• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah GuBes Subijanto FK UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Naskah GuBes Subijanto FK UNS"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KOMUNIKASI DALAM MENJALANKAN

PROFESI DOKTER YANG BERKUALITAS

DI MASYARAKAT

Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret

Disampaikan dalam Sidang Senat Terbuka Universitas Sebelas Maret Surakarta

pada tanggal 24 Maret 2009

Oleh:

Prof. Dr. H. Achmad Arman Subijanto, dr., M.S.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

Bismillahirrahmanirrahim

Yang saya hormati,

Rektor/Ketua Senat, Pembantu Rektor, Sekretaris Senat dan para Anggota Senat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Seluruh Guru Besar dan Anggota Senat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Para Guru Besar Tamu yang hadir.

Rektor, jajaran Pimpinan Fakultas dan Ketua Lembaga di Universitas Negeri dan Swasta di seluruh Indonesia.

Direktur Program Pascasarjana, seluruh Dekan, Ketua Program, Ketua Jurusan, Kepala Bagian dan Sub Bagian, Kepala UPT, Kepala Laboratorium, seluruh Tata Usaha serta Tenaga Administrasi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Seluruh Direktur beserta Wakilnya dan para Kepala Bagian Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di Surakarta dan sekitarnya. Direktur Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di seluruh Indonesia Para Pejabat Sipil dan Militer di seluruh Indonesia.

Teman Sejawat dan segenap CivitasAkademikaUniversitas Sebelas Maret Surakarta.

Para tamu undangan, sanak keluarga, handai taulan dan hadirin yang saya muliakan.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Selamat pagi serta salam sejahtera dan Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan Berkah dan RahmatNya kepada kita semua, Amien.

Bapak, Ibu, dan para Hadirin yang saya hormati,

(3)

karunia nikmat tiada terkira yang terus mengalir untuk kita semua. Kemudian marilah kita memanjatkan doa ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Penyayang agar diberikan kesehatan, kekuatan, kesabaran, ketabahan, kepedulian dan keteguhan hati kepada kita semua dan kepada saudara–saudara kita yang hidupnya sedang mengalami ujian. Amien.

Terlebih dahulu perkenankanlah saya menghaturkan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi–tingginya kepada Rektor sebagai Ketua Senat beserta seluruh Anggota Senat di Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan kepada saya dalam menempuh proses untuk menjadi Guru Besar sampai dengan Upacara Pengukuhan Guru Besar hari ini.

Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih sebesar– besarnya kepada para hadirin atas semua bantuannya dan telah ber-kenan meluangkan waktu untuk menghadiri upacara pengukuhan ini.

Hari ini merupakan saat yang berbahagia bagi saya karena mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pidato Pengukuhan Guru Besar dengan judul :

Peran Komunikasi dalam Menjalankan Profesi Dokter yang Berkualitas di Masyarakat

Komunikasi dan Tantangan Profesi Dokter Masa Kini

Bapak, Ibu, dan Hadirin yang saya hormati,

(4)

dan pasien yang dulunya menganut pola paternalistik berubah menjadi hubungan yang bersifat kontraktual. Kondisi dan situasi saat ini telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi yakni sebagai penyedia layanan jasa. Sehingga, apabila jasa yang diberikan tidak memuaskan pasien, maka pasien pun berhak untuk menyampaikan keluhan bahkan sampai pada tuntutan hukum ke pengadilan. Tinjauan yang dilakukan oleh Levinson (1999) menyimpulkan bahwa sebenarnya tuntutan-tuntutan malpraktek tersebut dapat dicegah dengan komunikasi dokter-pasien yang adekuat. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa marak-nya tuntutan malpraktek di masyarakat adalah cermin suatu kondisi komunikasi yang kurang baik antara masyarakat dengan profesi kesehatan, lebih spesifik lagi antara pasien dengan dokter.

(5)

sebagainya. Saat ini semakin banyak pula masyarakat Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk berobat karena sudah tidak lagi percaya akan kompetensi dokter di Indonesia. Sebuah kajian menyimpulkan bahwa kepercayaan pada pelayanan kesehatan ternyata sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dokter-pasien (Calnan et al., 2004). Pergeseran paradigma tentang hubungan dokter-pasien tak lepas dari dampak dari kemajuan teknologi, keterbukaan informasi dan perubahan sosioekonomi masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut telah membuat masyarakat sebagai pemakai jasa dokter semakin kritis atas mutu pelayanan kesehatan di negeri kita. Pasien telah berubah peran dari pasif menjadi asertif dalam upaya memperoleh informasi medis dan pembuatan ke-putusan medis (Beisecker, 1990). Pola hubungan dokter dan pasien pun telah bergeser menjadi hubungan yang berimbang berupa suatu kemitraan (Ali MM et al., 2006a).

(6)

Menilik Teori Dasar Komunikasi

Komunikasi berasal dari kata ”communicare” yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan dan ”communis” yang berarti milik bersama. Komunikasi mengandung beberapa pengertian komunikasi, yaitu: (1) Pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lainnya; (2) Pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antar dua orang atau lebih, dan (3) Suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau pesan yang bertujuan agar tiap manusia yang terlibat dalam proses dapat saling tukar menukar arti dan pengertian terhadap sesuatu (Liliweri A, 2008).

(7)

Media dibagi menjadi dua jenis, yakni media massa dan media antar pribadi. Contoh media massa adalah surat kabar, majalah, film, radio dan televisi. Keuntungan media massa adalah sasaran yang dicapai (coverage) cukup banyak, sehingga lebih efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Kerugiannya adalah sulit diketahui keberhasilan komunikasi yang dilakukan karena umpan balik sulit diperoleh. Kerugian lain adalah tidak dapat menyampai-kan semua jenis pesan, misalnya pesan yang bersifat pribadi, tabu atau yang dinilai akan mendatangkan akibat negatif pada masya-rakat. Contoh media antar pribadi adalah interaksi antara sumber dan sasaran, pembicaraan melalui telepon, surat-menyurat dan pembicaraan perorangan lainnya. Keuntungan dari cara ini adalah dapat disampaikan pesan secara lengkap dan terperinci dengan demikian keberhasilan komunikasi dapat diketahui melalui umpan balik yang diterima. Pesan yang disampaikan dapat mencakup ber-bagai jenis pesan, termasuk yang bersifat rahasia atau pribadi. Kerugiannya adalah jangkauan sasaran terbatas serta membutuhkan waktu, tenaga dan biaya cukup besar, apalagi jika jumlah sasaran yang dituju besar.

(8)

Gambar 1. Unsur-unsur dalam komunikasi

Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interper-sonal yang baik. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Komunikasi yang efektif bukan hanya menentukan isi tetapi juga mendefinisikan hubungan personal. Menurut segi psikologi komunikasi, hubungan inter-personal semakin baik bila seseorang makin terbuka untuk meng-ungkapkan dirinya, makin cepat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang ber-langsung diantara komunikan. Terdapat tiga faktor dalam komuni-kasi interpersonal untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu percaya, sikap suportif dan terbuka (Rahmat J, 1993).

Percayamerupakanfaktor yang paling penting dalam komuni-kasi interpersonal. Rasa percaya dapat meningkatkan komunikomuni-kasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas penerimaan informasi serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Kepercayaan kita terhadap orang lain di-pengaruhi oleh faktor-faktor personal dan situasional. Seseorang dengan harga diri yang positif akan cenderung mempercayai orang

PESAN

SUMBER

MEDIA

SASARAN AKIBAT

(9)

lain, sebaliknya seseorang dengan kepribadian otoriter cenderung sukar mempercayai orang lain. Di samping faktor-faktor personal tersebut terdapat pula faktor lain seperti karakteristik seseorang, hubungan kekuasaan, sifat dan kualitas komunikasi, dan kejujuran. Seseorang akan menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dianggap memiliki kemampuan, keterampilan atau pengalaman di bidang tertentu. Akhirnya sikap percaya kita dipengaruhi oleh persepsi yang sama antara kita dengan orang lain. Rasa percaya tumbuh bila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain. Komunikasi yang bersifat terbuka dengan maksud dan tujuan yang jelas disertai ekspektasi yang sudah dinyatakan maka akan tumbuh rasa percaya. Sikap percaya berkembang bila setiap komunikan menganggapkomunikanlainnyaberlakujujur. Kejujuran menyebab-kan perilaku kita dapat diduga, hal ini mendorong orang lain untuk percaya pada kita.

Sikap suportif ialah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif dalam komunikasi menyebabkan komunikasi interpersonal akan gagal, karena sikap defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.

(10)

Tabel 1. Perilaku defensif dan suportif menurut Gibb

Iklim Defensif Iklim Suportif

1. Evaluasi

2. Kontrol

3. Strategi

4. Netralitas

5. Superioritas

6. Kepastian

1. Deskripsi

2. Orientasi masalah

3. Spontanitas

4. Empati

5. Persamaan

6. Provisionalisme

Dalam penelitian Gibb diungkapkan bahwa semakin sering orang menggunakan perilaku di sebelah kiri, maka semakin besar kemungkinan komunikasi menjadi defensive. Sebaliknya, komuni-kasi defensif berkurang dalam iklim suportif ketika orang meng-gunakan perilaku di sebelah kanan. Marilah kita uraikan isi tabel 1:

1. a. Evaluasi

(11)

b. Deskripsi

Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Pada deskripsi, biasanya kita menggunakan kata kerja. Deskripsi dapat terjadi ketika kita sedang evaluasi orang lain, tetapi orang merasa bahwa kita meng-hargai diri mereka.

2. a. Kontrol

Kontrol artinya berusaha untuk mengendalikan bahkan cen-derung ingin mengubah orang lain dari sikap, pendapat dan tindakannya. Melakukan kontrol juga berarti ingin menentu-kan sikap, pendapat dan tindamenentu-kan orang lain sesuai dengan yang kita inginkan. Itu berarti kita tidak menerima sikap, pendapat dan tindakan orang lain. Sehingga kalau terjadi kontrol orang lain terhadap kita, maka kita ada perasaan menolaknya.

b. Orientasi Masalah

Orientasi masalah berarti mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Kita mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.

3. a. Strategi

(12)

b. Spontanitas

Spontanitas artinya sikap jujur, apa adanya dan dianggap tidak memiliki motif yang terpendam. Apabila kita melaku-kan spontanitas, maka kita mempunyai iklim suportif.

4. a. Netralitas

Netralitas berarti sikap impersonal dan memperlakukan orang lain tidak sebagai persona, melainkan sebagai obyek. Ber-sikap netral bukanlah bersifat obyektif, melainkan menunjuk-kan sikap acuh tak acuh dan tidak menghiraumenunjuk-kan kelebihan orang lain.

b. Empati

Empati artinya memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita, sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi orang lain yang mengalami emosi. Tanpa empati, orang seakan-akan menjadi mesin yang hampa perasaan dan tanpa perhatian. Dengan empati, kita akan menumbuhkan iklim yang suportif.

5. a. Superioritas

Superioritas artinya kita menunjukkan sikap lebih tinggi atau lebih baik dibanding orang lain karena status atau kekuasaan atau kekayaan atau kemampuan intelektual (dalam istilah Islam disebut Takabur). Superioritas akan melahirkan iklim defensif.

b. Persamaan

(13)

mempertegas perbedaan. Maksudnya status boleh jadi ber-beda tetapi komunikasi kita tidak vertikal, kita tidak meng-gurui tetapi berkomunikasi pada tingkat yang sama. Dengan persamaan, kita mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan (Dalam istilah Islam disebut Tawadlu’). Kalau kita senantiasa dapat menciptakan persamaan maka akan timbul iklim yang suportif.

6. a. Kepastian

Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. Bersikap kepastian cenderung mengarah ke iklim defensif.

b. Provisionalisme

Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat manusia adalah tempat kesalahan yaitu siap untuk mengakui dan mengoreksi kesalahan yang kita perbuat, karena itu wajar juga kalau suatu saat pendapat dan keyakinan kita bisa berubah. ”Provisonal” dalam bahasa Inggris, artinya bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang lengkap.

Komunikasi Dokter-Pasien dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Para hadirin yang saya muliakan,

(14)

pasien dan akhirnya akan membawa manfaat bagi keluaran pengo-batan (Roberts, 2002; Roter et al., 2006; Trummer et al., 2006; Lee

et al., 2008; Thorne et al., 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Stewart et al. (2000a) pada 39 dokter keluarga dan 315 pasien mereka menyimpulkan bahwa komunikasi yang berpusat pada pasien juga meningkatkan efisiensi pelayanan dengan berkurangnya prosedur diagnosis dan rujukan. Roter (2006) meneliti pengaruh latihan keahlian berkomunikasi terhadap proses dan outcome perawatan yang berkaitan dengan distress emosi pasien, menemukan bahwa semakin baik keahlian dokter dalam berkomunikasi berhubungan dengan penurunan distress emosional pasien. Komunikasi yang lebih baik antara dokterdan pasien menunjukkan hubungan emosional dan kesehatan fisik yang lebih baik, penurunan gejala yang lebih bermakna dan kontrol yang lebih baik pada penyakit kronis yang meliputi tekanan darah, kadar glukosa darah dan kontrol nyeri yang lebih baik (Stewart, 1999; Stewart, 2000b).

(15)

yang kolaboratif, proaktif dan menghargai pendapat pasien dalam pengambilan keputusan medis serta ternyata dapat membawa efek yang baik bagi outcome pengobatan (Naik et al., 2008). Sebuah penelitian di Korea menyimpulkan bahwa pasien akan mempunyai pandangan negatif terhadap dokternya jika dokter mempunyai gaya komunikasi yang dominan terhadap pasien dan tidak memberi kesempatan bagi pasien untuk mengemukakan pandangannya tentang suatu rencana terapi (Kim et al, 2008).

Saat ini diketahui bahwa terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam mengambil keputusan terapi terhadap pasien, yaitu: pendekatan paternalistik, berbagi dan informatif (konsumeris). Masing-masing memiliki implikasi yang berbeda dalam peran dokter terhadap pasien dalam hal mengkomunikasikan informasi dan untuk tipe, jumlah dan arus informasi diantara keduanya.

Dokter yang mengadopsi pendekatan paternalistik kurang memiliki ketertarikan dalam diskusi dan mendapatkan perhatian pasien. Dokter tipe ini seringkali menginginkan deskripsi gejala fisik yang singkat sehingga mereka dapat mengubahnya menjadi kategori diagnostik. Tipe murni pendekatan dokter semacam ini dapat kemudian membuat suatu keputusan terapi yang menurut mereka terbaik untuk pasien tanpa harus mengetahui nilai dan perhatian masing-masing pasien.

(16)

konsisten dengan nilai dan pilihan pasien. Untuk menciptakan hal ini terjadi, dokter harus membuat suatu atmosfer terbuka dimana pasien dapat mengkomunikasikan semua hal yang ada dalam agenda mereka. Pendekatan ini memberikan pertukaran informasi yang membantu dokter memahami pasien dan meyakinkan bahwa pasien diberikan informasi pilihan terapi beserta risiko dan keun-tungannya. Hal tersebut juga memudahkan pasien untuk menge-tahui apakah mereka merasa bahwa mereka dapat membangun suatu hubungan kepercayaan dengan dokternya.

Komunikasi Dokter-Masyarakat dan Perubahan Perilaku Kesehatan

Seorang dokter juga diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam kesehatan masyarakat. Seorang dokter yang ideal salah satunya harus mampu berlaku sebagai komunikator yang melakukan persuasi kepada individu, keluarga dan masyarakat untuk melaksanakan gaya hidup yang sehat dan menjadi mitra dalam program kesehatan (Boelen, 1994).

(17)

selain harus mampu menangani kesehatan individual (Liliweri A, 2008).

Perkembangan media pada dewasa ini sangat potensial untuk menunjang peran dokter sebagai komunikator. Di berbagai negara telah tumbuh berbagai ragam intervensi untuk mengubah perilaku kesehatan masyarakat. Salah satu bentuk intervensi tersebut adalah konseling kepada pasien, baik secara langsung maupun melalui media interpersonal tertentu misalnya telepon dan email. Suatu projek pilot untuk mengubah perilaku diet untuk mengurangi risiko penyakit kronis menunjukkan bahwa konseling lewat telepon (delapan kali konseling) dapat mengubah perilaku pasien untuk mengkonsumsi sayur dan buah lebih banyak (Newman VA et al. 2008).

(18)

Komunikasi dan Pendidikan Kedokteran Masa Kini

Sosok dokter diharapkan memiliki ciri profesionalisme yang melekat pada dirinya yakni kejujuran, integritas, kepedulian terhada pasien serta sopan santun kepada pasien. Karena itulah, saat ini Konsil Kedokteran Indonesia telah memasukkan komuni-kasi sebagai salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter di Indonesia (Ali MM et al., 2006).

Sudah selayaknya bahwa mahasiswa kedokteran khususnya di Universitas Sebelas Maret dididik untuk menjadi dokter yang mempunyai kompentensi komunikasi yang baik. Mereka harus menjadi manusia yang memiliki empati, selain memiliki moral, etika dan logika yang baik serta ilmu pengetahuan yang mutakhir. Kompetensikomunikasi mencakup komunikasi interpersonal dokter dan pasien misalnya dalam bentuk konseling maupun komunikasi kepada sasaran yang lebih luas (kelompok masyarakat). Untuk itulah, di Fakultas Kedokteran UNS telah mulai memberikan pem-belajaran kompetensi komunikasi dalam kegiatan laboratorium keterampilan medik (skills lab) yang terintegrasi dalam kurikulum berbasis kompetensi. Semoga hal ini adalah awal yang baik untuk terciptanya dokter yang profesional di masa mendatang.

Komunikasi Dokter dengan Sejawat

(19)

Seorang dokter sebagai anggota profesi kesehatan, diharap-kan memperlakudiharap-kan profesi kesehatan lain lebih sebagai anggota keluarga dibandingkan sebagai orang lain, bahkan sebagai teman. Deklarasi Geneva dari WMA juga memuat janji: ”Kolega saya akan menjadi saudara saya”. Interpretasi janji ini bervariasi dari satu negara dan negara lain sepanjang waktu.

Dalam tradisi etika kedokteran Hippocrates, dokter memiliki hutang penghargaan khusus terhadap guru mereka. Deklarasi Geneva menyatakan: ”Saya akan memberikan guru saya

peng-hormatan dan terima kasih yang merupakan hak mereka”.

(20)

Kerjasama Dokter Dengan Sejawat Menurut KKI

1. Merujuk pasien

Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harus me-rujuk pasien pada sejawat lain untuk mendapatkan saran, pemerik-saan atau tindakan lanjutan. Bagi dokter yang menerima rujukan, sesuai dengan etika profesi, wajib menjawab/memberikan advis tindakan akan terapi dan mengembalikannya kepada dokter yang merujuk. Dalam keadaan tertentu dokter penerima rujukan dapat melakukan tindakan atau perawatan lanjutan dengan persetujuan dokter yang merujuk dan pasien. Setelah selesai perawatan dokter rujukan mengirim kembali kepada dokter yang merujuk.

Pada pasien rawat inap, sejak awal pengambilan kesimpulan sementara, dokter dapat menyampaikan kepada pasien kemungkin-an untuk dirujuk kepada sejawat lain karena alaskemungkin-an kompetensi. Rujukan dimaksud dapat bersifat advis, rawat bersama atau alih rawat. Pada saat meminta persetujuan pasien untuk dirujuk, dokter harus memberi penjelasan tentang alasan, tujuan dan konsekuensi rujukan termasuk biaya, seluruh usaha ditujukan untuk kepentingan pasien. Pasien berhak memilih dokter rujukan, dan dalam rawat bersama harus ditetapkan dokter penanggung jawab utama.

Dokter yang merujuk dan dokter penerima rujukan, harus mengungkapkan segala informasi tentang kondisi pasien yang relevan dan disampaikan secara tertulis serta bersifat rahasia.

(21)

2. Bekerjasama dengan sejawat

Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-kan jenis kelamin, ras, kecacatan, agama/kepercayaan, usia, status social atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat.

Seorang dokter tidak dibenarkan mengkritik teman sejawat melalui pasien yang mengakibatkan turunnya kredibilitas sejawat tersebut. Selain itu tidak dibenarkan seorang dokter memberi komentar tentang suatu kasus, bila tidak pernah memeriksa atau merawat secara langsung.

3. Bekerjasama dalam tim

Asuhan kesehatan selalu ditingkatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin. Apabila bekerja dalam sebuah tim, dokter harus :

a. Menunjuk ketua tim selaku penanggung jawab

b. Tidak boleh mengubah akuntabilitas pribadi dalam perilaku keprofesian dan asuhan yang diberikan

c. Menghargai kompetensi dan kontribusi anggota tim d. Memelihara hubungan profesional dengan pasien

e. Berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim di dalam dan di luar tim

f. Memastikan agar pasien dan anggota tim mengetahui dan memahami siapa yang bertanggung jawab untuk setiap aspek pelayanan pasien

g. Berpartisipasi dalam review secara teratur, auditdari standar dan kinerja tim, serta menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja dan kekurangan tim h. Menghadapi masalah kinerja dalam pelaksanaan kerja tim

(22)

4. Memimpin tim

Dalam memimpin sebuah tim, seorang dokter harus memasti-kan bahwa :

a. Anggota tim telah mengacu pada seluruh acuan yang ber-kaitan dengan pelaksanaan dan pelayanan kedokteran b. Anggota tim telah memenuhi kebutuhan pelayanan pasien c. Anggota tim telah memahami tanggung jawab individu dan

tanggung jawab tim untuk keselamatan pasien. Selanjutnya, secara terbuka dan bijak mencatat serta mendiskusikan permasalahan yang dihadapi

d. Acuan dari profesi lain dipertimbangkan untuk kepentingan pasien

e. Setiap asuhan pasien telah terkoordinasi secara benar, dan setiap pasien harus tahu siapa yang harus dihubungi apabila ada pertanyaan atau kekhawatiran

f. Pengaturan dan pertanggungjawaban pembiayaan sudah ter-sedia

g. Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut dari audit standar pelayanan kedokteran dan audit pelaksanaan tim dijalankan secara berkala dan setiap kekurangan harus diselesaikan segera

h. Sistem sudah disiapkan agar koordinasi untuk mengatasi setiappermasalahandalamkinerja,perilaku atau keselamatan anggota tim dapat tercapai

i. Selalu mempertahankan dan meningkatkan praktek kedok-teran yang benar dan baik.

5. Mengatur dokter pengganti

(23)

yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti. Dokter pengganti harus diinformasikan kepada pasien.

Dokter harus memastikan bahwa dokter pengganti mem-punyai kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan keahlian untuk mengerjakan tugasnya sebagai dokter pengganti. Dokter pengganti harus tetap bertanggung jawab kepada dokter yang digantikan atau ketua tim dalam asuhan medis.

6. Mematuhi tugas

Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan/ pendidikan kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.

Dokter penanggung jawab tim harus memastikan bahwa pasien atau keluarga pasien mengetahui informasi tentang diri pasien akan disampaikan kepada seluruh anggota tim yang akan memberi perawatan. Jika pasien menolak penyampaian informasi tersebut, dokter penanggung jawab tim harus menjelaskan kepada pasien keuntungan bertukar informasi dalam pelayanan kedokteran.

7. Pendelegasian wewenang

Pendelegasian wewenang kepada perawat, mahasiswa kedok-teran, peserta program pendidikan dokter spesialis, atau dokter pengganti dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melak-sanakan prosedur dan pemberian terapi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dokter yang mendelegasikan tetap menjadi penang-gung jawab atas penanganan pasien secara keseluruhan.

Hubungan dan kinerja teman sejawat

(24)

pasien harus diutamakan setiap saat. Jika seorang dokter memiliki kekhawatiran bahwa teman sejawatnya tidak dalam keadaan fit untuk praktek, dokter tersebut harus mengambil langkah yang tepat tanpa penundaan, kemudian kekhawatiran tersebut ditelaah dan pasien terlindungi bila diperlukan. Hal ini berarti seorang dokter harus memberikan penjelasan yang jujur mengenai kekhawatiran terhadap seseorang dari tempat ia bekerja dan mengikuti prosedur yang berlaku.

Jika sistem setempat tidak memadai atau sistem setempat tidak dapat menyelesaikan masalah dan seorang dokter masih mengkhawatirkan mengenai keselamatan pasien, maka dokter harus menginformasikan badan pengatur terkait.

Menghormati teman sejawat

Seorang dokter harus memperlakukan teman sejawatnya dengan adil dan rasa hormat. Seorang dokter tidak boleh memper-mainkan atau mempermalukan teman sejawatnya, atau mendiskri-minasikan teman sejawatnya dengan tidak adil.

Seorang dokter harus tidak memberikan kritik yang tidak wajar atau tidak berdasar kepada teman sejawatnya yang dapat mempengaruhi kepercayaan pasien dalam perawatan atau terapi yang sedang dijalankan, atau dalam keputusan terapi pasien.

Berbagi informasi dengan teman sejawat

Berbagi informasi dengan teman sejawat lain sangatlah pen-ting untuk keselamatan dan keefektifan perawatan pasien. Ketika seorang dokter merujuk pasien, dokter tersebut harus memberikan semua informasi yang relevan mengenai pasiennya, termasuk riwayat medis dan kondisi saat itu.

(25)

mem-beritahu hasil pemeriksaan, terapi yang diberikan dan informasi penting lainnya kepada dokter yang ditunjuk untuk kelangsungan perawatan pasien, kecuali pasien tersebut menolak.

Jika seorang pasien belum dirujuk dari dokter umum kepada dokter spesialis, dokter spesialis tersebut harus menanyakan kepastian pasien tersebut untuk memberitahu dokter umumnya sebelum memulai terapi, kecuali dalam keadaan gawat darurat atau saat keadaan yang tidak memungkinkan. Jika dokter spesialis tersebut tidak memberitahu dokter umum yang merawat pasien tersebut, dokter spesialis tersebut harus bertanggung jawab untuk menyediakan atau merencanakan semua kebutuhan perawatan.

Para hadirin yang saya hormati,

Pr a k t e k Ke d ok t e r a n ya n g Ba ik

Sem ua pasien berhak at as st andar prakt ek dan peraw at an yang baik dari dokt er. Elem en pent ing t erkandung didalam nya ialah kom pet ensi profesional; hubungan erat dengan pasien dan sej aw at sert a kew aj iban m engikut i kode et ik kedokt eran

Pe r a w a t a n Klin is ya n g Ba ik

St a n d a r p r a k t e k d a n p e r a w a t a n ya n g b a ik

1. Peraw at an klinis yang baik harus m eliput i

o penilaian adekuat kondisi pasien sesuai keluhan/ gej ala, j ika

perlu, dilakukan pem eriksaan yang t epat

o m erencanakan dan m em berikan pem er iksaan at au penat

a-laksanaan j ika diperlukan

o m elakukan t indakan yang sesuai / t epat j ika perlu

o m eruj uk pasien ke dokt er lebih ahli sesuai indikasi

2. Dalam m elakukan penanganan, dokt er harus:

o bekerj a dalam bat as kom pet ensi profesional

(26)

o bekerj a kom pet en dalam m enegakkan diagnosis, m em berikan dan m erencanakan penat alaksanaan

o m enj aga rekam m edis pasien t et ap j elas, akurat , dan dapat

dibaca dalam m elaporkan hasil pem eriksaan klinis, keput usan yang diam bil, inform asi dan penat alaksanaan yang diberikan kepada pasien.

o m engupayakan sej aw at m endapat kan inform asi berkesinam

-bungan saat m elakukan rawat bersam a.

o m elakukan t indakan unt uk m enekan rasa sakit at au dist ress

pasien bila t erapi kurat if t idak m em ungkinkan

o m eresepkan obat dan m elakukan penat alaksanaan hanya

bila-m ana bila-m enget ahui keadaan dan kebut uhan pasien. Sebaiknya t idak m erekom endasikan pem eriksaan at au penat alaksanaan yang t idak perlu kepada pasien dan t idak m enunda penat a-laksanaan yang t epat m aupun m eruj uk pasien.

o m elaporkan reaksi obat yang m erugikan dan bekerj asam a

m em enuhiperm int aan inform asi dan organisasi yang m em ant au

kesehat an m asyarakat

o m endayagunakan fasilit as kedokt eran yang t ersedia seefisien

m ungkin

3. Jika dokt er m em iliki alasan bahw a kem am puannya dalam m e-nangani pasien t erganggu akibat peralat an at au fasilit as yang t idak adekuat , m aka harus diam bil t indakan yang t epat . Dokt er harus m em perhat ikan t anggung- j aw abnya dan m engam bil langkah unt uk m em ecahkan m asalah t ersebut

4. Pem eriksaan at au penat alaksanaan yang diberikan at au direncana-kan oleh dokt er harus didasardirencana-kan at as penilalan klinis adirencana-kan ke-but uhan pasien dan t ingkat efekt ivit as penat alaksanaan. Dokt er hendaknya t idak m engikut i pandangan “ gaya hidup, budaya, keper cayaan, suku bangsa, w arna kulit , j enis kelam in, seksualit as,

kekurangan,usia,st at usekonom i/ sosial” pasien dalam m enent ukan

penat alaksanaan yang akan diber ikan/ direncanakan. Dokt er t idak boleh m em bat alkan at au m enunda penat alaksanaan karena m eng-anggap t indakan pasien sebagai penyebab kondisinya. 5. Jika dokt er m eyakini bahw a kepercayaannya dapat m em pengaruhi

nasehat at au penat alaksanaan, m aka dokt er sebaiknya m enj elas-kan perm asalahannya kepada pasien dan m enyaranelas-kan bahwa pasien m em ilik i hak berobat ke dokt er lain

(27)

7. Dokt ert idakboleh m enolak m em berikan t at alaksana kepada pasien yang dinilai m endat angkan risiko bagi dokt er. Jika keadaan pasien berisiko bagi kesehat an at au keam anan dokt er m aka dokt er harus m engam bil t indakan unt uk m elindungi dir i sendiri sebelum m elaku-kan pem eriksaan dan penat alaksanaan pasien.

Pe n a t a la k sa n a a n d a la m k e g a w a t d a r u r a t a n

Dalam keadaan gawat darurat , dim anapun t erj adi, seorang dokt er harus m encari orang yang dapat m em bant unya dalam m em berikan per -t olongan sesuai dengan prosedur.

M e n j a g a p r a k t e k k ed ok t e r a n ya n g b a ik

Mengikut i kem aj uan dunia kedokt eran

1. Set iap dokt er harus m eningkat kan keilm uan dan keahliannya sesuai dengan perkem bangan ilm u. Dokt er harus berpart isipasi secara t erat ur dalam kegiat an edukasi unt uk m em pert ahankan dan m engem bangkan kom pet ensi dan kem am puannya.

2. Prakt ek kedokt eran diat ur oleh hukum dan et ika kedokt eran. Oleh sebab it u seorang dokt er j uga harus m engikut i perkem bangan dunia hukum t erkait dan kode et ik kedokt eran.

Menj aga Kem am puan

Seorang dokt er harus bekerj a dengan sej aw at dalam m engaw asi dan m enj aga kualit as perawat an yang diberikan dengan m enit ikberat kan pada keselam at an pasien. Secara garis besar seorang dokt er harus:

1. berpart isipasi dalam audit k edokt eran dan klinis secara t erat ur dan sist em at ik sesuai dat a yang ada. Jika perlu, dokt er harus m erespon hasil audit dengan m eningkat kan kem am puan diri m isal lebih banyak m engikut i pelat ihan

2. m em berikan respon m em bangun t erhadap hasil t inj auan, penilaian at au pengharapan akan kem am puan seorang dokt er

3. berpart isipasi dalam pert em uan dan m elaporkan upaya m enekan risiko pasien

H u b u n g a n D e n g an Pa sie n

Mem int a perset uj uan pasien ( I nform ed Consent )

(28)

pengam bilan keput usan. Jika perlu, dokt er harus m enj elaskan apa dan m engapa yang akan dilakukan, risiko at au efek sam ping berm akna t erkait dan m em int a perset uj uan sebelum m em eriksa keadaan pasien at au m em berikan penat alaksanaan.

Menghorm at i kerahasiaan pasien

1. Dokt er harus m erahasiakan inform asi keadaan pasien. Dalam kondisi pengecualian, dibut uhkan alasan t epat unt uk m em berikan inform asi t anpa perset uj uan pasien dan harus m engikut i panduan

yangadasert abersiap unt uk m em pert anggungj aw abkan keput usan

t ersebut t erhadap pasien dan pengadilan.

2. Keberhasilan hubungan dokt er- pasien t ergant ung pada keperca-yaan. Unt uk m em bangun dan m em pert ahankan kepercayaan, seorang dokt er harus

o j uj ur, penuh pert im bangan dan kebenaran

o m enghorm at i privasi dan m art abat pasien

o m enghorm at i hak pasien m em bat alkan part isipasinya dalam

pendidikan/ penelit ian dan m em ast ikan penolakannya t idak berdam pak m erugikan hubungan dokt er- pasien.

o m enghorm at i hak pasien m encari pendapat kedua

o sedia set iap saat unt uk dihubungi oleh pasien at au sej aw at

ket ika sedang bert ugas

3. Dokt er t idak boleh m em biar kan kepercayaan yang diber ikan pasien rusak akibat hubungan pribadi. Dokt er t idak boleh m enggunakan posisi profesinya unt uk m em bangun hubungan em osional at au seksual yang t idak t epat dengan pasien at au seseorang yang dekat dengannya

Kom u n ik a si Ya n g Ba ik

(29)

o m em beri inform asi kepada suam i/ ist ri pasien, kerabat dekat at au peraw at nya m em erlukan ij in pasien t erlebih dahulu. Bila pasien t idak dapat m em berikan ij innya, m aka dokt er seharus-nya m em beri inform asi haseharus-nya pada kerabat dekat pasien kecuali dokt er percaya bahwa pasien t idak akan berkeberat an. 2. Jika pasien dalam peraw at an dokt er m enghadapi bahaya, m aka penj elasan harus diber ikan pada seseorang yang bert anggung-j aw ab kepada pasien, at au suam i/ ist ri pasien, kerabat dekat / t em an yang m engikut i penanganan pasien kecuali dokt er percaya bahw a pasien t idak akan berkeberat an.

3. Jika seorang anak dalam penanganan dokt er m eninggal dunia

pert im bangan/ alasanyang m erusakkepercayaan dokt er dan pasien

m aka dokt er m enganggap perlu unt uk m em ut uskan hubungan profesional dengan pasien. Pada keadaan ini, dokt er harus m eng-am bil keput usan yang adil dan siap m em pert anggungj aw abkan keput usan t ersebut . Dokt er t idak boleh m engakhiri hubungan dengan pasien karena pasien m engeluhkan kinerj a dokt er/ karena pengaruh finansial penat alaksanaan pasien dalam prakt ek kedok-t eran.

(30)

M e n g h ad a p i Pe r m a sa la h a n Pr a k t e k Pr ofe sion a l

Kem am puan sej awat

1. Dokt er harus m elindungi pasien dan risiko t erpaj an bahaya oleh dokt er at au prakt isi kesehat an lainnya.

2. Jika dokt er m eyakini bahw a dokt er/ prakt isi kesehat an lainnya berisiko t erhadap pasien, m aka dokt er t ersebut harus m em berikan penj elasan yang j uj ur pada individu t ersebut unt uk m engikut i prosedur.

3. Bila m em iliki t anggung- j aw ab penat alaksanaan, dokt er harus m e-m ast ikan bahw a e-m ekanise-m e t elah berj alan sebagaie-m ana e-m est inya sehingga sej aw at dapat lebih m em aham i risiko t erhadap pasien.

Keluhan dan perm ohonan form al

1. Pasien m engeluhkan penanganan/ penat alaksanaan yang ia t erim a berhak m endapat respon t erbuka, m em bangun dan j uj ur m eliput i penj elasan m engenai apa yang t elah t erj adi dan perm ohonan m aaf. Dokt er t idak boleh m em biarkan keluhan pasien m engganggu penanganan at au penat alaksanaan.

2. Dokt er harus bekerj asam a penuh dalam penanganan pasien dan m em buka diri t erhadap sej um lah keluhan yang disam paikan. Dokt er harus m em berikan inform asi relevan kepada pihak yang berkepent ingan dalam penilaian profesi dokt er dan sej aw at nya, t erkait perilaku, kem am puan dan kesehat an.

3. Jika dokt er bebas t ugas dan bagian at au dilarang m elakukan prakt ek t erkait kem am puan at au perilaku, w aj ib m elaporkan t em pat bekerj anya.

Be k e r j a d e n g a n Se j a w a t

Mem perlakukan sej aw at dengan adil

(31)

2. Dokt er t idak boleh m erusak kepercayaan pasien akan penanganan at au penat alaksanaan yang dit erim a at au dengan m enyalahkan dokt er lain yang m em berikan t erapi karena rasa dengki at au dengan m em berikan krit ik yang t idak m endasar.

Berbagi I nform asi dengan Sej aw at

4. Jikaandam em berikanpenat alaksanaanat aunasehat kepada pasien

(32)

j aw ab akan keseluruhan penat alaksanaan yang diberikan.

2. Ruj ukan m eliput i t ransfer sebagian at au seluruh t anggung j aw ab penanganan pasien, biasanya bersifat sem ent ara at au unt uk t uj uan t ert ent u m isalnya pem eriksaan t am bahan, penanganan at au penat alaksanaan yang berada diluar kom pet ensinya. Biasanya seorang dokt er akan m er uj uk pada dokt er lainnya yang lebih berkom pet ensi.

Penutup

Dalam menjalankan perannya di masyarakat, seorang dokter perlu mempunyai kompetensi komunikasi baik kepada pasien maupun pada masyarakat luas. Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien sangatlah penting dan memiliki berbagai dampak pada berbagai aspek outcome kesehatan. Dampak tersebut meliputi outcome kesehatan yang lebih baik, kenyamanan yang lebih tinggi terhadap rejimen terapi pada pasien, kepuasan yang lebih tinggi pada pasien dan dokter serta penurunan risiko malpraktek. Selain komunikasi dokter dan pasien di aspek kuratif dan rehabilitatif, komunikasi dokter dengan pasien serta masyarakat luas dalam hal preventif dan promotif semakin dibutuhkan dewasa ini dengan semakin tingginya masalah kesehatan yang terkait dengan perilaku kesehatan.

َﺪَﻔﻨَﺗ نَأ َﻞۡﺒَﻗ ُﺮۡﺤَﺒۡﻟا َﺪِﻔَﻨَﻟ ﻲِّﺑَر ِتﺎَﻤِﻠَﻜِّﻟ اًداَﺪِﻣ ُﺮۡﺤَﺒۡﻟا َنﺎَﻛ ۡﻮَّﻟ ﻞُﻗ

دَﺪَﻣ ِﮫِﻠۡﺜِﻤِﺑ َﻦۡﺌِﺟ ۡﻮَﻟَو ﻲِّﺑَر ُتﺎَﻤِﻠَﻛ

(33)

ﻲِﻨۡﻟِﺰﻧَأ ِّبَّر ﻞُﻗَو

َﻦﯿِﻟِﺰﻨُﻤۡﻟا ُﺮۡﯿَﺧ َﺖﻧَأَو ﺎًﻛَرﺎَﺒُّﻣ ﺎًﻟَﺰﻨُﻣ

Dan berdoalah dengan berkata: Wahai Tuhanku, turunkanlah daku di tempat turun yang berkat dan Engkau adalah sebaik-baik Pemberi tempat. (Q.S. Al-Mukminun:29)

UCAPAN TERIMA KASIH

Hadirin yang saya hormati, yang saya muliakan dan yang saya cintai

Sebelum mengakhiri pidato pengukuhan ini, perkenankanlah saya untuk sekali lagi mengucapkan syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas seluruh limpahan nikmat, rahmat, kesehat-an, rezeki, tuntunan dan petunjuk serta karuniaNya yang saya terima, sehingga saya masih diperkenankan diberi amanah mengemban tugas menjadi Guru Besar dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tugas menjadi Guru Besar ini saya laksanakan serta persembahkan untuk kemajuan di bidang Kesehatan Masya-rakat seluruh Indonesia dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(34)

Hadirin yang saya hormati, yang saya muliakan dan yang saya cintai

Selanjutnya saya akan menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada :

1. Menteri Pendidikan Nasional dan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ(K) beserta seluruh anggota Senat Universitas Sebelas Maret Surakarta dan seluruh anggota Senat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui pengangkatan saya sebagai Guru Besar dan menerima saya di lingkungan Senat baik di Fakultas Kedok-teran UNS maupun di Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Koento Wibisono, Ph.D dan Prof. Drs. Haris Mudjiman

MA., Ph.D atas dukungan dan dorongan yang diberikan kepada saya dalam menempuh pendidikan Pascasarjana.

4. dr. Poerwadi, Sp.OG, yang telah membimbing dan mendidik saya untuk menggeluti dan mencintai bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

5. Prof.Soetjipto,dr., Sp.Rad, Alm. dr. Kamalita, Soelatin Winarno, dr., Sp.A, Soetrisno Danusastro, dr. Sp.M, Prof. Dr. Suroto, dr., Sp.S(K), Prof. Dr. Admadi Soeroso, dr. Sp.M, MARS atas dukungan yang diberikan dalam menempuh pendidikan S2 dan S3.

(35)

7. Prof. Eddy Pranowo Sudibyo, dr. MPH sebagai promotor, Prof. Dr. Pitono Soeparto, dr., Sp.A sebagai kopromotor, Prof. Dr. Sunarko Setyawan, dr., MS dan Prof. Dr. Suhartono Taat Putra, dr., MS sebagai konsultan yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan studi program Doktor.

8. Diding H. P, dr., MS dan semua teman sejawat di Fakultas Kedoteran UNS, khususnya di Bagian Ilmu Kesehatan Masya-rakat FK UNS, Bhisma Murti, dr. MPH, Ph.D, Prof. Dr. Santoso, dr., MS, Imam Syafei, dr., Zainal Abidin, dr., MS, Moerdjati, dr., MS, Liana D, dr., MS, Harninto, dr. MS, Harjanto, dr., MS, Putu S, dr., MS, Suparman, dr., MS, Soenarso, dr., Rifai H, dr., MS, Eti P, dr., MPd, Aniek L, dr., Arie N Probandari, dr., MSc, Dra. Diffah H, Drs. M. Zaini, Alm. Drs. Yogyono, saya sampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang tak terhingga atas dorongan, bantuan dan kerjasama dalam suasana kekeluargaan yang kita ciptakan bersama selama ini.

9. Seluruh pegawai Fakultas Kedoteran UNS, yang telah mem-bantu saya untuk meraih Guru Besar.

10. Ayah (Alm) H. Bukhori Pranotokusumo dan Ibu Hj. Umi Kalsum yang senantiasa tiada henti-hentinya mendo’akan saya sampai saat ini.

11. Kedua mertua saya (Alm). Bapak H. M. F. Adnan Soeparto dan (Alm). Ibu Muslichah yang mendorong saya menjadi dokter.

12. Keluarga Bapak Brig. Jend (Purn) Drs. H. Soenaryo beserta Ibu yang mendorong dan memotivasi saya untuk meraih Guru Besar.

(36)

14. Ungkapan terima kasih sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada isteriku tercinta Dr. Hj. Noer Rachma, dr. Sp.RM, anak-anakku tersayang Reza Wisnuwardhana, ST beserta isterinya Jatu Aphridasari, dr., Sp.P, Maya Dyah Astari, S.Si beserta suaminya IGB. Indro Nugroho, dr., Sp.KJ dan Ratna Kusuma-wati, dr. beserta suaminya Heru Sulastomo, dr., yang senan-tiasatiadahenti-hentinyaselalu memberikan motivasi, dorongan dan bantuan serta doa untuk saya dalam mencapai cita-cita menjadi Guru Besar.

15. Kakak ipar saya keluarga (Alm) H. Nur Wachid dan Keluarga Hj. Nur Aini yang banyak membantu saya.

16. Adik-adik saya keluarga A.A. Sudarwin, dr., Sp.B, keluarga A.AntonHenriSusilo,dr.,Sp.An, keluarga Enymun Herawati SH, keluarga Tony Welly Haryanto,SH, keluarga Ahmad Mifta,SH, Keluarga Siti Yussi Rufaida, SE, keluarga Ahmad Susianto,SH, keluarga Ir. Ahmad Trisasongko, MSi, keluarga Aida Nursanti, SE, keluarga Ahmad Irfan, SE dan keponakan serta cucu-cucu yang selalu memberi motivasi dan dukungan untuk saya sekeluarga.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ali MM, Sidi IPS, Hadad T, Adam K, Rafly A, Sampurna B.

Kemitraan dalam hubungan dokter-pasien. Konsil

Kedok-teran Indonesia. Jakarta. 2006a.h. 9-22.

Ali MM, Sidi IPS, Hadad T, Adam K, Rafly A, Zahir H et al.

Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Konsil Kedokteran

Indonesia. Jakarta. 2006b. h 1-10.

Baker H, Murdoch IE. Can a public health intervention improve

awareness and health-seeking behaviour for glaucoma. Br J Ophthalmol 2008; 92(12):1671-1675.

Beaglehole R, Epping-Jordan J, Patel V, Chopra M, Ebrahim S, Kidd M. et al. Improving the prevention and management of chronic disease in low-income and middle-income countries: a priority for primary health care. Lancet 2008;372 (9642): 940-949

Beisecker AE. Patient Power in Doctor-Patient Communication: what do we know?. Health communication 1990; 2(2): 105-122.

Bertrand JT, Anhang R. The effectiveness of mass media in changing HIV/AIDS-related behaviour among young people in developing countries. World Health Organ Tech Rep Ser 2006; 938:205-241.

Bertrand JT, O’Reilly K, Denison J, Anhang R, Sweat M.

(38)

Ikatan Dokter Indonesia. Perubahan Perilaku Fokus Utama Pembangunan Bidang Kesehatan. http:// www.depkominfo.

go.id/2007/06/12/perubahan-perilaku-fokus-utama-pembangunan-kesehatan.html (diakses 20 Februari 2009)

Kim SS, Park BK. Patient-perceived communication styles of physicians in rehabilitation: the effect on patient satisfaction

and compliance in Korea. Am J Phys Med Rehabil 2008;

87(12):998-1005.

Lee YY, Lin JL. Linking patients’s trust in physicians to health

outcomes. Br J Hosp Med (Lond) 2008; 69 (1):42-46.

Levinson W. In context: physician-patient communication and

managed care. J Med Pract Manage 1999; 14(5): 226-230.

Liliweri A. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2008. h. 2-22.

Naik AD, Kallen MA, Walder A, Street RL Jr. Circulation 2008; 117(11): 1361-1368

Newman VA, Flatt SW, Pierce JP. Telephone counseling promotes dietary change in healthy adults: results of a pilot trial. J Am Diet Assoc 2008;108(8):1350-1354.

PDPERSI. Peran tenaga kesehatan masyarakat dalam mengubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat. http://lkpk.org/2007/01/31/peran-tenaga-kesehatan-masyarakat- dalam-mengubah-perilaku-masyarakat-menuju-hidup-bersih-dan-sehat.html (diakses 20 Februari 2009).

(39)

Roberts KJ. Physician-Patient Relationships, Patient Satisfaction, and Antiretroviral Medication Adherence Among HIV-Infected Adults Attending a Public Health Clinic. AIDS Patient Care and STDs. January 1, 2002, 16(1): 43-50. doi:10.1089/108729102753429398.

Roter DL, Frankel RM, Hall JA, Sluyter D. The expression of emotion through nonverbal behavior in medical visits.

Mechanisms and outcomes. J Gen Intern Med 2006; 21 Suppl

1:S28-34

Steward M, Brown JB, Boon H, Galajda J, Meredith L,Sangster M.

Evidence on patient-doctor communication. Cancer Prev

Control 1999; 3(1): 25-30

Stewart M, Brown JB, Donner A, Mc Whinney IR, Oates J, Weston

WW et al. The impact of patient-centered care on outcomes.

J Fam Pract 2000a; 49(9): 796-804.

Stewart M, Meredith L, Brown JB, Galajda J. The influence of older patient-physician communication on health and health

related outcomes. Clin Geriatr Med 2000b; 16(1): 25-36.

Thorne SE, Hislop TG, Armstrong EA, Oglov V. Cancer care communication: the power to harm and the power to heal?

Patient Educ Couns 2008; 71(1):34-40.

(40)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Prof.Dr.H.Achmad Arman Subijanto, dr. MS Tempat tanggal lahir : Yogyakarta, 7 November 1948

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS Fakultas Kedokteran UNS

NIP : 030 134 565

Pangkat / Golongan : Pembina / IV A Jabatan : Lektor Kepala

Alamat Kantor : Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta

Alamat Rumah : Jl. Merpati No. 28 Kerten RT 04 / RW 03 Surakarta

Status Perkawinan : Menikah

Nama Istri : Dr. Hj. Noer Rachma, dr. Sp.RM Nama Anak : 1. Reza Wisnuwardhana, S.T.

2. Maya Dyah Astari, S.Si. 3. Ratna Kusumawati, dr. Nama Menantu : 1. Jatu Aphridasari, dr. Sp.P.

2. Indro Nugroho, dr. Sp.KJ. 3. Heru Sulastomo, dr.

(41)

Riwayat Pendidikan

Tahun 1961 : Sekolah Rakyat Netral Yogyakarta Tahun 1964 : SMP Negeri I Yogyakarta

Tahun 1967 : SMA Negeri III Yogyakarta

Tahun 1976 : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Tahun 1988 : Pendidikan S2 Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Tahun 1998 : Pendidikan S3 Program Doktor Universitas Airlangga Surabaya

Riwayat Pekerjaan

Tahun 1976 : Asisten Ahli Madya / Penata Muda / Golongan III/a Tahun 1980 : Asisten Ahli / Penata Muda Tk.I / Golongan III/b Tahun 1983 : Lektor Muda / Penata / Golongan III/c

Tahun 1986 : Lektor Madya / Penata Tk.I / Golongan III/d Tahun 1989 : Lektor / Pembina / Golongan IV/a

Tahun 2008 : Guru Besar / Golongan IV/a

Riwayat Jabatan Struktural

Tahun 1989 – 1998 : Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS Tahun 1990 – 1993 : Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS Tahun 1999 – 2002 : Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran

UNS

(42)

Keanggotaan Profesi dan Jabatan Lain

1. Pengurus Besar IDI

2. Pengurus IDI Cabang Surakarta

3. Pengurus Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia 4. Ketua AIPKI Wilayah IV

5. Anggota Kolegium KDKI 6. Pengurus PMI cabang Surakarta 7. Pengurus SAR UNS

Penghargaan

Tanda Kehormatan Satyalencana Karya Satya 30 tahun

Publikasi / Buku

1. Penyusun Dasar-dasar Epidemiologi 2. Penyusun Standar Pendidikan Dokter 3. Penyusun Standar Kompetensi Dokter 4. Penyusun Standar Dokter Spesialis

5. Penyusun Pedoman Pelaksanaan Internship (inpres)

Pembicara

1. ”Tingkat Pengetahuan Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) tentang Obat Terlarang”, Pembicara dalam Pertemuan Ilmiah Regional IKM-IKP Jateng-DIY di Yogyakarta, 1995.

2. ”Pengaruh Manajemen dan Ekonomi Kesehatan terhadap Status Kesehatan Masyarakat”, Pembicara dalam Pertemuan Ilmiah Regional IKM-IKP Jateng-DIY di Yogyakarta, 1996. 3. ”Deteksi Dini pada Bayi Cacat Berbasis Masyarakat”, Kursus

(43)

4. ”Program Puskesmas Sayang Ibu untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu”, Seminar Sehari Penurunan Mortalitas Ibu dan Anak di Surakarta, 1998.

5. ”Dokter Keluarga dan Asuransi Kesehatan”, Lokakarya Pem-biyaan Kesehatan Masyarakat dalam SKN di Klaten, 1999. 6. ”Strategi Mencapai ”Zero Accident” pada Transmisi Listrik”,

Diskusi Panel Kesehatan & Keselamatan Kerja di Salatiga, 2000.

7. ”Dokter Keluarga sebagai ”Gate Keeper” dalam system Pelayanan Kesehatan yang Efektif dan Efisien”, Penataran dokter Keluarga di Sragen 2001.

8. ”Implementasi Industrial Hygiene Occupational Helath and Safety di Sektor Usaha Kecil dan Menengah”, Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam rangka Dies Natalis UNS, 2005.

9. ”Penyusunan Perencanaan Strategis untuk Mencapai Indonesia Sehat 2010”, Workshop Yogyakarta Sehat 2010 di Yogya-karta, 2006.

10. ”Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Menyongsong Tantangan Global”, Lokakarya Pengem-bangan Kurikulum Program D3 hiperkes dan Keselamatan Kerja di Surakarta, 2006.

11. ”Peranan Perguruan Tinggi dalam Menyiapkan Sumber Daya Manusia K-3”, Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja di Surakarta, 2007.

12. ”Legitimasi Tenaga Kesehatan Kerja di Indonesia”, Brain-storming antar Institusi Pendidikan K3 di Surakarta, 2008.

Penelitian / Karya Ilmiah

(44)

2. Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Kualitas Air di Sekitarnya. (Dipublikasikan Lembaga Penelitian UNS, 1991) 3. Memasyarakatkan Peningkatan Penggunaan ASI.

(Dipublikasi-kan Lembaga Penelitian UNS, 1991).

4. Perbedaan Efektifitas Pemberian Oralit dibandingkan Cairan Intravena pada Gastro Enteritis. (Dipublikasikan Lembaga Penelitian UNS, 1991).

5. Studi Kualitas Air Sungai Kodya Surakarta. (Dipublikasikan Lembaga Penelitian UNS, 1992).

6. Hubungan Lama Pemakaian Suntikan KB dengan Kejadian Efek Samping Kontrasepsi. (Dipublikasikan Sumbangsih, 1992).

7. Pengaruh Waduk Song Putri Terhadap Kesehatan Lingkungan (Dipublikasikan Lembaga Penelitian UNS, 1992).

8. Hubungan Motivasi dan Kepuasan Kerja Kader Sehat dalam Pelaksanaan Posyandu. (Dipublikasikan Lembaga Penelitian UNS, 1993)

9. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Umur Penyapihan Anak (Dipublikasikan Sumbangsih, 1993).

10. Peranan Dukun Bayi dalam Perawatan Postnatal Neunatus (Dipublikasikan Lembaga Penelitian UNS, 1993).

11. Studi Kelayakan Penerapan Model Dana Sehat sebagai Alter-natif Solusi Pendanaan Program KIA di Wuryantoro Wonogiri. (Dipublikasikan Pusat Studi Kedokteran Komunitas, Lemlit UNS, 1993).

12. Evaluasi Pelaksanaan Model Swakelola dan Swadana Puskes-mas. (Dipublikasikan Pusat Studi Kedokteran Komunitas, LemLit UNS, 1993).

(45)

14. Pengaruh Intensifikasi Kader Kesehatan terhadap Kesehatan Ibu dan Anak. (Dipublikasikan Lembaga Penelitian UNS, 1994)

15. Pengaruh Jenis Pekerjaan Ibu terhadap Kelangsungan Hidup Anak. (Dipublikasikan Pusat Studi Wanita UNS, 1994).

16. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Menghadapi Simptom Diare. (Dipublikasikan Pusat Studi Kedokteran Komunitas, Lemlit UNS, 1994).

17. Peranan Suami dalam Pengambilan Keputusan Perawatan Anak (Dipublikasikan Pusat Studi Kedokteran Komunitas, LemLit UNS, 1994).

18. Status Kesehatan Rumah Tangga di Sangiran. (Dipublikasikan Pusat Studi Kedokteran Komunitas Lemlit UNS, 1995).

19. Kontribusi Guru Taman Kanak-kanak (TK) terhadap Pening-katan Gizi Balita. (Dipublikasikan Pusat Studi Kedokteran Komunitas LemLit UNS, 1996).

20. Prevalensi Penyakit Infeksi pada Bayi dengan ASI. (Dipubli-kasikan Pusat Studi Kedokteran Komunitas LemLit UNS, 1997)

21. Penurunan Ketahanan Imunologik ASI pada Peran Ganda Ibu Menyusui Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologik. (Dipubli-kasikan Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 1998). 22. Pengaruh Bekerja terhadap Kadar IgA pada ASI.

(Dipublikasi-kan Media Medika Indonesia, 2000).

23. Persepsi Masyarakat Terhadap Konsep Dana Sehat. (Dipubli-kasikan Majalah Kedokteran Indonesia, 2002).

24. Peranan Kedokteran Penerbangan dalam Mengantisipasi Globalisasi. (Dipublikasikan Majalah Kedokteran Indonesia, 2004).

Gambar

Gambar 1. Unsur-unsur dalam komunikasi
Tabel 1. Perilaku defensif dan suportif menurut Gibb

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Konsumen Membeli Produk Mobil Toyota Avanza (Study kasus pada PT. Agung Automoll cabang

Pusat Pelayanan Terpadu Seruni dalam mendampingi pelaku yang melakukan Tindak Pidana Penganiayaan yang dilakukan oleh Anak di bawah umur sudah sesuai dengan

dari negara Indonesia yang bersumber dari moral ketuhanan yang diajarkan agama- agama dan keyakinan yang ada, sekaligus juga merupakan pengakuan akan adanya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Mijen Demak kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 pada materi volum kubus

Kegiatan Penyediaan Peralatan Rumah Tangga Sekretariat Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.. Kegiatan Pengadaan

Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu

 Bagaimana  kita  akan  melaksanakan  proyek  tersebut,  apakah  pelaksana proyek  memiliki  pelatihan  dan  pengalaman  yang  memadai,  mengapa  mesti  kita  atau

Hasil uji Fisher exact diperoleh nilai p-value 0,734, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi mi instan