IMPLEMENTASI SYARI’AT ISLAM DALAM LEMBAGA
PENDIDIKAN BERBASIS ASRAMA DI STIKes
CUT NYAK DHIEN LANGSA (TINJAUAN
QANUN 11 TAHUN 2002 )
TESIS
Disusun Oleh :
HAMIDAH HANIM
NIM.8126152008
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Magister Sains
Antropologi Sosial
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Hamidah.Implementasi Syari’at Islam Dalam Lembaga Pendidikan Berbasis Asrama Di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ( Tinjauan Qanun Nomor 11 Tahun 2002 ).Tesis Medan :
Program Pascasarjana UNIMED, 2014.
Yang menjadi masalah dalam Penelitian ini adalah Masih terjadinya tindak Pelanggaran
dalam Pelaksanaan Syari’at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa terutama tentang
Berbusana Muslim. Penelitian ini bertujuan (1) Untuk Mengetahui Pelaksanaan Syari’at
Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa Melalui Implementasi Qanun Nomor 11 Tahun
2002. (2) Mencari penyebab terjadinya tindakan Pelanggaran terhadap Qanun Nomor 11
Tahun 2002 dalam pelaksanaan Syari’at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa. (3). Untuk
mengetahui Pluralisme Hukum yang dilakukan dalam Implementasi Qanun Nomor 11 Tahun
2002 terhadap Pelaksanaan Syari’at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif yang berarti mendeskripsikan usaha usaha atau kegiatan –
kegiatan yang dilaksanakan sebagai bentuk dari aplikasi Implementasi Syari’at islam di
STIKes Cut Nyak Dhien Langsa. Metode yang dipergunakan adalah metode Kualitatif
melalui observasi terhadap kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan Implementasi
Syari’at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa serta bentuk bentuk pelanggaran yang
masih sering ditemukan.dari obsevasi ini kemudian dilakukan wawancara dengan pihak pihak
yang berhubungan dengan Implementasi Syari’at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.
Hasil yang diperoleh bahwa Implementasi Syari’at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa
dilaksanakan melalui Sosialisasi, Pelaksanaan dan Pengawasan. alasan mengapa masih
terjadinya Pelanggaran adalah Inkonsistensi dalam Pelaksanaan dan rendahnya Komitmen
untuk melaksanakan qanun ,dan Perubahan gaya hidup. Sedangkan bentuk bentuk
Pelanggaran yang masih terjadi adalah penggunaan pakaian yang ketat hingga menampakan
wanita. dengan hasil yang diperoleh, maka pada Pelaksanaan Syari’at Islam di STIKes Cut
Nyak Dhien langsa pada masa yang akan datang harus disertai dengan Optimalisasi
Sosialisasi,Pelaksanaan dan Pengawasan secara menyeluruh. Hingga mampu melahirkan
komitmen yang kuat dari seluruh elemen , baik pengelola yakni Yayasan ,Para Dosen ,dan
Mahasiswa . selain itu , semua pihak dapat menghormati konsep dan Aplikasi Pluralisme
Hukum dalam Penegakan Syari’at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa baik yang diatur
ABSTRACT
Hamidah.Implementation of Islamic Shariah In STIKes Cut Nyak Dien Langsa ( Reviews Qanun N0. 11 of 2002) .Tesis Field: Graduate Program UNIMED, 2014.
The problem in this research is still often the commission of violations in the implementation
of Islamic Shari'ah in STIKes Cut Nyak Dhien Langsa especially about Muslims Dressed.
This research aims (1) to find out The implementation of Islamic Shari'ah in STIKes Cut
Nyak Dhien Langsa Through Implementation of Qanun No. 11 of 2002. (2 ) Finding the
cause of action Violation of Qanun No. 11 of 2002 in the implementation of Shari'ah in
STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.(3) to find out determine Legal Pluralism made in the
implementation of Qanun No. 11 of 2002 on the implementation of Shari'ah in STIKes Cut
Nyak Dhien Langsa. The study was a descriptive study that describes the business means the
business or activities - activities carried out as a form of Islamic Shari'ah Implementation
application in STIKes Cut Nyak Dhien Langsa. The method used is qualitative method
through observation of the activities associated with the implementation of Shari'ah in
STIKes Cut Nyak Dhien Langsa and forms are still frequent violations of this observation
then conducted interviews with the parties relating to the implementation Shari'ah in STIKes
Cut Nyak Dhien Langsa. The results that the implementation of Shari'ah in STIKes Cut Nyak
Dhien Langsa implemented through socialization, Implementation and Monitoring. The
reason why is still the violation is inconsistency in Implementation and low commitment to
implement the qanun, and lifestyle changes. While the forms of violations that are still going
on is the use of tight clothes to reveal curves for women, and the use of narrow-shaped pencil
pants for men and women. with the results obtained, then the implementation of Shari'ah in
STIKes Cut Nyak Dhien Langsa in the future must be accompanied by Optimizing
commitment from all elements, both the manager of the Foundation, Faculty, and Students. in
addition, all parties can honor concept and Pluralism Law Enforcement Applications Shari'ah
in STIKes Cut Nyak Dien Langsa well regulated in the Qanun and that becomes a habit
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur dari hati yang ikhlas penulis tujukan kehadirat Allah S.W.T.,
sebagai ucapan dan ungkapan syukur atas kasih sayang, petunjuk, dan kesempatan yang
masih diberikan-Nya, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa tesis
untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat memperoleh gelar Master of Sains (M.Si) dalam
bidang Antropologi Sosial Pascasarjana Universitas Negeri Medan sesuai rentang waktu yang
telah ditentukan. Kemudian shalawat dan salam keselamatan semoga disampaikan kepada
Rasulullah S.A.W., kepada seluruh sahabat dan keluarganya (allahumma sholli wasalim
alaih).
Penulisan tesis ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan yang diberikan
selama penyusunan hingga penyelesaian akhir, untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih setinggi-tingginya kepada guru kami Dr. Phil Ichwan Azhari,MS, Dr.Hidayat
Msi yang telah berkenan membimbing penulis menyelesaikan tulisan ini .
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh keluarga besar penulis, ibunda,
ayahanda, mertua, dan keluarga besar lainnya yang telah memberikan motivasi kepada
penulis agar menyelesaikan perkualiahan dengan sukses. Ucapan terima kasih teristimewa
ditujukan kepada suami tercinta Ikhsan suheri, yang selalu sabar dan mau mendengarkan
keluh kesah selama menjalin waktu-waktu panjang dalam perkuliahan, anak mama terkasih
Atthaya dan si bayi yang baru lahir Alvira , yang harus merelakan terbaginya perhatian
penulis dan berkurangnya kasih sayang karena waktunya terus diambil selama menyelesaikan
perkuliahan studi ini.
Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini,
terima kasih untuk kontribusinya. Terima kasih juga penulis haturkan untuk seluruh civitas
akademika Program Pascasarjana Program Studi Antropologi Sosial, Universitas Negeri
Medan, akan selalu diingat jasa baik yang diberikan selama ini. Serta seluruh civitas
Akademika STIKes Cut Nyak Dhien Langsa . Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan serta
doa dari kawan-kawan, apa yang penulis usiahakan tentu tidak berjalan sebagaimana
diharapkan.
Akhirnya penulis menyadari bahwa di dalam karya ini masih terdapat
ketidaksempurnaan, karenanya saran dan kritik konstruktif dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan tulisan ini. Semoga manfaat dalam tulisan ini berguna bagi
kesyukuran akan karunia-Mu, menjadi ilmu bermanfaat, bukti pengabdian kepada kedua
orang tua, guru-guru, dan keluarga. Kepada-Mu hamba kembalikan seraya berserah dari dan
memohon ampun.
Langsa, 18 Desember 2014
Penulis
Hamidah Hanim
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum STIKes Cut Nyak Dhien
Langsa ……….. 50 4.1.1 Profil STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ……. 50 4.1.2 Visi Misi STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ……… 52 4.1.3 Aturan Pendidikan Berbasis Asrama STIKes Cut Nyak Dhien
Langsa ………. 52 4.1.4 Pembentukan Karakter Pendidikan Berbasis Asrama 59
4.2 Pelaksanaan Syari’at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien
Langsa ………. 60 4.2.1 Implementasi Qanun Nomor 11 Tahun 2002 Tentang
Pelaksanaan Syariat Islam di Bidang Aqidah 61
4.2.2 Implementasi Qanun Nomor 11 Tahun 2002 Tentang
Pelaksanaan Syari’at Islam di Bidang Ibadah 64 4.2.3 Implementasi Qanun Nomor 11 Tahun 2002 Tentang
Pelaksanaan Syari’at Islam di Bidang Syiar Islam 71 4.2.4 Implementasi Syari’at Islam di Bidang Busana Muslim di
STIKes Cut Nyak Dhien Langsa 79
4.3. Pengawasan, Tindakan dan Penyebab Pelanggaran Syari’at
Islam 83
4.3.1 Pengawasan 83
4.3.2 Tindakan dan Penyebab Pelanggaran Syari’at Islam di STIkes Cut Nyak Dhien 85
4.3.3 Penyebab Masih Terjadinya tindakan Pelanggaran Terhadap
Qanun nomor 11 Tahun 2002 di STIKes Cut Nyak Dhien
Langsa 93
4.4. Pluralisme Hukum Yang Dilakukan dalam Impelementasi
Qanun Nomor 11 Tahun 2002 Terhadap Pelaksanaan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan ……… 113 5.2Saran ……….. 114
Daftar Pustaka
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gerbang STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ……… 61
Gambar 2.Wawancara dengan Ketua Yayasan STIKes Cut Nyak Dhien Langsa 64
Gambar 3. Wawancara dengan Dosen STIKes Cut Nyak Dhien Langsa 71
Gambar 4. Suasana Sosialisasi Syariat Islam Dilakukan Secara Informal Kepada Mahasiswa STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ……… 72
Gambar 5. Sosialisasi Syariat Islam Dilakukan Secara Formal Kepada Mahasiswa dan Mahasiswi STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ……… 75
Gambar 6. Kawasan Wajib Berbusana Muslim di Mahasiswa STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ………. 77
Gambar 7. Busana Muslim Yang Dikenakan Staf Pengajar STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ………. 78
Gambar 8. Tindakan Penertiban Celana Lagging Yang Dikenakan Mahasiswi STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ……….. 79
Gambar 9. Gambar Jilbab Sesuai Syariat Islam ……… 95
Gambar 10. Jilbab (Hijab) Berdasarkan Syariat Islam ……… 96
Gambar 11 Busana Muslim Bagi Pria ……… 99
Gambar 12. Wawancara Dengan Ibu Asnidar (Cek Dar) Ibu Asrama STIKes Cut Nyak Dhien Langsa……….. 100
Gambar 13 Wawancara Dengan Bapak Asrama 102
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Al yasa.’2006. Syari’at Islam di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam
Paradigma Kebijakan dan Kegiatan. Dinas Syari’at Islam: Banda
Aceh.
Abu Bakar, Al yasa .’2004.Syari’at Islam di Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam:Paradigma,Kebijakan dan Kegiatan. Propinsi NAD: Banda Aceh,Dinas Syari’at Islam
Abu Bakar, Al yasa’.2002. Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh (Sejarah dan
prospek Pelaksanaan Syariat Islam) pendukung Qanun pelaksanaan Syariat Islam, Dinas Syariat Islam : Banda Aceh.
AG.Subarsono,Analisis Kebijakan Publik, konsep Teori dan Aplikasi,(Yogyakarta
Pustaka Pelajar,2005)
Ahmad ,Zakaria 1973,Sejarah Indonesia jilid 11.Medan : Monora.
Andri Akbar, Pluralisme Hukum sebuah pendekatan Interdisiplin, (Jakarta:
Perkumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologis (HuMa),cetakan Pertama, 2005.
Creswell, Jhon W. Penerjemah Achmad Fawaid. 2013. Research Desaign.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
Darmadi, Pluralisme Hukum dalam Pelaksanaan Syariat Islam di Kota
Lhokseumawe
Dhavamony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama.
Djamil, Fathurrahman, Hukum Ekonomi Islam Penerbit: Sinar Grafika (2013)
Edi Suharto,Analisis Kebijakan Publik,( Bandung:Alfabeta,2005)
Ekpos STIKes Cut Nyak Dhien ,( langsa 2014 )
Fathoni, Abdurrahman. 2006. Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: Rineka Cipta.
Hesel Nogi S Tangkilisan ,Implementasi Kebijakan Publik , ( Yogyakarta 2003 )
Himpunan Undang-undang, Keputusan Presiden, Peraturan Daerah/ Qanun, Intruksi Gubernur, Edaran Gubernur Berkaitan Pelaksanaan Syariat Islam, Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2006.
H. munawar A djalil, menjawab mitos Syariat Islam di aceh, serambi indonesia
online.Kamus web Id, 23 oktober 2003.
http:// agama.kompasiana.com24januari2014
http:// facebook.com Kajian Islami,diunduh 13 Agustus 2014
http:// razichania.blogspot.com/ 2009 Qanun Propinsi Nangroe Aceh Darussalam
http://sutris02.wordpress.com/2008/09/08/problem-dan-solusi-pendidikan-berasrama-boarding-school/
I Nyoman Nurjaya, Reorientasi Paradigma Pembangunan Hukum Negara Dalam Masyarakat Multikultural: Perspektif Antropologi Hukum, (Malang : Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2007).
Koentjaraningrat. 2007. Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Kompas 4 Maret 2002
Mahmud, Ija suntana, 2012 Antropologi Pendidikan . Pustaka Setia
Miswar sulaeman.www.mahkamah syariat Aceh.go.id(15 nov 2009,13:48)
Momon Sudarma. 2014. Antropologi Untuk Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Musa, Muhammad yusuf.1988.Islam: Suatu Kajian Komprehensif. Jakarta:
Rajawali Press.
Prof. DR. H. Rusjdi Ali Muhammad, SH, M.A (2002)’’Revitalisasi Syariat Islam di Aceh Problem ,solusi dan Implementasi di NAD.
Salam,Anwar Fuadi A. 2003 Dapatkah Syari’at Islam Diberlakukan di aceh.Banda Aceh : Amal Sejahtera
Sri Suyanta, dkk, Buku Panduan Pelaksanaan Syariat Islam Untuk Remaja,
Pelajar dan Mahasiswa, Dinas Syar’at Islam Propinsi Nangroe
Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2008
Syamsul Rijal, dkk, Dinamika dan Froblemantika Penerapan Syariat Islam, Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2000.
Syukri Muhammmad Yusuf, Busana Islami Di Nanggroe Syari’at, Dinas Syariat Islam Aceh, Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2000.
Teuku H.Anwar Fuadi A.Salam,Dapatkah Syariat Islam diberlakukan di Aceh ? (Banda Aceh Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2000.
Teuku Kemal Fasya dalam Saifuddin Bantasyam, SH, MH dan Muhammad Siddiq, S.Ag. M.Mhum (ed) Aceh Madani Dalam Wacana(Banda Aceh : Aceh Justice Resource Centre), 2009
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 2010)
www.indomedia.com republika, 13 november 1999.
Zuska, Fikarwin. 2008. Relasi Kuasa Antara Pelaku Dalam Kehidupan sehari
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah telah mencatat bahwa Islam telah berada di Aceh sekitar abad 13
yang kemudian tersebar keseluruh nusantara dan bagi masyarakat Aceh tidak ada
satupun yang menggerutu, menolak, menggugat dan melakukan perlawanan
terhadap Penerapan Syari‟at Islam serta dijadikan panduan amalan dalam
kehidupan sehari-hari. ini merupakan modal dalam meningkatkan proses
Islamisasi Aceh serta masyarakat untuk mewujudkan keadilan, kemakmuran dan
kesejahteraan serta memantapkan kemampuan daerah dalam menghadapi
tantangan global.
Syari‟at Islam bukanlah hal yang baru dan asing bagi masyarakat Aceh.
Kepatuhan masyarakat Aceh terhadap Syari‟at Islam merupakan modal dalam
menumbuhkan kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan. Pemahaman dan
penghayatan serta pengamalan terhadap nilai-nilai ajaran Islam bagi masyarakat
Aceh telah melahirkan budaya dan adat yang selalu dijunjung tinggi
keberadaannya. Sehingga terkenal dalam sebuah hadih maja, hukoum ngon adat
lagee zat ngon sifeut” yang berarti hukum/syara‟ dan adat tidak dapat dipisahkan
bagaikan zat dan sifat.1
Kentalnya nuansa Syari‟at Islam dalam kehidupan masyarakat Aceh.
tercermin dalam ungkapan yang selama ini sangat familiar dikalangan
1 Sri Suyanta, dkk, Buku Panduan Pelaksanaan Syariat Islam Untuk Remaja, Pelajar dan
Mahasiswa, Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2008, hal.
masyarakat, yaitu : “Adat Bak Po Teumeureuhom, Hukom Bak Syiah Kuala,
Qanun Bak Putro Phang, Reusam Bak Laksamana”. (terjemahan dalam bahasa
Indonesia: Hukum Adat dipegang oleh raja, hukum agama dipegang oleh ulama,
qanun dipegang oleh tuan putri dan adat kebiasaan dipegang oleh laksamana) dan
ungkapan ini merupakan salah satu bentuk pernyataan jati diri masyarakat Aceh
terhadap eksistensi Syari‟at Islam dalam kehidupannya.2
Pernahkah pemerintah melakukan jajak pendapat yang menjangkau
seluruh pelosok Aceh dan menanyakan kapankah ungkapan ini mulai dikenal
pelembagaan dan penerapan Syari‟at Islam ? “Kalau belum kontradiksi dengan
pendapat sebelumnya , jangan berani mengatakan bahwa Syari‟at Islam adalah
keinginan rakyat Aceh, karena itu hanya asumsi, dan asumsi tentu saja tidak bisa
menjadi dasar penegakan hukum. agar lebih penting lagi, pelaksanaan jajak
pendapat itu harus bebas dari tekanan terhadap responden. Belum tentu semua
orang Aceh setuju dengan penerapan Syari‟at Islam yang memang pada
kenyataannya hanya meruncing ke bawah dan sama sekali tidak menyentuh
kalangan atas untuk „dosa-dosa‟ mereka yang tidak menjalankan kewajibannya
mensejahterakan rakyat Aceh setelah 32 tahun konflik dan tsunami. Satu hal yang
pasti, banyak orang misalnya dari perbuatan peraturannya, dari penangkapan serta
pencambukan orang yang dihukum. Mereka inilah yang tidak rela pelembagaan
syari‟at ini dikritik karena hal itu akan mengancam kepentingan mereka juga,
meskipun pelaksanaannya merugikan manusia lain. 3
2 Syamsul Rijal, dkk, Dinamika dan Froblemantika Penerapan Syariat Islam, Dinas
Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh, 2007, halaman. 91 3
Implementasi Syari‟at Islam di bumi Serambi Mekkah merupakan
fenomena sangat menarik sekaligus menantang. Menantang di sini dimaksudkan
terutama berkaitan dengan kesiapan pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam dan
masyarakatnya secara keseluruhan dalam menerima dan melaksanakan Syari‟at
Islam secara menyeluruh (kaffah), implementasi dari pengertian di dalam kamus
umum bahasa Indonesia, berarti: pelaksanaan, dari apa yang disepakati .4
UUD No 1974 Pasal 2 tentang Perkawinan Menyebutkan Penerapan
Syari‟at Islam di Nangroe Aceh Darussalam, 1974 Sudah berlaku Pelaksanaan
Perda Syariah di NAD. dan kemudian tidak menjadikan Syari‟at Islam sebagai
pemicu perpecahan di dalam masyarakat serta elit politik yang akhirnya
merugikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, meskipun sesungguhnya secara
historis pelaksanaan Syari‟at Islam di Aceh bukan hal asing bagi masyarakatnya,
konsekuensinya adalah klaim untuk menentukan suatu kawasan wilayah Islam
dengan Formalisasi Syari‟at sebagai hukum positif adalah Kontradiksi karena
banyaknya kendala yang muncul dalam prasarat penerapan Syari‟at Islam di aceh
tersebut. 5 Relasi relasi kekuasaan yang membentang sepanjang sejarah hingga
saat ini telah menunjukan persinggunganya dengan gagasan Kemerdekaaan, dan
Demokrasi globalisasi, perkembangan dunia, Negara dan Politik lokal itu
kemudian berpengaruh pada ilmu pengetahuan.6
4 H. munawar A djalil, menjawab mitos Syariat Islam di aceh, serambi indonesia
online.Kamus web Id, 23 oktober 2003.
5
www.indomedia.com republika, 13 november 1999.
6 Zuska, Fikarwin. 2008. Relasi Kuasa Antara Pelaku Dalam Kehidupan sehari hari.
Izin Pelaksanaan Syari‟at Islam di berikan pada masa Reformasi melalui
UU Nomor 44 tahun 1999 dan UU Nomor 18 tahun 2001. Tetapi ini pun tidak
dituliskan secara lugas dan jelas. Dengan kata lain, ada ruang yang
memungkinkan munculnya penafsiran yang akan membatasi ruang lingkup dan
gerak Pelaksanaan Syari‟at Islam di Aceh. Dibalik pelaksanaan Syari‟at Islam
secara sempurna pun memerlukan tafsir, tidak cukup sekedar memahami apa apa
yang tertulis didalam kedua undang-undang diatas secara literal. Karena itu, untuk
memudahkan dan memuluskan Masyarakat dan Pemerintah Propinsi Aceh
melaksanakan Syari‟at Islam secara sempurna, rasanya perlu disusun tafsir dan
pemahaman yang sama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Propinsi
Aceh yang barangkali akan menjadi tafsir resmi.7
Kompas (4 maret 2002), dalam rubrik opininya menulis „‟Kalau
Mengunjungi Aceh “Jangan bercelana Pendek”. Komentar calon intelektual Islam
“Rumadi dalam kapasitasnya sebagai Mahasiswa S-3 IAIN, dengan nada yang
dilandasi Egoisme Budaya lokalnya dan dengan sama sekali tidak memperhatikan
pihak mana yang menulis laporan itu, telah memperbesar nyala api kebencian dan
Phobia Syari‟at dengan Komentarnya: tulisan itu amat menarik karena mampu
mengilustrasikan beberapa kosekuensi yang akan terjadi di Aceh saat Syari‟at
Islam secara resmi dilaksanakan. Bukan saja kewajiban menjalankan Syari‟at
Islam yang di urusi tetapi juga urusan mode pakaian, celana pendek, pakaian
singlet, jilbab, tulisan Arab di tempat-tempat umum, salon kecantikan dan
sebagainya. Segala sesuatu telah disiapkan untuk menghukum siapa yang
melanggar Syari‟at Islam itu, termasuk merekrut apa yang mereka sebut sebagai
Polisi Syari‟at (Wilyatul Hisbah), Polisi yang secara khusus bertugas
mengawasi penegakan Syari‟at. Itulah makna Penegakan Syari‟at Islam bagi
orang Aceh. 8
Orang Aceh sebagai individu menurut pendapat Fathoni (2006: 27),
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan adat istiadat,
sistem, norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaan. Dengan
peniruan berulang menjadi suatu pola dan norma yang mengatur tindakan individu
sebagai tindakan dibudayakan. 9
Kebudayaan merupakan salah satu karakteristik anggota masyarakat yang
telah dipelajari dan disebarkan, bukan merupakan hasil warisan biologis.
Kebudayaan adalah hasil dari hubungan-hubungan yang terpolakan yang dicapai
di antara orang-orang dalam masyarakat dan memiliki tiga unsur pokok yakni ide
atau gagasan, perilaku dan hasil. Dan mengapa kebudayaan mengalami
perubahan? Hal ini didasarkan pada poses sosialisasi manusia yang
memungkinkan kemunculan tranmisi kebudayaan. Manusia yang sebagai anggota
masyarakat penerus memberikan respon dan beradaptasi dengan sejumlah
kenyataan historis yang dialami oleh generasi sebelumnya. Ketika kenyataan
historis ini berubah, maka orang akan mengubah cara mereka memberikan respon
dan beradaptasi. karena Kebudayaan merupakan adaptasi manusia. 10
8 Kompas 4 maret 2002.
9 Fathoni, 2006, hal: 27.
10
Fenomena agama dan wujud nyata pelaksanaan Syari‟at Islam secara
maksimal. dalam qanun diatur, bahwa pelaku yang melanggar harus diproses
sesuai dengan hukum di dalam qanun, namun penyelesaian langsung oleh
masyarakat dengan rapat pemuka adat masih dijumpai dalam pelaksanaannya.
Fenomena ini tentu saja menunjukkan adanya Pluralisme hukum yang terjadi
dalam pelaksanaan Syariat Islam. Hal ini karena masyarakat memiliki aturan
tersendiri yang harus ditaati oleh berbagai kalangan hukum adat, sudah terjadi
secara turun menurun di Aceh. 11
Sekolah-sekolah berasrama di Indonesia, memliki corak yaitu: (1)
bercorak agama, (2) nasionalis religius, dan (3) nasionalis. Sekolah-sekolah
berasrama bercorak agama terbagi dalam banyak corak ada yang fundamentalis,
moderat sampai yang agak liberal. Hal ini lebih merupakan representasi dari corak
keberagamaan di Indonesia yang umumnya mengambil tiga bentuk tersebut. yang
bercorak militer karena ingin memindahkan pola pendidikan kedisiplinan di
militer kedalam pendidikan disekolah berasrama 12. Sedangkan corak nasionalis religius mengambil posisi pada pendidikan semi militer yang dipadu dengan
nuansa agama dalam pembinaannya di sekolah, agaknya corak nasionalis religius
ini yang dikembangkan di Sekolah Asrama STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.
Mahasiswa termasuk kelompok rentan pelanggaran qanun (Perda) dalam
lingkungan pelaksanaan Syari‟at Islam, terutama Qanun Nomor 11 Tahun 2002
tentang berbusana muslim. Perkembangan Fisik dan Psikhis yang dialami
mahasiswa dalam kurun waktu usia 19 tahun hingga usia 23 tahun (usia remaja),
11 Dhavamony, Mariasusai,1995, Fenomenologi Agama.
12
dihadapkan pada pertanyaan tentang “siapakah saya?” dan “kemanakah saya akan
pergi. Mencari identitas yang jika dihubungkan dengan penerapan Syari‟at Islam
seharusnya menjadi searah karena tujuan penerapan qanun memberikan kepastian
hukum tentang bagaimana seharusnya tindakan dilakukan dan tidak melanggar
hukum. Hanya saja, ketidak siapan menjadi faktor penghambat dalam capaian
maksimal Implementasi Syari‟at Islam di kalangan mahasiswa.
Kehidupan Syari‟at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien sebelum
diberlakukannya Syari‟at Islam tidak terjadi pro dan kontra dalam menaati semua
peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolah asrama, tetapi berbeda
setelah diberlakukan nya syari‟at Islam di asrama banyak mahasiswa, mahasiswi
yang kontra, karna ketidaksiapan mahasiswa, mahasiswi dengan peraturan yang
ditetapkan mereka menganggap pemikiran mereka yang belum matang
dikarenakan masih muda sehingga masih ingin mencoba hal hal yang baru,
walaupun itu bertentangan dengan implementasi Syari‟at Islam. dalam konteks
pendidikan berasrama (boarding school), para mahasiswa dan mahasiswi
berinteraksi atau melakukan sosialisasi dengan berupaya menyesuaikan pola pola
tindakan yang meliputi pola pola tindakan dalam hubungan pergaulan dengan
segala macam individu disekelilingnya. Pemberlakukan Implementasi Syari‟at
Islam, bukan kesan pemaksaan dan pemberlakukan tidak adil yang dirasakan
mereka di asrama tetapi ini lebih kepada pendidikan berkarakter, karena dalam hal
ini sosialisasi merupakan proses penempatan individu dalam sistem sosialnya
Berdasarkan Latar belakang di atas maka penulis berkeinginan utuk
meneliti masalah yang berhubungan dengan Implementasi Syari‟at Islam dalam
lembaga Pendidikan Berbasis Asrama di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa
terutama Tinjauan qanun No. 11 tahun 2002 tentang Berbusana Islami. Serta
bagaimana konsep Pluralisme Hukum dalam relasi budaya yang bersinggungan
dengan kebiasaan-kebiasaan mahasiswa diselipkan pula nilai-nilai spiritual dalam
Implementasi qanun tersebut. Mengenai upaya mengurai himpitan nilai budaya
dan Agama (homo ritualis) untuk menyukseskan program pelaksanaan Syariat
Islam di Stikes Cut Nyak Dhien Langsa.
1.2. Identifikasi Masalah
Yang menjadi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
masalah masalah yang berkenaan dengan Konsep dan Implementasi Syari‟at
Islam dalam lembaga pendidikan Berbasis Asrama di STIKes Cut Nyak Dhien
Langsa. Masalah ini dipilih karena penulis melihat banyak persoalan yang
muncul pasca peberlakuan Syari‟at Islam di Kota Langsa terutama di STIKes Cut
Nyak Dhien Langsa. Diantaranya masalah masalah yang muncul adalah masih
sering terjadinya tindak pelanggaran Syari‟at Islam teutama tentang Berbusana
Islami. Masalah ini akan dipetakan untuk selanjutnya dicarikan Faktor Faktor
yang mempengaruhinya serta bagaimana Konsep dan aplikasi Pluralisme Hukum
yang dilaksanakan guna menyukseskan Implementasi Qanun Nomor 11 Tahun
2002 secara khusus dan menyukseskan Pelaksanaan Syari‟at Islam di STIKes Cu
t Nyak Dhien Langsa berdasarkan prinsip pelaksanaan Syari‟at Islam di
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, yang menjadi Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Pelaksanaan Syariat Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa
Melalui Implementasi Qanun Nomor 11 Tahun 2002?
2. Mengapa Masih terjadinya tindakan Pelanggaran terhadap Qanun Nomor 11
Tahun 2002 dalam pelaksanaan Syari‟at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien
Langsa?
3. Bagaimana Pluralisme Hukum yang dilakukan dalam Implementasi Qanun
Nomor 11 Tahun 2002 terhadap Pelaksanaan Syari‟at Islam di STIKes Cut
Nyak Dhien Langsa?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas , yang menjadi Tujuan dalam
Penelitian ini adalah :
1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Syari‟at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien
Langsa Melalui Implementasi Qanun Nomor 11 Tahun 2002
2. Mencari penyebab terjadinya tindakan Pelanggaran terhadap Qanun Nomor
11 Tahun 2002 dalam pelaksanaan Syari‟at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien
Langsa
3. Untuk mengetahui Pluralisme Hukum yang dilakukan dalam Implementasi
Qanun Nomor 11 Tahun 2002 terhadap Pelaksanaan Syari‟at Islam di STIKes
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan Manfaat tidak
hanya bagi peneliti sendiri, akan tetapi juga diharapakan Manfaat bagi orang lain
diantaranya:
a. Manfaat Praktis
1. Menjadi Sumbangan pikiran Bagi Dinas Syari‟at Islam dan Pihak
Wilayatul Hisbah untuk merumuskan konsep dan Implementasi Syari‟at
Islam Khususnya STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.
2. Menjadi acuan bagi peneliti lain yang memiliki keinginan untuk meneliti
permasalahan permasalahan yang berhubungan dengan usaha aplikasi
Implementasi Syari‟at dalam Pelaksanaan Syari‟at Islam di STIKes Cut
Nyak Dhien Langsa.
b. Kegunaan Teoritis
1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat merumuskan Model Penerapan
Syari‟at Islam melalui Pelaksanaan Qanun Nomor 11 Tahun 2002 dalam
Pelaksanaan Syari‟at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.
Untuk mengetahui bagaiaman Aplikasi dari Konsep Pluralisme Hukum dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Implementasi Syari’at Islam di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa , hingga
saat ini masih saja menimbulkan perbedaan pemahaaman, sehingga masih banyak
yang melakukan pelanggaran. dengan melihat berbagai permasalahan yang telah
dibahas , maka yang menjadi kesimpulan dalam pembahasan ini adalah :
1. Implementasi Qanun nomor 11 Tahun 2002 tentang berbusana muslim
yang menjadi salah satu dasar pelaksanaan Syari’at Islam di STIKes Cut
Nyak Dhien Langsa dan dijadikan peganggan hukum apabila ditemukan
adanya pelanggaran Syari’at Islam.
2. Penyebab Masih terjadinya pelanggaran pelanggran terhadap Qanun
Nomor 11 tahun 2002 tentang berbusana muslim antara lain adalah adanya
Politik Kepentingan ,Tameng tentang Konsep Aurat secara Kultural itu
Kontektual dengan apa yang dirasakan Masyarakat ( Mahasiswa ) dengan
Pemerintah ( Yayasan ) itu berbeda.
3. Pluralisme Hukum terjadi dalam pelaksanaan Syariat Islam di STIKes Cut
Nyak Dhien Langsa, hal ini terlihat dari adanya penyelesaian-penyelesaian
pelanggaran (kebiasaan di asrama Mahasiswa), yaitru pelaku pelanggaran
Qanun 11 Tahun 2002 pasal 13 pelaku pelanggaran Syariat Islam
(mahasiswa yang menggunakan pakaian tidak menutup aurat, ketat dan
yang tidak memenuhi persyarakat Busana Islami,serta mengambil celana
jeans dan mengganti dengan kain sarung.
5.2Saran-saran
Sesuai dengan kesimpulan yang telah diambil, maka ada beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk maksimalisasi pelaksanaan Qanun No. 11 Tahun 2002
tentang berbusana muslim di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa . Beberapa Saran
yang dimaksud antara lain :
1. Perlu sosialisasi, konsistensi dan partisipasi dari civitas akademika STIKes
Cut Nyak Dhien Langsa untuk mendukung dan melaksanakan konsep
Pluralisme Hukum dalam pelaksanaan Qanun No. 11 Tahun 2002 tentang
berbusana muslim di STIKes Cut Nyak Dhien langsa.
2. Perlu menanamkan kesadaran kolektif diantara mahasiswa sebagai generasi
muda Aceh secara rasional tentang kebutuhan pelaksanaan Qanun No. 11
Tahun 2002 tentang berbusana muslim di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.
Upaya penanaman kesadaran kolektif ini dilaksanakan melalui proses
pendidikan di STIKes Cut Nyak Dhien Langsa sebagai proses mendidik dan
proses penanaman nilai-nilai kemasyarakatan.
3. Perlu ketegasan Institusional dari pihak Administrasi, Dosen, dan Pengelola
STIKes Cut Nyak Dhien Langsa dalam melaksanakan Qanun No. 11 Tahun
2002 tentang berbusana muslim , Ketegasan yang dimaksud ini adalah proses