengan menggunakan multi metode
dan multi media di dalam pembelajaran. Media pendidikan merupakan alat
perantara penyampaian pesan yang akan disampaikan pendidik kepada siswa.
Media pendidikan menjadi salah satu hal terpenting dalam upaya memudahkan
dan memperjelas penyampaian informasi. Penggunaan media yang tepat dapat
membantu siswa untuk lebih memahami materi yang disampaikan. Siswa akan
lebih tertarik untuk mengamati media dan mencari tahu dengan sendiri melalui
media yang disediakan guru sehingga menumbuhkan keaktifan belajar siswa.
Media pembelajaran terkait manfaatnya yaitu akan lebih banyak memberi
peluang kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Maka untuk
mengantisipasi siswa pasif dalam proses pembelajaran, penggunaan media
pembelajaran diharapkan dapat mengaktifkan siswa selama proses belajar. Oleh
karena itu, guru juga berperan penting dalam penggunaan media pembelajaran
selama proses belajar.
Kenyataannya banyak kegiatan belajar tidak sepenuhnya menumbuhkan
keaktifan belajar siswa. Sehingga proses pembelajaran tidak berjalan secara
optimal. Begitu halnya yang dialami di salah satu Sekolah Dasar (SD) di wilayah
Bantul. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 19
November 2016 di SD Palbapang Baru yang beralamat di Kadirojo, Palbapang,
Pada SD Palbapang Baru kelas 5 terdiri dari kelas paralel yaitu V A, dan V B.
Saat observasi dilakukan di kelas VA dan VB pada proses pembelajaran PKn
ditemukan siswa-siswi kelas tersebut masih pasif dalam pembelajaran yang
berakibat pada tidak kondusifnya proses pembelajaran. Beberapa siswa kurang
memperhatikan penjelasan guru dan sibuk sendiri. Hanya siswa tertentu yang aktif
saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah proses pembelajaran masih didominasi dengan ceramah,
kurang maksimalnya pemanfaatan papan tulis, serta masih belum optimalnya
pemanfaatan media pembelajaran. Pembelajaran menjadi membosankan, hal ini
terlihat ketika siswa kurang antusias dan kurang tertarik pada pembelajaran,
sehingga berdampak pada kurang aktifnya siswa saat proses pembelajaran. Saat
proses tanya jawab berlangsung kebanyakan dari siswa hanya diam dan hanya
beberapa siswa tertentu yang berani untuk mengungkapkan pendapatnya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan wali kelas VA dan VB, guru
mengungkapkan bahwa saat proses pembelajaran pada mata pelajaran lainnya
seperti matematika, bahasa Indonesia serta Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), para
siswa sudah cukup aktif. Hal tersebut dikatakan sebab, mata pelajaran tersebut
memuat materi yang dapat mengaktifkan siswa seperti halnya praktik, membuat
karangan-karangan atau karya. Jadi, selama proses pembelajaran tersebut siswa
sudah ikut terlibat dalam proses belajar. Guru juga menambahkan bahwasanya
untuk mata pelajaran seperti Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang diketahui banyak materi yang abstrak membuat
pembelajaran. Ditambah lagi siswa dituntut untuk banyak menghafalkan.
Penggunaan media pembelajaran juga masih kurang maksimal, hal ini disebabkan
karena adanya kekhawatiran guru jika harus menggunakan media materi tidak
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Guru lebih memilih untuk
menyampaikan semua materi dengan menggunakan metode ceramah saja.
Berdasarkan pemaparan masalah yang ditemukan di SD Palbapang Baru
berkaitan dengan kurangnya keaktifan belajar, maka peneliti akan menguji
efektivitas penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran terhadap keaktifan
belajar siswa. Hal ini berdasarkan terori manfaat dari media pendidikan yaitu
dapat mendorong partisipasi aktif siswa (Arsyad, 2011: 25). Salah satu media
pendidikan yang dapat digunakan yaitu media grafis.
Sadiman, dkk. (2009: 28) berpendapat bahwa media grafis merupakan alat
bantu penyampaian pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi
visual. Seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster,
peta/globe, papan flanel/flannel board. Media grafis ini tergolong media yang sederhana dan mudah untuk dibuat, namun masih banyak guru yang belum
menggunakannya.
Berdasar pemaparan identifikasi masalah di atas maka peneliti akan
melakukan penelitian dengan jenis penelitian eksperimen di SD Palbapang Baru
dengan judul penelitian “Efektivitas Penggunaan Media Grafis Terhadap Keaktifan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
efektivitas penggunaan media grafis terhadap keaktifan belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan kewarganegaraan.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang sudah dituliskan di atas
dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
2. Pemanfaatan media grafis dalam pembelajaran kurang maksimal
3. Proses pembelajaran masih konvensional
4. Proses pembelajaran berpusat pada guru
5. Pendidikan Kewargenagaraan (PKn) berisikan materi abstrak kurang bisa
dipahami siswa
C.Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, peneliti membatasi penelitian ini agar lebih terfokus yaitu
pertama kurangnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran, kedua pemanfaatan
media grafis kurang efektif, dan kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran
PKn.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut “Apakah penggunaan media grafis efektif terhadap keaktifan belajar siswa
pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas V SD Palbapang
E.Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas penggunaan media
grafis terhadap keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di kelas V SD Palbapang Baru.
F. Manfaat
Hasil dilakukannya penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan motivasi dan menciptakan daya tarik serta rasa senang belajar
pendidikan kewarganegaraan
b. Meningkatkan keaktifan siswa
c. Menumbuhkan sikap saling menghargai satu sama lain
d. Melatih dan memberikan kemudahan siswa dalam mengemukakan pendapat
2. Bagi Guru
a. Penelitian ini dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
b. Media grafis sebagai alternatif lain bagi guru dalam memilih media
pembelajaran yang tepat dalam menumbuhkan keaktifan belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
c. Sebagai salah satu cara guru dalam mengatasi kendala pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan
d. Dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan dalam pengelolaan kelas
3. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi media
pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan.
b. Kualitas hasil pembelajaran meningkat, terutama keaktifan belajar siswa dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
4. Bagi Peneliti
a. Menambah keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penggunaan
media pembelajaran.
b. Memperoleh fakta data lapangan untuk menyusun tugas akhir dalam rangka
meraih gelar S.Pd.
c. Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa Program Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Jurusan Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Dasar
BAB II KAJIAN TEORI A.Keaktifan Belajar
1. Pengertian Keaktifan Belajar
Belajar dapat dikatakan suatu aktifitas, sebab merupakan suatu usaha untuk
mendapat pengetahuan. Belajar efektif jika siswa aktif dari fisik, intelektual, dan
emosional. Seperti pernyataan Sardiman (2007: 21) yang menyatakan belajar
merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan
pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa,
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Kegiatan belajar berarti seluruh anggota
badan baik fisik maupun rohani melakukan aktivitas belajar. Belajar tidak terbatas
pada pengetahuan saja, tetapi suatu bentuk kegitan yang juga berpengaruh
terhadap perilaku, dan perasaan. Jadi, dampak dari adanya kegiatan belajar ialah
adanya perubahan terhadap tingkah laku. Belajar menuntut adanya kegiatan
seluruh anggota badan dan jiwa, tanpa keduanya proses belajar tidak akan
maksimal. Oleh karena itu, diperlukan latihan-latihan selama proses belajar
tersebut. Latihan-latihan yang dimaksudkan dalam belajar tidak hanya mendengar
atau memperhatikan saja, tetapi seluruh kegiatan fisik maupun mental. Kegiatan
fisik, misalnya membaca, menulis, mencoba, mendengar, menemukan fakta atau
konsep, dan sebagainya. Kegiatan mental berupa seluruh jiwanya difokuskan
untuk belajar seperti, menganalisis, mencari solusi pemecahan suatu masalah,
memprediksi, menyimpulkan, dan sebagainya.
Belajar diartikan oleh Djamarah (2002: 13) ialah sebagai serangkaian
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotor. Jika seseorang ingin mendapatkan berbagai
kecakapan tersebut tentunya diperlukan suatu usaha-usaha dalam bentuk kegiatan
atau disebut dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar tentunya seperti halnya
mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan. Seseorang dikatakan belajar
dapat dilihat dari perubahan yang terjadi setelah memperoleh pengetahuan
tentunya perubahan dalam hal pengetahuan atau pemikiran, sikap, dan perilaku.
Bagaimana seseorang tersebut dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat
terhadap suatu situasi baru.
Pernyataan lain tentang belajar dinyatakan oleh Purwanto (2010: 38) yaitu
sebuah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk
mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Proses tersebut berupa suatu kegiatan
yang mengharuskan adanya proses interaksi antara individu dan lingkungannya.
Proses interaksi tersebut diharapkan adanya perubahan terhadap individu tersebut.
Berarti belajar perlu adanya sautu usaha yang dilakukan untuk adanya suatu
perubahan.
Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat tentang pengertian belajar dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas dalam bentuk kegiatan, baik
fisik maupun mental untuk memperoleh berbagai kecakapan seperti pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Belajar dapat dilihat dari dampaknya seseorang yang
melakukan aktivitas belajar tersebut yaitu adanya perubahan. Jadi seseorang
dikatakan belajar jika ada perubahan terhadap diri individu tersebut, dari
Penjelasan sebelumnya mengartikan bahwa belajar merupakan sebuah
aktivitas untuk menemukan pengetahuan baru. Dikatakan belajar jika adanya
keaktifan dari si pembelajar. Keaktifan terdiri dari kata dasar aktif yang menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha), sedangakan
keaktifan berarti kegiatan; kesibukan. Dapat diketahui berdasarkan penjelasan
tersebut keaktifan merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang dalam bentuk
kegiatan.
Hal yang sama ditambahkan oleh Sadulloh, dkk (2010: 147) tentang aktif
yang berarti giat, baik itu giat secara lahiriah atau giat dalam arti batinnya atau
rohaniahnya. Kegiatan yang dilakukan tidak terbatas pada kegiatan fisik saja
tetapi rohaninya juga ikut aktif. Ketika melakukan suatu kegiatan apapun itu
rohaninya juga ikut aktif yang berarti ikut berfokus pada kegaitan yang dilakukan.
Merujuk dari beberapa pendapat tentang keaktifan dapat diperoleh
kesimpulan bahwa keaktifan merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam bentuk
kegiatan baik fisik maupun lahiriyah. Bertujuan untuk melakukan sesuatu hal
yang diingikan, atau untuk memperoleh sesuatu. Kegiatan fisik berarti melakukan
suatu perbuatan, dan kegiatan lahiriyah ialah baik jiwa dan pikirannya berfokus
terhadap sesuatu yang sedang dilakukan.
Lebih lanjut mengenai pengertian keaktifan dalam belajar dipaparkan oleh
Hasibuan dan Moedjiono (2006: 7) dimana bentuknya beraneka ragam seperti
mendengarkan (ceramah), mendiskusikan, membuat sesuatu, menulis,
memecahkan suatu masalah, menyatakan gagasan dengan bahasa sendiri, dan
mental dan emosinya turut berpusat pada proses belajar. Belajar tidak hanya
mengembangkan pengetahuan saja, melainkan sikap dan keterampilan juga harus
ada perubahan. Perubahan yang mengarah kepada hal baik setelah memperoleh
pengalaman belajar tersebut. Bagaimana aktivitas siswa selama proses
pembelajaran seperti halnya aktivitas mental seperti memperhatikan penjelasan
guru, bersikap terhadap antar siswa maupun guru seperti halnya menghargai
ketika siswa lainnya berpendapat.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 45) menjelaskan lagi bahwa keaktifan belajar
berarti anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan
yang diperolehnya. Siswa tidak hanya menerima apa saja yang diberikan oleh
guru. Jadi sebagai pendidik harus merencanakan sebaik mungkin proses
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan
sendiri belajarnya.
Aunurrahman (2010: 119) menambahkan keaktifan belajar ditandai oleh
adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik jika
dibutuhkan. Ketika seluruh jiwa dan raga siswa terfokus pada proses
pembelajaran, pengetahuan yang akan disampaikan mudah diterima. Dengan
demikian pembelajaran akan berjalan lancar, serta kualitas belajar akan baik.
Penjelasan lain mengenai keaktifan belajar siswa dinyatakan oleh Slameto
(2003: 36) bahwa keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran yaitu seperti siswa
menemukan sendiri pengetahuan yang akan dipelajari, mengolah dan
menyampaikan pengetahuan yang didapat dengan bahasa sendiri, serta bertanya,
dll. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa pembelajaran berpusat pada siswa.
Siswa dituntut lebih aktif dalam menemukan sendiri informasi yang dibutuhkan.
Siswa melakukan kegiatan fisik dan mental selama proses pembelajaran
berlangsung. Sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan keaktifan merupakan segala
bentuk kegiatan fisik dan mental seperti mencari, menemukan, dan mengolah
informasi yang telah diperoleh. Dalam pembelajaran maka keaktifan belajar
merupakan segala kegiatan fisik, mental, dan emosional siswa yang dilakukan
selama proses pembelajaran. Dengan mengalami sendiri untuk menemukan
masalah dan memecahkannya akan memberikan pesan yang bermakna. Pesan
yang bermakna tersebut seterusnya akan melekat pada diri siswa. Siswa tidak
akan mudah lupa ketika mengalami sendiri proses belajar tersebut.
2. Kriteria Keaktifan Belajar
Sudjana (2009: 61) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dari:
a. keikutsertaan siswa dalam proses belajar.
b. ikut terlibat dalam pemecahan suatu masalah.
c. bertanya kepada guru maupun teman terkait materi yang tidak dipahami
maupun permasalahan yang dihadapi.
d. berusaha dalam menemukan dan mencari informasi yang diperlukan untuk
memecahkan suatu masalah.
e. melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan instruksi guru.
f. menilai kemampuan diri maupun hasil yang diperoleh.
h. menggunakan dan menerapkan pengalaman yang diperoleh dalam
menyelesaikan tugas maupun persoalan baru.
Jadi, berdasarkan kriteria di atas dapat dikelompokkan ke dalam keaktifan
fisik dan mental. Keaktifan fisik yang dapat diamti meliputi, (1) ikut terlibat
dalam melakukan kegiatan belajar, (2) bertanya kepada siswa lain maupun guru
terkait materi maupun hal yang belum dipahami, (3) melaksanakan diskusi
kelompok sesuai dengan arahan guru, (4) menilai kemampuan diri dan hasil-hasil
yang diperoleh selama pembelajaran. Kemudian keaktifan mental siswa yang
dapat diamati yaitu (1) siswa turut terlibat dalam pemecahan masalah, (2) mencari
dan menemukan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, (3)
melatih diri untuk memecahkan soal maupun masalah yang sejenis, (4)
menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas dan persoalan yang
dihadapi. Kriteria keaktifan belajar tersebut sudah meliputi kegiatan fisik maupun
kegiatan mental. Hal ini tergambar jelas bahwa seluruh pikiran, dan fisik peserta
didik tertuju pada proses pembelajaran.
Uno dan Mohamad (2014: 33) memaparkan ciri pembelajaran yang
mengaktifkan siswa adalah sebagai berikut.
a. Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya, dan membuat
kesimpulan.
b. Adanya interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa.
c. Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karya sendiri.
Dapat diketahui berdasarkan pendapat di atas keaktifan siswa ditandai dengan
siswa mengkontruksi pengetahuan sendiri tetapi dengan bimbingan guru. Berani
mengutarakan pendapat dan dapat ikut menyimpulkan pengetahuan yang didapat.
Terjadi interaksi aktif antar siswa maupun dengan guru. Siswa juga diberikan
kesempatan untuk dapat menilai diri dan hasil, serta siswa memanfaatkan sumber
belajar secara optimal yang ada di lingkungan. Uraian tersebut sudah mencirikan
keaktifan fisik maupun mental dalam kegiatan belajar.
Keachie dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 119) mengemukakan 7 (tujuh)
terjadinya suatu pembelajaran yang aktif, berikut penjelasannya.
a. Siswa berpartisipasi dalam menetapkan tujuan pembelajaran.
b. Siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran terutama interaksi
antarsiswa.
c. Kekompakan kelas sebagai suatu kelompok.
d. Memberi kesempatan sebebasnya terhadap siswa untuk mengambil keputusan
penting dalam kehidupan sekolah.
e. Jumlah waktu yang digunakan dalam menanggulangi masalah pribadi siswa.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat diketahui jika siswa tidak hanya
aktif dalam menemukan dan mencari informasi tetapi siswa juga ikut serta dalam
menetapkan tujuan pembelajaran. Sehingga siswa tahu arah yang harus dicapai
selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan interaksi yang terjalin antar
siswa maupun guru, kekompakan kelas selama proses pembelajaran maupun di
luar pembelajaran juga harus terjaga. Guru juga hendaknya mengikutsertakan
dalam proses pembelajaran. Tidak dipungkiri selama pelaksanaan pembelajaran
terdapat masalah-masalah yang ditemukan baik berkaitan dengan pelajaran
maupun pribadi siswa, untuk itu guru juga harus menyediakan waktu untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi.
Keaktifan dalam proses belajar merupakan suatu bentuk usaha kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan pengetahuan. Adapun Sagala (2009: 169)
menjelaskan kriteria belajar yang dapat mengaktifkan siswa ialah sebagai berikut.
a. Belajar dengan melakukan perbuatan, maka akan dapat pengalaman.
b. Banyak indera yang terlibat, sehingga makna semakin kuat.
c. Interaksi dapat terjadi melalui belajar kelompok, dan diskusi.
d. Bangunan makna terjadi, dengan demikian makna yang salah segera terkoreksi.
e. Terjadi komunikasi, presentasi, dan laporan.
f. Adanya tanggapan.
g. Adanya refleksi, umpan balik dari guru.
h. Makna akan terbangun.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui kriteria yang dapat
menumbuhkan keaktifan belajar siswa diantarannya adalah siswa banyak
melakukan kegiatan sendiri untuk menemukan dan mencari pengetahun, sehingga
siswa mengalami sendiri. Siswa yang mengalami sendiri untuk menemukan maka
pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah dipahami siswa. Lebih banyak
indera yang terlibat selama proses pembelajaran maka makna yang diperoleh akan
semakin kuat. Interaksi antar siswa dan guru dapat terjalin melalui diskusi
salah akan mudah terkoreksi. Selain itu juga menumbuhkan komunikasi, berupa
tanggapan, penyampaian pengetahuan yang didapat, refleksi, dan umpan balik
dari guru.
Peran aktif siswa akan menimbulkan partisipasi didalam kegiatan
pembelajaran untuk menemukan pengetahuan. Joni dan Yamin dalam Yamin
(2007: 80) menjelaskan karakteristik keaktifan yang dapat dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
a. Pembelajaran dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa cenderung
sebagai pemegang peran dalam proses pembelajaran. Seperti ikut berperan
dalam perencanaan, pelaksanaan, mengembangkan cara belajar sendiri, dan
lebih mengutamakan siswa mengalami sendiri proses belajar.
b. Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar.
Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sehingga memberikan
peluang sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk menemukan, mengolah, dan
menyelesaikan masalah dengan tetap ada arahan dari guru.
c. Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai mencakup kemampuan minimal siswa
(kompetensi dasar). Selain itu kegiatan pembelajaran juga mengembangkan
kemampuan siswa secara utuh.
d. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan kreativitas siswa,
meningkatkan kemampuan, mencintapkan siswa kreatif dan menguasai
konsep.
e. Adanya penilaian secara kontinu terhadap kemampuan kognitif, afektif, dan
Jadi, kriteria keaktifan siswa yang telah disebutkan yaitu berpusat pada siswa,
guru sebagai fasilitator, kompetensi dasar minimum harus tercapai.
Pengembangan kemampuan siswa secara optimal baik aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, serta
adanya penilaian secera berkelanjutan baik kognitif, afektif, dan keterampilan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria
keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran yang berpusat kepada siswa
meliputi, keikutsertaan siswa dalam mencari dan menemukan pengetahun dengan
mengalami sendiri tetapi tetap dalam bimbingan guru. Ikut terlibat dalam
menyelesaikan masalah, adanya interaksi antar siswa dan guru melalui diskusi,
belajar kelompok, refleksi, tanggapan, dan umpan balik dari guru. Siswa ikut
terlibat dalam menetapkan tujuan pembelajaran dan mengambil setiap keputusan
yang akan diberlakukan selama proses pembelajaran.
Kriteria dari keaktifan belajar lainnya ialah memaksimalkan penggunaan
seluruh panca indera, memberi waktu dalam penyelesaian masalah yang
ditemukan, adanya penilaian yang kontinu dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor, serta siswa mampu menilai kemampuan dan hasil karya sendiri.
Selain itu guru hanya berperan sebagai fasilitator yang bertugas memberikan
arahan dan bimbingan kepada siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Sehingga siswa dituntut untuk banyak aktif selama proses pembelajaran. Dengan
demikian siswa akan memperoleh pengetahuan secara langsung, maka
3. Klasifikasi Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar menurut Diedrich dalam Sardiman (2007: 101)
diklasifikasikan menjadi, visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities, berikut pemaparan lebih jelasnya.
a. Visual activities, merupakan kegiatan yang melibatkan penggunaan panca indera penglihatan seperti membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan
percobaan, memperhatikan pekerjaan, dll.
b. Oral activities, merupakan kegiatan lisan seperti menyatakan pendapat,
bertanya, memberikan saran, diskusi, merumuskan, mengadakan wawancara.
c. Listening activities, merupakan kegiatan yang mengoptimalkan penggunaan indera pendengaran seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik,
pidato, penjelasan.
d. Writting activities, seperti menulis rangkuman, cerita, laporan, menyalin,
karangan.
e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat sebuah grafik, peta konsep, diagram.
f. Motor activities, yang termasuk dalam kegiatan tersebuat antara lain: melakukan percobaan, bermain, berkebun, praktek, dan beternak.
g. Mental activities, beberapa contohnya ialah: menanggapi, mengingat pengalaman-pengalaman sebelumnya, memecahkan soal, menganalisis,
h. Emotional activities, suatu kegiatan yang melibatkan perasaan seperti misalnya: menaruh minat, bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang,
gugup.
Berdasarkan pemaparan klasifikasi keaktifan belajar dapat disimpulkan
bahwa terdapat beraneka ragam bentuk keaktifan belajar. Meliputi keaktifan yang
melibatkan indera penglihatan, lisan, pendengaran, menulis, menggambar, motor,
mental, dan emosional siswa. Jika berbagai jenis keaktifan belajar tersebut dapat
diterapkan maksimal di lingkungan sekolah maka proses belajar siswa akan
optimal. Tentunya dengan diterapkan secara maksimal maka kondisi belajar di
sekolah akan menjadi lebih dinamis, menyenangkan dan menarik perhatian siswa
untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Dengan hal itu diharapkan
berpengaruh terhadap pemahaman materi siswa.
Djamarah (2002: 38) menyebutkan aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam
keaktifan belajar ialah mendengar, memandang, meraba, membau,
mencicipi/mengecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat ihtisar atau
ringkasan, menggaris bawahi, mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, maupun
bagan-bagan, menyusun papaer atau kertas kerja, mengingat, berpikir, dan latihan
atau praktek. Penjelasan mengenai aktivitas-aktivitas belajar adalah sebagai
berikut.
a. Mendengarkan, suatu bentuk aktivitas dengan menggunakan indera
pendengaran untuk mengamati penjelasan guru.
b. Memandang, aktivitas memandang dalam belajar ini bertujuan sesuai dengan
Memandang berarti menggunakan indera penglihatan untuk diarahkan ke suatu
objek.
c. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap, aktivitas tersebut termasuk dalam
keaktifan belajar dengan didasari tujuan untuk memperoleh perubahan tingkah
laku dengan situasi tertentu.
d. Menulis atau mencatat, merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas belajar. Menulis atau mencatat dikatakan sebagai aktivitas belajar
jika dalam mencatat individu itu menyadari akan kebutuhan dan tujuannya.
Dan menggunakan seperangkat tertentu agar catatan yang dibuat berguna untuk
mencapai tujuan.
e. Membaca, aktivitas ini yang paling banyak dilakukan namun tidak terbatas
pada membaca buku saja namun dapat juga majalah, tabloid, jurnal, catatan,
maupun sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan materi.
f. Membuat ihtisar atau ringkasan dan menggaris bawahi, menuliskan hal-hal
pokok untuk dijadikan sebuah pokok materi yang harus dipelajari. Serta
menggaris bawahi hal-hal penting.
g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan, dalam buku
maupun media yang digunakan pada saat penjelasan dari guru sering dijumpai
pemanfaatan tabel, diagram, maupun bagan. Hal tersebut bertujuan unutk
memperjelas uraian yang dijelaskan guru maupun dalam buku. Adanya tabel,
diagram, atau bagan untuk menumbuhkan pengertian dalam waktu singkat.
h. Menyusun paper atau kertas kerja, suatu kegiatan tulis menulis, maupun
i. Mengingat, merupakan sebuah aktivitas memasukkan, menyimpan, dan
mengangkat kembali ke alam bawah sadar. Dalam belajar mengingat seperti
sedang menghafal bahan pelajaran, berupa dalil, kaidah, pengertian, rumus, dan
sebagainya.
j. Berpikir, merupakan sebuah aktivitas untuk memperoleh penemuan baru, atau
menjadi tahu akan hubungan antara sesuatu. Selain itu berpikir juga dapat
dilakukan untuk pemecahan suatu masalah.
k. Latihan atau praktik, setelah mendapatkan penjelasan materi perlu adanya
latihan atau praktiek. Hal ini berguna agar kesan-kesan yang diterima
fungsional. Serta dengan mengalami sendiri siswa akan lebih memahami
materi. Selain itu dapat melatih siswa dalam menemukan pengetahuan,
pemecahan masalah secara mandiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan klasifikasi
keaktifan belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi delapan aspek yaitu; 1)
visual activities yaitu kegiatan yang melibatkan penggunaan panca indera penglihatan saja seperti, membaca, memandang, mengamati tabel, diagram,
bagan; 2) oral activities yaitu kegiatan lisan seperti bertanya, berpendapat,
diskusi, merumuskan; 3) listening activities yaitu kegiatan yang menggunakan indera pendengaran seperti, mendengarkan penjelasan, uraian, percakapan,
diskusi; 4) writting activities yaitu kegitan menulis seperti, mencatat rangkuman, cerita, laporan, paper atau kertas kerja, menyalin, menggaris bawahi, membuat
ihtisar; 5) drawing activities kegiatan membuat gambar atau sketsa seperti
kegiatan yang membuat siswa bergerak seperti, melakukan percobaan, mencicipi,
meraba, membau, praktik atau latihan; 7) mental activities seperti menanggapi,
berpikir, menganalisis, memecahkan soal, menghubungkan, mengingat,
menyimpulkan, merumuskan; 8) emotional activities yaitu kegiatan yang
melibatkan perasaan seperti adanya minat, senang, bosan, bersemangat, berani,
tanggung jawab maupun perasaan lainnya.
4. Prinsip Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa
Ada beberapa hal harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa. Uno dan Mohamad (2014: 33) menyebutkan
beberapa prinsip yang harus diperhatikan lebih jelasnya sebagai berikut.
a. Merencanakan pembelajaran yang dapat melibatkan keaktifan siswa secara
optimal dalam proses belajar. Keaktifan tersebut baik fisik, mental, dan
emosional diupayakan melibatkan sebanyak mungkin indera siswa. semakin
banyak indera yang terlibat maka semakin maksimal keaktifan siswa.
b. Menghindarkan siswa ketergantungan belajar terhadap guru seperti cara belajar
DDCH (Duduk, Dengar, Catat, Hafal) yang mengakibatkan siswa belajar masih
dalam pengaruh arahan guru.
c. Penilaian hasil belajar yaitu prestasi belajar siswa tergambar dalam berbagai
bentuk kegiatan belajar siswa maka penilaian tersebut diadakan dalam bentuk
ujian lisan, tertulis, tes buku terbuka, tes yang dikerjakan di rumah, dll.
Berdasarkan uraian di atas, prinsip-prinsip keaktifan belajar siswa yaitu
perencanaan pembelajaran dirancang untuk dapat memaksimalkan keaktifan
belajar diambil dari berbagai kegiatan siswa yang berlangsung selama proses
pembelajaran. Siswa dituntut untuk banyak melakukan kegiatan dibanding guru.
Guru bertugas untuk mengarahkan dan membimbing siswa selama proses
pembelajaran.
Semiawan, dkk. (1992: 9-13) mengemukakan prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan agar aktifitas siswa optimal dalam proses pembelajaran. Adapun
prinsip-prinsip tersebut lebih jelasnya ialah:
a. prinsip motivasi, guru harus berperan merangsang dan menumbuhkan motif
positif siswa dalam proses belajar.
b. prinsip latar atau konteks, adanya keterhubungan antara pengalaman yang
telah diperoleh dengan yang baru.
c. prinsip keterarahan, pola pengajaran yang dihubungkan dengan seluruh aspek
pengajaran.
d. prinsip belajar sambil bekerja, penggabungan antara pengalaman dengan
kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegiatan intelektual.
e. prinsip perbedaan perorangan, guru memperhatikan cara belajar siswa yang
mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga tidak diberlakukan
secara klasikal.
f. prinsip menemukan, memberi peluang siswa untuk menemukan informasi yang
dibutuhkan dengan arahan guru.
g. prinsip pemecahan masalah, siswa diarahkan untuk peka terhadap masalah dan
Adapun penjelasan di atas tentang prinsip–prinsip yang harus diperhatikan
agar kegiatan pembelajaran dapat mengaktifkan siswa ialah guru memegang
peranan penting untuk memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa agar
lebih aktif selama proses belajar dengan melibatkan peserta didik dalam seluruh
kegiatan proses pembelajaran. Guru harus memberikan motivasi kepada siswa
sebelum pembelajaran dimulai agar menumbuhkan minat siswa serta akan tertarik
untuk mengikuti proses belajar. Guru harus memperhatikan keterhubungan antara
pengalaman yang akan diperoleh dengan yang sudah dialami. Pembelajaran
hendaknya terarah bagi siswa agar banyak melakukan kegiatan fisik maupun
mental. Guru juga harus memperhatikan perbedaan karakteristik siswa, siswa
lebih banyak menemukan sendiri pengetahuan yang akan disampaikan guru.
Selain itu siswa dibiasakan untuk tanggap terhadap masalah dan mampu
menyelesaikannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan agar pembelajaran dapat mengaktifkan siswa secara optimal.
Prinsip tersebut meliputi siswa ikut terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan suatu
proses pembelajaran, siswa diajarkan mandiri dalam menemukan informasi,
penilaian dilakukan dari seluruh kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajarah, menumbuhkan motivasi siswa, keterhubungan materi,
pembelajaran terarah, pembelajaran menggabungkan kegiatan fisik maupun
mental siswa, memperhatikan perbedaan karakteristik setiap siswa, menumbuhkan
memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diharapkan pembelajaran menjadi lebih
aktif. Selain itu pembelajaran menjadi lebih efektif.
B.Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu perantara penyampaian informasi kepada
penerima. Yamin (2007: 197) mendefinisikan media sebagai suatu perangkat yang
dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi. Pengertian
media memiliki batasan pengertian seperti yang dinyatakan Sadiman, dkk (2009:
6) adalah sebagai berikut.
a. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technologi/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.
b. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
c. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
d. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) mengartikan media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa media merupakan suatu
perangkat yang berupa audio maupun cetak yang dapat menyalurkan informasi
atau pesan. Melalui perantara ini akan merangsang siswa untuk belajar, selain itu
sebagai alat bantu untuk mempermudah penyampaian pesan kepada penerima.
Media dalam pembelajaran menurut Daryanto (2010: 7) adalah komponen
integral dari sistem pembelajaran. Menjadi sangat penting dalam sistem
pembelajaran, sebab sebuah komunikasi antara pendidik dengan peserta didik
tidak optimal. Perantara yang digunakan dapat memanfaatkan berbagai sumber
yang ada di lingkungan sekitar. Tentunya dengan memperhatikan karakteristik
siswa serta kekonkretan media tersebut.
Pendapat lain tentang media pembelajaran dinyatakan oleh Briggs dalam
Yamin (2007: 199) yaitu sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran. Jadi, sarana fisik tersebut berupa segala bentuk alat yang dapat
digunakan untuk penyampaian materi kepada peserta didik. Alat ini sebagai alat
bantu guru dalam penyampaian.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan media
pembelajaran merupakan segala alat yang dapat dijadikan perantara penyampaian
pesan kepada peserta didik, dengan tujuan dapat merangsang pikiran, perasaan,
minat siswa untuk belajar. Tumbuhnya minat siswa untuk belajar, melalui media
pembelajaran dapat memancing keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
Media pembelajaran tidak terbatas pada alat yang dibuat mandiri oleh pendidik,
namun dapat memanfaatkan segala benda atau alat yang ditemui dan ada disekitar
lingkungan belajar siswa.
2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu proses pengajaran mempunyai
beberapa jenis. Suwarno, dkk. (2006: 118) menyatakan media pembelajaran
dibagi menjadi tiga yaitu media auditif, media visual, dan media audiovisual,
a. Media auditif, media yang dapat diamati menggunakan indera pendengaran
saja. Dapat diaktakan sebagai media yang menggunakan kemampuan suara
saja. Misalnya radio, video-cassette, piringan audio.
b. Media visual, yaitu media yang memaksimalkan penggunaan alat indera
penglihatan untuk mengamatinya. Seperti gambar diam film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan, peta konsep, kartun.
c. Media audivisual, media ini mengandalkan indera penglihatan dan
pendengaran. Mempunyai unsur suara dan gambar, media ini juga dibagi lagi
jenisnya yaitu (1) audiovisual diam yang menampilkan suara dan gambar diam
contohnya bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, (2) audiovisual gerak, yaitu media yang menampilkan unsur suara dan gambar bergerak
seperti film suara dan video cassette.
Media pembelajaran menurut pendapat di atas dibagi menjadi tiga yang
pertama ialah media audio, yaitu media yang menggunakan unsur suara saja. Jadi
media tersebut hanya dapat diamati dengan menggunakan indera pendengaran.
Kedua, adalah media visual yaitu media yang memaksimalkan penggunaan indera
penglihatan saja untuk mengamatinya. Ketiga ialah media audiovisual yaitu media
yang dapat diamati dengan lebih satu indera yaitu indera penglihatan dan
pendengaran. Media audiovisual ini dapat dilihat sekaligus didengarkan sebab
menggunakan unsur suara dan gambar. Dengan kata lain media dapat lebih luas
Klasifikasi media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2010: 3) ada
empat berikut pemaparannya.
a. Media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang memiliki ukuran
panjang dan lebar. Contoh dari media ini adalah gamabr, foto, grafik, bagan
atau diagram, poster, kartun, dan lain-lain.
b. Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk model padat (solid model), model susun, diorama, model kerja, mock up, dan lain-lain.
c. Media proyeksi seperti film, flm strips, slides, penggunaan OHP, dan lain-lain. d. Penggunaan lingkungan, yaitu memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media
dalam pembelajaran.
Pendapat di atas membagi media pembelajaran menjadi empat yaitu media
grafis dimana penggunaan media tersebut memaksimalkan pada pengamatan
indera penglihatan. Kedua yaitu media tiga dimensi atau memiliki ukuran
panjang, lebar, dan tinggi. Ketiga, ialah media proyeksi yaitu lebih memanfaatkan
kecanggihan teknologi, dan yang keempat ialah media lingkungan sekitar.
Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat ahli dapat diketahui bahwa media
pembelajaran diklasifikasikan menjadi media grafis atau media visual yaitu media
yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar serta hanya menggunakan indera
penglihatan saja untuk mengamatinya. Media audio yaitu media yang hanya
memiliki unsur suara sehingga hanya dapat diamati menggunakan indera
pendengaran saja tanpa penggunaan indera yang lainnya. Media audiovisual yaitu
media yang mempunyai unsur suara dan penglihatan. Dapat diketahui media ini
contoh media proyeksi seperti yang ditulisan sebelumnya dapat diklasifikasikan
kedalam media audiovisual seperti film. Beberapa klasifikasi tersebut jika dilihat
dari unsur dasar penggunaan indera maka dapat diklasifikasikan menjadi media
visual atau grafis, media audio, dan media audiovisual.
3. Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran menjadi salah satu komponen penting dalam sistem
pembelajaran, bertujuan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran berlangsung.
Hal ini tentunya memiliki beberapa manfaat sehingga dapat dikatakan integral
dalam sistem pendidikan, adapun manfaat media pembelajaran menurut Sudjana
dan Rivai (2010: 2) penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Menarik perhatian siswa, perhatian, dan motivasi untuk belajar
b. Memperjelas makna materi, meningkatkan pemahaman siswa, dan mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik
c. Metode pembelajaran yang digunakan akan lebih bervariasi
d. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Banyaknya manfaat media pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran
lebih efektif dan efisien. Pembelajaran semakin menarik dan dapat merangsang
keaktifan siswa, selain itu dapat mempertinggi kualitas dari pembelajaran. Sesuai
dengan taraf perkembangan berpikir siswa dari konkret menuju abstrak melalui
media ini materi yang sangat abstrak dapat dikonkretkan melalui media. Berkaitan
dengan manfaat media pembelajaran dimana dapat mengaktifkan siswa, maka
pembelajaran yang bertujuan membuat siswa aktif selama proses pembelajaran
tersebut.
Kemp dan Dayton dalam Yamin (2007: 200) menyebutkan delapan manfaat
media dalam kegiatan pembelajaran. Berikut kedelapan manfaat media dalam
kegiatan pembelajaran.
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
f. Proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja
g. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan
h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif
Berdasarkan pernyataan di atas, media dalam kegiatan pembelajaran
mempunyai manfaat tidak lain untuk memperlancar proses belajar siswa, serta
memperlancar interaksi antar siswa maupun guru. Materi yang disampaikan guru
dengan media akan membuat setiap siswa memperoleh informasi yang sama
seperti siswa-siswa lainnya. Penggunaan media bervariasi, akan memancing
ketertarikan siswa untuk mengikuti proses belajar. Proses belajar akan menjadi
lebih interaktif baik antar siswa, dengan guru, maupun lingkungannya. Dapat
disimpulkan lagi manfaat media pembelajaran lebih spesifik lagi berpengaruh
pada keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran.
Waktu yang digunakan untuk penyampaian materi akan lebih efisien. Melalui
media tersebut dapat meningkatkan kualitas belajar siswa, pembelajaran pun
menjadi lebih fleksibel dari segi tempat maupun waktu. Meningkatnya
positif siswa terhadap bahan pelajaran dan prosesnya. Peran guru pun menjadi
lebih positif dan produktif.
4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Setiap proses pembelajaran pasti dirancang dan direncanakan dengan baik.
Sama halnya dengan media pembelajaran, harus dirancang dengan disesuaikan
terhadap minat dan karakteristik siswa. Pemilihan media yang tepat akan
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Adapun kriteria dalam
pemilihan media pembelajaran menurut Sudjana dan Rivai (2010: 4) beserta
penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran; pemilihan media yang akan digunakan hendaknya sesuai dengan tujuan pengajaran yang instruksional dimana sudah
ditetapkan. Tujuan instruksioanl tersebut seperti unsur pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis.
b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; media yang digunakan hendaknya
mendukung bahan dari pelajaran yang bersifat fakta, prinsip, konsep dan
generalisasi.
c. Kemudahan memperoleh media, media yang ingin digunakan lebih baik jika
mudah diperoleh, serta mudah dibuatnya. Media grafis ini biasanya dapat
dibuat tanpa biaya mahal, sederhana serta praktis.
d. Keterampilan guru menggunakannya, syarat utama dari penggunaan media ialah guru harus dapat menggunakan media tersebut. Serta yang paling penting
ialah dampak dari penggunakaan media tersebut terhadap terjadinya interaksi
e. Tersedianya waktu untuk menggunakannya, apabila waktu cukup dalam penggunaan media maka daapt bermanfaat bagi siswa selama proses belajar
berlangsung.
f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa, hendaknya pemilihan media yang akan
digunakan memperhatikan kesesuaian dengan karakteristik siswa. sehingga
materi yang tersampaikan dapat dipahami siswa dengan mudah.
Pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan hendaknya
memperhatikan beberapa kriteria yang sudah dipaparkan di atas. Diharapkannya
penggunaan media sebagaimana mesti fungsinya yaitu perantara penyampaian
pesan. Apabila memperhatikan kriteria tersebut media akan menjadi tepat dan
mencapai tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Dick dan Carey dalam Sadiman, dkk. (2009: 86) menambahkan kriteria
pemilihan media pembelajaran di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku
belajarnya ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan. Penjelasannya
adalah sebagai berikut.
a. Ketersediaan sumber setempat, apabila media yang akan digunakan tidak ada
pada sumber yang ada atau dekat dengan lingkungan siswa maka harus
mencari ke sumber lain atau dengan membeli.
b. Ketersediaan dana, tenaga, dan fasilitas untuk membeli maupun memproduksi
media tersebut.
c. Keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media dalam jangka waktu lama.
d. Efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang. Artinya apabila media
digunakan berulang-ulang maka akan menjadi lebih murah, dibandingkan
dengan produksi murah tetapi tidap dapat digunakan berulang dalam jangka
waktu lama.
Berdasarkan empat faktor tambahan kriteria pemilihan media pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa dalam memilih media pembelajaran selain harus
memperhatikan dengan tujuan pelajaran juga harus memperhatikan faktor
pertama ialah ketersediaan sumber media di lingkungan sekitar siswa. Faktor
kedua, adnya ketersediaan dana, tenaga, serta fasilitas yang memadai untuk
memproduksi media tersebut. Faktor ketiga keluwesan, ketahanan, dan
kepraktisan media. Terakhir ialah efektivitas biaya yang digunakan dalam jangka
panjang. Dengan beberapa pertimbangan dalam memilih media pembelajaran
maka media yang digunakan selain dapat memperlancar pembelajaran juga efektif
jika digunakan.
Arsyad (2011: 75-76) menambahkan kriteria pemilihan media pembelajaran
adalah sebagai berikut.
1. Pemilihan media pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Penentuan tujuan pembelajaran hendaknya
mencakaup tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Pencapaian tujuan ini
dapat dilakukan dengan melibatkan kegiatan fisik siswa.
2. Media pembelajaran harus tepat mendukung isi pelajaran yang bersifat fakta,
konsep, dan prinsip. Media yang digunakan hendaknya senada dengan
3. Media pembelajaran hendaknya yang praktis, dan luwes digunakan serta dapat
bertahan lama.
4. Guru harus terampil dalam penggunaan media pembelajaran.
5. Pengelompokan media berdasarkan sasaran dari peserta didik yaitu, kelompok
besar, sedang, kecil, dan perorangan.
6. Mutu teknis dari media pembelajaran yang digunakan.
Peneliti menyimpulkan pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan
pertama harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Itu
menjadi point penting, sebab tujuan pembelajaran menjadi arah utama proses
belajar. Kedua, media harus mendukung isi pelajaran, jika tidak mendukung
bahkan tidak memberi dampak bagi materi yang akan diajarkan maka media
pembelajaran tersebut tidak efektif. Ketiga, media pembelajaran dapat digunakan
dimana saja, dan kapan saja, maka media tersebut harus praktis, luwes, dan
berthan lama. Keempat, guru harus bisa menggunakannya, jika media sudah
bagus, dan dapat mendukung materi pelajaran tetapi guru tidak bisa menggunkaan
itu akan sama saja tidak membantu proses belajar mengajar. Kelima, media dibuat
harus disesuaikan dengan seberapa banyak siswa yang akan mengamati. Jika
siswa banyak maka media tersebut haruslah dapat diamati oleh seluruh peserta
didik di dalam kelas. Keenam, ialah mutu teknis dari media pembelajaran
tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa ada beberapa
kriteria dalam pemilihan media pembelajaran yaitu tepat dengan tujuan
digunakan, ketersediaan dana, tenaga, fasilitas, dan waktu penggunaan. Selain itu
adanya materi pelajaran yang mendukung untuk pemanfaatan media, luwes,
praktis, awet, sesuai dengan taraf berpikir siswa, guru juga harus terampil
menggunakannya, serta efektivitas media dalam jangka waktu panjang. Dengan
memperhatikan kriteria tersebut diharapkan penggunaan media pembelajaran
benar-benar dapat membantu penjelasan materi. Tanpa memberatkan guru
maupun peserta didik, sehingga media pembelajaran yang digunakan sebagaimana
fungsinya. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai akan menjadi lebih mudah
tercapai melalui bantuan media pembelajaran tersebut. Guru harus memperhatikan
sekali kriteria pemilihan media dalam penggunaan media pembelajaran.
C.Media Grafis
1. Pengertian Media Grafis
Pendapat dari Sudjana dan Rivai (2010: 27) tentang media grafis adalah,
sebuah media yang dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan
secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan
gambar. Pengetahuan yang akan disampaikan oleh guru dituangkan ke dalam
bahasa visual. Untuk memperjelas konsep yang abstrak dimana sulit dimengerti
oleh siswa diolah ke dalam bentuk visual.
Daryanto (2010: 19) mengungkapkan media grafis adalah suatu penyajian
secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar,
tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud mengihtisarkan,
terbatas pada gambar saja, tetapi lebih luas. Yaitu berupa titik-titik, maupu garis
yang digambarkan sebagai simbol dari pesan yang akan disampaikan.
Pendapat yang sama ditambahkan oleh Sadiman, dkk. (2009: 28) media grafis
merupakan saluran yang dipakai untuk penyampaian pesan menyangkut indera
penglihatan sehingga dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Jadi,
media ini terbatas pada penggunaan indera penglihatan saja untuk mengamatinya.
Simbol-simbol visual yang dimaksudkan tidak terbatas pada gambar saja
melainkan pada simbol-simbol garis, titik, dan sebagainya.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media grafis merupakan
segala sesuatu yang dijadikan alat untuk penyampaian pesan/informasi kepada
penerima dengan cara dituangkan ke dalam simbol-simbol visual, yaitu
ditekankan pada pengamatan yang mengoptimalkan indera penglihatan saja.
Seperti gambar, grafik, titik-titik, tulisan, dan simbol visual lainnya yang dapat
memperjelas suatu ide atau gagasan yang akan disampaikan.
2. Jenis-Jenis Media Grafis
Media grafis merupakan media pembelajaran yang sederhana dan praktis juga
memiliki banyak jenisnya yang dapat disesuaikan dengan kriteria pemilihan media
yang tepat. Apabila media grafis ini digunakan secara tepat maka manfaat dari
penggunaan media grafis ini akan berdampak positif pula terhadap siswa maupun
guru. Adanya pengetahuan mengenai berbagai jenis media grafis ini diharapkan
dapat memberikan variasi dalam pemilihan media pembelajaran yang tepat.
grafis ini. Adapun jenis-jenis media grafis menurut beberapa pendapat ahli adalah
sebagai berikut.
a. Gambar atau Foto
Berdasarkan beberapa jenis media pendidikan, media gambar/foto merupakan
media yang paling umum dipakai. Media tersebut merupakan bahasa yang umum,