• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 602013606 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 602013606 Full text"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PADA PT COCA COLA BOTTLING (Studi Kasus Pada Marketing)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh gelar sarjana ilmu komunikasi

Oleh :

Gita Audrey Fredericia

NIM: 602013606

Program Studi Public Relations

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ANALISA PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PADA PT COCA COLA BOTTLING

1Gita Audrey,2 George Nicholas Huwae

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl.Diponegoro 52-60,Salatiga 50711,Indonesia

Email: 1[email protected],2[email protected]

Abstract

Human resources plays a very important role because human factors determine the viability of the company, so the company always involve human beings in acheiving their goals. This research wa s taken at PT. Coca Cola Distribution Indonesia in Bawen, Centra l Java.

Where the employees' performance was decending, which shows on high tardiness and absenteeism rate.The aim of this research are : To determine what is the PT Coca Cola organitation cultures and its effect on employees performance.

Qualitative research method were used in this research. The research showed that organization cultures and values have not yet been internalized and implemented. Employees' per formance was decending, so did the productivity. Tardiness and absenteeism rate were found far above standard and so does the production rate as well as the productivity.

Keywords: Organitational Culture,Employees Performance

Abstrak

Sumber daya manusia merupakan hal yang sangat penting, karena sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan merupakan kunci keberhasilan suatu perusahaan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan kinerja yang terbaik, karena SDM merupakan faktor penentuan dan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Coca Cola Bottling Indonesia( Bawen) yang dimana terdapat penurunan kinerja karyawan,yang ditunjukan dengan adanya tingkat absensi dan keterlambatan karyawan yang diatas standart serta penurunan hasil produksi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan narasumber sebagai alat pengumpulan data.Dari hasil penelitian menunjukan bahwa budaya perusahaan dan kinerja belum disosialisasikan dan dilaksanakan dengan benar.

Kata Kunci : Budaya Organisasi,Kinerja Karyawan

1

(8)

1. Pendahuluan

Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting karena faktor manusia (man)menentukan kelangsungan hidup dari suatu perusahaan sehingga tidak ada satupun perusahaanyang tidak melibatkan manusia dalam merealisasi tujuannya. Manusia merupakan salah satu dari beberapa faktor produksi yang sangat sulit dikendalikan, hal ini disebabkan oleh adanya ciri dan sifat khusus dari faktor produksi tersebut sehingga seringkali menimbulkan kesulitan-kesulitan apabila tidak dipahami dengan baik.

Perusahaan pada dasarnya telah memiliki budaya masing-masing yang memberi pengaruh terhadap elemen-elemen organisasi tersebut, dan hal ini juga harus dijalankan oleh setiap karyawan selama karyawan itu menjalankan pekerjaannya. Di samping karyawan yang bekerja dalam organisasi perusahaan berperan serta meningkatkan image dan reputasi pelayanannya, setiap individu (karyawan) mempunyai tujuan tertentu antara lain memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini yang perlu diperhatikan oleh perusahaan dalam pengelolaan sumber daya manusia yang lebih lanjut untuk meningkatkan kinerja karyawan. Banyak perusahaan atau organisasi yang mencoba berbagai cara untuk meningkatkan kinerja karyawan menjadi lebih efektif dan efisien, misalnya melalui pendidikan dan pelatihan,pemberian kompensasi dan motivasi, serta menciptakan lingkungan kerja yang baik. Karyawan merupakan kunci penentu keberhasilan perusahaan. Untuk itu setiap karyawan selain dituntut untuk memiliki pengetahuan,keterampilan,dan kemampuan,juga harus mempunyai pengalaman, motivasi, disiplin diri, dan semangat kerja tinggi, sehingga jika kinerja karyawan perusahaan baik maka kinerja perusahaan juga akan meningkat yang menuju pada pencapaian tujuan perusahaan.

Masalah meningkatkan kinerja karyawan bukanlah monopoli perusahaan yang mencari keuntungan saja, melainkan juga merupakan kepentingan organisasi-organisasi lainnya yang menjual produk atau jasanya kepada masyarakat. Di dalam melakukan penilaian kinerja karyawan, maka instrument yang dipergunakan oleh perusahaan yang berkaitan langsung terhadap kinerja karyawan antara lain adalah penilaian atas kebersamaan antar karyawan, kedisiplinan, kerapian, kualitas kerja, dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan.

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk mendapatkan kinerja terbaik, karena SDM merupakan faktor penentuan dan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien. Kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Mathis dan Jackson[1] menyebutkan faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan (ability), tingkat usaha yang dicurahkan dan motivasi (motivation).

Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada pada kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan dan membentuk suatu rancangan aktivitas semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitas tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku masing-masing individu. Rancangan aktivitas yang dimaksud itu adalah budaya dimana individu berada, seperti kepercayaan, nilai, anggapan, harapan dan sebagainya [2].

Budaya Organisasi seringkali di gambarkan dalam arti yang dimiliki bersama. Pola-pola dari kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual dan mitos-mitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan berfungsi sebagai perekat yang menyatukan maka budaya organisasi tersebut sangat penting, karena merupakan penerapan yang terjadi dalam organisasi. Dengan adanya hubungan yang sangat erat antara sumber daya manusia dengan budaya organisasi, sebagai makhluk, manusia memiliki bekal hidup yaitu budi atau akal, dan budaya (culture) yang merupakan manifestasi dari cipta, rasa dan karsa manusia[3]. Selain adanya pengaruh budaya, di dalam lingkungan organisasi mempunyai berbagai macam pembentukan motivasi kepada karyawan. Maka tidak lepas dari adanya kemampuan, dan motivasi kerja dari orang yang bersangkutan.

(9)

lainnya,lemahnya inisiatif dan disiplin pribadi,menurunnya semangat dan motivasi kerja yang pada akhirnya akan berakibat pada menurunnya kinerja pegawai sehingga mempengaruhi instansi secara keseluruhan. Di PT Coca Cola ditemukan pola budaya kerja yang dinilai kurang sehat dapat dilihat dari aktivitas kegiatan sehari-hari seperti tidak kreatif, tidak inovatif, kurang analisis selain itu juga menemukan masih banyak karyawan yang sering datang terlambat, main game dan internet saat jam kerja,saat rapat digunakan untuk tidur,laporan penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu. Hal-hal

tersebut yang mempengaruhi kinerja,sehingga membuat kinerja menurun.” .Penurunan kinerja

perusahaan salah satunya disebabkan oleh kinerja karyawan yang kurang baik. Penurunan kinerja ini kemungkinan disebabkan karena karyawan merasa tidak puas dengan gaji yang mereka peroleh, kurangnya pengawasan yang dilakukan manajer terhadap karyawannya dan kurangnya kesempatan promosi dan kenaikan jabatan yang diberikan perusahaan kepada karyawannya.

Karyawan yang puas akan memiliki kinerja yang lebih baik daripada karyawan yang kurang puas. Hal-hal tersebut yang mempengaruhi kinerja,sehingga membuat kinerja menurun. Melalui latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti “Analisa Pengaruh Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja

Karyawan Di PT Coca Cola” .

2.Tinjauan Pustaka

Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai budaya kerja terhadap kinerja karyawan.Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sinaga melakukan penelitian dengan

judul “Analisa Pengaruh Budaya Organisasi dan Reward Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT

Unilever. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa budaya organisasi belum sepenuhnya mempengaruhi kinerja karyawan,kinerja karyawan masih juga dipengaruhi oleh reward yang diberikan oleh perusahaan.

Yang Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh RM Mahardika dengan judul Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi, Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Mandalatama Armada Motor Semarang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi dan kepuasan kerja belum sepenuhnya mempengaruhi kinerja karyawan.

Dari hasil kedua penelitian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.Setiap individu karyawan mempunyai pengaruh yang besar di setiap kinerja di setiap individu karyawan yang akan menghasilkan hasil kerja yang maksimal.Semakin tinggi kepuasan kerja ditiap individu karyawan maka pengaruh kinerja yang dilakukan karyawan semakin besar dan baik yang akan diterima perusahaan.Kesimpulannya adalah secara mutlak budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja,namun dipengaruhi oleh adanya pemberian reward.

Dari penelitian terdahulu diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan topik yang sama seperti sebelumnya dan masih membahas mengenai budaya organisasi.Yang menjadi pembeda antara penelitian terdahulu dengan yang sekarang terletak pada variabel yang diteliti. Perbedaan nya adalah variabel bebas yang diteliti pada penelitian yang sebelumnya yaitu budaya organisasi dan reward

sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah budaya perusahaan dan kinerja.

LANDASAN TEORI

A. Budaya Kerja

(10)

dibudayakan. dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat,pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai tenaga kerja[3].

A.1 Budaya Organisasi Kuat dan Budaya Organisasi Lemah

Dalam berorganisasi kita tidak lepas dari budaya organisasi. Adapun budaya organisasi terdiri dari budaya organisasi kuat dan budaya organisasi lemah.Budaya yang kuat memiliki dampak yang lebih besar terhadap perilaku karyawan dan lebih terkait langsung dengan menurunnya perputaran karyawan. Dalam budaya yang kuat (strong culture), nilai-nilai inti organisasi dipegang teguh dan dijunjung bersama. Semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan semakin besar komitmen mereka terhadap berbagai nilai itu, semakin kuat budaya tersebut.Menurut Robbins dan Timothy [4] budaya organisasi yang kuat adalah budaya di mana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi. Semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti semakin besar juga komitmen mereka, selain itu semakin kuat budayanya semakin besar juga pengaruhnya terhadap perilaku anggota, karena hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kebersamaan. Menurut Vijay Sathe dalam Tika [5], budaya organisasi yang kuat adalah budaya organisasi yang ideal dimana kekuatan budaya mempengaruhi intensitas pelaku.

Menurut Pabundu[6]Budaya organisasi yang lemah adalah budaya organisasi yang kurang didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat dipaksakan, serta memberi pengaruh negatif pada organisasi karena akan memberi arah yang salah kepada para pegawainya.Untuk memperkuat budaya organisasi, ada beberapa langkah kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemimpin organisasi disini disebut pendiri, pemimpin puncak, dan para manajer, yaitu ; 1) Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi, 2) Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi, 3) Memberikan contoh teladan, 4) Membuat acara-acara rutinitas, 5) Memberikan penilaian dan penghargaan, 6) Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal, 7) Koordinasi dan kontrol.Untuk memperkuat budaya organisasi, ada beberapa langkah kegiatan yang dapat dilakukan oleh pemimpin organisasi disini disebut pendiri, pemimpin puncak, dan para manajer, yaitu ; 1) Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi, 2) Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi, 3) Memberikan contoh teladan, 4)Membuat acara-acara rutinitas, 5) Memberikan penilaian dan penghargaan, 6) Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal, 7) Koordinasi dan kontrol.

A.2 Fungsi Budaya Organisasi

Budaya organisasi memiliki fungsi yang cukup penting dalam meningkatkan kinerja dari organisasi tersebut. Menurut Robbins [7] mencatat lima fungsi budaya organisasi, yaitu: 1)

Membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya, 2) Meningkatkan “sense of identity” anggota, 3) Meningkatkan komitmen bersama, 4) Menciptakan stabilitas sistem social, 5) Mekanisme pengendalian yang memadu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.

Dengan adanya budaya organisasi kuat dan sehat dapat difungsikan sebagi tuntutan yang mengikat para karyawan karena diformulasikan secara formal ke dalam berbagai peraturan dan ketentuan perusahaan.Dengan demikian budaya organisasi akan menciptakan peningkatan produktifitas, dan kinerja. Budaya organisasi yang kuat dapat mempengaruhi efektivitas organisasi, karena untuk mencapai efektivitas maka dibutuhkan budaya organisasi, strategi, lingkungan, dan teknologi yang sesuai. Budaya organisasi lebih kuat apabila terdapat kecocokan budaya (culture fit) dengan variabel-variabel penting lainnya.

A.3 Karakteristik Budaya Organisasi

(11)

dan Integrasi, pendapat pihak lainnya. Budaya organisasi juga menciptakan,meningkatkan, dan mempertahankan kinerja tinggi. Dimana budaya organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja, etos kerja, dan motivasi kerja karyawan. Semua faktor tersebut merupakan indikator terciptanya kinerja tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi juga tinggi.

B. Kinerja

Kinerja adalah tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.Kemampuan bertindak dapat diperoleh manusia baik secara alami (ada sejak lahir) atau dipelajari.Walau pun manusia mempunyai potensi untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada saat-saat tertentu saja. Menurut bambang kusriyanto dalam Mangkunegara[9], Kinerja pegawai adalah, Perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu(lazimnya perjam). A.A. Anwar Prabu Mangkunegara [10] mengungkapkan bahwa Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Untuk menilai kinerja individu dalam organisasi, Rivianto[11] menetapkan beberapa kriteria yaitu: kompetensi individu tentang pekerjaan, kemampuan individu dalam membuat perencanaan dan jadwal pekerjaannya, pengetahuan individu tentang standar mutu pekerjaan, produktivitas individu (kualitas dan kuantitas kinerja), kompetensi teknis atas pekerjaannya, ketergantungan kepada orang lain, kemampuan berkomunikasi, kemampuan kerjasama, kedisplinan dan kemampuan menyampaikan gagasannya dalam rapat, kemampuan mengelola pekerjaan serta kepimpinan. Oleh karena itu, kinerja bukan menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh seseorang. Miner [12] mengatakan bahwa kinerja sebagai perluasan dari bertemunya individu dan harapan tentang apa yang seharusnya dilakukan individu terkait dengan suatu peran, dan kinerja tersebut merupakan evaluasi terhadap berbagai kebiasaan dalam organisasi, yang membutuhkan standardisasi yang jelas.

Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau produktivitas kerja sumber daya manusia, baik yang berorientasi pada produksi barang, jasa, maupun pelayanan. Demikian pula, perwujudan kinerja yang mengembanggakan juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan terus berlanjut dalam bentuk kinerja berikutnya, dan seterusnya. Agar dicapai kinerja profesional, hal-hal seperti kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerja sama yang saling menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya perlu dikembangkan[12]

Sejalan dengan hal tersebut, Vroom[13] mengatakan bahwa tingkat keberhasilan seseorang dalam melakukan tugas pekerjaannya dinamakan tingkat kinerja ( level of performance). Seseorang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, sebaliknya yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang tidak produktif atau kinerjanya rendah.

Dari beberapa pengertian dan kinerja yang disampaikan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh individu sesuai dengan peran atau tugasnya dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi tempat individu tersebut bekerja.

B.1 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson dalam Muthia[14], yaitu: “Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu adalah: Kemampuan mereka,Motivasi, Dukungan yang diterima, Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa kinerja tidaklah terbentuk dengan sendirinya namun banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik yang bersumber dari dalam diri individu seperi semangat, motivasi, dukungan yang diterima, hubungan mereka dengan organisasi dan juga kemampuan yang dimiliki. Namun kinerja juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri antara lain seperti pemberian insentif, suasana kerja, dan sarana prasarana yang tersedia.

(12)

Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil prestasi kerja pegawai,baik kualitas maupun kuantitas dapat menjadi tolak ukur kinerja.Pada umumnya prestasi kerja seorang dipengaruhi oleh kecakapan,ketrampilan,pengalaman dan kesanggupan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.Menurut Mangkunegara [15], “Prestasi kerja terlihat dari empat macam aspek, yaitu: 1) Kualitas kerja yang terdiri dari ketepatan, ketelitian, keterampilan, dan kebersihan. 2) Kuantitas, yang diperhatikan apabila mengikuti instruksi, inisiatif, hati - hati dan kerajinan. 3) Dapat tidaknya diandalkan, penguasaan terhadap pekerjaan, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan penyelesaian tugas berdasarkan target yang dicapai. 4) Sikap, yang diperhatikan adalah sikap terhadap perusahaan, karyawan dan pekerjaan.

Robbins menyatakan ada tiga kriteria dalam mengevaluasi kinerja: Hasil kerja perorangan, Prilaku,dan Sifat[16]

3.

Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatan yang peneliti lakukan adalah pendekatan penelitian deskriptif. Penelitian desktriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi yang ada.

Unit analisa yang peneliti lakukan adalah Pengaruh budaya perusahaan terhadap kinerja karyawan di PT Coca Cola.Pada penelitian ini yang dijadikan unit amatan adalah dari HRD dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dan juga pengamatan lapangan. Narasumber pada penelitian kali ini adalah dari divisi HRD sebanyak 5 orang.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara semi-terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan secara lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Wawancara dilakukan secara terbuka di mana para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud wawancara.

4.Hasil dan Pembahasan

Budaya Organisasi di PT Coca-Cola terdiri dari :Integritas,Fokus,Kedisiplinan,Kerja Kelompok,Keunggulan dalam tindakan,dan belajar setiap hari.

Budaya Integritas: Konsisten dan patuh pada aturan dalam waktu bekerja belum terlaksana dengan baik yang artinya karyawan di PT Coca cola masih malas dalam bekerja,tidak semangat bekerja, tidak memanfaatkan jam istirahat sebaik mungkin sehingga sering terlambat kembali bekerja sehingga membuat pekerjaan terbengkalai dan tidak selesai, selain itu juga ada karyawan yang tidak lapor keatasan jika ijin atau sakit .

Kedisiplinan : Disiplin dalam waktu bekerja belum terlaksana dengan baik,ditunjukan dengan adanya karyawan di PT Coca Cola yang datang tidak tepat waktu walaupun sudah ada alat absensi tapi tetap tidak menghiraukan.

Kejujuran: Selalu bertanggung jawab disetiap pekerjaan masih belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik oleh karyawan PT Coca Cola. Misalkan diberi tugas oleh atasan harus diselesaikan segera tapi kita sebagai karyawan malah sibuk dengan telepon genggam pribadi sehingga membuat pekerjaan terbengkalai. Ketika ditegur oleh atasan,seringkali kita tidak jujur dan berkata ada urusan dari keluarga” atau contoh lain misalnya tidak absen terlalu lama,biasanya absen terjadi ketika karyawan mulai jenuh dengan pekerjaan,terasa tidak mampu untuk mengerjakan sehingga memanfaatkan waktu kerja untuk absen lama.

(13)

menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang saling menguntungkan untuk tumbuh secara berkesinambungan,serta inovativ dan proaktif.

Belajar setiap hari: Setiap melakukan pekerjaan karyawan harus terbuka dengan rekan kerja yang lainnya artinya mau belajar dan menerima serta menanggapi akan hal-hal yang baru,hal ini masih belum terlaksana secara maksimal oleh karyawan PT Coca Cola, terutama ditunjukan ketika karyawan di PT Coca cola tidak menunjukan sikap terbuka dan tidak simpati terhadap hal-hal baru yang didapat dari divisi lain cenderung memberikan sikap acuh,merasa sudah memiliki banyak pengetahuan daripada karyawan yang lain.

Keunggulan dalam tindakan : Ini adalah kondisi ketika karyawan memiliki disiplin yang tinggi,tekad penuh dan hasrat yang tinggi terhadap pekerjaan,serta menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai prestasi kerja.Hal ini belum secara maksimal dilaksanakan oleh karyawan PT Coca Cola,karena masih ada karyawan PT Coca Cola yang tidak semangat pada saat bekerja, sering mengeluh pada saat diberikan tugas oleh atasan, karyawan juga ketahuan main game pada saat jam kerja karena tidak ada pengawasan dari atasan, karyawan kurang mematuhi disiplin dalam penggunaan pakaian seragam.

Dari penjelasan mengenai budaya organisasi di PT Coca Cola dapat disimpulkan bahwa penerapan budaya organisasi di PT Coca Cola belum dijalankan sepenuhnya dengan baik oleh karyawan.Budaya organisasi dapat dikatakan baik apabila nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi.Semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti organisasi semakin besar juga komitmen mereka dan semakin besar juga pengaruhnya terhadap perilaku anggota, karena hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kebersamaan[7].

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya organisasi yang ada di PT Coca Cola belum dilaksanakan sepenuhnya dengan maksimal dan belum memberikan pengaruh.. Budaya organisasi tidak akan menjadi efektif tanpa adanya hubungan yang baik antar karyawan. Hal yang paling dominan ditunjukkan karyawan dari tingkat kedisiplinan yang diperlihatkan karyawan dengan masih ada karyawan yang datang dan pulang kerja tidak tepat waktu dan mampu menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu dengan memberikan hasil kerja yang terbaik bagi perusahaan.

Selain dapat di tunjukkan dengan rasa percaya diri yang kurang pada saat bekerja dan kurang bersikap tegas dalam bekerja serta dalam mengambil keputusan di perusahaan. Untuk membangun budaya organisasi, semua pelaku organisasi harusnya memiliki perasaan membutuhkan dan melaksanakan pekerjaan dengan hati yang ikhlas. Dengan memiliki perasaan tersebut setiap karyawan akan bekerja dengan penuh tanggung jawab untuk mengerjakan apa yang sudah menjadi beban kerjanya, sehingga semua karyawan bisa terlibat aktif dalam mencapai tujuan dari organisasi dan semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti organisasi semakin besar juga komitmen mereka dan semakin besar juga pengaruhnya terhadap perilaku anggota, karena hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kebersamaan.

Saran-Saran

Dari hasil penilitian dan kesimpulan yang ada, maka penulis dapat mengemukakan bahwa : penerapan budaya organisasi itu sendiri harus lebih ditingkatkan lagi,dengan cara pimpinan atau manager mensosialisasikan budaya tersebut baik pada waktu seleksi maupun pelatihan dengan maksud agar karyawan tidak bingung pada saat melaksanakan budaya tersebut.,

(14)

6. Daftar Pustaka

[1]

Mathis dan Jackson 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia Alfabeta.

[2] Nawawi,Hadari 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Refika Aditama. Bandung [3] Sutrisno, Edy. 2011. Budaya Organisasi. Kencana. Jakarta

[4] Robbins dan Timothy, 2011. Perilaku Organisasi.Graha Ilmu. Yogyakarta [5] Tika. Kekuatan Budaya Organisasi . Golden Terayon Press. Jakarta

[6] Pabundu. 2010. Budaya Organisasi dan Karakteristik.Jakarta: Bumi Aksara. [7] Robins. Budaya Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

[8] Fuad,Mas’ud 2009 Karakteristik Budaya OrganisasiJakarta :PT Gramedia Pustaka Utama [9] Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan.Bandung.

[10] Mangkunegara A.Anwar Prabu. 2006 Manajemen dan Kinerja ,Rineksa Jakarta [11] Rivianto,2001 Kebijakan Kinerja Karyawan, Golden Terayon Press. Jakarta [12] Miner,2000 Efektifitas Kinerja Karyawa n, Salemba Empat Jakarta

[13] Vroom ,2000, Efektifitas dan Penilaian Kinerja Graha Ilmu. Yogyakarta [14] Muthia,1999,Peningkatan Kinerja . Jakarta : Bumi Aksara

[15] Mangkunegara,1999 Kebijakan Kinerja Karyawan,Yogyakarta:BPPFE

Referensi

Dokumen terkait

Faktor alami merupakan pencemaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa alam atau identik dengan teradinya bencana alam. Kerusakan tanah selain diakibatkan oleh sinar

Skripsi ini disusun berdasarkan apa yang telah peneliti lakukan dalam meneliti penelitian skripsi dengan judul PENGARUH RASIO MODEL ALTMAN TERHADAP FINANCIAL

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan