INVENTARISASI JENIS-JENIS TUMBUHAN EPIFIT DI
KEBUN BIOLOGI FMIPA UNY
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Oleh: Wulan Shofiana NIM 11308144032
PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kebun Biologi FMIPA UNY merupakan salah satu sarana pembelajaran di kampus, yang diperuntukkan sebagai kebun percobaan. Demi mencapai fungsi tersebut, Kebun Biologi FMIPA UNY ditanami dengan berbagai jenis tumbuhan yang memungkinkan untuk tumbuh di Kawasan Kebun Biologi, seperti kelompok pohon-pohonan, semak, perdu, dan rumput. Seiring berjalannya waktu, Kebun Biologi memiliki berbagai jenis tumbuhan yang beranekaragam dan dengan jumlah individu yang bervariasi, baik tumbuhan tingkat rendah maupun tumbuhan tingkat tinggi. Di Kebun Biologi saat ini terdapat sekitar 200 jenis tumbuhan terdiri atas tumbuhan obat, tumbuhan buah, tumbuhan hias, dan ada beberapa jenis tumbuhan langka (Sudarsono. 2014. Diakses www.fmipa.uny.ac.id).
Salah satu kelompok tumbuhan yang ada di kebun Biologi FMIPA UNY adalah tumbuhan epifit. Tumbuhan epifit dikenal hidup pada daerah tropik lembab, tumbuh menempel pada tumbuhan lain (menumpang), namun tidak mengambil unsur hara maupun air dari tumbuhan yang ditumpanginya, hanya tumbuh di atas permukaan kulit pohon dan mendapatkan seluruh air dari akarnya. Epifit mendapatkan sumber hara dari debu, sampah/detritus, tanah yang dibawa ke atas oleh rayap atau semut, kotoran burung dan lain-lain (Steenis, 1972).
2
penopang terjadi karena ketergantungannya terhadap iklim mikro tegakan hutan (Akas Pinaringan Sujalu dan Akas Yekti Puliasih, 2011: 213).
Meskipun telah diketahui di Kebun Biologi memiliki beragam jenis tumbuhan, namun tumbuhan-tumbuhan di sana belum terinventarisasi secara menyeluruh dan spesifik sehingga perlu untuk diteliti lebih jauh. Inventarisasi tanaman meliputi identifikasi nama jenis, jumlah jenis, dan jumlah individu tiap jenis. Identifikasi suatu tumbuhan dalam hal ini tidak lain menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi sering juga digunakan istilah determinasi (Gembong Tjitrosoepomo, 1993: 70).
Berdasarkan uraian di atas, tumbuhan epifit dapat dijumpai di Kebun Biologi FMIPA UNY, sehingga inventarisasi tumbuhan epifit perlu dilakukan. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai jenis-jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan dibutuhkan informasi yang akurat tentang:
1. Apa saja jenis-jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY?
2. Apa saja jenis-jenis tumbuhan penopang tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY?
3. Bagaimana hubungan kondisi mikroklimat dengan jenis tumbuhan epifit Kebun Biologi FMIPA UNY?
3
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada inventarisasi jumlah jenis dan jumlah individu tiap jenis tumbuhan epifit serta tumbuhan penopangnya di Kebun Biologi FMIPA UNY selama pengambilan data pada bulan November 2016-Januari 2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis tumbuhan epifit yang ada di Kebun Biologi FMIPA UNY? 2. Berapa jumlah individu tiap jenis tumbuhan epifit yang ada di Kebun Biologi
FMIPA UNY?
3. Apa sajakah jenis tumbuhan penopang bagi jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.
2. Mengetahui jumlah individu tiap jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.
3. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang menopang tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Selanjutnya
4
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini akan memberikan informasi dasar bagi peneliti selanjutnya, serta akan bermanfaat dalam perkembangan keilmuan terutama bagi mahasiswa maupun pengajar yang akan memperdalam ilmu mengenai tanaman.
3. Bagi Instansi
Penelitian ini akan memberikan informasi keanekaragaman jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY karena Kebun Biologi biasanya digunakan untuk sarana pelajaran menunjang perkuliahan seperti keanekaragaman, klasifikasi, anatomi, dan morfologi tumbuhan.
G. Batasan Operasional
1. Kebun Biologi FMIPA UNY dalam penelitian ini adalah area dalam pagar Kebun Percobaan Biologi UNY, berupa permukaan tanah yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan selain area yang terdapat bangunan butterfly sanctuary, vermikultur house, green house, dan animal house pada area
tersebut.
2. Tumbuhan epifit dalam penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan dari Divisi Pteridophyta dan Divisi Spermatophyta yang hidup menumpang atau menempel pada tumbuhan lain di kawasan Kebun Biologi FMIPA UNY.
3. Inventarisasi tumbuhan epifit adalah kegiatan pengumpulan data jenis-jenis tumbuhan epifit yang ditemukan di Kebun Biologi FMIPA UNY pada bulan November 2016-Januari 2017, yang diidentifikasi sampai ke tingkat spesies. 4. Tumbuhan penopang dalam penelitian ini adalah tumbuhan tempat melekatnya
5
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka
1. Kebun Biologi FMIPA UNY
Kebun Biologi FMIPA termasuk dalam kawasan kampus Universitas Negeri Yogyakarta, terletak di Jalan Colombo, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Kebun Biologi adalah kawasan dalam pagar kebun percobaan biologi UNY berupa permukaan tanah yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan selain area yang terdapat bangunan butterfly sanctuary, vermikultur house, green house, dan animal house pada area tersebut.
2. Tumbuhan Epifit
Tumbuhan epifit merupakan tumbuhan khas hutan tropika basah, seperti paku epifit, anggrek, lumut-lumut pohon, dan lain-lain, tumbuh melekat pada batang atau cabang tumbuhan lain (tumbuhan inang). Pada umumnya, tumbuhan epifit tidak memberikan kerugian bagi tumbuhan inangnya (Erni Suharini & Abraham Palangan, 2014: 57). Interaksi tersebut termasuk dalam interaksi komensalisme (Indriyanto, 2006: 92).
Epifit adalah tumbuhan yang hidup menempel pada tumbuhan lain, tidak berakar di tanah, memiliki ukuran yang lebih kecil di bandingkan dengan tumbuhan inangnya (Indriyanto, 2006: 93). Epifit menggunakan tanaman lain, seperti pohon, untuk mendukung fisiknya, tetapi tidak mengambil nutrisi dari tanaman lain tersebut (Allaby, 1992: 146).
7
(Campbell & Reece, 2003: 351). Tumbuhan epifit banyak tumbuh di bagian cabang-cabang pohon dibandingkan di ranting-ranting yang horizontal, hal ini disebabkan oleh kesempatan epifit lebih besar untuk mendapatkan hara dari deposit yang berasal dari aliran batang atau cabang karena tumbuhan epifit sangat bergantung pada presipitasi dan deposit hara yang terbawa presipitasi (Indriyanto, 2006: 94).
Epifit yang dapat dijumpai tersebar di Jawa antara lain dari kelompok Pteridophyta, Piperaceae, Melastomataceae, Moraceae, Urticaceae, Santalaceae, Araliaceae, Ericaceae, Vacciniaceae, Loganiaceae, Asclepiadaceae, Gesneriaceae, Verbenaceae, Araceae, Zingiberaceae, Rubiaceae, dan Orchidaceae. (Backer & Van Den Brink, 1965: 39). Bentuk kehidupan epifit didominasi oleh tiga kelompok tumbuhan, yakni Pteridophyta, Orchidaceae (Spermatophyta), dan Bryophyta (Ahmad Dwi Setyawan, 2000: 14). Tumbuhan Epifit Spermatophyta dari Family Orchidaceae (anggrek), dan epifit Pteridophyta dari Family Aspleniaceae, Nephrolepidaceae dan Polypodiaceae.
Tumbuhan epifit seperti Pteridophyta dan Orchidaceae memiliki akar (radix), batang (caulis) dan daun (folium) sejati (Campbell Reece & Mitchell, 2003: 351). Pertumbuhan batang tumbuhan epifit dapat dibedakan menjadi tiga macam cara percabangan, yaitu percabangan monopodial (Orchidaceae), percabangan simpodial (Orchidaceae), dan percabangan menggarpu atau dikotom (Pteridophyta).
8
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berspora yang lebih maju dari lumut. Meskipun masih membentuk spora, tumbuhan paku sudah mempunyai cormus, yaitu tubuhnya sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati (Arif Kurniawan, 2008). Tumbuhan paku adalah tumbuhan berpembuluh tanpa biji (Starr et al., 2012: 420).
Akar Pteridophyta memiliki serabut dengan kaliptra pada ujungnya. Jaringan akarnya terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat. Akar Pteridophyta merupakan terusan pertumbuhan dari suatu bagian calon batang yang lalu membentuk akar ke samping. Berdasarkan kesamaan pada adanya akar, Pteridophyta beserta Spermatophyta disebut juga Rhizophyta (Gembong Tjitrosoepomo, 1994: 97-98).
Batang Pteridophyta bercabang menggarpu, atau jika tidak cabang-cabang yang keluar ke arah samping tidak pernah berasal dari suatu ketiak daun. Batang sejati, sebagian besar herba, ukuran tubuh yang bervariasi dari tinggi sekitar 2 cm hingga yang paling tinggi bisa mencapai 5 meter (Gembong Tjitrosoepomo, 1994: 98).
9
disebut frond, keluar dalam bentuk gulungan padat yang dikenal dengan sebutan fiddlehead sebelum gulungannya terbuka. Sori (tunggal: sorus) merupakan kelompok spongaria yang terdapat di permukaan bawah daun paku. Struktur dan ukuran sporofit tumbuhan paku sangat bervariasi, daunnya memiliki bentuk seperti pedang atau terbagi menjadi lembaran (Starr, et al., 2012: 420).
Menurut Steenis (1975), famili tumbuhan kelompok Pteridophyta antara lain Famili Selagillaceae, Famili Lycopodiaceae, Famili Polypodiaceae.
b. Spermatophyta
Orchidaceae merupakan famili tumbuhan yang termasuk dalam Divisi Spermatophyta merupakan tumbuhan berpembuluh dengan biji, Orchidaceae juga biasa disebut anggrek. Sekitar setengah dari tumbuhan anggrek adalah tumbuhan epifit. Anggrek epifit membutuhkan inang sebagai tempat bernaung dari cahaya matahari (Dyah Rahmatia dan Pipit Pitriana, 2009: 5).
Morfologi anggrek memiliki ciri khas pada perbungaan terminal, lateral, atau radial, bunga biasanya bilateral simetris, sebagian besar resupinate oleh torsi atau lentur dari pediselus atau ovarium (terbalik), dan tepal berwarna. Daun bergantian, jarang spiral teratur atau sebaliknya, tidak disambung dengan biasanya sepanjang daun tertutup selubung, kadang-kadang tidak ada squamiform. Batang biasa atau hampir seluruhnya membengkak menjadi pseudobulb. Anggrek yang memiliki bentuk daun sederhana maka akar udara sering hadir (Backer & van De Brink, 1968: 215)
10
yang merupakan alat kelamin betina. Kedua alat kelamin ini bersatu dalam struktur yang disebut kolum dan terletak di hadapan labelum (Dyah Rahmatia dan Pipit Pitriana, 2009: 6)
Ada dua tipe pertumbuhan tunas pada anggrek, yakni monopodial dan simpodial. Anggrek monopodial adalah anggrek yang tumbuh ke atas dari satu batang (stem). Daunnya akan bertambah terus dari ujung batang selama hidupnya. Jenis ini tidak mempunyai rhizoma dan psedobulb (Daisy P. Sriyanti Hendaryono, 1999: 10). Anggrek simpodial memiliki pola tumbuh horisontal. Pseudobulb mempunyai satu sampai beberapa daun. Tunas baru muncul dari dasar pseudobulb yang sudah tua pada satu titik, bentuk pseudobulb memanjang ke atas seperti batang (cane) dan ada pula yang pendek, bulat, atau pipih. Anggrek yang termasuk jenis simpodial adalah Cattleya, Oncidium, Dendrobium dan Coelogyne (Daisy P. Sriyanti Hendaryono, 1999: 8).
3. Hubungan antara Tumbuhan Epifit dengan Tumbuhan Inang/Penopang Menurut Went (1931, 1940), pelopor besar mengenai kajian tumbuhan epifit dan tumbuhan/pohon inangnya, menemukan bahwa adanya hubungan antara tumbuhan epifit dengan inangnya, kecuali beberapa tumbuhan epifit seperti Asplenium nidus. Went menggolongkan dua macam epifit, yakni epifit yang
11
(1953) berpendapat bahwa epifitosis atau sifat parasitik yang tersembunyi ini terjadi karena kegiatan jamur-jamur simbiotik pada tumbuhan paku dan anggrek yang menusuk pepagan tumbuhan inang dan menembus jaringan pembuluh, tetapi pendapat ini belum dapat dipastikan berlaku pada semua hubungan tumbuhan epifit dengan inangnya.
4. Habitat Tumbuhan Epifit
Habitat memberikan definisi khusus satu set kondisi yang cocok untuk kelangsungan hidup organisme, atau di mana saja suatu kehidupan organisme. Tingkatan habitat, seperti mikrohabitat yang mengacu pada entitas yang lebih besar seperti hutan, danau, dan padang rumput. Konsep mikrohabitat, seperti lapisan serasah, atau kanopi pohon, identik untuk tempat fisik yang lebih spesifik (Lederer, 1984: 244-245).
Setiap organisme terbatas dalam adaptasi terhadap lingkungan dan terbatas pada satu atau beberapa habitat. Jika mendarat di habitat yang cocok, maka memiliki kesempatan untuk bertahan hidup (Lederer, 1984: 245).
Tumbuhan menjadi dominan pada lingkungan yang cocok, diperlukan kemampuan memanfaatkan lingkungan yang baik dan bebas dari gangguan yang merusakkan memperoleh dukungan terbesar dari seperangkat lingkungan, yakni pohon-pohonan (Fitter & Hay, 1991: 8).
12
suhu dan curah hujan, merupakan faktor-faktor yang begitu penting dalam menentukan sifat umum vegetasi dalam wilayah yang luas (Polunin, 1990: 364).
Jenis-jenis pohon yang berbeda-beda seringkali menunjukkan kekhususan dalam flora epifitanya, yang diduga karena adanya beda susunan kimiawi air hujan yang mengalir maupun karena adanya sebab yang lebih jelas yang bertalian dengan naungan atau tekstur kulit batang pohon (Polunin, 1990: 543).
B. Kerangka Pikir
13
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Inventarisasi jenis-jenis tumbuhan epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY
Kebun Biologi FMIPA UNY diperuntukkan sebagai sarana pembelajaran
Di Kebun Biologi FMIPA UNY terdapat berbagai jenis tumbuhan
Tumbuhan di Kebun Biologi FMIPA UNY belum terdata secara spesifik jenis dan jumlahnya
Salah satu kelompok tanaman yang ada di Kebun Biologi UNY adalah kelompok tumbuhan epifit
Spermatophyta Pteridophyta
14
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian sensus yang termasuk dalam metode
survai dan analisis deskriptif, yakni menghitung semua individu dalam suatu area
yang diketahui luasannya (Southwood & Henderson, 2000: 335). Metode sensus yang digunakan dalam penelitian ini disebut juga metode true census (Lederer,
1984: 203), dengan metode ini organisme tidak bergerak dapat dihitung secara
akurat.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta (FMIPA UNY) pada bulan
November 2016 - Januari 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tumbuhan epifit di Kebun Biologi
FMIPA UNY (Paku dan Anggrek).
2. Sampel dalam penelitian ini adalah tumbuhan epifit dari Divisi Pteridophyta
dan Divisi Spermatophyta (Famili Orchidaceae) yang ada di Kebun Biologi
FMIPA UNY.
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, anemometer.
GPS (Global Positioning System), higrometer, kamera digital, luxmeter, roll
15
E. Teknik Pengumpulan Data
Inventarisasi tumbuhan epifit menggunakan metode sensus di kawasan Kebun
Biologi FMIPA UNY. Tumbuhan epifit diidentifikasi hingga ke tingkat jenis,
dilakukan dengan mengamati ciri morfologi tumbuhan epifit yang dijumpai, selain
itu pohon inang yang digunakan epifit sebagai tumbuhan penopang pun didata
jenisnya. Buku identifikasi tumbuhan epifit menggunakan buku Flora Malesiana
Series II, Ferm dan Fern Allies Vol 4. (D. Darnaedi, 2012), Flora Malesiana
Series II, Ferm dan Fern Allies Vol 3. (D. Darnaedi, 1998), dan Flora of Malaya,
Fern Of Malaya Vol II. (R. Holttum, 1966). Jenis Paku Indonesia (Setijati
Sastrapradja dkk, 1979), Taksonomi Umum (Gembong Tjitrosoepomo, 1993),
Taxonomy Of Vascular Plants (George H. M. Lawrence, 1968) dan Koleksi
Anggrek Kebun Raya Baturraden (Ita Kusumawati, dkk. 2015). Data jenis dan
jumlah individu setiap jenis epifit yang didapatkan dicatat pada lembar rancangan
organisasi data.
F. Rancangan Tabulasi Data
Tabel 1. Rancangan Tabulasi Data Jenis Tumbuhan Epifit di Kebun Biologi FMIPA UNY
No. Jenis Epifit Suku/ famili Tumbuhan penopang
16 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang telah dilakukan meliputi inventarisasi tumbuhan epifit beserta
tumbuhan penopangnya di Kebun Biologi FMIPA UNY. Kebun Biologi FMIPA
UNY terletak di Jalan Colombo, Depok, Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016 – 11 Januari
2017. Luas Kebun Biologi UNY adalah 0,2 hektar.
Lokasi dijumpainya tumbuhan epifit berdasarkan pada semua tumbuhan dari
jenis Pteridophyta dan jenis Orchidaceae yang hidup menempel pada tumbuhan
lain, keberadaanya di area dalam pagar Kebun Biologi FMIPA UNY.
Pengukuran jarak tumbuhan epifit satu dengan tumbuhan epifit lainnya
berfungsi untuk mengetahui lokasi masing-masing jenis dijumpainya tumbuhan
epifit.
A. Jenis-jenis Tumbuhan Epifit yang Ditemukan di Kebun Biologi FMIPA UNY
Epifit dalam Bahasa Yunani dari kata epi artinya di atas dan phyton artinya
tumbuhan. Epifit tumbuh pada permukaan tumbuhan lain, umumnya pada cabang
atau batang pohon, daun-daun pohon, semak, dan liana (Campbell & Reece.,
2003:351). Epifit utamanya tersebar di tumbuhan dari Divisi Spermatophyta, oleh
karena itu Kebun Biologi FMIPA UNY sebagai sarana pembelajaran Mahasiswa
Biologi untuk mengenal berbagai jenis tumbuhan, termasuk bentuk daun, batang,
akar, bunga serta manfaat yang bisa diolah manusia.
Aneka jenis tanaman obat, tanaman buah, tanaman hias dan ada beberapa
17
Perjumpaan tumbuhan epifit pada suatu tumbuhan penopang tergantung pada
keanekaragaman dan karakteristik tumbuhan yang hidup pada kawasan tersebut.
Berdasarkan penelitian dijumpai 19 jenis tumbuhan epifit dan 27 jenis
tumbuhan penopangnya sebagai berikut:
Tabel 2. Jenis-jenis Tumbuhan Epifit Pteridophyta dan Epifit Orchidaceae di Kebun Biologi FMIPA UNY
No. Jenis Epifit Suku/ famili Tumbuhan
penopang
Suku/famili ∑
A. ANGGREK
1. Agrostophyllum cyathiforme
Orchidaceae Aleurites moluccana
Euphorbiaceae 1
2. Appendicula sp Orchidaceae Annona squamosa Annonaceae 1 3. Cattleya sp Orchidaceae Agathis sp Araucariaceae 1 4. Coelogyne
spesiosa
Orchidaceae Syzygium aqueum Myrtaceae 1
5. Dendrobium aphyllum
Orchidaceae Agathis sp Lansium
Orchidaceae Achras zapota Agathis sp
Orchidaceae Araucaria heterophylla
Araucariaceae 1
9. Mycaranthes latifolia
Orchidaceae Pohon mati
Araucaria
10. Phalaenopsis amabilis
Orchidaceae Agathis sp Pohon mati
18
11. Vanda sp Orchidaceae Agathis sp Araucariaceae 1 TOTAL 51
B. TUMBUHAN PAKU
12. Asplenium nidus
Polypodiaceae Manihot sp Eugenia
13. Drymoglosum piloselloides
Polypodiaceae Cycas rumphii Pterocarpus
Polypodiaceae Pterocarpus indicus
Polypodiaceae Annona squamosa
Annonaceae 1
16. Nephrolepis cordifolia
Polypodiaceae Annona squamosa
Annonaceae 2
17. Platycerium bifurcatum
Polypodiaceae Dracaena fragrans Sphatodea campanulata
Dracaenaceae
Bignoniaceae 1
1
18. Pyrrosia longifolia
Polypodiaceae Cycas rumphii Cycadaceae 5
19
B. Deskripsi Morfologi Tumbuhan Epifit Spermatophyta Famili Orchidaceae Berikut ini pembahasan mengenai masing-masing jenis epifit Spermatophyta
Famili Orchidacae (tumbuhan anggrek) di area Kebun Biologi FMIPA UNY,
dijumpai 11 jenis epifit berdasarkan ciri-ciri morfologinya, yakni:
1. Agrostophyllum cyathiforme
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Akar berwarna cokelat, ujung akar runcing, batang akar bulat memiliki bulu-bulu akar. Batang berwarna hijau, bentuk batang bulat, panjang batang 24 cm, batang basah. Simpodial, arah tumbuh daun keatas. Daun berwarna hijau, tepi daun rata, bentuk memanjang ujung tidak simetris, tulang daun keras. Bentuk daun bangun garis (linearis), penampang daun melintang, pipih dan daun amat panjang. Panjang daun 10,5 cm, dan lebar daun 1,4 cm.
Tanaman Penopang
1. Aleurites moluccana (Kemiri) Nama Indonesia
1. Amaranthus sp
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Agrostophyllum cyathifome
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Agrostophyllum
Spesies :Agrostophyllum cyathiforme
Agrostophylum cyathiforme merupakan anggrek epifit dari Famili
Orchidaceae memiliki panjang batang mencapai 24 cm. Perbungaan tersusun
20
dimana Agrostophylum cyathiforme menempel di batang Aleurites molucana
koordinat S=07°46,493’ & E=110°23,097’.
Menurut Ita Kusumawati (2015), Agrostophylum cyathiforme memiliki ciri
khas perbungaan di ujung, terdiri dari beberapa bunga. Bunga kecil, berwarna
putih atau kuning. Kelopak bunga berbentuk lonjong yang ujungnya runcing
berukuran 4,5 x 2,6 mm, mahkota bunga berdiameter 4,75 cm hanya terletak di
ujung batang, berupa flos terminalis. Mahkota bunga berbentuk lanset dengan
ukuran panjangnya sama kelopaknya 1,5 mm dan diameter bunga 1,5 cm.
2. Appendicula sp
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Akar warna hitam, ujung akar bulat, memiliki bulu-bulu akar. Batang warna putih, panjang batang 6 cm, batang basah, bentuk batang bulat, arah tumbuh batang menggantung. Daun berwarna hijau, daun berbentuk lanset, ujung daun berlekuk dua, melebar di setengah bagian pangkal dan ujungnya menyempit. Panjang daun 7 cm.
Tanaman Penopang 1. Annona squamosa Nama Indonesia 1. Appendicula sp
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Appendicula sp
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Appendicula
21
Appendicula sp merupakan anggrek simpodial dari Famili Orchidaceae
tumbuh epifit di antara percabangan Annona squamosa koordinat S= 07º46,493’
& E= 110º23,097’. Perbungaan bergerombol di ujung batang (terminal) dengan
jumlah bunga 6-8 kuntum.
Menurut Ita Kusumawati (2015: 13), Appendicula sp memiliki ciri mahkota
bunga berwarna putih dan bibir bunga berwarna putih bagian ujungnya runcing.
Bunga mengelompok, diameter 1 cm. Tumbuh di atas seresah lantai hutan tumbuh
di ketinggian 300-1.800 m dpl.
3. Cattleya sp
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Akar berwarna cokelat, ujung akar runcing, batang akar bulat, memiliki serabut akar. Bentuk akar silindris. Batang simpodial. Batang berwarna hijau muda. Batang basah, bentuk batang bulat, arah tumbuh batang tegak lurus. Pseudobulb ukuran besar. Panjang batang 4 cm. daun berwarna hijau, tepi daun rata, bentuk memanjang, ujung daun membulat. Panjang daun 12 cm, lebar daun 2,5 cm.
Tanaman Penopang 1. Pohon Agathis sp Nama Indonesia Queen orchid
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Cattleya sp
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
22
Spesies : Cattleya sp
Berdasarkan pengamatan Di Kebun Biologi Cattleya sp dari Famili
Orchidaceae tumbuh epifit di batang pohon Agathis dari S=07°46,494’ &
E=110°23,085’. Ciri khas Cattleya sp yakni daun tebal dan banyak mengandung
air termasuk berdaun dua. Cattleya sp memiliki ciri bunga yang berbau harum,
dan berukuran 5-15 cm atau lebih. Mahkota bunga lebih lebar dibanding kelopak
bunga, labelum terdapat bunga tumbuh pseudobulb.
4. Coelogyne spesiosa
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Akar berwarna cokelat, ujung akar bulat. Batang berwarna hijau, batang basah, amat pendek, bentuk bulat, permukaan licin, arah tumbuh batang menggantung (dependens/pendulous). Daun berwarna hijau, daun hanya 1-2 helai tiap umbi, bentuk lanset memanjang, panjang daun 10-24 cm, lebar daun 4-9 cm. daun tumbuh di ujung umbi semu, berjumlah hanya satu helai. Pertulangan daun melengkung (curvinervis).
Tanaman Penopang 1. Jambu air
Nama Indonesia Anggrek bibir berbulu
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Coelogyne spesiosa
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliopsia
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Coelogyne
23
Coelogyne spesiosa merupakan anggrek epifit simpodial dari Famili
Orchidaceae dikenal sebagai Anggrek bibir berbulu karena mahkota bunga
berbentuk benang dan melengkung. Bibir bunga berukuran besar, berwarna merah
jingga hingga cokelat tua dan ujungnya berwarna putih. Coelogyne spesiosa
menumpang di batang jambu air koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,080’.
Ita Kusumawati (2015:22) Coelogyne spesiosa memiliki cirri bibir bunga
(labelum) berwarna merah jingga hingga cokelat tua dan ujungnya berwarna putih
agak menggulung ke bawah/ bunga berdiameter 5 cm mencapai 31,5 cm. Bunga
muncul dari sela-sela tunas muda, dalam setiap rangkaian perbungaan hanya 1-2
kuntum bunga. Mahkota bunga berbentuk benang dan melengkung.
5. Dendrobium agrostophyllum
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Akar berwarna cokelat, ujung akar membulat, batang akar bulat, memiliki bulu-bulu akar. Batang berwarna hijau. Batang basah, percabangan simpodial, bentuk bulat, arah tumbuh keatas. Daun berwarna hijau,memanjang, ujung runcing, panjang daun 7 cm, lebar daun 2 cm. Bentuk daun lanset dengan ukuran panjang 20 cm dan lebar daun 3,5 cm.
Tanaman Penopang 1. Aleurites molucanna 2. Ixora sp
3. Morinda citrifolia Nama Indonesia -
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Dendrobium agrostophyllum
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
24
Spesies :Dendrobium
agrostophyllum
Dendrobium agrostophyllum merupakan anggrek epifit dari Famili
Orchidaceae menempel di batang Aleurites molucanna koordinat S=07°46,496’ &
E=110°23,085’, batang Ixora sp koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,083’,
batang Amaranthus sp dari S=07°46,493’ & E=110°23,097’. Habitat berada pada
ketinggian 1.000-1.250 m dpl. Berdasarkan pengamatan di Kebun Biologi
Dendrobium agrostophyllum memiliki ciri bunga berwarna kuning, labellum
menggulung kedepan. Bunga menggerombol di ujung batang berjumlah 4-5
kuntum, tangkai bunga berwarna hijau.
6. Dendrobium aphyllum
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Akar berwarna cokelat, ujung akar membulat, pseudobulb 8 cm, ujung akar bulat. Batang berwarna hijau, batang basah, percabangan simpodial, bentuk bulat, arah tumbuh menggantung. Panjang batang 30 cm. Batang berbentuk silindris yang tersusun tegak atau menggantung. Daun berwarna hijau, panjang ujung hijau membulat, panjang daun 3-10 cm, lebar daun 1-3 cm. daun liat seperti kulit (subcoriaceous). Bunga dengan warna kelopak dan mahkota berwarna kuning pucat dengan urat-urat merah muda, labellum bulat, kolum tampak jelas, pseudobulb ukuran besar. Inflorescens, bunga majemuk pendek, lateral dari daun batang.
Tanaman Penopang 1. Michelia alba
2. Cinnamomum burmanii
Nama Indonesia -
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Dyah Rahmatia &
Kingdom : Plantae
25 Pipit Fitriana. (2009), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Dendrobium aphyllum
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium aphyllum
Dendrobium aphyllum merupakan anggrek epifit dari Famili Orchidaceae
menempel di batang Agathis sp koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,085’,
batang Aquilaria heterophylla koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,082’, batang
Araucraia heterophylla koordinat S=07°46,492’ & E=110°23,090’, batang
Cinnaommum burmanii koordinat S=07°46,497’ & E=110°23,085’.
Menurut Ita Kusumawati, dkk (2015: 26) Dendrobium aphyllum memiliki ciri
perbungaan muncul pada ruas batang. Bunga berwarna ungu pucat, bibir berwarna
kuning pucat keputih-putihan. Bibir bunga agak menggulung berbentuk seperti
terompet.
7. Dendrobium crumenatum
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
v
Akar berwarna putih, ujung akar runcing, batang akar bulat, bulu-bulu akar. Batang simpodial, bentuk bulat, pseudobulb panjang 2 cm. Batang bercabang memiliki ruas 1-2. Panjang batang 40-60 cm. Daun berwarna hijau, tepi daun rata, ujung membulat, bentuk daun ellips, lebar daun 3 cm. Panjang daun 8 cm. Daun beruas, tumpul. Daun kelopak yang ditengah panjang, bentuk daun runcing, panjang daun kelopak 2,5 cm. Daun tajuk yang 2 helai panjang 2-2,5 cm. Tanaman Penopang
26
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Dyah Rahmatia & Pipit pitriana. (2009), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Dendrobium crumenatum
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies :Dendrobium crumenatum
Dendrobium crumenatum dari Famili Orchidaceae dikenal dengan sebutan
anggrek merpati karena mempunyai tandan bunga di ujung, pelepah dari daun
yang tidak sempurna pada pangkalnya, bunga warna putih, tangkai bunga pada
pangkal bersisik mirip burung merpati. Dendrobium crumenatum menempel di
batang Achras zapota koordinat S=07°46,495’ & E=110°23,084’, batang Agathis
sp koordinat S=07°46,495’ & E=110°23,084’, batang Mangifera indica koordinat
S=07°46,494’ & E=110°23,088’, batang Michelia alba koordinat S=07°46,497’
& E=110°23,085’, batang Styrax pinnata koordinat S=07°46,491’ &
E=110°23,090’, batang Syzygium aqueum koordinat S=07°46,491’ &
E=110°23,080’ dan batang Tectona grandis koordinat S=07°46,493’ &
E=110°23,083’.
Berdasarkan pengamatan Dendrobium crumenatum bunga berwarna putih,
sepal 2,5 cm, mahkota bunga berwarna kuning, lebarnya 5 cm, putik dan benang
sari berwarna kuning, tumbuhan berbunga banyak (Planta multiflora), bunga pada
ujung batang (flosterminalis). Menurut SM Latif (1960:235), Dendrobium
crumenatum memiliki ciri daunnya berjumlah jarang, bentuk daun bulat, ujung
27
Menurut Steenis (1975:170) Dendrobium crumenatum memiliki tandan
bunga di ujung, pelepah dari daun yang tidak sempurna pada pangkalnya. Panjang
daun kelopak 2,5 cm, daun mahkota lateral panjang 2-2,5 cm, bentuk memanjang
sampai bentuk lanset.
8. Dendrobium labulatum
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Akar berwarna hitam, ujung akar runcing, batang akar bulat. Batang berwarna hijau, batang basah, bentuk pipih arah tumbuh menggantung (dependens/pendulous). Batang menjuntai kebawah oleh daun yang tersusun seperti rambut yang dikepang. Daun berwarna hijau, bentuk segitiga, beralur, tebal berdaging. Panjang daun 3,3 cm, lebar daun 2,5 cm. Daun lebih kecil pada ujung dan tersebar mengarah ke bagian pangkal.
Tanaman Penopang
1. Araucaria heterophylla (Cemara norfolk)
Nama Indonesia -
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Ita Kusumawati (2015), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Dendrobium labulatum
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Ochidaceae
Genus : Dendrobium
Spesies : Dendrobium labulatum
Dendrobium labulatum merupakan anggrek epifit simpodial dari Famili
Orchidaceae menumpang di batang Araucaria heterophylla (Cemara Norflok) dari
S=07°46,492’ & E=110°23,090’. Menurut Ita Kusumawati (2015), Dendrobium
labulatum tinggal di hutan hujan dataran rendah pada ketinggian 500-1.200 m dpl.
28
sari warna kuning, kelopak bunga warna hijau termasuk tumbuhan berbunga
banyak (planta multiflora) dan bunga pada ujung batang (flos terminalis).
Berdasarkan pengamatan Dendrobium labulatum memiliki tangkai bunga di
ujung batang. Bunga mekar pada musim hujan. Menurut Ita Kusumawati
(2015:27), Dendrobium labulatum, berbunga hanya 1 atau 2 bunga yang terbuka
pada satu waktu dan muncul dari batang.
9. Mycaranthes latifofia
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Akar berwarna cokelat, batang akar bulat, ujung runcing. Batang berwarna hijau, memiliki batang amat pendek. Batang simpodial. Daun berwarna hijau, daun amat panjang, tepi daun rata, ujung runcing. Daun berjumlah 5 helai. Panjang daun 22,5 cm, lebar daun 2,5 cm.
Tanaman Penopang 1. Pohon mati
Nama Indonesia -
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Dyah Rahmatia & Pipit pitriana. (2009), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Mycaranthes latifofia
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Mycaranthes
Spesies : Mycaranthes latifofia
Mycaranthes latifofia dari Famili Orchidaceae menempel di batang pohon
mati koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,089’, pada ketinggian 700-1.600 m
29
daun berjumlah 14 helai, bentuk pita memanjang dengan ujung lancip.
Perbungaan muncul di ujung batang di sela-sela daunnya, tersusun dalam bentuk
tandan. Perhiasan bunga berwarna kuning, dan didominasi warna merah hati.
Kelopaknya berbintik-bintik merah, bibir bunga menonjol ke depan. Cuping
bunga sampai berbintik merah merentang datar ke samping. Cuping tengah sangat
kecil dibandingkan kedua cuping sampingnya berwarna putih dan ujungnya
membelah seperti gigi.
Berdasarkan pengamatan Mycaranthes latifofia menumpang di permukaan
pohon mati yang sudah menjadi humus, mengambil unsur hara dengan akar udara.
Berdasarkan pengamatan di Kebun Biologi UNY Mycaranthes latifofia bunganya
putih, sepal 2,5 cm, mahkota bunga berwarna kuning, putik dan benang sari
berwarna kuning.
10. Phalenopsis amabilis
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Akar berwarna hijau, ujung akar membulat. Batang berwarna hijau, simpodial, dan amat pendek. Daun berwarna hijau, berbentuk jorong, tersusun rapat, berdaging dengan panjang daun 20 cm-30 cm dan lebar 7 cm-12 cm. Daun tajuk putih, membundar hamper-hampir bulat atau kesegian. Daun berjumlah 3-8 helai. Pinggirnya tumpul dan ke pangkalnya kecil.
Tanaman Penopang 1. Agathis sp
Nama Indonesia Anggrek bulan
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh SM Latif(1960), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Phalenopsis amabilis
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
30
Famili : Orchidaceae
Genus : Phalaenopsis
Spesies : Phalaenopsis amabilis
Phalaenopsis amabilis dari Famili Orchidaceae dikenal dengan sebutan
Anggrek Bulan menumpang di batang Agathis sp koordinat S=07°46,494’ &
E=110°23,085’. Menurut SM Latif (1960:298) Phalaenopsis amabilis memiki ciri
tangkai bunga sampai ± 80 cm. Kedudukan bunganya rata, labelumnya berbentuk
jangkar, agak meruncing. Daun kelopak warna putih, panjang agak meruncing
kebawah. Daun yang ditengah bulat telur memanjang agak bundar di ujungnya.
Berdasarkan pengamatan di Kebun Biologi UNY, Anggrek bulan berbatang
amat pendek hanya daun-daun dan akar-akarnya saja. Akar-akar berkilat bagai
perak atau alumunium, bentuk pipih, apabila melekat pada benda tempat
tinggalnya. Bunga dalam rangkaian yang berbentuk tandan, bercabang, tangkai
bunga 15 cm – 100 cm. Daun mahkota berbentuk bundar, melebar dengan pangkal
yan kecil dan ujung tumpul. Bibir bunga bertaju tiga, berwarna kuning.
11. Vanda sp
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
31 Tanaman Penopang
1. Agathis sp
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh SM Latif (1960), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Vanda sp
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Genus : Vanda
Spesies : Vanda sp
Vanda sp merupakan Anggrek epifit dari Famili Orchidaceae menumpang di
batang Agathis sp koordinat S=07°46,494’ & E=110°23,085’. Vanda sp berbatang
yang tegap, lebih 100 cm, bercabang, daunnya banyak, dua baris berhadapan
tebal, ujung tidak sama memiliki bentuk berbelahan, panjang sampai ± 45 cm dan
lebarnya ± 4 cm. Bunga berwarna ungu. Bunganya tumbuh dari ujung batang
(SM. Latif. 1960:340).
Menurut J. N Rentoul (1982), Keluarga Vanda monopodial, daun terus
menerus memanjang utama berasal dari sisi mana tunas mungkin muncul,
dedaunan bervariasi disalurkan daun Phalaenopsis dan genera mirip dengan
sangat beralur dan dedaunan hampir silinder yang disebut silinder berasal dari
Vandas dan Aerides. Bunga ukuran vanda normal 6 sampai 8 cm berasal dari
batang utama cara yang mirip dengan akar pada ujung batang, dengan labelum
dan dagu atau memacu terselip di arah batang pada bagian dalam klaster.
Tangkai bunga diketiak daun, menembus daun pelindung atau berhadapan
dengan daun, berbunga sedikit atau banyak, bercabang atau tidak. Bunga besar
atau sedang, resupinat, berdaging, daun kelopak dan daun tajuk berbeda (SM
32
Menurut Van Steenis (1975:169) Vanda sp bunga berjumlah 5-6, daun
pelindung panjang 6 cm, bunga diameter 7,5-10 cm. daun kelopk bulat telur
diameter 3 cm, 2 yang disamping hamper bentuk belah ketupat, dengan ujung
tulang daun yang membengkok kembali vertical, bibir bunga panjang 3 cm. Daun
mahkota lateral horizontal, dengan sisi belakang putih dan sisi muka ros ungu.
Bibir bunga panjang 4 cm, bertaju 3, bentuk pipih panjang 2 cm dan lebar 2 cm,
taju samping panjang 2 cm, persegi empat atau bulat. Bunga memiliki ciri khas
berbintik-bintik emrah taju tengah bentuk jantung terbalik, panjang 3 cm, dengan
ujung yang terbelah dalam dan tepi sisi yang menggulung, pangkal kuning
33
C. Deskripsi Morfologi Tumbuhan Epifit Pteridophyta
Berikut ini pembahasan masing-masing jenis epifit Pteridophyta (tumbuhan
paku) di area Kebun Biologi FMIPA UNY, dijumpai 9 jenis epifit berdasarkan
ciri-ciri morfologinya, yakni:
12. Asplenium nidus
Gambar Spesimen Ciri-Ciri
Panjang daun 84 cm-108 cm, lebar daun 11 cm-13,5 cm. Ujung daun umumnya meruncing atau terkadang membulat, tepinya rata dengan permukaan yang berombak. Daun bagian bawah berwarna lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang daunnya, pada daun yang tua dapat terlihat spora yang keluar pada garis-garis cokelat tersebut. Letak daun tersusun melingkar pada batang yang sangat pendek. Daun yang tertancap melingkar pada batang jika dilihat dari samping tampak seperti sarang burung.
Tumbuhan Penopang 1. Manihot sp
2. Pohon mati
3. Eugenia cumini (Duwet) Nama Indonesia
Pakis sarang burung
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Asplenium nidus.
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Polyppodiales
Famili : Aspleniaceae Genus
Spesies
: Asplenium : Asplenium nidus
Asplenium nidus termasuk dalam Famili Aspleniaceae umumnya dikenal
dengan sebutan pakis sarang burung karena susunan daunnya yang melingkar,
menyerupai sarang burung yang menempel di pohon-pohon jika dilihat dari
34
yang bervariasi, panjang daun dapat mencapai 150 cm dan lebar daun hingga 30
cm (Setijati Sastrapradja, 1979: 39). Warna daun hijau, tulang daun memanjang
dari pangkal batang hingga ujung daun. Daun tersusun melingkar pada batang
yang pendek. Asplenium nidus dikenal sebagai tumbuhan yang dapat digunakan
sebagai tanaman hias.
Asplenium nidus tumbuh menempel di pohon Eugenia cumini koordinat
S=07°46,494’ & E=110°23,085’, Manihot sp koordinat S=07°46,492’ &
E=110°23,097’, pohon mati koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’.
Asplenium nidus menempel di pohon mati membentuk humusnya sendiri di
pohon yang ditumpanginya dari daun-daun yang melapuk. Akar Asplenium nidus
menembus jaringan pembuluh, pada batang yang melekat pada cabang-cabang
besar pepohonan. Asplenium nidus hidup dalam bentuk koloni di batang bebas,
karena ketergantungannya terhadap iklim mikro.
Menurut Van Steenis (1975:99) Asplenium nidus umumnya epifit memiliki
ciri khas rimpang tegak, pendek, bersisik. Daun tunggal, bertulang daun menyirip,
tidak beruas dengan akar rimpang dan rapat berjejal. Sori berjumlah banyak.
Asplenium nidus hidup di daerah yang tidak begitu kering, mulai dari mangrove
sampai 2.000 m. Daerah perkebunan yang sangat teduh, juga di tanam menjadi
35
13. Drymoglossum piloselloides
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Panjang daun 2-4 cm, Lebar daun 1-3 cm. Bentuk daun oval, ujung daun membulat dan memiliki tulang daun tengah. Rimpang menjulur dan tertutup oleh sisik yang kecil dan bulat berwarna cokelat. Daun warna hijau menempel di batang yang pendek. Ujung akar runcing, batang akar bulat, cabang-cabang akar menjalar, dengan bulu-bulu akar (pilus radicalis) yaitu bagian akar yang sesungguhnya hanyalah merupakan penonjolan sel-sel kulit luar akar yang panjang menjalar di permukaan pohon yang ditumpanginya.
Tanaman Penopang 1. Cycas rumpii 2. Pterocarpus indicus
Nama Indonesia
Picisan, Duduwitan, Pakis duwitan atau Sisik naga
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Drymoglossum piloselloides.
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Drymoglosum
Spesies :Drymoglosum
pilloseloides (L.) Presl
Drymoglossum piloselloides/Pyrrosia piloselloides umumnya dikenal dengan
sebutan Picisan, Duduwitan, Pakis Duwitan atau sisik naga karena bentuk daun
bertangkai pendek atau duduk, oval memanjang. Ujung daun membulat atau
tumpul, berdaging. Daun tertancap di batang pohon dengan jarak pada akar
rimpang, dan beruas memiliki tepi daun yang rata, dimorp. Akar rimpang
memiliki panjang 5-22 cm. Drmoglossum piloselloides tumbuh rapat menutupi
36
Pterocarpus indicus koordinat S=07°46,486’ & E=110°23,096’, Drymoglosum
piloselloides/Pyrrosia piloselloides pada saat dewasa rambut jarang dibagian
bawah, urat berjalan mendekat, kerapkali tak terlihat. (Steenis,1975: 96).
Drymoglossum piloselloides alat reproduksi vegetatif dengan stek daun memiliki
sori tebal dan berdaging, dengan permukaan daun halus mengkilat. Sori dari
Drymoglossum dengan garis-garis lurus dan sori dari Pyrrosia bundar, terpisah
dan tegak berbeda.
14. Drynaria sparsisora
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Panjang daun menjari 11 - 53,5 cm dan lebar daun 1,5 - 4,7 cm. Daun berwarna hijau tua. Tepi daun berombak. Daun penyangga lebih tipis, pendek dan melebar di bagian tengah. Entalnya kecil dibagian pangkal, ental warna sokelat ditutupi dau warna hijau mua. Bentuk daun memanjang ujung runcing. Tulang daun keras. Rimpang kecil ditutupi oleh sisik. Bentuk bercangap, sori kecil, terletak tidak beraturan diantara jarak tulang daun batang kayu berbentu bersegi, permukaan licin, arah tumbuh serong ke atas, tidak bercabang.
Tanaman Penopang
1.Angsana (Pterocarpus indicus)
Nama Indonesia Langlayangan
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Drynaria sparsisora
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Pteriales
Famili : Pteridaceae
Genus : Drynaria
37
Drynaria sparsisora dikenal sebagai langlayangan karena rimpangnya kecil
dan ditutupi oleh sisik yang pendek dan keras. Bentuk daunnya bercangap seperti
halnya daun kepala tupai. Sori terletak kecil-kecil di antara anak tulang daun dan
tersebar tak beraturan (Setiaji Sastrapradja. 1979:29)
Di Kebun Biologi Drynaria sparsisora menempel di batang Angsana
(Pterocarpus indicus) koordinat S=07°46,486’ & E=110°23,096’, dan batang
pohon mati yang menempel pohon Srikaya (Annona squamosa) koordinat
S=07°46,491’ & E=110°23,089’. Di alam dapat ditemukan pada batu-batuan, di
daerah yang terbuka dan di sepanjang tepi sungai, pohon-pohon tinggi hidup
secara epifit.
Akar rimpang Drynaria sparsisora di Jawa biasa dipakai untuk mengompres
bagian tubuh yang memar atau bengkak dan di Makasar ental muda digunakan
untuk sayuran (Setiaji Sastrapradja. 1979 :29).
Menurut Balgooy (1998), Drynaria sparsisora memiliki rimpang tebal 0,7
cm, pendek, phyllopods dalam dua baris, berdekatan, helai vaskular 3-12, daun
dimorfik, hampir sessile, indumenta/ bulu-bulu terdiri dari rambut stellata dengan
lurus dan pada permukaan membentuk lapisan yang berbeda, Drynaria sparsisora
epifit, spiral memanjat kadang-kadang terrestrial, hingga 35 m di atas permukaan
38
15. Drynaria quercifolia
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Panjang daun 83 cm, lebar 2,3 cm. Daun menjari berwarna hijau, ujung runcing, tepinya rata dengan permukaan agak berombak. Akar rimpang panjang melintang memanjat dan berukuran tebal. Tulang daun bulat, permukaanya licin, dan permukaan bawah daun ada sori. Batang berkayu, bentuk bersegi, permukaan licin, arah tumbuh sorong ke atas, dan tidak bercabang. Akar warna cokelat.
Tanaman Penopang 1. Pohon mati Nama sinonim Paku daun kepala tupai
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Drynaria quercifolia.
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Drynaria
Spesies : Drynaria quercifolia
Drynaria quercifolia dikenal dengan sebutan paku daun kepala tupai karena
mempunyai rimpang yang besar dan menjalar. Rimpang ini ditutupi oleh sisik
yang halus dan lebat dan berwarna coklat seperti bulu kepala tupai. Tajuk daun
berbentuk lanset garis, tepi rata, yang terbawah kerapkali kecil. Helaian daun
mencapai panjang 30-150 cm (Steenis, 1975: 94). Di Kebun Biologi Drynaria
39
pohon srikaya (Annona squamosa) koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’.
Tumbuh bersama rumpun Asplenium nidus dan Nephrolepis falcata. Sori
Drynaria quercifolia antara tulang daun lateral dari tajuk daun, agak teratur dalam
deretan yang rangkap di kedua belah sisi dari tulang tengah daun.
Menurut Steenis (1975), Drynaria quercifolia dapat dijumpai hidup di
kawasan mangrove sampai Indonesia gunung yang rendah, hutan sekunder, dan di
atas pohon di Indonesia perkebunan. Drynaria quercifolia banyak dimanfaatkan
sebagai tanaman hias dan berpotensi sebagai obat antibakteri dan obat penyakit
kulit (Anti Dermatophytic).
16. Nephrolepis cordifolia
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Daun tunggal, panjang anak daun 5 cm, lebar anak daun 1,5 cm, tangkai daunnya rapat, panjang ibu tangkai daun 10 - 30 cm. Bentuk daun memanjang, ujungnya membulat, tepi daun rata. Anak-anak daun fertile paling panjang 4 cm, kecuali itu sori jauh dari daun. Akar rimpang yang padat dan panjang. Terdapat bulu-bulu berwarna coklat tua pada permukaan tangkai daun. Tunas liar dengan umbi pengeram.
Tanaman Penopang 1. Pohon mati
Nama Indonesia Paku sepat
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setiaji Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Nephrolepis cordifolia
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili :Lomariopsidaceae/ Dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
40
Nephrolepis cordifolia sering pula disebut paku cecerenean atau paku sepat
(Sunda) karena tumbuhnya berumpun dengan rimpang yang padat dan panjang.
Nephrolepis cordifolia memiliki ciri morfologi yakni, berdaun lebat, helaian daun
20-120 kali 5-16 cm. Anak daun duduk tepinya beringgit bergerigi ringan. Akar
rimpang tegak, berdaun rapat, umbi pengeram bersisik panjang 1-3 cm, jumlah
anak daun 25-100 kali 3-8 cm, anak daun fertil 1,5-4 kali 0,5-1,5 cm, beringgit
dalam sorus. (Steenis, 1975: 97)
Di Kebun Biologi Nephrolepis cordifolia dijumpai tumbuh menempel di
batang pohon yang telah mati di dekat pohon srikaya (Annona squamosa)
koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’. Tumbuh bersama rumpun Asplenium
nidus dan Drynaria quercifolia.
Menurut Steenis (1975) Nephrolepis cordifolia dapat dijumpai hidup di hutan
belukar dan rimba rumput, tanaman di ketinggian 1.000-2.000 m, lereng dan
lereng batu, hutan kampung, batang pohon. Nephrolepis cordifolia umum sebagai
tanaman hias, karena hidup di dalam tanah, membentuk koloni dengan
membentuk tunas-tunas di sampingnya.
17. Platycerium bifurcatum
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
41 Tanaman Penopang
1. Dracaena fragrans 2. Pohon mati
3. Spathodea campanulata Nama Indonesia
Simbar menjangan
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Platycerium bifurcatum
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum
Platycerium bifurcatum disebut simbar menjangan karena
rimpang-rimpangnya tertutup oleh daun-daun penyangganya sehingga tidak kelihatan.
Daun penyangganya mempunyai lebar dan panjang yang hampir sama. Daun
berjumbai, bentuknya seperti pita bercabang-cabang menyerupai tanduk uncal
(Setiaji Sastrapradja. 1979: 109).
Menurut Balgooy (1998) Asplenium bifurcatum daun memiliki pelepah,
dikotom bercabang dengan lobus, asimetris, sporangia dengan 18-22, apical pada
lobus.
Paku jenis ini menempel di batang pohon (famili Dicotyledoneae) yakni,
Dracaena fragrans koordinat S=07°46,490’ & E=110°23,094’, dan Spathodea
companulata koordinat S=07°46,493’ & E=110°23,086’. Rumbai daun
Playcerium bifurcatum pada Dracaena fragrans dan pohon mati ada 7 sedangkan
rumbai daun pada Spathodea companulata ada 20an. Kemungkinan dipengaruhi
42
Sphatodea companulata diperkaya sumber hara dan nitrogen yang turun bersama
air hujan.
Playcerium bifurcatum dikenal sebagai tumbuhan yang dapat digunakan
sebagai tanaman hias. Tumbuh menempel pada batang pohon Indonesia dataran
rendah sampai ketinggian 500 m dpl (Steenis. 1975:92).
Menurut Balgooy (1998) Playcerium bifurcatum daun memiliki pelepah,
dichotomously bercabang dengan lobus, bentuk asimetris, sporangia dengan
jumlah 18-22 sel. Spora 64 per sporangium. Platycerium bifurcatum habitat epifit
dan epilitik, tumbuh dalam kelompok.
18. Pyrrosia sp
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
Panjang daun 2 - 5 cm, lebar daun 0,5 - 2 cm. Bentuk daun oval atau memanjang, ujung daun bulat dan memiliki tulang daun tengah. Berwarna hijau, permukaan halus, tepi agak begelombang. Letak daun tersusun pada batang yang sangat pendek membentuk rumpun. Akar tebal 0,7 cm dan pendek, filopods 2 baris.
Tanaman Penopang 1.Cycas revoluta Nama Indonesia Paku purba
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Pyrrosia sp
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Pyrrosia
43
Pyrrosia sp berbeda dengan Pyrrosia piloseloides. Di Kebun Biologi
Pyrrosia sp dijumpai di batang pohon daun berduri sejenis Cycas revoluta
koordinat S=07°46,491’ & E=110°23,089’ . Akar tidak panjang dan kecil. Daun
yang satu dan yang lainnya tumbuh membentuk rumpun. Daunnya ada yang
mandul ada yang membawa spora. Daun tunggal berlekuk yang berlekuk
sebagian, daun muda bentuk spiral. Pyrrosia sp tumbuh subur mengelilingi batang
pohon Cycas revoluta.
Berdasarkan pengamatan, Pyrrosia sp menumpang pada permukaan Cycas
revoluta memiliki garis spiral yang tampak melingkar batang, bentuk batang
bulat, dan memperlihatkan bekas-bekas daun.
Menurut Balgooy (1998), Pyrrosia sp habitat epifitik, epilitik atau terestrial.
Rimpang berukuran0,7 cm, filopod dalam dua baris. Daun mono atau dimorfik.
Urat-urat daun sebagian besar yang berbeda, urat ikat membentuk satu atau
beberapa seri areoles persegi panjang. Indument terdiri dari rambut stellate,
dengan lurus dan pada permukaan yang lebih rendah, anulus dengan 9-22 sel.
19. Pyrrosia longifolia
Gambar Spesimen Ciri-Ciri Morfologi
44 Tanaman Penopang
1. Cycas rumphii
2. Pohon daun berduri (Cycas revoluta) Nama Indonesia
Pirosia
Identifikasi Klasifikasi
Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan oleh Setijati Sastrapradja, dkk. (1979), tumbuhan dengan uraian di atas adalah Pyrrosia longifolia
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Ordo : Pteriales
Famili : Pteridaceae Genus : Pyrrosia
Spesies : Pyrrosia longifolia
Pyrrosia longifolia dikenal sebagai Pirosia karena memiliki rimpang tebal
1,8-2,7 mm, panjang, filopod, 2-6 cm, tunas sekitar setengah sepanjang ruas.
Schelerenzyma memiliki untai banyak, tersebar dalam silinder vaskular, lamina
0,7-2 cm, setiap areola sangat cekung.
Pyrrosia longifolia menempel pada Cycas rumphii koordinat S=07°46,449’ &
E=110°23,109’ dan Pohon daun berduri (Cycas revoluta) koordinat S=07°46,491’
& E=110°23,089’. Daun monoporfik, batang untuk 0,5-10 cm, lamina adalah
10-119 oleh 0,7-2 cm atau lebih. Rizoma menjalar, daun fertil dan steril, sorus bundar
seluruh sisi bawah bagian atas daun, tanpa indusium, spora tidak teratur.
(Balgooy. 1998:164)
Menurut Balgooy (1998) Pyrrosia longifolia altitude dari permukaan laut ke
300-1000 m, jarang epilithic atau terrestrial. Pyrrosia longifolia memiliki
phyllopods 2-6 cm, schlerencyma selubung yang berbeda, schlerencyma untai
banyak. Sisik bersinar cokelat atau kehitaman. Lamina 10-119 panjang 0,7-2 cm.
Sori apical di aetiap areole, panjang 1 mm. Spora dibundel pusat dengan singkat.
45
D. Kondisi Lingkungan Abiotik di Kebun Biologi FMIPA UNY Tabel 3. Keadaan mikroklimat
Tanggal
Intensitas Cahaya
(Lux)
Suhu Udara
(°C)
Kelembapan Udara (%)
Kecepatan Angin
(m/s) 11 Januari
2017 09.00 -12.00
13-826 40 58-87 9 m/s
Habitat berarti satu set kondisi yang cocok untuk kelangsungan hidup
organisme, atau lebih sederhana, di mana saja suatu kehidupan. Setiap organisme
terbatas dalam adaptasi terhadap lingkungan ditentukan oleh faktor-faktor di luar
kendali. Faktor-faktor dalam lingkungan yang memungkinkan atau memaksa
suatu organisme untuk membuat pilihan tertentu. Pilihan ini dapat dimodifikasi
oleh berbagai kondisi (Lederer. 1984: 245&246).
Misalnya Asplenium nidus karena factor lingkungan. Sori jumlahnnya banyak
di daerah yang tidak begitu kering, mulai dari mangrove sampai 2.000 m, daerah
perkebunan yang sangat teduh, selain itu juga ditanam menjadi tanaman hias.
Suhu udara dan kelembapan udara berhubungan dengan fotosintesis, Asplenium
nidus tidak ada batang yang sesungguhnya di atas tanah. Akar memiliki sisik,
daun steril dengan simpul urat daun tumbuh sejajar ke arah tepi daun.
Paku-pakuan dengan akar rimpang yang memanjat dan tersebar rata seluas sisi bawah
46
Intensitas hubungan dengan kebutuhan cahaya untuk fotosintesis yang sesuai
dibutuhkan pada Asplenium nidus sporangium terkumpul menjadi spora (sori)
bentuk bulat, bentuk garis, mempunyai atau tak mempunyai selaput penutup.
Suhu udara dan kelembapan udara (%), kecepatan angin (m/s). Misalnya,
Steenis (1975:170) Dendrobium crumenatum di daerah teretntu tanaman ini
berbunga periodik dan serentak, setelah udara mendadak sedikit mendingin,
misalnya karena hujan.
Dendrobium crumenatum menempel pada pohon tetapi tidak seperti
tumbuhan parasit. Tumbuhan ini tidak mengambil apa pun dari tuan rumahnya.
Akarnya yang khusus mengumpulkan air langsung dari hujan dan embun yang
biasanya disimpan dalam batang atau daun.
Berbeda dengan tumbuhan paku tumbuhan merambat tidak merusak
tumbuhan tuan rumahnya pada batang pohon, akar membelit tumbuhan
penopangnya untuk mencapai tempat yang lebih menggunakan sulur atau akar
47
E. Hubungan Tanaman Epifit dan Tanaman Penopang
Menurut Gesta Rama Noprian Nawawi, Indriyanto dan Duryat (2014), “Tidak
terdapat asosiasi secara khusus antara epifit dengan jenis penopangnya, akan
tetapi epifit tumbuh pada jenis tumbuhan penopang yang umumnya memiliki
karakteristik tekstur kulit tebal, beralur, berserabut dan memiliki kulit yang
keras.”
Pohon yang ditumpanginya dicatat spesiesnya serta diamati zona
keberadaannya di pohon. Data karakter morfologi anggrek alam yang ditemukan
dianalisis deskriptif berdasarkan sifat dan karakter morfologinya. Lokasi
keberadaan anggrek dicatat dengan mengguanakan GPS (Global Positioning
System)
Spermatophyta ada famili Orchidaceae dengan uraian 11 spesies yaitu
Agrostophyllum cyathiforme (1) , Appendicula sp (1) , Catleya sp (1), Coelogyne
spesiosa (3), Dendrobium agrostophyllum (7), Dendrobium aphyllum (19),
Dendrobium crumentum (27), Dendrobium labulatum (1), Mycaranthes latifofia
(1), Phalaenopsis amabilis (6) dan Vanda sp (1).
Tumbuhan epifit Pteridohyta di kawasan Kebun Biologi FMIPA UNY
mewakili 3 Famili menurut George H. M. Lawrence. (1968) yaitu Aspleniaceae,
Nephrolepidaceae, dan Polypodiaceae. Terdiri dari 8 spesies yaitu Asplenium
nidus (3), Drymoglosum piloselloides (4), Drynaria quercifolia (4), Drynaria
sparsisora (1), Nephrolepis cordifolis (1), Platycerium bifurcatum (3), Pyrrosia
48
Tanaman penopang antara lain Achras zapota, Agathis sp, Aleurites
mollucana, Annona squamosa, Aquilaria malaciensis, Araucaria heterophylla,
Cinamommum burmanii, Cycas rumpii, Dimorcapus longan, Dracaena fragrans,
Eugenia cumini, Ixora sp, Lansium domesticum, Malaleuca leucadendron,
Mangifera indica, Manihot sp, Michelia alba, Mimusoph elengi, Ochna serrulata,
Pterocarpus indicus, Sphatodea campanulata, Styrax pinnata, Syzyqium aqueum
dan Tectona grandis.
Tanaman penopang terdiri dari Divisi Spermatophyta. Tanaman
Spermatophyta memiliki ciri pohon, tinggi sampai 40 m. Batang jauh di atas tanah
baru bercabang. Bagian yang muda dan bagian sisi bawah daun berbulu vilt rapat,
berbentuk bintang. Daun bertangkai pendek, kadang-kadang duduk, ellips atau
sedikit banyak bulat telur, dengan ujung yang berbentuk baji dan bagian pangkal
yang menyempit, pada cabang yang berbunga, 23-40 kali 11-21 cm.
Pohon struktur kulit kayu keras mampu menopang tanaman epifit untuk
hidup. Struktur morfologi pohon membuat kanopi menjadi semakin rapat
49 F. Pemetaan sebaran Tumbuhan Epifit
Lokasi jangkauan koordinat ditentukan dengan GPS. Data primer diperoleh
dari pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang diambil meliputi jumlah
dan jenis epifit, jenis tumbuhan penopang, karakteristik tumbuhan penopang dan
mengetahui jumlah jenis tumbuhan penopang yang berasosiasi dengan jenis epifit
di Kebun Biologi FMIPA UNY.
Tabel 4. Lokasi ditemukannya Tumbuhan Epifit Spermatophyta di Kebun Biologi FMIPA UNY
Koordinat Ciri-ciri Morfologi
Akar Batang Daun Bunga
1. Agrostophyllum cyathifome
3. Cattleya sp Agathis sp S=07°46,494’& E=110°23,085’
Ixora sp S=07°46,494’& E=110°23,083’
Agathis sp S=07°46,494’& E=110°23,085’
Achras zapota S=07°46,495’& E=110°23,084’
√ √ √ -
50
9. Mycaranthes latifofia
Pohon mati S=07°46,494’& E=110°23,089’
√ √ √ -
10. Phalaenopsis amabilis
Agathis sp S=07°46,494’& E=110°23,085”
√ √ √ -
11. Vanda sp Agathis sp S=07°46,494’& E=110°23,085’
√ √ √ -
Keterangan: √ = teramati
- = tidak teramati pada saat penelitian
Tabel 5. Tabel Lokasi ditemukannya Tumbuhan Epifit Pteridophyta di Kebun Biologi FMIPA UNY
No. Tumbuhan epifit
Pteridophyta
Tumbuhan penopang
Koordinat Ciri-ciri Morfologi
Akar Batang Daun
1. Asplenium
Manihot sp S=07°46,492’& E=110°23,097’
√ √ √
Pohon mati S=07°46,491’& E=110°23,089’
√ √ √
2. Drymoglosum piloselloides
51 Annona
squamosa) 6. Playcerium
bifurcatum
Dracaena fragrans
S=07°46,490’& E=110°23,094’
√ √ √
Sphatodea companulata
S=07°46,493’& E=110°23,086’
√ √ √
7. Pyrrosia sp Cycas sp S=07°46,491’& E=110°23,089’
√ √ √
8. Pyrrosia longifolia
Cycass rumpii S=07°46,449’& E=110°23,109’
√ √ √
Cycas sp S=07°46,491’& E=110°23,089’
√ √ √
Keterangan: √ = teramati
52 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
1.Di Kebun Biologi FMIPA UNY ditemukan Tumbuhan epifit Spermatophyta, 11 jenis yakni 11 jenis dari Famili Orchidaceae. dan Tumbuhan epifit paku, 8 jenis yakni 1 jenis dari Famili Aspleniaceae, 1 jenis dari Famili Nephrolepidaceae, dan 6 jenis dari Famili Polypodiaceae.
2.Jumlah individu tumbuhan epifit orchidaceae sebanyak 51 individu,dan jumlah individu Spermatophyta total sebanyak 23 individu.
3.Tumbuhan penopang 23 spesies, yakni 1 jenis dari Famili Anacardiaceae, 1 jenis dari Famili Annonaceae, 1 jenis dari Famili Amaranthaceae, 2 jenis dari Famili Araucariaceae, 2 jenis dari Famili Cycadaceae, 1 jenis Famili dari Bignoniaceae, 1 jenis dari Famili Dracaenaceae, 2 jenis Famili dari Euphorbiaceae, 1 jenis dari Famili Fabaceae, 1 jenis dari Famili Lamiaceae, 1 jenis dari Famili Lauraceae, 1 jenis dari Famili Meliaceae, 2 jenis dari Famili Myrtaceae, 1 jenis dari Famili Ochnaceae, 1 jenis dari Famili Rubiaceae, 2 jenis dari Famili Sapotaceae, 1 jenis
dari Famili Styracaceae dan 1 jenis dari Famili Theymelaceae dan Pohon mati yang tidak diketahui jenisnya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk peneliti selanjutnya:
1.Melakukan analisis hubungan pengaruh jenis epifit terhadap jumlah individunya. 2.Perlu dilakukan pengukuran luas kebun secara akurat dibandingkan
53
DAFTAR PUSTAKA
Agus Budiana & Sukarsa. (2012). Diversitas Tumbuhan Paku Epifit di Kebun Raya Batu Raden Lereng Selatan G. Slamet. Jurnal Ekologi Gunung Slamet: 71-79.
Akas Pinaringan Sujalu & Akas Yekti Puliasih. (2010). Journal Keanekaragaman Epifit Berkayu Pada Hutan Bekas Tebangan di Hutan Penelitian Malinau (MRF) – CIFOR. FMIPA UNAIR Surabaya.
Allaby, M. (1992). Concise Dictionary of Botany. New York: Oxford University Press.
Balgooy, Van. M. M. J. 1998. Flora Malesiana Series II Vol. 3. Netherland: Back Buys Publisher. (41)
B. R. A. Mooryati Soedibyo. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Campbell, J dan B. Reece. (2003). Biologi Campbell Reece – Mitchell Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Daisy P. Sriyanti Hendaryono. (1999). Budidaya Anggrek dengan Bibit dalam Botol. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
D. Darnaedi. (2012). Flora Malesiana Series II, Fern dan Fern allies Vol 4.The Netherlands: Leiden University
D. Darnaedi. (1998). Flora Malesiana Series II, Fern dan Fern allies Vol 4. Netherlands: Leiden University
Dyah Rahmatia & Pipit Pitriana. (2009). Buku Pengayaan Seri Flora & Fauna. Surabaya: JP Books.
E Suharini & Palangan A., (2014). Geomorfologi Gaya, Proses dan Bentuk Lahan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Fitter, A.H. dan R.K.M Hay. (1991). Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fmipa. www.fmipa.uny.ac.id “Kebun Biologi Sebagai Sarana Pembelajaran Biologi” diakses pada 12 November 2016 jam 17.34 WIB
Gembong Tjitrosoepomo. (1993). Taksonomi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University.