• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN EFEKTIFITAS PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH 2 BLORA TAHUN 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN EFEKTIFITAS PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH 2 BLORA TAHUN 2015."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Arus reformasi disegala bidang di Indonesia secara umum menuntut penerapan demokrasi, desentralisasi, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu perubahan mendasar sebagai implikasi dari reformasi yang dirasakan dalam dunia pendidikan saat ini adalah adanya sistem manajemen desentralistik. Melalui kebijakan desentralisasi ini diharapkan akan dapat mempercepat usaha peningkatan pemerataan, perluasan akses, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan. Dengan usaha-usaha tersebut, dimungkinkan akan mempercepat berkembangnya pendidikan yang progresif dan visioner.1 Disisi lain secara konseptual, pemberdayaan akan dapat berjalan efektif jika masyarakat yang menerima limpahan kewenangan telah memiliki kemauan dan kemampuan untuk merealisasikan kewenangan yang dimiliki.

Usaha percepatan kesiapan, akselerasi kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan limpahan kewenangan ini, salah satu strategi yang di pandang penting untuk dimiliki bersama adalah standar mutu pendidikan.2

1 Jamal Ma’mur Asmani,

Tips Praktis Membangun dan Mengolah Administrasi Sekolah, (Yogyakarta: DIVA Press, 2011), hlm. 214

2

Abi Sujak, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,

(2)

Sejalan dengan konsep tersebut Direktorat Jendral Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan bahwa ukuran mutu pendidikan di sekolah mengacu kepada derajat keunggulan setiap komponennya, bersifat relatif dan selalu ada dalam perbandingan. Ukuran sekolah yang baik bukan semata-mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan yang dimilikinya, melainkan diukur melalui kemampuan sekolah dalam mengantisipasi perubahan.

Pendidikan memiliki peran dan pengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan dan perkembangan manusia dengan berbagai aspek kepribadiannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan bangsa, karena itu hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional. Dalam era keterbukaan, bangsa kita harus siap berkompetisi dengan bangsa lain dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga penyiapan sumber daya manusia yang bermutu merupakan hal yang amat penting agar kita tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain.

(3)

kota-kota besar, menunjukkan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Dari berbagai pengamatan, salah satunya menurut Eman Suparman sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.

Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipilih semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi, mengapa? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan education production junction terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.

Kedua, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi, yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.

(4)

pada umumnya selama ini lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan dengan pendidikan.3

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan. Salah satunya melalui program yang terus dikembangkan adalah reorientasi penyelenggaraan pendidikan, melalui manajemen berbasis sekolah (school based management). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah ini berawal dari salah satu isi Undang-Undang nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas), khususnya Bab VII (Pembangunan Pendidikan) digambarkan bahwa dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar, di antaranya adalah sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, sistem pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat Salah satu tujuan pembinaan sekolah, mulai dari pra sekolah sampai sekolah menengah adalah terselenggaranya manajemen yang berbasis sekolah dan masyarakat (school/community based education).

3

(5)

Dengan istilah yang populer Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).

Implementasi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah tidak terlepas dari berbagai pihak di sekolah, salah satunya ialah kepala sekolah. Maka harus disiapkan kepemimpinan kepala sekolah profesional yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan visi menjadi aksi secara demokratis dan transparan dalam berbagai pengambilan keputusan.

Kepala sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam mengelola sekolah. Kepala Sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan menuju sekolah dan pendidikan secara luas. Sebagai pengelola institusi satuan pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk selalu meningkatkan efektifitas kinerjanya. Untuk mencapai mutu sekolah yang efektif, kepala sekolah dan seluruh stakeholders harus bahu membahu kerjasama dengan penuh kekompakan dalam segala hal.

(6)

program sekolah dan pendidikan secara luas. Selain itu kepala sekolah harus menunjukkan sikap kepedulian, semangat bekerja, disiplin tinggi, keteladanan dan hubungan manusiawi dalam rangka perwujudan iklim kerja yang sejuk dan kondusif.

Kepala Sekolah selaku top manager sekolah dalam rangka meningkatkan proses belajar mengajar senantiasa check and recheck program yang dijalankan oleh para guru. Agar tidak terjadi tumpang tindih dalam bekerja Kepala Sekolah hendaknya memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan guru dan masyarakat sekitar sekolah, memiliki pemahaman dan wawasan yang luas tentang teori pendidikan dan pembelajaran, memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menganalisis situasi sekarang dan mampu memprediksi masa depan, memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah dan keutuhan yang berkaitan dengan efektifitas pendidikan di sekolah, serta mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan serta mengkonsptualisasikan arah baru untuk perubahan.

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat berdasarkan kriteria, mampu memberdayakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif. Kepala Sekolah dapat menjelaskan tugas dan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, mampu membangun hubungan yang harmonis dengan guru, masyarakat dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah.

(7)

berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, motivator pendidikan. Seorang kepala sekolah dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan disekolah dan mengembangkan pembelajaran yang inovatif.4

Dengan demikian diperlukan efektifitas peran dari kepala sekolah dalam mengembangkan manajemen mutu sekolah. Efektivitas dapat digambarkan dengan sejauh mana tingkat output yang diinginkan tercapai.5 Lasa HS memberikan definisi tentang efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar atau doing the right things. Efektivitas menunjukkan kemampuan seseorang dalam merumuskan tujuan dan alat yang tepat untuk mencapai tujuan. Agar efektivitas dan efisien dalam mengkomunikasikan informasi, jasa, dan fasilitas kiranya perlu memperhatikan: keterbukaan atau openness; empati atau emphaty; dukungan atau suportivity; sikap positif; kesetaraan.6

Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa makna efektif adalah sesuatu yang ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya), manjur, mujarab, mempan.7

4

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 118

5

Jaap Scheerens, Menjadikan Sekolah Efektif, terj. Abas Al-Jauhari, cetakan pertama (Bandung: Logos, 2003), hlm. 9

6

Lasa HS, Kamus Istilah Perpustakaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 73

7

(8)

Kepala sekolah dituntut untuk mampu bekerja professional dan berfikir makro secara jernih sehingga mampu memberikan efek positif bagi lingkungan kerjanya.8 Kepala sekolah memiliki tanggung jawab dalam melakukan manajemen mutu sekolah bagi lembaga pendidikan yang dikelola. Berkaitan dengan manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah secara ideal harus mampu mencapai tujuan yang menjadi program pendidikan.

Pada umumnya hampir semua lembaga pendidikan telah menjalankan program manajemen berbasis sekolah, mulai dari sekolah tingkat dasar sampai tingkat menengah atas. Demikian juga manajemen ini diimplementasikan di SMK Muhammadiyah 2 Blora. Oleh karena itu berangkat dari paparan di atas penulis hendak mengadakan penelitian tentang Efektifitas Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora. Penulis memilih SMK Muhammadiyah 2 Blora karena sekolah ini merupakan salah satu unggulan sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Blora. Hasil penelitian yang telah dilakukan di harapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu proses belajar mengajar, pengelolaan yang melibatkan stakeholder pendidikan dan keterlibatan masyarakat sebagai wujud dari keikutsertaannya membangun manajemen pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

8

(9)

1. Bagaimana implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora?

2. Bagaimana efektifitas peran kepala sekolah dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan :

a. Melakukan analisis tentang Manajemen Berbasis Sekolah yang telah di implementasikan di SMK Muhammadiyah 2 Blora sehingga peneliti mampu mendiskripsikan dan mengerti bagaimana hasil implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

b. Dengan melakukan kajian tentang peran kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam efektifitas peran kepala sekolah dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

2. Manfaat

a. Manfaat Akademik

1) Sebagai bahan kajian dalam rangka pengembangan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

(10)

di SMK Muhammadiyah 2 Blora dalam rangka memperkaya wacana keilmuan dalam dunia pendidikan Islam.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi guru

Memberikan manfaat bagi para pendidik dalam memahami konsep pendidikan spiritual dan aplikasinya dalam dunia pendidikan Islam, sehingga dapat menjadi acuan dalam menyusun tujuan pendidikan yang akan dilaksanakannya untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki keterpaduan yang sehat antara jiwa dan raganya.

2) Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian ilmiah lebih lanjut mengenai pengelolaan pendidikan Islam khususnya yang berkaitan dengan manajemen berbasis sekolah.

3) Bagi Yayasan

Sebagai bahan kajian dalam rangka meningkatkan proses manajemen kelembagaan pendidikan yang dikelola.

D. Telaah Pustaka

(11)

penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti saat ini.9 Adapun Penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi bahan kajian pustaka dalam tesis ini diantaranya :

1. Tesis dengan Judul “Manajemen Pengembangan Pendidikan Formal

Pesantren Sabilil Muttaqin Takeran Magetan Jawa Timur” dan fokus penelitian tersebut pada model manajemen pengembangan pendidikan formal pesantren sebagai dasar integrasi pesantren dalam perkembangan pendidikan yang semakin global.10

Hasil yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu tentang manajemen, sehingga ada keterkaitan dengan manajemen sekolah yang penulis teliti. Perbedaannya ialah penelitian penulis berkaitan dengan efektifitas peran kepala sekolah dalam mengelola manajemen berbasis sekolah, sementara penelitian di atas hanya memandang tentang manajemen yang dilakukan di pesantren.

2. Tesis “Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMU 7

Yogyakarta”, ditulis oleh Moh. Sakir, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, tahun 2004. Dalam tesis ini membahas tentang, makna, tujuan dan fungsi pendidikan dengan mengemukakan landasan yuridis dan filosofis KBK, pengertian dan hakekat KBK, serta profil SMU 7 Yogyakarta dengan menyertakan pelaksanaan KBK di SMU 7 Yogyakarta. Dalam

9

Abdurrahman Assegaf, Teknik Penulisan Skripsi: Materi Sekolah Penelitian Tim DPP Divisi Penelitian, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2006), hlm. 3

10

(12)

penelitiannya, Moh. Sakir tidak membahas sejauh mana tingkat efektifitas peran kepala sekolah dalam pengelolaan manajemen berbasis sekolah.11 3. Tesis “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta” oleh Ahmad

Hariadi pada tahun 2005 dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif, dan metode pengumpulan data wawancara, observasi dan metodologi lainnya. Dalam tesis ini Ahmad Hariadi menjelaskan bahwa Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah MTs Ali Maksum sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan pendidikan. Namun demikian, kekurangan sarana dan prasarana pendidikan sangat mempengaruhi kelancaran proses pendidikan di MTs ini. Selain itu kualifikasi tenaga pendidik yang kurang, dan adanya ketidak sesuaian antara bidang dan kualifikasi pengajar, turut menghambat proses peningkatan kualitas pedidikan. Faktor-faktor tersebut turut mempengaruhi gaya kepemimpinan Kepala Sekolah di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.12

4. Jurnal yang disampaikan dalam Global Conference on Business & Social Science-2014, GCBSS-2014, 15th & 16th December, Kuala Lumpur yang berjudul The Implementation of School Based Management Policy: An Exploration oleh Valliamah Shoma Vally G, Khadijah Daud.

Jurnal tersebut mengungkapkan bahwa keefektifan sekolah ditentukan oleh kualitas pengelola. Prinsip ini sangat penting untuk membawa sekolah

11

Moh. Sakir, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMU 7 Yogyakarta, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2004)

12

(13)

menuju pada sekolah yang unggul. Penelitian ini mengungkap bagaimana menerapkan School Based Management di Kuala Lumpur Secondary School. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa KL School memiliki tendensi yang kuat dalam menerapkan visi dan misi sekolah selaras dengan kemampuan manajemen sumber daya manusianya. Penelitian ini memberikan korelasi bahwa semakin efektif sumber daya manusia memainkan peranannya maka akan semakin efektif pula menjalankan visi dan misi sekolah sehingga mampu melakukan manajemen yang efektif pula. Dari uraian jurnal tersebut terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan dalam tesis ini yakni berkaitan dengan manajemen sekolah, akan tetapi terdapat perbedaan yaitu dalam tesis ini peneliti melakukan kajian yang lebih khusus yakni peran kepala sekolah dalam manajemen sekolah.

5. Makalah dalam Jurnal International Conference on Education and Educational Psychology (ICEEPSY 2012) yang berjudul School-Based Management (SBM), Opportunity or Threat (Education systems of Iran)

oleh Saeid Moradi, Sufean Bin Hussin, Nader Barzegar. Penelitian dalam jurnal tersebut bertujuan meneliti School Based Management yang diimplementasikan oleh sistem pendidikan di Iran.

(14)

kurikulum, pendanaan, materi pendidikan, prinsip-prinsip yang memiliki peranan penting seperti guru, pendidik, siswa dan beberapa faktor-faktor lain seharusnya selalu dipertimbangkan kembali manajemennya.

Dalam jurnal tersebut sisi persamaannya dengan penelitian tesis ini ialah dalam hal penelitian tentang Manajemen Berbasis Sekolah secara umum, tetapi masih memiliki perbedaan yakni pada focus penelitian yakni peneliti dalam tesis ini lebih memfokuskan pada penelitian peran kepala sekolah dalam Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Dari beberapa telaah pustaka di atas, penelitian yang penulis lakukan secara khusus belum pernah di teliti sehingga penelitian ini relevan dilakukan oleh peneliti.

E. Kerangka Teoritik

1. Manajemen Berbasis Sekolah

a. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah

Ditinjau dari segi bahasa istilah manajemen berbasis sekolah berasal dari tiga kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.13

Berbasis berarti “berdasarkan pada” atau “berfokuskan pada”.

Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan “bekal

13

(15)

kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, nikro) dan profesionalistik (kualifikasi, untuk sumber daya manusia; spesifikasi untuk barang/jasa,dan prosedur-prosedur kerja. Dari uraian tersebut dapat dirangkum bahwa “manajemen berbasis sekolah” adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan (partisipatif).14 Lebih ringkas lagi, manajemen berbasis sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut: manajemen berbasis sekolah= otonomi manajemen sekolah + pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah.15

Otonomi dapat dijadikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak tergantung (Undang-Undang No.22 Th.1999 tentang

Pemerintahan Daerah). Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”,

misalnya swasembada, swakelola, swadana, swakarya, swalayan, dan swa-swa lainnya. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingun warga sekolah menurut

14

Ibid. Catatan: kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah meliputi: kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa, korselor, tenaga adniinistratif, orangtua siswa, tokoh masyarakat, para profesional, wakil pemerintahan, wakil organisasi pendidikan.

15

(16)

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampaan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.16

Untuk mencapai otonomi sekolah, diperlukan suatu proses yang

disebut “desentralisasi”. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemeritah Dati I ke Dati II, dari Dati II ke sekolah, dan bahkan dari sekolah ke guru, tetapi harus tetap dalam kerangka pendidikan nasional. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diatur secara “sentralistik” menghasilkan fenomena -fenomena seperti berikut: lamban berubah/beradaptasi, bersifat kaku, normatif sekali orientasinya karena terlalu banyaknya lapis-lapis birokrasi, tidak jarang birokrasi mengendalikan fungsi dan bukan sebaliknya, uniformitas telah memasung kreativitas, dan tradisi serta serimoni yang penuh kepalsuan sudah menjadi kebiasaan, merupakan

16

(17)

suatu hal yang kurang tepat untuk kemajuan pendidikan. Kecil itu indah, adalah merupakan esensi desentralisasi. Pada intinya suatu organisasi yang cakupan, pemerintahan, manajemen, dan ukurannya kecil, mudah beradaptasi. Karena itu, desentralisasi bukan lagi merupakan hal penting untuk diterapkan, tetapi sudah merupakan keharusan. Dengan desentralisasi, maka: (1) fleksibilitas pengambilan keputusan sekolah akan tumbuh dan berkembang dengan subur, sehingga keputusan dapat dibuat “sedekat” mungkin dengan kebutuhan sekolah; (2) akuntabilitas/tanggung jawab terhadap masyarakat (majelis sekolah, orangtua peserta didik) dan pemerintah meningkat; dan (3) kinerja sekolah akan meningkat efektivitasnya, kualitasnya, efisiensinya, produktivitasnya, inovasinya, provitabilitasnya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moralnya).

(18)

makin besar tingkat pertisipasi makin besar pula rasa memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggungjawab; dan makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula dedikasinya. Tentu saja pelibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan harus mempertimbangkan keahlian, yurisdiksi, dan relevansinya dengan tujuan pengambilan keputusan sekolah.17

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyebut MBS dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Secara umum MPMBS diartikan sebagai sebagai model manajemen yang memberi otonomi yang lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partispatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah untuk neningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. MPMBS merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu. efesiensi, inovasi, relevansi, dan pemeratan serta akses pendidikan), maka MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini sangat memprihatinkan sehingga memerlukan perhatian. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini sangat memprehatinkan sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius.

17

(19)

Pengembangan manajemen berbasis sekolah semestinya mengakar di sekolah, terfokus di sekolah, terjadi di sekolah, dan dilakukan oleh sekolah. Untuk itu, penerapan manajemen berbasis sekolah memerlukan konsolidasi manajemen sekolah.

b. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

Menurut Slamet P.H, Manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk “memberdayakan” sekolah, terutama sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitarnya) melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan.18

Ciri-ciri sekolah yang “berdaya” pada umumnya: tingkat kemandirian tinggi/tingkat ketergantungan rendah bersifat adaptif dan antisipatif/proaktif sekaligus; memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko, dan sebagianya) bertanggungjawab terhadap hasil sekolah; memiliki kontrol yang kuat terhadap input nanajemen dan sumber dayanya; control terhadap kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada dirinya; dan dinilai oleh pencapaian prestasinya. Selanjutnya, bagi sumber daya manusia sekolah yang berdaya, pada umumnya, memiliki ciri-ciri: pekerjaan “adalah miliknya, dia bertarggung jawab, dia memiliki suara bagaimana sesuatu dikerjakan, pekerjaannya memiliki kontribusi, dia tahu posisinya

18

Slamet, P.H., Manajemen Berbasis... http://www.pdk.go.id/jurnal/27/.

(20)

dimana, dia memiliki kontrol terhadap pekerjaannya, dan pekerjaannya merupakan bagian hidupnya.19

Beberapa pernyataan yang ada setidaknya ada 4 hal yang menjadi tujuan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah yaitu:

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.

4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.20

F. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam penelitian ini yakni penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan datanya dilakukan secara trianggulasi (gabungan), data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dan analisis induktif. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

19

Ibid., hlm. 11.

20

(21)

daripada generalisasi.21 Pada dasarnya penelitian kualitatif mencermati manusia dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.22 Dalam penelitian ini yang diamati dan diwawancarai yaitu kepala sekolah, para guru, serta karyawan SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Melalui penelitian kualitatif ini diharapkan memperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna dari fakta yang relevan. Dengan demikian untuk memahami respon dan perilaku yang berkaitan dengan peran kepala sekolah dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora ini perlu pengamatan mendalam dan penghayatan terhadap gejala yang menjadi fokus penelitian.

2. Jenis Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian pendidikan akademik karena akan mengungkap tentang peran kepala sekolah dalam sebuah lembaga pendidikan dalam hal peranannya dalam manajemen berbasis sekolah. Penelitian ini juga merupakan penelitian lapangan (field research) dengan tipe penelitian deskriptif analitik.

3. Sumber Data

Sumber data dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu

(purposive sampling) dan mengutamakan perspective emic, artinya

21

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, cet. 9 (Bandung: Alfabeta, 202), hlm. 4

22

(22)

mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana cara mereka memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya. Peneliti tidak dapat memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan.

Sumber data dalam penelitian ini sekaligus sebagai obyek penelitian yaitu kepala sekolah dan guru serta pengelola secara umum di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

4. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek penelitian ini yakni di SMK Muhammadiyah 2 Blora. Sedangkan subyek penelitian yaitu kepala SMK Muhammadiyah 2 Blora. Dokumen-dokumen pendukung di SMK Muhammadiyah 2 Blora juga merupakan bagian dalam subyek penelitian ini.

5. Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Observasi. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap fokus permasalahan yang diteliti.23 Obyek yang diobservasi dalam penelitian ini adalah berbagai pelaksanaan pengembangan manajemen berbasis sekolah dan peran kepala sekolah dalam mengelola manajemen berbasis sekolah. Observasi yang penulis lakukan di sini adalah termasuk gabungan observasi partisipan dan non partisipan. Dengan

23

(23)

harapan akan mendapatkan data yang lebih konkret tentang permasalahan yang diteliti.

b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui tanya jawab dengan sumber data secara langsung.24 Kepala sekolah beserta guru karyawan pada sekolah masuk pada kriteria ini. Penggunaan teknik ini dilakukan dengan kombinasi antara model wawancara yang ditetapkan (guided interview) sesuai dengan permasalahan dan model wawancara yang tidak teratur, dalam artian dialog tanya jawab yang dilakukan dalam bentuk bebas (inguided interview), akan tetapi tidak menyimpang dan lebih diarahkan pada titik permasalahan (garis besar) atau pada informasi yang kurang jelas diperoleh, jadi metode wawancara yang penulis gunakan disini adalah campuran antara

guided dan inguided interview (bebas terpimpin). Data yang diambil dari wawancara ini adalah data mengenai peran kepala SMK Muhammadiyah 2 Blora melakukan pengembangan manajemen berbasis sekolah, dan pelaksanaan dari penerapan pengembangan manajemen berbasis sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang terkait dengan fokus penelitian yang berasal dari sumber utamanya (obyek penelitian), seperti dokumen-dokumen, arsip-arsip, modul, artikel, jurnal, brosur dan sebagainya yang terkait dengan permasalahan yang dikaji. 25

24

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali, 1996), hlm.35.

25

(24)

Dengan teknik ini, dapat diambil data mengenai guru dan karyawan serta kepala sekolah, pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, administrasi pendidikan serta data lain yang relevan.

6. Validitas Data

Uji keabsahan data kualitatif ini dilakukan dengan tiga kriteria yaitu kredibilitas (validitas), dependabilitas (reliabilitas), dan konfirmabilitas (objektivitas). Kriteria kredibilitas diuji dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu:

a. Meningkatkan ketekunan dalam melakukan pengamatan, jika diperlukan memperpanjang waktu keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data di lapangan.

b. Melibatkan teman sejawat yang tidak ikut dalam melakukan penelitian dengan meminta diskusi dan pandangan terhadap hasil penelitian.

Kriteria dependabilitas dan konfirmabilitas diuji dengan teknik memeriksa ketergantungan dan kepastian data dengan jalan memeriksa proses maupun hasil penelitian yang telah dilakukan.26 Dalam hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan ulang terhadap data yang diperoleh dengan cara meminta para informan dan responden untuk membaca hasil wawancara dengan peneliti.

26

(25)

7. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan model

analisis interaktif sebagaimana dikembangkan oleh Matthew B. Miles yang terdiri dari 3 (tiga ) komponen analisis yang saling berinteraksi, yaitu reduksi data atau penyederhanaan data (data reduction), sajian data (data display), dan penarikan simpulan (data conclution: Drawing/ verying).27

[image:25.595.164.522.409.576.2]

Sebagai ilustrasi, mode analisis interaktif Matthew tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.

Model Analisis Interaktif Mattew B. Milles

Berdasarkan model analisis interaktif tersebut, maka analisis data ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

27

Mattew B.Miles, Qualitative and Analisis, (California: Sage Publication, 1994), hlm. 12.

Data Collection Data Display

Data Reduction Data Conclution

(26)

a. Peneliti datang ke lokasi penelitian untuk keperluan wawancara, observasi dan dokumentasi dalam rangka mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah penelitian.

b. Data-data yang telah terkumpul, selanjutnya direduksi, dipilah-pilah, dan dan diklarifikasi secara sistematis untuk kemudian disajikan. c. Data hasil sajian kemudian dianalisis. Hasil analisis ini kemudian

kembali direduksi agar simpulan yang diambil benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

d. Setelah diadakan reduksi data, kemudian data disajikan sebagai simpulan, akhir dalam bentuk deskriptif atau gambaran yang tentunya juga dilengkapi dengan data-data pendukung untuk kesempurnaan hasil penelitian.

(27)

G. Sistematika Pembahasan

Keseluruhan penelitian ini terdiri atas lima bab dan setiap bab terdiri atas beberapa sub bab. Kelima bab yang masing-masing terbagi menjadi beberapa sub bab ini merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh.

Bab Pertama adalah Pendahuluan. Bab ini berusaha memberikan gambaran secara singkat mengenai keseluruhan isi tesis ini sekaligus memberikan rambu-rambu untuk masuk pada bab-bab berikutnya. Dalam bab ini diawali dengan menjelaskan latar belakang masalah dan rumusan masalah. Latar belakang masalah berusaha mengungkapkan kronologi munculnya problem akademik dan diyakini bahwa problem tersebut layak untuk diteliti. Rumusan masalah merupakan kristalisasi dari latar belakang masalah yang diformulasikan menjadi tiga pertanyaan yang akan dicari jawabannya pada penelitian ini.

(28)

mencakup jenis dan pendekatan dalam penelitian, sumber dan teknik pengumpulan data, analisis dan interpretasi data. Bab ini diakhiri dengan sistematika pembahasan tesis yang berupa struktur pengorganisasian penulisan tesis yang terdiri atas bab-bab dan sub bab-sub bab. Dimaksudkan dari sistematika pembahasan tesis ini dapat diketahui alur logika pembahasan secara jelas.

Bab kedua berisi Landasan Teori. Bab ini menguraikan penjelasan tentang teori-teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam tesis ini. Ada dua macam teori yang digunakan yakni teori tentang manajemen pendidikan, dan teori manajemen berbasis sekolah.

Bab ketiga berisi penyajian data tentang gambaran umum SMK Muhammadiyah 2 Blora. Pembahasan ini terdiri dari beberapa sub bab, yakni sub bab tentang Sejarah berdiri, Kondisi geografis, visi dan misi, Profil guru, tenaga administrasi, dan siswa, struktur organisasi, keadaan sarana prasarana, program peningkatan SDM, mekanisme penyusunan program sekolah, peran kepala sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

(29)

kepala sekolah dalam Manajemen berbasis sekolah. Dan sub bab keempat tentang pembahasan berkaitan faktor pendukung dan penghambat implementasi manajemen berbasis sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Blora.

Gambar

Gambar 1. Model Analisis Interaktif Mattew B. Milles

Referensi

Dokumen terkait

Tragedi pada gambar di atas, seringkali disebut sebagai Holodomor, merupakan salah satu kebijakan positive checks rezim penguasa yang terjadi pada tahun 1932-1933

The Effect of Ration with Antibiotics (Virginiamycin) and Temulawak (Curcuma Xanthorriza Roxb.) to Broiler Performances.. The research used Completely Randomized

Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, dan mencapai hasil optimal pada siklus II dengan hasil 90% siswa dapat memenuhi nilai KKM (70).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar matematika pada pokok bahasan KPK dan FPB kelas IV di SD Negeri 2 Butuhan,

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar kognitif melalui model STAD disertai Mind Mapping.. Penelitian ini merupakan penelitian

kjak dulu krahlim orang Indonesia dalam membual kapal terutama kapl kayu sudah tidak thagukun lag1 hhk~i11 sampai smt ini rnaslh banyak kapal-kapal pc.w~;ui luar negcri

metode pembelajaran continue learning dan team quiz terhadap pemahaman konsep siswa ditinjau dari kemandirian belajar pada siswa kelas VII semester II SMP N