HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA
PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI
Abstrak
Penggunaan alat pelindung diri merupakan alternatif akhir dari segala upaya teknis pencegahan kecalakaan. Penggunaan alat pelindung diri bertujuan untuk melindungi tubuh dari potensi bahaya saat bekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja bagian weaving di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. Jenis penelitian ini adalah observasional, dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 124 pekerja dari total populasi 124 pekerja pada bagian weaving di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan penggunaan alat pelindung diri. Hasil analisis penelitian menggunaan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (p=0,002).
Kata kunci: pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, kepatuhan
penggunaan alat pelindung diri.
Abstract
The use of self-protector equipment is the last alternative from all technical efforts of preventing the accident. The use of self-protector equipment aims to protect the body from danger while working in which the danger can cause accident due to working and disease because of work. This research aims to know the relation of knowledge about work safety and health on the compliance of using self-protector equipment in the workers of weaving division in PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. Type of this research is observational, through cross sectional approach. Samples of the research are as many as 124 workers from the total of population of 124 workers in the weaving division in PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali. The independent variable in this research is knowledge about work safety and health, meanwhile, the dependent variable in this research is the compliance of using the self-protector equipment. The result of the research analysis using the Chi-Square test revealed that there was an relation of knowledge about work safety and health on the compliance of using self-protector equipment (p=0,002).
1. PENDAHULUAN
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi
1,1 juta kematian didunia yang disebabkan oleh karena penyakit atau
kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari
250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat
hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat
hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Arianto, 2010).
Cara terbaik untuk mencegah kecelakaan kerja adalah dengan
menghilangkan resikonya atau mengendalikan sumber bahayanya secara
teknis dan apabila mungkin, bila tidak mungkin maka perusahaan perlu
menyediakan alat pelindung diri yang sesuai bagi pekerja yang beresiko,
sesuai dengan UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab 1X pasal
13 yang menyatakan barang siapa akan memasuki suatu tempat kerja
diwajibkan mentaati semua petujuk keselamatan kerja dan memakai alat
pelindung diri yang diwajibkan (Suma’mur, 2009).
Penggunaan alat pelindung diri merupakan tahap akhir dari metode
pengendalian kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Meskipun demikian,
penggunaan alat pelindung diri akan menjadi sangat penting apabila
pengendalian teknis dan administratif telah dilakukan secara maksimal namun
potensi resiko masih tergolong tinggi. Besarnya manfaat dari penggunaan alat
pelindung diri ini pada saat bekerja tidak menjamin semua pekerja akan
memakai karena ternyata masih banyak juga pekerja yang tidak
menggunakannya.
Kepatuhan terhadap penggunaan APD merupakan perilaku
keselamatan spesifik terhadap objek lingkungan kerja. Kepatuhan terhadap
penggunaan APD memiliki peran yang penting dalam menciptakan
keselamatan ditempat kerja. Pengetahuan tentang APD yang kurang pada
pekerja sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
disebabkan karena pekerja banyak yang tidak mengikuti ataupun menyimak
Kesadaran akan manfaat penggunaan alat pelindung diri perlu
ditanamkan pada setiap tenaga kerja, karena perasaan tidak nyaman (risih,
panas, berat, terganggu) merupakan salah satu alasan mengapa seorang
pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri. Pembinaan yang terus
menerus dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan mereka. Salah satu cara
yang efektif adalah melalui penelitian. Peningkatan pengetahuan dan wawasan
akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan alat pelindung diri,
sehingga efektif dan benar dalam penggunaannya (Budiono, 2003).
2. METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini pengukuran
variabel pengetahuan k3 dan variabel kepatuhan penggunaan APD dilakukan
pada saat bersamaan. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja pada bagian
weaving 124 pekerja. Teknik untuk pengambilan sampel menggunakan exhaustive sampling.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
Analisis ini digunakan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti, sehingga akan terlihat distribusi dan
persentasenya. Analisis bivariat yang dilakukan untuk mengetahui hubungan
variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan K3 dan variabel terikat
(dependent) kepatuhan penggunaan APD dengan uji statistic Chi-square.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja
pada bagian weaving sebanyak 124 responden.
3.1.1 Karakteristik Responden
Mayoritas usia responden termasuk dalam kelompok usia
29-39 tahun dan sebanyak 32 pekerja (25,8%) patuh terhadap
pekerja (9,7%) tidak patuh terhadap penggunaan APD, yaitu pada
kelompok usia 40-50 tahun. Responden paling banyak
berpendidikan SMA dan paling sedikit berpendidikan SD dan S1.
Sebanyak 59 pekerja (47,6%) berpendidikan SMA patuh terhadap
penggunaan APD dan sebanyak 34 pekerja (27,4%) tidak patuh
terhadap penggunaan APD. Jumlah responden yang berpendidikan
SD patuh terhadap penggunaan APD sebanyak 0 pekerja (0%) dan
sebanyak 3 pekerja (2,4%) berperilaku tidak patuh terhadap
penggunaan APD. Jumlah responden yang berpendidikan S1 patuh
terhadap penggunaan APD sebanyak 3 pekerja (2,4%) dan
sebanyak 0 pekerja (0%) tidak patuh terhadap penggunaan APD.
Masa kerja responden paling banyak 1-5 tahun. Sebanyak 45
(36,3%) pekerja patuh terhadap penggunaan APD dan tidak patuh
terhadap penggunaan APD sebanyak 2 pekerja (1,6%) dengan
masa kerja 11-15 tahun. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pekerja Pada Bagian Weaving
Variabel Kepatuhan Penggunaan APD Total
Patuh Tidak Patuh
N (%) N (%) N (%)
Usia Responden (Tahun)
18-28 24 19,4 18 14,5 42 33,9
29-39 32 25,8 21 16,9 53 42,7
40-50 17 13,7 12 9,7 29 23,4
Pendidikan Responden
SD 0 0 3 2,4 3 2,4
SMP 11 8,9 14 11,3 25 20,2
SMA 59 47,6 34 27,4 93 75,0
S1 3 2,4 0 0 3 2,4
Masa Kerja (Tahun)
1-5 45 36,3 32 25,8 77 62,1
6-10 26 21,0 17 13,7 43 34,7
11-15 2 1,6 2 1,6 4 3,2
3.1.2 Analisis Univariat
Hasil menunjukkan bahwa responden berpengetahuan baik
tentang keselamatan dan kesehatan kerja sebanyak 86 pekerja
responden yang patuh terhadap penggunaan alat pelindung diri
sebanyak 73 pekerja (58,9%) dan sebanyak 51 pekerja (41,1%)
tidak patuh terhadap penggunaan alat pelindung diri. Hasil tersebut
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Gambaran Tentang Pengetahuan K3 Terhadap Perilaku Penggunaan APD
Kepatuhan Penggunaan APD Patuh 73 58,9
Tidak Ptuh 51 41,1
Total 124 100
3.1.3 Analisis Bivariat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden
yang berpengetahuan K3 baik dan patuh terhadap penggunaan
APD sebanyak 57 pekerja (68,6%) dan berpegetahuan baik namun
tidak patuh terhadap penggunaan APD sebanyak 27 pekerja
(31,4%). Sedangkan jumlah responden yang berpengetahuan K3
kurang baik dan tidak patuh terhadap penggunaan APD sebanyak
24 pekerja (63,2%) dan berpengetahuan kurang baik namun patuh
terhadap penggunaan APD sebanyak 14 pekerja (36,8%). Hasil
tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan K3 dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada Pekerja Bagian Weaving
Variabel
Kepatuhan Penggunaan APD
N % P value
Patuh Tidak Patuh
n (%) N (%)
Pengetahuan K3
0,002
Baik 59 68,8 27 31,4 86 100
3.2 Pembahasan
3.2.1 Hubungan Pengetahuan K3 dengan Kepatuhan Penggunaan APD Pada Pekerja Bagian Weaving di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
responden yang berpengetahuan K3 baik dan patuh terhadap
penggunaan APD sebanyak 57 pekerja (68,6%)dan berpegetahuan
baik namun tidak patuh terhadap penggunaan APD sebanyak 27
pekerja (31,4%). Sedangkan responden yang berpengetahuan K3
kurang baik dan tidak patuh terhadap penggunaan APD sebanyak
24 pekerja (63,2%) dan berpengetahuan kurang baik namun patuh
terhadap penggunaan APD sebanyak 14 pekerja (36,8%). Untuk uji
statistik dengan Chi square menggunakan program SPSS versi
16.0 menunjukan p= 0,002 (<0,05) sehingga H0 ditolak, yang
berarti ada hubungan pengetahuan K3 dengan kepatuhan
penggunaan APD pada bekerja bagian weaving di PT. Delta Merlin
Dunia Textile IV Boyolali, dengan pengertian semakin baik
pengetahuan K3 maka perilaku penggunaan APD akan semakin
diperhatikan.
Pengetahuan tentang APD yang kurang pada pekerja
sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam penggunaan APD
disebabkan karena banyaknya pekerja yang tidak mengikuti
ataupun menyimak penyuluhan-penyuluhan yang diberikan
petugas P2K3 yang ada di perusahaan. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ruhyandi (2008)
yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku kepatuhan menggunakan APD
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang. Dari penelitian ini terbukti bahwa
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka
tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). Sehingga diperlukan
kesadaran pekerja sendiri untuk dapat menciptakan perilaku kerja
yang aman, sehat dan selamat. Terdapat 6 tingkatan pengetahuan,
yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pengetahuan yang dimiliki responden dapat termasuk dalam salah
satu tingkatan pengetahuan tersebut sesuai tingkat pertanyaan pada
variabel pengetahuan tentang perilaku penggunaan APD. Dalam
penelitian ini kaitan pengetahuan K3 terhadap perilaku penggunaan
APD sudah tepat, bahwa pekerja yang mempunyai pengetahuan
kurang tentang penggunaan APD dapat berpengaruh terhadap
kepatuhan penggunaan APD (Notoatmodjo, 2003).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah
dilakukan oleh Dian (2012) yang menunjukkan bahwa ada
pengaruh pengetahuan terhadap implementasi APD. Meskipun
demikian dalam penelitian ini masih ditemukan responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka responden dengan pengetahuan rendah perlu
meningkatkan pengetahuannya. Semakin tinggi pengetahuan
seseorang diharapkan perilakunya juga akan semakin baik
(Arianto, 2010).
Mayoritas usia pekerja pada bagian weaving berusia 29-39
tahun, dimana usia tersebut termasuk kedalam usia dewasa awal
dan usia dewasa akhir (Depkes RI, 2009). Pada usia 29-39 tahun
sebanyak 32 pekerja (25,8%) patuh terhadap penggunaan APD dan
pada usia 40-50 tahun tidak patuh terhadap penggunaan APD
sebanyak 12 pekerja (9,7%). Hal ini menunjukkan bahwa
seseorang yang berada dalam usia dewasa awal 29-39 tahun
memiliki emosi yang lebih matang dan stabil sehingga cenderung
lebih berperilaku patuh terhadap penggunaan APD daripada
Pendidikan merupakan salah satu faktor pada karakteristik
tenaga kerja yang akan mempengaruhi perilaku. Pendidikan juga
akan mempengaruhi tenaga kerja dalam upaya mencegah penyakit
dan meningkatkan kemampuan memelihara kesehatan
(Notoatmodjo, 2012). Mayoritas tingkat pendidikan pada pekerja
bagian weaving adalah SMA. Seseorang dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi akan berpengetahuan lebih baik dibandingkan
dengan mereka yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin banyak
informasi yang akan diterimanya dan semakin luas tingkat
pengetahuannya maka perilaku yang baik dapat diterapkan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari (Nursalam, 2000).
Masa kerja seseorang akan mempengaruhi pengalaman
kerja, dari pengalaman kerja yang dimiliki maka pengetahuan yang
dimilikinya pun akan semakin meningkat sehingga pengalaman
kerja seseoranglah yang berhubungan langsung dengan perilaku.
Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang akan
diperoleh sewaktu bekerja lebih banyak. Dalam hal keselamatan
dan kesehatan kerja pengalaman dalam memakai berbagai macam
alat kerja secara aman tentunya akan semakin banyak pula
(Arianto, 2010).
Mayoritas masa kerja pekerja pada bagian weaving bekerja
selama 1-5 tahun, dimana masakerja tersebut kurang dari 7 tahun
sehingga masuk kedalam masa kerja baru (Simamora, 2004).
Sebanyak 45 pekerja (36,3%) patuh terhadap penggunaan alat
pelindung diri dengan masa kerja selama 1-5 tahun. Hal ini
menunjukkan semakin baru masa kerja seseorang maka kategori
tindakan tidak patuh yang dilakukan semakin rendah atau bahkan
masuk kedalam ketegori patuh. Sebaliknya semakin lama masa
dengan masa kerja baru berusaha memberikan kesan yang baik
bagi perusahaan atau atasan (Pujiani, 2016).
4. PENUTUP 4.1 Simpulan
1. Pekerja dengan tingkat pengetahuan K3 baik sebanyak 86 pekerja
(69,4%), sedangkan pekerja dengan tingkat pengetahuan K3 kurang
baik sebanyak 38 pekerja (30,6%).
2. Kepatuhan penggunaan APD pada pekerja bagian weaving sebanyak
73 pekerja (58,9%) patuh terhadap penggunaan APD dan sebanyak 51
pekerja (41,1%) tidak patuh terhadap penggunaan APD.
3. Ada hubungan pengetahuan K3 dengan kepatuhan penggunaan APD
pada pekerja bagian weaving di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV
Boyolali (p = 0,002).
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Pekerja Bagian Weaving di PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali
1. Pekerja diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja baik melalui media selebaran
untuk informasi K3 maupun pelatihan dari internal perusahaan.
2. Pekerja diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap
penggunaan APD dengan lengkap dan benar sesuai dengan
jenis pekerjaan sehingga pekerja terlindungi dari penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja selama bekerja.
3. Pekerja diharapkan lebih memperhatikan dan mengutamakan
keselamatan dan kesehatan kerja seperti mematuhi peraturan
saat melakukan pekerjaan serta menjaga kondisi tempat kerja
tetap rapi dan aman.
4.2.2 Bagi PT. Delta Merlin Dunia Textile IV Boyolali
Melakukan penilaian perilaku yang berbasis keselamatan
kerja dengan memberikan reward pada pekerja yang mempunyai
pengaruh paling besar mematuhi peraturan, berperilaku patuh
terhadap penggunaan APD, serta surat peringatan sanksi
(punishment) kepada pekerja yang tidak mematuhi peraturan
terutama dalam penggunaan APD.
4.2.3 4.2.3. Bagi Peneliti Lain
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kepatuhan
penggunaan APD yang dilihat dari variabel yang belum terdapat
pada penelitian ini seperti faktor pendukung, seperti fasilitas
keselamatan kerja misalnya ketersediaan APD dan pelatihan K3.
DAFTAR PUSTAKA
Adnani, H. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nusa Medika.
Budiono, S. 2003. Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang: Universitas Diponegoro.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Profil Kesehatan Indoensia 2009. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dian, A.R. 2012. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Implementasi Alat Pelindung
Diri Pada Pekerja Bagian Spinning PT Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
[Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Elfrida, N. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri pada Pekerja di Bagian Produksi Packing PT. KCI (Kangan Consolited Industries) Jakarta tahun 2006. [Skripsi Ilmiah].
Jakarta: Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Joedoatmodjo, S. 2000. Pembinaan K3 Terhadap Pekerja dalam Satu Abad. Dewan Keselamatan Kerja Naional. Jakarta.
Kusuma, I. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Peilaku Penggunaan
Alat Pelindung Pendengaran Pada Pekerja Bagian Die Cating PT X tahun 2004. Tesis Program Megister Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Nesyi, Inna. 2015. Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan APD Dengan
Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bangunan PT. Adhi Karya Tbk Proyek Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Semarang: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Dalam Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Peneltian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugrahaeni, Kunti D. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta: Kedokteran EGC.
Nursalam, S. 2000. Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.PER08/MEN/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
Pertiwi, Pujiani. 2016. Hubungan Antara Perilaku Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di PT Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten Pada Tahun 2016. [Skripsi Ilmiah].
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pudjowati, Dwi Tjahjani. 1998. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pemakaian Alat Pelindungi Diri di Bagian Pemintalan dan Penenunan Pabrik Tekstil “X” Banjaran Kabupatan Bandung Tahun 1998. Tesis Program Megister Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Ruhyandi, 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Kepatuhan
Penggunaan APD Pada Karyawan Bagian Press Shop Di PT Almasindo II Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008.
Suma’mur, PK. 2009. Hiegene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV Agung Seto.
Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Manajemen dan
Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Tarwaka. 2015. Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Ergonomi (K3E) Dalam
Perspektif Bisnis. Surakarta: Harapan Press.
Tiarsa, S. 2007. Subdirektorat Pengawasan Lingkungan Kerja. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nasional.
Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Wibowo, Arianto. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku
Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Areal Pertambangan PT Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. Jakarta tahun